Gejala Bahasa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR



ASSALAMU’ALAIKUM WR.WB Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Gejala Bahasa” dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon ma’af apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun.



Tarakan, 11 Oktober 2015



Penyusun



A. Pengertian Gejala Bahasa Gejala bahasa adalah peristiwa yang menyangkut bentukan-bentukan kata atau kalimat dengan segala proses pembentukannya (Badudu, 1985:47). Gejala bahasa adalah masuknya unsur-unsur asing atau yang tidak sesuai dengan kaidah berbahasa yang baik dan benar, memasuki sebuah bahasa dan lambat laun menjadi bagian dari bahasa tersebut karena proses pembudayaan di masyarakat. Berikut merupakan contoh dan pengertian gejala bahasa yang sering terjadi dalam penggunaan bahasa baik secara lisan maupun secara tulisan. a. Contamination (pencemaran) Kontaminasi bahasa adalah kekacauan bahasa karena dua pengertian yang berbeda atau buah struktur yang seharusnya tidak dipadukan. 1. Kontaminasi Bentukan Kata ditinggikan (benar) dipertinggi (benar) dipertinggikan (kontaminasi) diajarkan (benar) dipelajari (benar) dipelajarkan (kontaminasi) 2. Kontaminasi Kata berulang-ulang (benar)  berkali-kali (benar)  berulang-kali (kontaminasi)  saudara-saudara (benar)  saudara sekalian (benar)  saudara-saudara sekalian (kontaminasi) 3. Kontaminasi Kalimat Murid-murid dilarang merokok. (benar) Murid-murid tidak boleh merokok. (benar) Murid-murid dilarang tidak boleh merokok. (kontaminasi) Siswa-siswa rajin belajar. (benar) Para siswa rajin belajar. (benar) Para siswa-siswa rajin belajar. (kontaminasi) b. Gejala Hiperkorek Hiperkorek merupakan pembetulan bentuk kata yang sebenarnya sudah benar, sehingga hasilnya menjadi salah.



Contoh:          



Sabtu menjadi saptu Asas menjadi azas Jadwal menjadi jadual Izin menjadi ijin Surga menjadi sorga Frekuensi menjadi frekwensi Kuantitas menjadi kwantitas November menjadi nopember Kualifikasi menjadi kwalifikasi Teladan menjadi tauladan



Contoh hiperkorek dalam kalimat, seperti di bawah ini: 1. Syah (raja) dan sah (sesuai dengan hukum)  Syah Iranberkunjung ke Indonesia.  Dia sudah sah menjadi suami saya. 2. Syarat (ketentuan yang harus dipenuhi) dan sarat (penuh).  Salah satu syarat menjadi apoteker adalah lulus dari pendidikan farmasi.  Gerobak itu sarat hasil panen. c. Gejala Pleonasme Pleonasme merupakan pemakaian kata-kata yang berlebihan dari yang diperlukan. Menurut Badudu, PLEONASME ditimbulkan oleh: 1) Dua kata atau lebih yang sama maknanya yang dipakai sekaligus dalam suatu ungkapan; 2) Dalam suatu ungkapan yang terdiri atas dua patah kata, kata kedua sebenarnya tidak diperlukan lagi sebab maknanya sudah terkandung dalam kata yang pertama; 3) Bentuk kata yang dipakai mengandung makna yang sama dengan kata-kata lain yang dipakai bersama-sama dalam ungkapan itu. Contoh pleonasme: 1. Sejak dari Yogyakarta, ia sudah kelihatan kuat badannya. (Sejak = dari, kata tersebut harusnya dipakai salah satu saja). 2. Semua anak-anak wajib mengikuti upacara paa hari senin. (Seharusnya anakanak atau semua anak). 3. Para hadirin harap duduk kembali. (Seharusnya: Hadirin harap duduk kembali). 4. Aduh, dia sangat tampan sekali. (Seharusnya: 1. Aduh, dia sangat tampan; 2. Aduh, dia tampn sekali).



5. Dia turun ke bawah. (Jelas bahwa turun adalah ke bawah. Sehingga penulisan yang tepat ‘dia ke bawah’). 6. Saya belajar agar supaya pintar. (Kata ‘agar’ atau ‘supaya’ dipilih salah satu saja). 7. Saya bekerja demi untuk keluarga. (Kata ‘demi’ dan ‘untuk’ bermakna sama, pilih salah satu saja). d. Gejala Kontraksi Gejala kontraksi merupakan pemendekan suatu kata, suku kata, atau gabungan kata dengan cara penghilangan huruf di dalam kata tersebut. Pemendekan atau penyingkatan ini berupa suatu frasa menjadi kata baru. Perhatikan contoh gejala kontaminasi di bawah ini. 1. 2. 3. 4. 5.



Kenapa menjadi napa. Nggak menjadi gak. Tidak menjadi tak. Sebentar menjadi bentar menjadi tar. Tidak ada menjadi tiada.



B. Faktor-Faktor Terjadinya Gejala Bahasa Faktor-faktor yang mempengaruhi membudayanya gejala bahasa adalah sebagai berikut: 1. Sesuai dengan telaah sosiolinguistik, gejala bahasa timbul karena penyesuaian dalam berkomunikasi sesuai dengan situasi dan kondisi yang tengah dihadapi. 2. Gejala bahasa juga merupakan akibat dari kurang luasnya pengetahuan tentang berbahasa indonesia yang baik dan benar di masyarakat. 3. Gejala bahasa timbul akibat kesalahan yang tidak disadari dan terus menerus terulang sehingga menjadi bagian dari bahasa tersebut. 4. Gejala bahasa timbul akibat dari ketidaksengajaan.



A. KESIMPULAN



B. SARAN



Kepada para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai tata cara berbahasa indonesia yang baik dan benar agar tidak menimbulkan gejala bahasa. Menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar di dalam masyarakat.



SUMBER:  Zulkifli, dkk.2014.Bahasa Indonesia.Tarakan: Penerbit Imperium.  http://www.slideshare.net/Asti27/gejala-bahasa-indonesia