Grinding [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ENJINIRING PROSES METALURGI 1 REKAYASA MINERAL DAN METALURGI FAKULTAS PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG



GRINDING, DAN EFISIENSI GRINDING Nama Mahasiswa : Zainal Abidin (22110615) Dosen Pengampu : Dr-Eng. Akhmad A. Korda, ST., MT Bahan atau material mentah yang diperoleh dari tambang masih belum dapat digunakan karena ukuran partikel bijih yang masih berukuran besar serta mineral tersebut masih mengandung pengotor yang menyebabkan material tersebut belum bernilai ekonomis. Oleh karena itu bahan tersebut perlu diolah lebih lanjut yang dikenal sebagai pengolahan bahan galian. Pengolahan bahan galian (PBG) terdiri dari beberapa tahap salah satunya kominusi atau reduksi ukuran (comminution) partikel bijih. Dalam peroses kominusi terdapat dua tahap pengolahan mineral yaitu crushing dan grinding atau pengerusan (penghalusan). Pada proses crussing, material-material yang berukuran besar dipecahkan atau diremukkan dari ukuran diameter 200 cm menjadi 5 cm bahkan bisa 2 mm. Sedangkan pada proses grinding, partikel bijih diperkecil yang biasanya menggunnakan ball mill berbentuk barel yang dapat berputar pada porosnya. Operasi penggerusan merupakan tahap akhir dari operasi pengecilan ukuran bijih, atau kominusi. Pada tahap ini bijih dikecilkan ukurannya sampai pada ukuran pemisahan. Mekanisme pengecilannya melibatkan gaya-gaya seperti impact, kompresi, attrition/abrasi dan shear. Umumnya grinding terbagi menjadi primary grinding dan fine grinding.



Gambar 1. Penempatan proses grinding pada pengolahan mineral



Gambar 2. Alat yang umumnya digunakan pada proses crussing (sebelah kiri) dan proses grinding (sebelah kanan) Operasi grinding dapat dilakukan secara kering atau basah dengan mmprhatikan kriteria-kriteria brikut :



ENJINIRING PROSES METALURGI 1 REKAYASA MINERAL DAN METALURGI FAKULTAS PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1. Pada umumnya operasi konsentrasi atau pemisahan mineral dilakukan dengan cara basah. Namun penggerusan klingker untuk menghasilkan semen selalu cara kering. 2. Penggerusan cara basah memerlukan energi lebih kecil dibanding cara kering. 3. Klasifikasi/sizing lebih mudah dan memerlukan ruang yang lebih kecil dibandingkan cara kering. 4. Lingkungan pada penggerusan cara basah relatif lebih bersih dan tidak memerlukan peralatan untuk menangkap debu. 5. Penggerusan cara kering mensyaratkan bijih yang betul-betul kering. Sehingga memerlukan operasi pengeringan terlebih dahulu. 6. Pada penggerusan cara basah, konsumsi media gerus dan bahan pelapis relative lebih banyak, karena terjadi korosi Penggerusan cara basah menggunakan air sebagai campuran bijih, membentuk persen solid tertentu. Persen solid menyatakan perbandingan dalam berat antara berat padatan, atau bijih terhadap berat pulp, atau slurry, atau campuran padatan dan air. Kecepatan pada ball mill sangat perlu diperhatikan dan harus disesuaikan dengan berat atau densitas partikel bijih yang akan digerus. Kecepatan kritis adalah kecepatan yang terjadi ketika media akan selalu menempel pada silinder bagian dalam akibat dari gaya sentrifugal yang terjadi. Penurunan Rumus Kecepatan Kritis: (𝐷−𝑑) 2 2𝜋𝑅𝑛 𝑉 = 60 4𝜋2 𝑁 2 𝑅 cos 𝛼 = 602 𝑔



𝑅=



= 0.0011 𝑁 2 𝑅



cos 𝛼 = 𝑚𝑉 2 𝑅



0.0011 𝑁2 (𝐷−𝑑) 2



= 𝑚𝑔 cos 𝛼



Kecepatan maksimum didapat ketika 𝛼 → 0 sehingga : 42,3 𝑁𝑐 = 𝑟𝑒𝑣 𝑚𝑖𝑛−1 √𝐷−𝑑



Dengan : Nc = kecepatan kritis 2 mV /R = gaya sentripetal L = 2πR/60 = jarak yang ditempuh partikel V = kecepatan linier partikel (L*N) N = kecepatan agular partikel m = massa partikel Faktor-faktor yang mempengaruhi keausan liner pada ball mill: - korosi yang terjadi pada grinding dengan cara basah - kekuatan tumbukkan antara liner-media, liner-umpan, dan liner-media dan umpan - rentang waktu pemakaian alat perhari - waktu penggunaan alat secara keseluruhan (tahun) - material liner yang digunakan - jenis material umpan yang diberikan;kekuatan dan keuletannya - jumlah media grinding - jenis media grinding



ENJINIRING PROSES METALURGI 1 REKAYASA MINERAL DAN METALURGI FAKULTAS PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Tiga hubungan putaran ball mill dengan aksi penggerusan yaitu:



Gambar 3. Hubungan putaran ball mill terhadap pengerusan Mekanisme remuknya material dibagi menjadi tiga macam, yaitu abrasion, cleavage/compression, dan shatter/impact.  Abrasion terjadi jika energi yang diberikan oleh alat tidak cukup besar untuk meremukan partikel sehingga terjadi tekanan yang terlokalisasi dan hanya sedikit area yang remuk dan hasilnya berupa partikel halus yang merata yaitu pada permukaannya saja  Cleavage terjadi jika energi yang diberikan cukup untuk membuat material remuk, dan hanya menghasilkan sedikit partikel dengan ukuran yang mendekati ukuran aslinya.  Shatter terjadi jika energi yang diberikan lebih besar daripada yang dibutuhkan untuk meremukkan partikel mineral. Hasilnya berupa partikel dengan distribusi ukuran yang bermacam-macam. Pada setiap proses grinding media penggerusan yang umumnya digunakan terdiri dari : 1. Bola-bola baja atau keramik (steel or ceramic balls). 2. Batang-batang baja (steel rods). 3. Campuran bola-bola baja dan bahan galian atau bijihnya sendiri yang disebut semi autagenous mill (SAG). 4. Jika tanpa media penggerus, hanya bahan galian atau bijihnya saja yang saling menggerus maka disebut autogenous mill. Peralatan penggerusan yang dipergunakan adalah : 1. Ball mill dengan media penggerus berupa bola-bola baja atau keramik. 2. Rod mill dengan media penggerus berupa batang-batang baja. 3. Semi autogenous mill (SAG) bila media penggerusnya sebagian adalah bahan galian atau bijihnya sendiri. 4. Autogenous mill bila media penggerusnya adalah bahan galian atau bijihnya sendiri. Ball mill umumnya digunakan pada tahap fine grinding regrinding sebagai tahap kedua dalam dua sirkuit tahap penggilingan. Fitur-fitur ball mill : 1. Cocok untuk material keras dengan kekerasan yang tinggi 2. Tidak ada polusi pada powder dengan bola kramik 3. Performnya stabil dan mudah dalam instalasi 4. Kapasitas dan kehausan dapat disesuaikan dengan diameter bola. Berdasarkan pada media gerusnya, grinding media, alat penggerus dapat dibedakan: 1. Ball Mill, menggunakan media gerus berbentuk bola yang terbuat dari baja. Diameter media gerus bervariasi mulai dari 25 sampai 150 centimeter. Panjang mill, L dan diameternya , D, relative sama, L = D.



ENJINIRING PROSES METALURGI 1 REKAYASA MINERAL DAN METALURGI FAKULTAS PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Berdasarkan cara pengeluaran produknya, atau discharge, ball mill dibedakan menjadi overflow mill dan grate discharge mill. Pada overflow mill, produk hasil penggerusan keluar dengan sendirinya pada ujung satunya, ujung pengeluaran. Sedangkan pada grate discharge mill, produk keluar melalui saringan yang dipasang pada ujung pengeluaran. Produk dapat keluar dengan bebas, permukaan dalam mill rendah, lebih rendah dari overflow. Hal ini dapat menghindari terjadinya overgrinding.



Gambar 4. Skematika ball mill Air yang digunakan pada ball mill akan membentuk kekentalan tertentu, sehingga pulp dapat melekat dan meyelimuti bola dan liner. Pulp harus relative encer agar pulp dapat bergerak dengan leluasa di dalam mill. Ball mill biasanya beroperasi dengan 70 – 80 persen solid, padatan. 2. Rod Mill, menggunakan media gerus berbentuk batang selindern yang panjangnya hampir sama dengan panjang mill. Media gerus biasanya terbuat dari baja dan disusun sejajar dalam mill. Dimensi Panjang, L jauh lebih besar daripada diameter, D, L > D, biasanya panjang mill 1,5 sampai 2,5 kali diameternya. Rod mill diklasifikasikan berdasarkan cara mengeluarkan produknya.



Gambar 5. Skematika rad mill, overflow mill  Overfloow mill, umpan masuk dari salah satu ujung mill, dan keluar dari ujung lainnya secara overflow. Overflow mill paling banyak digunakan pada penggerusan cara basah.  Centre peripheral discharge mill, umpan masuk pada kedua ujung mill, dan produk keluar dari bagian tengan shell. Penggerusan dapat dengan cara basah maupun cara kering. Mill ini menghasilkan produk yang relative kasar.



Gambar 6. Skematika centre peripheral discharge mill  End peripheral discharge mill, umpan masuk pada salah satu ujung mill, dan produk keluar dari ujung yang lainnya melalui shell. Mill ini biasanya digunakan untuk penggerusan cara kering.



Gambar 7. Skematika end peripheral discharge mill



ENJINIRING PROSES METALURGI 1 REKAYASA MINERAL DAN METALURGI FAKULTAS PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG



Pada cara basah air berfungsi sebagai alat transportasi untuk membawa bijih yang sudah berukuran halus ke tempat yang sesuai dengan ukurannya. Bijih yang sudah halus akan terdorong air ke arah pengeluaran. Rod mill umumnya beroperasi dengan 30 – 35 persen solid, padatan. 3. Pebble Mill, media gerus menggunakan batuan yang sangat keras. Mill ini memiliki Dimensi panjang mill, L relative sama dengan diameter mill, L = D 4. Autogeneous Mill, media gerus menggunakan bijih itu sendiri. Dimensi panjang mill, L relative lebih kecil daripada diameter mill-nya, L < D. Pada mill ini bijih akan menggerus bijih. Penggerusan dilakukan terhadap bijih yang datang dari tambang atau bisa dari keluaran operasi peremukan tahap pertama. Penggerusan dapat dengan cara basah atau kering, dan mekanisme penggerusannya sama dengan ball mill. Autogeneous Mill, dapat dilakukan dengan atau dalam ball mill, cascade mill atau aerofall mill. Cascade mill berupa mill yang memiliki diameter 3 sampai empat kali panjang mill. Sedangkan aerofall seperti cascade, namun pada liner dipasang sekat yang dapat membawa bijih ke tempat yang lebih tinggi.  Autogeneous seluruhnya, bijih dari tambang dapat masuk langsung ke dalam mill. Seluruh muatan mill adalah bijih dari tambang dan saling gerus.  Autogeneous sebagian, muatan mill berupa bongkah-bongkah besar bijih dicampur dengan bijih yang telah diremuk dengan alat lain. Pada mill ini bongkah-bongkah besar bertindak sebagai media gerus.  Semi Autogeneous, bijih dari tambang dicampur dengan media gerus, bola baja pejal. Jadi isi mill adalah bijih dari tambang langsung masuk mill dan tercampur dengan media gerus yang sudah ada dalam mill. 5. Tube Mill, media gerus menggunakan bola baja. Dimensi panjang mill, L biasanya jauh lebih besar dari diameternya, L > D. Mill terbagi dalam beberapa kompartemen. Bisa dua, tiga atau bahkan bisa empat kompartemen. Ada Beberapa definisi yang terkait dengan istilah-istilah yang digunakan dalam penentuan jumlah mill atau ball mill atau rod mill. Definisi-definisi ini harus dipahami benar sebelum dapat menghitung jumlah mill yang akan digunakan dalam suatu pabrik pengolahan. Begitu pula pada dimensi mill dan variabel operasi ball mill  Diameter mill adalah diameter dari mill baik ball mill atau rod mill, biasanya dinotasikan dengan huruf D dalam meter.  Panjang mill adalah panjang dari mill, baik ball mill atau rod mill, biasanya dinotasikan dengan huruf L, dalam meter.  Charge (%) adalah rasio volume muatan terhadap volume ball mill. Istilah ini biasa juga disebut dengan persen mill loading atau persen charge.  Speed (%) adalah rasio kecepatan putar mill terhadap kecepatan kritits.  Nc. Istilah ini biasa juga disebut dengan speed factor atau persen critical speed.  sg ore adalah spesifik gravitasi bijih yang akan diolah  sg gm adalah spesifik gravitasi grinding media yang digunakan.  Dia. Gm adalah diameter grinding media, diameter media maksimum yang dapat dipakai. Tipe Mill Tipe mill adalah jenis-tipe mill yang dipakai dan didasarkan pada cara pengeluran, jenis grinding media, dan cara operasinya basah atau kering. Setiap tipe mill memiliki indeks tersendiri. Indeknya dinotasikan dengan K Mt . Jadi nilai K Mt merupakan nilai dari pengaruh perbedaan tipe mill. Untuk ball mill dengan pengeluaran overfloow cara basah maka indeks dari pengaruh tipe mill atau K Mt adalah 1,0. Untuk ball mill cara basah dengan diaphragma dan rod mill peripheral cara basah nilai K Mt adalah 1,13. Untuk ball mill diaphragm cara kering dan rod mill peripheral cara kering nilai K Mt adalah 1.25.



ENJINIRING PROSES METALURGI 1 REKAYASA MINERAL DAN METALURGI FAKULTAS PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Power Draft Power draft adalah energy yang diperlukan untuk operasi penggerusan oleh satu mill. Mill yang digunakan memiliki diameter mill D, panjang mill L dengan persen charge dan persen speed tertentu. Power draft dinyatakan dalam daya listrik, kilowatt, atau kw. Power draft dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut: 𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟 𝑑𝑟𝑎𝑓𝑡 = 8,4 𝑥(𝐷) 𝑥 𝐿 𝑥 𝐾𝐿 𝑥 𝐾𝑆𝑃 𝑥 𝐾𝑀𝑡 di mana :  𝐾𝐿 adalah Loading factor yang menyatakan nilai dari pengaruh persentase muatan mill, atau charge persen atau persen mill loading.  𝐾𝑆𝑃 adalah speed factor yang menyatakan nilai dari pengaruh kecepatan putar mill, atau persen speed, atau persen critical speed.  𝐾𝑀𝑡 adalah mill type factor yang menyatakan nilai dari pengaruh perbedaan jenis-tipe mill grinding. Untuk menentukan nilai dari 𝐾𝐿 dan 𝐾𝑆𝑃 gunakan kurva pada Gambar 1 di bawah.



Gambar 8. Kurva hubungan charge factor dan speed factor dengan persen charge dan persen speed Power Grinding adalah energy yang dibutuhkan untuk menggerus bijih dari ukuran umpan, d menjadi ukuran produk, d untuk laju pengumpanan tertentu dalam ton/jam. Power grinding biasa dinyatakan dalam daya listrik, kilowatt, atau kw. Power grinding dihitung dengan persamaan berikut: 1 1 2,44 0,2 𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟 𝐺𝑟𝑖𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔, 𝑃 = 10 𝑤𝑖 𝑚 ( − ) )( 𝐷 √𝑑2 √𝑑1 dengan : 𝑚 = laju pengumpanan, ton/jam 𝐷 = diameter mill. 𝑤𝑖 = work index, kwh/ton Menghitung Jumlah Ball Mill Jumlah mill adalah jumlah mill yang digunakan untuk menggerus bijih dari ukuran umpan, 𝑑1 menjadi ukuran produk 𝑑2 pada laju pegumpanan tertentu dalam ton/jam. Jumlah mill dihitung dengan persamaan berikut: 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑖𝑙𝑙 =



𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟 𝐺𝑟𝑖𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟 𝐷𝑟𝑎𝑓𝑡



Ball mill menggiling bijih dan material lainnya untuk produk ukuran mesh 35 atau lebih halus. Umpan ke ball mill dibuat dengan memperhatikan hal-hal berikut :  Single atau multistage crusher dan ayakan  Crusher, ayakan, dan / atau rod mill  Crusher primer dan penghancur autogenous / semiautogenous



ENJINIRING PROSES METALURGI 1 REKAYASA MINERAL DAN METALURGI FAKULTAS PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG



Ukuran umpan normal:  80% melalui 1/4" (6 mm atau lebih halus) untuk bijih keras  80% melalui 1" (25 mm atau lebih halus) untuk bijih lembut Panjang rasio diameter silinder mesin berkisar 1 : 1 sampai 3 : 1. Bila rasio L / D adalah 2 sampai 1 atau lebih besar, kita mengacu pada mesin sebagai mesin pipa. Dua jenis yang paling populer dari ball mill adalah : 1. Grate atau Discharge Diafragma Pada discharge end mill ini, slot grate berdiameter penuh atau sebagian dengan assembly lifter discharge membawa material ke bukaan discharge trunnion. Grate berfungsi untuk menahan bola, bongkahan, dan material kasar. Dinding serong dibuat antara bukaan umpan dan keluaran slot untuk memudahkan aliran material. 2. Trunnion Overflow Discharge Trunnion overflow mill memiliki ujung keluaran terbuka. Material mengalir melalui trunnion sebagai akibat dari kemiringan ampas antara bukaan umpan dan keluaran. Spiral terbalik pada discharge trunnion menahan bola di dalam mesin. Operasi Ball mill beroperasi baik dalam rangkaian terbuka atau tertutup. Sirkuit operasi terbuka terbaik digunakan Pada :  Tahap lain dari gilingan setelah mill  Rasio pengurangan kecil  Material umpan sudah bersih dan melewati satu mill untuk mencapai hasil yang diinginkan  Kontrol ukuran produk tidak kritis dan material oversize dapat ditoleransi dalam produk Bila kontrol ukuran produk akhir penting, gilingan sirkuit tertutup adalah metode operasi yang paling efisien. Menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dengan biaya lebih rendah mengharuskan investasi modal tambahan. Biasanya flowsheets penggilingan basah meliputi: Sirkuit terbuka Sirkuit tertutup dengan hydro cyclone Sirkuit tertutup dengan vibrating screen Variasi dua tahap dari pemanfaatan dua mesin diatas dalam rangkaian seri Pada pengolahan bijih, mineral atau bahan galian umumnya dilakukan secara basah. Muatan mill terdiri dari grinding media atau media gerus, bijih dan air yang akan tercampur dengan baik ketika mill berputar. Media gerus akan dapat mengecilkan partikel bijih dengan satu atau beberapa gaya. Sebagian besar energy kenetik dari muatan mill akan terbuang sebagai panas, suara dan kehilangan lainnya. Hanya sebagian kecil saja yang termanfaatkan sebagai energy untuk pengecilan ukuran. Operasi penggerusan berjalan secara kontinyu. Artinya Umpan masuk ke dalam mill melalui salah satu ujungnya secara terus-menerus dengan laju tertentu. Bijih tinggal dalam mill untuk beberapa saat agar terjadi pengecilan ukuran dan kemudian keluar pada ujung yang lainnya. Ukuran bijih hasil penngerusan akan tergantung pada jenis media gerus, putaran mill, tipe sirkuit dan sifat bijih yang digerus. Saat beroperasi, mill akan berputar dan grinding media beserta bijih akan ikut terbawa naik oleh dinding mill ke arah yang lebih tinggi sampai mencapai titik atau posisi kesetimbangan dinamiknya. Kesetimbangan dinamiknya tercapai ketika gaya berat sama dengan gaya centrifugal. Setelah titik kesetimbangan terlampaui, maka muatan akan bergerak ke bawah sesuai dengan kecepatan putar millnya. Mekanisme penggerusan dalam ballmill dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasarkan kecepatan putaran mill terdapat dua mekanisme penggerusan yaitu, cascading dan cataracting. Kedua mekanisme ini akan menghasilkan distribusi ukuran produk yang berbeda.



ENJINIRING PROSES METALURGI 1 REKAYASA MINERAL DAN METALURGI FAKULTAS PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG



Gambar 9. Mekanisme pengerusan bijih mineral pada ball mill 1. Mekanisme Cascading. Pada putaran mill yang relative rendah, Muatan akan bergerak naik tidak begitu tinggi dan setelah mencapai titik kesetimbangan muatan segera kembali menggelincir atau menggelinding di atas muatan lain yang sedang bergerak ke atas. Pada Mekanisme ini pengecilan ukuran terjadi akibat gaya abrasi/attrition dan shear. Produk yang dihasilkan dengan mekanisme ini adalah sangat halus. 2. Mekanisme Cataracting. Ketika mill berputar cukup tinggi, ng akan muatan ikut berputar dan bergerak naik relatif tiinggi dengan titik kesetimbangan yang tinggi pula. Setelah kesetimbangannya tercapai, muatan akan jatuh bebas ke dasar mill. Pada mekanisme ini pengecilan ukuran terjadi akibat pengaruh gaya impact dan compressi. Produk yang dihasilkan berukuran relative kasar. Secara skematika, perilaku muatan saat mill berputar dapat dilihat pada Gambar 1.



Gambar 10. Putaran mill Untuk menghasilkan ukuran kecil dengan efisiensi dan produktivitas tinggi maka % solid perlu tinggi = 70% - 80% solid. Selain dari mekanisme pengerusan, pada ball mill dikenal dua macam sistem hubungan tertutup, Closed Circuit. UF F



F Classifier



Ball Mill



Ball Mill



OF Classifier



OF Gambar 11. Hubungan tertutup Ball Mill Pada hubungan tertutup sebelah kiri, persamaan Circulating Load Ratio adalah:



𝐶𝐿𝑅 =



𝐷𝑜 −𝐷𝑚 𝐷𝑚 −𝐷𝑠



atau 𝐶𝐿𝑅 =



𝑑−𝑜 𝑠−𝑑



Selarasa denga persamaan di atas, Circulating Load Ratio (sebelah kanan) dapat diilustrasikan dengan : 𝑓−𝑜 𝐶𝐿𝑅 = 𝑠−𝑑



ENJINIRING PROSES METALURGI 1 REKAYASA MINERAL DAN METALURGI FAKULTAS PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Di mana : 𝐷𝑜 = dilution pada overflow classifier 𝐷𝑠 = dilution pada underflow classifier 𝐷𝑚 = dilution pada feed classifier 𝑓 = kumulatif %-berat pada suatu ukuran pemisah yang ada pada feed 𝑑 = kumulatif %-berat pada suatu ukuran pemisah yang sama di dalam mill discharge 𝑜 = kumulatif %-berat pada suatu ukuran pemisah yang sama di dalam o’flow classifier 𝑠 = kumulatif %-berat pada suatu ukuran pemisah yang sama di dalam u’flow classifier Penetapan efisiensi classifierm, adalah sebagai berikut: 𝐸𝑓𝑓 = 10000𝑋



𝑂 𝑜−𝑓 𝑋 𝐹 𝑓(100 − 𝑓)



Dengan : 𝑂 = berat overflow classifier 𝐹 = berat feed classifier 𝑓 = %-berat material yang ada dalam feed yang lebih halus dari mesh of separation 𝑜 = %-berat material yang ada dalam overflow classifier yang lebih halus dari mesh of separation Sehingga jika didapt nilai efficiency semakin besar, maka akan berbanding lurus terhadap nilai produktifitas dari proses grinding.



PUSTAKA 1. Kelly, E.,G., 1982, “Introduction to Mineral Processing”, John Wiley & Son, New York. 2. Sanwani, E., Handout Mata Kuliah Enjiniring Proses Metalurgi – Pengolahan Bahan Galian., ITB., 2015 3. Syam, F., A., Fikry, M. A. 2012. Laporan Modul II, MG2212 Grinding (Penggerusan). ITB. 4. Wills, B., A., 1988, “Mineral Processing Technology”, Pergamon Press, Oxford 5. http://aquafast.in/products/ball-mill.html 6. http://ardra.biz 7. http://www.zd-ballmill.com/