Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Kacang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN KACANG-KACANGAN



Kacang Hijau Hama thrips (Megalurothrips usitatus Bagnall) merupakan salah satu hama utama kacang hijau yang sangat merugikan pada musim



kemarau. Pada kondisi



kerusakan



tanaman yang parah kehilangan hasil tanaman dapat mencapai 100%. Tingkat kerusakan tanaman yang sangat parah terjadi bila kacang hijau ditanam pada sekitar bulan Mei–Juni. Apabila ditanam setelah bulan Juli tingkat serangannya semakin menurun. Menurut Lewis (1973) suhu udara merupakan faktor iklim yang sangat mempengaruhi populasi Thrips. Mengingat tingginya resiko kehilangan hasil yang ditimbulkan maka usaha pengendalian hama Thrips sangat diperlukan. Pada dasarnya pengendalian hama Thrips dapat dilakukan dengan beberapa cara pengendalian seperti kultur teknis, penggunaan varietas tahan, biologis dan kimia. Namun demikian, di tingkat petani usaha pengendalian hama umumnya masih mengutamakan penggunaan insektisida, karena mudah didapat, mudah diaplikasikan, dan hasilnya cepat terlihat. Tulisan ini merupakan rangkuman hasilhasil penelitian pengendalian hama Thrips pada tanaman kacang hijau. Thrips, M. usitatus, adalah serangga yang termasuk dalam ordo Thysanoptera (serangga bersayap duri/umbai), subordo Terebranta; Famili Tripidae dan Genus Megalurothrips (Boror et al., 1996). Thrips mempunyai ukuran tubuh kecil dan langsing, panjang tubuh sekitar 0,5–5 mm. Tipe alat mulut adalah penghisap-penggesek. Makanan yang ditelan biasanya dalam bentuk cairan. Antena pendek, empat sampai sembilan ruas. Thrips mengalami metamorfosa yang tidak sempurna, dua instar pertama tidak bersayap disebut



larva; instar ketiga disebut prepupa, sedang instar keempat disebut pupa, dan tahapan selanjutnya adalah dewasa. Thrips berkembang biak secara tidak kawin. Gejala Serangan Hama Thrips pada Kacang Hijau Nimfa dan dewasa menghisap cairan pada permukaan daun, sehingga permukaan atas daun menjadi berbintik-bintik keputihan dan permukaan bawah daun menjadi nekrotik. Gejala muncul sejak tanaman muda yang dicirikan dengan daun-daun mengkerut, tanaman menjadi kerdil, pembentukan bunga terlambat atau bunga menjadi rontok. Dengan rontoknya bunga, polong gagal terbentuk dan hasil kacang hijau menjadi rendah. Di samping dapat menimbulkan gejala langsung, beberapa spesies dapat bertindak sebagai vektor virus, sebagai contoh Thrips palmi dan T. tabaci dapat menyebarkan TSWV (tomato spotted wilt virus) yang menyebabkan kematian banyak tanaman secara luas (Kranz et al., 1978; Mughal, 1985). Pengendalian Thrips dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti penggunaan varietas tahan, pengendalian secara biologis, kultur teknis, dan secara kimiawi.



Pengendalian



dengan



Tanaman



Tahan



Pengendalian



dengan



menggunakan galur kacang hijau tahan terhadap serangan Thrips merupakan cara pengendalian yang praktis, tidak mencemari lingkungan, ekonomis, serta cocok bila



dipadukan



dengan



cara



pengendalian



yang



lain.



Evaluasi untuk mendapatkan galur-galur kacang hijau tahan terhadap Thrips telah banyak dilakukan. Hasil evaluasi yang dilakukan Balitkabi diperoleh satu galur kacang hijau, yakni MLG-716, yang konsisten tahan terhadap serangan hama Thrips. Pada varietas yang rentan (No.129) intensitas serangan Thrips dapat mencapai 30%, sedang pada galur yang tahan (MLG 716) intensitasnya hanya mencapai 7% keduanya terjadi pada kondisi tanpa pengendalian (Indiati, 1995). Dari hasil pengujian pada tahun 1999, diperoleh sekitar tiga klon baru kacang hijau (MMC1e-Kp-4, MMC109d-Kp-1 dan MLG-500) yang agak tahan terhadap serangan Thrips (Indiati dan Anwari, 1999). Pengujian di rumah kaca pada MK 1999 memperlihatkan bahwa kehilangan hasil MLG-716 adalah sekitar 28% sedang pada Var. No. 129 sebesar 60%. Sedang pada pengujian lapangan MK.



2003 kehilangan hasil MLG-716 adalah sekitar 27,5% dibanding Var. No. 129 sebesar 74,6%. Teknik Pengendalian Pengendalian Secara Biologis Pengendalian biologis pada dasarnya adalah memanfaatkan musuh alami hama untuk mengendalikan populasi hama. Penerapan pengendalian biologis harus didasari oleh pengetahuan ekologi tentang keseimbangan ekosistem oleh pengendali alami



yang meliputi parasit, predator dan patogen dalam



mengendalikan hama Thrips. Beberapa pemangsa berpotensi mengendalikan hama Thrips. Rejesus et al. (1986 Dalam Bernardo, 1991) melaporkan bahwa kepik Orius tantillus merupakan pemangsa yang paling dominan terhadap nimfa dan serangga dewasa. Perkembangan pemangsa ini berkisar 16,5 hari untuk betina dan 14,8 hari untuk yang jantan (Mituda and Calilung, 1989). Satu siklus hidup O. tantillus dapat mengkonsumsi lebih dari 200 individu Thrips, sedangkan kemampuan memangsa maksimum kepik dewasa antara 19–20 Thrips dewasa per hari. Amblyseius sp. juga merupakan pemangsa nimfa Thrips. Daur hidup total sekitar 4,7 hari, dan pemangsa ini mampu memangsa 2–7 nimfa Thrips per hari. Pemangsa lain yang potensial adalah Campylomma sp. dan laba-laba Conopistha sp. yang masing-masing mampu memangsa 1–5 dan 8–25 imago Thrips per hari. Keduanya dapat memangsa nimfa maupun imago (Mituda dan Calilung 1989). Pengendalian Secara Kultur Teknis Pengendalian secara kultur teknis merupakan upaya mengelola lingkungan tanaman sedemikian rupa sehingga lingkungan tersebut kurang cocok bagi kehidupan dan perkembangan hama. Pengendalian kultur teknis merupakan usaha pengendalian yang bersifat pencegahan yang dilakukan sebelum terjadi serangan hama agar populasi hama tidak melampaui nilai ambang kendali. Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan melalui penggunaan mulsa dan pemilihan waktu tanam. Mulsa jerami efektif menurunkan populasi Thrips, karena penutupan tanah dengan jerami akan mengganggu proses pembentukan pupa di



dalam tanah (Sastrowijoyo, 1991). Cara yang kedua adalah menanam kacang hijau pada awal musim kemarau (MK I) supaya terhindar dari serangan Thrips, karena intensitas serangan Thrips mulai meningkat pada bulan-bulan berikutnya. Hasil penelitian Indiati (2003) memperlihatkan bahwa di Muneng, Probolinggo intensitas serangan Thrips yang diamati pada tanaman umur tiga minggu sangat bervariasi. Pada pertanaman yang ditanam pada bulan April intensitas serangan Thrips masih rendah sekitar 15%, kemudian sedikit meningkat pada pertanaman bulan Mei. Pada pertanaman bulan Juni ratarata intensitas serangan Thrips mencapai puncaknya dan menurun pada pertanaman bulan-bulan. Pengendalian Secara Kimia Penggunaan insektisida untuk pengendalian hama sebaiknya digunakan bila cara pengendalian yang lain sudah tidak efektif untuk menekan populasi hama. Di samping harga yang mahal, penggunaan yang kurang bijaksana akan mencemari lingkungan. Oleh karena itu aplikasinya harus didasarkan pada nilai ambang kendali hama yang akan dikendalikan. Insektisida yang digunakan sebaiknya yang bersifat selektif, artinya insektisida tersebut efektif terhadap hama sasaran, dan aman terhadap musuh alami hama. Untuk hama Thrips, aplikasi insektisida baru dilakukan bila di pertanaman kacang hijau ditemukan lebih dari 5 ekor Thrips dewasa per trifoliet daun pucuk pada tanaman berumur 7–14 hari. Beberapa jenis insektisida yang efektif untuk menekan intensitas serangan Thrips antara lain insektisida dengan bahan aktif formetanate hydrocloride (Dicarzol 25 SP), diafentiuron (Pegasus 500 SC), imidakloprid (Confidor 5 WP, 70 WS), methiocarb (Mesurol 50 WP), carbofuran (Furadan 3G) dan fipronil (Regent 50 SP) dengan dosis rekomendasi yang tercantum pada label insektisida yang bersangkutan. Selain jenis insektisida, waktu dan cara aplikasi juga merupakan faktor yang menentukan efektivitas pengendalian. Berdasarkan hasil penelitian lapangan di KP Muneng, musim kemarau (puncak intensitas serangan Thrips) tahun 2000 dilaporkan bahwa jenis bahan aktif insektisida berpengaruh terhadap penekanan intensitas serangan Thrips di lapangan. Aplikasi insektisida dengan bahan aktif fipronil 50 g/l, imidakloprid 70%, formetanate hydrocloride 25% dengan konsentrasi 1–2 ml/l sekali seminggu efektif menekan intensitas serangan



hama Thrips sampai 2%, dan tidak berbeda nyata di antara ketiganya. Sedangkan aplikasi insektisida dengan bahan aktif diafentiuron 500 g/l hanya mampu menekan intensitas serangan Thrips sampai 32% setara dengan ekstrak air serbuk biji mimba 20 g/l. Pada petak yang tidak dikendalikan intensitas serangan Thrips dapat mencapai 100%. Pada Aplikasi insektisida dengan bahan aktif fipronil 50 g/l, imidakloprid 70%, formetanate hydrocloride 25 % dengan konsentrasi 1–2 ml/l sekali seminggu hasil yang diperoleh berturut-turut 0,86, 0,82, dan 0,81 t/ha berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pengendalian yang hanya menghasilkan 0,31 t/ha biji kering. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada pagi hari yang cerah (tidak hujan) dan tidak berangin, agar takaran insektisida yang diberikan dapat diambil tanaman secara maksimal.



Kacang Buncis Hama kumbang daun Hama kumbang daun ini adalah jenis Henose pilachna signatipennis atau Epilachna signatipennis. Kumbang ini sering disebut juga kumbang daun epilachna. Bentuk tubuhnya oval, berwarna merah atau coklat kekuningan dengan panjang 6-8 mm. Hama ini tidak terlalu merusak, namun perlu juga dikendalikan agar tidak menurunkan produktivitas tanaman. Pengendalian ; 



Pemusnahan telur maupun kumbangnya secara mekanis (manual).







Penyemprotan dengan pestisida nabati (campuran ; bawang putih, cabe rawit, jahe, jeruk dan sambiloto.







Pergiliran tanaman dengan tanaman lain.



Hama Penggerek Daun Hama penggerek daun ini umumnya adalah kenis Etilla zinckenella. Gejalanya polong yang masih muda mengalami kerusakan, bijinya banyak yang keropos. Namun kerusakan ini tidak sampai mematikan tanaman.



Pengendalian ; 



Penggunaan pestisida.







Waktu penyemprotan sebaiknya di sore hari. Untuk pencegahan dan pengendalian sebaiknya disemprot secara berkala ( seminggu sekali)



Hama Lalat Kacang Lalat kacang ini adalah jenis Agromyza phaseoli yang termasuk famili Agromyzidae. Lalat betina mempunyai panjang 2,2 mm sedangkan jantan lebih kecil yakni 1,9 mm.



Gejala serangan hama ini adalah lubang-lubang pada daun dengan arah tertentu, yaitu dari tepi daun menuju tungkai atau tulang daun. Gejala lebih lanjut berupa pangkal daun membengkok atau pecah. Kemudian tanaman menjadi layu, berubah kuning dan akhirnya mati muda. Bila tidak sampai mati, tanaman menjai kerdil dan produktifitasnya sedikit. Pengendalian ; 



Pada saat pengolahan tanah, setelah biji-biji buncis ditanam, sebaiknya lahan langsung diberi penutup dari jerami atau daun pisang. Penanaman dilakukan secara serentak. Dengan demikian mencegah lalat kacang ini hinggap untuk meletakkan telurnya.







Pengendalian juga dengan penyemprotan pestisida nabati ( campuran bawang putih, cabe rawit, daun mimpba, daun tomat, merica dan sambiloto). Penyemprotan dilakukan 2 sd 3 kali sampai 20 HST ( Hari setelah tanam) tergantung berat ringan serangan. Hama Kutu Daun Kutu daun atau Aphis gossypii tidak hanya menyerang tanaman buncis saja, melainkan dapat memakan segala tanaman. Tanaman inangnya antara lain; kapas, semangka, cabaik, terong, bunga sepatu dan jeruk. Kutu daun berwarna hijau tua sampai hitam atau kuning coklat. Gejala



yang tampak adalah pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, batang



memutar (memilin), daun keriting dan berwarna kuning.



Pengendalian ; 



Pengendalian



secara



ekosisitemik dengan



memasukkan/memelihara musuh



alami berupa belalang sembah, kumbang koksi(kepik) dan lembing. Pohon mint, adas, dill, yarrow,



cengkeh,



dan dandelion dikenal



dapat



menarik



minat lacewing, kumbang koksi dan sejenis serangga yang sebenarnya dinamakan “predator kutu daun.” Menempatkan tanaman ini di sekitar tanaman yang ingin Anda lindungi dapat menarik predator sehingga dapat mengendalikan populasi kutu daun. 



Penggunaan pestisida nabati (dengan campuran bawang putih, bawang merah, cabe rawit, daun mimba, daun tomat dan sambiloto). Penyemprotan dapat dilakukan berkala 1 atau 2 minggu sekali.



Hama Ulat Jengkal Semu Ulat jengkal semu ini bisanya dari jenis Pluia signata (Phytometra signata) dan jenis Plusia Chalcites. Panjang ulat ini kurang lebih 2 cm, berwarna hijau dengan garis samping berwarna lebih muda. Gejala serangan pada daun berlubang-lubang. Tanaman menjadi kerdil dan berakibat produktivitas menurun. Pengendalian ; 1. Dengan cara mekanis. 2. Sanitasi dengan pembersihan gulma-gula yang dapat dijadikan sarang persembunyian hama tersebut. 3. Penyemprotan pestisida.



Hama Ulat Penggulung Daun Ulat penggulung daun ini dari jenis Lamprosema Indicata dan jenis Lamprosema Diemenalis. Gejala serangan yang nampak yakni pada daun akan kelihatan menggulung dan apabila dibuka biasanya terdapat ulat yang dilindungi oleh benang-benang sutera dan kotoran. Polongan sering pula ikut direkatkan bersama-sama dengan daunnya.



Daun juga terdapat lubang-lubang bekas gigitan dari tepi sampai ketulang utama, hingga habis tinggal urat-uratnyta saja. Pengendalian ; 



Secara mekanis dengan membuang daun yang terserang tersebut. Dikumpulkan untuk kemudian dapat dimusnahkan dengan cara dibakar ditimbun di tanah.







Penyemprotan pestisida.



Kacang Tanah Hama utama pada tanaman kacang tanah yang menyerang tanaman sejak tanaman tumbuh hingga menjelang panen terdiri lebih dari 20 spesies. Namun hanya beberapa hama utama yang penting yakni: pengisap daun (Kutu Aphis A. craccivora, kutu kebul Bemisia tabaci, tungau merah Tetranychus cinnabarius, Thrips spp. dan wereng Empoasca spp.), pemakan daun (ulat grayak Spodoptera litura, ulat jengkal Chrysodeixis chalsites) ulat penggulung daun Lamprosema indicata, ulat buah Helicoverpa spp., pengorok daun Aproerema modicela, hama polong (rayap Odontotermes spp, lundi Holotrichia spp., Dermaptera Anisolobis annulipes), dan hama pemakan biji (Kumbang bubuk Tribolium casteneum, dan ulat biji Corcyra cephalonica). Hama Pengisap Daun Aphis



craccivora



Homoptera:



Koch. Aphididae



Bioekologi.



Tubuh



Aphis



craccivora



berukuran



kecil,



berwarna



hitam.



lunak,



dan



Sebagian besar jenis serangga ini tidak



bersayap, tetapi bila populasi



meningkat, sebagian serangga dewasanya membentuk sayap bening. Aphis dewasa yang bersayap ini kemudian pindah ke tanaman lain untuk membentuk koloni baru. Serangga ini menyukai bagian-bagian muda dari tanaman inangnya. Panjang tubuh Aphis dewasa berkisar 1–1,6 mm. Nimfa Aphis dapat dibedakan



dengan imagonya dari jumlah ruas antena yang lebih sedikit pada nimfa yang lebih muda. Jumlah antena nimfa instar satu umumnya 4 atau 5 ruas, instar kedua 5 ruas, instar tiga 5 atau 6 ruas dan instar empat atau imago 6 ruas. Serangga muda (nimfa) dan imago (dewasa) mengisap cairan tanaman. Serangan pada pucuk tanaman muda menyebabkan pertumbuhan tanaman kerdil. Hama ini juga bertindak sebagai vektor (serangga penular) berbagai penyakit virus kacangkacangan (Soybean Mosaic Ynts, Soybean Yellow Mosaic Virus, Bean Yellow Mosaic Virus, Soybean Dwarf Yrus, Peanut Stripe Virus, dll). Hama ini menyerang tanaman kacang tanah muda sampai tua. Cuaca panas pada musim kemarau sering menyebab 254 Marwoto: Hama Utama Kacang Tanah dan Strategi Pengendaliannya Pengendalian - Tanam serempak. - Semprot insektisida (Lampiran 1) bila telah mencapai ambang kendali (kerusakan daun 12,5%). Kutu Kebul Bemisia tabaci Gennadius Homoptera:



Aleyrodidae.



Bioekologi.



Serangga dewasa kutu kebul berwarna putih dengan sayap jernih, ditutupi lapisan lilin yang bertepung. Ukuran tubuhnya berkisar 1– 1,5 mm (Gambar 2). Serangga dewasa meletakkan telur di permukaan bawah daun muda. Telur berwarna kuning terang dan bertangkai seperti kerucut. Stadia telur berlangsung selama 6 hari. Serangga muda (nimfa) yang baru keluar dari telur berwarna putih pucat, tubuhnya berbentuk bulat telur dan pipih. Hanya instar satu kaki berfungsi, sedang instar dua dan tiga melekat pada daun selama masa pertumbuhannya. Panjang tubuh nimfa 0,7 mm. Stadia pupa terbentuk pada permukaan daun bagian bawah. Ada jenis lain yang lebih besar disebut Aleurodicus dispersus atau kutu putih. Kutu kebul Bemisia tabaci. Serangga muda dan dewasa mengisap cairan daun. Ekskreta kutu kebul menghasilkan embun madu yang merupakan media tumbuh cendawan jelaga, sehingga tanaman sering tampak berwarna hitam. Kutu kebul merupakan serangga penular penyakit Cowpea Mild Mottle Virus (CMMV) pada kacang tanah dan kacang-kacangan lain. Hama ini dapat menyerang tanaman dari famili Compositae, Cucurbitaceae, Cruciferae, Solanaceae, dan Leguminoceae. Pengendalian - Tanam serempak -



Semprot insektisida bila telah mencapai ambang kendali (kerusakan daun 12,5%). - Penggunaan varietas tahan. Tungau Tetranychus



cinnabarius



Boisduval



Acarina:



Tetranycidae Tubuh



Merah



tungau



Bioekologi. berwarna



merah dengan tungkai putih. Panjang tubuhnya sekitar 0,5 mm. Perkembangan dari telur hingga menjadi tungau dewasa berlangsung selama lebih kurang 15 hari.Telur diletakkan di permukaan bawah daun kacang tanah. Warna telur kuning pucat dan berbentuk bulat dengan ukuran 0,15 mm. Pada musim kering, perkembangbiakkan populasi tungau sangat cepat. Tungau menyerang tanaman dengan mengisap cairan daun sehingga daun berwarna kekuning-kuningan. Pada daun yang terserang akan dijumpai jaringan benang halus yang digunakan oleh tungau dewasa untuk berpindah ke daun lain yang masih segar dengan cara bergantung pada benang. Selain kacang tanah, tungau merah juga menyerang, kacang hijau, kacang tunggak, kacang panjang, ubikayu, pepaya dan karet Thrips



Scirtothrips



dorsalis Hood Thrips palmi Karny Frankliniella schultzei Trybon Callothrips indicus Bagnall



Thysanoptera



:



Thripidae Bioekologi. Thrips merupakan



serangga



kecil



hidup di bagian bunga dan cekungan/ lipatan daun pada tanaman kacang tanah. Ukuran serangga ini hanya 2 mm, berwarna kuning krem. Telur diletakkan di dalam jaringan daun muda. Siklus nimfa mengalami empat kali ganti kulit dan langsung menjadi serangga dewasa. Pada kondisi optimal, serangga muda (nimfa) berumur 15 hari, umur serangga dewasa 20 hari dan dapat meletakkan telur 40–50



butir. Thrips terdapat sepanjang tahun da n populasi meningkat pada musim kemarau/panas. Nimfa dan serangga dewasa menghisap daun, menyebabkan nekrotik dan serangan berat daun menjadi keriting. Serangan pada daun muda menyebabkan daun nekrotik dan keriting, dapat menyebabkan gagal panen. Wereng Empoasca spp. Hemiptera : Cicadellidae Bioekologi. Hama ini juga dikenal dengan nama sikada, menyerang



kacang



tanah



pada



musim kemarau, kehilangan hasil dapat mencapai 40%. Sikada pada kacang



tanah



berwarna



hijau



kekuningan, berukuran 3 mm, serangga jantan lebih kecil daripada serangga betina. Telur diletakkan di dalam jaringan daun, dekat tulang daun di permukaan bawah. Bentuk telur seperti buah alpukat. Seekor sikada betina dapat meletakkan 40 butir telur, telur menetas dalam 7–10 hari. Lama periode nimfa 7–14 hari. Nimfa dan serangga dewasa mengisap cairan daun muda dari permukaan bawah daun. Kerusakan pada daun muda, urat daun menjadi putih. Serangan pada tanaman muda menjadikan tanaman layu. Pada tanaman yang lebih tua, ujung daun muda yang terserang berwarna kuning membentuk huruf V. Kacang tanah yang terserang sikada tampak lebih kuning daripada tanaman sehat. Hama Empoasca dan gejala serangan pada daun kacang tanah. Hama Pemakan Daun 1. Ulat Grayak Spodoptera litura Fabricius Lepidoptera : Noctuidae Bioekologi. Serangga dewasa berupa ngengat abu-abu, meletakkan telur pada daun secara berkelompok. Ukuran tubuh ngengat betina 1,4 cm, sedangkan ngengat jantan 1,7 cm. Setiap kelompok telur terdiri dari 30–700 butir yang ditutupi oleh bulu-bulu berwarna merah kecoklatan. Telur akan menetas setelah 3 hari. Ulat yang baru keluar dari telur berkelompok di permukaan daun dan makan epidermis daun. Setelah beberapa hari, ulat mulai hidup berpencar. Ulat grayak aktif makan pada malam hari, meninggalkan epidermis atas dan tulang daun sehingga daun yang terserang dari jauh terlihat berwarna putih. Panjang tubuh ulat



yang telah tumbuh penuh 50 mm. Kepompong terbentuk di dalam tanah. Setelah 9–10 hari, kepompong akan berubah menjadi ngengat dewasa. Selain memakan daun, ulat dewasa memakan polong muda dan tulang daun muda, sedang pada daun yang tua, tulang-tulangnya akan tersisa. Selain kacang tanah, ulat grayak juga menyerang jagung, kentang, tembakau, kacang hijau, bayam dan kobis. Gambar 6. Ulat, kelompok, dan imago hama ulat grayak Spodoptera litura. Pengendalian - Tanam serempak. - Pemantauan secara rutin semprot insektisida (Lampiran 1) apabila telah mencapai ambang kendali (2 ekor/ 8 tanaman). 2. Ulat Jengkal Chrysodeixis chalcites Esper; Thysanoplusia (= Trichoplusia) orichalcea Fabricius Lepidoptera : Noctuidae 258 Marwoto: Hama Utama Kacang Tanah dan Strategi Pengendaliannya Bioekologi. Ngengat betina meletakkan telur pada permukaan bawah daun secara satu persatu. Mula-mula telur berwarna putih kemudian berubah menjadi kuning. Setelah 3–4 hari, telur akan menetas. Ulat yang keluar berwarna hijau dan dikenal dengan sebutan ulat jengkal karena perilaku jalannya. Ulat dewasa membentuk kepompong dalam daun yang dianyam. Panjang tubuh ulat yang telah mencapai pertumbuhan penuh sekitar 4 cm. Setelah 7 hari, kepompong akan berubah menjadi ngengat (Gambar 7). Ukuran tubuh ngengat betina 1,3 cm, sedangkan yang jantan 1,7 cm. Ulat makan daun dari arah pinggir. Serangan berat pada daun mengakibatkan hanya tulang-tulang daun yang tersisa dan keadaan ini biasanya terjadi pada fase pengisian polong. Ulat jengkal bersifat polifag. Selain kacang tanah, ulat jengkal juga menyerang tanaman jagung, kentang, tembakau dan kacang-kacangan lain. Gambar 7. Imago dan larva ulat jengkal Chrysodeixis chalcites Esper. (Sumber: www.africanmoths.com). Pengendalian - Tanam serempak - Semprot insektisida (Lampiran 1) bila telah mencapai ambang kendali (kerusakan daun 12,5%). 3. Ulat Penggulung Daun Omiodes (=Lamprosema, Hedylepta) indicata Fabricius Lepidoptera : Pyralidae Bioekologi. Ngengat betina berukuran kecil, berwarna coklat kekuningan dengan lebar rentangan sayap 20 mm. Ngengat betina meletakkan telur secara berkelompok pada daun-daun muda. Setiap kelompok terdiri dari 2–5 butir. Ulat yang keluar dari telur berwarna hijau, licin, transparan dan agak mengkilap (Gambar 8). Pada bagian punggung (toraks) terdapat bintik



hitam. Seperti namanya, ulat ini membentuk gulungan daun dengan merekatkan daun yang satu dengan yang lainnya dari sisi dalam dengan zat perekat yang dihasilkannya. Di dalam gulungan, ulat memakan daun, sehingga akhirnya tinggal tulang daunnya yang tersisa. Panjang tubuh ulat yang telah tumbuh penuh 20 mm. Kepompong terbentuk di dalam gulungan daun. Kadang-kadang ulat jenis Tortricidae dijumpai dalam gulungan daun. Serangan hama ini terlihat den Monograf Balitkabi No. 13 259 Gambar 8. Ulat penggulung daun Omiodes (=Lamprosema, Hedylepta) indicata Fabricius. Pengendalian - Tanam serempak Pemantauan secara rutin, apabila populasi tinggi semprot dengan insektisida 4. Ulat buah Helicoverpa (Heliothis) Helicoverpa (Heliothis) armigera Huebner Lepidoptera : Noctuidae Bioekologi. Telur diletakkan secara terpencar satu per satu pada daun, pucuk atau bunga pada malam hari. Telur biasanya diletakkan pada tanaman berumur 2 minggu setelah tanam. Telur berwarna kuning muda. Setelah 2–5 hari, telur menetas menjadi ulat. Ulat yang baru keluar kemudian makan kulit telur. Ulat muda makan jaringan daun, sedangkan ulat instar yang lebih tua makan bunga, polong muda dan biji. Warna ulat tua bervariasi, hijau kekuning-kuningan, hijau, coklat atau agak hitam kecoklatan. Tubuh ulat sedikit berbulu. Panjang tubuh ulat pada pertumbuhan penuh sekitar 3 cm dengan lebar kepala 3 mm. Kepompong terbentuk di dalam tanah. Setelah 12 hari, ngengat akan keluar. Warna tubuh ngengat kuning kecoklatan. Ciri khusus cara makan ulat Helicoverpa adalah kepala dan sebagian tubuhnya masuk ke dalam polong. Selain makan polong, ulat juga menyerang daun dan bunga. Serangga hama ini mempunyai banyak tanaman inang: kacang hijau, kacang buncis, kacang tanah, gude, kentang, tomat, kapas, jagung, kentang, kubis, bawang merah, apel, jarak, tembakau, sorgum, jeruk dan bunga matahari. Hama ulat buah Helicoverpa (Heliothis) armigera Huebner. 5. Pengorok daun Aproerema modicela Deventev Lepidoptera : Gelechiidae Bioekologi. Hama ini merupakan hama kunci di India maupun di Indonesia, mempunyai tanaman inang yang terbatas, salah satunya tanaman kacang tanah. Serangga hama dewasa berwarna kecoklatan dan keabu-abuan, panjang tubuh 6 mm, rentang sayap 10 mm (Gambar 10). Telur berwarna



mengkilap, diletakkan secara individu biasanya di bawah permukaan daun. Serangga betina dapat meletakkan hingga 200 butir. Telur menetas dan larva muda langsung menggerek/mengorok di dalam daun di antara epidermis atas dan bawah. Gejala serangan dapat diamati dengan adanya perubahan warna daun menjadi kecoklatan seperti kering. Serangan berat di lapangan, terlihat daun kacang tanah seperti terbakar. Pertumbuhan dan perkembangan hama ini dipicu dengan keadaan musim yang kering. Hama pengorok daun Aproerema modicela, gejala seranag pada daun dan serangan di lapang dalam uji varietas (Sumber: R. Rao GV & Rameshwar Rao V. 2013). Pengendalian - Pemantauan secara rutin. Bila diketahui serangan mencapai 12,5% semprot dengan insektisida sistemik. Hama Polong 1. Rayap Odontotermes spp Isoptera : Termitidae Bioekologi. Rayap menyerang tanaman kacang tanah melalui tiga cara: (1) masuk langsung ke dalam sistem perakaran, menggerek di dalam akar dan batang, dan akhirnya menyebabkan tanaman mati, (2) langsung menggerek dan melubangi polong dan merusak biji, dan (3) langsung merusak urat polong kacang tanah. Polong yang terserang rayap menjadikan kacang tanah peka terhadap serangan jamur Aspergillus spp. Rayap tersebar di Asia dan berbahaya pada kacang tanah yang ditanam pada tanah yang berwarna kemerahan dan berpasir, namun tidak menyebabkan kerusakan yang tinggi pada tanah Vertisol. Kacang tanah yang terlambat panen, kerusakan oleh rayap lebih besar. Hama rayap Odontotermes spp. (Sumber: R. Rao GV & Rameshwar Rao V. 2013). Pengendalian Membersihkan sisa tanaman. - Tanam serempak. - Pengairan. - Insektisida butiran (Lampiran 1). 2. Lundi Holotrichia spp. Coleoptera : Melolontidae Bioekologi. Hama lundi bersifat polifag, menimbulkan kerusakan pada berbagai tanaman. Kerusakan berat terjadi pada tanaman yang ditanam di tanah pasir. Telur diletakkan secara tunggal di dalam tanah 5–20 cm. Telur berwarna putih berbentuk lonjong berukuran 2,0–2,5 mm, lama stadium telur 9–11 hari. (Gambar 12). Larva yang baru menetas makan bahan organik, larva mengalami 2 kali ganti kulit. Lama instar pertama 13–19 hari, instar kedua 31–39 hari dan instar ketiga 118–131 hari.



Kepompong dibentuk di dalam tanah, lama stadium kepompong 15 hari. Serangga dewasa atau kumbang berukuran 7 x 20 mm. Kumbang keluar dari dalam tanah pada malam hari, setelah hujan turun. Penerbangan yang paling banyak antara pukul 18.00–20.00. Daya terbang kumbang tidak terlalu jauh, hanya di sekitar permukaan tanah. Kumbang dewasa setelah keluar dari tanah segera kawin. Kumbang betina meletakkan telur sekitar 30 butir. Gejala serangan dapat dilihat dari larva yang baru menetas makan bulu akar dan bintil akar, sedangkan larva instar tiga memotong ujung akar, sehingga tanaman layu dan mati. Telur, larva dan imago hama lundi Holotrichia spp. (Sumber: R. Rao GV & Rameshwar Rao V. 2013). 262 Marwoto: Hama Utama Kacang Tanah dan Strategi Pengendaliannya Pengendalian - Memajukan waktu tanam dan tanam serempak kurang dari 10 hari. - Pengolahan tanah dan pengairan. - Lampu perangkap. Insektisida granula/butiran (Lampiran 1). 2. Cocopet, Dermaptera Anisolobis annulipes Lucas Dermaptera : Forficulidae Bioekologi. Anisolobis annulipes dikenal sebagai cocopet. Hama ini merusak polong kacang tanah dan termasuk hama yang penting. Serangan hama ini di kabupaten Tuban dapat menurunkan hasil sampai 50%. Gambar 13. Telur, imago, dan gejala serangan Anisolobis annulipes hama pada polong kacang tanah (Sumber: R. Rao GV & Rameshwar Rao V. 2013) Serangga dewasa kawin 7–10 hari setelah muncul, dan meletakkan telur 10–23 hari kemudian. Telur berwarna putih, diletakkan di dalam kelompok dan menetas setelah 7–11 hari. Seekor serangga betina mampu meletakkan telur 21–108 butir. Sepanjang hidupnya nimfa melewati 5 instar dan serangga dewasa hidup sampai 252 hari. iklus hidup dari telur hingga dewasa 56–72 hari. Cocopet menggerek polong dan makan biji, lubang gerekan berisi kotorannya dan tanah. Tanaman yang terserang nampak segar dan tidak mengalami perubahan, tetapi bijinya rusak (Gambar 13). Pengendalian - Tanam serempak - Pengairan Insektisida butiran (Lampiran 1). Hama Biji 1.



Kumbang



Bubuk



Tenebrionidae Monograf.



Tribolium



castaneum



Herbst



Coleoptera



:



Bioekologi. Serangga ini merupakan hama penting pada biji kacang tanah di dalam gudang. Kumbang agak pipih, memanjang berwarna coklat, berukuran 3–4 mm, lama hidup kumbang 18 bulan (Gambar 14). Gambar 14. Kumbang Bubuk Tribolium castaneum dan gejala serangan (Sumber: R. Rao GV & Rameshwar Rao V. 2013). Telur diletakkan secara tunggal. Seekor kumbang betina mampu bertelur 46 butir sepanjang hidupnya. Larva yang baru menetas berbentuk lonjong berwarna putih kecoklatan dan makan biji. Larva berambut halus. Kepompong diletakkan di antara biji yang dimakan. Lama periode telur sampai menjadi kumbang 20 hari pada suhu 35 C dan kelembaban 79% tetapi dapat menjadi 141 hari pada suhu 25 C dan kelembaban 70%. Gejala serangan ditunjukkan dengan larva dan kumbang makan biji kacang tanah sehingga menjadi berlubang, apabila kerusakan berat yang tersisa tinggal kulitnya saja. Pengendalian - Biji bebas telur hama - Kadar air simpan 11% - Gudang bebas hama - Untuk benih dapat perlakuan benih dengan insektisida – Fumigasi. 2. Ulat biji Corcyra cephalonica Stainton Lepidoptera: Galleridae Bioekologi. Serangga ini dikenal sebagai hama pada beras. Selain pada beras dan kacang tanah hama ini juga menyerang jagung, sorgum, dan gandum. Ngengat berukuran kecil 12–15 mm, lebar bentangan sayap 20 mm. Apabila istirahat sayapnya selalu tertutup. Sayap depan berwarna coklat abu-abu dengan urat-urat berwarna lebih gelap . PENGENDALIAN TERPADU Pendekatan Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama pada tanaman kacang tanah berlandaskan strategi penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). PHT menurut Untung (1993, 2006), dan Marwoto et al. (1990) adalah suatu cara pendekatan atau cara pengendalian hama dan penyakit yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan ekosistem yang berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Strategi PHT adalah mendukung secara kompatibel semua teknik atau metode pengendalian hama dan penyakit didasarkan pada asas ekologi dan ekonomi. Prinsip operasional yang digunakan dalam PHT adalah: 1. budidaya tanaman sehat. Tanaman yang sehat mempunyai ketahanan ekologi yang tinggi terhadap gangguan hama dan penyakit. Untuk itu



penggunaan



paket



teknologi



produksi



dalam



praktek



agronomis



yang



dilaksanakan harus diarahkan kepada terwujudnya tanaman yang sehat. 2. pelestarian musuh alami. Musuh alami (parasit, predator, dan patogen serangga) merupakan faktor pengendali hama/penyakit penting yang perlu dilestarikan dan dikelola agar mampu berperan secara maksimum dalam pengaturan populasi hama di lapang. 3. pemantauan ekosistem secara terpadu. Pemantauan ekosistem pertanaman yang intensif secara rutin oleh petani merupakan dasar analisis ekosistem untuk pengambilan keputusan dan melakukan tindakan yang diperlukan. Monograf Balitkabi No. 13 265 4. petani sebagai ahli PHT. Petani sebagai pengambil keputusan dan ketrampilan dalam menganalisis ekosistem serta mampu menetapkan keputusan pengendalian hama secara tepat sesuai dengan dasar PHT. Kacang panjang Klasifikasi :Divisi : Spermatophyta, sub divisi : Angiospermae, kelas : Dicotyledoneae, bangsa : Rosales, suku : Leguminosae (Papilionaceae), marga : Vigna, jenis : Vigna cylindrica (L.) Skeels. Nama umum/dagang : Kacang panjang (Hutapea et al., 1994). Tanaman kacang panjang merupakan tanaman semak yang hidupnya menjalar dan tanaman kacang panjang ini merupakan tanaman semusim yang dengan tinggi kurang lebih 2,5 m pada bagian batang tanaman kacang panjang ini umumnya tumbuhnya tegak, silindris, lunak dan berwarna hijau dengan permukaan licin kemudian daunnya majemuk, lonjong, berseling, panjang 6-8 cm, lebar 3-4,5 cm, tepi rata, pangkal membulat, ujung lancip, pertulangan menyirip, tangkai silindris, panjang kurang lebih 4 cm, dan berwarna hijau. Kemudian bunga tanaman kacang panjang ini terdapat pada ketiak daun, majemuk, tangkai silindris, panjang kurang lebih 12 cm, berwarna hijau keputihputihan, mahkota berbentuk kupu-kupu, berwarna putih keunguan, benang sari bertangkai, panjang kurang lebih 2 cm, berwarna putih, kepala sari kuning, putik bertangkai, berwarna kuning, panjang kurang lebih 1 cm, dan berwarna ungu. Kemudian buah tanaman kacang panjang ini berbentuk polong, berwarna hijau,



dan panjang 15-25 cm. Bijinya lonjong, pipih, berwarna coklat muda. Akarnya tunggang berwarna coklat muda (Hutapea et al., 1994). Hama Penyakit dan Pengendalian 



Lalat kacang (Ophiomya phaseoli Tryon) Gejala: terdapat bintik-bintik putih sekitar tulang daun, pertumbuhan



tanaman kacang panjang yang terserang lalat kacang pertumbuhannya akan terhambat dan daun tanaman kacang panjang akan berwarna kekuningan dengan pangkal batang terjadi perakaran sekunder dan membengkak. Pengendalian lalat kacang dapat dilakukan dengan cara pergiliran tanaman yang bukan dari famili kacang-kacangan dan penyemprotan dengan PESTONA.







Kutu daun (Aphis cracivora Koch) Gejala: pertumbuhan tanaman kacang panjang dapat terlambat karena



hama kutu daun ini mengisap cairan sel tanaman kacang panjang dan penurunan hasil pemanenan. Kutu daun ini biasanya hidup bergerombol di pucuk tanaman kacang panjang dan berperan sebagai vektor virus. Pengendalian kutu daun dapat dilakukan dengan cara rotasi tanaman kacang panjang dengan tanaman yang bukan famili kacang-kacangan dan dengan penyemprotan Natural BVR







Ulat grayak (Spodoptera litura F.)



Gejala: daun tanaman kacang panjang yang terserang ulat gerayak akan berlubang-lubang dengan ukuran yang tidak pasti, biasanya serangan berat ulat gerayak ini terjadi pada musim kemarau selain itu ulat gerayak ini juga menyerang polong buah tanaman kacang panjang. Pengendalian ulat gerayak ini bisa dilakukan dengan cara kultur teknis, rotasi tanaman kacang panjang dengan tanaman yang bukan famili kacang-kacangan dan dapat juga dilakukan dengan penanaman serempak natural VITURA.







Penggerek biji (Callosobruchus maculatus L)



Gejala: biji tanaman kacang panjang yang terserang penggerek batang akan rusak berlubang-lubang dan akan hancur sampai 90%. Pengendalian penggerek biji ini dapat dilakukan dengan cara membersihkan dan memusnahkan sisa-sisa tanaman kacang panjang karena sisa-sisa tanaman kacang panjang dapat dijadikan tempat persembunyian hama penggerek biji ini atau dapat juga dilakukan yaitu benih kacang panjang diberi perlakuan minyak jagung 10 cc/kg biji. 



Ulat bunga ( Maruca testualis)



Gejala: bunga tanaman kacang panjang yang terserang ulat bunga biasanya larva ulat bunga yang menyerang bunga yang sedang membuka, kemudian larva ulat bunga ini memakan polong. Pengendalian ulat bunga ini dapat dilakukan dengan rotasi tanaman dan menjaga kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman dan dengan disemprot larutan PESTONA.  Penyakit Antraknose ( jamur Colletotricum lindemuthianum ) Gejala: serangan dapat diamati pada bibit yang baru berkecamabah, semacam kanker berwarna coklat pada bagian batang dan keping biji. Pengendalian penyakit antraknose dapat dilakukan dengan rotasi tanaman, perlakuan benih sebelum ditanam dengan Natural GLIO dan POC NASA dan membuang rumput-rumput dari sekitar tanaman.  Penyakit mozaik ( virus Cowpea Aphid Borne Virus/CAMV). Gejala: pada daun-daun muda terdapat gambaran mosaik yang warnanya tidak beraturan. Penyakit ditularkan oleh vektor kutu daun. Pengendalian penyakit mozaik dapat menggunakan benih sehat dan bebas virus, semprot vector kutu daun dan tanaman yang tersersang dicabut dan dibakar.



 Penyakit sapu ( virus Cowpea Witches-broom Virus/Cowpea Stunt Virus.) Gejala: pertumbuhan tanaman terhambat, ruas-ruas (buku-buku) batang sangat pendek, tunas ketiak memendek dan membentuk "sapu". Penyakit ditularkan kutu daun. Pengendalian penyakit ini sama dengan pengendalian penyakit mosaik. Layu bakteri ( Pseudomonas solanacearum ) Gejala: tanaman mendadak layu dan serangan berat menyeabkan tanaman mati. Pengendalian layu bakteri ini dapat dilakukan dengan rotasi tanaman, perbaikan drainase dan mencabut tanaman yang mati dan gunakan Natural GLIO pada awal tanam.



HAMA PADA TANAMAN KACANG – KACANGAN



OLEH



NASIP



160301037



NUR SALINA



160301100



MEY LAURENTIA Br MANALU



160301102



LEON AMANTA HALOMOAN



160301249



HAMA DAN PENYAKIT 2016



TUGAS HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITASSUMATERA UTARA MEDAN 2019