Hasil Analisis Program Promkes [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP DINAS KESEHATAN



UPT PUSKESMAS JERUKLEGI II Jalan Raya Jambusari – Jeruklegi telp. 08112939222 email : [email protected]



JERUKLEGI Kode Pos 53252



HASIL ANALISIS PROGRAM PROMKES UPT PUSKESMAS JERUKLEGI II TAHUN 2018



BAB I PENDAHULUAN



1. Latar Belakang Pendidikan kesehatan yang dikenal dengan promosi kesehatan adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan kemampuan (ability) masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Tujuan promosi kesehatan bukan sekedar menyampaikan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan agar masyarakat mengetahui dan berperilaku hidup sehat, tetapi juga bagaimana mampu memelihara dan meningakatkan kesehatannya. Upaya memecahkan masalah kesehatan ditujukan atau diarahkan kepada faktor perilaku dan faktor non perilaku (lingkungan dan pelayanan). Pendekatan terhadap faktor perilaku adalah promosi atau pendidikan kesehatan. Sedangkan, pendekatan terhadap faktor non perilaku adalah dengan perbaikan lingkungan fisik dan peningkatan lingkungan sosial budaya, serta peningkatan pelayanan kesehatan. Promosi Kesehatan di Indonesia telah mempunyai visi, misi dan strategi yang jelas.Dengan visi, misi dan strategi seperti ini, promosi Kesehatan juga jelas akan melangkah dengan mantapnya di masa depan. Namun visi, misi dan strategi tersebut juga harus dapat dioperasionalkan secara lebih nyata di lapangan, sesuai keadaan, masalah dan potensi setempat.



2. Sejarah promosi kesehatan a. Era propaganda dan Pendidikan Kesehatan Rakyat (masa kemerdekaan sampai 1960an)



1



Pada tahun 1924 oleh pemerintah Belanda dibentuk Dinas Higiene. Kegiatan pertamanya berupa pemberantasan cacing tambang di daerah Banten. Bentuk usahanya dengan mendorong rakyat untuk membuat kakus/jamban sederhana dan mempergunakannya. Lambat laun pemberantasan cacing tambang tumbuh menjadi apa yang dinamakan “Medisch Hygienische Propaganda”. Propaganda ini kemudian meluas pada penyakit perut lainnya, bahkan melangkah pula dengan penyuluhan di sekolah-sekolah dan pengobatan kepada anakanak sekolah yang sakit. Timbullah gerakan, untuk mendirikan “brigade sekolah” dimanamana. Perintisan Pendidikan Kesehatan Rakyat oleh Dr. R. Mohtar. b. Era Pendidikan dan Penyuluhan Kesehatan (1960-1980) 1) Munculnya istilah Pendidikan Kesehatan dan diterbitkannya UU Kesehatan 1960. 2) Ditetapkannya Hari Kesehatan Nasional (12 November 1964) c. Era PKMD, Posyandu dan Penyuluhan Kesehatan melalui Media Elektronik (1975-1995). 1) Peran serta dan pemberdayaan masyarakat (Deklarasi Alma Ata, 1978). 2) Munculnya PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa). 3) Munculnya Posyandu. 4) Penyuluhan kesehatan melalui media elektronik (dialog interaktif, sinetron dan lain-lain). d. Era Promosi dan Paradigma Kesehatan (1995-2005) Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I di Ottawa, Kanada, munculnya istilah promosi kesehatan (Ottawa Charter, 1986) memuat 5 strategi pokok Promosi Kesehatan, yaitu: 1) Mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (Healthy Public Policy). 2) Menciptakan lingkungan yang mendukung (Supportive Environment). 3) Memperkuat gerakan masyarakat (Community Action). 4) Mengembangkan kemampuan perorangan (Personnal Skills). 5) Menata kembali arah pelayanan kesehatan (Reorient Health Services). Promosi Kesehatan abad 21 adalah : Meningkatkan tanggungjawab sosial dalam kesehatan, Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan, Meningkatkan kemitraan untuk kesehatan, Meningkatkan kemampuan perorangan dan memberdayakan masyarakat, Mengembangkan infra struktur promosi kesehatan.



2



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian promosi kesehatan a. WHO (1984), Merevitalisasi pendidikan kesehatan dengan istilah promosi kesehatan, kalau pendidikan kesehatan diartikan sebagai upaya perubahan perilaku maka promosi kesehatan tidak hanya untuk perubahan perilaku tetapi juga perubahan lingkungan yang memfasilitasi perubahan perilaku tersebut. Disamping itu promosi kesehatan lebih menekankan kepada peningkatan kemampuan hidup sehat, bukan sekedar berperilaku sehat. b. Lawrence Green (1984), Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Dari batasan ini jelas, bahwa promosi kesehatan adalah pendidikan kesehatan plus, atau promosi kesehatan adalah lebih dari pendidikan kesehatan. Promosi kesehatan bertujuan untuk menciptakan suatu keadaan, yakni perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. c. Piagam Ottawa (Ottawa Charter, 1986), Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa, Canada menyatakan bahwa “Health Promotion is the process of enabling people to control over and improve their health”. To reach a state of complete physical, mental and social well-being, an individual or group must be able to identify and realize aspiration, to satisfy needs, and to cange or cope with the environment. Hal tersebut jelas dinyatakan bahwa promosi kesehatan adalah suatu proses untuk memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Dengan kata lain promosi kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Batasan promosi kesehatan ini mencakup 2 dimensi yaitu “kemauan” dan “kemampuan”, atau tidak sekedar meningkatnya kemauan masyarakat seperti dikonotasikan oleh pendidikan kesehatan. Untuk mencapai status kesehatan yang paripurna baik fisik, mental



dan



kesejahteraan



social,



masyarakat



harus



mampu



mengenal



atau



mengidentifikasi dan mewujudkam aspirasinya, untuk memenuhi kebutuhannya, dan mengubah keadaan lingkungannya. Kesehatan sebagai sumber kehidupan sehari-hari, bukan sekedar tujuan hidup. Kesehatan merupakan konsep yang positif yang menekankan pada sumber-sumber social dan personal, sebagaimana halnya kapasitas fisik. Karena itu, promosi kesehatan bukan 3



saja tanggung jawab sector kesehatan, tapi juga meliputi sektor-sektor lain yang mempengaruhi gaya hidup sehat dan kesejahteraan sosial. Teori klasik oleh Blum (1974) mengatakan bahwa ada 4 determinan utama yang mempengaruhi derajat kesehatn individu, kelompok atau masyarakat. Empat determinan tersebut secara berturut-turut besarnya pengaruh terhadap kesehatan adalah: 1) Lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun lingkungan non fisik 2) Perilaku 3) Pelayanan kesehatan 4) Keturunan atau herediter Determinan ini lebih lanjut dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yakni lingkungan fisik (cuaca, iklim, sarana, dan prasarana, dan sebagainya), dan lingkungan non fisik, seperti lingkungan social, budaya, ekonomi, politik, dsb. Bila dianalisis lebih lanjut determinan kesehatan itu sebenarnya adalah semua factor diluar kehidupan manusia, baik secara individu, kelompok, maupun komunitas yang secara langsung atau tidak langssung mempengaruhi kehidupan manusia itu. Hal ini berarti, di samping determinan-determinan tersebut yang telah dirumuskan oleh Blum masih terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi atau menentukkan terwujudnya kesehatan seseorang, kelompok atau masyarakat. Faktor-faktor atau determinan yang menentukan atau mempengaruhi kesehatan baik individu, kelompok atau masyarakat ini, dalam piagam Ottawa (Ottawa Charter) disebut persyaratan untuk kesehatan (prerequisites for health) terdapat 9 faktor, yakni: 1) Perdamaian atau kemakmuran (peace). 2) Tempat tinggal (shelter). 3) Pendidikan (education). 4) Makanan (food). 5) Pendapatan (income). 6) Ekosisten yang stabil dan seimbang (a stable eco-sistem). 7) Sumber daya yang berkesinambungan (sustainable resources). 8) Keadilan social (social justice). 9) Pemerataan (equity). Faktor-faktor tersebut dalam mempenggaruhi kesehatan tidaklah berdiri masing-masing melainkan bersama-sama atau secara akumulatif, karena masingmasing factor tersebut saling mempengaruhi.



B. Konsep kesehatan masyarakat Secara definisi istilah promosi dalam ilmu kesehatan masyarakat (healt promotion) mempunyai dua pengertian. Pengertian promosi kesehatan yang pertama adalah sebagai 4



bagian dari tingkat pencegahan penyakit. Level and clark mengatakan ada 5 tingkat pencegahan penyakit dalam perspektif masyarakat, yaitu: 1. Healt promotion (Peningkatan promosi kesehatan). 2. Specifik Protection (Perlindungan khusus melalui imunisasi). 3. Early diagnosis and prompt treatment (Diagnosis dini dan pengobatan segera) 4. Disability limitation (Membatasi atau mengurangi kecatatan) 5. Rehabilitation (Pemulihan) Sedangkan pengertian yang kedua promosi kesehatan diartikan sebagai upaya memasarkan, menyebarluaskan, mengenalkan atau menjual kesehatan. Dengan kata lain promosi kesehatan adalah memasarkan atau menjual atau memperkenalkan pesan-pesan kesehatan atau upaya-upaya kesehatan, sehingga masyarakat menerima atau membeli (dalam arti menerima perilaku kesehatan) atau mengenal pesan-pesan kesehatan tersebut yang akhirnya masyarakat mau berperilaku hidup sehat. dari pengertian promosi kesehatan yang kedua ini, maka sebenarnya sama dengan pendidikan kesehatan (health education). Karena pendidikan kesehatan pada prinsipnya bertujuan agar masyarakat berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Memang promosi kesehatan dalam konteks kesehatan masyarakat pada saat ini dimaksudkan sebagai revitalisasi atau pembaruan dari pendidikan kesehatan pada waktu yang lalu. Berubahnya pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan, tidak terlepas dari sejarah praktik pendidikan kesehatan di dalam masyarakat di Indonesia, maupun secara praktik kesehatan secara global.



C. Tujuan Promosi Kesehatan Tujuan promosi kesehatan adalah untuk mempengaruhi sikap masing-masing mengenal kesehatan secara individu dan menentukan keputusan mereka atas pilihannya secara personal menuju gaya hidup yang sehat dan lelah positif. Ada beberapa tujuan khusus secara jelas yang harus di sampaikan pada individu adalah sebagai berikut : 1.



Mempengaruhi sikap untuk menerima gaya hidup yang sehat dan positif



2.



Mempengaruhidan memelihara kebiasaan makan dengan kandungan gizi yang optimal



3.



Mempengaruhi berhenti merokok demi kesehatan.



4.



Membantu dan mengatasi stress yang dialami dalam kehidupan.



D. Sasaran Promosi Kesehatan Sasaran promosi kesehatan secara spesifik yaitu : 1. Perorangan atau Keluarga. a. Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran (baik langsung maupun melalui media massa). 5



b. Mempunyai pengetahuan dan kemauan untuk memlihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya. c. Mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat. d. Berperan serta dalam kegiatan sosial khususnya yang berkaitan dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) kesehatan. 2. Masyarakat atau Lsm. a. Menggalang potensi untuk mengembangkan gerakan atau upaya kesehatan. b. Bergotong royong untuk mewujudkan lingkungan sehat. 3. Lembaga Pemerintah atau Lintas Sektor atau Politisi atau Swasta a. Peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat. b. Membuat kebijakan sosial yang memperhatikan dampak di bidang kesehatan. 4. Petugas Program atau Institusi a. Memasukkan komponen promosi kesehatan dalam setiap program. b. Membuat kebijakan sosial yang memperhatikan dampak di bidang kesehatan. Berdasarkan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam tiga kelompok sasaran, yaitu : 1) Sasaran Primer (Primary Target) Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment) 2) Sasaran Sekunder (Secondary Target) Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya. Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya. 3) Sasaran Tersier (Tertiary Target) Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek atau dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy). 6



E. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Ruang lingkup promosi kesehatan yaitu 1. Mengembangkan kebijakan pembangunan kesehatan (healthy public policy), yaitu berupaya



mengembangkan



kebijakan



pembangunan



di



setiap



sektor



dengan



memperhatikan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan sekitar.Contoh: membangun pabrik harus mempertimbangkan dampak negatif, penebangan hutan secara liar dapat mempengaruhi kerusakan lingkungan 2. Mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung (create partnership and supportive environment), yaitu mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung suasana yang memungkinkan masyarakat yang termotivasi melakukan pembangunan kesehatan. Contoh : adanya perlindungan tenaga kerja dengan diberikannya JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) 3. Memperkuat kegiatan masyarakat (strengthen community action), yaitu memberikan bantuan dan dukungan terhadap kegiatan yang sudah berjalan dimasyarakat, sehingga lebih berkembang serta memberikan peluang bagi masyarakat yang melakukan kegiatan dan berperan aktif dalam pembangunan kesehatan. Contoh : BKR (Bina Karya Remaja) dengan memberi keterampilan kerja sehingga dapat memperoleh suatu penghasilan. 4. Keterampilan individu (personnel skill). Peningkatan keterampilan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat yaitu dengan cara memberikan penyuluhan mengenai bagaimana cara memelihara, mencegah, dan mengobati suatu penyakit. 5. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health services). Masyarakat merupakan pengguna atau penerima pelayanan kesehatan dan sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan. Penyelenggara pelayanan kesehatan harus melibatkan pemberdayaan masyarakat agar masyarakat tersebut dapat ikut serta dalam menerima dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat.



F. Strategi Promosi Kesehatan. Strategi promosi kesehatan menurut WHO yaitu: a. Advokasi Pendekatan terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isu kebijakan yang spesifik. Advokasi yang berhasil akan menentukan keberhasilan kegiatan promosi kesehatan pada langkah selanjutnya sehingga keberlangsungan program dapat lebih tejamin. b. Mediasi Kegiatan promosi kesehatan tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi harus melibatkan lintas sector dan lintas program. Mediasi berarti menjembatani “pertemuan” diantara beberapa sector yang terkait . Karenanya masalah kesehatan 7



tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Sebagai contoh, kegiatan promosi kesehatan terkait kebersihan lingkungan harus melibatkan unsure kimpraswil dan pihak lain yang terkait sampah. c. Memampukan masyarakat (Enable) Memampukan masyarakat adalah kegiatan pemberian pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat agar mereka mampu menjaga dan memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Kemandirian masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan kesehatanya merupakan tujuan dari kegiatan promosi kesehatan.



Strategi promosi kesehatan menurut Departemen Kesehatan RI adalah : a. Advokasi adalah pendekatan terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isu kebijakan yang spesifik. Advokasi yang berhasil akan menentukan keberhasilan kegiatan promosi kesehatan pada langkah selanjutnya sehingga keberlanagsungan program dapat lebih tejamin. b. Bina Suasana adalah kegiatan mencari dukungan social ( social support) dalam rangka membuat suasana yang cukup kondusif untuk diselenggarakan suatu program peningkatan kesehatan pada masyarakat. c. Gerakan. Kegiatan dilakukan secara bersama sama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Strategi Promosi Kesehatan berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, yaitu: a. Strategi Promosi Kesehatan Primer, tindakan pada fase ini adalah untk mencegah terjadinya kasus penyakit. Berfokus pada masyarakat yang masih daam keadaan sehat. b. Strategi Promosi Kesehatan Sekunderberfokus pada masyarakat yang beresiko untuk mengalami penyakit. c. Strategi Promosi Kesehatan Tersierdifokuskan pada masyarakat yang sudah terkena penyakit. Focus penanganan yaitu dengan rehabilitasi untuk mencegah kecacatan atau kemunduran lebih lanjut dari penyakitnya tersebut. Untuk mewujudkan promosi kesehatan, diperlukan suatu strategi yang baik. Strategi adalah cara yang digunakan untuk mencapai apa yang diinginkan dalam promosi kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang lainnya seperti pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, status gizi masyarakat, pelayanan kesehatan dan lain sebagainya. Strategi ini diperlukan dalam mewujudkan visi dan misi dari promosi kesehatan (Mubarak dan Nurul, 2009).



8



Berdasarkan rumusan WHO (1994), strategi promosi kesehatan secara global terdiri dari 3 hal yaitu a. Advokasi (Advocacy) Advokasi yaitu kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat dengan membuat keputusan dan penentu kebijakan dalam bidang kesehatan maupun sektor lain di luar kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat (Mubarak dan Nurul, 2009). Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor dan tingkat sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalm bentuk undangundang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi dan sebagainya. Kegiatan advokasi ini ada bermacam-macam bentuk, baik secara formal atau informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminar tentang issu atau usulan program yang ingin diharapkan dukungan dari pejabat terkait. Kegiatan advokasi secara informal, misalnya mengunjungi pejabat yang relevan dengan program yang diusulkan, untuk secara informal minta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, dana atau fasilitas lain. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa advokasi adalah para pejabat baik eksekutif dan legislatif diberbagai tingkat dan sektor yang terkait dengan masalah kesehatan (Soekidjo Notoatmodjo, 2010). b. Dukungan Sosial (Social Support) Promosi kesehatan akan mudah dilakukan jika mendapat dukungan dari berbagai elemen yang ada di masyarakat. Dukungan dari masyarakat antara lain berasal dari unsur informal (tokoh agama dan tokoh adat) yang mempunyai pengaruh di masyarakat serta unsur formal seperti petugas kesehatan dan pejabat pemerintah (Mubarak dan Nurul, 2009). Tujuan utamanya agar para tokoh masyarakat sebagai jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dengan masarakat (penerima program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui tokoh masyarakat pada dasarnya adalah mensosialisasikan program-program kesehatan agar masyarakat menerima dan mau berpartisipasi terhadap program tersebut. Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial ini 9



anatara lain : pelatihan-pelatihan tokoh masyarakat, seminar, lokakarya, bimbingan kepada tokoh masyarakat dan sebagainya. Dengan demikian sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah para tokoh masyarakat di berbagai tingkat (Soekidjo Notoatmodjo, 2010). c. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment) Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat secara langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan). Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan anatara lain : penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk misalnya koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (income generating skill). Dengan meningkatkan kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan contohnya, terbentuknya dana sehat, terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan semacam ini di masyarakat sering disebut gerakan masyarakat untuk kesehatan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat itu sendiri (Soekidjo Notoatmodjo, 2010). Konferensi internasional promosi kesehatan di Ottawa Canada pada tahun 1986 menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter). Dalam Piagam Ottawa tersebut dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan yang mencakup 5 butir, yakni : a) Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Healthy Public Policy) Healthy public policy adalah suatu strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada para penentu atau pembuat kebijakan agar mereka mengeluarkan kebijakan-kebijakan publik yang mendukung atau menguntungkan kesehatan. Dengan kata lain, agar kebijakan dalam bentuk peraturan, perundangan, surat-surat keputusan dan sebagainya, selalu berwawasan atau berorientasi kepada kesehatan publik. Misalnya, ada peraturan atau undang-undang yang mengatur adanya analisis dampak lingkungan untuk mendirikan pabrik, perusahaan rumah sakit dan sebagainya. Setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat publik harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan kesehatan masyarakat (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).



10



b) Lingkungan yang Mendukung (Supporting Environment Hendaknya setiap aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat harus memperhatikan dampak pada lingkungan sekitar agar mempermudah promosi kesehatan. Lingkungan yang dimaksud di sini bukan saja lingkungan fisik, tetapi lingkungan non fisik yang kondusif terhadap kesehatan masyarakat (Mubarak dan Nurul, 2009). Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum termasuk pemerintah kota, agar mereka menyediakan sarana dan prasarana atau fasilitas yang mendukung terciptanya perilaku sehat bagi masyarakat atau sekurangkurangnya pengunjung tempat-tempat umum tersebut. Lingkungan yang mendukung bagi kesehatan tempat-tempat umum antara lain; tersedianya tempat sampah, buang air besar atau kecil, air bersih, ruangan bagi perokok dan non perokok serta lain sebagainya. Jadi, para pengelola tempat-tampat umum seperti pasar, terminal, stasiun kereta api, bandara, pelabuhan, mall harus menyediakan sarana-sarana untuk mendukung perilaku sehat bagi pengunjungnya. (Soekidjo Notoatmodjo, 2010). c) Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Helath Service Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya, bahwa dalam pelayanan kesehatan itu ada provider dan customer. Penyelenggara (penyedia) pelayanan kesehatan adalah pemerintah, sedangkan swasta dan masyarakat adalah pemakai atau pengguna pelayanan kesehatan. Pemahaman semacam ini harus diubah dan dioreintasikan bahwa masyarakat bukan hanya sekedar pengguna atau penerima pelayanan kesehatan, tetapi sekaligus sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan



baik



pemerintah



ataupun



swasta



harus



melibatkan,



bahkan



memberdayakan masyarakat agar mereka juga dapat berperan bukan hanya sebagai penerima pelayanan kesehatan tetapi sekaligus sebagai penyelenggra kesehatan masyarakat. Dalam mereorientasikan pelayanan kesehatan ini peran promosi kesehatan sangatlah penting (Soekidjo Notoatmodjo, 2010). d) Keterampilan Individu (Personnel Skill) Diharapkan tiap-tiap individu yang berada di masyarakat mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang baik dalam memelihara kesehatannya, mengenai penyebab penyakit, mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya



11



dan mampu mencari pengobatan yang layak jika mereka atau anak-anak mereka sedang sakit (Mubarak dan Nurul, 2009) Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri dari individu, keluarga dan kelompok-kelompok. Jadi, kesehatan masyarakat akan terwujud apabila kesehatan individu, keluarga serta kelompok dapat terwujud. Strategi untuk mewujudkan keterampilan individu (personnel skill) dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah sangat penting. Langkah awal dari peningkatan keterampilan dalam memelhara dan meningkatkan kesehatan mereka ini adalah memberikan pemahaman-pemahaman kepada anggota masyarakat tentang caracara memelihara kesehatan, mencegah penyakit, mengenal penyakit, mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan profesional, meningkatkan kesehatan dan sebagainya. Metode dan tekhnik pemberian pemahaman ini lebih bersifat individual daripada massa (Soekidjo Notoatmodjo, 2010). e) Gerakan Masyarakat (Community Action) Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau, mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi promosi kesehatan ini, maka di dalam masyarakat itu sendiri harus ada gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk kesehatan. Oleh sebab itu, promosi kesehatan harus mendorong serta memacu kegiatan-kegiatan di masyarakat dalam mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya kegiatan masyarakat di bidang kesehatan, niscaya terwujud perilaku yang kondusif untuk kesehatan atau masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta meningkatkan kesehatan mereka (Soekidjo Notoatmodjo, 2010). G. Metode Promosi Kesehatan Promosi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu sehingga memperoleh pengetahuan kesehatan yang lebih baik diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran. Untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu perubahan perilaku maka dipengaruhi banyak faktor: a. Input, proses dan output. b. Metode, materi atau pesannya, pendidik atau petugas, alat bantu. Metode adalah taktik untuk melakukan perubahan pada kelompok sasaran. a) Metode Promosi Individual (Perorangan)



12



Dalam promosi kesehatan, metode yang bersifat individual ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya, seorang ibu yang baru saja menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi tetanus toxoid (TT) karena baru saja memperoleh atau mendengarkan penyuluhan kesehatan. Pendekatan yang digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor lestari atau ibu hamil segera minta imunisasi, ia harus didekati secara perorangan. Perorangan di sini tidak hanya berarti harus hanya kepada ibu-ibu yang bersangkutan, tetapi mungkin juga kepada suami atau keluarga dari ibu tersebut. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta membantunya maka perlu menggunakan metode (cara) ini. Bentuk pendekatan ini, antara lain: 1) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling) Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku). 2) Interview (wawancara) Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi. b) Metoda Promosi Kelompok Dalam memilih metode promosi kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan. 1. Ceramah Metode ceramah merupakan metode yang paling tertua dalam pendidikan kesehatan tetapi merupakan keterampilan yang paling sulit dikuasai. Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah: a. Persiapan 13



1) Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri. 2) Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema. 3) Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide, transparan, sound sistem, dan sebagainya. b. Pelaksanaan Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut: Sikap dan penampilan yang menyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah. Suara hendaknya cukup keras dan jelas. Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta eeramah. Berdiri di depan (di pertengahan), seyogianya tidak duduk. Menggunakan alat-alat bantu lihat (AVA) semaksimal mungkin. 2. Seminar Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat. Seminar paling baik dipakai untuk pelatihan trainer atau profesi kesehatan lain, dimana pimpinan perlu mendapatkan umpan balik tentang proses belajar kelompok. Metode seminar dianjurkan bila : a. Jumlah audien kecil b. Umpan balik penting c. Kelompok bersifat homogen d. Keterbatasan ruang dan waktu e. Pelatihan profesional f. Pimpinan seminar lebih tahu dibanding audien.



H. Tatanan Pelaksanaaan Promosi Kesehatan a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga) Keluarga merupakan tempat dasar berkembangnya perilaku manusia. Dalam pelaksanaan promosi kesehatan di keluarga sasaran utamanya adalah orang tua (ibu), dimana ibu merupakan seseorang yang memberikan perilaku sehat kepada anak-anaknya sejak lahir 14



b. Promosi kesehatan pada tatanan sekolah Sasaran promosi kesehatan di sekolah adalah guru, karena guru merupakan pengganti orang tua pada waktu di sekolah. Sekolah merupakan tempat utuk memberikan perilaku kesehatan kepada anak. Sekolah dan lingkungan sekolah yang sehat sangat tepat untuk berperilaku sehat bagi anak c.



Promosi kesehatan ditempat kerja Sasaran promosi kesehatan adalah karyawan, yang berperan sebagai promotor kesehatan adalah pemimpin perusahaan dan sektor kesehatan. Salah satunya dengan memberikan fasilitas tempat kesehatan yang baik bagi prilaku sehat karyawan atau pekerjanya.



d. Promosi kesehatan di tempat-tempat umu Di tempat-tempat umum (seperti pasar, terminal bus, stasiun) perlu dilaksanakan promosi kesehatan, yaitu dengan cara menyediakan fasilitas yang dapat mendukung perilaku sehat pengunjungnya, bisa dengan memberikan poster dan selebaran mengenai cara-cara menjaga kebersihan. e. Pendidikan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan Tempat-tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, poliklinik, dsb, merupakan tempat yang strategis untuk melakukan pelayanan kesehatan. Pelaksanaan promosi kesehatan ini dapat dilakukan secara individual oleh para petugas kesehatan kepada pasien atau keluarga yang ada di tempat pelayanan kesehatan tersebut.



I. Peran Promosi Kesehatan dalan Kesehatan Masyarakat Kesehatan merupakan hasil interaksi faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor fisik dan psikis. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, sosial, politik, ekonomi, pendidikan, dan budaya. Faktor yang mempengaruhi baik individu, kelompok dan masyarakat dikelompokkan menjadi 4 yaitu : a. Lingkungan (environment) mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politik, ekonomi. Intervensi terhadap faktor lingkungan fisik yaitu dalam bentuk perbaikan sanitasi lingkungan, sedangkan intervensi terhadap lingkungan sosial, politik, ekonomi, pendidikan, dan budaya dalam bentuk program-program peningkatan pendidikan, perbaikan sosial ekonomi masyarakat, penstabilan politik dan keamanan. b. Perilaku (behavior) perilaku mempengaruhi lingkungan pelayanan kesehatan. c. Pelayanan kesehatan (health services) intervensi terhadap pelayanan kesehatan adalah dalam bentuk penyediaan dan perbaikan fasilitas pelayanan kesehatan.



15



d. Keturunan (heredity) intervensi faktor keturunan adalah penasihat perkawinan, dan penyuluhan kesehatan khususnya bagi kelompok yang mempunyai resiko penyakit keturunan Keempat faktor ini saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor lingkungan selain mempengaruhi kesehatan juga mempengaruhi perilaku dan perilaku juga mempengaruhi lingkungan dan mempengaruhi pelayanan kesehatan



16



BAB II HASIL ANALISIS PROGRAM PROMKES UPT PUSKESMAS JERUKLEGI II



A. Hasil Analisis 1. Gambaran Umum Puskesmas Jeruklegi II Kecamatan Jeruklegi secara geografis kondisi daerahnya adalah pegunungan dan terbagi 2 Puskesmas yaitu UPT Puskesmas Jeruklegi dan UPT Puskesmas Jeruklegi II. Tempat analisis di UPT Puskesmas Jeruklegi II Kecamatan Jeruklegi Kabupaten Cilacap. Mempunyai batas administrasi sebagai berikut : Sebelah Utara



: Kecamatan Wangon( KabupatenBanyumas )



Sebelah Selatan



: Kecamatan Cilacap Utara



Sebelah Timur



: Kecamatan Kesugihan



Sebelah Barat



: Kecamatan Kawunganten



Luas Wilayah Puskesmas Jeruklegi II adalah 49,5 km2 , terdiri dari 6 Desa yaitu Desa Sawangan, Desa Cilibang, Desa Karang kemiri, Desa Jambusari, Desa Prapagan dan Desa Citepus. Letak Puskesmas Jeruklegi II berada di Desa Jambusari, Jarak tempuh terjauh dari Puskesmas 15 km ke Desa Sawangan dan 15 km ke Desa Mandala. Jumlah penduduk UPT Puskesmas Jeruklegi II Tahun 2017 adalah 26.333 jiwa yang terdiri dari jumlah laki-laki 13.354 jiwa,dan jumlah perempuan 12.97 jiwa, jumlah KK 6.509 kepala keluarga. Untuk menunjang pelaksana program di UPT Puskesmas Jeruklegi IIdidukung oleh beberapa sarana dan prasarana kesehatan antara lain : Puskesmas Induk 1 unit, Puskesmas Pembantu 1 unit, PKD 4 unit, Posyandu Lansia 12 unit, Posyandu Balita 38 unit, kader yang aktif 246 orang. Tenaga kesehatan yang berada di UPT Puskesmas Jeruklegi II terdiri dari : dokter umum 1 orang, dokter gigi 1 orang,



sarjana keperawatan 2



orang,sarjana kesehatan masyarakat 1 orang, sarjana computer 1 orang, Apoteker 1 orang, D IV Kebidanan 2 orang, D 3 keperawatan 3 orang, D3 Kebidanan 17 orang, D1 Kesling 1 orang, Tenaga Umum (TU) 1 orang, adminisrasi 6 orang. Adapun kegiatan pelaksanaan program yang ada di UPT Puskesmas Jeruklegi II dalam gedung terdiri dari : Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ), Keluarga Berencana (KB), PTM, Kesehatan Lingkungan, Promkes, Perkesmas, Gizi, P2P, Imunisasi, Kesehatan Reproduksi Remaja,(KRR), Balai pengobatan umum, Balai pengobatan gigi, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Laborat sederhana. Kegiatan luar gedung terdiri dari : posyandu balita, posyandu lansia, penjaringan gizi buruk, pemberian PMT-Pemulihan, Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), Usaha 17



Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS), Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK) . Data Sasaran dan data penunjang UPT Puskesmas Jeruklegi IIterdiri dari : Sasaran bayi: 348 anak, sasaran bumil 375 orang, Sasaran Pasangan Usia Subur (PUS) 4.512 orang, jumlah balita yang ada di UPT Puskesmas jeruklegi II 2.757 anak, balita gizi lebih 7 anak, balita gizi baik 2.694 anak, balita gizi kurang 45 anak, balita gizi buruk 11 anak.. 2. Karakteristik Responden a. Karakteristik Responden berdasarkan Usia Karakteristik Responden berdasarkan usia sebanyak 150 orang, disajikan pada tabel berikut. Tabel 2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di UPT Puskesmas Jeruklegi II Kabupaten Cilacap Tahun 2018



JUMLAH No



Usia Ibu



N



%



1



˂ 20 tahun



5



3,3



2



21 – 30 tahun



27



18,0



3



31 – 40 tahun



35



23,3



4



˃ 40 tahun



83



55,3



150



100



Jumlah Sumber : Data Primer 2018



Dari 150 Responden persentase terbesar responden berusia > 40 tahun sebanyak 83 orang (55,0%), dan paling sedikit pada responden yang berusia kurang 20 tahun sebanyak 5 orang (3,3 %)



b. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan Karakteristik responden berdasarkan pendidikan sebanyak 150 orang disajikan pada tabel berikut : Tabel 2.2 . Karakteristik Responden berdasarakan Tingkat pendidikan di UPT Puskesmas Jeruklegi II Kabupaten Cilacap Tahun 2018



No



Pendidikan



Jumlah N



%



1



SD



61



40,6



2



SLTP



41



27,3



18



3



SLTA



41



27,3



4



DIPLOMA



2



1,3



5



S1



5



3,3



150



100



Jumlah Sumber : Data Primer 2018



Dari 150 Responden presentase terbesar pendidikan responden berpendidikan SD sebanyak 61 orang (40,6 %), dan terkecil tingkat pendidikannya adalah Diploma sebanyak 2 orang (1,3 %)



c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Karakteristik Responden Berdasarkan pekerjaan sebanyak 150 orang di sajikan pada tabel berikut : Tabel 2.3. Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan sebanyak 150 orang di UPT Puskesmas Jeruklegi II Kecamatan Jeruklegi Kabupaten Cilacap Tahun 2018 No



Pekerjaan



Jumlah N



%



1



Ibu Rumah Tangga



67



45,0



2



Tani / Buruh



63



42,0



3



Swasta



13



9,0



4



PNS



7



5,0



150



100



Jumlah Sumber: Data Primer 2018



Dari 150 Responden presentase terbesar berdasarkan pekerjaan adalah Ibu Rumah Tangga sebanyak 67 orang (45,0 %), dan presentase terkecil adalah PNS sebanyak 7 orang (5,0 %)



3. Analisis Univariat Dari 150 kuisioner yang di bagi keresponden terdiri dari 10 pertanyaan yang berhubungan dengan pelayanan Promosi Kesehatan di UPT Puskesmas Jeruklegi II Kecamatan Jeruklegi, Kabupaten Cilacap Tahun 2018. Adapun Pertanyaan dalam Kuisioner adalah sebagai berikut : 1. Apakah Perlu dilakukan kegiatan penyuluhan Promosi Kesehatan 2. Apakah Perlu dilakukan penyuluhan tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit 3. Apakah Perlu dilakukan penyuluhan tentang PHBS 4. Apakah Perlu dilakukan penyuluhan tentang tumbuh kembang anak 19



5. Apakah Perlu dilakukan penyuluhan tentang gizi 6. Apakah Perlu dilakukan penyuluhan Kesehatan Ibu dan Anak 7. Apakah Perlu dilakukan penyuluhan tentang Kesehatan Reproduksi 8. Apakah Perlu dilakukan penyuluhan tentang GERMAS dan PIS-PK 9. Apakah kegiatan penyuluhan perlu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat 10. Apakah diperlukan kegiatan SMD dan MMD 11. Apakah diperlukan kegiatan pembinaan Desa Siaga Aktif Mandiri 12. Apakah peran Puskesmas dalam pembinaan FKD diperlukan 13. Apakah diperlukan pengembangan UKBM 14. Apakah diperlukan kegiatan UKBM berupa pembentukan dan pembinaan POSKESTREN 15. Apakah diperlukan kegiatan UKBM berupa POSBINDU PTM 16. Apakah diperlukan kegiatan UKBM berupa Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat 17. Hasil Analisis dari 150 kuisioner yang dibagikan ke masyarakat bisa di lihat dalam tabel di bawah ini :



Tabel 3.1. Analisi Hasil Survei Program Promkes UPT Puskesmas Jeruklegi II Kecamatan Jeruklegi, Kabupaten Cilacap Tahun 2018



Pertanyaan



Jawaban N



1



2



3



4



5



20



%



A



140



93



B



10



7,0



C



0



0



A



142



95



B



8



5,0



C



0



0



A



139



93



B



11



7,0



C



0



0



A



139



93



B



11



7,0



C



0



0



A



134



89



B



16



11



C



0



0



6



7



8



9



10



11



12



13



14



15



16



Sumber : Data Primer 21



A



132



88



B



12



12



C



0



0



A



134



B



16



11



C



0



0



A



134



89



B



16



11



C



0



0



A



121



81



B



29



19



C



0



0



A



125



B



22



15



C



3



2



A



124



83



B



25



16



C



1



1



A



132



88



B



16



11



C



2



1



A



127



85



B



23



15



C



0



0



A



122



81



B



26



17



C



2



2



A



125



83



B



22



15



C



3



5



A



130



87



B



20



13



C



0



0



89



83



Dari 150 kuisioner yang dibagi ke masyarakat dari hasil



survey



menurut tabel 3.1 jawaban yang diperoleh dari pertanyaan no : 1. Apakah perlu dilakukan kegiatan penyuluhan Promosi Kesehatan Masyarakat jawaban tertinggi masyarakat merasa sangat perlu sebanyak 93% 2. Apakah



Perlu



dilakukan



penyuluhan



tentang



pencegahan



dan



penanggulangan penyakitjawaban tertinggi masyarakat merasa sangat perlu sebanyak 95% 3. Apakah Perlu dilakukan penyuluhan tentang PHBSjawaban tertinggi masyarakat merasa sangat perlu sebanyak 93% 4. Apakah Perlu dilakukan penyuluhan tentang tumbuh kembang anakjawaban tertinggi masyarakat merasa sangat perlu sebanyak 93% 5. Apakah Perlu dilakukan penyuluhan tentang gizijawaban tertinggi masyarakat merasa sangat perlu sebanyak 89% 6. Apakah Perlu dilakukan penyuluhan Kesehatan Ibu dan Anak gizijawaban tertinggi masyarakat merasa sangat perlu sebanyak 88% 7. Apakah



Perlu



dilakukan



penyuluhan



tentang



Kesehatan



Reproduksijawaban tertinggi masyarakat merasa sangat perlu sebanyak 89% 8. Apakah Perlu dilakukan penyuluhan tentang GERMAS dan PIS-PK jawaban tertinggi masyarakat merasa sangat perlu sebanyak 89% 9. Apakah kegiatan penyuluhan perlu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakatjawaban tertinggi masyarakat merasa sangat perlu sebanyak 81% 10. Apakah diperlukan kegiatan SMD dan MMDjawaban tertinggi masyarakat merasa sangat perlu sebanyak 83% 11. Apakah



diperlukan



kegiatan



pembinaan



Desa



Siaga



Aktif



Mandirijawaban tertinggi masyarakat merasa sangat perlu sebanyak 83% 12. Apakah peran Puskesmas dalam pembinaan FKD diperlukan jawaban tertinggi masyarakat merasa sangat perlu sebanyak 88% 13. Apakah



diperlukan



pengembangan



UKBM



jawaban



tertinggi



masyarakat merasa sangat perlu sebanyak 85% 14. Apakah diperlukan kegiatan UKBM berupa pembentukan dan pembinaan POSKESTREN jawaban tertinggi masyarakat merasa sangat perlu sebanyak 81%



22



15. Apakah diperlukan kegiatan UKBM berupa POSBINDU PTM jawaban tertinggi masyarakat merasa sangat perlu sebanyak 83% 16. Apakah diperlukan kegiatan UKBM berupa Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat jawaban tertinggi masyarakat merasa sangat perlu sebanyak 87%



23



BAB III PENUTUP A.



Kesimpulan Kesimpulan hasil Survey PROMKES dari 16 pertanyaan nilai yang tertinggi pelayanan yang di harapkan oleh masyarakat : 1.



Kegiatan penyuluhan Promosi Kesehatan Masyarakat sangat diperlukan oleh masyarakat



2.



Kegiatan penyuluhan tentang pencegahan dan penanggulangan penyakitsangat diperlukan oleh masyarakat



3.



Kegiatan penyuluhan tentang PHBS sangat diperlukan oleh masyarakat



4.



Kegiatan penyuluhan tentang tumbuh kembang anaksangat diperlukan oleh masyarakat



5.



Kegiatan penyuluhan tentang gizi sangat diperlukan masyarakat



6.



Kegiatan penyuluhan Kesehatan Ibu dan Anak gizi sangat diperlukan masyarakat



7.



Kegiatan penyuluhan tentang Kesehatan Reproduksi sangat diperlukan masyarakat



8.



Kegiatan penyuluhan tentang GERMAS dan PIS-PK sangat diperlukan masyarakat



9.



Kegiatan penyuluhan perlu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat



10. Kegiatan SMD dan MMD sangat diperlukan masyarakat 11. Kegiatan pembinaan Desa Siaga Aktif Mandiri sangat diperlukan masyarakat 12. Peran Puskesmas dalam pembinaan FKD sangat diperlukan masyarakat 13. Pengembangan UKBM sangat diperlikan masyarakat 14. Kegiatan UKBM berupa pembentukan dan pembinaan POSKESTREN sangat diperlukan masyarakat 15. Kegiatan UKBM berupa POSBINDU PTM sangat diperlukan masyarakat 16. giatan UKBM berupa Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat sangat diperlukan masyarakat.



24