HEALTH INDEX DAN INSPEKSI Jaringan 20 KV [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Ali
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HEALTH INDEX DAN INSPEKSI



1



TUJUAN PEMBELAJARAN



Setelah menyelesaikan pokok bahasan peserta mampu melaksanakan atau mempraktekkan pemeliharaan berbasis manajemen asset ( Health Index ) dan Inspeksi Jaringan Distribusi sesuai ketentuan perusahaan dengan baik dan benar sesuai Standar Perusahaan Durasi : 2 Jam Pelajaran 2



HEALTH INDEX Health Index, yaitu, metode pemeliharaan berbasiskan manajemen aset (asset management). PT PLN (Persero) menjadikan Bali sebagai area proyek percontohan pemeliharaan peralatan distribusi menggunakan sistem health index ( 6 Okt 2014 ) Health index memantau kesehatan peralatan distribusi seperti trafo dan jaringan listrik tegangan menengah (JTM), seperti medical check up. Perbedaan dengan sistem konvensional, data yang dihasilkan dari inspeksi lapangan disesuaikan dengan aspek kelas aset, kategori aset, dan health index sehingga untuk pemeriksaan ulang mempertimbangkan skala prioritas.



3



• Tinjauan manajemen asset ini sebagai konsep penjabaran SK DIR No.074/DIR/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Aset Sistem Distribusi. • Pengelolaan Aset harus dilakukan dengan praktek-praktek terbaik /best practices, disertai upaya-upaya peningkatan kualitas manajemen secara terus menerus /continuous improvement, yang penerapannya harus mengikuti perkembangan teknologi secara aktif dan sistimatis. • Aktivitas Manajemen aset sistem distribusi ini meliputi perencanaan, konstruksi, operasi dan pemeliharaan yang hasilnya dapat diwujudkan dengan terus meningkatnya kinerja operasi, kinerja umum dan kinerja keuangan sebagaimana ditunjukan dalam bagan alir berikut: 4



5



Manajemen Pemeliharaan Aset Manajemen aset adalah suatu serangkaian proses yang sistematis antara pengoperasian, pemeliharaan dan perbaikan aset jaringan distribusi untuk mendapatkan biaya yang efektif melalui penggabungan pengalaman teknik / engineering dan analisa ekonomi berdasar pengalaman bisnis. Persoalan dalam manajemen asset adalah bagaimana menentukan strategi manajemen aset agar menjadi optimal (apakah dipelihara, apakah diganti, apakah jaringan diperkuat); sehingga pemanfaatan aset menjadi maksimum yang tentunya menghasilkan ROA (Return On Assets) yang tinggi.



6



Manajemen Pemeliharaan Aset Contoh: terjadi gangguan trafo distribusi 160 kVA, umur terpasang trafo 20 tahun, nilai perolehan awal Rp 15 juta dengan beban rata2 saat sebelum terjadi gangguan sebesar 40 %; penggantian trafo dilakukan dengan trafo baru? Trafo eks rekondisi ? Kapasitas diperbesar/diperkecil/tetap ? Manajemen pemeliharaan aset ditujukan untuk memaksimalkan ketersediaan dan kesiapan aset jaringan untuk memperoleh keandalan, kualitas dan effisiensi pendistribusian tenaga listrik serta keselamatan bagi pengelola sistem kelistrikan dan masyarakat / pelanggan. Termasuk dalam tujuan ini adalah pemanfaatan aset perusahaan bekerja sama dengan pihak lain.



7



Manajemen Data Aset Aset jaringan distribusi meliputi komponen - komponen peralatan distribusi yang terpasang mulai dari sel /panel tegangan menengah di Gardu Induk, jaringan tegangan menengah, gardu distribusi, jaringan tegangan rendah sampai dengan sambungan rumah yang dikelompokan dalam 4 kelompok sesuai pembukuan Aktiva aset distribusi yaitu: 1. Kelompok Jaringan Tegangan Menengah 2. Kelompok Jaringan Tegangan Rendah 3. Kelompok Gardu Distribusi 4. Kelompok Perlengkapan lain2 Distribusi



8



Pada dasarnya pengelolaan data aset ini di integrasikan antara Data Induk Jaringan yang tergambar dalam peta geografis dan Data Induk Langganan sebagai tergambar dibawah ini.



9



Sedangkan Kerangka aplikasi TUJ / Distribution Management System (DMS) Model yang dikembangkan adalah sebagai berikut:



10



Kerangka acuan pengelolaan data aset jaringan distribusi harus berpedoman pada Keputusan Direksi PLN No.074/DIR/2008 tentang Pengelolaan Aset Sistem Distribusi sebagai berikut : 1.



2.



3.



4.



Secara terus menerus harus dipastikan data aset peralatan distribusi disetiap PLN Unit Pelaksana ada, benar dan selalu terbarukan. Manajemen data aset sesuai point (1) di atas, secara bertahap agar terintegrasi dalam manajemen Tata Usaha Jaringan yang terpusat secara Nasional. Sebelum tujuan ini tercapai, penyiapan aplikasi dan penerapan sistem Informasi Teknologi ( IT ) agar tidak partial per PLN Unit Pelaksana, tetapi cukup data aset ditiap PLN Unit Pelaksana asuhannya. Dalam hal manajemen Tata Usaha Jaringan belum terintegrasi dengan data induk pelanggan, setiap akhir proses penyalaan sambungan pelayanan ke konsumen baru, data aset jaringan, APP dan data pelanggan baru, harus dipastikan telah di masukan ke dalam data aset Jaringan di tiap PLN Unit Pelaksana, baik secara manual maupun otomatis. Validasi kesesuaian pelaksanaan dalam point (3) di atas, terhadap data aset atas masuknya pelanggan baru, secara periodik wajib dilaksanakan oleh manajemen PLN Unit Pelaksana. 11



5.



Pada manajemen data aset peralatan gardu distribusi dan peralatan khusus lainnya seperti AVR dan Recloser dicatat data histories peralatan tersebut mulai saat dipasang, kondisi-kondisi gangguan serta pemeliharaan yang telah dilaksanakan.



6.



Khusus Sambungan Pelayanan dan Alat Pengukur Pembatas Pelanggan beserta kelengkapan transformator Arus dan Tegangan, manajemen data aset harus dilaksanakan sesuai ketentuan Tata Usaha Pelanggan PT PLN ( Persero ) dan secara periodik dilaksanakan uji validasi kebenaran data agar transaksi energi ke konsumen bersangkutan telah dan akan tetap terlaksana sesuai kontrak perjanjian dan ketentuan perundang-undangan.



7.



PLN Unit Pelaksana melakukan evaluasi kinerja pada setiap peralatan distribusi untuk pengambilan Keputusan Manajemen sehingga diperoleh Kinerja Sistem Distribusi yang terbaik.



12



13



14



15



PERENCANAAN PEMELIHARAAN 1. PLN Unit Pelaksana wajib mempersiapkan program pemeliharaan untuk menurunkan angka SAIFI Sistem Distribusi sehingga dapat dicapai tujuan pemeliharaan yaitu menurunkan angka gangguan. 2. Selain rencana pemeliharaan Instalasi Jaringan Distribusi sebagaimana pada point (1) di atas. PLN Unit Pelaksana wajib mempersiapakan program pemeriksaan dan pemeliharaan peralatan Alat Pembatas dan Pengukur untuk kepastian transaksi energi ke konsumen sesuai ketentuan perundang-undangan. 3. Program pemeliharaan dapat dilaksanakan dalam bentuk program Periodik dan Prediktif sesuai kebutuhan untuk perolehan dan pemeliharaan aset jaringan terbaik. 4. Selain program pemeliharaan periodik dan prediktif pada pont (3) di atas, pemeliharaan korektif yang tidak terhindarkan wajib memperhatikan MTBF( Mean Time Between Failure ) peralatan sekecil mungkin. Kecepatan penormalan sistem akibat kerusakan peralatan agar sesuai standar waktu yang telah ditetapkan pada unit masing2 dan senantiasa membaik. 16



PELAKSANAAN PEMELIHARAAN 1.



2.



3.



4.



5.



Pekerjaan pemeliharaan dapat dilaksanakan oleh Pihak Ketiga dengan ketentuan pengawasan pelaksanaan tertib dan tegas oleh pegawai perusahaan sehingga dipastikan pekerjaan terlaksana sesuai kontrak kerja dan tidak terjadinya hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan ketenaga listrikan. Penunjukan Pihak Ketiga sebagai Pelaksana Pemeliharaan wajib mengikuti ketentuan Pengadaan Barang / Jasa berlaku di lingkungan Perseroan. Pelaksanaan pemeliharaan sepenuhnya harus sepengetahuan dan seijin petugas jaringan. Khusus pemeliharaan jaringan yang akan berdampak pada sistem tegangan menengah harus mendapat ijin tertulis. Pemasukan kembali peralatan distribusi yang dipelihara, khususnya pemeliharaan korektif, kedalam sistem distribusi wajib ditest sesuai ketentuan Pengujian dan Komisioning. Secara bertahap setiap PLN Unit Pelaksana diwajibkan menstandarisir manajemen aset dan pemelihataan jaringan distribusi sesuai ketentuan dan untuk perolehan sertifikat ISO 9001-2000 17



PEMANFAATAN ASET JARINGAN DISTRIBUSI 1. Aset Jaringan Distribusi dapat dioptimalkan pemanfaatannya yang tidak hanya terbatas bagi pendistribusian tenaga listrik perusahaan ke konsumen / masyarakat. 2. Pemanfaatan Aset Jaringan sesuai point (1) di atas, hanya dapat dilaksanakan sepanjang tidak mengganggu kegiatan pengoperasian Jaringan Distribusi, keselamatan ketenagalistrikan dan memberikan manfaat bagi perusahaan. 3. Pelaksanaan Pemanfaatan Aset Jaringan Distribusi wajib mengikuti ketentuan Perundang-undangan dan Ketentuan Perusahaan.



18



LAPORAN DAN EVALUASI 1. Secara periodik PLN Unit Pelaksana wajib melaporkan kegiatan manajemen aset dan pemeliharaan serta realisasi anggaranya ke PLN Unit Pelaksana Induk sesuai Ketentuan Perusahaan. Untuk kemudian dilaporkan ke PLN Kantor Pusat. 2. Setiap PLN Unit Pelaksana wajib mengevaluasi setiap hasil aktivitas pemeliharaan aset Jaringan Disribusi, baik khusus peralatan bersangkutan maupun hasil kerja pemeliharaan instalasi. 3. Laporan terkait Manajemen Pemeliharaan Aset Distribusi : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.



Laporan teknik bulanan / ltb , Laporan pemeliharaan i/ii, Laporan saidi-saifi Laporan gangguan penyulang (fgtm) Laporan gangguan trafo distribusi Laporan tegangan ujung JTM dan JTR Laporan susut distribusi Laporan tingkat mutu pelayanan / TMP Laporan keselamatan ketenagalistrikan Laporan pemanfaatan aset jaringan distribusi (sewa tiang oleh icon+) Laporan keuangan (untuk perhitungan opex/asset; capex/asset, biaya distribusi per kwh)



19



KINERJA MANAJEMEN ASET 1. Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Sistem Distribusi diukur melalui parameter : 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Keandalan SAIDI SAIFI; Gangguan Penyulang per 100 kms JTM; Tegangan Ujung JTM dan JTR; Kecepatan penormalan operasi Jaringan Distribusi; Effisiensi (susut) jaringan distribusi; Keselamatan Kerja.



2. Kinerja Umum Manajemen Aset Distribusi diukur melalui : 1. 2. 3.



Tersedianya Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik RUPTL dan Master Plan yang diperbaharui setiap tahun; Terbangunnya jaringan sistem distribusi secara terencana dan terpola; Optimasi effisiensi pemanfaatan jaringan distribusi /SCADA jaringan. 20



3. Kinerja Keuangan Manajemen Aset Distribusi diukur melalui : • • • •



Biaya pembangunan per satuan aset : Kilometer, MVA, Capex/aset; Biaya pemeliharaan per satuan aset : Kilometer, MVA; Biaya operasi dan pemeliharaan per satuan aset : Opex/aset; Biaya Pendistribusian per unit KWH tersalurkan.



21



INSPEKSI PENGERTIAN 1. Dari tahun ketahun bidang pemeliharaan distribusi diperkirakan menempati kedudukan yang cukup tinggi, baik dilihat dari fungsinya maupun dilihat dari anggaran biaya yang diperlukan. Keadaan ini dapat terjadi karena sistem distribusi terus semakin bekembang. Untuk mendukung perencanaan pemeliharaan sesuai dengan SE : 040.E/152/DIR/1999 tersebut diadakan pemeriksaan (inspeksi) agar mendapatkan data – data yang sangat akurat. 2. Pada hakekatnya inspeksi merupakan suatu pekerjaan yang dimaksud-kan untuk mendapatkan suatu data dari sistem / peralatan jaringan distribusi yang dipakai sebagai bahan untuk perencanaan pemeliharaan dan perencanaan anggaran JAR – DIST. 3. Oleh karena luas dan kompleksnya keadaan jaringan distribusi dan peralatan distribusi yang perlu diinspeksi, maka guna untuk mendukung pemeliharaan tsb, inspeksi ini dapat dikelompokan menjadi : 1. Inspeksi rutin (Preventive Inspection). 2. Inspeksi korektif (Corrective Inspection). 3. Inspeksi darurat (Emergency Inspection). 22



MACAM-MACAM INSPEKSI Inspeksi Rutin. Jenis inspeksi yang direncanakan terus – menerus secara periodik, merupakan inspeksi rutin dan ini suatu usaha atau kegiatan yang dimaksudkan untuk mempertahankan kondisi sistem agar dalam keadaan baik dan daya guna yang optimal. Dalam prakteknya kegiatan inspeksi rutin dikelompokan dalam dua jenis inspeksi yaitu : 1. 2.



Inspeksi rutin. Inspeksi rutin sistematis.



1. Inspeksi rutin .  Inspeksi rutin adalah pekerjaan pemeriksaan yang di-laksanakan dengan cara pemeriksaan secara visual yang di-ikuti dengan pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan yang sesuai dengan saran – saran (rekomondasi) dari hasil inspeksi.  Adapun hasil yang diharapkan dari pekerjaan inspeksi rutin ini adalah dapat ditemukannya kelainan – kelainan yang di-kawatirkan dapat menyebabkan terjadinya gangguan se-belum periode inspeksi rutin berikutnya diselenggarakan.



2. Inspeksi sistematis.  Inspeksi sistematis adalah pekerjaan pemeriksaan yang dimaksud untuk menemukan kerusakan atau gejala kerusa-kan yang tidak ditemukan pada waktu pelaksanaan inspeksi rutin yang kemudian disusun saran – saran untuk perbaikan.  Pekerjaan dalam kegiatan pemeriksaan rutin sistematis akan lebih luas jangkauanya dan akan lebih teliti, bisa sampai bongkar – pasang jaringan.



23



Inspeksi Korektif. Inspeksi korektif (corrective Inspection) merupakan suatu pekerjaan pemeriksaan yang dimaksudkan untuk memeriksa kerusakan atau untuk mengadakan perubahan / penyempurnaan. Pemeriksaan kerusakan dalam hal ini dimaksudkan suatu usaha untuk memeriksa kondisi sistem atau peralatan yang mengalami gangguan / kerusakan sampai dalam keadaan semula. Pekerjaan – pekerjaan yang termasuk inspeksi korektif diantara-nya adalah 1. 2. 3. 4. 5.



Pemeriksaan mof kabel atau sambungan kabel yang rusak. Pemeriksaan JTM yang putus. Pemeriksaan bushing trafo yang rusak. Pemeriksaan tiang yang tertabrak / patah. Dsb.



Inspeksi Darurat. Inspeksi darurat adalah pekerjaan pemeriksaan yang dimaksud-kan untuk perbaikan kerusakan yang disebabkan oleh bencana alam seperti gempa bumi banjir, angin ribut dan sebagainya yang sifatnya mendadak dan perlu segera dilaksanakan pekerjaan dan tidak direncanakan. 24



TUJUAN INSPEKSI JAR – DIST Tujuan utama dari pelaksanaan inspeksi Jar – Dist adalah : 1. 2. 3. 4.



Mendapatkan data sistem / peralatan distribusi secara benar. Mengetahui bahwa mutu dan keandalan tenaga listrik yang baik. Mengetahui umur peralatan sistem distribusi. Mengetahui peralatan sistem distribusi yang aman, baik bagi personil maupun bagi masyarakat umum. JADUAL INSPEKSI DISTRIBUSI. Salah satu usaha untuk meningkatkan mutu, daya guna dan keandalan tenaga listrik yang telah tercantum dalam tujuan inspeksi adalah untuk mendukung program pemeliharaan periodik dengan jadual tertentu. Menurut siklusnya kegiatan pelaksanaan inspeksi distribusi dikelompokan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu: 1. Inspeksi triwulanan. 2. Inspeksi Semesteran. 3. Inspeksi Tahunan. 4. Inspeksi 3 (tiga) tahunan. 25



Inspeksi Triwulanan. Inspeksi triwulanan atau tiga bulanan adalah suatu kegiatan dilapangan yang dilaksanakan dalam waktu tiga bulan sekali dengan maksud untuk mengadakan pemeriksaan kondisi sistem. Inspeksi ini dilaksanakan pada bagian – bagian yang terpenting dan yang rawan gangguan yang diantaranya adalah pada SUTM. Dimana SUTM ini merupakan bagian sistem distribusi yang diperkirakan paling rawan terhadap gangguan external yang diantaranya disebabkan oleh pepohonan, benang layang–layang yang mengenai jaringan tsb. Kegiatan yang perlu dilakukan dalam inspeksi ini adalah : 1. Mengadakan inspeksi terhadap SUTM dimana SUTM mempunyai jarak aman tertentu sesuai dengan peraturan yang diijinkan. 2. Mengadakan evaluasi terhadap hasil inspeksi yang telah dilaksanakan dan segera mengadakan tindakan lebih lanjut. 26



Inspeksi Semesteran Inspeksi semesteran atau enam bulanan adalah suatu kegiatan yang dilakukan di lapangan dengan maksud untuk mengetahui sedini mungkin keadaan beban jaringan dan tegangan pada ujung jaringan suatu penyulang TR (Tegangan Rendah). Kegiatan yang dilakukan di lapangan untuk mengetahui sedini mungkin keadaan beban jaringan dan regulasi tegangan yang diijinkan oleh PLN, pada saat ini adalah + 5 % dan – 10 % pada sisi penerima dari tegangan nominal. Perbandingan beban untuk setiap phasa pada setiap penyulang TR tidak kurang dari 90% : 100 % : 110 %, dimana hal ini untuk menjaga adanya kemencengan tegangan yang terlalu besar pada saat terjadi gangguan putusnya kawat netral (Nol) jaringan. Kegiatan yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan adalah : 1. Melaksanakan pengukuran beban (Cek Arusnya). 2. Melaksanakan pengukuran tegangan ujung (Cek teg diujung jaringan). 3. Mengevaluasi hasil pengukuran dan mengadakan tindak lanjut. 27



Inspeksi Tahunan Inspeksi tahunan merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mengadakan pemeriksaan peralatan sistem distribusi. Kegiatan inspeksi tahunan ini biasanya dilaksanakan menurut tingkat prioritas tertentu. Pekerjaan ini sifatnya untuk menunjang operasi secara langsung atau dapat mengurangi adanya gangguan operasi sistem. Pada prakteknya inspeksi tahunan dapat dilaksanakan dalam 2 (dua) keadaan yaitu : 1. 2.



Inspeksi tahunan keadaan bertegangan. Inspeksi tahunan keadaan bebas tegangan. 28



Inspeksi Tahunan Keadaan Bertegangan. Pekerjaan yang perlu dilakukan untuk inspeksi tahunan keadaan bertegangan adalah mengadakan pemeriksaan secara visual dengan maksud untuk menemukan hal – hal yang mengka-watirkan (dicurigai) dapat menyebabkan gangguan pada operasi sistem, sebelum periode inspeksi berikutnya dilakukan lagi. Inspeksi semacam ini pada pelaksanaanya menggunakan chek list untuk memudahkan para petugas memeriksa dan mendata hal – hal yang perlu diperhatikan .



Inspeksi Tahunan Keadaan Bebas Tegangan. Pekerjaan inspeksi tahunan ini pada keadaan bebas tegangan adalah : Pemeriksaan (GD, JTM, JTR, SR, fuse link, HRC fuse, dll). Pengetesan / percobaan ( Proteksi, PS, lampu penerangan, peralatan bantu dll). 29



Jadual Inspeksi Rutin Tahunan GD. Mengingat periode Inspeksi rutin Gardu Distribusi dilaksanakan dalam tempo satu tahun satu kali, maka dalam perencanaanya, volume fisik gardu yang akan diperiksa dalam satu tahun anggaran adalah sejumlah gardu yang ada dan dalam pelaksanaanya perlu diusahakan sejumlah gardu yang diren-canakan. Dengan demikian volume fisik disini bukan jumlah berpa kali gardu diperiksa. Contoh : Suatu Cabang Langit mempunyai volume gardu sebanyak 8 (delapan) buah gardu distribusi yang harus diperiksa secara rutin . Hubungan antara jumlah volume gardu yang akan dipelihara dan biaya dapat digambarkan sbb.



30



Periode



Total TRW I



TRW II



TRW III



TRW IV



anggaran



Gardu (BH) A1



(BH) O



A2



1 O



1



B1



O



1



B2 B3



O X



C1



X



1 X



1



D1



Jumlah biaya & atau Jasa (Rp)



Jumlah Biaya (Mat&Jasa) Rp



2



2



A1



A2



+=R



1 1



C2



Jumlah Vol, fisik (BH)



1 tahun



+ =S



2



X



1



2



8



B1



B2



R+ S+



+ =T



+ =U



T+U



C2



D1



B3



C1



A1 +



A2 +



B1 +



B2 +



R+ S+



B3 = R



C1 = S



C2 = T



D1 = U



T+U



O : Dilakukan pemeriksaan rutin. X : Dilakukan pemeriksaan sistematis.



31



Jadwal Inspeksi Rutin Tahunan JTM Baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaannya pemeriksaan Jaringan Tegangan Menengah (JTM) , pembagian jaringannya dilakukan perpenyulang, hal ini dapat menguntungkan baik dalam perencanaannya maupun dalam pelaksanaannya. Untuk menentukan jumlah volume fisik JTM yang harus dipelihara dapat dilakukan sebagai berikut :  Apabila dalam satu periode misalnya Triwulan I dilaksanakan pemeriksaan rutin sejumlah 4 (empat) penyulang yaitu penyulang A,B,C dan D, secara menyeluruh jumlah volume fisiknya adalah 85 kMs, apabila periode berikutnya triwulan III dilakukan pemeriksaan kembali (inspeksi) atau dilakukan pemeriksaan rutin sistematis, jumlah volume fisiknya tidak diisikan kembali, sehingga tetap 85 kMs, karena pada triwulan I sudah dicantumkan seluruhnya seperti terlihat pada tabel 2 berikut : 32



TOTAL Tahun Anggaran



PERIODE TRW I



TRW II



TRW III



TRW IV (KMs)



Feeder (KMs)



A (35)



X



-



O



-



35



B (10)



O



-



O



-



10



C (15)



O



-



O



-



15



D (25)



O



-



X



-



25



K (30)



-



X



-



O



30



L (20)



-



O



-



O



20



M (10)



-



O



-



O



10



O



-



X



30



0



0



175



N (30) JUMLAH VOL. FISIK (BH)



85



90



JUMLAH BIAYA MAT/ JASA(Rp)



A+ B +



K + L + M + N = S



C + D= R



O : Pemeriksaan rutin . X : Pemeriksaan sistematis.



A+ B +



K + L +



C + D=T



M+ N =



R + S + T + U



U



33



Jadual Inspeksi Rutin Tahunan JTR Untuk memudahkan perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan jaringan tegangan rendah (JTR), pembagiannya di kaitkan dengan gardu distribusi yang terkait, demikian juga dalam pelaksanaannya bersama dng pemeriksaan gardu . contohnya : Suatu gardu distribusi mempunyai 8 feeder TR yaitu A1,A2,A3,A4,A5,A6,A7,A8 dimana datanya terlihat pada tabel 3. Jumlah volume fisik JTR yang perlu dipelihara dari satu gardu tersebut adalah sepanjang 4,2KMs termasuk didalamnya adalah pelaksanaan pekerjaanpekerjaan yang telah disarankan seperti pemangkasan pohon, pengecatan tiang, perbaikan pondasi dan sebagainya



Inspeksi Sambungan Rumah Dalam kegiatan pemeriksaan rutin tahunan sambungan rumah, penentuan volume fisik yang harus diperiksa adalah sejumlah sambungan rumah yang ada seperti contohnya tabel 4, terlihat dalam hubungan antara jumlah volume fisik sambungan rumah dan biayanya. 34



Inspeksi Tiga Tahunan . Inspeksi tiga tahunan disebut juga pemeriksaan sistematis, yaitu pemeriksaan yang berupa tindak lanjut dari pemeriksaan tahunan. Dalam pelaksananya pemeriksaan ini dilakukan dalam keadaan bebas tegangan dan sifatnya lebih teliti dan menyeluruh . JURUSAN



PANJANG (meter) 500



A1a A1b



700



A1c



500



A1d



400



A1k



600



A1l



600



A1m



400



A1n



500 4.200 (4,2 kMs)



JUMLAH



35



Periode



Total th TRW



TRW



TRW



Anggaran



I



II



IV



(GH)



SR1



O



-



-



-



1



SR2



O



-



-



-



1



SR3



-



O



-



-



1



SR4



-



O



-



-



1



SR5



-



-



O



-



1



SR6



-



-



O



-



1



SR7



-



-



-



O



1



SR8



-



-



-



O



1



Jumlah



2



2



2



2



8



Jumlah



SR1 +



SR3 +



SR5 +



SR7 +



R + S +



Biaya



SR2 =



SR4 =



SR6 =



SR8 =



T + U



Mat dan



R



S



T



U



SR(Bh)



TRW III



Vol.fisik (BH)



/ jasa



O : Dilakukan Pemeriksaan Rutin. Hubungan antara jumlah, volume fisik beserta biaya pemeliharaan rutin sambungan rumah.



36



Terima Kasih



37