Home Care Dengan Kasus Maternitas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Home care



adalah



pelayanan



kesehatan



yang



berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk



meningkatkan,



kesehatan



atau



mempertahankan



memaksimalkan



atau



tingkat



memulihkan



kemandirian



dan



meminimalkan akibat dari penyakit (Depkes, 2002). Sedangkan menurut Neis dan Mc Ewen (2001) dalam Avicenna (2008) menyatakan home health care adalah sistem dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di rumah kepada orang-orang yang cacat atau orang-orang yang harus tinggal di rumah karena kondisi kesehatannya. Menurut American of Nurses Association (ANA) tahun 1992 pelayanan kesehatan di rumah (home care) adalah perpaduan perawatan kesehatan masyarakat dan ketrampilan teknis yang terpilih dari perawat spesialis



yang



terdiri



dari



perawat



komunitas,



perawat



gerontologi, perawat psikiatri, perawat maternitas dan perawat medikal bedah. Home care pada maternitas adalah fasilitas utama kesehatan yang bukan merupakan bagian dari sebuah rumah sakit, menyediakan layanan antenatal komprehensif, intrapartum, dan layanan nifas untuk wanita dengan kehamilan tanpa komplikasi. Fasilitas ini harus ditempatkan berdekatan dan berhubungan dengan rumah sakit yang dapat mengelola kedaan darurat obstetrik dan neonatal. 2.2 Perawatan yang Memerlukan Tindakan Homecare Beberapa perawatan yang memerlukan tindakan homecare adalah :



1



a. Prenatal: Childbirth and parenting education, antenatal care, senam hamil, dan antenatal education (deteksi kesejahteraan janin), senam kegel, dan lain-lain. b. Intranatal: homebirth. c. Postnatal: early discharge follow up, maternal assessment, senam nifas, postnatal education. d. Neonatus: perawatan bayi baru lahir (memandikan, memberi makan,



massage),



follow



up



post



operative,



resusitasi



neonatus. e. Gangguan reproduktif: kanker serviks, mamae, dan lain-lain. f. Kontrasepsi, dan lain-lain. 2.3 Kasus Resiko Tinggi pada Maternitas 1. Ibu Hamil a. Penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah dan ginjal misalnya darah tinggi, rendahnya kadar protein dalam darah dan tingginya kadar protein dalam urin. b. Inkompatibilitas darah atau ketiksesuaian golongan darah misalnya pada janin dan ibu yang dapat menyebabkan bahaya baik bagi janin maupun ibu seperti ketidaksesuaian resus. c. Endokrinopati atau kelainan endokrin seperti penyakit gula d. Kardiopati atau kelainan jantung pada ibu yang tidak memungkinkan atau membahayakan bagi ibu jika hamil dan melahirkan. e. Haematopati atau kelainan darah, misalnya adanya gangguan pembekuan darah yang memungkinkan terjadinya perdarahan yang lama yang dapat mengancam jiwa. f. Infeksi, misalnya infeksi TORCH (Toksoplasma, Rubella, Citomegalo virus dan Herpes simpleks), dapat membahayakan ibu dan janin. g. Perdarahan dalam kehamilan, baik perdarahan pada hamil muda yang disebabkan oleh abortus atau keguguran, kehamilan ektopik atau kehamilan diluar kandungan dan hamil mola, maupun perdarahan pada triwulan terakhir kehamilan yang disebabkan oleh plasenta previa atau plasenta (ari-



2



ari) yang berimplantasi atau melekat tidak normal dalam kandungan dan solutio plasenta atau pelepasan plasenta sebelum waktunya. 2. Ibu Persalinan a. Partus prematurus atau melahirkan sebelum waktunya yaitu kurang dari 37 minggu usia kehamilan. Hal ini merupakan sebab kematian neonatal yang terpenting. b. Ketidaksesuaian antara besarnya rahim dan tuanya kehamilan, misalnya hidramnion atau cairan ketuban yang banyak, gemelli atau kehamilan kembar dan gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan. c. Kehamilan serotin atau kehamilan lewat waktu yaitu usia kehamilan lebih dari 42 minggu. d. Kelainan uterus atau kandungan, misalnya bekas seksio sesarea dan lainlain e. Umur ibu, kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun f. Paritas atau banyaknya melahirkan, berisiko tinggi pada ibu yang sudah melahirkan lebih dari 4 orang anak. g. Berat badan ibu, yaitu ibu yang terlalu kurus atau ibu yang terlalu gemuk. h. Tinggi badan ibu, yaitu tinggi badan kurang dari 145 cm. i. Bentuk panggul ibu yang tidak normal. j. Jarak antara dua kehamilan yang terlalu berdekatan yaitu kurang dari 2 tahun. 3. Ibu Post Partum a. hemoragic post partum terjadi karena atonia uteri, perlukaan jalan lahir, pelepasan plasenta dari uterus, tertinggalnya sebagian plasenta dalam uterus (retensio, akreta, suksenturiata..), kelainan proses pembekuan darah akibat hipofibrinogenemia, iatrogenic (tindakan yang salah untuk mempercepat kala 3 : penarikan tali pusat, penekanan uterus ke arah bawah untuk mengeluarkan plasenta dengan cepat, dan sebagainya). Beresiko tinggi jika perdarahan lebih dari 500 cc setelah anak lahir



3



b. Ketuban pecah dini akan mengakibatkan bayi lahir premature, meningkatnya risiko terjadinya retensio plasenta (sebagian atau semua plasenta tertinggal di dalam rahim) sehingga mengakibatkan kekurang darah, oligohidramnion (cairan ketuban terlalu sedikit) bila terjadi pada kehamilan usia muda sehingga menyebabkan infeksi janin bahkan kematian, solusio plasenta (terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta dari dinding rahim sebelum proses persalinan terjadi), tali pusat janin putus. c. Janin terlilit tali pusar Kondisi bayi yg terlilit tali pusar akan berpengaruh terhadap ibu dan si cabang bayi, salah satunya gangguan proses persalinan normal karena janin tidak turun kerongga panggul menuju jalan lahirnya dan jika lilitan terlalu kuat



membuat



janin



kekurangan



oksigen



(hipoksia)



dan



akan



membahayakan. d. Syndroma baby blues, biasanya terjadi ketika primipara 4. Bayi a. BBLR, faktor penyebab berat badan lahir rendah yaitu karena adanya gangguan



pertumbuhan janin



yang sering



disebabkan oleh suplai



makanan dari ibu ke janin kurang, kelainan plasenta, dan infeksi atau hipertensi b. Bayi lahir prematur, Ini terjadi karena selaput ketuban pecah dan air ketuban keluar sebelum waktunya lahir. Beberapa ahli berpendapat bahwa pemicunya adala infeksi vagina, Kadar hormon estrogen yang meningkat dalam keadaan hamil, menyebabkan vagina memproduksi lebih banyak glikogen yang mendukung pertumbuhan jamur dan infeksi saluran kemih. c. Bayi lahir dengan syndroma down, Terjadi karena kelainan pembelahan sel di seluruh tubuh bayi yang disebut non disjunction. Hal ini yang menghasilkan janin yang saat ini masih berupa embrio dengna tiga copy kromoson bukan 2 copy sebagaimana mestinya. Penyebabnya hal ini masih belum di ketahui samapai sekarang. 2.4 Homecare yang Bisa Diberikan Maternitas 1. Ibu Hamil 4



pada



Perawatan



Pada saat kehamilan berikan informasi kepada keluarga dan si ibu terkait: a. Cara memanajemen nutrisi selama kehamilan dengan minum sebanyak 8-10 gelas air, tidak meminum alkohol, tidak merokok, batasi minum teh, soda, dan kopi



b. Istriahat teratur c. Hindari bekerja dengan mudah terpapar bahan kimia dan inhaling aerosol (deodoran) d. Orientasikan obat yang dianjurkan oleh dokter kepaa ibu e. Ajarkan kepada ibu bagaimana merasakan dan waktu kontraksi dengan cara: - Kosongkan kandung kemih - minum 2-3 air putih, jus atau susu - Letakkan ujung-ujung jari di bagian atas abdomen. Jika ditekan terasa lembut berarti belum berkontraksi namun -



jika terasa keras berarti ada kontraksi. Jika 4 atau lebih kontraksi terhitung langsung panggil



dokter f. Kenali tanda-tanda bahaya kehamilan, jika ditemukan tanda tersebut segera hubungi dokter atau perawat 2. Ibu Persalinan Ajarkan tanda-tanda true labor dan false labor. Jika true labor atau ragu segera hubungi dokter namun jika false labor, biarkan saja bisa jadi itu tanda braxton hicks. Differenc es Timing



False Labor Kontraksi



terjadi



True Labor pada Interval



kontraksi



interval yang tidak teratur berdekatan Change



dan jaraknya jauh Kontraksi biasanya berhenti Kontraksi ketika



berjalan



berubah posisi



atau berkelanjutan



dan



semakin memberat 5



Location



Biasanya bagian



terasa



bawah



di



ketika berpindah perut Biasanya terasa



dan



paha dari belakang dan



atas



ke depan



3. Ibu Post Partum a. Jadwal Kunjungan Rumah pada Masa Nifas Kunjungan pada masa nifas dilakukan minimal 4 x. Adapun tujuan kunjungan rumah untuk menilai keadaan ibu dan bayi



baru



lahir



serta



mencegah,



mendeteksi



dan



menangani komplikasi pada masa nifas. Kunjungan rumah memiliki



keuntungan



sebagai



berikut:



perawat



dapat



melihat dan berinteraksi dengan keluarga dalam lingkungan yang alami dan aman serta perawat mampu mengkaji kecukupan sumber yang ada, keamanan dan lingkungan di rumah. Sedangkan keterbatasan dari kunjungan rumah adalah memerlukan biaya yang banyak, jumlah perawat terbatas



dan



kekhawatiran



tentang



keamanan



untuk



mendatangi pasien di daerah tertentu. Jadwal kunjungan rumah pada masa nifas sesuai dengan program pemerintah meliputi: 1. Kunjungan I (6-8 jam postpartum) - Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia -



uteri. Deteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan



-



serta lakukan rujukan bila perdarahan berlanjut. Pemberian ASI awal. Konseling ibu dan keluarga tentang cara mencegah



-



perdarahan karena atonia uteri. Mengajarkan cara mempererat hubungan ibu dan bayi baru lahir.



6



-



Menjaga



bayi



tetap



sehat



melalui



pencegahanhipotermi. 2. Kunjungan II (6 hari postpartum) - Memastikan involusiuterus berjalan normal, uterus berkontraksi



baik,



tunggi



fundus



uteri



di



bawah



-



umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi



-



perdarahan. Memastikan ibu cukup istirahat, makanan dan cairan. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta



-



tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui. Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru



dan



lahir. 3. Kunjungan III (2 minggu postpartum) Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum. 4. Kunjungan IV (6 minggu postpartum) - Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas. - Memberikan konseling KB secara dini. b. Asuhan Lanjutan Masa Nifas di Rumah 1. Prinsip pemberian asuhan lanjutan pada masa nifas di rumah meliputi: - Asuhan postpartum



di



rumah



berfokus



pada



pengkajian, penyuluhan dan konseling. - Pemberian asuhan keperawatan di rumah, perawat dan keluarga



dilakukan



dalam



suasana



rileks



dan



kekeluargaan. - Perencanaan kunjungan rumah. - Keamanan. 2. Perencanaan kunjungan rumah meliputi: - Kunjungan rumah tidak lebih 24-48 jam setelah pasien pulang. - Memastikan



keluarga



sudah



mengetahui



rencana



kunjungan rumah dan waktu kunjungan perawat telah direncanakan bersama.



7



- Menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan. 3. Merencanakan tujuan yang ingin dicapai dan menyusun alat serta perlengkapan yang digunakan. - Memikirkan cara untuk menciptakan



dan



-



mengembangkan hubungan baik dengan keluarga. Melakukan tindakan yang sesuai standar



-



pelayanankeperawatan dalam pemberian asuhan. Membuat pendokumentasian hasil kunjungan. Menyediakan sarana telepon untuk tindak lanjut



-



asuhan. Keamanan pada saat kunjungan rumah meliputi: Mengetahui alamat lengkap pasien dengan jelas. Menggambar rute alamat pasien. Memperhatikan keadaan di sekitar lingkungan rumah



-



pasien sebelum kunjungan. Memberitahu rekan kerja ketika melakukan kunjungan. Membawa telepon selular sebagi alat komunikasi. Membawa cukup uang. Menyediakan senter (kunjungan malam hari). Memakai tanda pengenal dan mengenakan pakaian



-



yang sopan. Waspada pada bahasa tubuh yang diisyaratkan dari



-



siapa saja yang ada selama kunjungan. Menunjukkan perasaan menghargai



-



kesempatan. Saat perasaan tidak aman muncul, segeralah akhiri



di



setiap



kunjungan. c. Pelaksanaan Asuhan Masa Nifas di Rumah 1. Ibu baru pulang dari rumah sakit - Keputusan bersama antara tenaga kesehatan dengan -



ibu/keluarga. Perawat memberikan



informasi



tentang



ringkasan



prosespersalinan, hasil dan info lain yang relevan. - Mengulang kembali bilamana perlu. 2. Kunjungan postnatal rutin - Kunjungan rumah dilakukan minimal 2x setiap hari. - Mengajarkan ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru lahir. 8



-



Mengajarkan ibu untuk merawat diri. Memberikan saran dan nasehat sesuai kebutuhan dan



-



realistis. Perawat harus sabar dan telaten menghadapi ibu dan



-



bayi. Melibatkan keluarga saat kunjungan rumah. Pengamatan pada psikologi ibu Memberikan pendidikan kesehatan tanda bahaya masa



-



nifas. Perawat mengobservasi perilaku keluarga. Meluangkan waktu untuk sharing dengan ibu dan



-



keluarga. Memberikan dukungan. Memberikan penyuluhan



sehubungan



kebutuhan pada masa nifas. - Lakukan latihan fisik secara teratur - Makan makanan yang sehat - Istirahatlah ketika bayi sedang tidur siang 2.5 Prosedur Kegiatan pada Homecare dengan



dengan



Kasus



Maternitas 1. Mengajarkan teknik menyusui yang baik dan benar Posisi menyusui a. Posisi Dekapan Posisi klasik dan telah menjadi kegemaran kebanyakan para ibu, posisi ini membolehkan perut bayi dan perut ibu bertemu supaya tidak perlu memutar kepalanya untuk menyusu. Kepala bayi berada di dalam dekapan, sokong kepala badan dan punggung bayi serta lengan bayi perlu berada di bagian sisinya (Saryono ,2008). b. Posisi Football hold Posisi ini sangat sesuai jika baru pulih dari pembedahan caesar, memiliki payudara yang besar, menyusui bayi prematur atau bayi yang kecil ukurannya atau menyusui anak kembar pada waktu yang bersamaan. Sokong kepala bayi dengan tangan, menggunakan bantal untuk menyokong belakang badan ibu (Saryono, 2008). c. Posisi Berbaring Posisi ini apabila ibu dan bayi merasa letih. Jika baru pulih dari pembedahan caesar ini mungkin satu-satunya posisi yang biasa dicoba pada 9



beberapa hari pertama. Sokong kepala dengan lengan dan sokong bayi dengan



ibu lengan



(Saryono, 2008). Fungsi menyusui yang benar: puting susu



tidak



atas lecet,



perlekatan menyusu pada bayi kuat, bayi menjadi tenang, dan tidak terjadi gumoh Akibat tidak menyusui dengan benar: puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar



secara



optimal



sehingga



mempengaruhi produksi ASI, bayi enggan



menyusu,



kembung Tanda bayi



bayi



menyusu



menjadi dengan



benar: bayi tampak tenang, badan bayi menempel pada perut ibu, mulut bayi terbuka lebar, dagu bayi menempel pada payudara ibu, sebagian areola masuk dalam mulut bayi, areola bawah masuk lebih banyak, bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan, puting susu tidak terasa nyeri, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus, kepala bayi agak menengadah Tanda bayi mendapat ASI dalam jumlah cukup a. Bayi akan terlihat puas setelah menyusu b. Bayi terlihat sehat dan berat badannya naik setelah 2 minggu c. pertama (100-200 gr setiap minggu) d. Puting dan payudara tidak luka atau nyeri e. Setelah beberapa hari menyusu, bayi akan buang air kecil 6-8 kali sehari dan buang air besar berwarna kuning 2 kali sehari f. Apabila selalu tidur dan tidak mau menyusui maka sebaiknya bayi dibangunkan dan dirangsang untuk menyusui setiap 2-3 jam sekali setiap harinya. Langkah-langkah menyusui yang benar: a. Menjelaskan maksud dan tujuan pendkes, b. Cuci tangan sebelum menyusui dan mengajari ibu,



10



c. Ibu duduk atau berbaring dengan santai (bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu menggantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi) d. Mempersilahkan dan membantu ibu membuka pakaian bagian atas, e. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan sekitar areola payudara (cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu), f. Mengajari ibu untuk meletakkan bayi pada satu lengan, g. Kepala bayi berada pada lengkung siku ibu dan bokong bayi berada pada lengan bawah ibu, h. Mengajari ibu untuk menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu tangan bayi di belakang badan ibu dan yang satu di depan, kepala bayi menghadap payudara, i. Mengajari ibu untuk memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus, mengajari ibu untuk memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah serta jangan menekan puting susu dan areolanya



j. Mengajari ibu untuk merangsang membuka mulut bayi : Menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sudut mulut bayi



11



Cara yang benar



Cara yang salah



k. Setelah bayi membuka mulut (anjurkan ibu untuk mendekatkan dengan cepat kepala bayi ke payudara ibu, kemudian memasukkan puting susu serta sebagian besar areola ke mulut bayi) l. Setelah bayi mulai menghisap, menganjurkan ibu untuk tidak memegang atau menyangga payudara lagi m. Menganjurkan ibu untuk memperhatikan bayi selama menyusui n. Mengajari ibu cara melepas isapan bayi (jari kelingking dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah. o. Setelah selesai menyusui, mengajarkan ibu untuk mengoleskan sedikit ASI pada puting susu dan areola. Biarkan kering dengan sendirinya



cara menyusui yang benar p. Mengajari ibu untuk menyendawakan bayi :



12



Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan sampai bayi bersendawa (bila tidak bersendawa tunggu 10 – 15 menit) atau bayi ditengkurapkan dipangkuan



Cara menyendawakan bayi Upaya memperbanyak ASI 1. Untuk Bayi  Menyusui bayi setiap 2 jam siang dan malam dengan lama menyusui  



antra 10-15 menit disetiap payudara Bangunkan bayi, lepas baju bayi yang menyebabkan rasa gerah Pastikan bayi menyusui dengan posisi menempel yang baik dan







mendengarkan suara menelan yang aktif. Susui bayi ditempat yang tenang dan nyaman dan minumlah setiap kali menyusui.



2. Untuk Ibu  Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum  Makan makanan yang bergizi  Susukan bayinya sesering mungkin (Anggraini, 2010; h. 22).



13



3. Perawatan bayi 4. Konseling bagi primipara



14



DAFTAR PUSTAKA Aziz Alimul Hidayat. 2004. Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Depkes RI. 2002. Pembangunan Kesehatan Masyarakat di Indonesia. Jakarta: Depkes RI. Potter dan Ferry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Vol. 1. Jakarta: EGC. Zastocki and Rovinski. 2000. Home Care: Patient and Family Instruction. USA: Saunders Company.



15