Implikasinya Teori Strukturalisme-Edited New [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENDEKATAN STRUKTURALISME Psikologi struktural atau strukturalisme merupakan analisis tentang generalisasi pemikiran manusia melalui metode introspeksi. Dalam hal ini psikologi dimaksudkan untuk mempelajari isi (konten) pemikiran, sehingga sistem ini juga dikenali sebagai psikologi konten. Pendekatan psikologi stukturalisme berasal dari Wilhelm Wundt yang dipelopori di Amerika Syarikat oleh anak muridnya iaitu Edward Bradford Titchener. Perlu ditekankan bahawa psikologi strukturalisme di perkenaklan oleh Wundt sedangkan Titchener merupakan anak murid yang dimiliki oleh Wundt, tetapi Titchener yang berupaya membawa psikologi Wundt ke Amerika dengan mempertahankan konsep asalnya. Dalam konsep dan sistem ini. Psikologi strukturalisme dari Wundt dan Titchener memiliki 3 tujuan : 1.



Menggambarkan komponen-komponen kesadaran sebagai elemen-elemen dasar,



2.



Menggambarkan kombinasi kesadaran sebagai elemen-elemen dasar tersebut, dan



3.



Menjelaskan hubungan elemen-elemen kesedaran dengan sistem saraf



Kesedaran diatas dikenali sebagai pengalaman langsung. Pengalaman langsung iaitu pengalaman sebagaimana hal itu dialami. Hal ini berbeza dengan pengalaman antara. Pengalaman antara ialah yang diwarnai oleh isi yang sudah ada dalam pemikiran, seperti asosiasi sebelumnnya dan kondisi emosional serta motivasional seseorang.



Dengan demikian, pengalaman langsung tidak dipengaruhi oleh pengalaman antara. Psikologi strukturalisme berupaya mempertahankan integritas psikologi dengan membezakannya dari fisikal. Fisikal mempelajari dunia fisik atau materi, tanpa merujuk pada manusia dan melalui metode observasional berupa inspeksi yang dikendalikan dengan hati-hati. Psikologi mempelajari dunia, dengan merujuk pada manusia yang mengalami sesuatu, melalui metode observasional berupa introspeksi terkontrol atas isi kesadaran. Subjek pembahasan yang tepat bagi psikologi struktural adalah proses kesadaran dan bebas dari asosiasi. Sehingga Wundt dan Titchener berpendapat, psikologi harus terbebas dari kekuatan metafisika, pikiran awam dan kepentingan kegunaan atau terapan yang akan merusak intergritasnya. Sedangkan metode eksperimental yang digunakan untuk memastikan ketepatan analisis isi mental adalah introspeksi. Teknik pelaporan diri ini merupakan pendekatan klasik untuk menggambarkan pengalaman pribadi. Sehingga introspeksi hanya akan dianggap valid jika dilakukan oleh para ilmuwan yang sangat terlatih, bukan oleh pengamat awam. Disamping kelemahan psikologi struktural dalam pandangan fungsionalisme yaitu hanya sekedar mempelajari isi dan struktur yang terlibat dalam proses-proses mental, psikologi struktural memiliki kontribusi positif dalam bidang ilmu psikologi. Sistem ini mendorong psikologi menjadi ilmu pengetahuan. Wundt mendeklarasikan sebuah disiplin formal yakni psikologi yang didasarkan pada formulasi-formulasi ilmiah sehingga psikologi diakui sebagai ilmu pengetahuan.



IMPLIKASINYA TEORI STRUKTURALISME



Pengantar Strukturalisme merupakan suatu gerakan pemikiran yang mempunyai pokok fikiran bahwa semua masyarakat dan kebudayaan mempunyai suatu struktur yang sama dan tetap. Ciri khas strukturalisme ialah pemusatan pada deskripsi keadaan ”actual object” melalui penyelidikan, penyingkapan sifat-sifat instrinsiknya yang tidak terikat oleh waktu dan penetapan hubungan antara fakta atau unsur-unsur sistem tersebut melalui pendidikan. Strukturalisme menyingkapkan dan melukiskan struktur inti dari suatu obyek (hirarkinya, kaitan timbal balik antara unsur-unsur pada setiap tingkat) (Bagus, 1996: 1040) Gagasan-gagasan strukturalisme juga mempunyai metodologi tertentu dalam memajukan studi -interdisipline tentang gejala-gejala budaya, dan dalam mendekatkan ilmu-ilmu kemanusiaan dengan ilmu-ilmu alam. Akan tetapi introduksi metode struktural dalam pelbagai bidang pengetahuan menimbulkan upaya yang sia-sia untuk mengangkat strukturalisme pada status sistem filosofis. (Bagus, 1996: 1040) Ferdinand de Saussure Untuk mengenal lebih lanjut tentang strukturalisme maka ada baiknya untuk mengetahui pemikiran Ferdinand de Saussure yang banyak disebut orang sebagai bapa strukturalisme, walaupun bukan orang pertama yang mengungkapkan strukturalisme.



Banyak hal yang menunjukkan Ferdinand de Saussure adalah bapa strukturalisme. Selain beliau merupakan sebagai bapa strukturalisme beliau juga sebagai bapa linguistik yang ditunjukkan dengan mengadakan perubahan besar-besaran di bidang lingustik. Beliau merupakan orang yang pertama merumuskan secara sistematik cara menganalisa bahasa, yang juga dapat dipergunakan untuk menganalisa sistem tanda atau simbol dalam kehidupan masyarakat, dengan menggunakan analisis struktural. Beliau mengatakan bahwa linguistik adalah ilmu yang utama, kerana bahan penelitiannya, iaitu bahasa, juga bersifat otonom. Bahasa adalah sistem tanda yang paling lengkap. Menurutnya ada kemiskinan dalam sistem tanda lainnya, sehingga untuk masuk ke dalam analisis semiotik, sering digunakan pada ilmu bahasa. De Saussure mengatakan bahwa bahasa adalah sistem tanda yang mengungkapkan gagasan, dengan demikian dapat dibandingkan dengan tulisan, abjad orang-orang bisu tuli, upacara simbolik, bentuk sopan santun, tanda-tanda ketenteraan dan lain sebagainya. Bahasa hanyalah yang paling penting dari sistem-sistem ini. Jadi kita dapat menanamkan benih suatu ilmu yang mempelajari tanda-tanda di tengah-tengah kehidupan kemasyarakatan; ia akan menjadi bahagian dari psikologi umum, yang kemudiannya dinamakan oleh de saussure sebagai semiologi. Ilmu ini akan mengajarkan kepada kita, terdiri dari apa saja tanda-tanda itu, kaidah mana yang mengaturnya. Kerana ilmu ini belum ada, maka kita belum dapat mengatakan bagaimana ilmu ini, tetapi ia berhak hadir, tempatnya telah ditentukan lebih dahulu. Linguistik hanyalah sebahagian dari ilmu umum itu, kaedah-kaedah yang digunakan dalam semiologi akan dapat digunakan dalam linguistik dan dengan demikian linguistik akan terikat pada suatu bidang tertentu dalam keseluruhan fakta manusia. Gagasan yang paling mendasar dari de Saussure adalah sebagai berikut:



1. Diakronis dan sinkronis: penelitian suatu bidang ilmu tidak hanya dapat dilakukan secara diakronis (menurut perkembangannya) melainkan juga secara sinkronis (penelitian dilakukan terhadap unsur-unsur struktur yang sezaman) 2. Langue dan parole: langue adalah penelitian bahasa yang mengandung kaedah-kaedah, telah menjadi milik masyarakat, dan telah menjadi konvensi. Sementara parole adalah penelitian terhadap ajaran yang dihasilkan secara individual. 3. Sintagmatik dan Paradikmatik (asosiatif): sintagmatik adalah hubungan antara unsur yang berurutan (struktur) dan paradikmatik adalah hubungan antara unsur yang hadir dan yang tidak hadir, dan dapat saling menggantikan, bersifat asosiatif (sistem). 4. Penanda dan Petanda: Saussure menampilkan tiga istilah dalam teoi ini, yaitu tanda bahasa (sign), penanda (signifier) dan petanda (signified). Menurutnya setiap tanda bahasa mempunyai dua sisi yang tidak terpisahkan iaitu penanda (imaji bunyi) dan petanda (konsep). Sebagai contoh kalau kita mendengan kata rumah langsung tergambar dalam pikiran kita konsep rumah. Strukturalisme termasuk dalam teori kebudayaan yang idealistik kerana strukturalisme mengkaji pemikiran yang terdapat dalam diri manusia. Strukturalisme menganalisa proses berfikir manusia dari permulaan konsep hingga munculnya simbol-simbol atau tanda-tanda (termasuk didalam upacara-upacara, symbol-simbol ketenteraan dan sebagainya) sehingga membentuk sistem bahasa. Bahasa yang diungkapkan dalam percakapan sehari-hari juga mengenai proses kehidupan yang ada dalam kehidupan manusia, dianalisa berdasarkan strukturnya melalui petanda dan penanda, langue dan parole, sintagmatik dan paradikmatik serta diakronis dan sinkronis. Semua teori sosial dapat dianalisa berdasarkan analisa struktural yang tidak terlepas dari kebahasaan.



Dalam memahami kebudayaan kita tidak biasa terlepas dari prinsip-prinsip dasarnya. De Saussure merumuskan setidaknya ada tiga prinsip dasar yang penting dalammemahami kebudayaan, yaitu: 1. Tanda (dalam bahasa) terdiri atas yang menandai (signifiant, signifier, penanda) dan yang ditandai (signifié, signified, petanda). Penanda adalah citra bunyi sedangkan petanda adalah gagasan atau konsep. Hal ini menunjukkan bahawa terdapat konsep bunyi yang terdiri daripada tiga komponen (1) artikulasi kedua bibir, (2) pelepasan udara yang keluar secara mendadak, dan (3) pita suara yang tidak bergetar. 2. Gagasan penting yang berhubungan dengan tanda menurut Saussure tidak mempunyai acuan terhadap objektifnya. Tanda tidak mempunyai nomenclature. Untuk memahami makna maka terdapat dua cara, iaitu, pertama, makna tanda ditentukan oleh pertalian antara satu tanda dengan semua tanda lain yang digunakan dan cara kedua adalah merupakan unsur dari batin manusia sebagai kode dalam ingatan manusia, menentukan bagaimana unsur-unsur objektif yang reality diberikan signifikasi atau makna yang sesuai dengan konsep tersebut. 3. Permasalahan yang selalu kembali dalam mengkaji masyarakat dan kebudayaan adalah hubungan antara individu dan masyarakat. Untuk bahasa, menurut Saussure ada langue dan parole (bahasa dan tuturan). Langue adalah pengetahuan dan kemampuan bahasa yang bersifat kolektif, yang dihayati bersama oleh semua warga masyarakat; parole adalah perwujudan langue pada individu. Melalui individu direalisasi tuturan yang mengikuti kaedah-kaedah yang berlaku secara kolektif, kerana kalau tidak, komunikasi tidak akan berlangsung secara lancar.



Gagasan kebudayaan, baik sebagai sistem kognitif maupun sebagai sistem struktural, bertolak dari anggapan bahwa kebudayaan adalah sistem mental yang mengandung semua hal yang harus diketahui individu agar dapat berperilaku dan bertindak sedemikian rupa sehingga dapat diterima dan dianggap wajar oleh sesama warga masyarakatnya. Pierre Bourdieu Bourdieu pada awalnya menghasilkan karya-karya yang memaparkan sejumlah pengaruh teoritis, termasuk fungsionalisme, strukturalisme dan eksistensialisme, terutama pengaruh Jean Paul Sartre dan Louis Althusser. Pada tahun 60an ia mulai mengolah pandangan-pandangan tersebut dan membangun suatu teori tentang model masyarakat. Gabungan antara pendekatan teori objektif dan teori subjektif sosial yang ditulis dalam buku yang berjudul ”outline of a theory of practice” dimana didalamnya ia memiliki posisi yang unik kerana usaha mensintesakan kedua pendekatan metodologi dan epistemologi tersebut. Dalam karyanya ini ia menerangkan pemahaman kaum strukturalis yang menciptakan objektif yang menyatakan ilmu sosial sebagai ilmu yang utama . Menurutnya pemahaman ini mengabaikan peranan sebagai pelaku dan tindakan-tindakan praktis dalam kehidupan sosial. Kelebihan Bourdieu adalah menghasilkan cara pandang yang baru supaya mengatasi pelbagai pertentangan di antara penjelasan-penjelasan sebelumnya. Pemikirannya bukan hanya menjawab pertanyaan tentang asal usul masyarakat tetapi lebih pada menjawab persoalan-persoalan baru yang diajukan dari pemikiran-pemikiran terdahulu.



Terdapat 3 konsep penting dalam pemikiran Bourdieu yaitu Habitus, Field dan Modal. Habitus adalah “struktur mental atau kognitif” yang digunakan sebagai faktor untuk menghadapi kehidupan sosial. Setiap faktor ini adalah bersamaan dengan skema atau pola yang mereka gunakan untuk merasakan, memahami, menyandari, dan menilai dunia sosial. Melalui pola-pola ini, faktor mengaplikasikan tindakan mereka dan juga menilainya tindakan tersebut akan di laksanakan. Secara kebetulan, habitus adalah ”produk internalisasi struktur” dunia sosial. Atau dengan kata lain habitus dilihat sebagai ”struktur sosial yang diinternalisasikan yang diwujudkan”. Habitus mencerminkan pembahagian objektif dalam struktur kelas seperti umur, jenis kelamin, kelompok dan kelas sosial. Habitus diperoleh sebagai akibat dari lamanya posisi dalam kehidupan social yang diduduki. Habitus terdapat pada setiap individu bergantung pada wujud posisi seseorang dalam kehidupan sosial; orang yang menduduki posisi yang sama dalam kehidupan sosial, cenderung mempunyai kebiasaan yang sama. Habitus lebih didasarkan pada keputusan impulsif, dimana seorang individu bereaksi secara efisyen dalam semua aspek kehidupan. Habitus menghasilkan dan dihasilkan oleh kehidupan sosial. Habitus adalah struktur yang menstruktur kehidupan sosial seseorang individu. Selain itu, pihak habitus adalah struktur dunia sosial individu. Habitus menjadi konsep penting dalam idea seseorang terhadap teori struktur berbanding dengan teori praktikal . Ia berusaha mengkonsepkan kebiasaan dalam pelbagai cara, iaitu: •



Sebagai kecenderungan-kecenderungan emprikal untuk bertindak dalam cara-cara yang khusus (gaya hidup)







Sebagai motivasi, cita rasa atau perasaan (emosi)







Sebagai perilaku manusia







Sebagai suatu pandangan tentang dunia (kosmologi)







Sebagai keterampilan dan kemampuan sosial praktis







Sebagai aspirasi dan harapan berkaitan dengan perubahan hidup .



Habitus membekali seseorang dengan hasrat. Motivasi, pengetahuan, keterampilan, dan strategi untuk memberi status yang lebih rendah. Bagi Bourdieu keluarga dan sekolah merupakan lembaga penting dalam membentuk kebiasaan yang berbeza. Field bagi Bourdieu lebih bersifat rasional . Field adalah jaringan hubungan antara posisi objektif di dalamnya. Hubungan ini terlepas dari kesedaran dan kemahuan seseorang individu. Bourdieu melihat field sebagai sebuah arena pertarungan. Struktur Field lah yang menyiapkan dan membimbing strategi yang digunakan penghuni posisi tertentu yang cuba melindungi atau meningkatkan posisi mereka untuk melaksanakan prinsip sosial yang paling menguntungkan bagi produk mereka sendiri. Field adalah sejenis pasar kompetisi dimana pelbagai jenis modal (ekonomi, kultur, sosial, simbolik) digunakan dan disebarkan. Lingkungan adalah lingkungan politik (kekuasaan) yang sangat penting; hirarki hubungan kekuasaan di dalam lingkungan politik membantu semua lingkungan yang lain. Bourdieu menyusun 3 langkah proses untuk menganalisa lingkungan, pertama, menggambarkan keutamaan lingkungan kekuasaan (politik). Langkah kedua, menggambarkan struktur objektif hubungan antara pelbagai posisi di dalam lingkungan tertentu, ketiga, analisis harus mencuba menetukan ciri-ciri kebiasaan agen yang menempati pelbagai posisi di dalam lingkungan.



Dengan kata lain, Field adalah wilayah kehidupan sosial, seperti seni, industri, hukum, politik dan lain sebagainya, dimana cara berusaha untuk memperoleh kekuasaan dan status. Bourdieu menganggap bahwa modal memainkan peranan yang penting, kerana modal yang memungkinkan orang untuk mengendalikan orang untuk mengendalikan nasibnya sendiri maupun nasib orang lain. Ada 4 modal yang berperan dalam masyarakat yang menentukan kekuasaan sosial dan ketidaksetaraan sosial, pertama modal ekonomi yang menunjukkan sumber ekonomi. Kedua, modal sosial yang berupa hubungan-hubungan sosial yang memungkinkan seseorang bermobilisasi demi kepentingan sendiri. Ketiga, modal simbolik yang berasal dari kehormatan dan prestij seseorang. Dan keempat adalah modal budaya yang memiliki beberapa dimensi, iaitu: •



Pengetahuan objektif tentang seni dan budaya







Cita rasa budaya (cultural taste)







Kemampuan-kemampuan individu dan pengetahuan praktikal.



Seperti telah diungkapkan diatas bahwa habitus adalah struktur kognitif yang menghubungkan individu dan realitas sosial. Habitus merupakan struktur subjektif yang terbentuk dari pengalaman individu berhubungan dengan individu lain dalam jaringan struktur objektif yang ada dalam ruang sosial. Habitus adalah sejarah yang terbentuk setelah manusia lahir dan berinteraksi dengan masyarakat dalam ruang dan waktu tertentu, dengan kata lain habitus adalah hasil pembelajaran lewat pengasuhan, aktivitas bermain, dan juga pendidikan masyarakat. Pembelajaran ini berjalan secara lancar sehingga individu tidak menyandari hal ini terjadi pada dirinya.



Habitus mendasari field yang merupakan jaringan sebenar antara posisi-posisi objektif dalam suatu kefahaman sosial . Field merupakan hubungan yang terstruktur dan tanpa disandari mengatur posisi-posisi individu dan kelompok dalam masyarakat yang terbentuk secara spontan. Habitus memungkinkan manusia hidup dalam keseharian mereka secara spontan dan melakukan hubungan dengan pihak-pihak diluar dirinya. Dalam proses interaksi dengan pihak luar tersebut terbentuklah Field. Dalam suatu Field ada pertarungan kekuatan-kekuatan antara individu yang memiliki banyak modal dengan individu yang tidak memiliki modal. Diatas sudah di singgung bahwa modal merupakan sebuah konsentrasi kekuatan, suatu kekuatan spesifik yang beroperasi di dalam field dimana di dalam setiap field menuntut untuk setiap individu untuk memiliki modal gara dapat hidup secara baik dan bertahan di dalamnya. Secara ringkas Bourdieu menyatakan rumusan generatif yang menerangkan praktis sosial dengan rumus setiap relasi sederhana antara individu dan struktur dengan relasi antara habitus yang melibatkan modal.