Infeksi Pada Umbilikus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Infeksi Pada Umbilikus Masalah Kesehatan Tali pusat biasanya lepas pada hari ke 7 setelah lahir dan luka barusembuh pada hari ke 15 . infeksi pada tali pusat atau jaringan kulit di sekitar perlu dikenali secara dini dalam rangka mencegah sepsis. Hasil Anamnesis(Subjective) Keluhan : Panas Rewel Tidak mau menyusu Faktor Resiko : Imunitas seluler & humoral blm sempurna Luka umbilikus Kulit tipis shg mudah lecet Faktor Predisposisi : Pemotongan dan perawatan tali pusat yang tidak steril



Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana(Objective ) Pemeriksaan Fisik : Ada tanda tanda infeksi di sekitar tali pusat seperti kemerahan, panas, bengkak, nyeri dan mengeluarkan pus yang berbau busuk. Infeksi tali pusat lokal atau terbatas : Bila kemerahan dan bengkak terbatas pada daerah kurang dari 1cm di sekitar pangkal tali pusat. Infeksi tali pusat berat atau meluas : JIka kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm atau kulit di sekitar tali pusat bayi mengeras dan memerah serta bayi mengalami pembengkakan perut,



Tanda sistemik : Suhu meningkat, Takikardia, Hipotensi, Letargi, Somnolen, Juandice Pemeriksaan Penunjang : (-) Penegakan Diagnostik(Assesment) Diagnosi Klinis : Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik. Adanya tandatanda infeksi disekitar umblikus seperti bengkak, kemerahan, kekakuan Pada keadaan tertentu ada lesi berbentuk impetigo bullosa Perhatikan adanya tanda tanda sepsis. Diagnosis Banding : Tali pusat normal dg akumulasi cairan bau busuk tidak ada tanda tanda infeksi (pengobatan cukup dibersihkan dengan alkohol ) Granuloma- Delayed epithelialization/ Granuloma keterlambatan proses epitelisasi pengobatan dengan cauterisasi Komplikasi : Perhatikan tanda tanda komplikasi dibawah ini : Oedem, kulit tampak seperti jeruk (peau d‟orange appearance) disekitar tempat infeksi progresifitas cepat dan dapat menyebabkan kematian maka kemungkinan menderita Necrotizing fasciitis Peritonitis Thrombosis vena porta Abses Penatalaksanaan Komprehensif(Plan) Penatalaksanaan : Tata laksana



Edukasi : Bersihkan tali pusat dengan menggunakan larutan antiseptik (KLorheksidin atau iodium povidon 2,5%) dengan kain kasa yang bersih Olesi tali pusat dan daerah sekitarnya dengan larutan antiseptik (gentian violet atau iodium povidon 2,5%) delapan kali sehari sampai tidak ada nanah lagi pada tali pusat. Dapat dilakukan oleh ibu di rumah Bawa bayi kontrol kedokter bila ada perluasan tanda tanda infeksi atau bayi panas, rewel dan mulai tak mau makan Pengobatan Biomedis : Perawatan local dengan salep antibiotik Perawatan sistemik : Tanpa gejala sistemik beri antibiotik seperti kloksasilin oral selama lima hari minta pasien segera control bila pada tidak ada perbaikan atau timbul tanda tanda komplikasi seperti sepsis( panas, tidak mau makan, rewel dll) Bila anak tampak sakit harus dicek ada tidaknya tanda tanda sepsis berikan antibiotic kombinasi dg aminoglycoside bila tidak ada peningkatan pertimbangkan kemungkinan meticillin resistant staphylococcus aureus Rencana Follow up : (-) Kriteria Rujukan : T : intake tdk mencukupi dan mulai tampak tanda dehidrasi C : Ada Komplikasi sepsis



Sarana-Prasarana Klorheksidin atau iodium povidon 2,5% Kain kasa



Larutan antiseptik (gentian violet atau iodium povidon 2,5%) Salep antibiotic



Prognosis Prognosis jika pasien tidak mengalami komplikasi. Dubia ad bonam



Referensi 1. Infeksi Tali Pusat dalam Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir, IDAI, Depkes RI, Jakarta, 2003; 2. Peadiatrics clerkship University The University of Chicago



Rekam Medik No. ICPC II : A78 infectious disease other No. ICD X :



REFERENSI LAIN



Pengertian Infeksi Tali Pusat Omfalitis adalah infeksi pada tali pusat bayi baru lahir yang ditandai dengan kulit kemerahan disertai pus. Penyebab terjadinya omfalitis pada kasus ini adalah akibat kurangnya aseptik antiseptik saat pengguntingan dan perawatan tali pusat oleh bidan penolong persalinan. Hasil apus pus omfalitis adalah bakteri batang Gram negatif, sesuai dengan pola kuman yang sering menginfeksi bayi baru lahir. Tali pusat biasanya puput satu minggu setelah lahir dan luka sembuh dalam 15 hari. Sebelum luka sembuh merupakan jalan masuk untuk kuman dan infeksi yang dapat menyebabkan sepsis. Pengenalan secara dini infeksi tali pusat sangat penting untuk mencegah sepsis. Tali pusat merupakan bagian yang penting untuk diperhatikan pada bayi yang baru lahir. Bayi yang baru lahir kurang lebih dua menit akan segera di potong tali pusatnya kira-kira dua sampai tiga sentimeter yang hanya tinggal pada pangkal pusat (umbilicus), dan sisa potongan inilah yang sering terinfeksi Staphylococcus aereus. Pada ujung tali pusat akan mengeluarkan nanah dan pada sekitar pangkal tali pusat akan memerah dan disertai edema (Musbikin, 2005). Pada keadaan infeksi berat, infeksi dapat menjalar hingga ke hati (hepar) melalui ligamentum (falsiforme) dan menyebabkan abses yang berlipat ganda. Pada



keadaan



menahun



dapat



terjadi



granuloma



pada



umbilikus



(Prawirohardjo, 2002) 2.2 Insidensi Tetanus Neonatorum dan infeksi tali pusat telah menjadi penyebab kesakitan dan kematian secara terus-menerus di berbagai negara. Setiap tahunnya sekitar



500.000 bayi meninggal karena tetanus neonatorum dan 460.000 meninggal akibat infeksi bakteri (WHO, 1998). Infeksi sebagai salah satu penyebab kematian, sebenarnya dapat dengan mudah dihindari dengan perawatan tali pusat yang baik, dan pengetahuan yang memadai tentang cara merawat tali pusat. Berdasarkan perkiraan World Health Organitation( WHO) hampir semua( 98%) dari lima juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini dan 42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti: sepsis, tetanus neonatorum, meningitis, pneumonia, dan diare.(Imral chair, 2007)



2.3 Etiologi Infeksi tali pusat adalah suatu penyakit toksemik akut yang disebabkan oleh Clostridium tetani dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran (Mieke, 2006). Merupakan hasil dari klostrodium tetani (Kapitaselekta, 2000) bersifat anaerob, berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan toksin yang dapat mengahancurkan sel darah merah, merusak lekosit dan merupakan tetanospasmin yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot. (Ilmu KesehatanAnak,1985) Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi tali pusat pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut : a.



Faktor kuman Staphylococcus aereus ada dimana-mana dan didapat pada masa awal kehidupan hampir



semua



bayi,



saat



lahir



atau



selama masa perawatan.



Biasanya Staphylococcus aereus sering dijumpai pada kulit, saluran pernafasan,



dan saluran cerna terkolonisasi. Untuk pencegahan terjadinya infeksi tali pusat sebaiknya tali pusat tetap dijaga kebersihannya, upayakan tali pusat agar tetap kering dan bersih, pada saat memandikan di minggu pertama sebaiknya jangan merendam bayi langsung ke dalam air mandinya karena akan menyebabkan basahnya tali pusat



dan memperlambat proses pengeringan tali pusat.



Dan masih banyak penyebab lain yang dapat memperbesar terjadinya infeksi pada tali pusat



seperti penolong persalinan yang kurang



menjaga kebersihan terutama pada alat-alat menolong



persalinan



peluang



dan khususnya



yang



pada



digunakan



pada



saat pemotongan



saat



tali pusat.



Biasakan mencuci tangan untuk pencegahan terjadinya infeksi (Danuatmadja, 2003). b.



Faktor Maternal Status



sosial-ekonomi



ibu,



ras,



dan



latar



belakang.



Mempengaruhi



kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun. 1.



Kurangnya perawatan prenatal.



2.



Ketuban pecah dini (KPD)



3.



Prosedur selama persalinan.



c.



Faktor Neonatatal



1. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko terjadinya infeksi. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi



imunoglobulin



serum



terus



menurun,



menyebabkan



hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit. Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kulit dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan fagositosis dan leukosit immunitas masih rendah.



2. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi. 3. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens infeksi pada bayi laki- laki empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan.



d.



Faktor Lingkungan



1.



Ada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.



2.



Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bisa menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.



3.



Kadang-



kadang



di



ruang



perawatan



terhadap



epidemi



penyebaran



mikroorganisme yang berasal dari petugas (infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan. Infeksi pada neonatus lebih sering di temukan pada BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang lahir di luar rumah sakit. Dalam hal ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengan cara septik. Segala bentuk infeksi yang terjadi pada bayi merupakan hal yang lebih berbahaya dibandingkan dengan infeksi yang terjadi pada anak atau dewasa. Ini merupakan alasan mengapa bayi harus dirawat dengan ketat bila dicurigai mengalami infeksi. 4.



Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh E.colli.



5.



Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara, yaitu :



·



Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta



antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sipilis, dan toksoplasma. ·



Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amniotis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk dalam tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi akan terinhalasi oleh bayi dan masuk dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain cara tersebut di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman. Beberapa kuman yang melalui jalan lahir ini adalah Herpes genetalis, Candida albican dan N.gonorrea.



·



Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misal melalui alat- alat : penghisap lendir, selang endotrakhea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus (AsriningS.,2003)



e.



Proses persalinan Persalinan yang tidak sehat atau yang dibantu oleh tenaga non medis, terjadi pada saat memotong tali pusat menggunakan alat yang tidak steril dan tidak diberikan obat antiseptik. Untuk perawatan tali pusat juga tidak lepas dari masih adanya tradisi yang berlaku di masyarakat.



f.



Faktor tradisi Sebagian masyarakat misalnya dengan memberikan



berbagai



ramuan-



ramuan atau serbuk-serbuk yang dipercaya bisa membantu mempercepat kering dan lepasnya potongan tali pusat. Ada yang mengatakan tali pusat bayi itu harus diberi abu-abu pandangan seperti inilah yang seharusnya tidak boleh dilakukan karena



justru dengan diberikannya berbagai ramuan tersebut kemungkinan



terjangkitnya tetanus lebih besar biasanya penyakit



tetanus



neonatorum ini



cepat menyerang bayi, pada keadaan infeksi berat hanya beberapa hari setelah persalinan jika tidak ditangani biasa mengakibatkan meninggal



dunia



(Mieke,



2006).



2.4 Klasifikasi 1.



Infeksi tali pusat lokal atau terbatas Jika tali pusat bengkak, mengeluarkan nanah, atau berbau busuk, dan di sekitar tali pusat kemerahan dan pembengkakan terbatas pada daerah kuang dari 1 cm di sekitar pangkal tali pusat lokal atau terbatas.



2.



Infeksi tali pusat berat atau meluas Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm atau kulit di sekitar tali pusat bayi mengeras dan memerah serta bayi mengalami pembengkakan perut, disebut sebagai infeksi tali pusat berat atau meluas.



2.5 Tanda dan Gejala Tanda-tanda yang perlu dicurigai oleh orang tua adalah apabila timbul bau menyengat



dan



terdapat



cairan



berwarna



merah darah



atau



bisa



juga



berbentuk nanah di sisa tali pusat bayi. Hal tersebut menandakan sisa tali



pusat mengalami infeksi, lekas bawa bayi ke klinik atau rumah sakit, karena apabila infeksi telah merambat ke perut bayi, akan menimbulkan gangguan serius pada bayi (Febrina, 2006) Manifestasi kebanyakan infeksi Staphylococcus pada neonatus adalah tidak spesifik, bakteremia tanpa kerusakan jaringan setempat dikaitkan dengan berbagai tanda, berkisar dari yang ringan sampai dengan keadaan yang berat. Distress pernafasan, apnea, bradikardia, abnormalitas saluran cerna, masalah termoregulasi, adanya perfusi yang buruk, dan disfungsi serebral merupakan hal umum. Infeksi spesifik yang disebabkan oleh Staphylococcus aereus meliputi pneumonia, efusi pleural,



meningitis,



endokarditis, omfalitis,



abses,



dan



osteomielitis (Wahab, 2000). Bayi yang terinfeksi tali pusatnya, pada tempat tersebut biasanya akan mengeluarkan nanah dan pada bagian sekitar pangkal tali pusat akan terlihat merah dan dapat disertai dengan edema. Pada keadaan yang berat infeksi dapat menjalar ke hati (hepar) melalui ligamentum falsiforme dan menyebabkan abses yang berlipat ganda. Pada keadaan menahun dapat terjadi granuloma pada umbilikus (Prawirohardjo:2002). Jika tali pusat bayi bernanah atau bertambah bau, berwarna merah, panas, bengkak, dan ada area lembut di sekitar dasar tali pusat seukuran uang logam seratus rupiah, ini merupakan tanda infeksi tali pusat (Sean, 2004).



2.6 Pencegahan dan Penanganan



Pencegahan Seorang wanita yang sudah diimunisasi tetanus 2 kali dengan interval 46



minggu



diharapkan



mempunyai



kekebalan terhadap tetanus selama tiga



tahun imunisasi TT diberikan juga pada ibu hamil, diberikan 2 kali pada trimester kedua dengan interval waktu 4-6 minggu diharapkan dapat memberikan kekebalan selama tiga tahun sehingga jika si ibu hamil kurun waktu tiga tahun itu tidak diberikan imunisasi TT atau satu kali saja imunisasi sudah cukup (Erikania, 2007). Agar tali pusat tidak terinfeksi, perlu dilakukan inspeksi tali pusat,



klem



dilepas, dan tali pusat diikat dan dipotong dekat umbilikus kurang dari 24 jam setelah



bayi



lahir. Ujung



dari potongan diberikan krim klorheksidin untuk



mencegah infeksi pada tali pusat, dan tidak perlu dibalut dengan kasa dan dapat hanya diberi pengikat tali pusat atau penjepit tali pusat yang terbuat dari plastik (Penny, 2008). Dalam keadaan normal, tali pusat akan lepas dengan sendirinya dalam waktu lima sampai tujuh hari. Tapi dalam beberapa kasus bisa sampai dua minggu bahkan lebih lama. Selama belum pupus, tali pusat harus dirawat dengan baik. Agar tali pusat tidak infeksi, basah, bernanah, dan berbau. Bersihkan tali pusat bayi dengan sabun saat memandikan bayi.



Keringkan dengan handuk lembut.



Tidak peru di olesi dengan alkohol 70% atau betadine, karena yodium yang dikandung betadine dapat masuk ke peredaran darah bayi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan kelenjar gondok. Biarkan terbuka hingga kering, dapat dibungkus dengan kasa steril. Jangan mengolesi tali pusat dengan ramuan atau menaburi bedak, karena dapat



menjadi media yang baik bagi tumbuhnya



kuman, termasuk kuman tetanus (Wartamedika, 2006).



Untuk penggantian popok, sebaiknya popok yang telah basah segera diganti untuk menghindari iritasi tali pusat, area tali pusat jangan ditutup



dengan popok



atau celana plastik dan bila bayi menggunakan popok langsung pakai saja (Sean, 2002). Pencegahan pada infeksi tali pusat dapat dilakukan dengan perawatan tali pusat yang baik. Jika di tempat perawatan bayi banyak penyebab infeksi dengan Staphylococcus aereus maka perawatan tali pusat dapat dilakukan sebagai berikut :



a. Setelah tali pusat dipotong, ujung tali pusat diolesi dengan tincture jodii. b. Tangkai tali pusat / pangkal tali pusat dan kulit di sekeliling tali pusat dapat diolesi dengan triple-dye (triple dye ini adalah campuran brilliant green 2,29 g, prylapine bemisulfate 1,14 g, dan crystal violet 2,29 g yang dilarutkan dalam satu liter air), jika obat-obat ini tidak ada



dapat pula digantikan



dengan merkurokrom. c. Atau tali pusat cukup ditutupi dengan kasa steril dan diganti setiap hari (Prawirohardjo, 2002).



2.



Penanganan Infeksi pada bayi dapat merupakan penyakit yang berat dan sangat sulit diobati. Jika tali pusat bayi terinfeksi oleh Staphylococcus



aereus, sebagai



pengobatan lokal dapat diberikan salep yang mengandung neomisin dan basitrasin. Selain itu granuloma, dapat



pula



(Prawirohardjo,2002).



juga dapat diberikan salep dioleskan



dengan



gentamisin. Jika terdapat



larutan



nitras



argenti



3%



Berikut adalah klasifikasi infeksi dan penanganannya, antara lain : a)



Infeksi tali pusat lokal atau terbatas Cara penanganannya :



o Biasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum memegang atau membersihkan tali pusat, untuk mencegah berpindahnya kuman dari tangan. o



Bersihkan



tali



pusat



menggunakan



larutan



antiseptik



(misalnya



klorheksidin atau iodium povidon 2,5%) dengan kain kassa yang bersih. o Olesi tali pusat pada daerah sekitarnya dengan larutan antiseptik (misalnya gentian violet 0,5% atau iodium povidon 2,5%) delapan kali sehari sampai tidak ada nanah lagi pada tali pusat.



Anjurkan Ibu melakukan ini kapan saja bila



memungkinkan. o



Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm, obati seperti infeksi tali pusat berat atau meluas.



b)



Infeksi tali pusat berat atau meluas Cara penanganannya :



o Rujuk bayi ke dokter dan tetap lakukan perawatan seperti infeksi tali pusat lokal atau terbatas. Oleh dokter akan dilakukan pemeriksaan tanda tanda sepsis pada bayi. o Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan kultur dan sensivitasi. o Dapat diberikan pemberian antibiotik sesuai indikasi seperti Kloksasilin oral selama lima hari o Jika terdapat pustule / lepuh kulit dan selaput lendir. o Cari tanda-tanda sepsis. 



Lakukan perawatan umum seperti dijelaskan untuk infeksi tali pusat lokal atau terbatas.



Perawatan yang dilakukan pada tali pusat untuk mencegah infeksi. Mencegah dan mengidentifikasi perdarahan infeksi secara dini. Hal- hal yang dilarang adalah membubuhkan atau mengoleskan ramuan dan abu dapur karena akan menyebabkan infeksi. Menghindari kontak langsung dengan air kencing bayi karena air kencing tersebut adalah salah satu penyebab timbulnya infeksi pada tali pusat bayi. memakaikan popok sekali pakai sebaiknya di bawah pusar. Merawat tali pusat dengan prinsip bersih dan kering. Jadi, saat memandikan bayi, tali pusat juga digosok dengan air dan sabun, lalu dikeringkan dengan handuk bersih terutama daerah tali pusat yang masih berwarna putih di bagian pangkalnya (tali pusat yang bermuara) ke perut bayi). Bagian pangkal ini bisa dibersihkan dengan cotton budpovidone yodine) dan biarkan terbuka sehingga cepat mengering, atau dibungkus dengan kasa kering yang steril. Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering.



INFEKSI UMBILIKUS Pengertian infeksi tali pusat Tali pusat merupakan bagian yang penting untuk diperhatikan pada bayi yang baru lahir. Bayi yang baru lahir kurang lebih dua menit akan segera di potong tali pusatnya kira-kira dua sampai tiga sentimeter yang hanya tinggal pada pangkal pusat (umbilicus), dan sisa potongan inilah yang sering terinfeksi Staphylococcus aereus pada ujung tali pusat akan mengeluarkan nanah dan pada sekitar pangkal tali pusat akan memerah dan disertai edema (Musbikin, 2005). Pada keadaan infeksi berat, infeksi dapat menjalar hingga ke hati (hepar) melalui ligamentum (falsiforme) dan menyebabkan abses yang berlipat ganda. Pada keadaan menahun dapat terjadi granuloma pada umbilikus (Prawirohardjo, 2007). Infeksi tali pusat adalah suatu penyakit toksemik akut yang disebabkan oleh clostridium tetani dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran (Mieke, 2006).



2.



Faktor-faktor penyebab infeksi tali pusat Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi tali pusat pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut :



a.



Faktor kuman Staphylococcus aereus ada dimana-mana dan didapat pada masa awal kehidupan hampir semua bayi, saat lahir atau selama masa perawatan. Biasanya Staphylococcus aereus sering dijumpai pada kulit, saluran pernafasan, dan saluran cerna terkolonisasi. Untuk pencegahan terjadinya infeksi tali pusat sebaiknya tali pusat tetap dijaga kebersihannya, upayakan tali pusat agar tetap kering dan bersih, pada saat memandikan di minggu pertama sebaiknya jangan merendam bayi



langsung ke dalam air mandinya karena akan menyebabkan basahnya tali pusat dan memperlambat proses pengeringan tali pusat. Dan masih banyak penyebab lain yang dapat memperbesar peluang terjadinya infeksi pada tali pusat seperti penolong persalinan yang kurang menjaga kebersihan terutama pada alat-alat yang digunakan pada saat menolong persalinan dan khususnya pada saat pemotongan tali pusat. Biasakan mencuci tangan untuk pencegahan terjadinya infeksi (Danuatmadja, 2008). b.



Proses persalinan Persalinan yang tidak sehat atau yang dibantu oleh tenaga non medis. Kematian bayi yang diakibatkan oleh tetanus ini terjadi saat pertolongan persalinan oleh dukun pandai, terjadi pada saat memotong tali pusat menggunakan alat yang tidak steril dan tidak diberikan obat antiseptik.



c.



Faktor tradisi Untuk perawatan tali pusat juga tidak lepas dari masih adanya tradisi yang berlaku di sebagian masyarakat misalnya dengan memberikan berbagai ramuanramuan atau serbuk-serbuk yang dipercaya bisa membantu mempercepat kering dan lepasnya potongan tali pusat. Ada yang mengatakan tali pusat bayi itu harus diberi abu-abu pandangan seperti inilah yang seharusnya tidak boleh dilakukan karena justru dengan diberikannya berbagai ramuan tersebut kemungkinan terjangkitnya tetanus lebih besar biasanya penyakit tetanus neonatorum ini cepat menyerang bayi, pada keadaan infeksi berat hanya beberapa hari setelah persalinan jika tidak ditangani biasa mengakibatkan meninggal dunia (Mieke, 2006).



3.



Tanda dan gejala infeksi tali pusat. Tanda-tanda yang perlu dicurigai oleh orang tua baru adalah apabila timbul bau menyengat dan terdapat cairan berwarna merah darah atau bisa juga berbentuk nanah di sisa tali pusat bayi. Hal tersebut menandakan sisa tali pusat mengalami infeksi, lekas bawa bayi ke klinik atau rumah sakit, karena apabila infeksi telah merambat ke perut bayi, akan menimbulkan gangguan serius pada bayi (Febrina, 2009) . Manifestasi kebanyakan infeksi staphylococcus pada neonatus adalah tidak spesifik, bakteremia tanpa kerusakan jaringan setempat dikaitkan dengan berbagai tanda, berkisar dari yang ringan sampai dengan keadaan yang berat. Distress pernafasan, apnea, bradikardia, abnormalitas saluran cerna, masalah termoregulasi, adanya perfusi yang buruk, dan disfungsi serebral merupakan hal umum. Infeksi spesifik yang disebabkan oleh staphylococcus aereus meliputi pneumonia, efusi pleural, meningitis, endokarditis, omfalitis, abses, dan osteomielitis (Susan Kelin, 2009). Bayi yang terinfeksi tali pusatnya, pada tempat tersebut biasanya akan mengeluarkan nanah dan pada bagian sekitar pangkal tali pusat akan terlihat merah dan dapat disertai dengan edema. Pada keadaan yang berat infeksi dapat menjalar ke hati (hepar) melalui ligamentum falsiforme dan menyebabkan abses yang berlipat ganda. Pada keadaan menahun dapat terjadi



granuloma pada umbilikus



(Prawirohardjo, 2007). Jika tali pusat bayi bernanah atau bertambah bau, berwarna merah, panas, bengkak, dan ada area lembut di sekitar dasar tali pusat seukuran uang logam seratus rupiah, ini merupakan tanda infeksi tali pusat (Sean, 2009).



4. a.



Pencegahan dan penanganan infeksi tali pusat Pencegahan Untuk pencegahan awal tetanus dapat diberikan pada calon pengantin dengan harapan bila setelah menikah dan hamil tubuhnya sudah punya antitoksin tetanus yang akan ditransfer ke janin melalui plasenta. Seorang wanita yang sudah diimunisasi tetanus 2 kali dengan interval 4-6 minggu diharapkan mempunyai kekebalan terhadap tetanus selama tiga tahun imunisasi TT diberikan juga pada ibu hamil, diberikan 2 kali pada trimester kedua dengan interval waktu 4-6 minggu diharapkan dapat memberikan kekebalan selama tiga tahun sehingga jika si ibu hamil kurun waktu tiga tahun itu tidak diberikan imunisasi TT atau satu kali saja imunisasi sudah cukup (Erikania, 2007). Agar tali pusat tidak terinfeksi, perlu dilakukan inspeksi tali pusat, klem dilepas, dan tali pusat diikat dan dipotong dekat umbilikus kurang dari 24 jam setelah bayi lahir. Ujung dari potongan diberikan krim klorheksidin untuk mencegah infeksi pada tali pusat, dan tidak perlu dibalut dengan kasa dan dapat hanya diberi pengikat tali pusat atau penjepit tali pusat yang terbuat dari plastik (Penny, 2008). Dalam keadaan normal, tali pusat akan lepas dengan sendirinya dalam waktu lima sampai tujuh hari. Tapi dalam beberapa kasus bisa sampai dua minggu bahkan lebih lama. Selama belum pupus, tali pusat harus dirawat dengan baik. Agar tali pusat tidak infeksi, basah, bernanah, dan berbau. Bersihkan tali pusat bayi dengan sabun saat memandikan bayi. Keringkan dengan handuk lembut. Olesi dengan alkohol 70%. Jangan pakai betadine, karena yodium yang dikandung betadine dapat masuk ke peredaran darah bayi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan kelenjar gondok. Biarkan terbuka hingga kering, dapat dibungkus dengan kasa steril. Jangan mengolesi tali pusat dengan ramuan atau menaburi bedak, karena dapat menjadi



media yang baik bagi tumbuhnya kuman, termasuk kuman tetanus (Wartamedika, 2006). Untuk penggantian popok, sebaiknya popok yang telah basah segera diganti untuk menghindari iritasi tali pusat, area tali pusat jangan ditutup dengan popok atau celana plastik dan bila bayi menggunakan popok langsung pakai saja (Sean, 2009). Pencegahan pada infeksi tali pusat dapat dilakukan dengan perawatan tali pusat yang baik. Jika di tempat perawatan bayi banyak penyebab infeksi dengan staphylococcus aereus maka perawatan tali pusat dapat dilakukan sebagai berikut : 1)



Setelah tali pusat dipotong, ujung tali pusat diolesi dengan tincture jodii.



2)



Tangkai tali pusat / pangkal tali pusat dan kulit di sekeliling tali pusat dapat diolesi dengan triple-dye (triple dye ini adalah campuran brilliant green 2,29 g, prylapine bemisulfate 1,14 g, dan crystal violet 2,29 g yang dilarutkan dalam satu liter air), jika obat-obat ini tidak ada dapat pula digantikan dengan merkurokrom.



3)



Atau tali pusat cukup ditutupi dengan kasa steril dan diganti setiap hari (Prawirohardjo, 2007).



b.



Penanganan Infeksi pada bayi dapat merupakan penyakit yang berat dan sangat sulit diobati. Jika tali pusat bayi terinfeksi oleh Staphylococcus aereus, sebagai pengobatan lokal dapat diberikan salep yang mengandung neomisin dan basitrasin. Selain itu juga dapat diberikan salep gentamisin. Jika terdapat granuloma, dapat pula dioleskan dengan larutan nitras argenti 3% (Prawirohardjo, 2007).



1)



Infeksi tali pusat lokal atau terbatas Jika tali pusat bengkak, mengeluarkan nanah, atau berbau busuk, dan di sekitar tali pusat kemerahan dan pembengkakan terbatas pada daerah ≤ 1 cm di sekitar pangkal tali pusat lokal atau terbatas. Cara penanganannya :



a) Biasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum memegang atau membersihkan tali pusat, untuk mencegah berpindahnya kuman dari tangan. b)



Bersihkan tali pusat menggunakan larutan antiseptik (misalnya klorheksidin atau iodium povidon 2,5%) dengan kain kassa yang bersih.



c) Olesi tali pusat pada daerah sekitarnya dengan larutan antiseptik (misalnya gentian violet 0,5% atau iodium povidon 2,5%) delapan kali sehari sampai tidak ada nanah lagi pada tali pusat. Anjurkan bayi melakukan ini kapan saja bila memungkinkan. d)



Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm, obati seperti infeksi tali pusat berat atau meluas.



2)



Infeksi tali pusat berat atau meluas Jika kulit di sekitar tali pusat merah dan mengeras atau bayi mengalami distensi abdomen, obati sebagai tali pusat berat atau meluas. Cara penanganannya :



a)



Ambil sampel darah dan kirim ke laboratorium untuk pemeriksaan kultur dan sensivitasi.



b)



Beri kloksasilin per oral selama 5 hari.



c)



Jika terdapat pustule / lepuh kulit dan selaput lendir.



d)



Cari tanda-tanda sepsis.



e)



Lakukan perawatan umum seperti dijelaskan untuk infeksi tali pusat lokal atau terbatas.



TALIPUSAT – UMBILLICUS



Pengertian Tali pusat atau funiculus umbilicalis adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama kehamilan menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit. ¥ Letak : Funiculus umbilicalis terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai daerah umbilicus fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut. Funiculus umbicalis secara normal berinsersi di bagian tengah plasenta. ¥ Bentuk : Funiculus umbilicalis berbentuk seperti tali yang memanjang dari tengah plasenta sampai ke umbilicus fetus dan mempunyai sekitar 40 puntiran spiral. ¥ Ukuran : Pada saat aterm funiculus umbilicalis panjangnya 40-50 cm dan diameternya 1-2 cm. Hal ini cukup untuk kelahiran bayi tanpa menarik plasenta keluar dari rahim ibu. Tali pusat menjadi lebih panjang jika jumlah air ketuban pada kehamilan trimester pertama dan kedua relatif banyak, diserta dengan mobilitas bayi yang sering. Sebaliknya, jika oligohidromnion dan janin kurang gerak (pada kelainan motorik janin), maka umumnya tali pusat lebih pendek. Kerugian apabila tali pusat terlalu panjang adalah dapat terjadi lilitan di sekitar leher atau tubuh janin atau menjadi ikatan yang dapat menyebabkan oklusi pembuluh darah khususnya pada saat persalinan. Stuktur Tali Pusat ¥ Amnion : Menutupi funiculus umbicalis dan merupakan lanjutan amnion yang menutupi permukaan fetal plasenta. Pada ujung fetal amnion melanjutkan diri



dengan kulit yang menutupi abdomen. Baik kulit maupun membran amnion berasal dari ektoderm. ¥ Tiga pembuluh darah : Setelah struktur lengkung usus, yolk sack dan duktus vitellinus menghilang, tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah umbilikal yang menghubungkan sirkulasi janin dengan plasenta. Ketiga pembuluh darah itu saling berpilin di dalam funiculus umbilicalis dan melanjutkan sebagai pembuluh darah kecil pada vili korion plasenta. Kekuatan aliran darah (kurang lebih 400 ml/ menit) dalam tali pusat membantu mempertahankan tali pusat dalam posisi relatif lurus dan mencegah terbelitnya tali pusat tersebut ketika janin bergerak-gerak. Ketiga pembuluh darah tersebut yaitu : - Satu vena umbilicalis membawa oksigen dan memberi nutrien ke sistem peredaran darah fetus dari darah maternal yang terletak di dalam spatium choriodeciduale. - Dua arteri umbilicalis mengembalikan produk sisa (limbah) dari fetus ke plasenta dimana produk sisa tersebut diasimilasi ke dalam peredaran darah maternal untuk di ekskresikan. ¥ Jeli Wharton : Merupakan zat yang berkonsistensi lengket yang mengelilingi pembuluh darah pada funiculus umbilicalis. Jeli Warthon merupakan subtansi seperti jeli, juga berasal dari mesoderm seperti halnya pembuluh darah. Jeli ini melindungi pembuluh darah tersebut terhadap kompresi, sehingga pemberian makanan yang kontinyu untuk janin dapat di jamin. Selain itu juga dapat membantu mencegah penekukan tali pusat. Jeli warthon ini akan mengembang jika terkena udara. Jeli Warthon ini kadang-kadang terkumpul sebagai gempalan kecil dan membentuk simpul palsu di dalam funiculus umbilicalis. Jumlah jeli inilah yang menyebabkan funiculus umbilicalis menjadi tebal atau tipis.



Fungsi Tali Pusat Fungsi tali pusat yaitu : ¥ Sebagai saluran yang menghubungkan antara plasenta dan bagian tubuh janin sehingga janin mendapat asupan oksigen, makanan dan antibodi dari ibu yang sebelumnya diterima terlebih dahulu oleh plasenta melalui vena umbilicalis. ¥ Saluran pertukaran bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas karbon dioksida yang akan meresap keluar melalui arteri umbilicalis.



Sirkulasi Tali Pusat Fetus yang sedang membesar di dalam uterus ibu mempunyai dua keperluan yang sangat penting dan harus dipenuhi, yaitu bekalan oksigen dan nutrien serta penyingkiran bahan kumuh yang dihasilkan oleh sel-selnya. Jika keperluan ini tidak dapat dipenuhi, fetus akan menghadapi masalah dan mungkin maut. Struktur yang bertanggung jawab untuk memenuhi keperluan fetus ialah plasenta. Plasenta yang terdiri daripada tisu fetus dan tisu ibu terbentuk dengan lengkapnya pada ujung minggu yang ke-16 kehamilan. Pada plasenta banyak terdapat unjuran seperti “Jari” atau vilus tumbuh dari membran yang menyelimuti fetus dan menembusi dinding uterus, yaitu endometrium. Endometrium pada uterus adalah kaya dengan aliran darah ibu. Di dalarn vilus terdapat jaringan kapilari darah fetus. Darah yang kaya dengan oksigen dan nutrien ini dibawa melalui vena umbilicalis yang terdapat di dalam tali pusat ke fetus. Sebaliknya, darah yang sampai ke vilus dari fetus melalui arteri umbilicalis dalam tali pusat mengandungi bahan kumuh seperti karbon dioksida dan urea. Bahan kumuh ini akan meresap merentas membran dan memasuki darah ibu yang



terdapat di sekeliling vilus. Pertukaran oksigen, nutrien, dan bahan kumuh lazimnya berlaku melalui proses resapan. Dengan cara ini, keperluan bayi dapat dipenuhi. Walaupun darah ibu dan darah fetus dalam vilus adalah begitu rapat, tetapi keduadua darah tidak bercampur kerana dipisahkan oleh suatu membran. Oksigen, air, glukosa, asid amino, lipid, garam mineral, vitamin, hormon, dan antibodi dari darah ibu perlu menembus membran ini dan memasuki kapilari darah fetus yang terdapat dalam vilus. Selain oksigen dan nutrien, antibodi dari darah ibu juga meresap ke dalarn darah fetus melalui plasenta. Antibodi ini melindungi fetus dan bayi yang dilahirkan daripada jangkitan penyakit.



2.5 Kelainan Letak Tali Pusat



Tali pusat secara normal berinsersi di bagian sentral ke dalam permukaan fetal plasenta. Namun, ada beberapa yang memiliki kelainan letak seperti :



1. Insersi tali pusat Battledore ® Pada kasus ini tali pusat terhubung ke palin pinggir plasenta seperti bentuk bet tenis meja. Kondisi ini tidak bermasalah kecuali sambungannya rapuh. 2. Insersi tali pusat Velamentous ® Tali pusat berinsersi ke dalam membran agak jauh dari pinggir plasenta. Pembuluh darah umbilikus melewati membran mulai dari tali pusat ke plasenta. Bila letak plasenta normal, tidak berbahaya untuk janin, tetapi tali pusat dapat terputus bila dilakukan tarikan pada penanganan aktif di kala tiga persalinan.



2.6 Pemotongan Tali Pusat Pemotongan tali pusat menurut standar asuhan persalinan normal pada langkah ke 26 sampai dengan 28 berikut ini : a) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali pusat. b) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi. c) Melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama. d) Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat diantara kedua klem. (JNPKR, Depkes RI, 2004). Sisa potongan tali pusat pada bayi inilah yang harus dirawat, karena jika tidak dirawat maka dapat menyebabkan terjadinya infeksi.



2.7 Fisiologi Lepasnya Tali Pusat Perawatan tali pusat secara intensif diperkenalkan pada tahun 1950an sampai dengan tahun 1960an dimana pada saat itu angka infeksi pada proses kebidanan sangat tinggi. Akan tetapi pada beberapa Negara berkembang masih sering dijumpai terjadinya infeksi tali pusat walaupun antiseptic jenis baru telah diperkenalkan. Selain infeksi, pendarahan pada tali pusat juga dapat berakibat fatal. Akan tetapi pendarahan dapat dicegah dengan melakukan penjepitan tali pusat dengan kuat dan pencegahan infeksi. Peralatan yang digunakan dalam pemotongan tali pusat juga sangat berpengaruh dalam timbulnya penyulit pada tali pusat. Saat dipotong tali pusat terlepas dari suply darah dari ibu.



Tali pusat yang menempel pada pusat bayi lama kelamaan akan kering dan terlepas. Pengeringan dan pemisahan tali pusat sangat dipengaruhi oleh aliran udara yang mengenainya. Jaringan pada sisa tali pusat dapat dijadikan tempat koloni oleh bakteri terutama jika dibiarkan lembab dan kotor. Sisa potongan tali pusat menjadi sebab utama terjadinya infeksi pada bayi baru lahir. Kondisi ini dapat dicegah dengan membiarkan tali pusat kering dan bersih. Tali pusat dijadikan tempat koloni bakteri yang berasal dari lingkungan sekitar. Pada bayi yang dirawat di rumah sakit bakteri Streptococcus aureus adalah bakteri yang sering dijumpai yang berasal dari sentuhan perawat bayi yang tidak steril. Pengetahuan tentang faktor yang menyebabkan terjadinya kolonisasi bakteri pada tali pusat sampai saat ini belum diketahui pasti. Selain Streptococcus aerus, bakteri Escheseria colli juga sering dijumpai berkoloni pada tali pusat. Pemisahan yang terjadi antara pusat dan tali pusat dapat disebabkan oleh keringnya tali pusat atau diakibatkan oleh terjadinya inflamasi karena terjadi infeksi bakteri. Pada proses pemisahan secara normal jaringan yang tertinggal sangat sedikit, sedangkan pemisahan yang diakibatkan oleh infeksi masih menyisakan jaringan dalam jumlah banyak yang disertai dengan timbulnya abdomen pada kulit.



2.8 Perawatan Tali Pusat Perawatan adalah proses perbuatan, cara merawat, pemeliharaan, penyelenggaraan (Kamisa, 1997). Perawatan tali pusat tersebut sebenarnya juga sederhana. Hal yang paling terpenting dalam membersihkan tali pusat adalah : o Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering. o Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum membersihkan tali pusat.



o Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air hangat. Alasannya, untuk menjaga tali pusat tetap kering. Bagian yang harus selalu dibersihkan adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya. Untuk membersihkan pangkal ini, Anda harus sedikit mengangkat (bukan menarik) tali pusat. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali dalam sehari. o Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas tali pusat dengan kain kasa steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena udara dengan leluasa.



2.9 Lama waktu Terlepasnya Tali Pusat Tali pusat orok berwarna kebiru-biruan dan panjang sekitar 2,5 – 5 cm segera setelah dipotong. Penjepit tali pusat digunakan untuk menghentikan perdarahan. Penjepit tali pusat ini dibuang ketika tali pusat sudah kering, biasanya sebelum ke luar dari rumah sakit atau dalam waktu dua puluh empat jam hingga empat puluh delapan jam setelah lahir. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump), akan mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3 minggu, meskipun ada juga yang baru lepas setelah 4 minggu. Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan sendirinya. Jangan memegangmegang atau bahkan menariknya. Bila tali pusat belum juga puput setelah 4 minggu, atau adanya tanda-tanda infeksi, seperti; pangkal tali pusat dan daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan yang berbau, ada darah yang keluar terus- menerus,



bayi demam tanpa sebab yang jelas maka kondisi tersebut menandakan munculnya penyulit pada neonatus yang disebabkan oleh tali pusat. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Lamanya Lepasnya Tali Pusat Lepasnya tali pusat dipengaruhi oleh beberapa ha diantaranya adalah : 1. Timbulnya infeksi pada tali pusat ® disebabkan karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat dengan bambu/ gunting yang tidak steril, atau setelah dipotong tali pusat dibubuhi abu, tanah, minyak, daun-daunan, kopi dan sebagainya. 2. Cara perawatan tali pusat ® penelitian menunjukkan bahwa tali pusat yang dibersihkan dengan air dan sabun cenderung lebih cepat puput (lepas) daripada tali pusat yang dibersihkan dengan alkohol. 3. Kelembaban tali pusat ® tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi. 4. Kondisi sanitasi lingkungan sekitar neonatus ® Spora C. tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan.



3.0 Lilitan tali pusat pada janin Janin terlilit tali pusat, sebenarnya tidak begitu membahayakan. Tapi kenyataannya ada janin meninggal saat persalinan karena terlilit tali pusat. Menurut Dr. Nining Haniyanti, SpOG sebenarnya lilitan tali pusat di leher tidak selalu membahayakan janin. Lilitan tali pusat di leher dijumpai pada sekitar 20% dari persalinan normal. Sedangkan lilitan tali pusat dua kali di leher, dijumpai pada 2,5% persalinan dan hanya 0,2% kejadian lilitan tali pusat tiga kali di leher.



Penyebab: Adanya lilitan tali pusat di leher dalam kehamilan menurutnya, pada umumnya tidak menimbulkan masalah. Namun dalam proses persalinan dimana mulai timbul kontraksi rahim dan kepala janin mulai turun dan memasuki rongga panggul, maka lilitan tali pusat menjadi semakin erat dan menyebabkan penekanan atau kompresi pada pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya, suplai darah yang mengandung oksigen dan zat makanan ke janin akan berkurang, yang mengakibatkan janin menjadi sesak atau hipoksia. Kemungkinan sebab lilitan tali pusat pada janin : ü Usia kehamilan ® Kematian bayi pada trimester pertama atau kedua sering disebabkan karena puntiran tali pusat secara berulang-ulang ke satu arah. Ini mengakibatkan arus darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tersumbat total. Karena dalam usia kehamilan tersebut umumnya bayi masih bergerak dengan bebas. Hal tersebut menyebabkan kompresi tali pusat sehingga janin mengalami kekurangan oksigen. ü Polihidramnion kemungkinan bayi terlilit tali pusat semakin meningkat. ü Panjangnya tali pusat ® dapat menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat bayi rata-rata 50 sampai 60 cm. Namun, tiap bayi mempunyai panjang tali pusat berbedabeda. Panjang pendeknya tali pusat tidak berpengaruh terhadap kesehatan bayi, selama sirkulasi darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tidak terhambat.



Tanda-Tanda Bayi Terlilit Tali Pusat : Beberapa hal yang menandai bayi terlilit tali pusat, yaitu:



· Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun bagian terendah janin (kepala atau bokong) belum memasuki pintu atas panggul perlu dicurigai adanya lilitan tali pusat. · Pada janin letak sungsang atau lintang yang menetap meskipun telah dilakukan usaha untuk memutar janin (Versi luar/knee chest position) perlu dicurigai pula adanya lilitan tali pusat. · Dalam kehamilan dengan pemeriksaan USG khususnya color doppler dan USG 3 dimensi dapat dipastikan adanya lilitan tali pusat. · Dalam proses persalinan pada bayi dengan lilitan tali pusat yang erat, umumnya dapat dijumpai dengan tanda penurunan detak jantung janin di bawah normal, terutama pada saat kontraksi rahim.



Penatalaksaan Jika bayi terlilit tali pusat, maka harus segera diambil keputusan yang tepat untuk tetap melanjutkan proses persalinan yaitu dengan memberikan oksigen pada ibu dalam posisi miring. Namun, bila persalinan masih akan berlangsung lama dan detak jantung janin semakin lambat (bradikardia), persalinan harus segera diakhiri dengan tindakan operasi Cesar. Sebenarnya bantuan USG, hanya dapat melihat adanya gambaran tali pusat di sekitar leher. Namun, tidak dapat dipastikan sepenuhnya bahwa tali pusat tersebut melilit leher janin atau tidak. Apalagi untuk menilai erat atau tidaknya lilitan. Dapat saja tali pusat tersebut hanya berjalan di samping leher bayi. Namun, dengan USG berwarna (collor dopper) atau USG 3 dimensi, kita dapat lebih memastikan tali pusat tersebut melilit atau tidak di leher janin, serta menilai erat tidaknya lilitan tersebut tegasnya.



3.1 Kesimpulan Tali pusat atau funiculus umbilicalis adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama kehamilan menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. ¥ Letak : Funiculus umbilicalis terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai daerah umbilicus fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut. Bentuk : Funiculus umbilicalis berbentuk seperti tali yang memanjang dari tengah plasenta sampai ke umbilicus fetus dan mempunyai sekitar 40 puntiran spiral. Ukuran : Pada saat aterm funiculus umbilicalis panjangnya 40-50 cm dan diameternya 1-2 cm. ¥ Stuktur Tali Pusat yaitu : Amnion, Tiga pembuluh darah (satu vena umbilicalis dan dua arteri umbilicalis), Jeli Wharton. ¥ Sirkulasi tali pusat yaitu Darah yang dibawa ke fetus melalui vena tali pusat mengandungi oksigen dan nutrien. Darah yang dibawa dari fetus ke vilus melalui arteri tali pusat pula mengandungi bahan kumuh seperti karbon dioksida dan urea. Bahan kumuh ini harus disingkirkan. Darah ibu yang sampai ke plasenta melalui arteri umbilicalis mengandungi nutrien dan oksigen. Darah yang kaya dengan oksigen dan nutrien ini dibawa melalui vena yang terdapat di dalam tali pusat ke fetus. Sebaliknya, darah yang sampai ke vilus dari fetus melalui arteri dalam tali pusat mengandungi bahan kumuh seperti karbon dioksida dan urea. ¥ Fungsi tali pusat yaitu : Sebagai saluran yang menghubungkan antara plasenta dan bagian tubuh janin sehingga janin mendapat asupan oksigen, makanan dan antibodi dari ibu yang sebelumnya diterima terlebih dahulu oleh plasenta melalui



vena umbilicalis. Saluran pertukaran bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas karbon dioksida yang akan meresap keluar melalui arteri umbilicalis. ¥ Kelainan Letak Tali Pusat. Tali pusat secara normal berinsersi di bagian sentral ke dalam permukaan fetal plasenta. Namun, ada beberapa yang memiliki kelainan letak seperti : Insersi tali pusat Battledore dan Insersi tali pusat Velamentous. ¥ Pemotongan tali pusat menurut standar asuhan persalinan normal pada langkah ke 26 sampai dengan 28 berikut ini : a) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali pusat. b) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi. c) Melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama. d) Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat diantara kedua klem. (JNPKR, Depkes RI, 2004). ¥ Perawatan Tali Pusat Hal yang paling terpenting dalam membersihkan tali pusat adalah : o Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering. o Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum membersihkan tali pusat. o Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam air. o Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab.



¥ Lama waktu Terlepasnya Tali Pusat. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump), akan mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3 minggu, meskipun ada juga yang baru lepas setelah 4 minggu. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Lamanya Lepasnya Tali Pusat Lepasnya tali pusat dipengaruhi oleh beberapa ha diantaranya adalah : 1. Timbulnya infeksi pada tali pusat 2. Cara perawatan tali pusat 3. Kelembaban tali pusat 4. Kondisi sanitasi lingkungan sekitar neonatus ¥ Lilitan tali pusat pada janin. Janin terlilit tali pusat, sebenarnya tidak begitu membahayakan. Tapi kenyataannya ada janin meninggal saat persalinan karena terlilit tali pusat. Lilitan tali pusat di leher dijumpai pada sekitar 20% dari persalinan normal. Sedangkan lilitan tali pusat dua kali di leher, dijumpai pada 2,5% persalinan dan hanya 0,2% kejadian lilitan tali pusat tiga kali di leher. o Penyebab ® Usia kehamilan, Polihidramnion, Panjangnya tali pusat. o Tanda-Tanda Bayi Terlilit Tali Pusat : - Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun bagian terendah janin (kepala atau bokong) belum memasuki pintu atas panggul perlu dicurigai adanya lilitan tali pusat. - Pada janin letak sungsang atau lintang yang menetap. - Dalam kehamilan dengan pemeriksaan USG khususnya color doppler dan USG 3 dimensi dapat dipastikan adanya lilitan tali pusat. - Dalam proses persalinan pada bayi dengan lilitan tali pusat yang erat.



o Penatalaksaan ® memberikan oksigen pada ibu dalam posisi miring. Namun, bila persalinan masih akan berlangsung lama dan detak jantung janin semakin lambat (bradikardia), persalinan harus segera diakhiri dengan tindakan operasi Cesar. DAFTAR PUSTAKA Gary F Cunningham, etc. 2005. ” Obstetri Williams “. Jakarta : EGC. S. A Goeslan. 1990. ” Ilmu Kebidanan “. Jakarta : Balai Pustaka. Farrer Helen. 1999. ” Perawatan Maternitas “. Jakarta : EGC. Henderson, Christine. 2005. ” Konsep Kebidanan “. Jakarta : EGC. Salmah, etc. 2006. ” Asuhan Kebidanan Antenatal “. Jakarta : EGC. http://www.kompas.co.id/ver1/Kesehat…/17/085333.htm. Penulis : Evy Rachmawati. ” Keajaiban dari Darah Tali Pusat “. ———. Tabloid Ibu Anak. ” Mother And Baby “. Update : Monday, 07 Feb 2005 Pukul 14:10:00 WIB. Bari Abdul Saifuddin, Noroyono Wibowo. 2008. ” Plasenta, Tali Pusat, Selaput Janin dan Cairan Amnion “. Kuliah Obstetri Ginekologi. Jakarta : FKUI. Mochtar Rustam. 1998. ” Sinopsis Obsetri “. Jakarta : EGC. Verralls Sylvia. 1997. ” Anatomi & Fisiologi Terapan dalam Kebidanan “. Jakarta :EGC. Salmah, etc. 2006. ” Asuhan Kebidanan Antenatal “. Jakarta : EGC. http://www.kompas.co.id/ver1/Kesehat…/17/085333.htm.