Isi Skripsi Mersy Lucy [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Sebagian besar petani peternak di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada umumnya memelihara ternak kambing kacang (kambing lokal) secara semi intensif dimana ternak digembalakan pada siang hari dan dikandangkan pada malam hari. Kambing lokal yang telah dipelihara dan akrab dengan kehidupan masyarakat petani memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dan cocok dengan iklim di NTT sehingga kendala untuk memeliharanya tidak begitu berarti. Kendala klasik bagi peternak dalam meningkatkan produksi khususnya ternak kambing kacang adalah asupan nutrisi relatif tidak memenuhi kebutuhan khususnya pada musim kemarau. Kendala tersebut membutuhkan terobosan kontiniutas penyediaan pakan baik kuantitas maupun kualitas. Kebutuhan pakan utama kambing lokal adalah hijauan segar yang umumnya berasal dari rumput-rumputan dan kacang-kacangan. Ternak kambing mengkonsumsi daunnya dan kadang-kadang batangnya. Pemberian pakan pada ternak dimaksudkan untuk dapat memenuhi kebutuhan pakan sesuai dengan tingkat produksi yang dibutuhkan. Bahan-bahan pakan yang ada, diketahui bahwa kandungan nutrisi berbedabeda, ada bahan pakan yang mengandung protein tinggi namun karbohidrat dan lemaknya rendah ataupun sebaliknya, oleh karena itu dalam kaitannya dengan usaha untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pakan ternak, maka diperlukan ransum yang mengandung semua zat-zat nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak. Kebutuhan pakan dalam keadaan segar harus sebesar 10%-12% dari berat badan perekor perhari. Kartadisastra (1997) mengemukakan bahwa untuk mendapatkan produksi yang tinggi maka penggunaan perlu ditambahkan konsentrat. Kenaikan berat badan ternak yang merumput pada padang penggembalaan alam selama setahun sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hijauan selama musim hujan. Umumnya selama musim kemarau ternak mengalami penurunan



1



berat badan, hal ini sangat berpengaruh terhadap angka



kelahiran dan



menyebabkan tingginya angka kematian (Sutaryono dan Partridge, 2002). Salah satu strategi yang disarankan untuk peningkatan produktivitas ternak pada padang penggembalaan adalah dengan upaya suplementasi (Anggraeny dan Umiyasih, 2005). Suplementasi dipadang penggembalaan perlu dilakukan mengingat vegetasi di daerah tropik mempunyai kecernaan, karbohidrat mudah larut dan Nitrogen (N) terlarut rendah. Kualitas hijauan di padang penggembalaan ditentukan oleh tingkat kesuburan tanah, curah hujan dan kandungan mineral tanah. Suplementasi pada ternak ruminansia yang digembalakan pada kondisi iklim semi arid pada umumnya menunjukkan peningkatan produktivitas seperti yang dikemukan oleh beberapa peneliti. Dilaporkan oleh Alexandr ee tal, (2002) pada ternak kambing menyusui, bahwa suplementasi meningkatkan jumlah anak yang lahir, berat lahir, berat sapih, produksi susu, Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) anak dan menekan angka kematian anak sehingga suplementasi pada ternak kambing yang digembalakan dapat meningkatkan produktivitasnya. Salah satu bahan pakan lokal yang dapat dijadikan pakan suplemen yaitu tongkol jagung. Produksi jagung di NTT dari luasan lahan 273.194ha dengan produksi jagung 685.081 ton dan 47.955 ton limbah tongkol jagung (BPS NTT, 2016). Penggunaantongkol jagung untuk bahan baku penyusunan pakan ternak sudah menyebar ditiap daerah tetapi belum dapat dimanfaatkan secara maksimal. Hal tersebut disebabkan kandungan- kandungan serat kasar yang tinggi yaitu selulosa (44,9%), hemiselulosa (31,8%) dan lignin (23,3%) dan kandungan protein yang sangat rendah 5,62% sehingga diperlukan pengolahan secara fisik dan kimiawi untuk meningkatkan nilai nutrisi dan kecernaannya melalui fermentasi. Mineral Zn bagi ternak ruminansia digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan produksi, serta mendukung dan memasok kebutuhan mikroba yang hidup dalam rumen. Apabila terjadi defisiensi mineral, maka aktifitasmikroba rumen tidak berlangsung optimal sehingga tingkat pemanfaatan pakan menjadi energi tidak maksimal yang pada gilirannya akan menurunkan produktivitas ternak. 2



Biokompleks Zink dibuat dari zinc atau Zn anorganik dengan media ekstrak bungkil jagung dan inokulan. Zaccharomyces serevisiae, sebagai pakan tambahan atau aditif untuk meningkatkan produksi ternak. Zn merupakan salah satu mineral yang dibutuhkan untuk meningkatkan perkembangan mikroba dalam rumen ternak ruminansia. Zn penting untuk aktivitas enzim yang terlibat dalam metabolisme asam nukleat, metabolisme protein dan juga proses dalam pergantian sel enzim yang mengandung Zn antara karbonat, urease (Church, 1984; POWER and HOGAN, 2000) Defesiensi zink akan mengakibatkan aktifitas mikroba rumen tidak optimal sehingga tingkat pemanfaatan pakan menjadi rendah dan pada gilirannya akan menurunkan



produktifitas



ternak.



Keunggulannya



teknologi



ini



tidak



memerlukan biaya infestasi tinggi, meningkatkan aktifitas mikroba dalam rumen ruminansia



dan



meningkatkan



produktifitas



ruminansia,



serta



dapat



meningkatkan daya serap Zn lebih cepat dan terarah. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipengaruh level pemberian suplementasi konsentrat yang mengandung tepung tongkol jagung terfermentasi yang ditambahkan Zn-Biokompleks terhadap kinerja pertumbuhan kambing kacang betina. Berdasarkan permasalahan diatas, maka akan dilakukan suatu penelitian dengan judul PENGARUH SUPLEMENTASI KONSENTRAT YANG MENGANDUNG TEPUNG TONGKOL JAGUNG TERFERMENTASI YANG DITAMBAHKAN Zn-BIOKOMPLEKS TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN KAMBING KACANG. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan yang dapat diidentifikasi pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh penggunaan tepung tongkol jagung tanpa fermentasi yang ditambahkan Zn-Biokompleks terhadap kinerja pertumbuhan pada kambing kacang betina ?



3



2. Bagaimana pengaruh penggunaan tepung tongkol jagung terfermentasi terhadap kinerja pertumbuhan pada kambing kacang betina dengan pemberian level yang berbeda ? 1.3.Tujuan dan kegunaan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan tepung tongkol jagung terfermentasi terhadap kinerja pertumbuhan pada kambing kacang. Kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai salah satu sumber informasi ilmiah bagi pengembangan peternakan dengan memanfaatkan bahan pakan alternatif yang penggunaannya kurang bersaing dengan manusia dan mudah diperoleh. 2. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dibidang ilmu nutrisi dan makanan ternak. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Petani peternak pada khususnya dan masyarakat pada umumnya sebagian besar informasi untuk mengembangkan usaha peternakan serta dapat memanfaatkan limbah dari produksi jagung sebagai pakan ternak yang berkualitas dan dapat meningkatkan produksi ternak. 2. Pemerintah, khusnya Dinas peternakan sebagai sumber informasi dalam pemanfaatan limbah sebagai salah satu sumber bahan pakan di Nusa Tenggara Timur. 3. Masyarakat



ilmiah,



mengembangkan



sebagai



sumber



informasi



ilmu pengetahuan dan teknologi



dibidang peternakan.



4



ilmiah



untuk



khususnya



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Karakteristik Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki keunggulan antara lain pemeliharaan yang mudah serta memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam setempat. Kambing Kacang juga merupakan salah satu bangsa kambing lokal yang berpotensi baik dalam menghasilkan karkas dan non karkas (Kusuma et al., 2013). Kegunaan dari kambing Kacang adalah sebagai ternak penghasil daging, yang dapat berpotensi membantu memenuhi kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Kelebihan kambing Kacang adalah mampu berproduksi pada lingkungan yang kurang baik. Namun kambing kacang memiliki ukuran tubuh relatif kecil dan laju pertumbuhan bobot badannya relatif rendah. (Supryati dkk., 2001). Kambing Kacang memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil dengan bobot badan kambing jantan dapat mencapai 36 kg dan betina mencapai 30 kg. Persentase karkas berkisar antara 47,40 – 51,30 %. Reproduksi ternak kambing bersifat prolifik dengan rata-rata jumlah anak perkelahiran 1,78 ekor pada kondisi laboratorium dan berkisar antara 1,45 – 1,76 pada kondisi usaha peternakan di pedesaan. Tingkat kesuburan kambing Kacang tinggi dengan kemampuan hidup dari lahir sampai sapih 79,4%, sifat prolifik anak kembar dua 52,2%, kembar tiga 2,6% dan anak tunggal 44,9%. Kambing Kacang dewasa kelamin rata-rata umur 307,72 hari, persentase karkas 44-51%. Rata-rata bobot anak lahir 3,28 kg dan bobot sapih (umur 90 hari) sekitar 10,12 kg (Batubara dkk., 2007). 2.2. Pakan Ternak Kambing Pakan kambing adalah semua bahan yang dapat dimakan atau dicerna oleh ternak yang mampu menyediakan semua nutrisi pakan yang diperlukan untuk hidup pokok dan produksi. Pakan ternak harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu tidak bersaing dengan manusia, kebutuhan terjamin dan selalu ada, kualitas baik, dan harganya murah. Pakan yang dikonsumsi oleh ternak dimanfaatkan



5



untuk kebutuhan hidup pokok dan juga untuk produksinya. Kebutuhan pakan ternak ruminansia dipenuhi dengan hijauan sebagai pakan utama dan konsentrat sebagai pakan penguat. Untuk menunjang hidup pokok dan produksi ternak membutuhkan protein, energi, vitamin dan mineral dalam jumlah yang seimbang dan tepat. Pemberian pakan yang efisien mempunyai pengaruh lebih besar dari pada faktor-faktor yang lainnya, dan merupakan cara yang sangat penting untuk peningkatan produktivitas. Peningkatan produksi ternak kambing sejalan dengan peningkatan kuantitas dan kualitas makanan terutama pada musim kemarau di daerah tropis. Bamualim (1988)



menjelaskan bahwa musim kemarau yang panjang sering



menurunkan kuantitas dan kualitas dari hijauan makanan ternak sehingga ternak ruminansia yang dipelihara dengan system ekstensif akan mengalami penurunan bobot badan umumnya sifat yang dimiliki hijauan makanan ternak



didaerah



tropis adalah nilai gizinya rendah, cepat menua dan kualitasnya menurun. Nilai gizi yang rendah ini dapat terlihat pada kandungan protein kasar hijauan rumput alam sebesar 3-5 % dari bahan kering (BK) pada musim kemarau dan 8-10% pada musim hujan Pemberian makanan pada kambing yang hanya mengandalkan pakan hijauan rumput di daerah tropis akan kurang berarti, sebab kambing tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh yang berkaitan dengan



zat makanan khususnya



protein. Oleh karena itu perlu disuplementasikan dengan bahan pakan lainnya yang kandungan proteinnya lebih tinggi, sehingga kebutuhan ternak akan hidup pokok, pertumbuhan , produksi dan reproduksinya dapat terpenuhi. 2.3. Lamtoro Lamtoro (Leucena leucocephala) merupakan bangsa leguminosa yang berasal dari Amerika Tengah dan mempunyai daya guna yang besar di negaranegara tropis. Lamtoro dapat digunakan sebagai pakan ternak karena memiliki kandungan protein tinggi, sebagai tanaman peneduh bagi perkebunan Maupun untuk kepentingan lainnya seperti kayu bakar, bahan bangunan dan pencegah erosi. Sebagai bahan pakan hijauan kandungan protein lamtoro sebesar 22,30%( Rosnah, 1998). Sobang 2005 menyatakan bahwa lamtoro pada umumnya tumbuh 6



di daerah terbuka pada ketinggian 1-700 m di atas permukaan laut. di jelaskan lebih lanjut bahwa tanaman ini juga dapat melindungi protein ransum dari degradasi mikroba dalam rumen.Tanaman lamtoro beradaptasi dengan tanah yang tinggi keasamannya, tanah yang kaya akan kandungan kalsium dan phosfor sehinggga



usaha pengembangbiakannya mudah untuk dilaksanakan. Tanama



lamtoro mengandung sejenis zat beracun yang disebut mimosin yang dapat memberikan efek negatif berupa kerontokan bulu, nafsu makan menurun, hipersaliva, pembesaran kelenjar gondok, gerakan tidak terkordinasi dan dapat mengakibatkan kematian jika ternak mengkonsumsi lebih dari kemampuan teloransi berbagai jenis ternak terhadap mimosin tanaman lamtoro bermacammacam. pada umumnya ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing, dan biribiri tahan terhadap mimosin. 2.4. Pakan Konsentrat Konsentrat adalah bahan makanan yang konsentrasi gizinya tinggi tetapi kandungan serat kasarnya relatif rendah dan mudah dicerna. Parakassi, (1999) menyatakan bahwa konsentrat atau makanan penguat adalah bahan pakan yang tinggi kadar zat-zat makanan seperti protein atau karbohidrat dan rendahnya kadar serat kasar (dibawah 18%). konsentrat merupakan salah satu bentuk pakan suplemen yang diberikan kepada ternak khususnya ruminansia yang dibuat dari berbagai campuran jenis pakan yang kaya akan energi, protein, lemak dan mineral. Penambahan konsentrat pada kambing bertujuan untuk meningkatkan nilai pakan dan menambah energi. Tingginya pemberian pakan berenergi menyebabkan peningkatan konsumsi dan daya cerna dari rumput atau hijauan kualitas rendah. Selain itu pemberian konsentrat tertentu dapat menghasilkan asam amino esensial yang dibutuhkan oleh tubuh. Penambahan konsentrat tertentu dapat juga bertujuan agar zat makanan dapat langsung diserap di usus tanpa terfermentasi di rumen, mengingat fermentasi rumen membutuhkan energi lebih banyak. Penambahan konsentrat merupakan suatu usaha untuk mencukupi kebutuhan zat-zat makanan, sehingga akan diperoleh produksi yang tinggi. Selain itu dengan penggunaan konsentrat dapat meningkatkan daya cerna bahan kering ransum, pertambahan



7



bobot badan serta efisien dalam penggunaan ransum (Holcom, 1984 yang dikutib Haba Ora, 2008). 2.4.1. Dedak Padi Dedak padi adalah limbah pengolahan padi menjadi beras dan kualitasnya bermacam-macam tergantung dari varietas padi. Dedak padi digunakan sebagai pakan ternak, karena mempunyai kandungan gizi tinggi harganya relatif murah, mudah diperoleh dan penggunaannya tidak bersaing dengan manusi ( Schalbroeck, 2011). Dedak padi mengandung nilai gizi dengan komposisi sebagai berikut: 87.5% bahan kering, 13.6% protein, 8.2 % lemak, 8.5% abu, dan 58.5% BETN. Menurut Bamualim (1988), dedak padi mengandung lemak yang cukup tinggi sekitar 10-15%, juga mengandung protein, vitamin B dan E. 2.4.2. Jagung giling Jagung merupakan bahan pakan berupa butiran yang paling banyak digunakan dalam penyusunan ransum ternak, karena merupakan sumber energi . Selain itu jagung mengandung karbohidrat dan lemak. Namun demikian, jagung tidak dapat diberikan sebagai bahan tunggal karena kandungan proteinnya rendah (Williamson dan Payne,1993). Sobang, (2005) menyatakan bahwa jagung memenuhi kriteria sebagai pakan penguat, disamping harganya murah dan mudah diperoleh.Pemberian jagung disarankan agar tidak diberikan sebagai pakan tunggal, namun ditambahkan pakan sumber protein lainnya, suplemen, vitamin dan mineral sehingga dapat membentuk ransum sempurna. Makanan penguat adalah jenis makanan yang kandungan TDNnya 75-85%, BETN 62-77,2% dan protein 8,936,6% dengan kandungan serat kasar rendah ± 18%. Kandungan gizi utama jagung adalah pati (72-73%), Jagung mempunyai kandungan zat gizi dengan komposisi yaitu bahan kering 88,83%,



bahan organik 87,41%, protein kasar



8,16% (Richana, Nur dan B.A.Susilo, 2008). 2.4.3.Tepung Daun Gamal Gamal (Gliricidia sepium) adalah tanaman leguminosa pohon yang mudah tumbuh dan tahan hidup



di musim kamarau,juga tahan terhadap



pemotongan yang berulang dengan pertumbuan kembali yang cepat serta 8



pengembangannya. pengunaan daun gamal sebagai pakan dalam bentuk segar kurang disukai ternak kerena baunya yang kurang sedap dan mengadung zat anti nutrisi coumarin untuk mengatasinya maka di anjurkan untuk dilayukan selama 24 jam sebelum di berikan pada ternak atau pun di jadikan tepung (Sobang, 2005). Nilai nutrisi daun gamal dalam bentuk segar berdasarkan hasil laporan Ninek, dkk (1988) adalah sebagai berikut bahan kering 19,47%, bahan orga nik 93,65%, protein 23,42, lemak 6,42% dan serat kasar 15%. 2.4.4.Tepung tongkol jagung terfermentasi Tongkol jagung merupakan bagian terbesar dari limbah jagung. Dari berat jagung bertongkol, diperkirakan 40-50-% adalah tongkol jagung. Tongkol jagung merupakan bahan berlignoselulosa (kadar serat kasar 38,99%)yang mengandung xilan tertinggi (12,4%) dibanding limbah pertanian lain (Richana dkk, 2004). Tongkol jagung mengandung lignoselulosa yang terdiri dari lignin, selulosa dan hemiselulosa (Aylianawaty dan Susiani, 1985). Janggel atau tongkol kosong yang berbentuk batang berukuran cukup besar, sehingga tidak dapat dikonsumsi ternak jika diberikan langsung. Oleh karena itu, untuk memberikannya perlu penggilingan terlebih dahulu (Suhartanto dkk, 2003). Menurut Wahyono(2004) kandungan nutrisi tongkol jagung yaitu bahan kering 76,608%, protein kasar 5,616%, lemak kasar 1,576%, serat kasar 25,547%, Total Digestible Nutrien 53,075%. kadar air 29,54, bahan kering, 70,45%. protein kasar 2,67% dan serat kasar 46,52% dalam 100% bahan kering (BK) 2.4.5.Gula air Darwin, (2013) gula adalah suatu karbohidrat sederhana karena dapat larut dalam air dan langsung diserap tubuh untuk diubah menjadi energi. Secara umum,gula dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Monosakarida Sesuai dengan namanya yaitu mono yang berarti satu, ia terbentuk dari satu molekul gula. Yang termasuk monosakarida adalah glukosa, fruktosa, galaktosa. 2. Disakarida



9



Berbeda dengan monosakarida, disakarida berarti terbentuk dari dua molekul gula. Yang termasuk disakarida adalah sukrosa (gabungan glukosa dan fruktosa), laktosa (gabungan dari glukosa dan galaktosa) dan maltosa (gabungan dari dua glukosa). Gula lontar merupakan hasil pemasakan dari nira lontar. Lontar (Borassus sundaicus) adalah sejenis tanaman palma yang terdapat di daerah bercurah hujan terbatas dan di NTT terdapat di pulau Timor, Rote dan Sabu (Suek, 1997). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan sukrosa pada gula air tidak jauh berbeda dengan kandungan yang terdapat dalam molases. Sudjono, (1989) dikutip Amtiran, (2007) melaporkan bahwa gula air mengandung sukrosa 14%, air 85%, protein 2,98%, lemak 0,25% dan abu 0,27%. Sementara dilaporkan bahwa sugar pada gula air sebesar 86,03% dan molases 85,7%. Jalaludin et al., (1999) menyatakan bahwa gula lontar dapat digunakan sebagai bahan perekat dan sumber energi yang dapat menggantikan peran molases dalam pembuatan suplemen berbentuk blok. 2.4.6.Tepung Ikan Sobang (2005), menyatakan bahwa tepung ikan merupakan sumber protein hewani dengan kadar protein kasar yang tinggi bersifat escape dan dicerna di usus halus, sehingga bermanfaat langsung untuk ternak. Selanjutnya dikemukakan bahwa tepung ikan yang bermutu baik harus mempunyai sifat-sifat diantaranya: butiran-butirannya relative seragam, bebas dari sisa tulang dan mata ikan serta benda asing. Lebih lanjut dinyatakan tepung ikan dapat meningkatkan nilai guna pakan yang umumnya terdiri dari serat kasar tinggi dengan kandungan nitrogen sangat rendah. Penggunaan tepung ikan dalam ransum ternak sapi dan domba menunjukan adanya peningkatan dalam hal pertumbuhannya. Hasil analisis kandungan nutrisi dan energi tepung ikan dari Laboratorium Kimia Pakan Fapet Undana-Kupang adalah sebagai berikut: BK 87,73%, PK 53,56%, lemak kasar 5,14%, BETN 33,29% dan energi 4917,95 Kkal/kg. 2.4.7.Starbio Probiotik starbio adalah koloni bibit mikroba (berasal dari lambung sapi) yang dikemas dalam campuran tanah dan akar rumput serta daun-daun atau 10



ranting-ranting yang dibusukkan. Manfaat starbio dalam ransum ternak adalah meningkatkan daya cerna, penyerapan zat nutrisi dan efisiensi penggunaan ransum. Pemberian pakan tambahan merupakan salah satu upaya teknologi penggemukan



sapi



modern.



Mikroba



didalam



pakan



tambahan



akan



menghasilkan enzim yang menguraikan serat kasar pada pakan sapi, dengan begitu daya cerna pakan oleh sapi lebih efesien sehingga akan meningkatkan berat badan. 2.4.8.Garam Garam diperlukan oleh semua kelas ternak, khususnya ternak herbivora (pemakan hijauan). Jumlah garam yang dibutuhkan ternak bervariasi tergantung pada tingkat pertumbuhan, komposisi ransum, tingkat produksi dan suhu lingkungan. Ternak yang banyak terkena panas dan bekerja lebih berat memerlukan garam yang lebih banyak dibandingkan dengan ternak normal. Ternak



ruminansia



yang



digembalakan



memerlukan



garam



untuk



menyeimbangkan kalium yang tinggi dan kalsium yang rendah. Garam berfungsi sebagai mineral juga berfungsi meningkatkan palatabilitas (Bekti, dkk., 2013) 2.4.9.Urea Urea merupakan senyawa kimia yang mengandung 40-45% nitrogen miroorganisme yang terdapat dalam saluran pencernaan ternak. Nitrogen dalam urea dapat dikombinasikan dengan C, H2 dan O2 dalam karbohidrat untuk membentuk asam amino. Oleh karena itu urea dapat digunakan sebagai sumber nitrogen pada ternak ruminansia. Urea didalam rumen akan dihidrolisis menjadi amonia (NH3) sehingga mudah digunakan oleh bakteri rumen untuk membentuk protein



tubuhnya



dan



merangsang



petumbuhan



bakteri



rumen



untuk



meningkatkan kecernaan pakan berserat. Urea dalam proporsi tertentu mempunyai dampak posotif terhadap peningkatan konsumsi protein kasar dan daya cerna. (Bekti, dkk, 2013) 2.5. Zn-Biokompleks Zn-Biokompleks merupakan salah satu mineral mikro yang memiliki fungsi dan kegunaan penting bagi tubuh, seperti kulit, mukosa saluran cerna dan hampir semua sel membutuhkan mineral ini. Manfaat Zn didapat dari analisis 11



proksimat suatu bahan adalah bahan permulaan yang digunakan untuk determinasi jenis mineral. Secara umum memiliki fingsi sebagai berikut: 1.Sebagai komponen senyawa pembentuk tulang dan gigi yang menyebabkan adanya jaringan yang keras dan kuat 2.Mempertahankan keadan kolodial dari beberapa senyawa dalam tubuh 3.Memelihara keseimbangan asam dan basa dalam tubuh 4.Sebagai activator system enzim tertentu 5.Sebagai komponen dari suatu enzim tertentu 6.Mineral memiliki sifat kepekaan otot dan saraf (Tilman et al., 1991) Mineral merupakan suatu zat organik yang terdapat dalam kehidupan alam maupun dalam makluk hidup. Mineral merupakan unsure penting dalam tanah,bebatuan,air dan udara.Sedangkan pada tubuh makluk hidup sendiri mineral merupakan salah satu komponen penyusun tubuh 4-5% berat badan kita terdiri atas mineral,sekitar 50% mineral tubuh terdiri atas kalsium ,25% fosfor dan 25% lainnya terdiri atas mineral lain.Tubuh memerlukan mineral dari luar karena fungsinya yang penting untuk kelangsungan proses metabolism.Berdasarkan umlah yang dibutuhkan ternak, mineral digolongkan dalam dua kelompok yaitu makro mineral antara lain : kalsium ( Ca), fosfor (P), kalium (K), magnesium (Mg), natruim (Na), klor (Cl), sulfur (S), dan amkro mineral atau trace mineral terdiri dari besi (Fe), cuprum (Cu), Zn, molybdenum (Mo), mangan (Mn), kobalt (Co), krom (Cr), nikel (Ni), dan yodium (I). Mineral amkro lebih banyak dibutuhakan dibandingkan dengan mineral mikro.Beberapa mineral memiliki lebih dari satu fungsi (Church and Pond, 1982).Mineral tidak dapat dibuat didalam tubuh hewan, sehingga harus disediakan dalam ransum baik dalam hijaunan, konsentrat, maupun pakan suplemen. 2.6.Pertumbuhan ternak kambing Pertumbuhan adalah pertambahan bobot badan atau ukuran tubuh sesuai dengan umur. Pertumbuhan secara umum dapat didefenisikan sebagai perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linear dan komposisi tubuh, termasuk perubahan jaringan-jaringan tubuh seperti otot, lemak, 12



tulang dan organ-organ tubuh lainnya. Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti



genetik, pakan dan



manajemen. Perubahan organ-organ dan



jaringan berlangsung secara gradual hingga tercapainya ukuran dan bentuk karakteristik masing-masing organ dan jaringan tersebut. Kombinasi dan besarnya badan umumnya dipakai sebagai ukuran pertumbuhan (Sri Racham, 2006). Aberle et al, (2001) menyatakan bahwa pertumbuhan dapat dinilai sebagai peningkatan tinggi pundak , panjang badan, ukuran lingkar dada dan bobot badan yang terjadi pada seekor ternak muda yang sehat serta diberi pakan dan minum. 2.6.1.Pertambahan Bobot Badan Harian Kemampuan ternak untuk merubah zat-zat makanan yang terdapat dalam ransum menjadi daging, ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan dari ternak tersebut. Pertambahan bobot badan merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan (Anggorodi,1991). Menurut Rose (1997), pertumbuhan meliputi peningkatan ukuran sel-sel tubuh akan peningkatan sel-sel individu, dimana pertumbuhan itu mencakup empat



komponen utama yaitu



adanya peningkatan bobot otot yang terdiri dari protein dan air, peningkatan ukuran skeleton, peningkatan total lemak tubuh dalam jaringan adiposa dan peningkatan bulu, kulit dan organ dalam . Pertumbuhan murni menurut Anggorodi (1985) adalah pertambahan dalam bentuk dan bobot jaringan-jaringan tubuh seperti urat daging, tulang, jantung, otak, dan semua jaringan tubuh lainnya (kecuali lemak). Kemampuan ternak mengubah zat-zat nutrisi ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Kenaikan bobot badan dapat diketahui dengan penimbangan ternak yang dilakukan berulang-ulang dan dinyatakan dengan pertambahan bobot badan setiap hari, setiap minggu atau dalam waktu tertentu (Tillman et. al.,1998). 2.6.2. Ukuran Linear Tubuh Performans produksi ternak yang diperhatikan adalah pertumbuhan dari ternak tersebut dan pertumbuhan ini berhubungan dengan peningkatan jaringan tubuh dan organ-organ tubuh. Pertumbuhan mempengaruhi distribusi 13



berat dan komposisi kimia komponen-komponen tubuh termasuk tulang, otot dan lemak (Soeparno, 2005). Lebih lanjut dinyatakan bahwa organ-organ dari jaringan berlangsung secara gradual sehingga tercapainya ukuran dan bentuk karakteristik masing-masing organ dan jaringan tersebut. Pertumbuhan umumnya diukur melalui peningkatan dan pertambahan berat badan. Hal tersebut disertai oleh perubahan dalam bentuk dan komposisi tubuh yang di sebut perkembangan. Natasasmita (1983) menyatakan bahwa perubahan adalah suatu rangkaian yang terjadi pada ternak meliputi dua aspek yang saling berhubungan yaitu pertumbuhan atau (growth) yang merupakan pertambahan massa tubuh persatuan waktu serta perkembangan (development) merupakan perubahan bentuk tubuh ternak sebagai akibat adanya kecepatan pertumbuhan relatif berbeda-beda antara komponen tubuh yang satu dengan komponen tubuh yang lain. Williamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa pemakaian berbagai ukuran badan seperti lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak dapat memberikan petunjuk tentang bobt badan seekor ternak dengan ketelitian yang tinggi. Lebih lanjut di jelaskan bahwa dengan menyelidiki bentuk luar serta bagian yang nampak dari luar dapat menentukan tipe seekor ternak degan kemampuan berproduksinya. Pengukuran linear tubuh untuk jenis kambing, sapi, kerbau dan domba tekniknya sama. Lukman dkk., (1987) menyatakan bahwa secara umum ukuran panjang badan dan lingkar dada bertambah sesuai dengan pertambahan bobot badan pada masa pertumbuhan. Ukuran panjang badan dipengaruhi oleh keadaan perdagingan dan perlemakan. Jika keadaan tersebut berjalan normal maka kambing dalam keadaan bentuk badan yang kompak, artinya semakin panjang dan semakin besar badan akan menyebabkan bobot badan meningkat. Tinggi pundak menggambarkan tulang penyusun



kaki



depan



(ekstremitas



anterior)



dan



tulang



penyusun



punggung. Pertumbuhan ukuran-ukuran tubuh yang lebih cepat pada umur muda berkorelasi secara kuat dengan ukuran dewasa yang lebih besar (Davendra dan Burn,1994). Individu ternak yang besar akan tumbuh lebih cepat dan lebih besar ukurannya pada saat mencapai kedewasaan dibandingkan dengan individu ternak yang kecil. Faktor lingkungan yang banyak 14



mempengaruhi



kondisi



kambing



terutama



adalah



faktor



makanan. Kambing yang mendapat



makanan yang baik (kebutuhan bahan kering terpenuhi) akan lebih cepat dewasa tubuh jika dibandingkan dengan yang mendapat makanan yang kurang baik (kebutuhan bahan kering tidak terpenuhi). Dengan kata lain pertambahan bobot badan per hari tergantung bahan makanan yang dikonsumsi seekor ternak. umur 3 - 6, 6 - 9, 9 -12 bulan, baik jantan maupun betina pendugaan bobot badan terbaik adalah lingkar dada. Koefisien korelasi bobot badan dengan lingkar dada kambing kacang pada masing – masing tingkat umur tidak nyata dipengaruhi oleh jenis kelamin. Herman, (1985) Menyatakan bahwa semua koefisien pertumbuhnan ukuran tubuh relatif (panjang badan, lingkar dada, tinggi pundak, lebar dada) terhadap bobot tubuhnya. Menunjukkan bahwa ukuran tubuh lebih dini karena ditentukan oleh ukuran tulang kerangka. Tulang tubuh lebih dini dibandingkan komponen tubuh utama lainnya.



15



BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN



3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kandang Ternak Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana Kupang. Waktu penelitian ini berlangsung selama 10 minggu yang terbagi



dalam 2 tahap yaitu 2 minggu tahap penyesuaian dan 8 minggu masa



pengambilan data. Tahap penyesuaian bertujuan memberikan kesempatan pada ternak untuk menyesuaikan diri dengan pakan yang diberikan. Penelitian ini dimulai tanggal 13 Agustus – 8 Oktober 2018. 3.2. Materi Penelitian 3.2.1.Ternak percobaan Penelitian ini menggunakan ternak kambing kacang betina sebanyak 12 ekor, umur 6-8 bulan dengan rata-rata berat badan awal 9,3-13,5kg dan koevesien variasi (KV) 13.30%. 3.2.2.Kandang Kandang yang digunakan adalah kandang individu bertipe panggung sebanyak 12 unit dengan ukuran 1 x 0,5m. Dimana masing-masing dilengkapi dengan tempat makan dan minum serta penampungan dibuat feses dibawah kandang secara terpisah.. 3.2.3.Peralatan Peralatan yang digunakan terdiri dari ber merk morist scale dengan kapisitas 50kg untuk menimbang ternak dan pakan hijauan, merk kitchen scale kapisitas 2kg untuk menimbang suplemen, silo untuk tempat fermentasi tongkat ukur dan pita ukur untuk mengukur linear tubuh. Alat-alat lain yang digunakan yaitu parang digunakan untuk memotong dan mencacah h i j a u a n l a m t o r o , ember air minum dan tempat makanan ternak, sapu lidi untuk membersihkan kandang.



16



3.2.4.Bahan pakan Pakan yang diberikan yaitu pakan basal berupa hijauan gamal, konsentrat yang terdiri dari tepung jagung kuning, dedah halus, tepung daun gamal, tepung tongkol jagung terfermentasi (TTJT), tepung ikan, urea, garam, gula air dan starbi Komposisi bahan pakan penyusun konsentrat disajikan dalam Tabel 1 dan kandungan disajikan dalam Tabel 2 sebagai berikut : Tabel 1. Komposisi bahan penyusun pakan konsentrat (%) JenisPakan



R0



R1



R2



R3



Dedak halus



50



45



40



30



Jagung giling



20



15



10



10



Tepung daun gamal



15



15



15



15



TTJT



-



10



20



30



Gula Air



5



5



5



5



Tepung ikan



5



5



5



5



Starbio



2



2



2



2



Garam



2



2



2



2



Urea



1



1



1



1



100



100



100



100



Jumlah



Tabel 2. Kandungan nutrisi bahan pakan penelitian Pakan



Lamtoro TJTF TJFerm R0 R1 R2 R3



BK (%)



BO (%BK)



PK (%BK)



LK (%BK)



SK (%BK)



CHO (%BK)



19,77 88,321 89,32 83,717 85,894 85,076 84,505



79,151 74,135 78,654 68,179 70,976 68,828 66,858



24,367 2,932 9,367 13,904 14,912 12,783 11,853



4,32 2,21 4,887 6,345 8,016 5,368 4,010



14,358 41,263 29,562 13,360 9,569 14,806 18,213



50,464 68,993 64,400 47,930 48,048 50,677 50,995



BETN (%BK) 36,106 27,73 34,838 34,571 38,479 35,871 32,782



GE Mj/kg



Kkal/kg



14,239 11,321 14,687 13,826 14,661 13,697 13,063



3.132,42 2.705,72 3.069,58 3.291,99 3.490,78 3.261,09 3.110,21



Keterangan : Hasil Analisis laboratarium kimia pakan Universitas Nusa Cendana Kupang 2018, TTJ: Tepung tongkol jagung, TTJF: Tepung tongkol jagung tanpa terfermentasi.



17



3.3.Metode Penelitian penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan sehingga diperoleh 12 unit percobaan dari keempat perlakuan yang diteliti, sebagai beriku: 1. R0=Pakan konsentrat tanpa TTJF + ZN-Biokompleks 2,06g 2. R1 =Pakan konsentrat yang mengandung TTJF 10% + Zn-Biokompleks 2,06g 3. R2 =Pakan konsetrat yang mengandung TTJF 20 + Zn-Biokompleks 2,06g 4. R3 =Pakan konsentrat yang mengandyng TTJF30 % + Zn-Biokompleks 2,06g. 3.4. Prosedur Penelitian 3.4.1.Pengacakan Ternak Sebelum penelitian dilakasanakan ternak kambing ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui berat badan awal kemudian ternak kambing tersebut diberi nomor. Setelah ternak diberi nomor, kandang ternak tersebut di acak untuk mendapatkan perlakuan. Penempatan ternak ke dalam kandang juga dilakukan secara acak. Hasil pengacakan perlakuan dan kandang dijelaskan dalam tabel 3. Tabel 3. Pengacakan No kandang



Perlakuan



1



R1.2



2



R1.1



3



R2.2



4



R2.3



5



R0.1



6



R1.3



7



R0.3



8



R0.2



9



R3.1



10



R3.2



11



R3.3



12



R2.1



18



Keterangan : 1. R0.1, R0.2 dan R0.3 = Perlakuan menggunakan tepung tongkol jagung tanpa fermentasi 2. R1.1, R1.2 dan R1.3 = Perlakuan menggunakan TTJF 10% 3. R2.1, R2.2 dan R2.3= Perlakuan menggunakan TTJF 20% 4. R3.1, R3.2 dan R3.3= Perlakuan menggunakan TTJF 30% 3.4.2. Prosedur Pembuatan Tepung Tongkol Jagung Terfermentasi Lima (5) liter aquades dicampur degan 500 ml EM4 gula air 500 ml dan urea 50 gram, lalu diaduk searah sampai tercampur merata. Tepung tongkol jagung sebanyak 50kg ditaburkan sedikit demi sedikit di atas terpal kemudian disemprotkan degan larutan tersebut menggunakan sprayer secara merata. Tumpuk kembali tepung tongkol jagung di atasnya dengan ketebalan yang sama, lalu disemprotkan dengan larutan tersebut. Lakukan hal yang sama sampai habis. Selanjutnya tepung tongkol jagung dimasukan kedalam wadah silo dan ditutup rapat dengan plastik untuk menjaga kelembaban suhu tetap stabil dan mencegah penguapan serta menghambat masuknya mikroba pencemar dari udara. Lama fermentasi selama 7 hari (hasil perlakuan terbaik) kemudian siap dipanen dan dikeringkan pada suhu ruangan untuk selanjutnya digunakan. 3.4.3. Prosedur Pembuatan Konsentrat Penyiapan bahan pakan berupa dedah halus, jagung giling, tepung daun gamal, tepung tongkol jagung terfermentasi, urea, garam, gula air dan starbio. Setelah bahan-bahan tersebut disiapkan bahan pakan dicampur secara homogen dimulai dari bahan pakan yang paling sedikit sampai dengan jumlah yang paling banyak, dengan tujuan agar percampuran homogen dan mempercepat proses pencampuran. 3.4.4. Pemberian pakan dan air minum Pemberian pakan basal dan air minum dilakukan secara ad lidbitum pada pagi hari,2 jam setelah pemberian pakan konsentrat. 3.4.5. Prosedur Pengukuran Ternak Kambing Proses pengumpulan data dilakukan pada pagi hari sebelum diberikan makan dan minum. Cara pengukuran panjang badan diukur dengan tongkat ukur yang 19



dilakukan membentuk garis miring dari tonjolan bahu sampai tulang duduk. Lingkar dada diukur dengan melingkar pita ukur dari tulang dada dibelakang tulang bahu dan belikat menggunakan pita ukur dan tinggi pundak diukur dengan tongkat ukur. Pengu ran tinggi pundak dilakukan dari dasar tanah sampai titi k tertinggi pundak secara tegak lurus. 3.5. Parameter Yang Diteliti Adapun variabel yang diteliti dalam penelitian ini berdasarkan rumus sesuai petunjuk Fattah (2016) antara lain : 1. Pertambahan panjang badan harian (PPBH) PB ak− PB aw t(hari)



PPBH =



Ket : P. BDaw= Panjang badan awal (cm) P. BDak = Panjang badan akhir (cm) t= Lama waktu pemeliharaan (hari) 2. Pertambahan lingkar dada harian (PLDH) PLDH =



LD ak− LD aw t(hari)



Ket : LDaw = Lingkar dada awal (cm) LDak = Lingkar dada akhir (cm) t = Lama waktu pemeliharaan (hari) 3. Pertambahan tinggi pundak harian (PTPH) PTPH =



TP ak− TP aw t(hari)



Ket : TPaw = Tinggi pundak awal (cm) TPak = Tinggi pundak akhir (cm) t = Lama waktu pemeliharaan (hari) 4. Pertambahan bobot badan harian (PPBH) PBBH=



Berat badan akhir (W2) – Berat badan awal (W1) Lama waktu pemeliharaan (t)



20



3.6.Analisis Data Data yang diperoleh selama penelitian ini ditabulasi dan di analisis menurut prosedur sidik ragam ANOVA ( Analysis Of Variance ) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variable yang diukur. Apabila ada pengaruh perlakuan terhadap yang diukur maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda. Duacan untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan ( Steel dan Torrie, 1993).



Yij=μ+i +εij Di mana:



Yij= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j μ= nilai tengah umum



 = pengaruh perlakuan ke-i ε = galat percobaan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j i



ij



21



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Ternak Penelitian Sebelum masa penyesuaian, kandang yang siap untuk ditempati ternak dibersikan untuk memberikan kenyamanan pada ternak. Dalam penyesuaian ternak diberi hijauan berupa lamtoro dengan pemberian suplemen sesuai perlakuan masing- masing selama 2 minggu masa percobaan, dan pencampuran suplemen dimulai dari bahan yang jumlahnya paling sedikit. Suplemen yang diberikan dicampur secara merata, kemudian suplemen diberikan pada ternak dipagi hari sesuai perlakuan setelah itu diberikan hijauan berupa lamtoro dan air minum diberikan secara ad libitum. Sebelum proses pengacakan, Semua ternak ditimbang untuk mengetahui berat badan awal dan diberi tanda seperti nomor untuk mempermudah pada saat pemberian pakan. Penimbangan sisa pakan dilakukan pada pagi hari sebelum pergantian pakan. Proses pengukuran ukuran linear tubuh ternak kambing dilakukan pada pagi hari sebelum ternak diberi makan pada minggu pertama pada masa pengumpulan data dan minggu terakhir pengumpulan data. Berdasarkan pengamatan secara eksterior pada tahap awal, ternak kambing yang digunakan dalam penelitian ini dalam keadaan yang sehat. Yang ditandai dengan pergerakan tubuh yang lincah, pancaran mata yang tajam serta nafsu makan yang baik dan tidak ditemukan hal-hal yang mengganggu proses penelitian. Meskipun minggu awal penelitian (masa adaptasi) semua ternak menunjukkan gejala yang kurang baik dengan menurunnya nafsu makan kemudian berangsur angsur membaik setelah ternak beradaptasi dengan ransum yang diberikan serta kandang penelitian yang ditempati. Hal ini diduga karena ternak dalam proses adaptasi dengan ransum yang diberikan akan tetapi gejala-gejala tersebut hilang dengan sendirinya. Pada minggu pertama masa pengumpulan data (minggu pertama), ternak yang mendapatkan perlakuan R0, R1, R2 dan R3 menunjukkan respon yang kurang baik terhadap ransum ditandai dengan tidak menghabiskan ransum yang diberikan sehingga ternak kambing disuapi dengan suplemen yang tersisa. Akan tetapi minggu ke-2 masa pengumpulan data semua ternak menunjukkan respon yang baik terhadap ransum yang diberikan sampai pada akhir masa pengumpulan data. 22



4.1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Bobot Badan Ternak Kambing Kacang Pertambahan bobot badan harian merupakan suatu refleksi dari akumulasi konsumsi, fermentasi, metabolisme dan penyerapan zat-zat makanan di dalam tubuh ternak (Jesse et al., 1976). Rataan pertambahan berat badan harian ternak kambing kacang tersaji tabel pada berikut. Tabel 3. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Bobot Badan Kambing Kacang (gram/ekor/hari) Perlakuan Ulangan R0 R1 R2 R3 I 47.19 50.77 43.88 57.65 II 53.57 81.12 49.49 38.78 III 55.87 66.58 45.15 29.85 Total 156.63 198.47 138.52 126.28 Rataan 52.21 66.16 46.17 42.09 Ket :Superscrip yang sama pada baris yang sama menunjukan nyata (P>0,05)



Total 199.49 222.96 197.45 619.9



Rataan 49.87 55.74 49.36



38.74 pengaruh yang tidak



Pada Tabel 3 terlihat bahwa ternak yang mendapat perlakuan R1 diperoleh pertambahan berat badan yang tertinggi sebesar 66,19 g/e/h , R0 52,21g/e/h, R2 sebesar 46,17g/e/h dan diikuti perlakuan R3 sebesar 42,09 g/e/h. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan level penambahan konsentrat yang mengandung tepung tongkol jagung terfermentasi tidak memberikan pengaruh terhadap pertambahan berat badan harian ternak kambing yang disebabkan keseragaman konsumsi pakan ternak dalam memenuhi kebutuhan protein dan energi untuk hidup pokok serta dalam pemberian zn-biokompleks diberikan jumlah yang sama, dikarenakan persentase absorpsi Znbiokompleks semakin rendah, seperti yang dikatakan Miller (1970) bahwa semakin tinggi level Zn dalam pakan semakin menurun absorpsinya. Penambahan Zn dalam bentuk Biokompleks pada penelitian ini tidak dapat berpengaruh pada pertambahan bobot hidup. Menurut Mc Dowell (1992) dan NRC (2001), kebutuhan harian Zn untuk ternak domba sekitar 20-33 mg/ kg per bobot



23



hidup, dimana pada penelitian ini ternyata penambahan Zn-Biokomples sebesar 2,06g tidak memberikan respon yang signifikan. Tidak ada perbedaan yang nyata antara keempat perlakuan terhadap PBBH yang diduga karena konsumsi juga menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Hal ini berarti bahwa metode pemberian pakan tidak memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobat harian hidup. Menurur Soeparno (1998) dan Parakkasi (1999), salah satu faktor yang mempengaruhi PBBH adalah konsumsi pakan, semakin tinggi jumlah pakan yang dikonsumsi, semakin tinggi pula laju pertumbuhan ternak Menurut Iswoyo dan Widiyaningrum (2008) kecenderungan meningkatnya pertambahan bobot badan menunjukan adanya keterkaitan dengan banyaknya pakan yang dikonsumsi dan tingkat kecernaan pakan. Semakin tinggi konsumsi dan tingkat kecernaan pakan, akan menghasilkan pertambahan bobot badan yang lebih baik. Menurut Parakkasi (1999) konsumsi dan kecernaan pakan merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi pertambahan bobot badan dan kecepatan pertumbuhan, dan energi yang lebih tinggi akan menghasilkan laju pertumbuhan. Hasil



sidik



ragam



menunjukkan



bahwa



perlakuan



yang



diberikan



berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan bobot badan harian (P>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian suplementasi pakan konsentrat yang mengandung tepung tongkol jagung terfermentasi tidak memberikan pengaruh terhadap pertambahan berat badan harian ternak kambing yang disebabkan karena keseragaman konsumsi pakan ternak dalam memenuhi kebutuhan protein dan energi untuk hidup pokok. Pertambahan bobot hidup terjadi apabila ternak mampu mengubah zat-zat pakan yang diperoleh menjadi produk ternak seperti lemak dan daging, setelah kebutuhan pokok terpenuhi. Rianto dkk., (2006) menjelaskan bahwa konsumsi protein yang tinggi ternyata tidak memberikan harapan terhadap peningkatkan pertambahan bobot badan. Hal ini karena pertambahan bobot badan pada ternak tidak hanya merupakan fungsi deposisi protein, melainkan juga merupakan fungsi deposisi lemak.



24



4.2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Panjang Badan Ternak Kambing kacang Panjang badan harian merupakan gambaran pertumbuhan tulang belakang, tulang pinggang dan tulang belakang. Nilai rataan panjang badan harian kambing kacang di lihat pada Tabel 4. Tabel 4. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertumbuhan Panjang Badan Kambing Kacang (cm/ekor/hari) Ulangan R0 I 0.12 II 0.22 III 0.17 Total 0.51 Rataan 0.17 Ket :Superscrip yang nyata (P>0,05)



Perlakuan R1 R2 R3 0.16 0.12 0.12 0.20 0.17 0.16 0.24 0.24 0.13 0.59 0.54 0.41 0.20 0.18 0.14 sama pada baris yang sama menunjukan



Total 0.52 0.75 0.78 2.05



Rataan 0.13 0.18 0.19



0.12 pengaruh yang tidak



Pada Tabel 4 terlihat bahwa ternak yang mendapat perlakuan R0 memiliki rataan pertambahan panjang badan harian sebesar 0,17cm/e/h, kemudian ternak yang mendapat perlakuan R1 sebesar 0,20cm/e/h perlakuan R2 sebesar 0,18cm/e/h dan perlakuan R3 0,14cm/e/h. Panjang badan yang diperoleh sejalan dengan pertambahan berat badan harian yang diperoleh dalam penelitian ini. Menurut Kadarsih (2003) panjang badan berhubungan erat dengan pertambahan bobot hidup, semakin tinggi pertumbuhan ternak maka semakin tinggi pula pertambahan komponen penduga berat badan temasuk panjang badan ternak. Tingginya pertambahan panjang badan pada perlakuan R1 disebabkan karena tingginya kecernaan nutrien ransum sehingga lebih banyak diserap didalam saluran pencernaan dalam bentuk asam propionat, butirat dan asetat yang disalurkan melalui darah ke jaringan tubuh seperti otot lemak dan pertumbuhan tulang sehingga tingginya kecernaan diduga telah terpenuhinya kebutuhan mineral kalsium dalam pencernaan ternak karena kekurangan mineral kalsium pada ternak dapat



25



mempengaruhi proses pencernaan. Jika defisiensi mineral kalsium dapat mengganggu proses pencernaan (Soetan et al, 2010), maka akan berdampak pada pertambahan panjang badan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa mineral tersebut memiliki



peranan



yang sangat



penting dalam



proses



pertumbuhan



dan



perkembangan pada ternak. Fosfor memiliki peran dalam proses metabolisme, komponen adenosine trifosfat (ATP) dan asam nukleat. Dalam proses pencernaan, fosfor terdapat pada air liur, berperan untuk membantu proses mencerna makanan. Kalium merupakan mineral yang berperan pada otot dan saraf terlibat dalam metabolisme karbohidrat dan kofaktor pada sintesis protein, kalium berfungsi sebagai kation sel, pengatur osmotik cairan dan keseimbangan asam basa. Ditambahkan Pujiastari et al, (2015) menyatakan bahwa kalsium dalam tubuh memiliki peranan yang penting sehubungan dengan peranannya dalam pembentukan tulang yang berdampak pada pertambahan panjang badan. Sedangkan menurut Siregar (1994) bahwa pertambahan berat badan mempunyai hubungan erat dengan pertambahan panjang badan sehingga pertumbuhan ternak kambing meningkat pada usia penyapihan dan pubertas namun akan menurun ketika memasuki usia dewasa. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap pertambahan panjang badan ternak kambing kacang. Hal ini menunjukkan bahwa suplementasi pakan konsentrat yang mengandung tepung tongkol jagung fermentasi dengan level berbeda memberikan pengaruh yang relatif sama terhadap pertambahan panjang badan kambing kacang betina. Hal ini diduga karena kandungan nutrisi ransum penelitian yang relatif hampir sama terutama protein dan energi sehingga menyebabkan konsumsi dan kecernaan pakan yang tidak berbeda untuk meningkatkan pertambahan panjang badan ternak. Menurut Tilman dkk., (2005) bahwa ternak kambing yang muda akan menggunakan makanan yang lebih efisien dari pada ternak yang sudah tua, dimana ternak yang mudah akan mengkonsumsi makanan dan dirubah menjadi sumber energi untuk kemudian dimanfaatkan bagi proses pertumbuhan sedangkan ternak tua akan merubah makanan untuk dimanfaatkan bagi proses perletakan lemak.



26



Sehingga walaupun dengan adanya penambahan pakan suplementasi konsentrat pada hijauan menunjukkan respon yang tidak jauh berbeda terhadap ternak penelitian.



4.3. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Lingkar Dada Ternak Kambing Kacang Lingkar dada merupakan komponen yang di pengaruhi oleh dua faktor yaitu pertumbuhan kerangka tubuh (tulang) dan pertumbuhan jaringan otot diantara kedua komponen tersebut pertumbuhan tulang paling besar disusul pertumbuhan otot dan lemak, selanjutnya dinyatakan bahwa perototan ternak berpengaruh langsung terhadap linear tubuh demikian juga dengan pertumbuhan tulang. Lingkar dada merupakan bagian tubuh yang mengalami pembesaran ke arah samping. Hasil ini juga sejalan dengan yang dilaporkan Mc Donal (2002) yang menyatakan bahwa dalam periode pertumbuhan ternak membutuhkan kandungan zat-zat makanan yang berimbang dalam ransum terutama protein dan karbohidrat karena akan digunakan untuk pertumbuhan jaringan-jaringan tubuh. Dengan demikian ransum yang mempunyai kandungan nutrisi yang seimbang akan memberikan pertambahan berat badan yang lebih tinggi yang diikuti dengan peningkatan produk-produk fermentasi didalam rumen sebagai presekutor pembentukan jaringan tubuh. Didukung oleh pendapat (Doho, 1994) pertambahan bobot badan ternak menyebabkan ternak tambah besar dan diikuti dengan pertambahan dan perkembangan otot yang ada di daerah dada sehingga ukuran lingkar dada semakin meningkat.



27



Tabel 5. Pengarun Perlakuan Terhadap Pertambahan Lingkar Dada Ternak Kambing Kacang (cm/ekor/hari) Ulangan



R0



R1



Perlakuan R2



R3



Total 1.05 0.78 0.9 2.73



Rataan 0.26 0.19 0.22



I 0.23 0.30 0.30 0.22 II 0.20 0.28 0.15 0.15 III 0.23 0.22 0.24 0.21 Total 0.66 0.81 0.69 0.57 0.16 Rataan 0.22 0.27 0.23 0.19 Ket :Superscrip yang sama pada baris yang sama menunjukan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) Pada Tabel 5 terlihat bahwa ternak yang mendapat perlakuan R0 memiliki rataan PLDH sebesar 0,22cm/e/h, kemudian ternak yang mendapat perlakuan R1 sebesar 0,27cm/e/h



perlakuan R2 sebesar 0,23cm/e/h dan perlakuan R3 sebesar



0,19cm/e/h. Lingkar dada yang diperoleh sejalan dengan pertumbuhan otot dan lemak yang diperoleh dalam penelitian ini. Menurut Gunawan dkk (2016) pertambahan lingkar dada pada kambing lokal digambarkan dari pertumbuhan otot dan lemak. Kemudian Sampurna dan Suatha (2010) menambahkan bahwa semakin baik pertumbuhan otot dan lemak semakin tinggi pula peningkatan lingkar dadanya. Meskipun secara statistik tidak berbeda antara perlakuan, namun terlihat bahwa penambahan pakan konsentrat yang mengandung tepung tongkol jagung fermentasi sebanyak 10% yang ditambahkan Zn Biokompleks



memiliki



pertambahan lingkar dada yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Menurut Van Soest (2006) bahwa rendahnya kualitas pakan dapat menurunkan konsumsi dan kecernaan ransum, selain perbedaan serat kasar pakan, kandungan protein kasar pakan dapat menjadi penyebab menurunnya konsumsi. Pakan yang mempunyai serat kasar tinggi memiliki sifat amba, sifat amba ini akan menimbulkan sensasi rasa kenyang yang lebih cepat pada ternak ruminansia. Sedangkan Utomo et al. (2006) menyatakan bahwa pakan dengan kandungan protein yang cukup dapat berfungsi memperbaiki jaringan, pertumbuhan jaringan baru, metabolisme untuk



28



energi. Ditambahkan Nugraha dkk, (2016) pertumbuhan ternak tergantung pada tingkat nutrisi yang tersedia. Menurut Mc Donal dkk, (2002) pertumbuhan dipengaruhi oleh genetik, jenis kelamin dan hormon, lingkar dada dipengaruhi oleh pertumbuhan otot dan lemak dimana ukurannya dipengaruhi oleh kondisi ternak misalnya kurus atau gemuk ternak tersebut, semakin gemuk ternak maka semakin tinggi ukuran lingkar dada. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan



yang diberikan



berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap ukuran lingkar dada kambing kacang betina. Hal ini berarti bahwa pemberian hijauan lantoro dan konsentrat memberikan pengaruh yang relatif sama untuk menunjang pertumbuhan tulang dan otot selama masa pertumbuhan. Hal ini juga disebabkan karena pakan yang diberikan mengandung protein dan energi yang tidak jauh berbeda sehingga tidak terdapat perbedaan dalam menghasilkan pertambahan jaringan otot lemak tubuh pada bagian dada. Menurut Gunawan dkk, (2016) bahwa kandungan nutrisi berupa protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air dalam pakan yang diberikan hampir sama tidak memberikan pengaruh terhadap lingkar dada ternak. Kondisi yang sama menyebabkan pertumbuhan kambing relatif sama. Apabila kebutuhan hidup pokok tidak terpenuhi dari pakan, maka kebutuhan tersebut akan dipenuhi dari degradasi jaringan (Tillman et al, 2005) sehingga akan berpengaruh terhadap lingkar dada.



4.4. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Tinggi Pundak Ternak Kambing Kacang Tinggi pundak menggambarkan tulang penyusun tulang kaki depan dan tulang penyusum punggung hasil rataan tinggi pundak kambing kacang dalam penelitian ini terdapat pada Tabel 6.



29



Tabel 6. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Tinggi Pundak Ternak Kambing Kacang (cm/e/h) Perlakuan Ulangan R0 R1 R2 R3 I 0.15 0.18 0.20 0.12 II 0.11 0.21 0.11 0.10 III 0.18 0.13 0.13 0.17 Total 0.44 0.53 0.44 0.39 Rataan 0.15 0.18 0.15 0.13 Ket :Superscrip yang sama pada baris yang sama menunjukan nyata (P>0,05)



Total 0.65 0.53 0.51 1.69



Rataan 0.16 0.13 0.12



0.10 pengaruh yang tidak



Pada Tabel 6 terlihat bahwa ternak yang mendapat perlakuan R0 memiliki rataan pertambahan tinggi pundak harian sebesar 0,15cm/e/h, kemudian ternak yang mendapat perlakuan R1 sebesar 0,18cm/e/h perlakuan R2 sebesar 0,15cm/e/h dan pada ternak yang mendapatkan perlakuan R3sebesar 0,13cm/e/h. Tinggi pundak yang diperoleh sejalan dengan pertambahan berat badan harian yang diperoleh dalam penelitian ini. Menurut Kadarsih (2003) tinggi pundak berhubungan erat dengan pertambahan bobot hidup, semakin tinggi pertumbuhan ternak maka semakin tinggi pula pertambahan komponen penduga berat badan temasuk tinggi pundak. Walaupun secara statistik tidak berpengaruh nyata namun perlakuan R1 memperoleh pertambahan tinggi pundak yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya karena kandungan protein dan karbohidrat yang seimbang dalam ransum. Mc Donal dkk, (2002) yang menyatakan bahwa dalam periode pertumbuhan ternak membutuhkan kandungan zat-zat makanan yang berimbang dalam ransum terutama protein dan karbohidrat karena akan digunakan untuk pertumbuhan jaringan-jaringan tubuh. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap tinggi pundak ternak kambing kacang. Hal ini diduga disebabkan karena pemberian hijauan lantoro yang tidak memperhatikan aspek kecukupan nutrisi dari ternak dan ketika ransum tersebut ditambahkan pakan konsentrat memberikan pengaruh terhadap produksi ternak sehingga terjadinya



30



pertumbuhan otot dan pertumbuhan tulang dengan kecepatan yang sama. Didukung oleh Sugeng (2004) bahwa ukuran tinggi pundak dipengaruhi oleh pertumbuhan tulang dimana meningkat atau tinggi sejak ternak lahir sampai dengan umur penyapihan kemudian menurun sampai ternak dewasa. Menurut Herd, (1986) dikutip Gunawan (2016) bahwa pertumbuhan ternak secara langsung dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor eksternal dan faktor intenal, fakor eksternal yang dominan dalam mempengaruhi pertumbuhan adalah pakan dan lingkungan sedangkan faktor internal yang paling mempengaruhi pertumbuhan adalah genetik dan endokrin. Faktor lingkungan dan pakan tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhannya (Handiwirawan dan Subandryo, 2004).



31



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN



5.1. KESIMPULAN Hasil penelitian yang diperoleh disimpulkan bahwa suplementasi konsentrat yang mengandung tepung tongkol jagung terfermentasi sampai dengan level 30 % ditambahkan Zn-Biokompleks memberikan respon yang relatif sama dengan pemberian konsentrat tanpa suplementasi tepung tongkol jagung terfermentasi yang ditambhan Zn-Biokompleks terhadap kinerja pertumbuhan kambing kacang.



5.2. SARAN Berdasarkan simpulan hasil penelitian ini, maka disarankan : 1. Tepung tongkol jagung terfermentasi ditambahkan Zn-Biokompleks dapat digunakan sebagai suplemen pakan konsentrat yang digunakan dalam penelitian ini sampai dengan level 30 %. 2. Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk mengetahui batas toleransi optimum tepung tongkol jagung terfermentasi ditambahkan Zn-Biokompleks sebagai suplemen pakan konsentrat.



32



DAFTAR PUSTAKA



Aberte DE, Forrest JC, Gerrard DF, Mills EW. 2001. Principles of Meat Science. 4th Edition. Freeman WH and Company. San Francisco, United States of America Afolayan RA, Adeyinka IA, Lakpini CAM. 2006. The estimation of live weight from body measurements in Yankasa sheep. Czech J. Anim. Sci.51 (8): 343348 Alexandre G , Fleury J, Coppry O, Archimede H, Alexande. 2002. Effect of mode of supplementation upon milk and growth performances of suckling Creole goats and their kids reared at pasture in Guadeloupe. Livestock Research for Rural Development 14 (1). Livestock Research for Rural Development 14 (1). Anggorodi R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta. Anggorodi R. 1991. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta Anggraeny YN, Umiyasih U. 2005. Tinjauan tentang upaya penyediann hijauan pakan ternak sepanjang tahun dilahan kering. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Usaha Peternakan Berdaya Saing di Lahan Kering. FapetUGM Yogyakarta. Aylianawaty E. Susiani. 1985. Pengaruh berbagai pre-treatment pada limbah tongkol jagung terhadap aktivitas enzim selulase hasil fermentasi substrat padat dengan bantuan Aspergillus niger. Available at http://www. lppm.wima.ac.id/ailin.pdf. Accession date: 15 Juni, 2009. Astuti, Bamualim A. 1988 . Peranan Peternakan dalam Usahatani di Daerah Nusa Tenggara. Jurnal Litbang Pertanian 7(3): 69-74. Bamualim B.1988 . Prosedur dan Parameter Dalam Penelitian Makanan Ternak RuminansiaDalam Prinsip Produksi dan Penelitian Peternakan,Kupang. Batubara AM, Doloksaribu B, Tiesnamurti. 2007. Potensi keragaman sumberdaya genetik kambing lokal indonesia. Prossiding Lokakarya Nasional Pengololaan dan Perlindungan Sumberdaya Genetik di Indonesia. Bogor, 20 Desember 2006. Jakarta. ISBN 978-979-8308-66-6. Halaman 245-265. Bekti N, Sunandar Y, Widiawati A, Hanafiah E, Gustani, Tedy S. 2013. Pengenbangan Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit (Bis) Untuk Meningkatkan



33



Produksi Susu (Sebesar 20%) Sapi Perah Di Jawa Barat. Prosiding Ekspose dan Seminar Nasional Inovasi Pertanian Ramah Lingkungan. Makasar Juni 2013. BPS NTT 2016. Nusa Tenggara Timur dalam angka 2015. Churen DC, Pond WG. 1982. Basic Animal Nutrition and Feeding 2nd ed. John Wiley and Son. New York. Singapore. Church DC. 1984. Digestive Physiology and Nutrition, Second Ed. O & B Books Inc. Corvalis, Oregon. Darwin Philips. 2013. Menikmati Gula Tanpa Rasa Takut. Perpustakaan Nasional: Sinar Ilmu. Devendra C, Burns M. 1994. Produksi kambing di daerah tropis. Institut Teknologi Bandung. Doho SR. 1994. Parameter fenotipik beberapa sifat kualitatif dan kuantitatif pada domba ekor gemuk. Thesis, Program Paska Sarjana,Institut Pertanian Bogor. Fattah S. 2016. Manajemen Ternak Potong. Undana Press. Gunawan, 2016. Ukuran linier tubuh, sebagai acuan untuk mengetahui pertumbuhan atau pertambahan berat badan ternak. Tarsito: Bandung. Hal 243-248. Guntoro S. 2008. Mengolah tongkol jagung. http://www.bisnisbali. com2009/06/05/ newsg.htm. Diakses pada tanggal 27 Februari 2013 Makassar Handiwirawan E. dan Subandriyono. 2004. Potensi dan keragaman sumber daya genetik sapi bali. Wartazoa. Vol. 14 (3). hal. 107-117. Iswoyo dan Widiyanigrum. 2008. Pengaruh jarak waktu pemberian pakan konsentrat dan hijauan terhadap produktivitas kambing peranakan etawa lepas sapih. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XI. NO. 2. Jesse GW, Thomson GB, Clark JL, Hedrick HB, Weimer KG. 1976. Effect Of Ration Energy And Slaughter Weight On Composition Of Empty Body And Carcass Gain Of Cattle. J. Anim. Sci. 43: 418-425.



34



Kadarsih S. 2003. Peranan ukuran tubuh terhadap badan ternak ruminansia di Propinsi Bengkulu. J. Penelitian UNIB. 9 (1): 45-48. Kartadisastra HR. 1997. Penyediaan & Pengololaan Pakan Ternak Ruminansia (sapi, kerbau, domba, kambing). Yogyakarta, kanisius Kusuma A. 2013. Persentase Non Karkas Kambing Kacang, Kambing Peranakan Ettawa (PE) dan Kambing Kacang Jantan Umur Satu Tahun. Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang (Skripsi Sarjana Petenakan). Lukman MA, Saefuddin, Mansjoer SS. 1987. Pendugaan Beberapa Ukuran Kambing Kacang di Unit Pendidikan dan Penelitian Jonggol. Media Peternakan. MILLER WJ. 1970. Zinc nutrition of cattle: A review. J. Dairy Sci. 53:1123-1135. McDOWELL LR. 1992. Minerals In Animal and Human Nutrition. Academic Press, USA. McDonald P, Edwards R, Greenhalg J, Morgan C. 2002. Animal Nutrition. 6th Ed. Logman Scienttificand Technical John Willey and Sons Inc. NewYork. Hlm 90-95. NRC. 2001. Nutrient Requirement of Domestic Animals, Nutrient Requirement of sheep. Fifth edition. NAS-NRC, Washington, DC. Nugroho BA. 2006. Pengembangan agribisnis peternakan pola bantuan usaha ekonomi produktif (Studi di Propinsi Sulawesi Utara). hlm. 162-172. Dalam B Suryanto, E Rianto dan AM Legowo. Pemberdayaan masyarakat peternakan di bidang agribisnis untuk mendukung ketahanan pangan. Prosiding Seminar Nasional 2006, Semarang. Universitas Diponegoro. Parakassi A. 1999. Nilai Gizi konsentrat tinggi tetapi serat kasarnya rendah. Penerbit. Universitas Indonesia Jakarta. Pujiastari NNT, Suastika P, Suwiti NK. 2015. Kadar Mineral Kalsium dan Besi Pada ternak di Lahan Persawahan. Buletin Veteriner Udayana, 7(1):67-72. POWER R, HORGAN K. 2000. Biological chemistry and absorption of inorganic trace mineral. In: Biotechnology in the Feed Industry, Prock. Alltech’s 16th



35



Annual Symposium. T.P. Lyons and K.A. JACQUES (Eds). Nottingham Universitiy Press. pp. 277-291 Rianto ED, Anggalina, Dartosukarno S, Purnomoadi A. 2006. Pengaruh Metode Pemberian Pakan Terhadap Produktivitas Domba Ekor Tipis. Prosiding Seminar Teknologi Peternakan Dan Veteriner. Puslitbang PeternakanBadan Litbang Pertanian. Bogor. Richana NP, Lestina, Irawadi, TT. 2004. Karakterisasi lignoselulosa: xilan dari limbah tanaman pangan dan pemanfaatannya untuk pertumbuhan bakteri RXA III-5 penghasil xilanase. J. Penelitian Pertanian 23(3): 171-17. Richana Nur, Susilo BA, Santosa. 2008. “ Teknologi Pengolahan Pangan Lokal Dari Jagung” dalam Teknologi pengolahan untuk Penganekaragaman Konsumsi Pangan . Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor. Rose SP. 1997. Principles of Poultry Science. Cab International, Wallingford, Inggris. Siregar SB. 1994. Ransum ternak r. penebar swaday, Jakarta Semakula JD, Mutetikka RD, Kugonza, Mpairwe RD. 2010. Variability in body morphometric measurements and their application in predicting live body weight of mubende and small East African Goat breeds In: Uganda. MiddleEast J. Sci. Res.5 (2): 98-105 Sobang YUL. 2005. Kinerja Fisiologis, Hematologi dan Produksi Sapi Bali Penggemukan Yang Diberi Pakan Konsentrat Berbasis Pakan Lokal. Laporan Penelitian Fakultas Peternakan Undana. Sutaryono AY, Partridge IJ. 2002. Mengelola Padang Rumput Alam di Indonesia Tenggara. The State of Queensland, Department of Primary Industries, Brisbane, Australia. Supriyanti S, Hidayat, Sadiran 2001. Penelitian Ternak Ruminansia Kecil. Balitnak, Bogor.s Soetan KO, Olaiya CO, Oyewole OE. 2010. The Importance of Mineral Elements for Humans, Domestic Animals and Plants : A Review. African J.Food Sci, 4 (5): 200-222. Steel dan Torrie. 1993. Perlakuan Ransum dan Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertaninan. Kanisius. Yogyakarta



36



Shcalbroeck. 2011. Toxicologikal evalution of red mold rice. DFG- Senate Comision on Food Savety. Ternak monogastrik. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor Tillman ADH, Hartadi S, Reksohadiprojo S, Prawirokusumo, Lebdosoekojo S. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada Universiti Press. Fakultas Peternakan. UGM. Yogyakarta. Utomo B, Prawirodigdo S, Sarjana, Sutjadmogo. 2006. Perfomans pedet sapi perah dengan perlakuan induk saat masa akhir kebuntingan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Van Soest PJ. 2006. Nutritional ecology of the ruminant. O & B Books, Inc. Corvallis, Oregon Vol 130 (7): 137 – 171. Ward JW, Perry TW. 1982. Enzymatic conversion of corn cobs to glucose with trichoderma viride, fungus and the effect on nutritional value of the corn cobs. Jurnal Of Animal Science, Vol. 54, No. 3, pp 609-619. Wahyono DE, Hardiyanto R. 2004. Pemanfaatan sumber daya pakan lokal untuk pengembangan usaha sapi potong. Lokakarya Nasional Sapi Potong 2004.IPB, Bogor. Hal 66-76. Williamson G, Payne WJA. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.



37



LAMPIRAN Lampiran 2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Berat Badan Kambing Kacang (g/e/h) Perlakuan Ulangan I II III Total Rataan Ket :Superscrip yang nyata (P>0,05)



R0 R1 R2 R3 47.19 50.77 43.88 57.65 53.57 81.12 49.49 38.78 55.87 66.58 45.15 29.85 156.63 198.47 138.52 126.28 52.21 66.16 46.17 42.09 sama pada baris yang sama menunjukan pengaruh yang tidak



Anova: Single Factor SUMMARY Groups Column 1 Column 2 Column 3 Column 4



Count 3 3 3 3



Sum 156.63 198.47 138.52 126.28



Df 3 8 11



MS 332.0805 115.1837



Average 52.21 66.15667 46.17333 42.09333



Variance 20.2228 230.415 8.653433 201.4436



ANOVA Source of Variation Between Groups Within Groups Total tn



SS 996.2414 921.4698 1917.711



tidak berpengaruh nyata (P>0,05)



38



F P-value F crit 2.88305 0.102731 4.066181



Lampiran 3. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Panjang Badan Ternak Kambing Kacang (cm/e/h) Perlakuan Ulangan R0 R1 R2 R3 I 0.12 0.16 0.12 0.12 II 0.22 0.20 0.17 0.16 III 0.17 0.24 0.24 0.13 Total 0.51 0.59 0.54 0.41 Rataan 0.17 0.20 0.18 0.14 Ket :Superscrip yang sama pada baris yang sama menunjukan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) Anova: Single Factor SUMMARY Groups Column 1 Column 2 Column 3 Column 4



Count 3 3 3 3



Sum 0.507143 0.594643 0.5375 0.414286



Average 0.169048 0.198214 0.179167 0.138095



Variance 0.002597 0.001687 0.003499 0.000565



ANOVA Source of Variation Between Groups Within Groups Total tn



SS 0.005681 0.016696 0.022378



Df 3 8 11



MS F P-value F crit 0.001894 0.907393 0.479151 4.066181 0.002087



tidak berpengaruh nyata (P>0,05)



39



Lampiran 4. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Lingkar Dada Ternak Kambing Kacang (cm/e/h). Perlakuan Ulangan R0 R1 R2 R3 I 0.23 0.30 0.30 0.22 II 0.20 0.28 0.15 0.15 III 0.23 0.22 0.24 0.21 Total 0.66 0.81 0.69 0.57 Rataan 0.22 0.27 0.23 0.19 Ket :Superscrip yang sama pada baris yang sama menunjukan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) Anova: Single Factor SUMMARY Groups Column 1 Column 2 Column 3 Column 4



Count 3 3 3 3



Sum 0.660714 0.807143 0.6875 0.573214



Average 0.220238 0.269048 0.229167 0.191071



Variance 0.00031 0.001815 0.005805 0.001515



ANOVA Source of Variation Between Groups Within Groups Total tn



SS 0.009326 0.01889 0.028216



Df 3 8 11



MS 0.003109 0.002361



tidak berpengaruh nyata (P>0,05)



40



F 1.316528



P-value 0.334745



F crit 4.066181



Lampiran 5. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Tinggi Pundak Ternak Kambing Kacang (cm/e/h). Perlakuan Ulangan R0 R1 R2 R3 I 0.15 0.18 0.20 0.12 II 0.11 0.21 0.11 0.10 III 0.18 0.13 0.13 0.17 Total 0.44 0.53 0.44 0.39 Rataan 0.15 0.18 0.15 0.13 Ket :Superscrip yang sama pada baris yang sama menunjukan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) Anova: Single Factor SUMMARY Groups



Count



Sum



Average



Variance



Column 1 Column 2 Column 3



3 3 3



0.435714 0.526786 0.444643



0.145238 0.175595 0.148214



0.001245 0.00156 0.002232



Column 4



3



0.3875



0.129167



0.001162



ANOVA Source of Variation Between Groups Within Groups Total tn



SS Df 0.003343 3 0.012398 8 0.015741 11



MS F P-value F crit 0.001114 0.718964 0.568091 4.066181 0.00155



tidak berpengaruh nyata (P>0,05)



41



RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Mei 1993 di Kadumbul,



Desa



Palakahembi,



Kecematan



Pandawai,



Kabupaten Sumba Timur. Penulis merupakan putri ke empat dari tiga bersaudara dari bapak Nggaji Walu Wanja dan ibu Djera Ata Yewa Pada tahun 2001 penulis mengawali pendidikan pada Sekolah Dasar Inpres Negeri Watumbaka tamat pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Pandawai tamat pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pandawai



mengambil Jurusan Ilmu



Pengetahuan Sosial dan tamat berijazah tahun 2013 Pada tahun yang sama penulis melenjutkan perkuliahan di kampus Akademik Komunitas Sandlewood Diploma II Sumba Timur dan tamat berijazah tahun 2015. Pada Tahun 2016 penulis melanjutkan perkuliahan melalui jalur transfer dan diterima sebagai mahasiswi di Fakultas Peternakan Univeritas Nusa Cendana hingga akhir penulisan skripsi ini. Atas penyertaan kasih Tuhan Yesus Kristus Allah Bapa dan Roh kudus, maka penulis dapat meyelesaikan pendidikan di Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana dengan menempuh lama studi 3 tahun.



Kupang, 2019



Mersy Hana Ataluki



42