JOGLO [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH tentang RUMAH JOGLO Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penyehatan Pemukiman Semester Ganjil (Tiga)



Disusun oleh : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Argita Nugraheni Dwi Midaningsih Eka Mawar Rini Irwan Fitriyanto Fitria Titi Widyawati Riza Nurita Arum Selvy Sulistyaningrum Waskito Adiyoga



P07133110044 P07133110053 P071331100 P071331100 P07133110059 P07133110084 P07133110088 P07133110095



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN 2012



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas makalah dengan judul “Rumah Joglo” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.



Makalah ini terwujud atas bimbingan, saran dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada: 1. Dr. Hj. Lucky Herawati, SKM.MSc, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta 2. Tuntas Bagyono, SKM,M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan Kemenkes RI Yogyakarta 3. Sigid Sudaryanto,Siti Hani Istiqomah. selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Penyehatan Pemukiman. 4. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan dan doa 5. Teman-teman baikku yang selalu semangat memberikan dukungan dan bantuannya. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Makalah Penyehatan Pemukiman ini. Harapan penulis semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.



Yogyakarta,



Mei 2011



A. Pengertian Rumah joglo merupakan bangunan arsitektur tradisional jawa tengah, rumah joglo mempunyai kerangka bangunan utama yang terdiri dari soko guru berupa empat tiang utama penyangga struktur bangunan serta tumpang sari yang berupa susunan balok yang disangga soko guru. Susunan ruangan pada Joglo umumnya dibagi menjadi tiga bagian yaitu ruangan pertemuan yang disebut pendhapa, ruang tengah atau ruang pringgitan, dan ruang belakang yang disebut dalem atau ruang keluarga Seiring perkembangan waktu banyak rumah joglo di redesign untuk keperluan tempat tinggal



yang lebih modern namun tidak meninggalkan filosofinya tradisi rumah joglo tersebut. B. Karakteristik Rumah Tradisional Joglo Rumah tinggal orang Jawa menjadi lebih sempurna bentuknya dibandingkan pada bentukan sebelumnya. Bentuk sebelumnya sangat sederhana seperti bentuk bangunan “panggangpe”, “kampung” dan “limasan”. Bangunan yang lebih sempurna secara structural adalah bangunan tradisional bentuk “Joglo”. Bangunan ini secara umum mempunyai denah berbentuk bujur sangkar, mempunyai empat buah tiang pokok ditengah peruangannya yang kita sebut sebagai “saka guru’. Saka guru berfungsi untuk menopang blandar “tumpang sari” yang bersusun ke atas semakin ke atas semakin melebar dan biasanya berjumlah ganjil serta diukir. Ukiran pada tumpang sari ini menandakan status sosial pemiliknya. Untuk mengunci struktur saka guru diberikan “sunduk” yang disebut sebagai “koloran” atau “kendhit”. Letak koloran ini terdapat di bawah tumpang sari yang berfungsi mengunci dan menghubungkan ke empat “saka guru” menjadi satu kesatuan. Tumpang sari berfungsi sebagai tumpuan kayu usuk untuk menahan struktur “brunjung dan molo serta usuk yang memanjang sampai tiang “emper” bangunan Joglo. Dalam perkembangannya.Bangunan Joglo ini memiliki banyak variasi perubahan penambahan-penambahan struktur yang semakin mempercantik Rumah adat ini. Beberapa variasi bangunan “joglo” ini antara lain : a. Rumah Adat tradisional Joglo limasan lawakan atau sering disebut “joglo b. c. d. e. f. g.



lawakan”. Rumah Adat tradisional Joglo Sinom Rumah Adat tradisional Joglo Jompongan Rumah Adat tradisional Joglo Pangrawit Rumah Adat tradisional Joglo Mangkurat Rumah Adat tradisional Joglo Hageng Rumah Adat tradisional Joglo Semar Tinandhu



1. Konsep Joglo Salah satu bentuk atap dari bangunan tradisional Indonesia adalah joglo.Bangunan beratap joglo jenisnya sangat banyak, yang dibedakan berdasarkan fungsi bangunan yang ada di bawahnya.Pada intinya, bentuk bangunan yang beratap joglo memiliki karakteristik bentuk struktur atap yang khas.Pembangunan rumah tradisional joglo yang masih kental tradisinya, berdasarkan filosofi bangunan joglo, harus menggunakan kayu jati.Kayu jati ini juga harus sesuai dengan karakteristik tertentu yang ditentukan menurut letak dan fungsi dari tiang-tiangnya.Contohnya, kayu jati yang berasal dari pohon dengan cabang dua atau cabang tiga digunakan untuk kolom atau tiang atau soko tertentu.



Menurut kepercayaan, penggunaan kayu yang sesuai dengan syarat akan dapat mendatangkan hal-hal yang positif bagi penghuni nantinya. Apapun bentuk pohonnya, ada satu pemahaman struktur yang harus dipahami, yaitu tiang atau soko akan menyalurkan beban atap ke elemen struktur lain untuk sampai ke dalam tanah. Karena alasan inilah soko harus kokoh.Bayangkan saja, soko tersebut harus menyalurkan beban dari rangka atap seperti genting, kasau atau usuk, dan gording. 2. Jenis Tiang (Soko) Masing-masing tiang memiliki nama sesuai dengan letaknya pada bangunan tersebut. Satu atau beberapa tiang yang menyokong atap yang paling tinggi disebut soko guru, tiang yang letaknya lebih luar dari soko guru adalah soko rowo, sedangkan tiang yang menyokong atap bagian paling luar disebut soko emper.Selain itu, ada beberapa tiang yang digunakan untuk jenis bangunan beratap joglo yang lainnya, yaitu soko bentung, yang letaknya menggantung di antara bagian atap paling atas dengan atap di bawahnya.Sementara itu, soko santen adalah tiang yang tidak langsung menyokong atap, tapi menyokong gelagar panjang pada bangunan besar beratap joglo. 3. Konstruksi Atap Joglo Konstruksi rangka atap joglo terdiri dari beberapa tiang yang disebut soko. Konstruksi atap joglo mutlak memiliki tiang-tiang yang dikenal dengan nama soko guru. Tanpa soko guru, maka atap rumah tidak bisa disebut sebagai atap joglo.Bila konstruksi atap joglo murni diterapkan pada rumah tinggal, maka soko yang berfungsi sebagai penyokong atap dengan kemiringan atap cukup curam tidak boleh dihilangkan.Masing-masing jenis tiang tersebut menyokong atap yang memiliki kemiringan yang berbeda-beda. Semakin ke arah keluar, kemiringan atap akan semakin landai. Walaupun landai, tetapi kemiringan atap yang tersebut harus dapat menyalurkan air dari permukaan bidang atap dengan baik. Selain itu, harus diperhatikan juga dalam menentukan kemiringan atap, bahwa atap dengan penutup atap genteng yang terlalu landai akan mengakibatkan kebocoran.Atap berbentuk joglo banyak menggunakan material kayu, mulai dari kayu polos sampai kayu yang penuh ornamen. Hal ini mengakibatkan beban yang harus disalurkan untuk sampai ke tanah oleh masing-masing soko cukup berat. Sebenarnya beban yang dipikul oleh soko dapat dihitung, yaitu dengan cara mengetahui luas area penutup atap yang disokong oleh masing-masing soko. Luas area tersebut kemudian dikalikan dengan beban atap per meter persegi, sehingga didapat beban atap yang harus



dipikul oleh masing-masing soko atau tiang.Akibatnya, jumlah beban yang disalurkan oleh soko tersebut harus lebih kecil dibandingkan dengan tegangan tanah per sentimeter persegi. Bila beban yang disalurkan oleh soko lebih besar dari tegangan tanah, maka pondasi akan melesak. 4. Menerapkan Model Joglo Sekarang ini konsep pembangunan atap joglo sulit diterapkan, karena kayu yang dibutuhkan memiliki syarat-syarat tertentu dan cara pembangunannya pun membutuhkan kesabaran yang tinggi. Sementara itu, beberapa tiang yang disyaratkan konstruksi atap joglo, tidak dapat dihilangkan karena memiliki nilai filosofi dan fungsi tertentu. Filofosi atap joglo mengharuskan hadirnya soko sebagai kolom-kolom pembagi ruang.Pembagian ruang menjadi tidak fleksibel karena adanya tiang-tiang atau soko sebagai penyalur beban atap.Bila tetap ingin menggunakan filosofi konstruksi atap joglo, pembagian ruang-ruangnya pun harus mengikuti letak dari soko tersebut. Kesulitan timbul apabila luasan ruang yang tercipta dari soko tersebut lebih kecil dari kebutuhan penghuni.Cara memperluas ruang misalnya dengan memundurkan dinding pembagi ruang sampai beberapa meter. Namun, apa yang terjadi? Soko akan berada di tengah-tengah ruang. Padahal, tidak nyaman jika tiang-tiang tersebut berada di tengah-tengah ruang.Selain itu, karena keterbatasan lahan, rumah jaman sekarang biasanya memiliki dimensi lebih kecil dibandingkan rumah jaman dahulu.Menempatkan tiang atau soko di tengah ruangan yang kecil jelas tidak bijaksana.Agar keinginan menerapkan konstruksi atap joglo masih dapat dilaksanakan, maka sah saja apabila menggunakan model atap joglo tetapi menggunakan konstruksi atap limasan.Ini salah satu alternatif agar pembagian ruang masih fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan penghuni, tetapi masih dapat memakai atap model joglo.(Rita Laksmitasari/www.tabloidrumah.com) 5. Karakteristik Rumah Joglo adat Jawa tengah a. Bentuk Rumah Orang Jawa menyebut rumah omah yang berarti tempat tinggal.Bentuknya empat persegi panjang atau bujur sangkar.Bentuk rumah joglo merupakan bentuk rumah tradisional Jawa yang paling sempurna.Bangunan ini memiliki bentuk dan teknik



pembuatan



tinggi,



sehingga



tampak



sangat



megah



dan



artistik.Keistimewaan rumah joglo terletak pada empat soko guru yang menyangga blandar tumpang sari.Kemudian bagian kerangka yang disebut



brunjung yaitu bagian atas keempat soko guru atau tiang utama sampai bubungan yang disebut molo atau suwunan.Oleh karenanya rumah joglo banyak membutuhkan



kayu



sebagai



bahan



bangunannya.



Rumah tradisional Jawa bukanlah berbentuk panggung.Sebagai fondosi (bebatur) dibuat dari tanah yang ditinggikan dan dipadatkan atau diperkeras, yang menurut istilah setempat disebut dibrug.Tiang rumah didirikan di atas ompak, yaitu alas tiang dari batu alam berbentuk persegi empat, bulat atau segi delapan.Pada mulanya rumah joglo hanya bertiang empat seperti yang ada di bagian tengah rumah joglo jaman sekarang (soko guru).Selanjutnya joglo diberi tambahan pada bagian samping dan bagian lain, sehingga tiangnya bertambah sesuai dengan kebutuhan. b.



Susunan



Ruangan



Dari halaman depan, pertama-tama yang kita temui adalah ruangan lepas terbuka yang disebut pendopo. Ruang ini berfungsi sebagai tempat menerima tamu, pertemuan bila ada musyawarah serta kegiatan kesenian seperti menari, bermain sandiwara atau pementasan wayang.Pada bagian pinggir pendopo, yaitu bagian emperannya dahulu tempat anak-anak perempuan bermain dakon.Pada waktu ada upacara



atau



pagelaran



kesenian,



pendopo



ini



menjadi



tempat



pertunjukkan.Sementara para undangan duduk di bagian kanan dan kiri ruang pendopo.Ruang terdepan diperuntukkan bagi iringan gamelan atau musik pemilik rumah beserta keluarga duduk dalam ruangan pendopo menghadap keluar searah bangunan.Selanjutnya masuk ke ruangan tengah yang disebut pringgitan, tempat untuk mementaskan wayang (pringgit).Kadang-kadang antara pendopo dan pringgitan dibuat terpisah oleh gang kecil yang disebut longkangan.Ruang tersebut digunakan untuk jalan kendaraan kereta atau mobil keluarga. Bila pendopo bersambung dengan pringgitan, maka untuk pemberhentian kendaraan dibuat di depanpendopo, yang disebut kuncung. Dari ruang tengah kemudian menuju ruang belakang, yang disebut dalem atau omah jero.Ruangan ini berfungsi sebagai ruang keluarga atau tempat menerima tamu wanita.Di kala ada pementasan wayang kulit, dahulu wanita hanya diperbolehkan menyaksikan di balik kelir, di ruangan ini.Di dalem atau rumah jero, terdapat tiga buah kamar atau senthong yaitu senthong kiwo (kiri), senthong tengah dan



senthong



tengen



(kanan).



Pada para petani, senthong kiwo berfungsi untuk menyimpan senjata atau barangbarang keramat.Senthong tengah untuk menyimpan benih atau bibit akar-akaran atau gabah.Sedangkan senthong tengen untuk ruang tidur.Kadang-kadang senthong tengah dipakai pula untuk berdoa dan pemujaan kepada Dewi Sri.Oleh karenanya disebut juga pasren atau petanen.Senthong tengah tersebut diberi batas kain yang disebut langse atau gedhek, berhias anyaman yang disebut patang aring.Pada rumah joglo milik bangsawan, senthong tengah ini berisi bermacam-macam benda lambang (perlengkapan) yang mempunyai kesatuan arti yang sakral (suci).Setiap benda memiliki arti lambang kesuburan dan kebahagiaan rumah tangga.Sebelah kiri, kanan dan belakang senthong terdapat gandhok, yaitu bangunan kecil yang digunakan untuk tempat tinggal kerabat.Bila ada upacara atau kenduri, gandhok ini dipakai untuk tempat para wanita mengerjakan segala keperluan dan persiapan upacara terutama mengatur makanan yang sudah dimasak di dapur.Dapur (pawon) terletak di belakang dalem, yang selain untuk memasak, juga berfungsi sebagai tempat menyimpan perkakas dapur serta bahan makanan seperti kelapa, palawija, beras dan sebagainya.Antara gadhok kiri dan kanan dengan dalem, dibuat gerbang kecil yang disebut seketheng. c.



Ragam



Hias



Fungsi hiasan pada suatu bangunan adalah untuk memberi keindahan, yang diharapkan dapat memberi ketentraman dan kesejukan bagi yang menempatinya. Pada orang Jawa di Yogyakarta, hiasan rumah tersebut banyak diilhami oleh flora, fauna, dan alam.Pada alas tiang yang disebut umpak, biasanya diberi hiasan terutama umpak pada soko guru.Hiasan tersebut berupa ukiran bermotif bunga mekar, yang disebut Padma.Padma adalah bunga teratai merah sebagai lambang kesucian, kokoh dan kuat yang tidak mudah tergoyahkan oleh segala macam bencana yang menimpanya.Ragam hias lung-lungan merupakan ragam hias yang paling banyak dijumpai.Lung-lungan berarti batang tumbuh-tumbuhan melata yang masih muda. Hiasan ini biasanya diukirkan pada kayu, banyak mengambil gambar bunga teratai, bunga melati, daun markisa dan tanaman lain yang bersifat melata. Semua hiasan itu memberi arti ketentraman, di samping sifat wingit dan angker.Ragam hias saton dan tlacapan merupakan dua kesatuan yang tidak terpisahkan, memberi arti persatuan dan kesatuan.Ragam hias nanasan, mengambil



contoh buah nanas yang penuh duri, melambangkan bahwa untuk mendapat sesuatu yang diinginkan, harus mampu mengatasi rintangan yang penuh duri.Ragam hias yang banyak bernuansa fauna banyak mengambil gambar burung garuda, ayam jago, kala, dan ular.Burung garuda merupakan jenis burung yang paling besar yang mampu terbang tinggi di angkasa, melambangkan pemberantas kejahatan.Biasanya ragam hias garuda dipadukan dengan ragam hias ular, karena ular mempunyai unsur jahat.Ragam hias jago yang mengambil gambar ayam jago, memiliki arti penghuni rumah mempunyai andalan pada berbagai bidang, baik anak laki-laki maupun perempuan, sebab andalan itu merupakan kebanggaan seluruh keluarga.Ragam



hias



perwujudan



alam



berupa



gunung,



matahari,



dan



sebagainya.Ragam hias gunungan berarti hiasan yang bentuknya mirip dengan gunung.Gunungan merupakan lambang alam semesta dengan puncaknya yang melambangkan pula keagungan dan keesaan.Sedangkan kayon atau pohonnya melambangkan tempat berlindung dan ketentraman.Dengan demikian ragam hias tersebut memberi arti bahwa keluarga yang menempati rumah itu dapat berteduh dan mendapatkan ketentraman, keselamatan serta dilindungi Tuhan Yang Maha Kuasa.Ragam hias praba berarti sinar, mengandung arti menyinari tiang-tiang yang terpancang di rumah tersebut, sehingga dapat menyinari rumah secara keseluruhan.Ragam hias mega mendhung berarti awan putih dan awan hitam.Mega mendhung melambangkan dua sisi yang berbeda, seperti ada siang ada malam, laki-laki dan perempuan, baik dan buruk, tegak dan datar, hidup dan mati dan sebagainya.Dengan



demikian



ragam



hias



tersebut



mengandung



makna



bahwasannya manusia dalam hidup di dunia ini harus selalu ingat bahwa di dunia ini ada dua sifat yang sangat berbeda, oleh karenanya setiap manusia harus mampu membedakan keduanya dan mana yang lebih bermanfaat dalam hidup sebagai pilihan. Sumber: www.hupelita.com Fungsi Rumah joglo Bentuk rumah tradisional jawa selalu berbentuk Joglo yang bermacam macam jenisnya, namun selalu menerapkan prinsip yang sama, yaitu membagi ruangan menjadi lima bagian 1.Teras atau Pendopo



Terletak di depan, fungsi utamanya untuk menerima tamu. Bagian ini selalu terbuka tanpa pembatas ruangan. Keterbukaan ini bukannya tanpa maksud. Ini melambangkan hangatnya pribadi Jawa yang senantiasa terbuka dan mengutamakan kerukunan serta kebersamaan. Juga melambangkan keakraban antara yang punya rumah dan tamu yang berkunjung. Ruangan ini juga digunakan untuk membicarakan segala macam masalah yang bersifat keduniawian. Misalanya membicarakan masalah pekerjaan, bisnis, dll. Bentuknya yang terbuka juga merupakan penyesuaian terhadap kondisi lingkungan yang beriklim tropis. Salah satu bentuk penyesuaian terhadap kondisi tersebut dengan membuat teras depan yang luas, terlindung dari panas matahari oleh atap gantung yang lebar, mengembang ke segala sudut yang terdapat pada atap joglo 2. Pringgitan. (dari kata ringgit artinya wayang ). Sebenarnya ruangan ini masih termasuk wilayah publik. Pada jaman dahulu ruangan ini sering digunakan untuk mengadakan pertunjukan wayang kulit atau upacara tradisional lainnya. 3. Dalem Agung Bentuknya persegi dan tertutup dinding pada keempat sisinya. Bagian ini merupakan bagian yang terpenting dalam rumah tradisional Jawa. Disamping ruangan ini ada tiga kamar, yaitu ruang kiri untuk tidur anggota keluarga laki laki, dan ruang kanan untuk tidur anggota keluarga perempuan. Kemudian ada lagi ruang tengah yang dinamakan krobongan , yang menjadi ruang istimewa dalam bangunan ini. Ada yang berpendapat bila krobongan adalah ruang terpisah meski masih dalam satu lingkup dalem agung. 4. krobongan seperti telah diterangkan di atas bahwa krobongan adalah ruang istimewa dalam rumah tradisional jawa. Fungsi utama ruangan ini adalah untuk menyimpan berbagi bentuk pusaka yang punya kekuatan magis. Pemilik rumah bila sedang ingin melakukan doa kepada Tuhan atau semedi juga melakukannya di dalam ruangan sakral ini.



Di dalam krobongan juga terdapat ranjang , kasur, bantal serta guling. Kegunaan dari benda benda ini bukan sebagai peralatan untuk tidur, namun sebagai simbol penyatuan hubungan cinta antara laki laki dan perempuan. Selain benda tersebut juga dapat ditemukan patung pengantin Jawa yang melambangkan kebahagiaan dan kesuburan suami istri. Krobongan merupakan ruang khusus yang dibuat sebagai penghormatan terhadap Dewi Sri yang dianggap sangat berperan dalam semua sendi kehidupan masyarakat Jawa. 5. Gandhok atau Pawon/pekiwan Letaknya di bagian paling belakang dan memanjang dari kiri ke kanan. Fungsinya untuk memasak dan kamar mandi. Meski terlihat sederhana, namun bagian ini juga merupakan bagian yang bersifat pribadi dan memiliki nilai kesakralan juga. Setelah mengenal bagian-bagian ruangan dalam bangunan rumah tradisional Jawa yang penuh makna dan simbol itu, kita jadi mengerti bahwa kehidupan di dunia ini akan mencapai kesempurnaan bila terjadi keseimbangan antara kehidupan yang bersifat keduniawian dan dan kehidupan yang bersifat kerohanian. Rumah tradisi Jawa banyak mempengaruhi rumah tradisi lainnya, diantaranya rumah abu (bangunan yang didirikan oleh keluarga semarga dan digunakan sebagai rumah sembahyang dan rumah tinggal untuk menghormati leluhur etnis Cina). Oleh karena itu, struktur rumah abu memiliki banyak persamaan dengan rumah tradisi Jawa dalam berbagai segi. Bangunan atau rumah tradisi tidak hanya dibangun sebagai tempat tinggal tetapi juga diharapkan



membawa



kebahagiaan



dan



kesejahteraan



bagi



penghuninya



melalui



pernggabungan unsur makrokosmos dan mikrokosmos di dalam rumah tersebut. Dengan demikian diharapkan keseimbangan hidup tercapai dan membawa dampak positif bagi penghuninya. Mendalami unsur filosofi dalam rumah tradisi Jawa membuka kemungkinan usaha generasi muda sebagai pewaris kebudayaan di masa yang akan datang untuk memelihara dan melestarikan warisan generasi pendahulunya. KELEBIHAN Arsitektur Joglo Tahan Gempa Minggu, 13 Februari 2011 11:34



rumah Joglo adalah rumah arsitektur tradisional Jawa. rumah tradisional ini dibangun oleh nenek moyang suku Jawa sejak lama. Tidak hanya asal bangun, rumah Joglo mengandung falsafah yang sarat makna dan nilai-nilai sosiokultural. Selain itu, rumah Joglo juga dikenal memiliki desain yang megah dan indah. Namun ternyata ada satu kelebihan lain pada arsitektur



bangunan



joglo.



rumah



ini



juga



dapat



meredam



gempa.



Bangunan ini dicirikan dengan pemakaian konstruksi atap yang kokoh dan berbentuk lengkungan-lengkungan yang terpisah pada satu ruang dengan ruang lainnya. Sebuah rumah joglo terbangun dari empat tiang utama. Struktur joglo yang seperti itu, selain sebagai penopang



struktur



utama



rumah,



juga



sebagai



tumpuan



atap



rumah.



Bangunan tradisional joglo banyak memakai elemen natural. Kemampuannya dalam meredam gempa karena sistim struktur yang digunakan. Struktur joglo adalah berupa rangka yang memperlihatkan batang-batang kayu yang disusun dengan menerapkan bentuk mirip tenda. Hal ini didasarkan pada sistim dan sifat sambungan kayu yang digunakan, semuanya bersifat



mengantisipasi



gaya



tarik.



Singkatnya, kemampuannya meredam gempa adalah karena antarstruktur dan materialnya saling berkait, dan juga karena sambungan antarkayunya yang tidak kaku. Hal ini membuat bangunannya



fleksibel



dan



memiliki



toleransi



tinggi



terhadap



gempa.



Hal lain yang membuatnya dapat meredam guncangan gempa adalah sistem tumpuan dan sambungannya. Sistem tumpuan bangunan joglo menggunakan sendi. Hal ini berfungsi mengimbangi struktur atas yang bersifat jepit. Sistem sambungannya yang tidak memakai paku, tetapi menggunakan lidah alur yang memungkinkan toleransi terhadap gaya-gaya yang bekerja pada batang-batang kayu. Toleransi ini menimbulkan friksi, sehingga bangunan dapat akomodatif



menerima



gaya-gaya



gempa.



Tidak hanya itu, kemampannya meredam gempa adalah juga karena material yang digunakan. Joglo menggunakan kayu untuk dindingnya, dan genteng tanah liat untuk atapnya. Material ini baik karena bersifat ringan sehingga relatif tidak terlalu membebani bangunan. Penutup atap yang digunakan juga berupa jerami, daun kelapa, daun tebu, sirap, dan ilalang yang sifatnya ringan.



KELEBIHAN RUMAH JOGLO 1. Arsitekturnya tahan gempa atau dapat meredam gempa. 2. rumah Joglo mengandung falsafah yang sarat makna dan nilai-nilai sosiokultural. Selain itu, rumah Joglo juga dikenal memiliki desain yang megah dan indah.



Arsitektur Rumah – Rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal dan melepas lelah setelah seharian beraktivitas, namun terkadang rumah menjadi sebuah symbol status bagi pemaliknya, hal tersebut tak hanya terjadi pada masyarakat kini , bahkan pada zaman dahulu pun telah berlangsung seperti itu. tak jarang banyak orang yg mendesain tempat tinggalnya senyaman mungkin bahkan tak jarang yg menghabiskan banyak dana tuk membangun arsitektur rumah yg sesuai dgn keinggian dari sang empunya. Salah satu arsitektur rumah yg bertahan dan menjadi sebuah symbol tersebut adalah arsitektur rumah joglo. Tak sekedar indah dan megah arsitektur rumah joglo pun menyimpan nilai sejarah dan sosiokultural dan dalam perkembangannya arsitektur rumah joglo terbukti tahan agan gempa bumi dan tentunya dalam skala tertentu. Arisitektur rumah Joglo merupakan hasil dari bangunan utama dari rumah adat Kudus yg berarti soko guru berupa empat tiang utama dgn pengeret tumpang songo (tumpang sembilan) atau tumpang telu (tumpang tiga) di atasnya. Arsitektur rumah joglo yg seperti itu, disamping tuk penygga struktur utama rumah, namun juga sebagai tumpuan atap rumah agar atap rumah bisa berbentuk pencu. Dalam arsitektur bangunan rumah joglo, seni arsitektur tak hanya sebagai pemahaman seni konstruksi rumah, juga merupakan refleksi nilai dan norma masyarakat pendukungnya. Kecintaan manusia pada cita rasa keindahan, bahkan sikap religiusitasnya terefleksikan dalam arsitektur rumah dgn gaya ini. Biasanya Tuk membedakan status sosial pemilik rumah, kehadiran bentangan dan tiang penygga dgn atap bersusun yg biasanya dibiarkan menyerupai warna aslinya menjadi ciri khas dari kehadiran sebuah pendopo dalam rumah dgn gaya ini. Pada perkembangannya, ternyata arsitektur rumah joglo dipercaya lebih tahan gempa dibanding dgn rumah lainnya, hal Itu dikarenakan arsitektur rumah joglo memiliki keterkaitan antarstruktur dan materialnya, sambungan antarkayu yg tidak kaku sehingga fleksibel dan mempunyai toleransi tinggi terhadap gempa. Dalam arsitektur rumah joglo mempunyai soko guru (tiang utama) 4 buah dan 12 buah soko pengarak. Ruang yg dihasilkan melalui keempat soko guru dikenal dengan rong-rongan, yg menjadi struktur inti joglo. Soko-soko guru yang direkatkan oleh balok-balok (blandar-



pengeret dan sunduk-kili) dan dihimpun-kakukan dengan susunan kayu yg berbentuk punden berundak terbalik di tepi (tumpangsari) dan menjadi bentuk piramida di tengah (brunjung). Desain kayu ini bersifat jepit dan menciptakan kekakuan sangat rigid. Soko-soko pengarak di peri-peri dipandang sebagai pendukung struktur inti. Faktor ketiga ialah sistem tumpuan dan sistem sambungan. Sistem tumpuan dalam arsitektur rumah joglo menggunakan umpak yg bersifat sendi. Hal ini tuk mengimbangi perilaku struktur atas yg bersifat jepit. Sistem sambungannya yg tidak memakai paku, tetapi memakai sistem lidah alur, memungkinkan toleransi terhadap gaya-gaya yg bekerja pada batang-batang kayu. Toleransi ini menimbulkan friksi sehingga bangunan dapat akomodatif menerima gaya-gaya gempa. Faktor memilih dan menggunakan bahan bangunan dalam pembanguna rumah joglo merupakan faktor keempat. Menggunakan kayu tuk dinding (gebyok) dan genteng tanah liat tuk atap disebabkan material ini bersifat ringan sehingga relatif tidak terlalu membebani bangunan. Sumber: deskonstruksi.wordpress.com arsitektur tradisional jawa Posted by presty larasati in all about architecture, arsitektur tradisional November 21, 2007 Rumah Tradisional Jawa Rumah merupakan sesuatu yang penting karena mencerminkan papan (tempat tinggal), disamping dua macam kebutuhan lainnya yaitu sandang (pakaian) dan pangan (makanan). Karena rumah berfungsi untuk melindungi dari tantangan alam dan lingkungannya. Selain itu rumah tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan utamanya saja. Tetapi dipergunakan untuk mewadahi semua kegiatan dan kebutuhan yang ada di dalam rumah tersebut. Rumah Jawa lebih dari sekedar tempat tinggal. Masyarakat Jawa lebih mengutamakan moral kemasyarakatan dan kebutuhan dalam mengatur warga semakin menyatu dalam satu kesatuan. Semakin lama tuntutan masyarakat dalam keluarga semakin berkembang sehingga timbullah tingkatan jenjang kedudukan antar manusia yang berpengaruh kepada penampilan fisik rumah suatu keluarga. Lalu timbulah jati diri arsitektur dalam masyarakat tersebut.



Rumah Jawa merupakan lambang status bagi penghuninya dan juga menyimpan rahasia tentang kehidupan sang penghuni. Rumah Jawa merupakan sarana pemiliknya untuk menunjukkan siapa sebenarnya dirinya sehingga dapat dimengerti dan dinikmati orang lain. Rumah Jawa juga menyangkut dunia batin yang tidak pernah lepas dari kehidupan masyarakat Jawa. Bentuk dari rumah Jawa dipengaruhi oleh 2 pendekatan yaitu :  Pendekatan Geometrik yang dikuasai oleh kekuatan sendiri  Pendekatan Geofisik yang tergantung pada kekuatan alam lingkungan. Kedua pendekatan itu akhirnya menjadi satu kesatuan. Kedua pendekatan mempunyai perannya masing-masing, situasi dan kondisi yang menjadikan salah satunya lebih kuat sehingga menimbulkan bentuk yang berbeda bila salah satu peranannya lebih kuat. Rumah Jawa merupakan kesatuan dari nilai seni dan nilai bangunan sehingga merupakan nilai tambah dari hasil karya budaya manusia yang dapat dijabarkan secara keilmuan. Bentuk rumah tradisional jawa dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan bentuk. Secara garis besar tempat tinggal orang jawa dapat dibedakan menjadi: 1. Rumah Bentuk Joglo 2. Rumah Bentuk Limasan 3. Rumah bentuk Kampung 4. Rumah Bentuk Masjid dan Tajug atau Tarub 5. Rumah bentuk panggang Pe Rumah JOGLO Dibanding 4 bentuk lainnya, rumah bentuk joglo merupakan rumah joglo yang dikenal masyarakat pada umumnya. Rumah Joglo ini kebanyakan hanya dimiliki oleh mereka yang mampu. Hal ini disebabkan rumah bentuk joglo membutuhkan bahan bangunan yang lebih banyak dan mahal daripada



rumah bentuk yang lain. Masyarakat jawa pada masa lampau menganggap bahwa rumah joglo tidak boleh dimiliki oleh orang kebanyakan, tetapi rumah joglo hanya diperkenankan untuk rumah kaum bangsawan, istana raja, dan pangeran, serta orang yang terpandang atau dihormati oleh sesamanya saja. Dewasa ini rumah joglo digunakan oleh segenap lapisan masyarakat dan juga untuk berbagai fungsi lain, seperti gedung pertemuan dan kantor-kantor. Banyak kepercayaan yang menyebabkan masyarakat tidak mudah untuk membuat rumah bentuk joglo. Rumah bentuk joglo selain membutuhkan bahan yang lebih banyak, juga membutuhkan pembiayaan yang besar, terlebih jika rumah tersebut mengalami kerusakan dan perlu diperbaiki. Kehidupan ekonomi seseorang yang mengalami pasang surut pun turut berpengaruh, terutama setelah terjadi penggeseran keturunan dari orang tua kepada anaknya. Jika keturunan seseorang yang memiliki rumah bentuk joglo mengalami penurunan tingkat ekonomi dan harus memperbaiki serta harus mempertahankan bentuknya, berarti harus menyediakan biaya secukupnya. Ini akan menjadi masalah bagi orang tersebut. Hal ini disebabkan adanya suatu kepercayaan, bahwa pengubahan bentuk joglo pada bentuk yang lain merupakan pantangan sebab akan menyebabkan pengaruh yang tidak baik atas kehidupan selanjutnya, misalnya menjadi melarat, mendatangkan musibah, dan sebagainya. Pada dasarnya, rumah bentuk joglo berdenah bujur sangkar. Pada mulanya bentuk ini mempunyai empat pokok tiang di tengah yang di sebut saka guru, dan digunakan blandar bersusun yang di sebut tumpangsari. Blandar tumpangsari ini bersusun ke atas, makin ke atas makin melebar. Jadi awalnya hanya berupa bagian tengah dari rumah bentuk joglo zaman sekarang. Perkembangan selanjutnya, diberikan tambahan-tambahan pada bagian-bagian samping, sehingga tiang di tambah menurut kebutuhan. Selain itu bentuk denah juga mengalami perubahan menurut penambahannya. Perubahan-perubahan tadi ada yang hanya bersifat sekedar tambahan biasa, tetapi ada juga yang bersifat perubahan konstruksi. Dari perubahan-perubahan tersebut timbulah bentuk-bentuk rumah joglo yang beraneka macam dengan namanya masing-masing. Adapaun, jenis-jenis joglo yang ada, antara lain : joglo jompongan, joglo kepuhan lawakan, joglo ceblokan, joglo kepuhan limolasan, joglo sinom apitan, joglo pengrawit, joglo kepuhan apitan, joglo semar tinandu, joglo lambangsari, joglo wantah apitan, joglo hageng, dan joglo mangkurat.



Kelebihan Rumah Joglo Rumah joglo dilihat dari aspek kesehatan A. Perhawaan Penghawaan pada rumah joglo ini dirancang dengan menyesuaikan dengan lingkungan sekitar. rumah joglo, yang biasanya mempunyai bentuk atap yang bertingkattingkat, semakin ke tengah, jarak antara lantai dengan atap yang semakin tinggi dirancang bukan tanpa maksud, tetapi tiap-tiap ketinggian atap tersebut menjadi suatu hubungan tahap-tahap dalam pergerakan manusia menuju ke rumah joglo dengan udara yang dirasakan oleh manusia itu sendiri. Saat manusia berada pada rumah joglo paling pinggir, sebagai perbatasan antara ruang luar dengan ruang dalam, manusia masih merasakan hawa udara dari luar, namun saat manusia bergerak semakin ke tengah, udara yang dirasakan semakin sejuk, hal ini dikarenakan volume ruang di bawah atap, semakin ke tengah semakin besar. Seperti teori yang ada pada fisika bangunan, Sistem penghawaan pada joglo lambangsari ini, seperti pada sistem penghawaan joglo pada umumnya, angin/udara bergerak sejajar, di seluruh ruang terbuka, pada bagian ruang bagian tengah, yang dibatasi tiang utama/saka guru, udara bergerak ke atas, namun kembali bergerak ke bawah. Hal ini terjadi karena joglo lambangsari tidak memiliki lubang ventilasi, karena memang di desain untuk atap menerus. Efek volume sebenarnya memanfaatkan prinsip bahwa volume udara yang lebih besar akan menjadi panas lebih lama apabila dibandingkan dengan volume udara yang kecil. Saat manusia kembali ingin keluar, udara yang terasa kembali mengalami perubahan, dari udara sejuk menuju udara yang terasa diluar ruangan. Dapat dilihat kalau penghawaan pada rumah joglo, memperhatikan penyesuaian tubuh manusia pada cuaca disekitarnya. B. Syarat-syarat kesehatan 1. Aman Aman dalam artian memenuhi standart minimal scara teknis konstrusi rumah yang dipersyaratkan. b. Lokasi (lahan) tanah dan letak dimana tempat suatu bangunan rumah akan didirikan contoh mis, tempat tersebut dekat dengan pabrik yang banyak mengeluarkan limbah baik udara, limbah cair yang tentu saja membahayakan kesehatan manusia (penghuninya) sudah banyak hal-hal yang terjadi, dan masih banyak lagi contoh lainnya. 2. Nyaman



Nyaman disini dalam artian bagi penghuninya akan merasa nyaman, tenang, aman dari gangguan lahir maupun batin, gangguan lahir mis; letaknya bersebelahan dengan pasar kenapa pasar? Dikarenakan tempat konsentrasinya berbagai macam manusia, menurut agama islam pasar adalah tempat yang strategis bagi golongan syetan untuk menjalankan misi licik dan jahatnya agar yang berkunjung terjerumus dalam tipu muslihat jual/ beli, disamping kurang tenang juga ada hal-hal lain. Gangguan batin mis; tata letak bangunan diluar maupun didalamnya yang kurang pas salah satunya letak kamar mandi berhadapan dengan kamar makan dan juga bila menggunakan perhitungan adat Jawa dan feng sui. 3. Sehat Sehat dalam artian secara teknis sistim sirkulasi udara dan sanitasi pembuangan air limbah, sampah terpenuhi.