Kak Posbindu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS KESUGIHAN KECAMATAN PULUNG Jl.Raya Kesugihan-Jenangan No.3 Telp(0352)571092 Email : [email protected] PULUNG Kode Pos 63481



KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) POSBINDU PTM PUSKESMAS KESUGIHAN TAHUN 2018



I. PENDAHULUAN Tujuan pembangunan kesehatan sesuai UU kesehatan No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi seluruh masyarakat Indonesia sehingga memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Berdasarkan hal tersebut di atas, menunjukkan bahwa pembangunan di sektor sektor kesehatan perlu terus dilakukan termasuk bidang perbaikan dan peningkatan status kesehatan masyarakat melalui Posbindu PTM. Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) adalah kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor resiko PTM terintegrasi (Penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes, penyakit paru obstruktif akut dan kanker) serta gangguan akibat kecelakaan dan tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang dikelola oleh masyarakat melalui pembinaan terpadu. Posbindu PTM adalah bentuk peran serta masyarakat (kelompok masyarakat, organisasi, industri, kampus, instansi, sekolah dll) dalam upaya promotif dan preventif untuk mendeteksi dan pengendalian dini keberadaan faktor resiko penyakit tidak menular secara terpadu. II. LATAR BELAKANG Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh dunia, di mana sekitar 29 juta (80%) justru terjadi di negara yang sedang berkembang (WHO, 2010). Peningkatan kematian akibat PTM di masa mendatang diproyeksikan akan terus terjadi sebesar 15% ( 44 juta kematian) dengan rentang waktu antara tahun 2010 dan 2020. Kondisi ini timbul akibat perubahan perilaku manusia dan lingkungan yang cenderung tidak sehat terutama pada negara-negara berkembang. Pada awal perjalanan PTM seringkali tidak bergejala dan tidak menunjukkan tanda klinis secara khusus sehingga datang sudah terlambat atau pada stadium lanjut akibat tidak mengetahui dan menyadari kondisi kelainan yang terjadi pada dirinya. Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 menunjukan bahwa 69,6% dari kasus diabetes melitus dan 63,2% dari kasus hipertensi masih belum terdiagnosis. Keadaan ini



mengakibatkan penanganan menjadi sulit, terjadi komplikasi bahkan berakibat kematian lebih dini. Dalam kurun waktu tahun 1995 -2007, kematian akibat PTM mengalami peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5%. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit Stroke 12,1 per 1000, Penyakit Jantung Koroner 1,5%, Gagal Jantung 0,3%, Diabetes Melitus 6,9%, Gagal Ginjal 0,2%, Kanker 1,4 per 1000, Penyakit Paru Kronik Obstruktif 3,7% dan Cidera 8,2%. PTM dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risikonya, yaitu merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan konsumsi minuman beralkohol. Mencegah dan mengendalikan faktor risiko relatif lebih murah bila dibandingkan dengan biaya pengobatan PTM. Pengendalian faktor risiko PTM merupakan upaya untuk mencegah agar tidak terjadi faktor risiko bagi yang belum memiliki faktor risiko, mengembalikan kondisi faktor risiko PTM menjadi normal kembali dan atau mencegah terjadinya PTM bagi yang mempunyai faktor risiko, selanjutnya bagi yang sudah menyandang PTM, pengendalian bertujuan untuk mencegah komplikasi, kecacatan dan kematian dini serta meningkatkan kualitas hidup,.Salah satu strategi pengendalian PTM yang efisien dan efektif adalah pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat. Masyarakat diberikan fasilitas dan bimbingan untuk ikut berpartisipasi dalam pengendalian faktor risiko PTM dengan dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan deteksi dini, monitoring faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya. Kegiatan ini disebut dengan Pos pembinaan terpadu (Posbindu) PTM. Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan monitoring faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Kegiatan Posbindu PTM diharapkan dapat meningkatkan sikap mawas diri masyarakat terhadap faktor risiko PTM sehingga peningkatan kasus PTM dapat dicegah. Sikap mawas diri ini ditunjukan dengan adanya perubahan perilaku masyarakat yang lebih sehat dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatantidak hanya pada saat sakit, melainkan juga pada keadaan sehat. Dalam menyelenggarakan Posbindu PTM diperlukan suatu pedoman yang dapat menjadi panduan bagi penyelenggaraan kegiatan bagi para pemangku kepentingan serta pelaksana di lapangan. III. TUJUAN KEGIATAN 1. Tujuan Umum : Terlaksananya pencegahan dan pengendalian faktor risiko PTM berbasis peran serta masyarakat secara terpadu, rutin dan periodic 2. Tujuan khusus : a.



Terlaksananya deteksi dini faktor risiko PTM



b.



Terlaksananya monitoring faktor risiko PTM



c.



Terlaksananya tindak lanjut dini



IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN A. KEGIATAN POKOK 1.



Wawancara.



2.



Pengukuran berat badan,tinggi badan,Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar perut, analisis lemak tubuh, dan tekanan darah.



3.



Pemeriksaan fungsi paru sederhana (Peakflowmeter)



4.



Pemeriksaan gula darah



5.



Pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida



6.



Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) oleh tenaga bidan terlatih



7.



Pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfemin urin



8.



Konseling dan penyuluhan



9.



Melakukan olah raga/aktifitas fisik bersama dan kegiatan lainnya.



10. Melakukan rujukan ke Puskesmas B. RINCIAN KEGIATAN 1. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara sederhana tentang riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta, aktifitas fisik, merokok, kurang makan sayur dan buah. Aktifitas ini dilakukan saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan sekali. 2. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar perut, analisis lemak tubuh, dan tekanan darah sebaiknya diselenggarakan 1 bulan sekali. 3. Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana (Peakflowmeter)



diselenggarakan 1



tahun sekali bagi yang sehat, sementara yang berisiko 3 bulan sekali dan penderita gangguan paru-paru dianjurkan 1 bulan sekali. 4. Kegiatan pemeriksaan gula darah bagi individu sehat paling sedikit diselenggarakan 3 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko PTM atau penyandang diabetes melitus paling sedikit 1 tahun sekali. Untuk pemeriksaan glukosa darah dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya). 5. Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi individu sehat disarankan 5 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko PTM 6 bulan sekali dan penderita dislipidemia/gangguan lemak dalam darah minimal 3 bulan sekali. Untuk pemeriksaan Gula darah dan Kolesterol darah dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ada di lingkungan kelompok masyarakat tersebut. 6. Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan sebaiknya minimal 5 tahun sekali bagi individu sehat, setelah hasil IVA positif, dilakukan tindakan pengobatan krioterapi, diulangi setelah 6 bulan, jika hasil IVA negatif dilakukan pemeriksaan ulang 5 tahun, namun bila hasil IVA positif dilakukan tindakan pengobatan krioterapi kembali. Pemeriksaan IVA dilakukan oleh bidan/dokter yang telah terlatih dan tatalaksana lanjutan dilakukan oleh dokter terlatih di Puskesmas. 7. Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfemin urin bagi kelompok pengemudi



umum



yang



dilakukan



oleh



tenaga



kesehatan



(dokter,



perawat/bidan/analis laboratorium dan lain nya). 8. Kegiatan konseling dan penyuluhan (diet, merokok, stress, aktifitas fisik dan lain-lain) dan penyuluhan kelompok termasuk sarasehan , harus dilakukan setiap pelaksanaan Posbindu PTM. Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko kurang bermanfaat bila masyarakat tidak tahu cara mengendalikannya.



9. Kegiatan aktifitas fisik dan atau olah raga bersama, sebaiknya tidak hanya dilakukan jika ada penyelenggaraan Posbindu PTM namun perlu dilakukan rutin setiap minggu. 10. Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya dengan pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk upaya respon cepat sederhana dalam penanganan pra-rujukan. V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN Kegiatan dilaksanakan menggunakan 5 meja. 1. MEJA 1



: Pendaftaran



2. MEJA 2



: Wawancara untuk menggali informasi faktor risiko keturunan dan



perilaku. 3. MEJA 3



: Pengukuran Tinggi Badan, Berat Badan, IMT, Lingkar Perut, Analisa



Lemak Tubuh 4. MEJA 4



: Pemeriksaan Tekanan Darah, Glukosa Darah, Kolesterol Total dan



Trigliserida, IVA, dll 5. MEJA 5



: Edukasi / Konseling



VI. SASARAN Masyarakat baik laki-laki atau perempuan yang usia ≥ 15 tahun yang memiliki atau tidak memiliki faktor risiko. VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN Kegiatan Posbindu PTM dilaksanakan 3 bulan sekali untuk masing – masing pos. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Posbindu PTM terlampir. VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN · 1. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi kegiatan diakukan terhadap hal hal : a. Jadwal pelaksanaan b. Persiapan pelaksanaan c. Tempat pelaksanaan d. Jumlah peserta yang hadir e. Hasil pemeriksaan f.



Jalannya kegiatan



g. Petugas pelaksana (kader dan petugas kesehatan) 2. Pelaporan Pelaporan dilakukan dengan menggunakan format yang sudah tersedia IX. PENCATATAN DAN PELAPORAN POSBINDU PTM 1. Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan Posbindu PTM dilakukan secara manual dan/atau menggunakan sistem informasi manajemen PTM oleh Petugas Pelaksana Posbindu PTM maupun oleh Petugas Puskesmas. 2. Petugas Puskesmas mengambil data hasil pencatatan posbindu PTM atau menerima hasil pencatatan dari petugas pelaksana posbindu PTM.



3. Hasil pencatatan ini dianalisis untuk digunakan dalam pembinaan, sekaligus melaporkan ke instansi terkait secara berjenjang. 4. Hasil pencatatan dan pelaporan kegiatan posbindu PTM merupakan sumber data yang penting untuk pemantauan dan penilaian perkembangan kegiatan posbindu PTM. 5. Laporan hasil kegiatan bulanan/ triwulan/ tahunan yang berisi laporan tingkat perkembangan Posbindu PTM, proporsi faktor risiko PTM, cakupan kegiatan Posbindu di tingkat Puskesmas, kab /kota, provinsi dan nasional. 6. Melalui kegiatan surveilans faktor risiko PTM berbasis posbindu PTM, dilakukan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap faktor risiko PTM secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada peserta, penyelengara program maupun pihak yang bertanggung jawab terhadap kegiatan posbindu PTM untuk dilakukan intervensi dalam rangka pengembangan kegiatan, pencegahan dan pengendalian faktor risiko PTM.



Ponorogo, 4 Januari 2018 Mengetahui Kepala Puskesmas Kesugihan



dr.Ahmad Firman NIP 19690829 200212 1 005



Yang membuat



Arif Budi Djatmoko



NIP.19780316 200312 1 009



JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN POSBINDU PTM TAHUN 2016 NO 1



2



3



4



5



6



7



8



9



10



11



12



13



14



15



TANGGAL



POSBINDU



DESA



PELAKSANA



16