Keadaan Umum Desa Surya Bahari [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Keadaan Umum Desa Surya Bahari Keadaan Geografis Desa Surya Bahari terletak di pesisir utara Pulau Jawa tepatnya di Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Berdasarkan data monografi dari Pemerintahan Desa, Luas wilayah Desa Surya Bahari adalah 272 Ha. Secara geografis, Desa Surya Bahari berada pada koordinat 03o46’51” N Latitude dan 98o42’44” E Longitude. Desa Surya Bahari berbatasan dengan beberapa wilayah, yaitu: (1) Sebelah utara Desa Surya Bahari berbatasan dengan Laut Jawa, (2) Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Buaran Mangga, (3) Sebelah timur berbatasan dengan Desa Sukawali, dan (4) Sebelah barat berbatasan dengan Desa Karang Serang. Jarak dari pusat pemerintahan desa/kelurahan dengan Ibukota Provinsi Banten sejauh 110 km, dengan Ibukota Kabupaten Tangerang sejauh 25 km dan berjarak 14 km dari Ibukota Kecamatan Pakuhaji. Luas wilayah Desa Surya Bahari adalah 277,5153 ha, seluruhnya merupakan dataran dengan ketinggian rata-rata 35 m di atas permukaan laut.



Gambar 1. Letak Desa Surya Bahari (ditandai dengan pointer merah) yang berdekatan dengan Laut Jawa Sumber: Google maps



Sebagian besar wilayah Desa Surya Bahari merupakan lahan sawah dan perikanan darat (empang). Sungai utama yang terdapat di Desa Surya Bahari adalah Sungai Cituis sebagai tempat bersandatnya perahu-perahu motor milik nelayan. Keberadaan desa ini di tepi Laut Jawa menghasilkan potensi perikanan yang cukup besar yang menjadi mata pencaharian utama sebagian besar warga Desa Surya Bahari (selain bertani), yaitu sebagai nelayan atau pedagang ikan.



Kependudukan Desa Surya Bahari terdiri atas empat dusun, yaitu: Dusun Cituis, Dusun Rawasaban, Dusun Encle,dan Dusun Sugri yang letaknya lebih jauh dari pantai. Masyarakat terdiri dari penduduk asli dan pendatang yang berasal dari berbagai daerah. Masyarakat di Desa Surya Bahari juga terdiri dari berbagai etnis, seperti Etnis Sunda, Betawi, Jawa, China dan lainlain. Agama mayoritas penduduk Desa Surya Bahari adalah Islam. Agama lain yang juga dianut oleh beberapa penduduk di Desa Surya Bahari adalah agama Kristen dan Budha. Mata pencaharian penduduk Desa Surya Bahari sebagian besar adalah sebagai nelayan dengan jumlah 2.750 orang. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Surya Bahari memiliki ketergantungan yang besar terhadap sektor perikanan. Selain itu, penduduk Desa Surya Bahari juga bekerja pada sektor-sektor lainnya secara rinci akan dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 2. Komposisi Penduduk Desa Surya Bahari Menurut Mata Pencaharian Tahun 2011 No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1. Petani 45 1,30 2. Penggarap 100 2,90 3. Buruh Tani 75 2,17 4. Nelayan 2750 79,50 5. Pedagang 300 8,68 6. Industri Kecil 100 2,90 7. Buruh Industri 45 1,30 8. Pertukangan 16 0,47 9. Pegawai Negeri Sipil 8 0,23 10. Pensiunan PNS 1 0,03



11. Perangkat Desa 18 0,52 Sumber: Data Monografi Desa Surya Bahari, 2011 Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa mata pencaharian terbesar ada di sektor perikanan atau lebih spesifik lagi terdapat pada sektor perikanan tangkap yaitu sebagai nelayan. Desa Surya Bahari memiliki potensi perikanan yang tinggi karena daerahnya yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Surya Bahari sudah cukup memadai dengan adanya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Cituis, Koperasi Unit Desa (KUD) Mina Samudera, tempat pengisian bahan bakar, dan dermaga. Dermaga Surya Bahari merupakan jalur transportasi masyarakat menuju pulau-pulau yang terdapat di sekitar wilayah perairan Laut Jawa atau sebaliknya. Kapal-kapal yang bersandar di dermaga Surya Bahari dioperasionalkan menuju Pulau Lancang, Tanjung Pasir, serta Kepulauan Seribu yang meliputi Pulau Tidung dan Pari.



Gambar 2. Dermaga Desa Surya Bahari Sumber: http://desa-suryabahari.blogspot.co.id/



Penyebaran PPI di Kota Tangerang Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) adalah sebagai suatu tempat bagi para nelayan untuk mendaratkan hasil tangkapannya atau pelabuhan perikanan dalam skala yang lebih kecil (Direktorat Jenderal Perikanan, 1991). PPI pada dasarnya tidak berbeda dengan pelabuhan perikanan (PP), hanya kualitas bobot kerja, produktifitas, kapasitas fasilitas yang lebih kecil dengan pelabuhan perikanan. Tangerang memiliki 7 PPI yang tersebar di berbagai kecamatan antara lain PPI Kronjo, Benyawakan, Ketapang, Karang Serang, Cituis, Tanjung Pasir dan Dadap. Dari 7 PPI yang ada, sebanyak 3 PPI tergolong baik yaitu PPI Cituis, PPI Tanjung Pasir, dan PPI Kronjo. PPI tersebut mempunyai Tempat Pelelangan Ikan (TPI), yang setiap harinya sangat aktif melelang ikan jika dibandingkan dengan 4 PPI lainnya.



Tabel 2. Penyebaran daerah PPI di Kab. Tangerang, 2008 No.



Nama PPI



Kecamatan



1



Kronjo



Kronjo



2



Benyawakan



Kemiri



3



Ketapang



Mauk



4



Karang Serang



Serang Sukadiri



5



Cituis



Pakuhaji



6



Tanjung Pasir



Teluk Naga



7



Dadap



Kosambi



Sumber : http://www.tangerangkab.go.id/



Keadaan Umum Pangkalan Pendaratan Ikan Cituis Tangerang PPI Cituis terletak di Desa Surya Bahari, Kecamatan Pakuhaji, Tangerang. Secara geografis PPI Cituis terletak pada posisi 61°58´ LS dan 106º34´33" BT. Menurut pemerintahan kabupaten Tangerang, batas wilayah PPI Cituis yang terletak di Desa Surya Bahari meliputi:



1) Sebelah utara berbatasan dengan Laut Utara Jawa; 2) Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Rawasaban; 3) Sebelah barat berbatasan dengan Desa Karang Serang; 4) Sebelah timur berbatasan dengan Desa Sukawali. Luas wilayah PPI Cituis sekitar ± 5 ha dengan lebar sungai 20 m dan panjang 1000 m. PPI Cituis merupakan pelabuhan tipe D yang terbentuk secara alami. Berdasarkan surat Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kab. Tangerang Nomor 523/620-Perk/1998 tanggal 17 Juli 1998, lokasi tersebut ditetapkan sebagai Pangkalan Pendaratan Ikan di Kabupaten Tangerang. PPI Cituis merupakan satu diantara tujuh PPI yang ada di kabupaten tangerang merupakan PPI yangmemiliki prospek perkembangan terbaik, karena ramainya transaksi pelelangan ikan dan fasilitas yang tersedia dapat memenuhi kebutuhan kegiatan perikanan antara lain SPDN, dermaga dan PDAM (Damayanti, et al., 2014). PPI Cituis juga terkenal sebagai tempat penjualan ikan laut segar dan ikan segar di Tangerang. Ikan segar merupakan komoditi utama dalam industri penangkapan ikan karena ikan segar adalah ikan yang belum atau tidak diawetkan dengan apapun kecuali semata-mata didinginkan dengan es. Selain ikan segar yang merupakan komoditi utama, di PPI Cituis juga terdapat pusat kegiatan pengolahan ikan diantaranya adalah ikan asin. Aktivitas perikanan di daerah ini merupakan penghasilan utama penduduk di daerah Cituis. Namun demikian, tingkat kesejahteraan nelayan di PPI Cituis ini belum dapat dikatakan sejahtera karena rata-rata pendapatan nelayan setempat berkisar Rp. 20.00035.000 rupiah per hari dengan jumlah tanggungan keluarga rata-rata lebih dari 5 orang. Dalam memenuhi kebutuhan nelayan sebagai pengguna jasa pelabuhan, sarana dan prasarana yang ada belum dikatakan baik seperti akses jalan menuju pelabuhan dirasakan sangat jauh dari jalan utama dengan kondisi jalan rusak dan becek, maka perlu adanya perbaikan oleh pihak pengelola agar para pengguna jasa pelabuhan dapat memperoleh kepuasan dalam pelayanan yang diberikan oleh pelabuhan tersebut.



Produksi Hasil Tangkapan Jenis ikan ekonomis yang dominan ditangkap oleh nelayan antara lain ikan biji nangka (Upeneus spp), cumi-cumi (Loligo spp), kurisi (Namipterus spp), kuwe (Caranx sp), pepetek (Leiognathidae), pari (Trigonidae), sebelah (Psettodidae), tiga waja (Johnius dussumieri), tengkek (Megalaspis cordyla), teri (Stelophorus spp), kembung (Rastrelliger spp) dan kuro (Polynemus spp). Ikan yang didaratkan di PPI Cituis tidak semuanya dilelang di TPI akan tetapi sebanyak 55% dijual kepada penampung/tengkulak. Hal ini disebabkan masih banyak nelayan yang terikat dengan para tengkulak. Nelayan meminjam dana untuk melaut dan nelayan harus membayar hutangnya dengan menjual hasil tangkapannya ke tengkulak dengan harga yang ditentukannya. Jenis-jenis ikan yang dijual ke tengkulak atau penampung antara lain ikan kembung (Rastrelliger spp), bilis (Pollachius pollachius), kurisi (Namipterus spp), teri (Stelophorus spp), bawal putih (Pampus argentus), bawal hitam (Formio niger), kakap merah (Lutjanus sp), tenggiri (Scomberomerus guttatus), layur (Trichiurus lepturus) dan udang (Penaeus monodon). Ikan-ikan tersebut termasuk ikan segar, ikan untuk konsumsi dan ikan untuk diolah yang telah dipesan oleh penampung sebelum ikan didaratkan. Produksi dan nilai produksi yang didaratkan di PPI Cituis dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ikan itu sendiri, kepelabuhanan perikanan dan factor penangkapan ikan. Faktor ikan adalah karakteristik dan habitat sumberdaya ikan yang berbeda-beda dapat mempengaruhi cara penangkapan dan cara penanganan setelah didaratkan. Cara penanganan ikan di atas kapal dan setelah didaratkan masih kurang. Di atas kapal, ikan hanya diberi es dan ditumpuk dalam palkah atau keranjang sehingga ikan-ikan tersebut dapat rusak. Pelayanan yang kurang cepat dalam menangani ikan yang didaratkan dapat menurunkan mutu hasil tangkapan. Selain itu ukuran ikan yang berbeda untuk setiap spesies akan mempengaruhi penanganan ikan baik dari cara penanganan, ukuran panjang atau wadah yang akan digunakan untuk menampungnya maupun jumlah es atau garam yang dipakai untuk mempertahankan mutu ikan agar dalam keadaan tetap segar selama dipasarkan. Ikan mempunyai sifat cepat mengalami kerusakan (highly perishable) sehingga diperlukan perhatian terhadap penempatan ikan setelah didaratkan. Ikan yang berukuran



besar tidak dibiarkan tercampur dengan ikan ukuran kecil (Pane, 2003). Namun penanganan ikan di atas kapal masih kurang, nelayan sering menumpuk hasil tangkapannya di dalam palkah atau keranjang tanpa memisahkan ikan dengan ukuran besar dan kecil. Selain ikan segar yang merupakan komoditi utama, di PPI Cituis juga terdapat pusat kegiatan pengolahan ikan diantaranya adalah ikan asin. Penjual pengolahan ikan asin memiliki pelanggan tersendiri yang setiap harinya datang, mulai dari pelanggan yang merupakan penjual ikan asin dipasar hingga distributor berskala nasional. Pengolahan ikan asin di PPI Cituis dikenal dengan kualitas ikan yang baik dan tanpa pengawet. Jenis ikan yang diolah menjadi olahan ikan asin diantaranya ikan Kapasan, Biji Nangka, Baronang kecil, Sangge, Perek, Marlin dan cumi.



Gambar XX. Proses pembersihan ikan sebelum diasinkan Sumber:



Ikan hasil tangkapan nelayan yang tidak laku pada pelelangan di rendam ke dalam air dan diberi garam kedalam rendamannya, setelah ditaburkan garam kemudian rendaman ikan di aduk hingga garam merata dan untuk mengetahui jika garam sudah merata adalah ikan akan mengapung seluruhnya kepermukaan. Seluruh kelompok pekerja ikan asin di



Desa Surya Bahari Tangerang Utara dalam mengolah ikan asin tidak menggunakan bahan pengawet, hampir seluruh kelompok pekerja pengolahan ikan asin menjadi anggota binaan Dinas Perikanan dan Kelautan. Dalam proses pengolahan ikan asin yang tidak menggunakan bahan pengawet sangat terlihat perbedaannya dalam tahap penjemuran, ikan asin yang tidak menggunakan bahan pengawet dalam proses penjemuran akan berubah warnanya dari semula namun jika pengolahan ikan asin menggunakan bahan pengawet (formalin) warna dari olahan ikan asin tidak akan berubah dari semula. Setelah dijemur selama 1-2 hari hingga mengering, ikan asin siap untuk dijual dan dipasarkan. Harga ikan asin berkisar dari Rp10.000 - Rp150.000 per kg. Ikan asin jenis campuran dan kapasan dijual dengan harga Rp10.000 dan ikan Marlin serta cumi dijual dengan harga Rp100.000 Rp150.000 per kg.



Gambar XX. Proses penjemuran ikan yang telah diasinkan Sumber: