Kelompok 2 Kejadian Dan Hakikat Manusia Menurut Ajaran Islam Yang Potensial Untuk Beriman, Bertakwa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH AGAMA KEJADIAN DAN HAKIKAT MANUSIA MENURUT AJARAN ISLAM YANG BERPOTENSIAL UNTUK BERIMAN, BERTAKWA DAN BERAKHLAK



DOSEN PEMBIMBING :



DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2 1. DELLA KHAIRUNNISA



(211014201039)



2. DENOVAL RIZALDI



(211014201027)



3. DHEVA RIMALIA YULIS (211014201016) 4. DINA ANGGRAINI



(211014201004)



5. DINDA WIRANDA



(211014201041)



YAYASAN PENDIDIKAN SUMATERA BARAT (YPSB) PADANG PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA BARAT LUBUK ALUNG 2021/2022



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah yang berjudul “Kejadian dan Hakikat Manusia Menurut Ajaran Islam Yang Potensial Untuk Beriman, Bertakwa dan Berakhlak”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Agama Islam di Universitas Sumatera Barat. Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.



Lubuk Alung, 17 Oktober 2021



Penyusun



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .................……………....................................................…… i DAFTAR ISI .................................................................................................……..… ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang .......................................................................................……… 4 B. Rumusan Masalah .............................................................................….……….. 5 C. Tujuan ..........................................................................……....................…....… 5 BAB II PEMBAHASAN A. Kejadian dan Hakikat Menurut ajaran islam …………………………………... 6 1.



Hakikat Manusia …………....................................................……....….…. 7



2.



Asal Kejadian Manusia ............................................................……..…… 13



3.



Tugas Manusia Menurut Agama ...............................................…………. 15



4.



Fungsi Agama dalam Hidup Manusia....................................….........…… 18



5.



Agama dan Tuntunan Hidup ………………………………….…………. 21



6.



Motivasi dan Tujuan Beragama ………………………………….....…… 22



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan........................................................................................……..…. 21 B. Saran ......................................................................................................…….. 21 DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Berbicara tentang manusia dan agama dalam Islam adalah membicarakan sesuatu yang sangatklasik namun senantiasa aktual. Berbicara tentang kedua hal tersebut sama saja dengan berbicaratentang kita sendiri dan keyakinan asasi kita sebagai makhluk Tuhan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘manusia’ diartikan sebagai ‘makhluk yang berakal budi(mampu menguasai makhluk lain); insan; orang’ (1989:558). Menurut pengertian ini manusia adalahmakhluk Tuhan yang diberi potensi akal dan budi, nalar dan moral untuk dapat menguasai makhluklainnya demi kemakmuran dan kemaslahatannya. Dalam bahasa Arab, kata ‘manusia’ inibersepadan dengan kata-kata nâs, basyar, insân, mar’u, ins dan lainlain. Meskipun bersinonim,namun kata-kata tersebut memiliki perbedaan dalam hal makna spesifiknya. Kata nâs misalnya lebihmerujuk pada makna manusia sebagai makhluk sosial. Sedangkan kata basyar lebih menunjukpada makna manusia sebagai makhluk biologis. Begitu juga dengan kata-kata lainnya.



B. Rumusan Masalah 1. Menjelaskan tentang Hakikat Manusia ? 2. Asal Kejadian Manusia? 3. Tugas Manusia Menurut Islam ? 4. Fungsi Agama Dalam Hidup Manusia? 5. Menjelaskan tentang Tuntunan Hidup? 6. Motivasi dan Tujuan Beragama?



C. Tujuan Penulisan 1.



Untuk mengetahui pengertian hakikat dan manusia.



2.



Untuk mengetahui tujuan penciptaan manusia serta fungsi dan peran manusia.



3.



Untuk mengetahui tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT.



4.



Untuk mengetahui Motivasi dan Tujuan Beragama.



BAB II PEMBAHASAN



A. Hakikat Manusia Menurut Islam Hakikat manusia dalam Islam merupakan suatu keberadaan yang mendasari diciptakannya manusia yang telah diberi amanat untuk mengatur bumi (Khalifah) yaitu untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah SWT sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S.Adh-Dhariyat [51:56] yang artinya “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” Berbicara mengenai apa itu manusia, ada beberapa aliran yang mendasari yaitu : 1.



Aliran serba zat, mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada hanyalah zat atau materi. Zat atau materi itulah hakekat dari sesuatu. Alam ini adalah materi dan manusia adalah unsur dari alam maka dari itu hakikat dari manusia itu adalah zat atau materi.



2.



Aliran serba roh, berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini adalah roh, begitu juga hakikat manusia adalah roh. Adapun zat itu adalah manifestasi daripada roh di dunia ini.



3.



Aliran dualisme, mencoba untuk meyakinkan kedua aliran di atas. Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi yaitu jasmani dan rohani.Kedua substansi ini masing-masing merupakan unsur asalnya, tidak tergantung satu sama lain. Jadi badan tidak berasal dari roh, juga sebaliknya. Hanya dalam perwujudannya manusia itu ada dua, jasad dan roh, yang keduanya berintegrasi membentuk yang disebut manusia.



4.



Aliran eksistensialisme, yang memandang manusia secara menyeluruh, artinya aliran ini memandang manusia tidak dari sudut zat atau serba roh atau dualisme, tetapi memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri yaitu cara beradanya manusia itu sendiri di dunia ini. Dari keempat aliran tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hakikat manusia



yang sebenarnya adalah sesuatu yang melatar belakangi keberadaanya di dunia ini sebagai manusia yang terdiri dari jasmani dan rohani. Sedangkan dalam Islam sendiri, hakikat



manusia didasarkan pada apa yang diterangkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunah, atau melalui pengenalan asal kejadian manusia itu sendiri



B. Asal Kejadian Manusia Al-Quran tidak memaparkan secara rinci asal-usul manusia tercipta. Al-Quran hanya menerangkan tentang prinsipnya saja. Terdapat Ayat-ayat al-Quran mengenai penciptaan Manusia terdapat pada beberapa surat surat Nuh: 17, surat Ash-Shaffat ayat 11, surat AlMukminuun 12-13, surat Ar-Rum ayat : 20, Ali Imran ayat: 59, surat As-Sajdah: 7-9, surat Al-Hijr ayat: 28, dan Al-Hajj ayat: 5.(Depag, 2003) Al-Quran menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah dengan bermacammacam



istilah, seperti : Turaab, Thieen, Shal-shal, dan Sulalah. Dapat diartikan



sesungguhnya Allah menciptakan jasad manusia dari berbagai macam unsur kimiawi yang ada pada tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses berikutnya tidak terdapat dalam AlQuran secara rinci. Ayat-ayat Quran yang menyebutkan manusia diciptakan dari tanah, pada umumnya hanyadipahami secara lahiriah saja. Menimbulkan pendapat sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT berasal dari tanah, karena Allah maha kuasa, segala sesuatu pasti dapat terjadi. Disisi lain sebagian dari umat Islam memiliki asumsi bahwa Nabi Adam AS. bukan manusia yang pertama diciptakan. Pendapat ini didasarkan pada asumsi bahwa: Ayat-ayat Quran yang menerangkan tentang manusia diciptakan berasal dari tanah bukan berarti bahwa seluruh unsur kimia yang ada pada tanah turut mengalami reaksi kimia. Hal itu sebagaimana pernyataan bahwa tumbuh-tumbuhan merupakan bahan makanannya berasal dari tanah, sebab semua unsur kimia yang ada pada tanah tidak semua ikut diserap oleh tumbuh-tumbuhan, tetapi hanya sebagian saja.(Rahmat, 1991). Oleh karenanya bahan-bahan yang membentuk manusia disebutkan dalam al-Quran merupakan petunjuk bagi manusia disebutkan dalam al-Quran, sebenarnya bahan-bahan yang membentuk manusia yaitu menthe, air, dan ammonia terdapat pada tanah, untuk kemudian bereaksi kimiawi. Jika dinyatakan istilah “lumpiur hitam yang diberi bentuk” (mungkin yang dimaksud adalah bahan-bahan yang ada pada Lumpur hitam, kemudian diolah dalam bentuk reaksi kimia)(Ibrahim, 1993).



C. Tugas Manusia Menurut Agama Dalam perjalanan hidup dan kehidupannya, manusia sebagai makhluk Allah pada dasarnya mengemban amanah atau tugas-tugas kewajiban dan tanggungjawab yang dibebankan oleh Allah kepadanya agar dipenuhi, dijaga dan dipelihara dengan sebaikbaiknya. Al-Maraghy, ketika menafsirkan ayat “Innallaha ya’murukum an tu’addu alamanaati ila ahliha … (Q.S. al-Nisa’: 58), ia mengemukakan bahwa amanah tersebut ada bermacam-macam bentuknya, yaitu:Amanah hamba terhadap Tuhannya, yakni sesuatu yang harus dipelihara dan dijaga oleh manusia, yang berupa mengikuti segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya, serta menggunakan alat-alat potensialnya dan anggota badannya dalam berbagai aktivitas yang bisa menimbulkan kemanfaatan baginya dan dapat mendekatkan diri kepada Tuhannya, sehingga bila manusia melanggarnya, maka berarti dia berkhianat kepada Tuhannya. Dari beberapa pendapat ahli tafsir tersebut dapat difahami bahwa tugas hidup manusia yang merupakan amanah dari Allah – itu pada intinya ada dua macam, yaitu : ’Abdullah (menyembah atau mengabdi kepada Allah), dan Khalifah Allah, yang keduanya harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab. 1) Tugas manusia sebagai ’Abdullah (hamba Allah): Tugas hidup manusia sebagai ’Abdullah merupakan realisasi dari mengemban amanah dalam arti: memelihara beban/tugas-tugas kewajiban dari Allah yang harus dipatuhi, kalimah La ilaaha illa Allah atau kalimat tauhid, dan atau ma’rifah kepadaNya. Sedangkan Khalifah Allah merupakan realisasi dari mengemban amanah dalam arti: memelihara, memanfaatkan, atau mengoptimalkan penggunaan segala anggota badan, alat-alat potensial (termasuk indera, akal dan qalbu) atau potensi-potensi dasar manusia, guna menegakkan keadilan, kemakmuran dan kebahagiaan hidup. Tugas hidup manusia sebagai ’abdullah bisa difahami dari firman Allah dalam Q.S. AdzDzariyat ayat 56: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. 2) Tugas manusia sebagai Khalifah Allah Tugas manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi antara lain menyangkut tugas mewujudkan kemakmuran di muka bumi (Q.S. Hud : 61), serta mewujudkan keselamatan dan



kebahagiaan hidup di muka bumi (Q.S. al-Maidah : 16), dengan cara beriman dan beramal saleh (Q.S. al-Ra’d : 29), bekerjasama dalam menegakkan kebenaran dan bekerjasama dalam menegakkan kesabaran (Q.S. al-’Ashr : 1-3). Karena itu tugas kekhalifahan merupakan tugas suci dan amanah dari Allah sejak manusia pertama hingga manusia pada akhir zaman yang akan datang, dan merupakan perwujudan dari pelaksanaan pengabdian kepadaNya (’abdullah). Tugas-tugas kekhalifahan tersebut menyangkut: tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri; tugas kekhalifahan dalam keluarga/rumah tangga; tugas kekhalifahan dalam masyarakat; dan tugas kekhalifahan terhadap alam.



D. Fungsi Agama Dalam Kehidupan Manusia a)



Sebagai Pembimbing Dalam Hidup, Pengendali utama kehidupan manusia adalah kepribadiannya yang mencakup segala unsure pengalaman pendidikan dan keyakinan yang didapatnya sejak kecil. Apabila dalam pertumbuhan seseorang terbentuk suatu kepribadian yang harmonis, di mana segala unsur pokoknya terdiri dari pengalaman yang menentramkan jiwa maka dalam menghadapi dorongan baik yang bersifat biologis ataupun rohani dan sosial akan mampu menghadapi dengan tenang.



b) Penolong Dalam Kesukaran, Orang yang kurang yakin akan agamanya (lemah imannya) akan menghadapi cobaan/kesulitan dalam hidup dengan pesimis, bahkan cenderung menyesali hidup dengan berlebihan dan menyalahkan semua orang. c)



Penentram Batin, Jika orang yang tidak percaya akan kebesaran tuhan tak peduli orang itu kaya apalagi miskin pasti akan selalu merasa gelisah. Orang yang kaya takut akan kehilangan harta kekayaannya yang akan habis atau dicuri oleh orang lain, orang yang miskin apalagi, selalu merasa kurang bahkan cenderung tidak mensyukuri hidup. Lain halnya dengan orang yang beriman, orang kaya yang beriman tebal tidak akan gelisah memikirkan harta kekayaannya.



d) Pengendali Moral, Setiap manusia yang beragama yang beriman akan menjalankan setiap ajaran agamanya. Terlebih dalam ajaran Islam, akhlak amat sangat diperhatikan dan di junjung tinggi dalam Islam. Pelajaran moral dalam Islam sangatlah tinggi, dalam Islam diajarkan untuk menghormati orang lain, akan tetapi sama sekali tidak diperintah untuk meminta dihormati. Islam mengatur hubungan orang tua dan anak dengan begitu



indah. Dalam Al-Qur’an ada ayat yang berbunyi: “dan jangan kau ucapkan kepada kedua (orang tuamu) uf!!” Tidak ada ayat yang memerintahkan kepada manusia (orang tua) untuk minta dihormati kepada anak. Selain itu Islam juga mengatur semua hal yang berkaitan dengan moral, mulai dari berpakaian, berperilaku, bertutur kata hubungan manusia dengan manusia lain (hablum minannas atau hubungan sosial). E. Agama dan Tuntunan Hidup Rosulullah SAW bersabda “innamaa bu’itstu liutammima akhlaaq”  yang artinya Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak umat manusia.  Yang bertanggung jawab terhadap pendidikan akhlak adalah orang tua, guru, ustad, kiai, dan para pemimpin masyarakat.Pendidikan akhlak ini sangat penting karena menyangkut sikap dan prilaku yang mesti di tampilkan oleh seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari baik personal maupun sosial (keluarga, sekolah, kantor, dan masyarakat yang lebih luas). Akhlak yang terpuji sangat penting dimiliki oleh setiap muslim. sebab maju mundurnya suatu bangsa atau Negara amat tergantung kepada moral dan akhlak penduduk atau masyarakat yang ada di dalam bangsatersebut. Untuk mencapai maksud tersebut maka perlu adanya kerja sama yang sinerji dari berbagai pihak dalam menumbuh kembangkan akhlak mulyadan menghilangkan faktor-faktor penyebab kemaksiatan yang mengakibatkan pengaruh terhadap moral dan akhlak bangsa menjadi terpuruk.



F. Motivasi Dan Tujuan Beragama Motivasi beragama sangat berkaitan langsung dengan perjalanan rokhani seseorang untuk mencari keridhaan Allah. Secara garis besar motivasi beragama dibagi menjadi dua: 1.



Motivasi intrinsik. Ialah motivasi yang berasal dari diri seseorang tanpa dirangsang dari luar. Dalam



beragama seseorang merespon ajaran (Islam) melalui pemahaman yang mendalam lewat kitab suci (al-Quran) dan Hadits untuk mendapatkan kebenaran yang haqiqi setelah melalui perjalanan rokhani yang panjang. Motivasi intrinsik ini sering diperoleh oleh para muallaf sehingga sehingga dia yakin tentang kebenaran Islam.



2.



Motivasi ekstrinsik Ialah motivasi yang datang karena adanya perangsangan dari luar. Seseorang



beragama (Islam) karena memang dari keturunan dan atau lingkungannya memilih Islam. Ataupun juga dipengaruhi oleh hal-hal lain di luar dari nilai yang terkandung dalam ajaran (Islam) itu sendiri. Motivasi ini terdapat pada masyarakat secara umum termasuk kita sendiri. Kedua macam motivasi tersebut pada tahap-tahap awal seseorang beragama sangat diperlukan. Kelanjutannya perlu mendapat pembinaan agar tujuan mencapai ridha Allah benar-benar terwujud. Pada akhirnya nanti seseorang beragama (Islam) benar-benar bersih dari bentuk-bentuk motivasi yang jahat. Sehingga tidak ada lagi agama (Islam) dijadikan dasar legalisasi penghancuran terhadap yang tidak beragama (Islam). Sejalan dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis manusia dalam memenuhi kebutuhan keduanya sangat diperlukan adanya motivasi. Begitu pula dalam beragama, yang merupakan kebutuhan psikis manusia, motivasi sangat diperlukan yang tujuannya justru membersihkan manusia dalam beragama dari faktor faktor yang jahat. Untuk menumbuhkan motivasi beragama yang bersih salah satu metode yang dapat dipakai misalnya metode Tombo Ati yang terdiri dari lima pelaksanaan, yakni: 1) Membaca al-Quran dan memahami maknanya 2) Menegakkan Qiyamul Lail; 3) Bergaul dan berdiskusi dengan para ulama dan cendekiawan; 4) Melaksanakan puasa-puasa sunnah; 5) Melanggengkan dzikir setiap saat Dengan mencapai tataran tersebut maka tujuan hidup manusia untuk memperoleh keridhaan Allah, mudah-mudahan dapat tercapai.



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks. Di ciptakannya manusia di bumi oleh Sang Pencipta tidak hanya untuk diam saja, tetapi manusia dituntut untuk selalu berperan aktif untuk berbuat kebaikan. Sebagai seorang manusia, kita juga harus menjadi individu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Manusia bukanlah makhluk yang sempurna, masih banyak kekurangan yang melekat dalam diri manusia. Salah satu contohnya adalah kurangnya pemahaman manusia tentang agama, oleh karena itu manusia dianjurkan untuk saling menghormati dan mengasihi satu sama lain karena kita diciptakan tanpa adanya perbedaan. Selain itu, sebagai seorang manusia kita harus mematuhi aturan yang ada. B. SARAN Dari penulisan makalah ini, penulis menyarankan agar sebagai seorang manusia kita harus menjadi individu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri oleh karena itu kita harus saling tolong menolong dalam kebaikan antar sesama. Untuk kedepannya tugas dalam membuat makalah ini sangat dianjurkan untuk dilanjutkan, karena bisa menambah wawasan manusia tentang pengetahuan Agama. Selain itu, makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk menggali lebih dalam Hakikat Manusia menurut Islam.



DAFTAR PUSTAKA



IMM Tarbiyah. 2011. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khilafah di http://immdakwahpwt.blogspot.com/2011/09/babI-pendahuluan-manusiaadalahmakhluk.html (diakses 3 April 2019) https://saydaulya.blogspot.com/2014/12/makalah-eksistensi-dan-martabat-manusia.html (diakses 27 Maret 2019) Prasasti Lia. 2016. Eksistensi dan Martabat Manusia – Agama Islam http://lhialicious.blogspot.com/2016/03/eksistensi-dan-martabat-manusia-agama.html (diakses 27 Maret 2019) Finastri Annisa. 2016. Konsep Manusia dalam Islam di https://dalamislam.com/infoislami/konsep-manusia-dalam-islam (diakses 2 April 2019)