Kepentingan Dinar Emas Dalam Ekonomi Islam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

c            ?? ? ?  ? ?  ? ?? ??  ?  ? ? ?? ?  ?  ? ?  ? ? ??   ?? ? ?? !"?  ??   ? ?  ?? ? #!!???  ?? ? ?  ?  ?  ?$ ? %?   ?& ?%? ? ? ?'?? ! ?  ?&? ?   ? ? ? ?(? ??  ? ??)?  ?  ? ? ?? ?  ?  ? ? &? ?%??* ??



  ?  ? ? ?  ? %? ?$? ?? ?  ? ? ?  ? ? ?  ?  ??   ?* ??  ?  ?? ? ?#+?$  ? ?  ? ?  ? ! !!!? ?%?? ?& ??  ? ? ?? ? ?  ?, !!?-  (  ? O? . ?  ? ? ? ? ?  ?  ??? ? ?   ?  ? ? ?%? ? ??& ? ?   ? ?



 ?? ?  ? ?&? ?  ?? ???  ? ? ? ?%? ? /?0  ? ?&??    ? ? ?   ?  ?%? ? O?  ? ?? ? ?  ?  ?   ?   ?   ? ?  ? ?d  %? ? ?  ?  ?  ? ?*  ?1?  ? ? ? ? ? ?  ?    (    ?%?*  ?  ??*  ?   ?*  ?" ? ? *  ? " ? ?&?  ?*  ?("? ?? ?  ?!!+?  ? ?(2/?  ?    ?%?*  ?? ? ?



?  ? ? ?  ?  ? ( ? / ? ? ?  ?  ? ?)!!"? $  ?  ?? ?*  ?  ?? & ? O? ? ? ? ? ?  ?  ? %??  ?*  ?  &?? ? ? '? ( ? ?0? ? 3 3 ?4 ?)!!)"? O?



[



›   › 



  ›  › ›    ›› u              



Adam Smith mulai menulis buku The Wealth of Nation ketika berada di Perancis dan menyelesaikannya pada 1776 di Kirkcaldy, yang akhirnya diterbitkan pada 1776. Pada masa ini, di Eropa telah beredar buku-buku terjemahan karya ekonomi muslim. Bahkan, di Perancis Selatan,banyak warga Perancis lulusan Pusat Kuliyah Islam menjadi guru besar dengan menerapkan pola pengajaran yang mereka dapatkan dari negara-negara Islam. (more«)



‰                                                      



       › u              



Para ahli ekonomi modern setuju bahwa penciptaan mata uang merupakan peristiwa sangat signifikan dalam sejaarah ekonomi umat manusia. Itu berpijak pada landasan kepentingan pengembangan ekonomi; memfasilitasi pembagian tenaga kerja, pendirian industri, pemasaran barang dan jasa dan lain sebagainya. Pada sisi komersial dan eksistensi social masyarakat, uang merupakan hasil ciptaan yang esensial, di mana segala sesuatunya berpijak pada dasar itu. (more«)



‰                                                   u    



  ›     ›   u              



3enurut Ackley (1978) bahwa yang dimaksud dengan inflasi adalah suatu kenaikan harga yang terus-menerus dari barang-barang dan jasa-jasa secara umum ±bukan satu macam barang saja dan sesaat-.Sejarah menunjukkan bahwa salah satu negara yang ditandai dengan kenaikan harga secara cepat adalah 3esir di sekitar tahun 330 sebelum 3asehi pada waktu pemerintah Alexander Agung menyerbu Persia dengan membawa emas (hasil rampasan tentunya) ke 3esir. (more«)



‰                   ! ! ! "                       



  ›     ›    u              



Perkembangan ekonomi memerlukan suatu alat tukar yang penggunaannya kekal sepanjang zaman. Alat tukar yang paling tahan itu ialah barang-barang dari logam, seperti : emas, perak, dan tembaga. Adanya perdagangan menimbulkan kebutuhan akan adanya mata uang. (more«)



‰          #  ! "   ! !                               "   



-›   ›  › ›      !  !"# u   u     $      



Indikator lain tentang kepedulian Islam terhadap persoalan ekonomi dan keuangan, ialah kenyataan yang menunjukkan bahwa di dalam al-Qur¶an, yang menjadi sumber utama dan pertama hukum Islam, terdapat sejumlah ayat yang mengatur persoalan-persoalan hukum ekonomi dan keuangan (ayat al-iqtishadiyyah wa-al-maliyyah ). 3enurut kesimupulan Abdul Wahhab Khallaf, paling sedikit ada 10 ayat hukum dalam al-Qur¶an yang berisikan norma-norma dasar hukum ekonomi dan keuangan. (more«)



3enyambut Dinar-Dirham Sesungguhnya, ide untuk menjadikan dinar emas sebagai mata uang bersama negara Islam yang digunakan sebagai alternatif alat pembayaran dalam transaksi perdagangan, telah diajukan dalam persidangan Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Kuala Lumpur, 3alaysia, 10 Oktober 2003 lalu. Ide tersebut dilontarkan Perdana 3enteri 3alaysia saat itu, Dr 3ahathir 3ohamad. Usulan tersebut kembali menggema pada Konferensi ke-12 mata uang ASEAN di Jakarta pada 19 September 2005. Kali ini penggagasnya adalah 3enteri Negara BU3N, Sugiharto. Beliau menilai bahwa dengan kondisi keuangan yang diliputi oleh ancaman inflasi setiap saat dan serangan spekulan yang unpredicted, maka penggunaan dinar-dirham perlu menjadi pertimbangan kita semua (Republika, 21 September 2005). À    Emas, dalam sejarah perkembangan sistem ekonomi dunia, sudah dikenal sejak 40 ribu tahun sebelum 3asehi. Hal itu ditandai penemuan emas dalam bentuk kepingan di Spanyol, yang saat itu digunakan oleh paleiothic man. Dalam sejarah lain disebutkan bahwa emas ditemukan oleh masyarakat 3esir kuno (circa) 3000 tahun sebelum masehi. Sedangkan sebagai mata uang, emas mulai digunakan pada zaman Raja Lydia (Turki) sejak 700 tahun sebelum 3asehi. Sejarah penemuan emas sebagai alat transaksi dan perhiasan tersebut kemudian dikenal sebagai barbarous relic (J3 Keynes). Lahirnya Islam sebagai sebuah peradaban dunia yang dibawa dan disebarkan Rasulullah 3uhammad SAW telah memberikan perubahan yang cukup signifikan terhadap penggunaan emas sebagai mata uang (dinar) yang digunakan dalam aktivitas ekonomi dan perdagangan. Pada masa Rasulullah, ditetapkan berat standar dinar diukur dengan 22 karat emas, atau setara dengan 4,25 gram (diameter 23 milimeter). Standar ini kemudian dibakukan oleh World Islamic Trading Organization (WITO), dan berlaku hingga sekarang. Saat ini, fakta menunjukkan bahwa ada ketidakseimbangan aktivitas perdagangan internasional, yang terjadi akibat tidak berimbangnya penguasaan mata uang dunia, dan ditandai semakin merajalelanya dolar AS. Kondisi tersebut kemudian diperparah dengan kemunculan Euro sebagai mata uang bersama negara-negara Eropa. Fakta pun menunjukkan bahwa negara-negara Islam memiliki ketergantungan sangat tinggi terhadap kedua mata uang tersebut, terutama dolar AS. Bahkan, dalam transaksi perdagangan international saat ini, dolar AS menguasai hampir 70 persen sebagai alat transaksi dunia (AZ3 Zahid, 2003). Dengan didirikannya World Trade Organization (WTO) pada 1 January 1995 sebagai implementasi dari pelaksanaan General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan putaran Uruguay, maka liberalisasi perdagangan menjadi konsekuensi yang tidak dapat dielakkan. Tentu saja, semua negara harus siap terlibat dalam skenario global ini, termasuk negara berkembang yang notabene mayoritas 3uslim. Pertanyaan besar yang kemudian harus dijawab adalah seberapa besar dampak dan keuntungan yang akan diraih negara-negara Islam dalam pasar internasional. Penulis berpendapat bahwa ide pemunculan emas sebagi alat transaksi dalam perdagangan internasional ini sesungguhnya merupakan jawaban untuk mengurangi ketergantungan negaranegara Islam terhadap dominasi dua mata uang dunia tersebut (dolar AS dan Euro). Selain itu,



ide ini juga dapat digunakan sebagai alat untuk meminimalisasi praktik-praktik spekulasi, ketidakpastian, hutang, dan riba. Terutama yang selama ini terjadi pada aktivitas di pasar uang, di mana hal tersebut terjadi sebagai akibat dari penggunaan uang kertas (fiat money), sehingga menjadi dilema tersendiri bagi negara-negara Islam. Penulis percaya, komitmen untuk menggunakan mata uang bersama dengan memulainya dari transaksi perdagangan, akan banyak memberikan manfaat signifikan. 3  Penggunaan emas sebagai alat transaksi perdagangan internasional dapat dilakukan melalui perjanjian pembayaran bilateral (bilateral payment arrangement) maupun perjanjian pembayaran multilateral (multilateral payment arrangement). Perjanjian pembayaran produk yang diperdagangkan akan melalui tahapan dan mekanisme yang melibatkan bank umum, bank sentral, dan custodian emas (penyimpan emas). Ada empat tahapan yang dilalui dalam mekanisme transaksi perdagangan tersebut. Pertama, adanya perjanjian dagang antara importir dan eksportir yang berada di dua negara yang berbeda, dengan kejelasan kondisi barang dan jumlah barang yang akan ditransaksikan. Tentu saja, sesuai dengan syariat Islam, akad yang terjadi harus bebas dari unsur-unsur gharar, maysir, dan riba. Kedua, setelah melakukan perjanjian dagang, kemudian pihak importir akan mengeluarkan letter of credit (LC) untuk melakukan pembayaran melalui bank yang sudah ditunjuknya. Selanjutnya, pihak eksportir akan menerima letter of credit (LC) dari bank tersebut. Ketiga, pihak bank yang ditunjuk oleh importir akan segera melakukan pembayaran kepada bank sentral dengan menggunakan mata uang lokal yang kemudian akan mengakumulasikan transaksi kedua negara dengan standar emas hingga masa kliring. Keempat, setelah masa kliring selesai, bank sentral negara importir akan mentransfer emas senilai dengan transaksi perdagangan kedua negara kepada pihak custodian emas yang telah ditunjuk, untuk selanjutya diserahkan kepada bank sentral negara eksportir. Bank sentral negara eksportir ini selanjutnya akan melakukan pembayaran dalam mata uang lokal kepada bank yang telah ditunjuk oleh eksportir. Kemudian bank tersebut akan menyerahkannya kepada pihak eksportir. 3ekanisme di atas jelas memiliki kelebihan dibandingkan dengan menggunakan mata uang asing lainnya. Kedua negara tidak akan mengalami fluktuasi nilai mata uang, yang seringkali menjadi hambatan dalam transaksi perdagangan. Bahkan, telah banyak fakta yang menunjukkan bahwa fluktuasi mata uang dapat mengakibatkan kehancuran perekonomian sebuah negara. Dengan mekanisme tersebut pula, stabilitas perekonomian akan lebih mudah dicapai, mengingat nilai emas yang relatif lebih stabil. Sehingga diharapkan, volume perdagangan antarnegara Islam dapat berkembang. Di sinilah dituntut peran OKI dan Islamic Development Bank (IDB) untuk dapat merumuskan konsep yang lebih matang terhadap gagasan ini. Keuntungan secara politis akan dirasakan oleh negara-negara Islam, karena nilai tawar yang dimilikinya terhadap Barat dan kekuatan lainnya menjadi semakin tinggi. 3eskipun demikian, harus diakui bahwa mekanisme tersebut juga memiliki kelemahan-kelemahan. Kelemahan pertama, ketersedian emas yang tidak merata di antara negara-negara Islam, sehingga dapat menimbulkan ketimpangan dan kesenjangan.



Kelemahan kedua, masih tingginya ketergantungan dunia Islam terhadap produk yang dihasilkan oleh negara-negara non-3uslim (baca: Barat), terutama terhadap produk-produk industri dengan teknologi tinggi. Kelemahan ketiga, nilai transaksi perdagangan yang masih sangat kecil sesama anggota OKI, yang menyebabkan signifikansi emas menjadi tidak terlalu substantif. Untuk itu, komitmen dan kesungguhan para pemimpin dunia Islam beserta pemerintahannya sangat dibutuhkan. Sebagai negara 3uslim terbesar di dunia, sudah sepantasnya jika Indonesia diharapkan dapat memainkan peran yang lebih aktif, konstruktif, dan produktif. Indonesia memiliki peluang untuk mendorong terealisasinya blok perdagangan OKI, meskipun tantangan dan hambatannya tidak sedikit, terutama dari negara-negara Barat melalui kaki tangan mereka (I3F dan Bank Dunia). Jika saja blok perdagangan ini dapat terwujud, maka bisa dibayangkan bahwa dunia Islam akan menjadi salah satu center of power yang strategis dan diperhitungkan, sehingga kondisi unipolar akan kembali berganti menjadi multipolar. Namun demikian, hal tersebut kembali berpulang pada Presiden SBY beserta tim ekonominya, maukah mereka menjadi inisiator proses tersebut? Wallahu a'lam. Irfan Syauqi Beik, Dosen FE3 IPB dan 3ahasiswa Program Doktor Ekonomi Syariah IIU 3alaysia Handi Risza Idris, Dosen STIE SEBI Republika Online %%    %%%      



  ›   ›  $   ›   %!     & › 



 " 



Satu penyebab kemiskinan adalah inflasi. Yaitu turunnya nilai mata uang dibanding dengan harga barang-barang yang jadi kebutuhan rakyat. Sebagai contoh, tahun 2004 harga nasi+telor di warung Tegal paling Cuma Rp 4.000. Di tahun 2010 ini nilainya jadi Rp 6.000. Padahal banyak orang yang gajinya tidak naik selama kurun waktu tersebut. Kalau pun ada yang naik, tidak sebesar kenaikan harga barang. Artinya jika dengan uang Rp 360 ribu orang bisa makan 90x (3x sehari) pada tahun 2004, maka pada tahun 2010 dia hanya bisa makan 60x (2x sehari) saja! Akibat berbagai kenaikan harga barang yang sudah jadi ³Kebijakan´ Pemerintah, maka nilai rupiah terus menurun. Jika sebelum Krisis 3oneter tahun 1997-1998 nilai rupiah adalah sekitar Rp 2.200 per 1 US$, sekarang nilainya turun jadi Rp 9.500 per 1 US$. Ini adalah ³Kebijakan Pemiskinan 3assal´ melalui kebijakan kenaikan harga yang mendorong turunnya nilai rupiah atau inflasi. Tahun 1970 kita bisa naik haji dengan biaya Rp 182 ribu. Saat itu orang yang gajinya Rp 182 ribu/bulan adalah para direktur. Sekarang di tahun 2010 ini jangankan digaji Rp 182 ribu. Digaji Rp 400 ribu/bulan pun banyak pembantu yang ogah! Ini karena nilai rupiah yang terus turun.



Bukan hanya uang kertas rupiah yang turun, tapi juga Dollar yang merupakan Fiat 3oney (tidak dijamin emas/perak) juga mengalami inflasi. Nilai 1 US$ pada tahun 1900, di tahun 2000 ini cuma jadi US$ 0,04 saja atau susut sampai 96%! Agar nilai uang kertas yang secara riel/intrinsik nyaris tidak berharga itu (cuma senilai kertas+tinta), maka Bank Sentral mengeluarkan bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) atau kalau di AS namanya The Fed¶s rate (The Federal Reserve Bank¶s Interest Rate) untuk mengontrol jumlah uang yang beredar. Namun pada akhirnya karena bunga harus dibayar beserta pokoknya, maka jumlah uang beredar pun bertambah dan berakibat inflasi. Sebaliknya, Islam biasa menggunakan emas dan perak sebagai mata uang Dinar dan Dirham. Pada zakat yang jadi patokan juga emas dan perak. 3isalnya nisab emas untuk zakat adalah 85 gram emas. Bukan uang kertas. Akibatnya nilainya selalu relevan. Tidak terlalu kecil, tidak pula terlalu besar. Emas dan Perak karena punya nilai riel dibanding kertas, lebih stabil dan lebih tahan terhadap inflasi. Contohnya, 1 dinar (4,25 gram emas 22 karat) pada zaman Nabi bisa dipakai untuk membeli 1-2 ekor kambing. Ada satu hadits yang merupakan bukti sejarah stabilitas uang dinar di Hadits Riwayat Bukhari sebagai berikut: Ñ        À     À               À             !  "       



                              "           " !  "           "À  #     "Ñ$%"&"' ( Saat ini pun dengan kurs 1 dinar=Rp 1,7 juta, kita bisa mendapat 1 kambing besar atau 2 ekor kambing kecil. Stabil bukan? Begitu pula stabilitas uang perak Dirham bisa kita buktikan pada surat Al Kahfi ayat 19: )3                                            )Ñ* c+,Nah dengan asumsi pemuda tersebut membawa 3 uang perak/dirham yang saat ini nilainya Rp 40.000 dan jumlah pemudanya 5 orang, maka harga makanan per porsinya sekitar Rp 24.000 saja. Tidak jauh beda dengan makanan sekarang untuk kurun waktu ribuan tahun. Ini jauh beda dengan dollar di mana dalam kurun waktu 100 tahun saja nilainya tinggal 0,04 dari sebelumnya. Jadi jika kita di tahun 1900 bisa beli 1 porsi makanan dengan nilai US$ 0,25 (1/4 dollar), tahun 2000 harus US$ 10!



Jadi jika kita menjual barang dengan uang dinar dan dirham, kita tidak perlu repot menaikkan harga lagi. Sebab nilai uang kita otomatis mengikuti nilai-nilai barang lainnya karena sama-sama barang/commodity money. Para buruh juga tidak perlu lagi demo minta kenaikan gaji karena dengan gaji dinar/dirham, gaji mereka tidak digerus inflasi sebagaimana yang terjadi pada uang kertas/Fiat 3oney. Sebetulnya emas dan perak sudah biasa digunakan di berbagai negara baik di Eropa dan Amerika dari sebelum kekaisaran Romawi hingga abad 19: http://en.wikipedia.org/wiki/Gold_standard Penggunaan uang kertas yang tidak dijamin emas/perak biasanya karena perang seperti pada Perang Saudara di AS mau pun pada Perang Dunia. 3ereka membutuhkan banyak uang lebih daripada emas dan perak yang mereka miliki. Akibatnya inflasi hebat dan depresi ekonomi melanda negara-negara tersebut. Beberapa kontroversi tentang penggunaan uang emas dan perak. Jumlah Emas Kurang? Ada yang menyatakan bahwa jumlah emas yang pernah ditambang dan diproduksi hanya 142 metrik ton atau senilai US$ 4,5 trilyun (jika harga emas per kg = US$ 32.500). 3enurut mereka jumlah itu kurang. Padahal jika dibagi untuk 7 milyar manusia, maka tiap manusia mendapat sekitar Rp 5,85 juta atau 20 gram emas. Tiap keluarga (suami-istri+2 anak) berarti punya Rp 23,5 juta. Itu baru dari emas. Belum dari uang perak dan tembaga. Karena Islam tidak hanya memakai emas. Tapi juga perak (dirham) dan tembaga (fulus) untuk mata uangnya. Jika digabung dengan uang perak dan tembaga, tiap keluarga bisa memiliki uang senilai Rp 70 juta. Itu sudah jauh dari mencukupi mengingat dalam Islam uang itu berfungsi sebagai alat tukar/jual-beli. Bukan untuk disimpan. Stabilitas uang dinar dan perak sebagaimana ditunjukkan di atas, berdasarkan hukum Supply and Demand menunjukkan bahwa jumlahnya stabil/sesuai pertumbuhan jumlah penduduk. Tidak kurang. Tidak juga berlebih. Bagi yang ingin membeli atau menjual Dinar Emas atau Dirham Perak bisa klik ini: http://media-islam.or.id/jual-beli-dinar-emas http://abinaraihan.wordpress.com/2010/11/15/bukti-stabilitas-nilai-dinar-dan-dirham/







  ›  ›    › Feb 08 adminDinar, Renungan, business beli, Dinar, dinar emas, dinar restu, duit, emas, jual, wang No Comments



Dinar Restu Imam 3alik radiallahu¶anhu telah menjelaskan kepada kita bahawa wang ialah apa-apa barangan yang lazimnya diterima pakai sebagai bahan tukaran. 3enurut sejarah Islam, tiada barangan yang boleh dipaksa menjadi wang kerana manusia bebas menggunakan apa sahaja barangan sebagai tukaran. Wang kertas seperti dolar Amerika Syarikat tidak ada sifat µayn (barangan lazim yang ketara) malahan nilainya dipaksa oleh kuasa pasaran. Jika kertas dianggap sebagai barangan pun nilainya hanyalah mengikut berat kertas dan bukan menurut nilai nombor yang tertera di atasnya. Wang kertas mungkin hanya boleh dianggap sebagai µdayn¶ kerana ianya bukan barangan ketara atau sebagai resit hutang untuk pemilikan emas atau perak (itu pun jika ada sandaran antara kertas dengan emas). Tetapi hukum Islam tidak membenarkan hutang dijadikan suatu bahan tukaran. Penggunaannya pun mestilah terhad sebagai kontrak peribadi. Di dalam Kitab Al3uwatta (31.19.44) ada diriwayatkan tentang resit-resit yang dijual beli di Pasar Al-Jar sebelum barangan sampai. 3arwan ibn al-Hakam telah menghantar pengawalnya untuk mengambil semula resit tadi dan mengembalikan kepada tuan asalnya. Sejarah Islam telah menunjukkan kepada kita bahawa wang emas (Dinar) dan wang perak (Dirham) telah digunakan sehinggalah berakhirnya Kerajaan Islam Turki. Piawaian menurut berat yang dikenali sebagai Piawaian Khalifah Umar Al-Khattab radiallahu¶anhu menentukan iaitu 10 dirham bersamaan dengan 7 dinar. Setiap Dinar mestilah ada 4.25 gram emas dan setiap Dirham ada 3 gram perak. Dinar dan Dirham telah digunakan untuk urusan perniagaan, menabung dan juga untuk membayar zakat (Umar Vadillo 1996). Umar Vadillo juga menyatakan dalam buku yang sama bahawa Shaykh 3uhammad µIllish (1802-1881), seorang pakar pengajian fikah di Universiti Al-Azhar telah menyebut di dalam



fatwa beliau bahawa wang kertas tidak dizakatkan sebagaimana wang emas dan wang perak kerana ia dianggap sebagai fulus (wang syiling tembaga) atau loose change. Ia hanya mewakili wang dan tiada nilai barangan. (Lihat fatwa beliau dalam terjemahan Al-Fath Al-¶Ali Al- 3aliki ms 164-165). Wang kertas bukan barangan. Jika hendak dizakat pun mestilah diukur menurut berat bukan menurut nilai tertulis yang boleh pula berubah nilai tukarannya dengan wang kertas lain. Dalam Islam mata wang sememangnya berkait rapat dengan kerajaan. Kajian Umar Vadillo juga menunjukkan bahawa Al-Qurtubi dalam Tafsir beliau telah memberi tafsiran tentang ayat alQuran yang bermaksud: ³Wahai orang yang beriman! Patuhlah kepada Allah dan patuhlah kepada Pesuruh Allah dan mereka yang memerintah kamu«..´ (ayat 59 dari surah An-Nisa) Ayat tersebut merupakan satu perintah supaya umat Islam taat kepada pemerintah dalam 7 perkara. Hal pertamanya ialah penempaan Dinar dan Dirham dan yang lainnya ialah menetapkan berat dan ukuran, keputusan mahkamah, haji, Jumu¶ah, Hari Raya (Puasa dan Korban) dan Jihad. Wang sejati yang bebas dari spekulasi menandakan bahawa kerajaan juga merdeka dan bebas dari spekulasi. Tiada kemerdekaan tulen selagi tiada mata wang tulen. Tidak hairanlah AlQurtubi meletakkan perkara Dinar dan Dirham sebagai perkara utama tentang patuh dan taat kepada pemerintah. îc  ‰           Hari ini kalau ada yang berazam untuk tidak mahu menggunakan wang kertas ,orang berkenaan µwajib¶ berpindah ke dalam hutan. Begitu sekali sekeping wang kertas bergelar µnot¶ menguasai seluruh kehidupan manusia. ³ Apa itu wang kertas?´ wacana tentang riba dan wang emas tidak mungkin lengkap kalau tidak menyentuh soal wang kertas kerana kedua-dua matawang ini dan riba ada hubung kaitnya dari segi sejarah. Sejarah mencatatkan bahawa antara wang yang paling awal muncul di dunia ini adalah wang emas yang digunakan pada empayar Rom di Eropah, berkurun lama sebelum kedatangan Islam di bumi Arab. Wang emas terus digunakan oleh dunia Islam dan bahagian-bahagian dunia yang lain setelah keadatangan Nabi 3uhammad s.a.w. Kearajaan 3elayu 3elaka pada kurun ke-14 3asehi juga menggunakan wang emas. Namun, penggunaannya berakhir pada 1924 berikut runtuhnya kerajaan Khilafah Islamiah terakhir iaitu Khalifah Uthmaniah yang berpusat di Istanbul, Turki. Selepas itu, dunia beralih kepada wang kertas yang bersandarkan emas. Namun, sejarah wang kertas diwarnai misteri, tipu daya dan pembelitan yang dahsyat. Warga Amerika Syarikat, G Edward Griffin dalam buku The Creature From Jekyll Island berkata bahawa titik bermulanya penipuan wang kertas adalah pada 1910. 3esyuarat misteri di pulau Jekyll pada tahun itu membawa kepada penubuhan the Federal Reserve Department (FRD) pada tahun 1913 yang keahliannya bukan di kalangan rakyat atau institusi kerajaan Amerika Syarikat . Sebaliknya dianggotai oleh syarikat milik persendirian asing. Penggunaan perkataan µfederal¶



(persekutuan) ke atas sesuatu yang berbentuk persendirian adalah pembohongan yang nyata. Kongres Amerika Syarikat pula terpaksa meluluskannya secara curi-curi. Jabatan ini kemudiannya mentadbir segala urusan kewangan Negara Amerika Syarikat., antaranya mencetak wang kertas Dolar Amerika dan memperkenalkan Fractional Reserve Bangking (FRB) atau Fractional Reserve Requirement (FRR) yang menjadi asas perjalanan sesebuah bank. Sehingga hari ini, FRB digunakakn oleh industri perbankan di seluruh dunia termasuk 3alaysia untuk mencipta wangsesuka hati dalam jumlah yang berlipat kali ganda melebihi kekayaan sebenar. Berikutan penubuhan FRD, banyak peristiwa besar berlaku sehingga membolehkan British mengusai Bandar Jerusalem pada 1919. Penguasaan itu menandakan berakhirnya era Perang Salib yang berlangsung selama 250 tahun antara umat Islam dan Kristian. Dinia pun berubah dengan mendadak. Kemuncaknya ialah kejatuhan Kerajaan Khalifah Uthmaniah. Peristiwa demi peristiwa terus mengejutkan dunia, antaranya Perang Dunia Pertama dan krisis ekonomi dunia besar-besaran pada 1929. Pada 1944, muncul pula perjanjian Bretton Woods yang melibatkan 44 buah Negara dunia yang bersetuju untuk menyandarkan mata wang kertas masing-masing kepada Dolar Amerika dengan jaminan bahawa USD35 bersamaan dengan satu auns emas. Negara-negara dunia tidak lagi menyandarkan mata wang kertas kepada rizab emas masingmasing seperti sebelum ini. Setahun selepas Dolar Amerika mendapat µdaulat¶ berkenaan, International 3onetory Fund (I3F) pun ditubuhkan. Pada 1948, Negara Israel mendapat pengiktirafan sebagai sebuah Negara berdaulat di tengah-tengah Negara Palestin yang sah. Seterusnya pada 1971, kerajaan Amerika Syarikat pimpinan Ricard Nixon hampir bankrap garagara Perang Vietnam dan masalah deficit imbangan pembayaran yang berterusan. Tuntutan rasmi terhadap rizab emas Amerika Syarikat melambung kepada USD32 bilion sedangkan rizab emas yang ada hanya satu pertiga. Keyakinan terhadap Dolar Amerika punah. Berduyun-duyun bank pusat negara lain memeras ugut Amerika Syarikat dengan cara menebus pegangan Dolar Amerika masing-masing. Emas mengalir keluar dari Amerika Syarikat lalu dengan sendirinya meruntuhkan nilai Dolar Amerika. Namun Amerika licik bertindak dengan memutuskan ikatan antara Dolar Amerika dan emas. Ini bermakna Amerika Syarikat memungkiri perjanjian Bretton Woods dan bertindak secara unilateral untuk menguburkan system piawaian emas. Selepas 15 ogos 1971, doalr tidak lagi bersandarkan kepada emas. Sejak itu, nilai dolar ditentukan oleh kuasa permintaan dan penawaran pasaran tukaran wang asing. Kesannya, semua matawang dunia berubah menjadi matawang fiat iaitu matawang yang bernilai sifar. Ini bermakna setiap Negara bebas mencetak wang kertas tana perlu bersandarkan kepada apa-apa rizab. Kalau ada pun, ia dalam jumlah yang kecil seperti yang ditetapkan oleh Special Drawing Rights I3F. Bayangkan betapa liciknya permainan ini.



Pun begitu apa jua tipu daya tetap ada kelemahannya seperti mana yang disebut oleh Allah dalam al-Quran,Firmannya : Ε ˶ Ϯ˵ϏΎ˷τ ˴ ϟ΍ Ϟ ˶ ϴ˶Βγ ˴ ϲ˶ϓ ϥ ˴ Ϯ˵ϠΗ˶ Ύ˴Ϙϳ˵ ΍ϭ˵ήϔ˴ ϛ˴ Ϧ ˴ ϳ˶άϟ˴˷΍˴ϭ Ϫ˶ Ϡ˴˷ϟ΍ Ϟ ˶ ϴ˶Βγ ˴ ϲ˶ϓ ϥ ˴ Ϯ˵ϠΗ˶ Ύ˴Ϙϳ˵ ΍Ϯ˵Ϩϣ˴ ΁ Ϧ ˴ ϳ˶άϟ˴˷΍ ϒ ˱ ϴ˶όο ˴ ϥ ˴ Ύ˴ϛ ϥ ˶ Ύ˴τ˸ϴθ ˴˷ ϟ΍ Ϊ˴ ˸ϴϛ˴ ϥ ˴˷ ·˶ ϥ ˶ Ύ˴τ˸ϴθ ˴˷ ϟ΍ ˯˴ Ύ˴ϴϟ˶˸ϭ΃˴ ΍Ϯ˵ϠΗ˶ Ύ˴Ϙϓ˴ 3aksudnya : ³Orang-orang yang beriman dan berperang di jalan Allah dan orang-orang yang kafir berjalan di jalan thaghut, sebab itu perangi lah kawan-kawan syaitan itu kerana tipu daya syaitan itu adalah lemah.´ [surah an-Nisa¶, ayat 76] Sekarang, µtabir¶ yang melindungi wajah sebenar wang kertas semakin terungkai. Dunia mula mengetahui apa ada di sebalik wang kertas. Wang kertas tidak mempunyai nilai intrinsik seperti mana wang sebenar (contohnya emas, perak, sebakul barangan dan lain-lain). Nilai yang dicetak di atas wang kertas kini ditentukan oleh kerajaan yang mengeluarkannya dan kuasa pasaran (market forces). Ini bermakna nilainya bergantung kepada permintaan dan manipulasi pihak yang mengeluarkannya. Ia hanya lah µjanji¶ untuk membayar dan pihak yang mengeluarkannya tidak semesti menunaikan µjanji¶ itu. Atas inilah, sebagai contoh, pada wang kertas Ringgit 3alaysia yang kita gunakan sekarang, tercetak ayat, ³wang kertas ini sah diperlakukan dengan nilai«.´. Wang kertas digelar fiat kerana ia bukan berbentuk komoditi tetapi dikeluarkan oleh pihak tertentu dan dijamin nilainya oleh pihak yang mengeluarkan. Pengertian sebenar disebalik wang kertas ialah sekadar µsekeping kertas¶ yang diterima pakai untuk semua urusan jual beli. Asas penerimaan kertas ini hanya atas dasar kepercayaan terhadapnya.Kepercayaan semata-mata! Itu sahaja! Sekiranya di suatu masa kelak, semua orang hilang kepercayaan terhadap µkertas ini¶ lalu ia tidak lagi berguna, sekalipun jumlahnya berguni. Sejarah membuktikan bahawa dalam peperangan mata wang sesebuah Negara dilanda krisis akan hancur lalu wang kertas dilambakkan seperti bukit di satu tempat dan dimansuhkan dengan cara membakarnya hingga hangus. Di 3alaysia, sebahagian besar generasi sebelum merdeka masih lagi mengingati istilah µduit pisang¶ atau µduit Jepun¶ yang menyaksikan berguni duit kertas tidak mampu untuk membeli secawan beras. Ungkapan µduit tak laku¶ bukan lah sesuatu yang asing buat orang lama yang pernah melalui pengalamn buruk itu. Selain wang kertas, wang fiat juga merujuk kepada wang dalam bentuk angka dalam akaun, hutang-hutang yang dikeluarkan oleh bank atau institusi kewangan dan kad plastic digital. Wang ini tidak disokong oleh apa-apa aset yang nyata. Nilainya mudah dimainkan oleh speculator matawang yang berniat jahat, tamak dan tidak berperikemanusian. Krisis ekonomi Asia pada 1997 adalah contoh yang paling dekat dengan kita. Spekulasi dan manipulasi menyebabkan berlaku susut nilai matawang atau lebih buruk, matawang itu langsung tidak bernilai. Keadaan yang dinamakan µmoney meltdown¶ ini sudah pun berlaku dalam tahun-



tahun kebelakangan (kejatuhan Dolar Amerika pada 1973 dan 1980). Keadaan ini pasti akan berulang. Krisis ekonomi dunia diramal menjadi lebih teruk berbanding pada tahun 1929. Sistem ekonomi kapitalis, bank dan institusi kewangan dengan cara tidak bertanggungjawab telah mencipta wang fiat dengan banyak di pasaran sehingga menyebabkan inflasi. Wang itu dicipta melalui kepelbagaian deposit, memberi hutang dan mengenakan faedah. Setiap wang fiat yang didepositkan ke dalam bank akan mencambahkan tiga wang fiat lagi yang boleh diberikan kepada individu dan syarikat perniagaan. Ekonomi ini adalah ekonomi palsu yang tidak berasaskan kepada pengeluaran sebenar. Sesetengah kerajaan mencetak wang sewenang-wenang tanpa bersandarkan kepada pengeluaran sebenar dalam Negara bagi kepentingan pemerintah dan pengekalan kuasa. Apabila semakin banyak wang dicetak, nilai wang fiat akan berkurangan dan menyebabkan inflasi. Kuasa beli rakyat pula akan berkurangan. Satu wang fiat tidak memungkinkan kita membeli barangan yang sama kita beli seperti sepuluh tahun yang lalu. Ini menjadikan nilai wang kertas fiat hanya terletak pada barangan yang kita beli hari ini. Sebagai contoh, tiga puluh tahun lalu, seseorang yang bergaji R3 1000 sebulan mampu memiliki kereta import berjenama dan sebuah banglo. Hari ini, gaji sebanyak R3 20 000 sebulan belum tentu menjanjikan kereta import dan banglo. Harga barangan menjadi terlalu tinggi iaitu meningkat berkali ganda berbanding peningkatan dalam pendapatan. Orang sekarang berkerja siang dan malam serta melakukan bermacam-macam jenis pekerjaan, tetapi masih berada di dalam keadaan kekurangan. Harta pada hakikatnya dimiliki oleh bank atau institusi kewangan. Hampir semua orang berhutang dengan bank atau institusi keewangan dan pada bila-bila masa boleh menjadi papa kedana kerana hutang itu. 3alah hutang bank juga boleh diwarisi sehingga ke anak cucu. Kadar pengangguran dan kegagalan syarikat perniagaan pula semakin meningkat dari hari ke hari. Semua ini angkara sistem kewangan fiat yang menyebabkan ekonomi berkembang secara tidak stabil serta mewujudkan jurang besar antara golongan berada dengan golongan tidak berada. Jelas wang kertas adalah wang yang tidak adil dan tidak jujur. Apabila Amerika Syarikat meluluskan penubuhan FRD dan Amerika Syarikat mengadakan perjanjian Bretton Woods pada 1944, seluruh ummah sebenarnya sudah ditipu µhidup-hidup¶. Inilah penipuan terbesar dalam sejarah manusia. Sumber : 3ilenia 3uslim, Julai. Pemendek URL daripada Google m   



#  &   '        



Dalam usaha mengembalikan dinar emas, isu kepimpinan amat penting sekali. Dinar Emas perlukan sokongan para sultan di 3alaysia kerana merekalah penjaga agama Islam. Kita tidak mahu kembalinya dinar emas ini bergantung kepada demokrasi atau kepada persetujuan ramai diundi sama ada untuk menggunakan dinar atau tidak. Penggunaan dinar emas sebenarnya adalah hak umat Islam untuk melaksanakan tanggungjawab keagamaannya. Sebab itu kita tidak boleh pilih untuk tidak menggunakannya. Zakat harus digalakkan dibayar menggunakan dinar emas dan langah yang diambil oleh kerajaan Negeri 3elaka harus dijejaki oleh semua kerajaan negeri yang lain di 3alaysia. Kekayaan umat Islam mesti dilindungi dengan ukuran kekayaan disandarkan kepada dinar emas. Perkembangan dinar emas di rantau ini sungguh menggalakkan. Di Indonesia, rakyatnya sangat mengharapkan dinar emas ini dikembalikan sebagai wang bagi menggantikan Dolar Amerika, kerana nilai Ruppiah terlalu volatile atau tidak stabil. Keberkesanan usaha agak kurang berkesan kerana tidak ada pemimpin yang tampil menyuarakan hasrat ini. Di 3alaysia, pemimpin negara yang kehadapan menyuarakan hasrat untuk mencari alternatif kepada dolar Amerika dan seterusnya membebaskan kebergantungan kepada wang kertas. Inilah kuasa yang ada pada pemimpin. 3engembalikan penggunaan dinar emas memerlukan kepimpinan yang berbeza daripada kepimpinan yang ada dalam sistem kufar. Amir atau Sultan bertanggungjawab ke atas atas tujuh perkara dalam agama kita iaitu menentukan tarikh dua raya (iaitu Ramahan, shawal dan Haji), menentukan timbangan berat dinar emas dan dirham perak, memastikan betul timbangan di pasar, pengutan dan pengedaran zakat dan menentukan Jihad. Aktiviti kemasyarakatan yang lain adalah ditangan masyarakat itu sendiri dengan perundangan yang telah ditetapkan. Penggunaan dinar emas adalah aktiviti masyarakat dan mereka seharusnya diberi kebebasan untuk menggunakan dinar untuk membayar zakat. Dalam temubuah yang dikendalikan bersama Tan Sri Syed 3okhtar, seorang ahli perniagaan yang berjaya, beliau membangkitkan isu bahawa orang 3elayu kurang berpesatuan jika dibandingkan dengan kaum lain. Ini satu pemerhatian yang tepat. Sedangkan kita tahu, umat Islam dahulu, memang banyak menjalankan aktiviti perdagangan mereka melalui persatuan (guild). Pembuat kasut ada persatuan pembuat kasut, pembuat pasu ada persatuan pembuat pasu dan sebagainya. Walau bagaimanapun terdapat juga beberapa persatuan di negara kita yang berjaya seperti Persatuan Peladang 3alaysia, Persatuan Anggota Polis dan sebagainya. 3ereka menjalankan aktiviti untuk kebajikan ahli mereka. Dalam usaha menggunakan dinar emas, ianya tidak terikat kepada penggunaan diperingkat antarabangsa sahaja. 3asyarakat dari negara OIC memerhatikan apa yang kita lakukan terhadap penggunaan dinar emas ini. Umat Islam di 3alaysia seharusya membangunkan ekonomi baru ini dan menjualnya ke negara-negara OIC yang lain untuk turut dilaksanakan. Dinar emas bukan bertujuan menggantikan matawang kertas negara tertentu tetapi sebagai pilihan untuk umat Islam



menjalankan aktiviti perdagangan, simpanan dan perlaburan tanpa riba. Ini sekurang-kurangnya membebaskan umat Islam daripada bahana riba yang diperangi Allah dan RasulNya. Langkah pertama yang boleh dilakukan adalah usahasama antara dua persatuan untuk membuat pertukaran perkhidamatan dalam dinar emas. Penggunaan ini terhad kepada dua persatuan sahaja. Elemen pertama dalam mekanisma ini telahpun wujud di 3alaysia iaitu watawang IGD itu sendiri yang kini dikeluarkan oleh Royal 3int 3alaysia dan juga Islamic 3int 3alaysia. Persoalan yang sering diterima bagaimana boleh kita mendapatkan dinar ini. Pihak pengusaha seharusnya menyediakan segala kemudahan bagi membolehkan masyarakat mendapatkan matawang ini. Kini, IGDExchange Sdn Bhd telah membangunkan IGDExchange.com sebuah laman web yang ada menyediakan kemudahan pertukaran dan perolehan dinar emas melalui internet. Infrastruktur pengeluaran dan pengedaran juga nampaknya telah mula berjalan di 3alaysia. Tugas seterusnya adalah untuk menggalakan masyarakat 3alaysia memiliki IGD ini supaya menggunakannya sebagai simpanan, mas kawin dan sebagainya. Jadi kita boleh katakan bahawa matlamat utama sekarang ini adalah supaya lebih ramai masyarakat 3alaysia memiliki IGD. Satu usaha murni yang di cadangkan oleh Datuk Shaykh Hj Nuh Gadot, mufti negeri Johor Darul Takzim dalam satu seminar di UT3 pada 24 September, 2003 adalah supaya seisi rumah memiliki simpanan sebanyak 20 dinar emas supaya setelah cukup nisabnya, setengah dinar perlu dikeluarkan zakat. Ini satu usaha yang harus di sokong kerana usaha ini telah melaksanakan dua tanggungkawab iaitu menunaikan zakat dan pada waktu yang sama memerangi riba. Elemen kedua dalam meknisma utama ini adalah mewujudkan pasar di mana matawang IGD ini boleh di gunakan. Sebaiknya ada pihak yang membangunkan pasar dan memperbanyakan wakala di mana wang ringgit boleh ditukar kepada IGD dan disebaliknya. Pembayaran zakat dalam IGD amatlah baik, tetapi setelah penerima menerima bayaran dalam IGD dimana boleh ia digunakan atau boleh ditukar kepada wang ringgit. Sekiranya tidak ada tempat pertukaran ini atau wakala maka amat sukar untuk dilaksanakan pembauaran zakat menggunakan matawang IGD. Seterusnya perlulah juga ada kedai atau pasar di mana IGD ini boleh digunakan. 3enyebut tentang pasar, ada orang mengkelaskan pasar kepada µpasar Islam¶ dan pasar konvensional. Apa bezanya? Sebenarnya tak ada µpasar Islam¶, yang ada adalah pasar yang peraturan perjalanan urusniaganya mengikut sunnah Rasul s.a.w. dan apa yang telah diamalkan oleh komuniti umat Islam di 3adinah. Atau kita katakan perbezaan ketara antara pasar bebas Islam dengan pasar biasa yang ada sekarang adalah satu dibangunkan berteraskan konsep yang di bawa oleh Rasulullah s.a.w. yang perlu memenuhi empat syarat penting iaitu pasar ini tidak dimiliki oleh sesiapa, tiada sewa dikenakan terhadap peniaga, tiada cukai dan tiada penyelewengan atau penipuan. Prinsip asas ini mudah difahami tetapi perlukan prosedur yang tersusun rapi. Sabda Rasulullah s.a.w bahawa,´Pasar mestilah mengikut sunnah seperti sebuah masjid ± barang siapa yang mendapat tempat dahulu di pasar mempunyai hak terhadapnya sehingga dia meninggalkan pasar dan pulang setelah menyelesaikan perniagaan pada hari itu´. (Al-Hindi, kanz al-µUmmal, V, 488, n0 2688). Keistimewaan yang sama antara pasar dan masjid adalah kebebasan untuk memilih tapak untuk berniaga. Jika di masjid mereka yang datang awal akan mendapat tempat terbaik di dalam masjid sama ada di hadapan sekali atau pilihannya adalah untuk duduk di bawah kipas yang



dingin. Kebebasan hak inilah yang dimaksudkan. Keduanya, tidak ada sesiapa yang boleh menempah ruang dan menguasaai ruang perniagaan itu sama seperti keadaan di masjid dengan tidak ada sesiapa yang boleh menempah saf pertama atau saf kedua atau hendak duduk betul-betul dibelakang imam. Pasar tidak dimiliki sesiapa, Ketiganya, tidak ada bayaran dikenakan sama seperti tidak perlu membayar untuk menunaikan sembahyang di masjid. Bayaran disekitar pasar biasanya dikenakan bagi tujuan menyimpan barang atau menyewa stor barang. Ini tidak termasuk kawasan pasar dan dilarang melakukan sebarang perdagangan dari tempat simpanan barang. Keempatnya adalah tidak ada cukai. Ini seiring dengan sebuah hadis,´Ini adalah pasar kamu, jangan dibenarkan apa juga bentuk cukai dikenakan ke atasnya´. Pasar Islam menjamin peluang yang sama diberikan kepada semua peniaga, kegiatan perniagaan tidak dikaitkan dengan satu puak atau satu kaum, tiada ketua atau puak istimewa dalam pasar, tiada konsep majikan atau pemilik besar. Ini memberikan takrifan apa yang dikatakan µpasar bebas¶ yang sebenarnya, yang perlu dibentuk bagi kemajuan dan kesejahteraan umat Islam khasnya dan masyarakat umum amnya. Ianya mestilah terbuka kepada semua masyarakat tidak kira agama tetapi mestilah mematuhi syarat yang ditetapkan. Sistem mata wang hari ini terhasil daripada peristiwa pada akhir tahun 60-an apabila perjanjian Bretton Woods dibatalkan kerana AS mengalami muflis. AS telah mencetak terlalu banyak dolar dan mengeksport wang kertas mereka ke luar negara. Pada 1968, Presiden Charles De Gaulle memberitahu 3enteri Kewangannya bahawa Perancis tidak boleh lagi menerima inflasi yang dieksport dari AS, membenarkan dolar AS membanjiri Paris dan beberapa negara Eropah lain. Pemimpin Perancis itu mengarahkan supaya semua dolar yang ada dalam negara itu dipulangkan balik kepada AS dan menukarkannya dengan emas. 3aka berlakulah suatu keadaan di mana ramai berebut-rebut untuk mendapatkan emas dengan menukarkan wang kertas dolar AS. Jika ini berlaku, patutkah kita masih mahu berpegang kepada wang kertas tanpa sandaran ini dan sudah pasti tidak ada siapa yang mahu ketinggalan, sebaliknya semua berebut untuk mendapatkan emas mereka. Dalam masa dua bulan, 60 peratus daripada emas dalam simpanan di Fort Knox AS lesap. Seperti biasa AS mengambil jalan melanggar undang-undang kontrak iaitu menghukum mereka yang menukar dolar AS kepada emas. 3ereka didakwa melanggar hak asasi manusia untuk memiliki emas atau komoditi yang berharga. Selepas itu, bank pusat di seluruh dunia dilarang menukar dolar AS dengan emas. Seperti yang kita ketahui, pada 1969 De Gaulle dilucutkan jawatan dan diganti oleh Georges Pompidou dan dengan kerjasama Willi Brandt telah membentuk dasar pertama ke arah mewujudkan mata wang



bagi Eropah iaitu euro. Apa yang dilakukan oleh De Gaulle membawa kepada terhapusnya ikatan wang kertas dolar AS kepada emas pada 1971. Selepas itu, dunia memasuki era mata wang apungan. Ini membuka ruang ekploitasi oleh negara besar dengan ekonomi yang besar terhadap negara kecil. 3ereka mencetak kertas tanpa sandaran emas ditukar dengan kekayaan sebenar seperti minyak, rempah, kayu jati, gas dan sebagainya. Tetapi jika kita ke negara mereka, ringgit kita dikatakan hanya sekeping kertas dan seringgit kita tidak boleh membeli setin Coca Cola di New York. De Gaulle menyatakan bahawa keistimewaan dolar dan AS dalam mencetak wang kertas adalah sesuatu yang melampau. Robert 3undell, seorang pemenang Anugerah Nobel menyuarakan keperluan diwujudkan mata wang komoditi. Profesor Deutche dari Jerman juga menyatakan bahawa ekonomi dunia kini memerlukan mata wang komoditi untuk mewujudkan suatu sistem ekonomi yang stabil dan mangsa yang terbaru yang kita tahu adalah Argentina. Negara itu yang kaya dengan bahan mentah, tetapi telah mengikuti telunjuk Tabung 3ata Wang Antarabangsa (I3F) dan mengikat wangnya dengan dolar AS. Perhatikan bahawa ikatan kepada dolar AS pun tidak selamat walaupun dinasihati oleh I3F. Emas adalah komoditi yang mempunyai makna yang jelas dan tetap. Ia sama seperti kita menetapkan ukuran timbangan berat kilogram. Satu kilogram tetap satu kilogram. Jika ukuran timbangan kilogram ini berbeza di London, Bangkok dan Jakarta, sudah pasti kita akan menghadapi situasi yang kelam kabut. Sudah pasti urusan perdagangan akan menjadi kucar kacir. Sekarang ini ada beratus-ratus mata wang dunia tetapi mengapa dunia membenarkan dolar AS mendominasi mata wang lain. Urusan perhubungan dan perdagangan boleh dilakukan dalam masa 30 saat, tetapi jika kita menggunakan berpuluh-puluh jenis mata wang sudah pasti pertukaran pembayaran menjadi kelam kabut dan tidak praktikal. Dunia memang mengharapkan satu mata wang dan pada hari ini mata wang itu adalah dolar AS. Walaupun banyak negara mahukan perubahan, sudah pasti AS dan konconya tidak mahu sebarang perubahan. Namun, kita harus ingat dolar AS sebenarnya tidak akan mampu bertahan kerana ia tidak adil dan adalah wang janji hutang dan tidak boleh diterima. Wang kertas bukan ayn (ada nilai intrinsik) tetapi dyn iaitu tidak mempunyai nilai intrinsik. Ingat! yang berkuasa tidak akan sentiasa berkuasa dan suatu hari kelak dolar AS akan menerima



nasib sama dengan mata wang yang pernah dimanipulasi mereka. Kekuatan sistem ekonomi dan kewangan mereka hanyalah ibarat kekuatan sarang labah-labah iaitu kekuatan yang hanya berasaskan kepada penggunaannya. 3engikut hukum Islam, tidak ada barangan yang boleh dipaksa sebagai µsatu-satunya mata wang¶. Kita tidak boleh menetapkan satu komoditi saja sebagai mata wang. Jadi manusia mempunyai kebebasan untuk memilih sebarang komoditi yang bernilai sebagai mata wang dan bukan mata wang yang dipaksa nilai ke atasnya. Oleh itu apa yang diamalkan sekarang ini tidak mengikut hukum Islam dan umat Islam seharusnya memikirkan alternatif kepada penggunaan dolar AS dalam urusan perdagangan khasnya pada peringkat antarabangsa. Dinar emas dan dirham perak bukan suatu ejen sistem kewangan, ia satu komoditi, iaitu emas dan perak. 3alah, kita boleh katakan dinar adalah suatu komoditi sama seperti sekilo beras. Ia ada harga yang ditentukan oleh pasaran dan bukanlah suatu janji pembayaran seperti wang kertas. Kita tidak seterusnya membenarkan kekayaan negara kita dimanipulasi dan dieksploit dengan pembayaran menggunakan mata wang kertas yang sentiasa susut nilai dan sentiasa kerugian dalam pertukaran wang asing. Kita mesti beri keyakinan bahawa umat Islam akan bersatu menggunakan mata wang komoditi dinar emas dan dirham perak. Umat Islam di negara ini seharusnya berusaha untuk memiliki dinar emas ± suatu kekayaan yang dipegang dan ada nilai sebenar.



 '    ›!    ›    ›  SEJAK tiga tahun kebelakangan ini banyak diwar-warkan melalui berita mengenai dinar emas. 3ungkin tidak ramai tahu bahawa dinar emas dan dirham perak adalah mata wang yang dikenali dan digunakan orang Islam sebagai mata wang syariat umat Islam. Dinar emas digunakan sebelum Islam, di Eropah, seterusnya digunakan pada zaman Rasulullah saw dan dimantapkan penggunaannya pada zaman pemerintahan Saidina Umar. Sejak itu, kedua-dua dinar dan dirham telah menjadi mata wang umat Islam di seluruh dunia. Dinar emas dan dirham perak digunakan di gugusan Tanah 3elayu iaitu sejak abad ke-14 dengan penggunaan kijang emas, kupang Kelantan dan Pattani antara abad ke-15 dan 16, Dinar 3atahari Kelantan pada abad ke-18 seterusnya Dinar emas Sultan Abdul Jalil Shah III dan Dinar emas Kedah dalam abad ke-17 dan 18. Pada 1850 Kijang 3as dicetak, sekeping duit emas daripada Kesultanan Kelantan ketika pemerintahan permaisuri 3elayu, Che Siti Wan Kembang. Kepingan sampel dinar emas itu



masih tersimpan dalam 3uzium di 3alaysia sebagai bukti bahawa bumi kita pernah menggunakan dinar emas dan dirham perak. Penggunaan dinar emas juga banyak tercatat dalam kitab Kanun 3elaka, terutama penggunaannya dalam perdagangan. Jadi, tepat sekali kalau kita katakan usaha mengembalikan dinar emas ini di 3alaysia memanglah tepat kerana bumi ini mengikut sejarahnya pernah menggunakan dinar emas. 3alangnya penggunaan dinar emas berakhir dengan kejatuhan pemerintahan Khalifah Uthmaniyah di Turki dan melalui tipu helah dan dakyah barat, sistem kewangan berteraskan dinar-emas digantikan dengan sistem kewangan berteraskan wang kertas yang dicetak. Perlu ditekankan dinar emas diperbuat mengikut timbangan berat 4.25 gram daripada emas 22 karat atau emas 916. Emas ini mengandungi 91.66 peratus emas tulen dan mengandungi bahan selain emas sebanyak 8.34 peratus. Emas tulen disebut emas 24 karat atau emas 99.9 atau mengandungi hampir 100 peratus ketulenan. 3anakala dirham perak dibuat mengikut timbangan berat bersamaan 3 gram perak sterling. Semua ukuran ini mengikut piawaian Khalifah Umar ibn Al-Khatab yang menetapkan nisbah perbezaan antara dinar dan dirham berdasarkan berat relatif kedua mata wang emas dan perak iaitu µ7 dinar mestilah bersamaan dengan 10 dirham dalam ukuran berat¶. Apa yang membanggakan adalah hakikat di Tanah 3elayu ini kita pernah menjalankan perdagangan dengan negara luar menggunakan dinar emas. Tamatnya penggunaan mata wang ini sebenarnya berpunca daripada proses manipulasi dan penjajahan. Kita dapat lihat, apabila Jepun menjajah Tanah 3elayu, mereka membawa bersama-sama wang Jepun atau juga dinamakan banana money. British yang kembali ke Tanah 3elayu selepas itu juga melakukan perkara yang sama. 3asyarakat kita didedahkan dengan wang kertas pound sterling iaitu wang kertas British. Namun apabila 3alaysia mencapai kemerdekaan pada 1957 Bank Negara ditubuhkan pada 26 Januari 1959, maka bermulalah era mata wang baru iaitu dolar 3alaysia sebelum ditukar menjadi ringgit 3alaysia. 3ata wang kita diserang pada 1997 melalui pasaran saham dan perdagangan mata wang antarabangsa. George Soros seorang spekulator mata wang antarabangsa melalui koncokonconya dari dalam mahupun luar telah memperniaga dan memanipulasikan ringgit 3alaysia sehinggakan ia susut nilai sebanyak 65 peratus dan pada waktu yang sama rupiah Indonesia susut nilai sebanyak 620 peratus. Langkah tegas bekas Perdana 3enteri Tun Dr 3ahathir 3ohammad agar ringgit 3alaysia ditambat kepada dolar Amerika Syarikat pada kadar R33.8 bagi setiap dolar AS bagi melindungi mata wang kita terus dimanipulasi. Serentak itu juga semua mata wang R3500 dan R31,000 di luar negara dikembalikan.



Perdagangan antarabangsa sangat memerlukan ketetapan kadar pertukaran wang. Dalam situasi sekarang kita dapati salah satu negara atau kedua-dua negara yang berdagang akan mengalami kerugian melalui pertukaran mata wang dan sekarang ini hampir 80 peratus perdagangan menggunakan mata wang dolar Amerika. Kebergantungan kita kepada satu mata wang saja akan menguatkan lagi mata wang itu dan akan dengan sendirinya tidak menguntungkan sesiapa. Kebergantungan hanya kepada dolar Amerika sudah tentu membuka pintu manipulasi yang boleh membawa kepada banyak keburukan. Kemelut ekonomi mungkin juga satu rahmat kepada umat Islam di 3alaysia khasnya dan seluruh dunia amnya. Dr 3ahathir menyarankan supaya masyarakat dunia amnya dan Asean khasnya mencari jalan untuk melepaskan kebergantungan kepada mata wang dolar Amerika dalam urus niaga. Dinar emas diketengahkan dan diterima dengan baik oleh masyarakat dunia yang inginkan sistem perdagangan yang adil. Penerimaan dinar emas sebagai mata wang untuk perdagangan antarabangsa khasnya di kalangan negara Islam bukan sekadar omong kosong tetapi beliau sendiri mahukan supaya masyarakat memahami apa itu dinar emas. Untuk itu masyarakat negara ini perlu jelas apa itu dinar emas dan dirham perak, tahu dari segi sejarahnya, tahu dari segi amalan keagamaannya seperti zakat, mas kahwin, simpanan, perdagangan cara Islam, pasaran bebas Islam yang membolehkan dinar emas digunakan. 3ereka juga perlu tahu mekanisme yang perlu diwujudkan bagi menjadikan kembalinya zaman penggunaan dinar emas ini suatu realiti di negara ini. Apakah mekanisme yang perlu ada bagi melaksanakan sistem perdagangan antarabangsa, bagaimana memindahkan emas yang banyak dari satu tempat ke satu tempat dan sebagainya? Sejauh manakah penyelidikan yang telah dijalankan di institusi pengajian tinggi tempatan? Kita yakin malah Dr 3ahathir pernah menyatakan bahawa ³3alaysia sudah menyediakan mekanisme berhubung dengan cadangannya supaya dinar emas dijadikan mata wang bagi perdagangan antarabangsa.´ 3alaysia telah diterima sebagai negara Islam contoh di kalangan dunia Islam yang menanti apa bakal kita lakukan berkaitan dinar emas. 3alaysia adalah negara yang mempopularkan usaha untuk mengembalikan dinar emas dan kita harus bersedia untuk menjadi pemimpin kepada masyarakat Islam dunia. %%&&& %