Khutbah Jum'at Ciri Taqwa Selepas Ramadhan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Ciri Taqwa selepas Ramadhan Pertama-tama marilah kita panjatkan puji setinggi-tinginya kepada Allah swt yang telah memberikan banyak karunia kepada kita semua berupa sehat jasmani dan ruhani, semoga kesehatan yang kita miliki ini abadi se-usia bumi. Begitu juga shalawat serta salam semoga tersenandung untuknya ila yaumil qiyamah. Khotib ingin menegaskan bahwa hidup bertaqwa adalah satu-satunya jalan yang tepat dari dulu, sekarang hingga masa yang akan datang. Taqwa dalam arti menjalankan perintahnya dan terus menerus istiqomah menjauhi larangannya. Ramadhan baru saja berlalu dari hadapan kita, bulan di mana semua ummat islam ditranining “dimodali” bekal mengendalikan diri untuk hidup sebelas bulan yang akan datang, karenanya hasil yang didapat dari ibadah puasa dapat dilihat dari implementasi sebelas bulan yang akan datang. Bertambah sholeh dari sebelumnya atau bertambah tholeh sesudahnya. “Training” tersebut di awasi langsung oleh Allah dan ‘sertifikat’ yang dijadikan sebagai penanda kesuksesan dari ibadah puasa itu adalah titel taqwa dan terampuninya dosa. Alangkah baiknya jika kita tidak langsung larut dalam klaim bahwa kita ini termasuk orang yang bertaqwa, mengingat betapa berat dan sengsaranya ibadah puasa ramadhan. Kalau saja ternyata ibadah puasa itu hanya menahan lapar dan dahaga saya pastikan 99 persen banyak yang berhasil, tetapi puasa yang sebenarnya adalah mengekang hawa nafsu buruk yang mengotori jiwa ini. Karena itu jangan terlalu pede dengan puasa yang kita lakukan bulan ramadhan yang lalu. Allah berfirman di dalam al Qur’an



‫بقحل نهحل بننببئبكحم ةب ا ح ن‬ ‫ضلل نسحعبيبهحم ةف ي احلنحني اة الددحنني ا نوبهحم نيححنسببنونن‬ ‫ اللةذينن ن‬.‫لحخنسةرينن أنحعنم الل‬ ‫ بأونلةئنك اللةذينن نكنفبروا ةبيآني اةت نربةهحم نوةلنق اةئةه نفنحةبنطحت أنحعنم الببهحم نفنل‬.‫صحنلع ا‬ ‫أنلنبهحم بيححةسبننونن ب‬ ‫بنةقيبم لنبهحم نيحنونم احلةقني انمةة نوحزلن ا‬.



Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. (QS. al kahfi:103-105)



Apapun yang kita dapatkan hari ini adalah akibat dari usaha dihari-hari sebelumnya. Namuun harap kita semua adalah menjadi orang yang bertaqwa. Hadirin sidang jumat rahimakumullah Adapun, sebagian ciri yang paling lekat dalam kaitannya dengan momentum halal bihalal yang dilakukan setelah berlalunya bulan ramadhan sesuai dengan Firman Allah QS. AlImran: 134



‫اللذين ينفقنون فى السراء و الضراء والك ا ظمين الغيظ و الع ا فين عن الن ا س إن‬ ‫ال يحب المحسنين‬ Artinya: orang yang beriman adala)…. adalah orang yang menginfakkan harta bendanya baik dalam



keadaan sempit maupun dalam keadaan lapang, menahan marah, mema'afkan orang lain. sesungguhnya Allah mencintai orang yang berbuat baik Dalam ayat tersebut di atas, memberikan informasi kepada kita semua, bahwa diri orang bertaqwa paling tiadak ada tiga Bersedia untuk berbagi kepada orang lain, hal in ditandai dengan zakat fithrah, zakat fithrah diwajibkan oleh setiap orang yang pernah menikmati ramadhan meskipun sekejap, dan dia mempunyai bekal makan untuk esok harinya. Betapa zakat ftirah ini demikian bermakna, sampai orang yang hanya pas-pasan nuntuk hidup esok hari saja diwajibkan berbagi berupa zakat fithrah. Hal ini isyarat bahwa, untuk membantu orang lain tidak hanya kewajiban bagi orang kaya dan berpunya, tetapi siapapun yang mempunyai kelebihan maka hendaknya berbagi dengan orang lain, terutama bagi orang yang kelebihan harta benda. Orang yang dianugerahi tenaga maka sumbangkan tenaganya untuk orang lain, orang yang mempunyai pengetahuan pergunakan pentahuan itu untuk memecahkan kebuntuan hidayah di hati orang lain dan begitulah seterusnya. Kedua, menahan marah, siapapun pernah marah jika ada kesalahan yang dianggap sangat ‘terlalu’ tetapi tidak berarti marah disembarang tempat dan ledakan kemarahan yang berlebih, tetapi jika akan marah, pertimbangkan kembali sudah pantaskah kita marah, kalau memang sudah pantas untuk marah, pertimbangkan kembali dimanakah tempat kita marah dan kapan waktunya harus marah. Marah di tempat umum jelas tindakan yang tidak elok, marah dalam kondisi waktu yang tidak tepat juga hanya sia-sia, terlebih lagi jika marah hanya sebatas karena kesal dan dendam yang tidak merubah prilaku orang yang dimarahi, subhanallah... Sungguh islam mengajarkan jauhi sifat marah. Sampai hadits Nabi, la-taghdhab, la-taghdhab, la-taghdhab Ketiga dan yang paling sulit adalah mema’afkan, karena mema’afkan adalah menghapus kesalahan orang lain dari dalam hati, mengaku dengan lisan mema’afkan tetapi tidak tembus ke dalam hati itu berarti masih dalam batas menahan amarah, ya hanya belum meledak saja. Memaafkan adalah bagian dari merubah pola pikir dari merasa benar menjadi pola pikir orang berpandangan bahwa orang lain yang melakukan kesalahan lebih pada kesalahan yang tak disengaja. Karena itu orang tidak ditemukan ayat untuk meminta ma’af tetapi yang ditemukan adalah ayat ayat untuk mema’afkan misalnya pengalan ayat Allah berfirman:



‫صنفبحنوا أننل بتةحدبنونن أنحن نيحغةفنر اللب لنبكحم نواللب نغبفنومر نرةحيم‬ ‫نوحلنيحعبفنوا نوحلني ح‬



Hendaknya mereka mema’afkan dan berlapang dada, apakah kamu tidak bahwa Allah akan mengampunimu? Dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang (QS.an-Nuur:22) Dari ayat di atas, ciri-ciri pribadi muttaqin ada 3 yaitu, infaq dalam kondisi apapun, menahan marah, dan memaafkan, jika kita telah melaksanakan tiga hal tersebut maka kita layak mendapat julukan orang orang yang muhsinin. Dari tiga tingkatan tersebut yang paling tinggi tingkat kesulitannya adalah berbuat baik kepada orang lain meskipun orang lain tersebut berbuat salah kepada kita, dan itulah yang disebut dengan muhsinin Hadirin rahimakumullah



Adapun cara untuk meminta ma’af tentu berbeda bersifat kasuistik, jika kesalahannya adalah menyangkut haqqul adami maka kembalikan terlebih dahulu hak-nya kemudian meminta ma’af senada dengan apa yang di sampaikan oleh Imam Ali ra. pernah berkata: Kalau ingin meminta maaf maka kembalikan semua hak orang dan kemudiana meminta maaf. Fenomena yang sering kita saksikan, jika ada koruptor yang memohon ma’af lahir bathin di televisi sedangkan hasil ‘buah’ korupsinya tidak dikembalikan kepada negara, tentau tidak akan terampuni dosanya, sampai seluruh penghuni bangsa ini rela dan ridho atas perbuatannya itu, naudzu billahi min dzaalik, semoga kita terhindar dari perbuatan itu