Kian Manajemen Kelompok 3 RSDM [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGARUH PENERAPAN KOMUNIKASI SITUATION, BACKGROUND, ASSESMENT, RECOMENDATION (SBAR) PADA PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN HANDOVER DI RUANG FLAMBOYAN



KARYA ILMIAH AKHIR NERS Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Profesi Ners Disusun Oleh : Kelompok 3 1.



Agusta Rifa Wasito



(SN191005)



2.



Alga Fitriani Ratnaningsih



(SN191006)



3.



Ari Fitriana



(SN191016)



4.



Asri Marhananingtyas



5.



Endri Siti Khotijah



(SN191042)



6.



Kiki Purwo Nugroho



(SN191081)



7.



Mardiana Mutiara Dewi



(SN191093)



8.



Nur Fitria Rahmah Ramdaniati



(SN191115)



9.



Pradita Ayu Fernanda



10. Tri Puspita Wardani



(SN191020)



(SN191123) (SN191155)



PROGAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2019/2020



LEMBAR PERSETUJUAN



Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN KOMUNIKASI SITUATION, BACKGROUND, PERAWAT



ASSESMENT,



DALAM



RECOMENDATION



MELAKSANAKAN



(SBAR)



HANDOVER



DI



PADA RUANG



FLAMBOYAN“ telah melakukan proses bimbingan dan dinyatakan layak untuk diseminarkan dihadapan dewan penguji : Disusun oleh : 1.



Agusta Rifa Wasito



(SN191005)



2.



Alga Fitriani Ratnaningsih



(SN191006)



3.



Ari Fitriana



(SN191016)



4.



Asri Marhananingtyas



(SN191020)



5.



Endri Siti Khotijah



(SN191042)



6.



Kiki Purwo Nugroho



(SN191081)



7.



Mardiana Mutiara Dewi



(SN191093)



8.



Nur Fitria Rahmah Ramdaniati (SN191115)



9.



Pradita Ayu Fernanda



10. Tri Puspita Wardani



(SN191123) (SN191155)



Surakarta, 29 Juli 2020 Mengetahui Pembimbing KIAN



(Ns. S. Dwi Sulisetyawati, M.Kep) NIK: 200984041



ii



LEMBAR PENGESAHAN Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN KOMUNIKASI SITUATION, BACKGROUND, PERAWAT



ASSESMENT,



DALAM



RECOMENDATION



MELAKSANAKAN



(SBAR)



HANDOVER



DI



PADA RUANG



FLAMBOYAN” telah dilakukan sidang/seminar yang dihadiri oleh audiens dan dewan penguji oleh : Di susun oleh : 1.



Agusta Rifa Wasito



(SN191005)



2.



Alga Fitriani Ratnaningsih



(SN191006)



3.



Ari Fitriana



(SN191016)



4.



Asri Marhananingtyas



(SN191020)



5.



Endri Siti Khotijah



(SN191042)



6.



Kiki Purwo Nugroho



(SN191081)



7.



Mardiana Mutiara Dewi



(SN191093)



8.



Nur Fitria Rahmah Ramdaniati (SN191115)



9.



Pradita Ayu Fernanda



10. Tri Puspita Wardani



(SN191123) (SN191155)



Surakarta, 29 Juli 2020 Mengetahui Ketua Program Studi Ners



Dewan Penguji



(Ns. Yunita Wulandari, M.Kep)



(Ns. S. Dwi Sulisetyawati, M.Kep)



NIK: 201185088



NIK: 200984041



iii



KATA PENGANTAR Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan taufik, hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) Prodi Profesi Ners Universitas Kusuma Husada Surakarta. Dalam penyusunan KIAN ini, Kami mendapat bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Kami menyadari tanpa adanya bimbingan dan dukungan maka kurang sempurna penyelesaian KIAN ini. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ns. Setiyawan, M.Kep selaku Rektor Universitas Kusuma Husada Surakarta. 2. Ns. Atiek Murhayati, M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta. 3. Ns. Yunita Wulandari, M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners Universitas Kusuma Husada Surakarta. 4. Ns. S. Dwi Sulisetyawati, M.Kep selaku Pembimbing yang telah memberikan banyak masukan, bimbingan serta arahan dalam penyusunan KIAN. 5. Teman-teman kelompok 3 RSUD Dr. Moewardi yang telah bekerja sama. Penyusun menyadari KIAN mungkin masih terdapat kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga KIAN ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih. Surakarta, 29 Juli 2020 Penulis,



iv



DAFTAR ISI



HALAMAN COVER ……………………………………………………... LEMBAR PERSETUJUAN ...……………………………………………. LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………. KATA PENGANTAR …………………………………………………….



i ii iii iv v vi



DAFTAR ISI ……………………………………………………………… ABSTRAK ……………………...………………………………………… BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1.1 Latar Belakang …………………………………………………. 1.2 Tujuan ………………………………………………………….. BAB II STUDI KASUS …………………………………………………... BAB III RUMUSAN MASALAH ………………………………………... BAB IV STRATEGI PENELUSURAN BUKTI …………………………. BAB V PEMBAHASAN JURNAL ………………………………………. A. Analisa Jurnal …………………………………………………… B. Pembahasan Jurnal ……………………………………………… BAB IV KESIMPULAN …………………………………………………..



1 1 4 5 7 9 15 15 28 36



DAFTAR PUSTAKA



Program Studi Profesi Ners Universitas Kusuma Husada Surakarta



v



PENGARUH PENERAPAN KOMUNIKASI SITUATION, BACKGROUND, ASSESMENT, RECOMENDATION (SBAR) PADA PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN HANDOVER DI RUANG FLAMBOYAN Abstrak Latar belakang : Pelayanan kesehatan di rumah sakit dengan teknologi canggih dan kompleksitas prosedur diagnostik serta terapi sangat memungkinkan resiko untuk menciderai pasien yang akan mengancam keselamatan pasien. SBAR merupakan metode komunikasi yang digunakan dalam operan mencakup semua informasi tentang asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien dengan menggunakan dokumentasi sebagai sumber informasi. Tujuan : Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh operan dengan metode SBAR terhadap pendokumentasian implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan. Metode : Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Partisipan berjumlah 11 orang yang terdiri dari perawat, kepala ruang perawatan dan kepala dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian : Menunjukkan ada perbedaan persepsi; Sosialisasi optimal; Motivasi dalam mengimplementasikan secara optimal; Dampak positif dari pelaksanaan Handover SBAR dan risiko non-kinerja handover SBAR Rekomendasi dari penelitian ini diharapkan sehingga manajemen struktural rumah sakit dapat meningkatkan pengawasan untuk mengontrol pelaksanaan handover dengan komunikasi SBAR, dan membuat Prosedur Operasional Standar untuk menerapkan handover dengan komunikasi SBAR. Kata kunci : Handover, Komunikasi SBAR, dokumentasi, implementasi, evaluasi. .



vi



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rumah sakit sebagai sebuah industri di bidang kesehatan memiliki karakteristik tersendiri yang serba padat, yaitu padat karya, padat modal, padat teknologi, padat regulasi dan memiliki sumber daya dengan berbagai multidisiplin ilmu, sehingga besar kemungkinan untuk terjadi masalah atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dalam pemberian pelayanan kesehatan (Triwibono, 2013; Pohan, 2015). Untuk menjamin layanan keperawatan sesuai standar, maka perlu dilakukan kegiatan pengendalian mutu (Marquis&Huston, 2016). Komunikasi dalam praktek keperawatan profesional merupakan unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil yang optimal dalam kegiatan keperawatan. Komunikasi adalah bagian dari strategi koordinasi yang berlaku dalam pengaturan pelayanan di rumah sakit khususnya pada unit keperawatan. Komunikasi terhadap berbagai informasi mengenai perkembangan pasien antar profesi kesehatan di rumah sakit merupakan komponen yang fundamental dalam perawatan pasien (Suhriana, 2012). Komunikasi yang efektif dalam lingkungan perawatan kesehatan membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan empati. Ini mencakup mengetahui kapan harus berbicara, apa yang harus dikatakan dan bagaimana mengatakannya serta memiliki kepercayaan diri dan kemampuan untuk memeriksa bahwa pasien telah diterima dengan benar.



1



2



Pelaksanaan komunikasi yang efektif bagi perawat , dimulai dari elemen terkecil dalam organisasi yaitu pada tingkat "First Line Manager" (kepala ruang), karena produktifitas (jasa) berada langsung ditangan individu individu dalam kerja tim. Namun demikian komitmen dan dukungan pimpinan puncak dan stakeholder lainnya tetap menjadi kunci utama. Bertemunya persepsi yang sama antara dua komponen tersebut dalam menentukan sasaran dan tujuan, merupakan modal utama untuk meningkatkan kinerja dalam suatu organisasi. Menentukan tingkat prestasi melalui indikator kinerja klinis akan menyentuh langsung faktor -faktor yang menunjukkan indikasi-indikasi obyektif terhadap pelaksanaan fungsi/tugas seorang perawat , sejauh mana fungsi dan tugas yang dilakukan memenuhi standar yang ditentukan. Menurut Vardaman (2012) bahwa sistem komunikasi SBAR dapat berfungsi sebagai alat untuk standarisasi komunikasi antara perawat dan dokter. Jurnal ini menunjukkan bahwa SBAR dapat membantu dalam pengembangan skema yang memungkinkan membuat keputusan yang cepat oleh perawat. Komunikasi SBAR adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang logis untuk mengatur informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara akurat dan efesien. Komunikasi dengan menggunakan alat terstruktur SBAR ( Situation, Background, Assesement, Recomendation ) untuk mencapai ketrampilan berfikir kritis dan menghemat waktu (NHS, 2012).



3



Komunikasi Situasion Background Assessment Recommendation (SBAR) dalam dunia kesehatan dikembangkan oleh pakar Pasien Safety dari Kaiser Permanente Oakland California untuk membantu komunikasi antara dokter dan perawat. Meskipun komunikasi SBAR di desain untuk kumunikasi dalam situasi beresiko tinggi antara perawat dan dokter, teknik SBAR juga dapat digunakan untuk berbagai bentuk operan tugas, misalnya



operan antara



perawat. Di Kaiser tempat asalnya, teknik SBAR tidak hanya digunakan untuk operan tugas antara klinis tapi juga untuk berbagai laporan oleh pimpinan unit kerja, mengirim pesan via email atau voice mail untuk mengatasi masalah (JCI, 2010) Menurut hasil penelitian Catherine (2008) di Denver Health Medical Center Kegagalan komunikasi perawat dalam melakukan operan antar shift 30% disebabkan karena kegagalan komunikasi secara langsung seperti: 1) Komunikasi yang terlambat. 2) Kegagalan komunikasi dengan semua anggota tim keperawatan. 3) Isi komunikasi yang tidak jelas. Hal ini menyebabkan tujuan komunikasi yang diharapkan tidak tercapai. Karena operan merupakan sarana komunikasi perawat dalam menyampaikan dan menerima informasi secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan perawat serta perkembangan kesehatan pasien. Tetapi operan sering dilakukan hanya laporan di nurse station tanpa melihat keadaan pasien langsung dengan alasan kelelahan kerja perawat.



4



Kesalahan dalam komunikasi juga penyebab utama peristiwa yang dilaporkan ke Komisi Bersama Amerika Serikat 2006 yaitu dari 25000-30000 kejadian buruk yang dapat dicegah menyebabkan cacat permanen, 11% kejadian buruk ini adalah karena masalah komunikasi yang berbeda 6% dan juga karena tidak memadai tingkat keterampilannya (WHO, 2007). Sesuai dengan kasus diatas Asosiasi Rumah Sakit Arizona dan Kesehatan (AzHHA) Komite Patient Safety mempercayai komunikasi SBAR akan membuat dampak positif bagi profesi- profesi lain untuk mempermudah komunikasi dan keselamatan pasien, dengan keyakinan bahwa pengembangan komunikasi SBAR membantu mereka untuk memfasilitasi komunikasi yang efektif untuk mengatasi kejadian buruk diatas. Pelaksanaan komunikasi SBAR menurut SOP ( Standart Operasional Prosedur ) yang merupakan komunikasi efektif dalam hubungan antar profesi di Rumah Sakit menggunakan tehnik SBAR ( Situation, Background, assessment, Recommendation), yang dipergunakan pada saat melakukan timbang terima pasien, melaporkan kondisi pasien kepada DPJP (Dokter penanggung jawab pasien ), dan TBak (Tulis, Baca, Konvermasi kembali ) yang dilakukan pada saat menerima instruksi dari dokter, saat menerima test kritis (critical test), dan saat menerima nilai kritis dari laboratorium/ radiologi. Salah satu upaya untuk menjaga keselamatan pasien, dengan menerapkan Standard Operational Procedure (SOP) dalam setiap tindakan perawat . Keselamatan



pasien



bertujuan



untuk



meningkatkan



pelayanan



dan



5



menghindari tuntutan malpraktik. Standard Operational Prosedure (SOP) adalah standar yang harus di jadikan acuan dalam memberikan setiap pelayanan. Standar kinerja ini sekaligus dapat digunakan untuk menilai terhadap kinerja instansi pemerintah secara internal maupun eksternal . Setiap sistem manajemen kualitas yang baik selalu didasari oleh SOP kemudian disosialisasikan



kepada



seluruh



pihak



yang



berkompeten



untuk



melaksanakannya. Meskipun demikian sebagian besar perawat dalam melaksanaan praktek keperawatan belum sesuai dengan SOP yang ditetapkan oleh rumah sakit. Sebuah SOP adalah suatu set instruksi yang memiliki kekuatan sebagai suatu petunjuk atau direktif. mencakup proses pelayanan yang memiliki suatu prosedur pasti atau terstandarisasi, tanpa kehilangan keefektifannya ( Rusna, 2009). Pelaksanaan komunikasi SBAR di RS Y Terutama di ruang X pelaksanaannya belum mencapai tarjet 100%. Berdasarkan hasil observasi pada hari Senin, 25 Mei 2020 jam 13.00 WIB diketahui bahwa perawat sudah melakukan overan disetiap pergantian shift tepat waktu. Overan



yang



dilakukan belum optimal sesui dengan teknik SBAR salah satunya adalah overan tidak dibuka oleh Karu namun lebih sering dibuka oleh katim. Overan tidak ditutup dengan pembacaan doa dan bersalaman namun langsung mempersiapkan untuk asuhan keperawatan. Hasil wawancara diketahui 50% responden mengatakan katim tidak selalu menanyakan tindakan lanjut asuhan keperawatan padaklien yang harus doperkan kepada perawat shift berikutnya. Berdasarkan hasil wawancara



6



(16,7%) responden mengatakan bahwa katim tidak selalu menanyakan rencana harian masing- masing perawat pelaksana, memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan, memberikan pengarahan pada perawat pelaksana masing-masing secara individual, memberikan reinforcement dan menutup acara. Berdasarkan hasil wawancara (50,0%)



mengatakan



bahwa



perawat



tidak



selalu



saja



membaca



rencaakeperawatan yang telah dibuat oleh katim/pj shift. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menuangkannya dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul : “Pengaruh Penerapan SBAR pada Perawat di ruang X RS Y dalam melaksanakan Handover”. B. TUJUAN 1. Untuk mengetahui “Pengaruh Penerapan SBAR pada Perawat di ruang X RS Y dalam melaksanakan Handover” 2. Untuk menambah wawasan penyusun tentang “Pengaruh Penerapan SBAR pada Perawat di ruang X RS Y dalam melaksanakan Handover“



BAB II STUDI KASUS RS Y mempunyai 8 ruang rawat inap, salah satunya yaitu Ruangan X. Ruangan X merupakan ruang rawat penyakit dalam yang memiliki 1 nurse station, 1 ruangan Karu, 1 ruangan perawat, 1 ruangan perasat, 1 gudang, 1 dapur dan 12 ruangan pasien diantaranya (kelas IA, kelas IB, kelas IC, kelas ID, kelas IIA, kelas IIB, kelas IIC, kelas IID, kelas IIIA, kelas IIIB dan ruangan isolasi). Di Ruangan X terdapat 30 buah tempat tidur. Alat-alat keperawatan dan alat-alat tenun lengkap, layak pakai dan sesuai dengan standar. Jumlah tenaga perawat di Ruangan X ini yaitu sebanyak 18 orang, dengan 5 orang perawat lulusan Profesi Ners dan 13 orang perawat lulusan D3 Keperawatan. Jumlah laki-laki sebanyak 4 orang dan perempuan sebanyak 14 orang. Dengan formasi Karu 1 orang, KaTim 6 orang. Berdasarkan hasil observasi pada hari Senin, 25 Mei 2020 jam 13.00 WIB diketahui bahwa perawat sudah melakukan overan disetiap pergantian shift tepat waktu. Overan yang dilakukan belum optimal sesui dengan teknik SBAR salah satunya adalah overan tidak dibuka oleh Karu namun lebih sering dibuka oleh katim. Overan tidak ditutup dengan pembacaan doa dan bersalaman namun langsung mempersiapkan untuk asuhan keperawatan. Hasil wawancara diketahui 50% responden mengatakan katim tidak selalu menanyakan tindakan lanjut asuhan keperawatan padaklien yang harus doperkan kepada perawat shift berikutnya. Berdasarkan



hasil



wawancara



(16,7%) responden mengatakan



bahwa katim tidak selalu menanyakan rencana harian masing- masing perawat pelaksana, memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan, memberikan pengarahan pada perawat pelaksana masing-masing secara individual, memberikan reinforcement dan menutup acara. Berdasarkan hasil wawancara (50,0%) mengatakan bahwa perawat tidak selalu saja membaca rencana keperawatan yang telah dibuat oleh katim/pj shift.



7



BAB III RUMUSAN MASALAH



Berdasarkan uraian latar belakang sebagaimana dijelaskan sebelumnya maka dapat ditarik rumusan masalah yaitu “Bagaimana Pengaruh Penerapan SBAR pada perawat di ruang X RS Y dalam melaksanakan handover ?”



8



BAB IV STRATEGI PENELUSURAN BUKTI Penelusuran karya ilmiah ners ini dilakukan dengan menelusuri bukti berupa jurnal evidance base practice. Penulis menggunakan teknik pencarian jurnal dengan metode PICO. Metode PICO merupakan metode pencarian yang dilakukan dengan menggunakan kata kunci untuk memfokuskan dalam pencarian jurnal. Kata kunci tersebut antara lain, P : Problem/Patient, I : Intervention, C : Comparison, O : Outcome. Dalam melaukan penelusuran jurnal penulis memilih jurnal dengan 5 tahun serta yang terbaru dan sesuai kasus yang penulis dapat. Jurnal yang ditemukan dalam penelusuran tersebut disesuaikan dengan masalah managemen keperawatan yang terjadi. Data base



Strategi Pencarian



Google



P : Komunikasi Handover



Scholar



I : SBAR



(28 2020)



Mei C : O



:



Optimalnya



komunikasi Handover



9



Jurnal yang



Jurnal yang



ditemukan



dipilih



13



7



BAB V PEMBAHASAN JURNAL Veriabel Dependen Desian Besar Penulis dan Penelitian Sampel Pengukuran nya Noormaili Penelitian ini Penelitian ini Partisipan Penerapan da Astuti, bertujuan dilakukan dalam komunikasi Bahrul untuk dengan penelitian ini SBAR pada Ilmi, mengeksplora menggunakan berjumlah 7 perawat Ruslina si penerapan metode orang sesuai dalam Wati komunikasi kualitatif tingkat melaksanakan (2019) SBAR pada dengan kejenuhanny handover perawat dalam pendekatan a. melaksanakan fenomenologi. handover di RSUD Banjarmasin. Tujuan dan Pernyataan Peneliti



Uji Statistik



Hasil Penelitian



Uji kredibilitas (kepercayaan ) di lakukan dengan cara pengecekan kembali kepada partisipan tentang transkrip verbatim yang telah dibuat guna melihat kesesuaian antara hasil rekaman, transkip verbatim dan field note.



Hasil penelitian mengidentifikasi Pengalaman penerapan komunikasi SBAR dalam handover; Manfaat penerapan komunikasi SBAR dalam handover; Hambatan penerapan komunikasi SBAR dalam handover; Tantangan penerapan komunikasi SBAR dalam handover; Cara beradaptasi penerapan komunikasi SBAR dalam handover; Harapan penerapan komunikasi SBAR dalam handover.



10



Kekuatan Penelitian



Kelemahan Penelitian



Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi tentang penerapan komunikasi dengan metode SBAR



Kelemahan pada penelitian ini adalah sampel yang di gunakan hanya perawat dan untuk non perawat tidak digunakan



Kesimpulan untuk Praktek Keperawatan Menyatakan bahwa penerapan komunikasi SBAR pada perawat dalam melaksanakan handover di RSUD Banjarmasin sudah terlaksana dengan baik namun belum berjalan secara maksimal dan masih terdapat banyak hambatan-hambatan yang di rasakan oleh perawat



11



Penulis Asep Badrujam aludin, Tria Firza Kumala (2019)



Tujuan dan Pernyataan Peneliti Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan keefectivan komunikasi ISBAR sebagai komunikasi efektif antara perawat dan dokter



Desian Penelitian Penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional, di lakukan di RSUD Cibabat Kota CimahiJawa Barat dari bulan Maret sampai Juli 2019.



Besar Sampel Populasi yang di gunakan adalah seluruh perawat di Ruang ICU dan Ruang Rawat Inap sebanyak 79 Perawat (15 perawat ICU dan ruang rawat inap 64 perawat), untuk di survey dan 45 perawat (21 perawat ICU dan 24 Perawat di ruang rawat inap) untuk di observasi.



Veriabel Depende n dan Penguku rannya Gambaran dan keefektifa n komunika si ISBAR sebagai komunika si efektif



Uji Statistik Uji korelasi memakai uji wilcoxon, untuk memband ingkan sebelum pemberia n intervensi ISBAR dan setelah intervensi diberikan.



Hasil Penelitian Hasil penelitian didapatkan untuk Survey ditemukan bahwa peningkatan dari dari 80% menjadi 93,3%. (ICU) dan 78,1 % menjadi 87,5% (Rawat inap) dari komponen komunikasi Introduction; menyebutkan nama. Hasil observasi Introduction; menyebutkan nama dari komunikasi ISBAR terjadi peningkatan significan dari 57,1 % menjadi 100% (ICU) dan dari 20,8% menjadi 79,2 % (Rawat inap).



Kekuatan Penelitian Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi tentang penerapan komunikasi dengan metode ISBAR



Kelemaha n Penelitian



Kesimpulan untuk Praktek Keperawatan



Kelemahan pada penelitian ini sampel yang digunakan hanya perawat saja



Penelitian ini disimpulkan bahwa Komunikasi ISBAR lebih efective untuk diterapkan dari pada komunikasi SBAR dalam hal komponen Meneyebutkan nama di aspek Introduction



12



B. Pembahasan Jurnal Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk menjaga kualitas layanan di rumah sakit melalui Kementrian Kesehatan dengan mengeluarkan undang – undang No. 44 pasal 43 ayat (1) yang menyebutkan bahwa rumah sakit menerapkan keselamatan pasien. Hal ini juga sejalan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 /MENKES/ PER/ II / 2017 pasal 5 ayat 4 tentang keselamatan pasien di rumah sakit salah satu nya menyebutkan bahwa komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien. Menurut komite akreditasi rumah sakit (2012) maksud dan tujuan sasaran keselamatan pasien dengan peningkatan komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan di pahami oleh pasien/penerima maka dapat mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau tertulis. SBAR merupakan alat komunikasi yang direkomendasikan oleh World Health Organization untuk mengkomunikasikan informasi penting yang membutuhkan perhatian dan tindakan segera, komunikasi SBAR tidak hanya meningkatkan mutu pelayanan, tetapi juga dapat meningkatkan kualitas handover yang akan menekan angka medical error (Cynthia D. & Gayle, 2009, Raymond & Harrison, 2014). Komunikasi ISBAR dan S-BAR (Introduction, Situation, Background, Assesment, Recomendation) adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang logis untuk mengatur informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara akurat, efisien untuk mencapai ketrampilan berfikir kritis, efektif , terstruktur dan menghemat



13



waktu serta tercapai peningkatan keselamatan pasien. Gangguan komunikasi antar perawat dapat mengakibatkan proses keperawatan terhenti, kinerja asuhan keperawatan juga akan menurun, bahkan menghambat pemenuhan tujuan asuhan keperawatan, komunikasi yang tidak efektif akan berdampak buruk bagi pasien, hampir 70 % kejadian sentinel di rumah sakit disebabkan karena kegagalan komunikasi dan 75 % nya mengakibatkan kematian, (Tamsuri 2016).



BAB VI KESIMPULAN “Pengaruh Penerapan Komunikasi Situation, Background, Assesment, Recommendation (SBAR) Pada Perawat Dalam Melaksanakan Handover” setelah dilakukan pembahasan dan pembandingan tentang penerapan Komunikasi. Penelitian serupa perlu dilakukan dengan jumlah sampel yang lebih besar dan kriteria yang lebih luas . Penelitian lanjutan dengan membandingkan antara intervensi kombinasi Penerapan Komunikasi Situation, Background, Assesment, Recommendation (SBAR) dan Penerapan Introduction, Situation, Background, Assessment and Recommendation (ISBAR) Dalam Melaksanakan Handover.



14



Daftar Pustaka Afiyanti & Rachmawati. (2014). Metodelogi Penelitian Kualitattif Dalam Riset Keperawatan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Alligood, M. (2014). Pakar Teori Keperawatan Dan Karya Mereka. Edisi Indonesia. Volume 1, Jakarta : Elsivier Alwasilah, A.C (2011), Pokoknya kualitatif dasardasar merancang dan melakukan penelitian kualitatif, cetakan ke enam, Jakarta : PT Dunia pustaka jaya. Agus Supinganto, dkk (2015). Identifikasi Komunikasi Efektif SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) Di RSUD Kota Mataram. STIKes Yarsi Mataram. Tersedia dalam : Andreoli, A, Et Al. (2010) Using SBAR To Communicate Falls Risk And Management In Inter-Professional Rehabilitation Teams, Volume 13. Journal Healthcare Quarterly. Available from :