Kimia 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A P O RA N H A S I L P RA KT I KU M P E M B U ATA N , P E N G E N C E RA N DA N P E N C A M P U RA N L A R U TA N November 29, LAPORAN



PRAKTIKUM APLIKASI TEKNIK LABORATORIUM 2014 PEMBUATAN, PENGENCERAN DAN PENCAMPURAN LARUTAN OLEH : NAMA : NABILA MUKMININAH JIBRIL NIM : G31113308 KELOMPOK : II ( DUA) ASISTEN : RUSLAN PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014 1. PENDAHULUAN 2. Latar Belakang Kita telah mempelajari di dalam pelajaran kimia dikenal adanya larutan. Larutan ini sangat penting karena hampir semua reaksi kimia terjadi dalam bentuk larutan. Larutan adalah sesuatu yang penting bagi manusia dan makhluk hidup pada umumnya. Reaksi-reaksi kimia biasanya berlangsung antara dua campuran zat. Banyak reaksi kimia yang dikenal, baik di dalam laboratorium atau di industri terjadi di dalam larutan. Larutan pada dasarnya adalah fase yang homogen yang mengandung lebih dari satu komponen. Komponen yang terdapat dalam jumlah besar disebut pelarut atau solvent. Sedangkan komponen dalam jumlah sedikit disebut zat terlarut atau solute. Selain larutan di kenal juga konsentrasi larutan. Konsentrasi merupakan Konsentrasi adalah kuantitas relatif suatu zat tertentu didalam larutan. Konsentrasi merupakan ukuran yang menggambarkan banyaknya zat di dalam suatu campuran dua larutan atau lebih . Larutan yang mengandung sebagian besar solute relatif terhadap pelarut, berarti larutan tersebut konsentrasinya tinggi atau pekat. Sebaliknya bila mengandung sejumlah kecil solute, maka konsentrasinya rendah atau encer. Konsentrasi larutan dalam kimia dapat dinyatakan dalam molaritas, molalitas, normalitas, persen massa, persen volume, persen berat per volume danparts per million. Object 2



Penting untuk mempelajari mengenai pengenceran pembuatan, dan pencampuran larutan dengan konsentrasi yang berbeda. Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum mengenai pengenceran, pembuatan larutan agar praktikan mengerti cara membuat larutan dan pengenceran larutan. Dalam praktikum ini pula, kita dapat mengetahui cara-cara ataupun prosedur ketika mencampurkan suatu larutan yang mana ukurannya telah ditentukan terlebih dahulu. 1. Tujuan dan Kegunaan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah : 1. Untuk mengetahui teknik pembuatan larutan. 2. Untuk mengetahui bagaimana menentukan konsentrasi, Molaritas, dan Normalitas. 3. Untuk mengetahui cara mengencerkan larutan. 4. Untuk mengetahui cara mencampurkan larutan dan menentukan konsentrasinya. Praktikum ini mempunyai kegunaan untuk mengetahui bagaimana cara membuat larutan dan cara mengencerkan suatu larutan. Sehingga dapat menjadi pengetahuan dasar bagi praktikan dalam membuat dan mengencerkan larutan pada praktikum selanjutnya.



TINJAUAN PUSTAKA Larutan Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut, sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solute terlarut (Baroroh, 2004). Bila dua atau lebih zat yang tidak bereaksi dicampur, campuran yang terjadi ada 3 kemungkinan, yaitu campuran kasar, disperse kolid, dan larutan sejati. Dua jenis campuran yang pertama bersifat heterogen dan dapat dipisahkan seacara mekanis. Sedang larutan yang bersifat homogeny dan tidak dapat dipisahkan secara mekanis. Atas dasar ini campuran larutan didefinisikan sebagai campuran homogeny antara dua zat atau lebih. Keadaan



Fisika larutan dapat berupa gas, cair, atau padat dengan perbandingan yang berubah-ubah pada jarak yang luas (Sukardjo, 1997). Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutan yaitu pelarut dan zat yang dilarutkan dalam pelarut tersebut. Zat yang dilarutkan itu disebut zat terlarut (solute). Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakai larutan dalam air. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang banyak dinamakan larutan pekat. Jika jumlah zat terlarut sedikit, larutan dinamakan cairan, padatan atau gas sebagai zat yang terlarut. Larutan dapat berupa padat dan gas, karena molekul-molekul gas berpisah jauh, molekul-molekul dalam campuran gas berbaur secara acak, semua gas adalah larutan, contoh terbaik larutan adalah udara (Karyadi, 1994). Menurut Gunadarma (2011), konsentrasi larutan dalam kimia dinyatakan sebagai berikut : 1. Molaritas (M) Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap liter larutan. Molaritas Zat = w/Mr x 1000/v 2. Normalitas (N) Normalitas menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam setiap liter larutan. N= gr ekivalen/liter larutan 3. Molalitas (m) Molalritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam setiap kilogram larutan. m = gr/Mr 4. Persen massa %(b/b) Adalah berat bahan yang terkandung dalam 100 gram larutan. %(massa) = gr/100 gr x 100% 5. Persen volume %(v/v) Adalah volume bahan yang terkandung di dalam 100 ml larutan. %(volume) = ml/100 ml x 100% 6. Persen berat per volume %(b/v) Adalah berat bahan yang terkandung di dalam 100 ml larutan. %(b/v) = gr/100 ml x 100% Pengenceran Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan



ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit (Brady, 2000). Rumus pengenceran menurut Gunawan (2004) yaitu : M1V1 = M2V2 Ket: M1 = molaritas awal larutan V1 = volume awal larutan M2 = molaritas akhir larutan V2 = volume akhir larutan Konsentrasi Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat yang berkonsentrasi tinggi (Anonim, 2014). Pembuatan Larutan Pembuatan larutan adalah suatu cara mempelajari cara pembuatan larutan dari bahan cair atau padat dengan konsentrasi tertentu. Untuk menyatakan kepekaaan atau konsentrasi suatu larutan dapat di lakukan berbagai cara tergantung pada tujuan penggunaannya. Adapun satuan yang digunakan untuk menentukan kepekaan larutan adalah molaritas. Molaritas, persen berat, persen volume, atau sebagainya (Faizal,2013). Molaritas Molaritas (M) adalah suatu konsentrasi yang mengukur banyaknya mol zat terlarut dalam suatu liter larutan. Dapat di tulis dengan rumus : M= mol zat terlarut atau M = mol Liter larutan V Membuat suatu larutan untuk suatu eksperomen dapat dilakukan dengan melarutkan zat padat (kristal) atau dengan melakukan pengenceran larutan konsentrasi tinggi menjadi konsentrasi rendah (Ahmadun, 2013). Normalitas Normalitas yang bernotasi (N) merupakan satuan konsentrasi yang sudah memperhitungkan kation atau anion yang dikandung sebuah larutan. Normalitas didefinisikan banyaknya zat dalam gram ekivalen dalam satu liter larutan. Secara sederhana gram ekivalen adalah jumlah gram zat untuk mendapat satu muatan. Sebagai contoh: 1 mol



H2SO4 dalam 1 liter larutan, H = 1, S = 32 dan O = 16, kita dapat tentukan gram ekivalennya. Dalam hal ini kita telah mengenal konsep ionisasi. 1 mol H2SO4 = 98 gram. (Anonim, 2013). Natrium Hidroksida (NaOH) (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia (Hasugian, 2012). Asam Klorida (HCl) HCl adalah asam kuat, dan memisah sepenuhnya dalam air. HCl dibentuk oleh ikatan kovalen antara ion hidrogen dan klorida. HCl memiliki banyak kegunaan komersial, termasuk penggunaan dalam produksi baja dan dalam produksi obat-obatan. Selain itu, HCl digunakan oleh perut untuk mengaktifkan enzim yang memecah protein. Kimotripsin dan pepsin adalah dua enzim ini, dan kehadiran HCl akan memungkinkan enzim ini menjadi aktif dan mempercepat proses pencernaan. (Sridianti, 2014). Asam Asetat (CH3COOH) Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahann baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1,5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati (Ihsan, 2013). Natrium Asetat (CH3COONa) Natrium asetat adalah elektrolit kuat sehingga terionisasi sempurna. Konsentrasi ion CH3COO–dalam larutan sebetulnya berasal dari asam asetat



dan natrium asetat. Karena pengaruh CHCOO– dari garam mendesak ionisasi CH3COO– dalam larutan. Senyawa ini merupakan zat kimia berharga terjangkau yang diproduksi dalam jumlah industri untuk berbagai keperluan (Esvandiari, 2008). Pengertian Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia). Walaupun amonia memiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan. Administrasi Keselamatan dan Kesehatan PekerjaanAmerika Serikat memberikan batas 15 menit bagi kontak dengan amonia dalam gas berkonsentrasi 35 ppm volum, atau 8 jam untuk 25 ppm volum. Kontak dengan gas amonia berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan bahkan kematian. Sekalipun amonia di AS diatur sebagai gas tak mudah terbakar, amonia masih digolongkan sebagai bahan beracun jika terhirup, dan pengangkutan amonia berjumlah lebih besar dari 3.500 galon (13,248 L) harus disertai surat izin Amonia yang digunakan secara komersial dinamakan amonia anhidrat. Istilah ini menunjukkan tidak adanya air pada bahan tersebut. Karena amonia mendidih di suhu -33 °C, cairan amonia harus disimpan dalam tekanan tinggi atautemperatur amat rendah. Walaupun begitu, kalor penguapannya amat tinggi sehingga dapat ditangani dengan tabung reaksi biasa di dalam sungkup asap. "Amonia rumah" atau amonium hidroksida adalah larutan NH3 dalam air. Konsentrasi larutan tersebut diukur dalam satuan baumé. Produk larutan komersial amonia berkonsentrasi tinggi biasanya memiliki konsentrasi 26 derajat baumé (sekitar 30 persen berat amonia pada 15.5 °C). Amonia yang berada di rumah biasanya memiliki konsentrasi 5 hingga 10 persen berat amonia. Amonia umumnya bersifat basa (pKb = 4.75), namun dapat juga bertindak sebagai asam yang amat lemah (pKa = 9.25) sifat-sifat amonia Sifat-sifat amonia antara lain sebagai berikut: a. Amonia adalah gas yang tidak berwarna dan baunya sangat merangsang sehingga gas ini mudah dikenal melalui baunya. b. Sangat mudah larut dalam air, yaitu pada keadaan standar, 1 liter air terlarut 1180 liter amonia. c. Merupakan gas yang mudah mencair, amonia cair membeku pada suhu -78 0C dan mendidih pada suhu -330 C. d. Beberapa data penting tentang unsur penyusun senyawa amonia: Amonia (NH3) adalah gas tidak berwarna berbau tajam dan sangat larut dalam air terdiri dari nitrogen dan hidrogen. Amonia adalah senyawa yang stabil dan berfungsi sebagai bahan awal untuk produksi banyak senyawa nitrogen yang penting secara komersial.



Penggunaan amonia Penggunaan utama amonia adalah sebagai pupuk. Amonia dapat diterapkan secara langsung atau dalam bentuk garam-garam amonium, seperti amonium nitrat, NH 4NO3, amonium sulfat, (NH4)2SO4, dan berbagai amonium fosfat. Urea, (H 2N)2C = O, juga digunakan sebagai sumber nitrogen untuk pupuk. Amonia juga digunakan dalam pembuatan bahan peledak komersial (misalnya, trinitrotoluene (TNT), nitrogliserin, dan nitroselulosa). Amonia cair adalah pelarut yang mengandung amonium hidroksida, dan digunakan sebagai cairan pembersih rumah tangga. Dalam industri tekstil, amonia digunakan dalam pembuatan serat sintetis, seperti nilon dan rayon. Selain itu, digunakan dalam proses pencelupan dan gerusan dari kapas, wol, dan sutra. Amonia berfungsi sebagai katalis dalam produksi beberapa resin sintetis. Lebih penting lagi, menetralkan asam produk dari penyulingan minyak bumi, dan industri karet mencegah pembekuan lateks mentah selama transportasi dari perkebunan ke pabrik. Amonia juga digunakan baik dalam proses amonia-soda (juga disebut proses Solvay), metode yang banyak digunakan untuk memproduksi soda abu, dan proses Ostwald, sebuah metode untuk mengubah amonia menjadi asam nitrat. Amonia digunakan dalam berbagai proses metalurgi, termasuk nitridasi lembaran alloy untuk mengeraskan permukaan mereka. Karena amonia bisa diurai dengan mudah untuk menghasilkan hidrogen, itu adalah sumber portabel yang nyaman atom hidrogen untuk pengelasan. Selain itu, ammonia dapat menyerap sejumlah besar panas dari sekitarnya (yaitu, satu gram amonia menyerap 327 kalori panas), yang membuatnya berguna sebagai pendingin dalam peralatan pendingin dan AC. Akhirnya, penggunaan kecil amonia adalah dimasukkan dalam zat-zat pembersih rumah tangga tertentu.



Pencampuran Larutan Pencampuran larutan merupakan penggabungan dua zat atau lebih yang jenisnya sama. Namun larutan tersebut mempunyai konsentrasi yang berbeda. Pencampuran tidak menyebabkan adanya perubahan fisik. Pada proses pencampuran beberapa jenis zat berlaku rumus (Salirawati, 2007): Dimana : V1 = volume larutan pertama V2 = volume larutan kedua M1 = molaritas larutan pertama M2 = molaritas larutan kedua Parts Per Million (Ppm) PPM (Part per Million) atau dalam bahasa Indonesianya “Bagian per Sejuta Bagian” adalah satuan konsentrasi yang sering dipergunakan dalam di cabang Kimia Analisa. Satuan ini sering digunakan untuk menunjukkan kandungan suatu senyawa dalam suatu larutan misalnya kandungan garam dalam air laut, kandungan polutan dalam sungai, atau biasanya kandungan yodium dalam



garam juga dinyatakan dalam ppm. Konsentrasi ppm merupakan perbandingan antara berapa bagian senyawa dalam satu juta bagian suatu sistem. Sama halnya denngan “persentase” yang menunjukan bagian per seratus. Konversi satuannya (Irawan, 2010): 1 ppm = 1000 ppb 1 ppb = 1/1000 ppm 1 ppm = 1 mg/L III. METODE PRAKTIKUM 1. Tempat dan Waktu Praktikum Aplikasi Teknik Laboratorium dengan judul Pembuatan Larutan dengan Konsentrasi Tertentu dalam Bentuk Molaritas dan Normalitas dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 24 September 2014 pukul 08.00 – 11.00 WITA di Laboratorium Analisis Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan. 1. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: • labu takar • bulp • erlemeyer • gelas kimia • timbangan analitik • batang pengaduk • pipet tetes • botol You C/ Botol Kaca Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: • NaOH • CH3COONa • aquadest • aluminium Foil • CH3COOH Prosedur Praktikum Prosedur untuk membuat larutan adalah sebagai berikut: 1. Hitunglah jumlah bahan kimia yang dibutuhkan untuk membuat larutan. 2. NaOH 0,35 N sebanyak 50 mL 3. NaOH 6 M sebanyak 50 mL 4. NaOH 2,5 M sebanyak 50 mL 5. NaOH 0,1 M sebanyak 100 mL 6. CH3COONa 0,2 M sebanyak 50 mL



7. Bahan ditimbang dengan menggunakan gelas kimia pada timbangan digital sesuai dengan jumlah bahan kimia yang telah dihitung sesuai dengan prosedur no.1 8. Bahan yang sudah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam labu takar dan ditambahkan dengan aquadest hingga tanda tera. 9. dikocok hingga homogen lalu masukkan ke dalam botol kaca yang telah disediakan. Prosedur untuk pengenceran larutan adalah sebagai berikut: 1. Hitunglah jumlah bahan kimia yang dibutuhkan untuk membuat larutan. 2. HCl 0,2 M sebanyak 50 mL 3. HCl 3% sebanyak 50 mL 4. HCl 0,1 sebanyak 50 mL 5. HCl 0,35 M sebanyak 50 mL 6. CH3COOH 0,2 M sebanyak 50 mL 7. Bahan ditimbang dengan menggunakan gelas kimia pada timbangan digital sesuai dengan jumlah bahan kimia yang telah dihitung sesuai dengan prosedur no.1 8. Bahan yang sudah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam labu takar dan ditambahkan dengan aquadest hingga tanda tera. 9. Dikocok hingga homogen lalu masukkan ke dalam botol kaca yang telah disediakan. Prosedur praktikum untuk pencampuran dua larutan adalah: 1. Diambil HCl 0,35 M dan dipipet sebanyak 20 mL 2. Diambil HCl 0,1 M dan dipipet sebanyak 30 mL 3. Bahan yang sudah dipipet kemudian dimasukkan kedalam labu takar. 4. Dihomogenkan lalu dipindahkan ke botol kaca yang telah disediakan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Hasil yang di peroleh dari praktikum pembuatan dan pengenceran larutan dan pencampuran larutan dengan konsentrasi berbeda adalah sebagai berikut: Tabel 01. Hasil Pembuatan dan Pengenceran Larutan V. Zat No Larutan Konsentrasi Massa V. Akhir Terlarut 1 NaOH 0,7 gr 50 ml HCl 0,2 N 50 ml 2 NaOH 12 gr 50 ml HCl 3% 50 ml 3 NaOH 5 gr 50 ml HCl 0,1 M 50 ml 4 NaOH 0,4 gr 100 ml



HCl 0,35 M 100 ml 5 CH3COONa 0,82 50 ml CH3COOH 0,2 M 100 ml Sumber: Data Sekunder Praktikum Teknik Laboratorium Tabel 02. Praktikum Pencampuran LarutanIod Larutan 1 Larutan 2 Larutan 3 No Larutan M1 V1 M2 V2 M3 V3 1 NaOH 0,35 M 20 ml 0,1 M 30 ml 0,2 M 50 ml 2 HCl 0,35 M 20 ml 0,1 M 30 ml 0,2 M 50 ml 3 NaOH 6M 20 ml 2,5 M 30 ml 3,5 M 50 ml 4 NaOH 0,1 M 20 ml 0,35 M 30 ml 0,25 M 50 ml 5 HCl 0,35 M 20 ml 0,1 M 30 ml 0,2 M 50 ml Sumber : Data Sekunder Praktikum Teknik Laboratorium Pembahasan Larutan adalah campuran antara dua zat atau lebih. Suatu campuran dapat dikatakan sebagai larutan apabila telah homogen sehingga tidak dapat dibedakan lagi antara pelarut dan zat terlarut. Hal ini sesuai dengan Baroroh (2004) yang menyatakan bahwa larutan adalah campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Pengenceran adalah penambahan zat terlarut sehingga jumlah mol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah mol zat terlarut sesudah pengenceran. Hal ini sesuai dengan Brady (2000) yang menyatakan bahwa proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Pembuatan NaOH dapat dilakukan dengan cara menghitung jumlah bahan kimia yang dibutuhkan untuk membuat larutan NaOH 6 M sebanyak 50 mL dengan cara pertama menghitung jumlah mol zat terlarut per liter larutan. Setelah itu kalikan jumlah mol zat terlarut tersebut dengan massa relatif NaOH. Setelah hasil akhir di dapatkan yaitu 12 gram, bahan ditimbang dengan menggunakan gelas kimia pada timbangan analitik dan dimasukkan ke dalam labu takar dan ditambahkan dengan aquadest hingga tanda tera. Aduk dengan batang pengaduk. Homogenkan dan masukkan kedalam botol kaca. Hal ini sesuai dengan Baroroh (2004) yang menyatakan larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi.



Pengenceran larutan HCl dapat dilakukan dengan menghitung jumlah bahan kimia yang dibutukan untuk membuat larutan HCl 3% sebanyak 50 ml. Dihitung menggunakan rumus pengenceran, yaitu molaritas akhir dikali volume akhir kemudian dibagi dengan nilai molaritas awal. Didapatkan hasil 4,05. Setelah itu timbang HCl sebanyak 4,05. Bahan yang sudah di timbang dimasukkan ke dalam labu ukur kemudian tambahkan aquadest hingga batas tera. setelah itu homogenkan dan dimasukkan ke dalam botol kaca lalu diberi label. Hal ini sesuai dengan Brady (2000) yang menyatakan pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Konsentrasi HCl yang di buat adalah 3% sebanyak 50ml dan konsentrasi pada NaOH adalah 6 M sebanyak 50 mL yang nantinya akan diencerkan dengan menggunakan aquades. Hal ini sesuai dengan Anonim (2014) yang menyatakan konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam larutan. Pencampuran dapat dilakukan dengan memipet larutan HCl 0,35 M sebanyak 20 mL dan masukkan kedalam labu takar. Kemudian ambil HCl 0,1 M dipipet sebanyak 30 mL dan dimasukkan kedalam labu takar yang sama dengan larutan HCl 0,35 M tadi. Setelah itu homogenkan larutan tadi dan pindahkan kedalam botol uc atau botol kaca. Hitung molaritas larutan hasil pencampuran itu dengan menggunakan rumus pencampuran. Molaritas dari pencampuran itu adalah 0,2 M. Hal ini sesuai dengan Salirawati (2007) yang menyatakan bahwa pencampuran adalah merupakan penggabungan dua zat atau lebih yang jenisnya sama, tetapi konsentrasinya berbeda. PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Teknik pembuatan larutan dapat di lakkan dengan cara mencampurkan dua larutan atau lebih. 2. Menentukan konsentrasi sebuah larutan dapat dilakukan dengan membandingkan volume konsentrasi dan normalitas sebelum dan sesudah dilarutkan. 3. Teknik pengenceran larutan yang benar adalah mencapur larutan dengan bahan pelarut murni agar diperoleh volume konsentrasi yang lebih rendah.



4. Teknik mencampurkan larutan adalah dengan mencampurkan dua larutan atau lebih dengan konsentrasi yang berbeda hingga tidak padapat dibedakan lagi secara fisik. 1. Saran Pada praktikum ini dibutuhkan pemahaman prosedur kerja dan ketelitian dalam menghitung dan menimbang bahan. Oleh karena itu pemahaman dan ketelitian perlu di tingkatkan. About these ads







C l i c k SHARE THIS: tS o



Object 3



Apas fungsi pelarut dalam kristalisasi? h Jawab: Fungsi Pelarut dalam kristalisasi adalah untuk melarutkan asam benzoat a ragar saling bercampur antara pelarut dengan zat terlarut yang akan e dimurnikan 2. on apa fungsi pemanasan dan pendinginan dalam proses rekristalisasi? Jawab: T wFungsi pemanasan adalah agar larutan mengalami proses penguapan dimana i kandunga larutan berkurang sehingga larutan mengalami kondisi lewat jenuh, t tsehingga kristal terbentuk. e rFungsi pendinginan adalah untuk mengendapkan kristal yang terbentuk setelah mengalami kondisi lewat jenuh. ( 3. O Mengapa larutan harus disaring dalam keadaan dingin? p e Jawab: disaring dalam keadaan panas agar larutan yang disaring tidak n mengalami pengkristalan yang belum murni. karena jika dalam keadaan dingin s akan langsung mengalami pengkristalan yang belum murni i 4. n Mengapa zat yang sudah direkristalisasi harus ditentukan titik lelehnya? n Jawab: Untuk memudahkan apabila zat yang sudah direkristalisasi dilarutkan e kembali dengan pelarut yang sesuai. w w i n d o w )



Perbedaan Titik Ekuivalen dan Titik Akhir Titrasi Titik ekuivalen adalah titik yang dicapai pada saat mol larutan yang dititrasi (titrant) sama dengan mol larutan yang digunakan untuk me-nitrasi (titer). Sedangkan titik akhir titrasi adalah suatu keadaan dimana titik ekuivalen sudah tercapai, akan tetapi jumlah titer terus ditambah sehingga kelebihan titer tersebut akan bereaksi dengan indikator. Reaksi antara titer dan indikator menyebabkan perubahan warna pada indikator (sebagai tanda tercapainya titik akhir titrasi arutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer. a.



Larutan baku primer Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu. Contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat. Syarat-syarat larutan baku primer : § Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini biasanya tak dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk menghilangkan air-permukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan pernguraian parsial.) § Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini menunjukkan



§ § § §



bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi karbondioksida. Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan kepekaan tertentu. Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen yang besar. Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih. Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan langsung.



b. Larutan baku sekunder Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2 Syarat-syarat larutan baku sekunder : Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan. Daftar Pustaka :



Basset, J., 1994, Vogel Buku Teks Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Edisi ke- 4, Buku Kedokteran EGC, Jakarta . Buret digunakan untuk mentitrasi larutan, buret dipasangkan dengan Erlenmeyer. Fungsi dari Erlenmeyer tersebut untuk menampung hasil titrasi. Tangan kanan digunakan untuk



memegang dan menggoyangkan Erlenmeyer sedangkan tangan kiri untuk memegang keran buret. 1. Cara Titrasi Untuk lebih mudah belajar cara titrasi, coba kalian perhatikan langkah-langkah berikut ini. Langkah 1 : Larutan yang akan diteteskan dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala). Larutan dalam buret disebut penitrasi. Langkah 2 : Larutan yang akan dititrasi dimasukkan ke dalam erlenmeyer dengan mengukur volumenya terlebih dahulu memakai pipet gondok.



Gambar 2. Mengukur volume larutan menggunakan pipet gondok.



Langkah 3 : Memberikan



beberapa



tetes



indikator



pada



larutan



yang



dititrasi



(dalam



erlenmeyer)



menggunakan pipet tetes. Indikator yang dipakai adalah yang perubahan warnanya sekitar titik ekuivalen. Langkah 4 : Proses titrasi, yaitu larutan yang berada dalam buret diteteskan secara perlahan-lahan melalui kran ke dalam erlenmeyer. Erlenmeyer igoyang-goyang sehingga larutan penitrasi dapat larut dengan larutan yang berada dalam erlenmeyer. Penambahan larutan penitrasi ke dalam erlenmeyer dihentikan ketika sudah terjadi perubahan warna dalam erlenmeyer. Perubahan warna ini menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (titik ekuivalen). Langkah 5 :



Mencatat volume yang dibutuhkan larutan penitrasi de ngan melihat volume yang berkurang pada buret setelah dilakukan proses titrasi.



Gambar 3. Langkah-langkah melakukan titrasi.



2. Cara Menentukan Titik Akhir Titrasi Kurva titrasi dapat dibuat dengan menghitung pH larutan asam/basa pada beberapa titik berikut. 1. Titik awal sebelum penambahan asam/basa. 2. Titik-titik setelah ditambah asam/basa sehingga larutan mengandung garam yang terbentuk dan asam/basa yang berlebih. 3. Titik ekivalen, adalah saat larutan hanya mengandung garam, tanpa ada kelebihan asam atau basa. Pada saat ini, berlaku rumus berikut:



N1 x V1 = N2 x V2 Keterangan :



N1 = normalitas larutan yang dititrasi (titran) V1 = volume titran N2 = normalitas larutan yang menitrasi (penitran) V2 = volume penitran N = n x M (dengan n = valensi asam/basa dan M molaritas larutan) 4. Daerah lewat ekivalen, adalah larutan yang mengandung garam dan kelebihan asam/basa. Untuk memperjelas uraian di atas, simaklah contoh soal titrasi asam kuat dengan basa kuat di bawah ini.



Contoh Soal (1) : Untuk menetralkan 50 mL larutan HCl diperlukan 20 mL larutan 0.25 M NaOH. Tentukan kemolaran larutan HCl. Jawaban :



NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) mol HCl = 20 x 0,25 = 5 mmol Berdasarkan koefisien reaksi di atas, maka : mol HCl = mol NaOH = 5 mmol M HCl = n/V = 5 m mol / 50mL = 0.1 M Besarnya perubahan pH dapat diamati dengan melihat kurva titrasi. Bentuk kurva dari masing-masing titrasi berlainan tergantung pada kekuatan asam dan basa yang



digunakan.



3. Jenis



Titrasi



Berdasarkan kekuatan asam basanya, maka titrasi asam basa dibedakan menjadi 3, yaitu: 1. Titrasi asam kuat dengan basa kuat Contoh titrasi asam kuat dengan basa kuat adalah titrasi 25 mL larutan HCl 0,1 M dengan NaOH 0,1M. Kurva titrasinya akan akan memperlihatkan bahwa di sekitar titik ekivalen terlihat garis kurva naik tajam,yang mengartikan bahwa pada daerah tersebut, penambahan sedikit NaOH telah menimbulkan perubahan pH yang besar. Oleh karena itu, indikator dimasukkan pada larutan asam yang akan dititrasi bukan pada larutan basa 2. Titrasi asam lemah dengan basa kuat Contoh titrasi asam lemah dengan basa kuat adalah titrasi 25 mL CH3COOH 0,1 M dengan larutan NaOH 0,1. Kurva titrasi memperlihatkan bahwa setelah titik ekivalen, pH larutan cenderung naik 3. Titrasi basa lemah dengan asam kuat Contoh titrasi antara basa lemah dengan asam kuat adalah titrasi 25 mL NH4OH dengan HCl 0,1M. Titrasi ini mirip dengan titrasi asam lemah dengan basa kuat, tetapi kurva yang terjadi kebalikannya, cenderung turun. Titrasi dilakukan untuk larutan asam dan basa. Apa yang terjadi selama penambahan penitrasi ke dalam larutan asam ataupun basa? Kalian akan segera tahu setelah membaca uraian berikut.



Jika kalian perhatikan saat melakukan kegiatan di atas, larutan yang berada di dalam erlenmeyer adalah basa, sehingga pHnya > 7. Saat dititrasi dengan asam, tentu pH akan turun sampai terjadi titik ekivalen. Perubahan pH larutan secara visual dapat dilihat dengan semakin samarnya warna pink dari larutan dalam erlenmeyer hingga akhirnya menjadi bening. Besarnya perubahan pH dapat diamati dengan melihat kurva titrasi. Bentuk kurva dari masingmasing titrasi berlainan tergantung pada kekuatan asam dan basa yang digunakan Kurva titrasi dapat dibuat dengan menghitung pH larutan asam/basa pada beberapa titik berikut. 1. Titik awal sebelum penambahan asam/basa. 2. Titik-titik setelah ditambah asam/basa sehingga larutan mengandung garam yang terbentuk dan asam/basa yang berlebih. 3. Titik ekuivalen, yaitu saat larutan hanya mengandung garam, tanpa ada kelebihan asam atau basa. 4. Daerah lewat ekuivalen, yaitu larutan yang mengandung garam dan kelebihan asam/basa.



Gambar 4. Penentuan titik akhir titrasi.



Kalian akan lebih paham ban jelas dengan memperhatikan contoh perhitungan dan Aktivitas berikut mi. Contoh Soal (2) : Untuk menetralkan 50 mL larutan HCI diperlukan 20 mL larutan 0.25 M NaOH. Tentukan kemolaran larutan HCI. Penyelesaian :



NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) mol HCl = 20 x 0.25 = 5 mmol Berdasarkan koefisien reaksi di atas, maka :



mol HCl = mol NaOH = 5 mmol M HCl = n/V = 5 mmo1/50mL = 0,1 M 4. Percobaan / Praktikum Menentukan Konsentrasi Larutan NaOH A. Dasar teori Titrasi merupakan analisis yang digunakan untuk mengukur jumlah (konsentrasi) suatu larutan. Salah sat reaksi yang sering digunakan dalam titrasi adalah netralisasi asam basa. Dalam pelaksanaan titrasi, indikator sangat diperlukan untuk mengetahui titik ekivalen. Indikator adalah zat kimia yang warnanya tergantung keasaman dan kebasaannya. Indikator ada beberapa macam. Penggunaan indikator harus sesuai dengan tingkat keasaman larutan yang diukur konsentrasinya. Indikator akan memberikan warna yang lain ketika berada dalam keadaan asam dan basa. Indikator yang biasa digunakan dalam laboratorium adalah fenolftalein. Fenolftalein dalam kondisi asam tak berwarna, sedangkan dalam kondisi basa berwarna merah muda / pink. (Brady, 1999, hlm. 218) B. Tujuan Percobaan 1. Menentukan konsentrasi larutan NaOH yang dititrasi dengan HCl. 2. Membuat grafik titrasi. C. Alat dan Bahan Percobaan Alat : 1. erlenmeyer 250 mL 2. pipet gondok 25 mL 3. pipet tetes 4. buret 25 mL Bahan : 1. Larutan NaOH 0,1 M 2. Larutan HCl 0,1 M 3. Indikator fenolftalein (PP) D. Langkah Percobaan 1. Masukkan larutan HCl 0,1 M ke dalam buret sampai angka nol. 2. Ambil 25 mL NaOH kemudian masukkan ke dalam erlenmeyer. 3. Berikan tiga tetes fenolftalein ke dalam erlenmeyer sehingga tampak berwarna pink. 4. Menitrasi tetes demi tetes sambil erlenmeyer terus digoyang. Hentikan sementara titrasi ketika volume penitran (HCl 0,1 M) mencapai 5 mL dan kelipatannya (volume penitran ini dapat dilihat dari skala buret). Ukur pH larutan titran dengan pH meter. 5. Ketika warna larutan titran sudah mendekati bening, pengukuran pH dilakukan untuk setiap penambahan 1 mL penitran. 6. Hentikan kembali titrasi ketika tercapai titik ekivalen, yaitu ketika larutan berwarna menjadi bening. Catat volume penitran. 7. Pengukuran pH titran kembali dilakukan untuk setiap penambahan 1 mL penitran, hingga 3 kali pengukuran. Catat pH dan volume penitrannya.



8. Pengukuran pH titran dilanjutkan untuk setiap penambahan 5 mL penitran, hingga 3 kali Bengukuran. Catat pH dan volume penitrannya 9. Mengulangi langkah 1-8 sebanyak 3 kali, kemudian menghitung rata-rata volume HCl yang digunakan. 10.Hitunglah konsentrasi NaOH yang dititrasi. 11.Buatlah grafik titrasi volume HCl versus pH dari data percobaan. E. Hasil Percobaan Isilah tabel di bawah ini berdasarkan hasil pengamatan kalian.



Volume penitran (mL) 0 5 10 ... ...



pH titran



F. Pembahasan Untuk memperjelas dan lebih memahamkan kalian terhadap percobaan ini, jawablah pertanyaan berikut. 1. Tuliskan reaksi yang terjadi antara HCl dengan NaOH. 2. Tentukan jumlah mol HCl yang digunakan. 3. Tentukan



jumlah



mol



dan



konsentrasi



NaOH.



(Gunakan



perumusan



yang



telah



diterangkan). 4. Cermati grafik yang telah kalian buat, kemudian analisalah.



DIRJEN POM. 1979. Farmakope indonesia edisi III. Departemen kesehatan Republik Indonesia: Jakarta 2. 3.



Sukardjo.1989. Kimia Fisika. Bina aksara : Jakarta Chang, Raymond. 2005.Kimia Dasar, Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta



4.



Martin, Alfred, dkk. 1990. Farmasi Fisik Edisi Ketiga Jilid I. UI Press :



5. 6.



S. Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Penerbit ITB : Bandung Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Penerbit ANDI :



7.



Erlangga :



Jakarta



Yogyakarta



Subowo, tutu dan Akhmad sunjaya. 1978. Teori Contoh Soal-soal Latihan Penerbit Armico : Bandung



Kimia Fisika.



Daftar Pustaka Semua Laporan Kimdas I Posted on 25 Juni 2012 by dian26



Achmad, Peter dan Tupamahu, M. S. 2001. Penuntun Belajar Kimia Stoikiometri dan Energitika. Bandung :: PT. Cipta Aditya. Athur, Godman. 2002. KamusSainsBergambar. Purwokerto: PT. Mandiri. Atkins, Peter & Jones, Loretta . 1997 . Chemistry Molekules Matters and Change 3rd Edition . New York U.S.A : W. H Freeman and Company. Brady, James E . 2000. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Binarupa Aksara.



Standar



Day, R.A dan Underwood, A.L.2001. Analisis Kimia Kuantitas. Jakarta : Erlangga. Day, R.A.2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga. Gebelin, Charles G. 2003. Cemistry and Our World. Dubugue. I. A. U.S.A : Wm. C Brown Publishers. Keenan, UK, Kleinfester DC, Demwood JA. 1989. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Erlangga. Koenan, dkk.1989.Kimia UntukUniversitas. Jakarta Erlangga. Petruci, Ralp H dan Suminar. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta : Erlangga. Purwoko, Agus Abhr.2006. Kimia DasarJilid 1.Mataram: Mataram University Press. Rivai, Harrizul.1994.Asas Pemeriksaan Kimia. Padang: UI Press. Suhendra, dkk. 2006. Penuntun Praktikum Kimia Dasar I. Mataram : Universitas Mataram. Sukardjo, Drs. 1985. Kimia Koordinasi. Jakarta : PT. Bina Aksara. Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung : ITB. Syukri.1999. Kimia Dasar Jilid 2.Bandung: UI Press. Timberlake, Karen C. 2004. Chemistry Stroctores Of Life. San Francisco, U.S.A : Pearson Benjamin Comnings. Utami, Budi dan Nugroho, Agung. 2009. Kimia Dasar Universitas. Jakarta : Erlangga. Vogel. 1985. Kimia Dasar. Bandung : Remaja Karya



DAFTAR FUSTAKA



Fressenden dan Fressenden.1986.Kimia Organik.Jakarta:PENERBIT ERLANGGA Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Jakarta. Erlangga Sukardjo. 1990. Ikatan Kimia. Yogyakarta: Rineka Cipta



Fessenden & Fessenden. 1995. Kimia Organik. Jakarta. Erlangga Kuchel, Phillip W. 2007. Schaum’s easy outline. Jakarta. Erlangga Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar. Jakarta. Erlangga Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 1. Jakarta: Erlangga Sukardjo. 1990. Ikatan Kimia. Yogyakarta: Rineka Cipta Sukardjo. 1985. Kimia Fisika. Yogyakarta: Bina Aksara Syarifuddin, Nuraini. 1985. IKATAN KIMIA. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Syarifuddin, Nuraini. 2002. IKATAN KIMIA. Jakarta: Universitas Terbuka



http://davitinity.wordpress.com/materi-ajar/kimia-kelas-xi/bab-i-struktur-atom-sistem-periodikunsur-dan-ikatan-kimia/



L. Pauling, J. Am. Chem. Soc. 53 (1931), 1367 http://id.wikipedia.org/wiki/Hibridisasi_orbital http://herisuheri90.blogspot.com/2012/12/makalah-kimia-ikatan-kimia.html http://hildajunandaharahap.wordpress.com/2012/05/31/ikatan-logam-10/ http://id.wikipedia.org/wiki/Ikatan_kimia http://k15tiumb.blogspot.com/2009/09/struktur-molekul-sederhana.html http://wikenovi.wordpress.com/kimia-kelas-xi-2/bentuk-molekul-dan-gaya-antar-molekul-2/ http://kimiaman.blogspot.com/2010/05/gaya-van-der-waals.html http://techl.blogspot.com/p/ikatan-kovalen-dan-ikatan-non-kovalen.html http://wanibesak.wordpress.com/2011/06/27/ikatan-logam-sifat-sifat-logam-dan-alloy/ http://rahmikimia.wordpress.com/kimia-kelas-x/3-ikatan-kimia-2/c-ikatan-logam/ http://rahmaddhany040608.blogspot.com/2011/07/ikatan-logam.html



Senyawa ini dikenal sebagai sal amoniak dan menjadi garam amonia yang diketahui pertama kali. Di alam, amonium klorida ditemukan di sekitar ventilasi gunung berapi aktif. Partikel kristal dihasilkan selama reaksi kimia antara komponen vulkanik, gas asam klorida, dan vegetasi kaya nitrogen yang ditemukan di tanah dan sedimen di sekitar gunung berapi. FYI, Gunung Vesuvius di Italia adalah salah satu lokasi vulkanik paling penting tempat terbentuknya amonium klorida secara melimpah. Selain dari alam, amonium klorida bisa kita buat. Salah satu caranya adalah dengan mencampurkan larutan amonium hidroksida (NH4OH) dengan asam klorida (HCl). Ketika kita campurkan kedua larutan ini maka akan terbentuk endapan putih. Endapan ini merupakan amonium klorida