Kisah Legenda Matsya Awatara Dewa Wisnu Pertama Di Dunia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Kisah Legenda Matsya Awatara Dewa Wisnu Pertama Di Dunia Dalam ajaran Agama Hindu, awatara Wisnu yang turun pertama kali adalah Matsya Awatara, dalam bahasa Sansekerta berarti ikan. Matsya Awatara muncul pada masa Satya Yuga, pada masa pemerintahan Maharaja Manu, putera Vivasvan Sang Dewa matahari, yang diyakini sebagai ayah umat manusia masa kini. Satya Yuga dalam ajaran agama Hindu, adalah suatu kurun zaman yang disebut sebagai “zaman keemasan”, ketika umat manusia sangat dekat dengan Tuhan dan para Dewa, ketika kebenaran ada dimana-mana, dan kejahatan adalah sesuatu yang tak biasa. Hampir tidak ada kejahatan. Pelajaran agama, penebusan dosa, dan meditasi (mengheningkan pikiran) merupakan sesuatu yang sangat penting pada zaman ini. Konon rata-rata umur umat manusia bisa mencapai 4.000 tahun ketika hidup di zaman ini. Menurut Natha Shastra, di masa Satya Yuga tidak ada Natyam karena pada masa itu semua orang berbahagia. Pada masa Satya Yuga, orang-orang tidak perlu menulis kitab, sebab orang-orang dapat berhubungan langsung dengan Yang Maha Kuasa. Pada masa tersebut, tempat memuja Tuhan tidak diperlukan, sebab orang-orang sudah dapat merasakan di mana-mana ada Tuhan, sehingga pemujaan dapat dilakukan kapanpun dan di manapun. Satya Yuga (Krita Yuga atau Kerta Yuga), merupakan tahap awal dari empat (catur) Yuga. Siklus Yuga merupakan siklus yang berputar seperti roda. Setelah Satya Yuga berakhir, untuk sekian lamanya kembali lagi kepada Satya Yuga. Satya Yuga berlangsung kurang lebih selama 1.700.000 tahun. Setelah masa Satya Yuga berakhir, disusul oleh masa Treta Yuga. Setelah itu masa Dwapara Yuga, lalu diakhiri dengan masa kegelapan, Kali Yuga. Setelah dunia kiamat pada akhir zaman Kali Yuga, Tuhan yang sudah membinasakan orang jahat dan menyelamatkan orang saleh memulai kembali masa kedamaian, zaman Satya Yuga. Menurut agama Hindu, keberadaan alam semesta tak lepas dari siklus kalpa. Satu kalpa berlangsung selama jutaan tahun, dan satu kalpa terdiri dari empat belas Manwantara (siklus Manu). Setiap Manwantara diperintah oleh seorang Manu. Menurut Purana, enam Manwantara telah berlalu dan Manwantara yang ketujuh sedang berlangsung. Manwantara yang sekarang diperintah oleh Waiwaswata Manu. Jadi, tujuh Manwantara lainnya akan terjadi di masa depan, dan dipimpin oleh seorang Manu yang baru. Amanat untuk Raja Manu Matsya Awatara turun ke dunia untuk memberitahu raja Manu mengenai bencana air bah yang akan melanda bumi. Beliau memerintahkan raja Manu untuk segera membuat perahu besar. Pada suatu hari, saat raja Manu mencuci tangan di sungai, seekor ikan kecil menghampiri tangannya dan raja tahu ikan itu meminta perlindungan. Akhirnya beliau memelihara ikan tersebut. Beliau menyiapkan kolam kecil sebagai tempat tinggal ikan tersebut.



Dalam agama Hindu, Manu adalah pemimpin setiap Manwantara, yaitu suatu kurun zaman dalam satu kalpa. Ada empat belas Manwantara, sehingga ada empat belas Manu. Zaman sekarang adalah Manwantara ketujuh dan diperintah oleh Manu ketujuh yang bergelar Waiwaswata Manu. Manu yang pertama adalah Swayambu Manu, yang dianggap sebagai kakek moyang manusia. Swayambu Manu menikah dengan Satarupa dan memiliki keturunan. Anak cucu dari Manu disebut Manawa (secara harfiah berarti keturunan Manu), merujuk kepada manusia zaman sekarang. Menurut agama Hindu, Swayambu Manu dan Satarupa merupakan pria dan wanita pertama di dunia, sama seperti Adam dan Hawa dalam agama Yahudi, Kristen dan Islam. Waiwaswata Manu, atau Manu yang sekarang, dikatakan merupakan putra dari Surya (Wiwaswan), yaitu dewa matahari menurut mitologi Hindu. Waiwaswata Manu terlahir pada zaman Satyayuga dan mendirikan kerajaan bernama Kosala, dengan pusat pemerintahan di Ayodhya. Ia memiliki sepuluh anak: Wena, Dresnu (Dresta), Narisyan (Narisyanta), Nabaga, Ikswaku, Karusa, Saryati, Ila, Persadru (Persadra), dan Nabagarista. Dalam kitab Matsyapurana, ia muncul sebagai raja yang menyelamatkan umat manusia dari bencana air bah setelah mendapat pesan dari Wisnu yang berwujud ikan (Matsya Awatara). Namun lambat laun ikan tersebut bertambah besar, hampir memenuhi seluruh kolam. Akhirnya beliau memindahkan ikan tersebut ke kolam yang lebih besar. Kejadian tersebut terus terjadi berulang-ulang sampai akhirnya beliau sadar bahwa ikan yang ia pelihara bukanlah ikan biasa. Akhirnya melalui upacara, diketahuilah bahwa ikan tersebut merupakan penjelmaan Dewa Wisnu. Beliau menyampaikan kabar bahwa di bumi akan terjadi bencana air bah yang sangat hebat. Beliau berpesan agar raja Manu membuat sebuah bahtera besar untuk menyelamatkan diri dari banjir besar, dan mengisi bahtera tersebut dengan berbagai makhluk hidup yang setiap jenisnya berjumlah sepasang (betina dan jantan). Akhirnya amanat tersebut dipatuhi. Raja Manu beserta pengikutnya selamat dari bencana. Setelah air bah yang melanda bumi surut, sang raja dan makhluk hidup lainnya menempati bumi kembali. Waiwaswata Manu mendirikan kota yang disebut Ayodhya, letaknya di Kerajaan Kosala. Di antara para putranya, Waiwaswata Manu memilih Ikswaku sebagai raja. Keturunan Ikswaku merupakan para raja dari Dinasti Surya. Para raja yang mahsyur dalam legenda India, seperti misalnya Bhagiratha dan Sri Rama, lahir dalam dinasti ini. Kisah Matsya Awatara selengkapnya terdapat dalam kitab Matsyapurana. Penciptaan Swayambu Manu Dalam kitab Brahmapurana (dan juga Purana lainnya), diceritakan bahwa Swayambu Manu tercipta dari tubuh Brahma. Pasangannya, yaitu Satarupa, diciptakan bersamaan. Mereka kemudian menikah lalu memiliki tiga orang putra, yaitu Wira, Priyabrata, dan Utanapada. Purana



lain menyebutkan bahwa Swayambu Manu juga memiliki seorang putri bernama Prasuti. Keturunan mereka kemudian disebut Manawa. Kitab Matsyapurana memiliki versi yang berbeda mengenai kisah penciptaan Swayambu Manu. Dalam kitab Matsyapurana diceritakan bahwa Brahma menciptakan seorang wanita cantik bernama Satarupa. Kemudian Brahma menikahinya lalu lahirlah Swayambu Manu. Dengan demikian, maka Swayambu Manu adalah putra dari Barhma dan Satarupa. Atas usaha meditasi yang keras, Swayambu Manu memperoleh seorang istri bernama Ananti. Dari hubungan mereka, lahirlah Priyabrata dan Utanapada. Banyak kitab Purana yang memiliki kisah mengenai keturunan Swayambu Manu, dan banyak pula berbagai perbedaan antara kisah pada kitab yang satu dengan kitab lainnya. Meskipun demikian, terdapat banyak persamaan yang bisa dihimpun. Menurut kitab Purana, Utanapada memiliki putra bernama Druwa. Keturunan Druwa bernama Pracinawarhi (kadangkala dieja Pracina Werhi). Pracinawarhi memiliki sepuluh putra yang dikenal dengan sebutan para Praceta. Para Praceta menikah dengan Marisa (hadiah para dewa), lalu berputra Daksa. Kemudian para putri Daksa menikah dengan Resi Kasyapa, lalu lahirlah leluhur berbagai spesies makhluk hidup di muka bumi. Daksa putra Praceta berbeda dengan Daksa yang lahir dari jempol kaki Brahma, yang menjadi salah satu Prajapati.