KLB, Wabah Dan Bencana [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KLB, WABAH DAN BENCANA A. Konsep KLB, Wabah dan Bencana 1. Pengertian KLB KLB adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit. Status KLB diatur oleh Peraturan MenKes RI. No. 949 /Menkes/ SK/ VII/ 2004. kejadian luar biasa dijelaskan sbg timbulnya at meningkatnya kejadian kesakitan at kematian yang bermakna scr epidemiologis pd suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. 2. Pengertian Wabah Wabah adalah istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit yang menyebar tersebut. Dalam epidemiologi, epidemi (dari bahasa Yunani epi- pada + demos rakyat) adalah penyakit yang timbul sebagai kasus baru pada suatu populasi tertentu manusia, dalam suatu periode waktu tertentu, dengan laju yang melampaui laju "ekspektasi" (dugaan), yang didasarkan pada pengalaman mutakhir. Dengan kata lain, epidemi adalah wabah yang terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga. Jumlah kasus baru penyakit di dalam suatu populasi dalam periode waktu tertentu disebut incidence rate (bahasa Inggris; "laju timbulnya penyakit"). Dalam peraturan yang berlaku di Indonesia, pengertian wabah dapat dikatakan sama dengan epidemi, yaitu "berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka" (UU 4/1984). Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak, yaitu serangan penyakit), lingkup yang lebih luas ("epidemi") atau bahkan lingkup global (pandemi). Contoh wabah yang cukup dikenal



1



termasuk wabah pes yang terjadi di Eropa pada zaman pertengahan yang dikenal sebagai the Black Death ("kematian hitam"), pandemi influensa besar yang terjadi pada akhir Perang Dunia I, dan epidemi AIDS dewasa ini, yang oleh sekalangan pihak juga dianggap sebagai pandemi. 3. Pengertian Bencana Bencana sering diidentikan dengan sesuatu yang buruk. Paralel dengan istilah disaster dalam bahasa Inggris. Secara etimologis berasal dari kata DIS yang berarti sesuatu yang tidak enak (unfavorable) dan ASTRO yang berarti bintang (star). Dis-astro berarti an event precipitated by stars (peristiwa jatuhnya bintang-bintang ke bumi). Menurut Depkes : Bencana adalah peristiwa at kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar. Disebabkan baik oleh faktor alam, faktor nonalam, faktor manusia, timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dampak psikologis Bencana adalah sesuatu yang tak terpisahkan dalam sejarah manusia. Manusia bergumul dan terus bergumul agar bebas dari bencana (free from disaster). Dalam pergumulan itu, lahirlah praktek mitigasi, seperti mitigasi banjir, mitigasi kekeringan (drought mitigation), dan lain-lain. Di Mesir, praktek mitigasi kekeringan sudah berusia lebih dari 4000 tahun. Konsep tentang sistim peringatan dini untuk kelaparan (famine) dan kesiap-siagaan (preparedness) dengan lumbung raksasa yang disiapkan selama tujuh tahun pertama kelimpahan dan digunakan selama tujuh tahun kekeringan sudah lahir pada tahun 2000 BC, sesuai keterangan kitab Kejadian, dan tulisan-tulisan Yahudi Kuno.



B. Macam-macam



2



 Penularan penyakit menular : Influensa, Demam Berdarah, Kolera, Pes, dan lain sebagainya.  Kecelakaan : Tabrakan besar, runtuhnya gedung, kebakaran besar, dan lain sebagainya  Bencana Alam : Gempa bumi, tanah longsor, Tsunami, gunung Meletus dan lain sebagainya C. Fase-fase Bencana 1. Fase Pre-impactà merupakan fase warning phase—tahap awal bencana 2. Fase Impact à merupakan fase terjd klimaks dr bencana---manusia sekuat tenaga bertahan hidup ( survive ) 3. Fase postimpact à saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan --masyarakat berusaha kembali D. Sistem Pananganan  Kesiagaan :  Pelembagaan Pelayanan Kes. Kedaruratan  Pelembagaan Pelayanan Kes. Kedaruratan  Pemantapan sistem pewaspadaan Dini  Menyiapkan dan mensosialisasikan regulasi untuk penanggulangan KLB termasuk pembagian tugas dan kewenangannya  Mengalokasikan anggaran penanganan KLB yang berskala nasional maupun untuk daerah yang tidak mampu  Penguatan sistem kewaspadaan dini juga diterapkan, serta pengembangan sistem respon cepat melalui pembentukan UPT sebagai regional center penanggulangan wabah.



3



E. Intervensi dan Antisipasi  Intervensi : 



Penilaian cepat atas adanya wabah







Perumusan Hipotesis sementara atas sumber dan penyebab







Pengorganisasian penyelidikan lapangan. Analisis data dan penentuan penyebab-2 Pelaksanaan langkah-2 pengendalian







Evaluasi Akhir



 Antisipasi: 



Memfasilitasi daerah (provinsi dan kota/kabupaten) dalam bentuk pedoman dan standar penanggulangan KLB







Meningkatkan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) di setiap jenjang administrasi pemerintahan







Pemetaan wabah-wabah







kegiatan surveilans epidemiologi, keadaan endemisitas penyakit menular



berpotensi



wabah



dilakukan



secara



teratur



dan



berkesinambungan. 



Gambaran endemisitas penyakit menular digambarkan melalui suatu sistem yang disebut Geographical Information System (GIS).



F. Peran Perawat dalam Penanganan KLB Perawat komunitas dalam asuhan keperawatan komunitas memiliki tanggung jawab peran dalam membantu mengatasi ancaman bencana baik selama tahap preimpact, impact/emergency, dan postimpact Peran perawat dalam penanganan KLB, wabah maupun bencana disini bisa dikatakan multiple yaitu sebagai bagian dari penyusun rencana, pendidik, pemberi asuhan keperawatan dan bagian dari tim pengkajian kejadian bencana. Beberapa peran perawat dijelaskan sebagai berikut:



4



1. Peran dalam Pencegahan Primer Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana ini, antara lain:  Mengenali instruksi ancaman bahaya;  Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency (makanan, air, obat-obatan, pakaian dan selimut, serta tenda)  Melatih penanganan pertama korban bencana.  Berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang merah nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat Pendidikan kesehatan diarahkan kepada :  usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)  pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga dengan kecurigaan fraktur tulang , perdarahan, dan pertolongan pertama luka bakar  memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas kebakaran, RS dan ambulans.  Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa (misal pakaian seperlunya, portable radio, senter, baterai)  Memberikan informasi tempat-tempat alternatif  penampungan atau posko-posko bencana 2. Peran Perawat dalam Keadaan Darurat (Impact Phase)  Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah keadaan stabil.  Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey mulai melakukan pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga perawat sebagai bagian dari tim kesehatan.



5



 Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindakan pertolongan pertama.  Ada saat dimana ”seleksi” pasien untuk penanganan segera (emergency) akan lebih efektif. (Triase ) Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana  Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-hari  Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian  Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan kesehatan di RS  Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian  Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi, peralatan kesehatan  Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya berkoordinasi dengan perawat jiwa  Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot)  Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain.  Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan psikiater  Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi



6



3. Peran perawat dalam fase postimpact  Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan psikologis korban.  Selama masa perbaikan perawat membantu masyarakat untuk kembali pada kehidupan normal.  Beberapa penyakit dan kondisi fisik mungkin memerlukan jangka waktu yang lama untuk normal kembali bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan terjadi.



7