KLPK 3 Bu Dewi Hiv Aids [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS



OLEH : KELOMPOK 3 1. Ahlam Salsabil Al Habsyi 2. Ati Kurniati 3. Ayu Dewi Suryantini 4. Fegiyarto 5. I Gusti Ayu Putu Candra Wulandari 6. Kamilia Hastuti 7. Kuratul Uyun 8. Miftahul Zanna Rama Dani 9. Septiani Dewi Santika 10. Solehudin Fathul Gani



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN TINGKAT IIA/SEMESTER IV 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur



kami panjatkan



kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas



limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan pada waktu yang telah di tentukan.



Yang berjudul “Asuhan



Keperawatan Pada Pasien HIV/AIDS”. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II. Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekeliruan dan kekurangan serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang besifat konstruktif dan membangun demi kesempurnaan penyusun ke depannya. Tugas makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan, arahan serta bimbingan dari berbagai pihak. Maka, dari itu izinkan kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini. Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya kami penyusunnya.



Mataram, Februari 2020



Kelompok 3



i



DAFTAR ISI Kata Pengantar ............................................................................................................. i Daftar Isi...................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2 1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2 1.4. Manfaat Penulisan ............................................................................................... 3 BAB II TINJAUAN TEORI ...................................................................................................4 2.1 Definisi HIV/AIDS. .............................................................................................4 2.2 Etiologi HIV/AIDS ..............................................................................................4 2.3 Klasifikasi HIV/AIDS. .........................................................................................5 2.4 Patofisiologi HIV/AIDS. ......................................................................................6 2.5 Pathway HIV/AIDS .............................................................................................8 2.6 Manifestasi Klinis HIV/AIDS ..............................................................................8 2.7 Pemeriksaan Diagnostik HIV/AIDS ....................................................................10 2.8 Penatalaksanaan HIV/AIDS .................................................................................11 2.9 Komplikasi HIV/AIDS ........................................................................................13 2.10 Konsep Asuhan Keperawatan HIV/AIDS ..........................................................15 BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 27 3.1. Kesimpulan ......................................................................................................... 27 3.2. Saran .................................................................................................................... 27 DAFTAR PUSTAKA



ii



BAB I PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh



manusia



akibat



infeksi



virus



HIV.



Virusnya



Human



Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membaran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfuse darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut. Penyebab HIV adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkan dengan HIV Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.



1



1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat diperoleh yaitu : 1) Apakah yang dimaksud dengan HIV/AIDS ? 2) Jelaskanlah etiologi HIV/AIDS ? 3) Sebutkanlah klasifikasi HIV/AIDS ? 4) Jelaskanlah patofisiologi HIV/AIDS ? 5) Bagaimanakah pathway HIV/AIDS ? 6) Jelaskanlah manifestasi klinis HIV/AIDS ? 7) Sebutkanlah pemeriksaan diagnostic HIV/AIDS ? 8) Jelaskanlah penatalaksanaan HIV/AIDS ? 9) Jelaskanlah komplikasi HIV/AIDS ? 10) Jelaskanlah konsep asuhan keperawatan HIV/AIDS ?



1.3. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan yang dapat diperoleh yaitu : 1) Untuk mengetahui definisi HIV/AIDS. 2) Untuk mengetahui etiologi HIV/AIDS. 3) Untuk mengetahui klasifikasi HIV/AIDS. 4) Untuk mengetahui patofisiologi HIV/AIDS. 5) Untuk mengetahui pathway HIV/AIDS. 6) Untuk mengetahui manifestasi klinis HIV/AIDS. 7) Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic HIV/AIDS. 8) Untuk mengetahui penatalaksanaan HIV/AIDS. 9) Untuk mengetahui komplikasi HIV/AIDS. 10) Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan HIV/AIDS.



2



1.4. Manfaat Penulisan Berdasarkan tujuan penulisan diatas, manfaat penulisan yang dapat diperoleh adalah : 1) Mengetahui definisi HIV/AIDS. 2) Mengetahui etiologi HIV/AIDS. 3) Mengetahui klasifikasi HIV/AIDS. 4) Mengetahui patofisiologi HIV/AIDS. 5) Mengetahui pathway HIV/AIDS. 6) Mengetahui manifestasi klinis HIV/AIDS. 7) Mengetahui pemeriksaan diagnostic HIV/AIDS. 8) Mengetahui penatalaksanaan HIV/AIDS. 9) Mengetahui komplikasi HIV/AIDS. 10) Mengetahui konsep asuhan keperawatan HIV/AIDS.



3



BAB II LANDASAN TEORI



2.1. Definisi HIV/AIDS. Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus (HIV). Virus dapat ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan vagina, cairan sperma, cairan Air Susu Ibu. Virus tersebut merusak system kekebalan tubuh manusia dengan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi. Human Immuno Deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut T. Limfosit atau “sel T-4” atau disebut juga “sel CD – 4”.



2.2. Etiologi HIV/AIDS. Penyakit HIV diakibatkan oleh human immunodeficiency virus dengan host mayoritas manusia. Agen infeksi HIV disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus, virus ini terdiri dari 2 subtipe, yaitu HIV-1 dan HIV – 2. HIV- 1 merupakan jenis virus HIV yang paling umum ditemukan hamper diseluruh belahan dunia, memiliki progresivitas yang tinggi, lebih cepat dalam meningkatkan nilai viral-load, dan menurunkan tingkat CD4. HIV- 2 memiliki predominansi untuk ditemukan pada area Afrika Barat. Subtipe ini tidak seagresif HIV-1 dan ketika ditemukan, umumnya memiliki tingkatan CD4 yang lebih tinggi dibandingkan penderita infeksi HIV-1. Manusia merupakan pejamu utama infeksi HIV. Terdapat berbagai perilaku dan tindakan yang dapat menyebabkan peningkatan resiko terinfeksi HIV yaitu : 4



1) Melakukan hubungan seks yang tidak terpoteksi. 2) Memiliki riwayat mengidap infeksi menular seksual, terutama jika berulang. 3) Menggunakan jarum yang telah terkontaminasi HIV, secara bergantian (seperti pada pengguna narkoba suntik, tindik atau tato). 4) Bekerja pada lingkungan yang beresiko tertusuk jarum/infeksius (pekerja/tenaga kesehatan). 5) Ibu HIV terhadap janin yang dikandungnya, atau pada bayinya.



2.3. Klasifikasi HIV/AIDS. Klasifikasi Klinis Infeksi HIV Pada Orang Dewasa Menurut WHO: Stadium I



II



Gambaran Klinis



Skala Aktivitas



1. Asimptomatik.



Asimptomatik,



2. Limfa denopati Generalisata.



aktivitas normal.



1. Berat badan menurun 1 bulan. 8. Leukoensefalopati multifocal progresif. 9. Mikosis diseminata seperti histoplasmosis 10. Tuberkulosis di luar paru.



2.4. Patofisiologi HIV/AIDS. Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun) adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi. Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus 6



HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali



antigen



yang



asing,



mengaktifkan



limfosit



B



yang



memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius. Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi. Ketika sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.



7



2.5. Pathway HIV/AIDS.



2.6. Manifestasi Klinis HIV/AIDS. Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya adalah seperti dibawah ini : 1) Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC. 2) Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik. 8



3) Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan



makanan



pada



sistem



pencernaan



yang



mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga. 4) System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten. 5) System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retakretak) serta Eczema atau psoriasis. 6) Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal). Menurut WHO: 1) Gejala mayor : a) Penurunan BB ≥ 10% b) Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan 9



c) Diare kronis d) Tuberkulosis 2) Gejala minor : a) Koordinasi orofaringeal b) Batuk menetap lebih dari 1 bulan c) Kelemahan tubuh d) Berkeringat malam e) Hilang nafsu makan f) Infeksi kulit generalisata g) Limfodenopati h) Herpes zoster i) Infeksi herpes simplek kronis j) Pneumonia k) Sarkoma Kaposi



2.7. Pemeriksaan Diagnostic HIV/AIDS. 1) Tes untuk diagnosa infeksi HIV: a) ELISA b) Western blot c) P24 antigen test d) Kultur HIV 2) Tes untuk deteksi gangguan system imun. a) Hematokrit. b) LED c) CD4 limfosit d) Rasio CD4/CD limfosit e) Serum mikroglobulin B2 f) Hemoglobulin



10



2.8. Penatalaksanaan HIV/AIDS. Penatalaksanaan HIV/AIDS terdiri dari pengobatan, perawatan / rehabilitasi dan edukasi. 1) Pengobatan Obat-obatan yang dapat digunakan pada penderita HIV antara lain : a) Obat Retrovirus 1. Zidovudine (AZT) Berfungsi sebagai terapi pertama anti retrovirus. Pemakaian obat ini dapat menguntungkan diantaranya yaitu Dapat memperpanjang masa hidup (1-2 tahun), mengurangi frekuensi dan berat infeksi oportunistik, menunda progresivitas penyakit, memperbaiki kualitas hidup pasien, mengurangi resiko penularan perinatal, mengurangi kadar Ag p24 dalam serum dan cairan spinal. Efek samping zidovudine adalah: sakit kepala, nausea, anemia, neutropenia, malaise, fatique, agitasi, insomnia, muntah dan rasa tidak enak diperut.



2. Didanosine ( ddl ), Videx Merupakan terapi kedua untuk yang terapi intoleransi terhadap AZT, atau bisa sebagai kombinasi dengan AZT bila ternyata ada kemungkinan respon terhadap AZT menurun. Untuk menunda infeksi oportunistik respon terhadap AZT menurun. Untuk menunda infeksi oportunistik pada ARC dan asimtomatik hasilnya lebih baik daripada AZT. Efek samping: neuropati perifer, pankreatitis (7%), nausea, diare. Dosis: 200 mg po bid ( untuk BB >60kg), 125mg po bid (untuk BB < 60kg) Mulanya hanya dipakai untuk kombinasi denganAZT. Secara invitro merupakan obat yang paling kuat, tapi efek samping terjadinya neuropati ( 17-31%) dan pankreatitis. Dosis : 0,75mg po tid. 11



b) Obat-obat untuk infeksi oportunistik 1. Pemberian profiklaktik untuk PCP dimulai bila cCD4, 250 mm/mm3. Dengan kotrimokzasol dua kali/minggu. Dosis 2 tablet, atau dengan aerosol pentamidine 300mg, dan dapsone atau fansidar. 2. Prokfilaksis untuk TBC dimulai bila PDD>=5mm, dan pasien anergik. Dipakai INH 300mg po qd dengan vit.b6, atau rifampisin 600mg po qd bila intolerans INH. 3. Profilaksis untuk MAI (mycobacterium avium intracelulare), bila CD4 , 200/mm3, dengan frukanazol po q minggu, bila pernah menderita oral kandidiasis, sebelumnya. 4. Belum direkomendasikan untuk profilaksis kandidiasis, karena cepat timbul resistensi obat disamping biaya juga mahal. c) Obat untuk kanker sekunder Pada dasarnya sama dengan penanganan pada pasien non HIV. Untuk Sakorma Kaposi, KS soliter:radiasi, dan untuk KS multipel:kemoterapi. Untuk limfoma maligna: sesuai dengan penanganan limfoma paa pasien non HIV. d) Pengobatan simtomatik supportif Obat-obatan simtomatis dan terapi suportif sring harus diberikan pada seseorang yang telah menderita ADIS, antara lain yang sering yaitu: analgetik, tranquiller minor, vitamin, dan transfusi darah.



2) Rehabilitasi Rehabilitas ditujukan pada pengidap atau pasien AIDS dan keluarga atau orang terdekat, dengan melakukan konseling yang bertujuan untuk : a) Memberikan dukungan mental-psikologis.



12



b) Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak berisiko tinggi menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang berisiko. c) Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa mempertahankan kondisi tubuh yang baik. d) Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang berkaitan



dengan



penyakitnya,



antara



lain



bagaimana



mengutarakan masalah-masalah pribadi dan sensitif kepada keluarga dan orang terdekat.



3) Edukasi Edukasi pada masalah HIV/AIDS bertujuan untuk mendidik pasien dan keluarganya tentang bagaimana menghadapi hidup bersama AIDS, kemungkinan diskriminasi masyaratak sekitar, bagaimana tanggung jawab keluarga, teman dekat atau masyarakat lain. Pendidikan juga diberikan tentang hidup sehat, mengatur diet, menghindari kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan, antara lain: rokok, minuman keras. Narkotik, dsb.



2.9.



Komplikasi HIV/AIDS. 1) Oral Lesi Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat. 2) Neurologik a) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social. 13



b) Enselophaty



akut,



karena



reaksi



hipoglikemia,ketidakseimbangan



terapeutik,



elektrolit,



hipoksia,



meningitis



/



ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial. c) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis. d) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV). 3) Gastrointestinal a) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi b) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obatillegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis. c) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasiperianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan diare. 4) Respirasi Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas. 5) Dermatologik Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis. 6) Sensorik - Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan. - Pendengaran : otitis eksternal akut 14



2.10. Konsep Asuhan Keperawatan HIV/AIDS. I)



Pengkajian Keperawatan. A) Identitas Pasien. Nama



:



Umur



:



Jenis kelamin



:



Suku/bangsa



:



Agama



:



Status marietal



:



Pekerjaan



:



Pendidikan



:



Bahasa yang digunakan



:



Alamat



:



Kiriman dari



:



Tanggal MHS



:



Cara masuk



:



Diagnosa mesdis



:



Alasan dirawat



:



B) Identitas Penanggung Jawab. Nama



:



Umur



:



Jenis kelamin



:



Suku/bangsa



:



Agama



:



Pekerjaan



:



Pendidikan



:



Bahasa yang digunakan



:



Alamat



:



Hubungan dengan pasien



:



15



C) Riwayat Keperawatan. 1) Keluhan utama. Biasanya ditandai dengan demam kronik dengan atau tanpa menggigil, keringat malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia. 2) Keluhan saat dikaji. Terkait dengan keluhan atau hal yang dirasakan oleh pasien saat dilakukan pengkajian. 3) Riwayat penyakit sekarang. Terkait dengan gejala infeksi HIV/AIDS, klien sering datang dengan gangguan sistem pernafasan / sistem pencernaan ( diare lama). Mulai dari gejala dirasakan sampai dengan mendapatkan pertolongan medis. 4) Riwayat penyakit dahulu. Biasanya Klien memiliki riwayat sering mengalami infeksi ( demam) yang hilang timbul, penyakit pernafasan, saluran pencernaan (kandidiasis oral sampai dengan diare). 5) Riwayat kesehatan keluarga. Pasien diberikan pertanyaan apakah ada salah satu anggota keluarga terdekat yang mengalami hal yang sama dengan yang dialami oleh pasien. 6) Kesehatan lingkungan. Berisi tentang kondisi lingkungan pasien sehari-hari seperti kebersihan rumah, dll. 7) Riwayat kesehatan lainnya. Berisi tentang apakah pasien menderita alergi terhadap makanan atau obat tertentu serta pasien menggunakan alat bantu atau tidak.



16



D) Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual. 1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat. Kaji pola hidup sehat pasien terganggu karena pengaruh penyakit yang diderita. Tanda : Penampilan tidak rapi, kekurangan dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri. 2) Pola nutrisi dan metabolism. Kaji gejala: Anoreksia, perubahan dalam kemampuan mengenali makanan / mual / muntah,



disfagia, nyeri



retrostenal saat menelan, terjadinya penurunan berat badan: perawakan kurus, menurunnya lemak subkutan / massa otot, turgor kulit buruk, Lesi pada rongga mulut, adanya selaputnya putih dan perubahan warna, kesehatan gigi / gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal, Edema (umum, dependen). 3) Pola eliminasi. Kaji gejala: Diare yang intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa disertai kram abdominal, Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi. Kaji tanda: Feces dengan atau tanpa disertai mukus dan marah, diare pekat yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, personal, perubahan dalam jumlah, warna dan karakteristik urin. 4) Pola tidur dan istirahat. Kaji perubahan pola tidur, tidak dapat tidur nyenyak, pikiran kacau, terus gelisah . 5) Pola aktivitas dan latihan. Kaji gejala: Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi kelelahan / malaise, Perubahan pola tidur.



17



Kaji tanda: Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernapasan. 6) Pola hubungan dan peran. Kaji apakah keluarga ikut berperan dalam menjaga kesehatan fisik pasien. 7) Pola sensori dan kognitif. Kaji adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama sakit. 8) Pola persepsi dan konsep diri. Kaji pola emosional pasien sedikit terganggu karena pikiran kacau dan sulit tidur. 9) Pola seksual dan reproduksi. Kaji perilaku dan pola seksual pada pasien. 10) Pola penanggulangan stress dan koping. Kaji stres yang timbul akibat pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya, pasien merasakan pikirannya kacau. 11) Pola tata nilai dan kepercayaan. Kaji timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi cemas dan takut, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu, dimana pasien dan keluarga percaya bahwa masalah pasien murni masalah medis dan menyerahkan seluruh pengobatan pada petugas kesehatan.



E) Observasi dan Pemeriksaan Fisik. 1) Keadaan Umum



:



2) Tanda-tanda vital Suhu



: demam menetap > 4 minggu (oC)



Nadi



: Penurunan/peningkatan N (x/mnt) 18



Tekanan darah



:



Respirasi



: Penurunan/peningkatan RR (x/mnt)



3) GCS



:



4) Kesadaran



:



5) Antropometri



:



BB/TB



:



Pada



(mmHg)



E V M



stadium



awal-akhir



akan



mengalami



penurunan berat badan secara progressive. IMT



:



LiLA



:



6) Pemeriksaan Fisik. a) Kepala. Kaji sebhorroic dermatitis, gejala pneumocystis cranii, nyeri kepala menetap. Mata : Retinitis. Mulut : - lesi pada mulut  Kapossi sarcoma. - Candida oral  plaque putih yang melapisi rongga mulut dan lidah  candidiasis. - Candidiasis esophagus. - Hairy leukoplakia : lesi/plaque atau seperti proyeksi rambut bergelombang pada bagian lateral lidah yang tidak nyeri & tidak dapat hilang dengan menggosoknya. - Ginggivitis. - Angular chelitis. b) Leher. Kaji Lymphadenopathy persistent. c) Dada. Kaji : - Sesak nafas (dispneu, takipneu). - Batuk produktif dan batuk non produktif dengan SaO2 < 80% (PCP). 19



- Retraksi interkostalis. - Infeksi saluran pernafasan atas yang berulang. - Batuk menetap > 4 minggu. - Gejala tuberculosis paru. - Perubahan pada bunyi nafas/bunyi napas adventisius. - Sputum : kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum). d) Perut (abdomen) Kaji : - Anoreksia. - Muntah. - Diare kronis. - Inkontinensia alvi. - Hepatosplenomegali. e) Genitalia. Kaji Adanya lesi atau keluaran dari genital (herpes simpleks). f) Integumen Ekstermitas. Kaji infeksi kulit umum, herpes simplex, Papular pruritic eruption (PPE) pada lengan, tungkai dan bokong, turgor kulit tidak elastis, sarkoma Kaposi, wasting syndrome, Papular pruritic eruption (PPE) simetris.



F) Pemeriksaan Penunjang. 1) Tes untuk diagnosa infeksi HIV: ELISA, western blot, P24 antigen test, kultur HIV. 2) Tes untuk deteksi gangguan system imun : Hematokrit, LED, CD4 limfosit, rasio CD4/CD limfosit, serum mikroglobulin B2, hemoglobulin.



20



II) Diagnosa Keperawatan. Adapun diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem imunologis HIV / AIDS adalah: 1) Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV. 2) Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan. 3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi. 4) Diare berhubungan dengan infeksi GI 5) Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai. 6) Bersihan



jalan



napas



tidak



efektif



berhubungan



dengan



penumpukan sputum 7) Gangguan volume cairan berhubungan dengan diare terusmenerus 8) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang inpormasi tentang penyakit



III)



Intervensi Keperawatan.



Diagnosa Keperawatan



1) Resiko tinggi



Perencanaan Keperawatan Tujuan dan criteria hasil Infeksi



HIV



Intervensi



tidak 1. Anjurkan



Rasional pasien 1. Pasien dan keluarga



infeksi (kontak



ditransmisikan, tim kesehatan



atau orang penting



mau dan memerlukan



pasien)



memperhatikan



lainnya



informasikan ini



berhubungan



precautions dengan kriteriaa



mencegah transmisi



dengan infeksi



kontak



HIV



HIV, adanya



kesehatan tidak terpapar HIV,



pasien



universal



dan



tim



dan



metode



kuman



patogen lainnya. 21



infeksi



tidak terinfeksi patogen lain



nonopportunisiti seperti TBC.



2. Gunakan darah dan



k yang dapat



cairan



ditransmisikan.



precaution



tubuh bial



merawat pasien.



3. Gunakan



masker



bila perlu. 2) Intolerans



24 jam diharapkan pasien



fisiologis



berhubungan



berpartisipasi dalam kegiatan,



aktivitas



dengan



dengan kriteria bebas dyspnea



kelemahan,



dan



pertukaran



aktivitas.



takikardi



infeksi HIV ke orang lain



3. Untuk



perlindungan



diri



Setelah diberikan askep 3 x 1. Monitor



aktivitas



2. Mencegah transimisi



respon 1. Respon terhadap



selama 2. Berikan perawatan



bervariasi



dari hari ke hari



bantuan 2. Mengurangi yang



oksigen,



pasien sendiri tidak



malnutrisi,



mampu



kelelahan.



3. Jadwalkan



kebutuhan energy



3. Ekstra istirahat perlu



perawatan



pasien



sehingga



tidak



mengganggu



jika



karena



meningkatkan kebutuhan metabolik



isitirahat. 3) Perubahan nutrisi



Setelah diberikan askep x 24 1. Monitor pasien



kemampuan



dari kebutuhan mempunyai intake kalori dan



mengunyah



tubuh



protein yang adekuat untuk



menelan



berhubungan



memenuhi



dengan yang



kurang jam



diharapkan



1. Intake



dihubungkan dengan dan



nyeri



tenggorokan



dan mulut



kebutuhan



intake metaboliknya dengan kriteria 2. Monitor BB, intake kurang, mual dan muntah dikontrol,



meningkatnya



menurun



dan ouput



2. Menentukan dasar



pasien makan TKTP, serum 22



data



kebutuhan



albumin dan protein dalam 3. Atur



metabolic,



dan batas n ormal,



antiemetik



sesuai order



menurunnya absorbsi



3. Mengurangi muntah



4. Meyakinkan bahwa zat



4. Rencanakan



gizi.



diet



makanan



dengan pasien dan



dengan



orang



pasien



penting



sesuai keinginan



lainnya. 4) Diare



Setelah diberikan askep 3 x 1. Kaji konsistensi dan 1. Mendeteksi



berhubungan dengan



24 jam pasien merasa nyaman



infeksi dan



GI



menngontrol



diare,



frekuensi feses dan



adanya



darah dalam feses



adanya darah.



komplikasi minimal dengan bunyi 2. Hipermotiliti mumnya



kriteria perut lunak, tidak 2. Auskultasi tegang, feses lunak dan warna



dengan diare



usus



normal, kram perut hilang, agen 3. Mengurangi motilitas



3. Atur antimotilitas



dan



usus,



yang pelan,



psilium (Metamucil)



emperburuk perforasi



sesuai order



pada intestinal



4. Berikan ointment A dan D, vaselin atau 4. Untuk menghilangkan distensi zinc oside 5) Tidak



efektif Setelah diberikan askep 3 x 1. Kaji



koping 1. Memulai



koping keluarga 20 diharapkan keluarga atau



keluarga



berhubungan



sakit



dengan



orang



penting



cemas mempertahankan



lain suport



terhadap



pasein



dan



perawatannya



tentang keadaan sistem dan adaptasi terhadap yang dicintai.



orang perubahan



hubungan



dalam



bekerja



secara



konstruktif



dengan



keluarga.



akan



kebutuhannya dengan kriteria 2. Biarkan pasien



suatu



dan



keluarga



keluarga 2. Mereka



mengungkapkana



tak



menyadari



bahwa 23



berinteraksi dengan cara yang



perasaan



konstruktif



verbal



secara



mereka



berbicara



secara bebas



3. Ajarkan



kepada tentang 3. Menghilangkan kecemasan tentang dan



keluaraga penyakit



transmisi



transmisinya.



melalui



kontak sederhana.



6) Gangguan volume



Setelah diberikan askep 3 x 1. Pantau TTV cairan 24 jam diharapkan volume



berhubungan dengan



cairan



diare dengan



terus-menerus



kembali kriteria



adekuat hasil:



1. Indikator dari volume



Catat



peningkatan



suhu



dan



cairan sirkulasi



durasi



demam.



Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda



2. Berikan



vital stabil, haluran urine



hangat



adekuat



indikasi



kompres 2. Meningkatkan sesuai dan



kebutuhan metabolime



dan



pertahankan pakaian



diaforesis



yang



tetap



berlebihan



yang



kering



jika



dihubungkan dengan



terjdi demam



demam



dalam



meningkatkan kehilangan cairan tak kasat mata



3. Kaji



turgor



membran



kulit, 3. Indikator



mukosa,



input



langsung dari status cairan



dan rasa haus



4. Ukur



tidak



dan 24



output cairan



4. Mengetahui keseimbangan dalam tubuh.



5. Kolaborasi



5. Untuk



pemberian



obat-



obatan antidiarea



membantu



menurunankan jumlah dan keenceran feses



7) Kurang



Setelah



diberikan



askep 1. Berikan



waktu 1. Mengetahui



sejauh



pengetahuan



selama 2x24 jam diharapkan



kepada pasien untuk



mana ketidak tahuan



berhubungan



menyatakan mengerti tentang



menanyakan



pasien



dengan kurang kondisi, inpormasi



pemeriksaan



diagnostik,



rencana



tentang penyakit pengobatan, perawatan



dan diri



apa



yang tidak di ketahui



penyakitnya.



tentang penyakitnya.



tindakan preventif 2. Kaji



dengan criteria hasil :



ulang



proses



penyakit dan harapan yang akan dating



1. Klien



tentang



mengetahui



2. Memberikan pengetahuan



dimana pasien dapat membuat



tentang



dasar



pilihan



beradasarkan



penyakit,pencegahan



informasi.



dan pengobatanya 3. Berikan



informasi



tentang:



sumber



infeksi,



tindakan



untuk



mencegah



penyebaran, jelaskan pemberian antibiotik, pemeriksaan diagnostik:



tujuan,



gambaran



singkat,



3. Pengetahuan



apa



yang



diharapkan



dapat



mengurangi



ansietas



dan



membantu mengembankan kepatuhan



klien



terhadap



rencan



terapetik. 25



persiapan



yang



dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan



sesudah



pemeriksaan.



4. Anjurkan



pasien 4. Pasien sering untuk menggunakan menghentikan obat obat yang diberikan, mereka, jika tandaminum sebanyak tanda penyakit kurang lebih delapan



mereda.



gelas per hari.



menolong



Cairan membilas



ginjal.



5. Berikan kesempatan kepada pasien untuk



5. Untuk



mendeteksi



isyarat



indikatif



kemungkinan



mengekspresikan perasaan



dan



masalah



tentang



rencana pengobatan.



ketidakpatuhan



dan



membantu mengembangkan penerimaan terapeutik.



26



rencana



BAB III PENUTUP



3.1. Kesimpulan Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus (HIV). Virus dapat ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan vagina, cairan sperma, cairan Air Susu Ibu. Virus tersebut merusak system kekebalan tubuh manusia dengan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi. 3.2. Saran Diharapkan melalui makalah yang penulis susun mampu memberikan manfaat serta agar mahasiswa mampu memahami tentang penyakit HIV/AIDS dan Konsep Asuhan Keperawatan yang akan diberikan kepada pasien.



27



DAFTAR PUSTAKA



https://academia.edu https://healthfoundation.eu Doenges, EM. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :EGC



28