Komplikasi Persalinan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KOMPLIKASI PERSALINAN Komplikasi Persalinan merupakan keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi karena gangguan akibat (langsung) dari persalinan (Dinkes sumut, 2008). Dari hasil “Assesment Safe Motherhood” di Indonesia pada tahun 1990/1991 menyebutkan beberapa informasi penting yang berhubungan dengan terjadinya komplikasi persalinan:   



Derajat kesehatan ibu rendah dan kurangnya kesiapan ibu hamil. Pemeriksaan antenatal yang diperoleh kurang. Pertolongan persalinan dan perawatan pada masa setelah persalinan dini







masih kurang. Kualitas pelayanan antenatal masih rendah dan dukun bayi belum







sepenuhnya mampu melaksanakan deteksi risiko tinggi sedini mungkin Belum semua rumah sakit Kabupaten sebagai tempat rujukan dari puskesmas mempunyai peralatan yang cukup untuk melaksanakan fungsi obstetric esensial. Komplikasi persalinan terdiri dari perdarahan, infeksi atau sepsis,



preeklamsia dan eklamsia, persalinan lama dan abortus. 1. Perdarahan Perdarahan adalah penyebab tersering kematian ibu. Tanda-tanda perdarahan yaitu mengeluarkan darah dari jalan lahir >500 cc, pada prakteknya tidak perlu



mengukur jumlah perdarahan sampai sebanyak itu sebab



menghentikan perdarahan lebih dini akan memberikan prognosis lebih baik. Pada umumnya bila bila terdapat perdarahan yang lebih dari normal, apalagi telah menyebabkan perubahan tanda vital (seperti kesadaran menurun, pucat, limbung, berkeringat dingin, sesak napas, serta tensi 100/menit), maka penanganan harus segera dilakukan. Sifat perdarahan bisa banyak, bergumpal-gumpal sampai menyebabkan syok atau terus merembes sedikit demi sedikit tanpa henti (Prawirohardjo, 2009).



Penyebab perdarahan pada masa persalinan, yaitu:







Gangguan miometrium untuk berkontraksi dan retraksi guna menghentikan perdarahan selama dan setelah pelepasan plasenta (Bellington, 2007). Faktor predisposisinya yaitu (1) regangan rahim berlebihan karena kehamilan gameli, polihidraamnion, atau anak terlalu besar, (2) kelelahan karena persalinan lama atau persalinan kasep, (3) kehamilan grandemultipara, (4) Ibu dengan



keadaan umum yang jelek, anemis, atau



menderita penyakit menahun, (5) Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim, (6) infeksi intrauterine (karioamnionitis), dan (7) ada riwayat pernah 



atonia uteri sebelumnya. Robekan jalan lahir. Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan



dengan



trauma.



Pertolongan



persalinan



yang



semakin



manipulative dan traumatik akan memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan memimpin persalinan pada saat pembukaan serviks belum lengkap. Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi, robekan spontan perineum, trauma forceps atau vakum ektraksi, atau karena versi 



ekstraks(Prawirohardjo, 2009). Retensio plasenta, merupakan keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir. Penyebabnya yaitu (1) plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh melekat lebih dalam dan (2) plasenta sudah terlepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan



menyebabkan perdarahan yang banyak (Mochtar, 1998).  Gangguan pembekuan darah. 2. Infeksi Infeksi merupakan salah satu dari tiga penyebab kematian pada ibu bersalin, selain perdarahan dan tekanan darah tinggi. Infeksi persalinan adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat terjadi setiap saat antara awitan pecah ketuban (rupture membran) atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat gejala-gejala: nyeri pelvis, demam 38,50 C atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja cairan vagina yang abnormal, berbau busuk dan keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus. Bahaya infeksi akan meningkat karena pemeriksaan vagina yang berulang-ulang (Oxorn, 2010).



3. Preeklamsia dan eklamsia Pre-eklamsia dan eklamsia menempati urutan kedua sebagai penyebab kematian ibu di Indonesia. Pre-eklampsia–Eklampsia yang disebut juga



Pregnancy Induced Hipertention (PIH) atau kehamilan yang menginduksi tekanan darah adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung disebabkan oleh kehamilan. Definisi preeklampsia adalah hipertensi disertai proteinuria dan edema (penimbunan cairan dalam cairan tubuh sehingga ada pembengkakan pada tungkai dan kaki) akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi penyakit trofoblastik (kelainan plasenta). Eklampsia adalah timbulnya kejang pada penderita pre-eklampsia yang disusul dengan koma. Kejang di sini bukan akibat kelainan neurologis (saraf). PE-E hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada kehamilan pertama (nullipara). Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrim, yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada multipara (kehamilan yang kesekian), penyakit ini biasanya dijumpai pada keadaan keadaan berikut:  



Kehamilan multifetal (kembar) dan hidropsfetalis (kehamilan air) Penyakit vaskuler (pembuluh darah), termasuk hipertensi esensial kronis dan







diabetes mellitus Penyakit ginjal Penyakit ini bisa dibedakan dalam tiga tingkatan tergantung berat



ringannya. Pada kasus ringan, tekanan darah cenderung naik tapi masih di bawah 140/100. Gejala proteinuria juga mulai muncul. Pada tingkat sedang, mulai timbul pusing tekanan darah sudah lebih dari 140/100. lalu ada pembengkakan, khusunya pada wajah, kaki dan jari-jari tangan. Pada tingkat yamg berat, pembengkakan semakin jelas, rasa pusing juga makin nyata, khususnya rasa nyeri pada pinggir dahi dan tekanan darah lebih dari 160/100. Kadang kala disertai ganngguan penglihatan (kabur) dan kencing semakin sulit karena terjadi gangguan pada ginjal. Adapula yang disertai mual dan muntah. Kondisi gawat terjadi bila timbul kejang atau bahkan pingsan yang berarti sudah terjadi gangguan di otak. Pada tahap ini bisa dikatakan penyakit berada pada tahap eklampsia. Pada kasus yang sudah lanjut, sang ibu pada awalnya mengalami kejang selama 30 detik, lalu meningkat selama 2 menit, sebelum akhirnya pingsan selama 10-30 menit.



Kewaspadaan



perlu



ditingkatkan,



karena



bila



penderita



koma



berkepanjangan bisa timbul komplikasi berat. Seperti gagal jantung, gagal ginjal, terganggunya fungsi paru-paru, dan tersendatnya metabolisme tubuh. Menurut pengamatan para ahli, pre-eklampsia yang juga dikenal dengan sebutan kehamilan dengan pembengkakan-proteinuria-tekanan darah tinggi ini lebih banyak terjadi di negara berkembang, termasuk Asia, dimana kebanyakan penduduknya mengkonsumsi nasi. Apa hubungan penyakit ini dengan nasi tetap belum jelas benar. Ada dugaan lantaran titik beratnya pada nasi, maka ibu jadi kurang memperhatikan zat gizi lain, misalnya susu, telur, ikan, daging, sayur, buah-buahan dan lain-lain. Namun sampai saat ini, etiologi pasti dari preeklampsia/eklampsia belum diketahui. Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian PEE antara lain:  



Pre-eklampsia hanya terjadi pada manusia. Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekuensi PE-E pada anak-anak



   



dari ibu yang menmderita PE-E. Kecendrungan meningkatnya frekuensi PE-E pada anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat PE-E dan bukan pada ipar mereka. Peran Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS). Panderita pada tahap pre-eklampsia hendaknya mau dirawat di rumah



sakit untuk memudahkan pemantauan kondisi ibu dan janin. Pemantauan meliputi fungsi ginjal lewat protein urinenya dan juga fungsi hati. Menu makanan sehari-hari pun perlu diperhatikan. Yang pasti konsumsi garam harus dikurangi, sedangkan buahbuahan dan sayuran diperbanyak (Mambo, 2006). 4. Persalinan lama Persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam digolongkan sebagai persalinan lama. Namun demikian, kalau kemajuan persalinan tidak terjadi secara memadai, selama periode itu situasi tersebut harus segera dinilai. Permasalahannya harus dikenali dan diatasi sebelum waktu 24 jam tercapai. Sebagian besar partus lama menunjukkan pemanjangan kala satu. Sebab – sebab utama pada partus lama yaitu :



  



Disproporsi fetopelvik Malpresentasi dan malposisi Kerja uterus yang tidak efisien, termasuk serviks yang kaku Factor – factor tambahan lainnya :



 



Primigraviditas. Ketuban pecah dini ketika serviks masih tertutup, keras dan belum



 



mendatar. Analgesi dan anastesi yang berlebihan dalam masa laten. Wanita yang dependen, cemas dan ketakutan dengan ortu yang menemaninya ke rumah sakit merupakan calon persalinan lama. Tipe wanita



lainnya



adalah



wanita



yang



maskulin,



masochistic



yang



kelihatannya menikmati rasa nyeri yang dialaminya. Faktor-faktor ini dapat berperan sendiri-sendiri atau secara bersama-sama. Kelainan nyata pada salah satu faktor atau penyimpangan ringan pada beberapa faktor, dapat merintangi keberhasilan persalinan. Meskipun kelahiran normal tidak mungkin terlaksana dengn adanya disproporsi chepalopelvik yang absolute, namun ketikdakimbangan ringan antara ukuran panggul dan ukuran janin dapat diatasi oleh kontraksi uterus yang kuat dan efektik. Pelvis mungkin cukup besar untuk mengakomodasi presentasi occipitoanterior namun terlalu kecil bagi presentasi occipitoposterior. Masalahnya hanyalah masalah keseimbangan. Pecahnya ketuban dengan adanya serviks yang matang dan kontraksi yang kuat tidak pernah memperpanjang persalinan. Akan tetapi, bila kantong ketuban pecah pada saat serviks masih panjang, keras dan menutup, maka sebelum dimulainya proses persalinan sering terdapat periode laten yang lama. Kerja uterus yang tidak efisien mencakup ketimampuan serviks untuk membuka secara lancar dan cepat di samping kontraksi rahim yang tidak efektif (Oxorn, 2010).



5. Abortus Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan, di mana janin belum mampu hidup di luar rahim (belum viable), dengan criteria usia kehamilan