Konsep Cost Driver [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KONSEP COST DRIVER Cost driver merupakan faktor yang memberi dampak pada perubahan tingkat biaya total. Untuk perusahaan yang bersaing berdasarkan cost leadership, manajemen terhadap cost driver kunci merupakan hal yang paling penting. Untuk perusahaan yang bukan merupakan cost leader, manajemen terhadap cost driver mungkin bukan merupakan hal yang terlalu penting, tetapi langsung pada kesuksesan perusahaan. Cost Driver, Cost Pool, dan Cost Objects Biaya terjadi jika sumber daya digunakan untuk tujuan tertentu. Kadang-kadang biaya dikumpulkan ke kelompok tertentu, yang disebut cost pool. Pengelompokan bisa berdasarkan jenis biaya (biaya tenaga langsung dalan satu ‘pool’, bahan dalam ‘pool’ lainnya), berdasarkan



sumber



(departemen



1,



departemen



2,



dst),



atau



berdasarkan



pertanggungjawaban (manajer 1, manajer 2, dan selanjutnya). Cost objects atau objek biaya adalah produk, jasa atau unit organisasi dimana biaya dibebankan untuk beberapa tujuan manajemen. Produk dan jasa pada umumnya merupakan objek biaya (cost objects), sementara departemen produksi bisa diperlakukan sebagai ‘cost pool’ atau ‘cost objects’ tergantung pada fokus utama manajemen pada biaya untuk produk atau departemen produksi. Konsep ‘cost objects’ tidak hanya meliputi produk, jasa dan departemen, tetapi juga kelompok produk, jasa, departemen, pelanggan, supplier, provider jasa telepon dan banyak lagi yang lain. Setiap hal dimana biaya dapat ditelusuri dan yang merupakan peran kunci dalam strategi manajemen dapat dipertimbangkan sebagai ‘cost objects’. Pembebanan Biaya dan Alokasi Biaya : Biaya Langsung dan Tak Langsung Pembebanan biaya merupakan proses pembebanan biaya ke dalam ‘cost pool’ atau ke ‘cost objects’. Biaya langsung dapat ditelusuri secara langsung ke ‘cost pool’ atau ‘cost objects’ secara mudah dan dapat dihubungkan dengan secara ekonomi. Contohnya, biaya bahan yang dibutuhkan untuk produk tertentu merupakan biaya langsung karena biaya tersebuat dapat ditelusuri secara langsung ke produk. Sebaliknya dalam biaya tak langsung, tidak dapat ditelusuri secara mudah, sulit dihubungkan secara ekonomi dari biaya atau ‘cost pool’ ke ‘cost pool’ atau ‘cost object’. Yaitu biaya langsung bisa disebabkan oleh dua atau lebih ‘cost pool’ atau objek yang tidak dapat dengan mudah dan secara ekonomi ditelusuri secara langsung. Biaya pengawasan terhadap karyawan bagian produksi dan penanganan bahan merupakan contoh yang bagus dari biaya yang pada umumnya tidak dapat ditelusuri ke produk individual, dan oleh karena itu merupakan biaya tak langsung untuk produk.



Jika biaya tak langsung tidak dapat ditelusuri ke ‘cost pool’ atau ‘cost object’, maka pembebanan biaya tak langsung dilakukan dengan menggunakan ‘cost driver’. Akibatnya, biaya dibebankan ke ‘cost pool’ atau ‘cost object’ yang menyebabkan biaya dengan cara yang representatif dan wajar. Pembebanan biaya tak langsung ke ‘cost pool’ atau ‘cost object’ disebut dengan alokasi biaya, bentuk pembebanan biaya dimana penelusuran biaya secara langsung tidak mungkin dilakukan, sehingga digunakan ‘cost driver’. ‘Cost driver’ digunakan untuk mengalokasikan biaya yang sering disebut dengan dasar alokasi. Jenis-jenis ‘Cost Driver’ Ada empat jenis ‘cost driver’ untuk menggambarkan bagaimana biaya berubah yaitu : a.



Dasar aktivitas (activity based) Dasar aktivitas dikembangkan pada level yang rinci dari operasi dan dihubungkan dengan aktivitas pemanufakturan yang ada, seperti set-up mesin, inspeksi produk, penaganan bahan atau pengepakan.



b.



Dasar volume (volume based) Dasar volume dikembangkan pada level agregat, seperti level output (jumlah unit yang diproduksi).



c.



Cost driver yang bersifat struktural Melibatkan keputusan-keputusan stratejik dan operasional yang mempengaruhi hubungan antara ‘cost driver’ dan biaya total.



d.



Cost driver yang bersifat eksekusional Sama dengan cost driver yang bersifat struktural.



Activity Based Cost Driver Activity based cost driver diidentifikasi dengan menggunakan cara analisis aktivitas, deskripsi yang rinci dari aktivitas spesifik yang dilakukan dalam operasi perusahaan. Deskripsi tersebut meliputi setiap tahap dalam proses pembuatan produk atau penyediaan jasa. Dan untuk setiap aktivitas, cost driver dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana biaya berubah jika terjadi perubahan dalam aktivitas. Analisis aktivitas membantu perusahaan mengembangkan biaya-biaya yang lebih akurat untuk produknya, meningkatkan pengendalian manajemen dan pengendalian operasional perusahaan, jika kinerja pada level yang rinci dapat dimonitor dan dievaluasi. Volume Based Cost Driver Banyak jenis biaya yang terjadi berdasarkan volume, seperti biaya bahan langsung dan biaya tenaga langsung. Pada nilai cost driver yang rendah, biaya meningkat pada tingkat



kenaikan yang semakin menurun karena terkait dengan faktor-faktor seperti lebih efisiennya penggunaan sumber daya atau produktivitas yang semakin tinggi melalui proses pembelajaran. Pada level cost driver yang lebih tinggi, biaya mulai meningkat dengan tingkat kenaikan yang semakin tinggi jika ada ketidakefisienan yang disebabkan perusahaan beroperasi pada tingkat yang dengan batasan kapasitas yang dimiliki. Biaya Tetap dan Biaya Variabel Biaya variabel adalah perubahan biaya total dihubungkan dengan setiap perubahan dalam kuantitas cost driver. Sebaliknya biaya tetap merupakan bagian dari biaya total yang tidak berubah dengan adanya perubahan dalam kuantitas cost driver, dalam kisaran yang relevan (relevant range). Biaya tetap total biaya variabel per unit tetapi konstan dalam ‘relevant range’. Biaya Tetap Bertahan (Step Fixed Cost) Biaya dikatakan tetap bertahan jika biaya tersebut berubah sehubungan dengan adanya perubahan dalam cost driver, tetapi dalam tahapan-tahapan tertentu. Biaya tetap bertahan mempunyai karakteristik terjadi dalam tugas-tugas yang bersifat klerikal, seperti proses pemenuhan pesanan dan pemrosesan terhadap adanya klaim tertentu. Biaya per Unit dan Biaya Marginal Biaya per unit (biaya rata-rata) merupakan biaya pemanufakturan total bahan, tenaga langsung, dan overhead dibagi dengan jumlah output. Ini merupakan konsep yang berguna dalam penentuan harga dan dalam evaluasi profitabilitas produk, tetapi informasi tentang biaya per unit juga dapat mengarahkan pada interpretasi yang keliru. Istilah biaya marginal digunakan untuk menggambarkan biaya tambahan yang terjadi sebagai akibat adanya kenaikan cost driver yang disebabkan adanya kenaikkan satu unit produk. Dengan asumsi biaya linear dalam ‘relevant range’ konsep biaya marginal sama dengan konsep biaya variabel per unit. Cost Driver Struktural dan Eksekusional Cost driver struktural dan eksekusional digunakan untuk pengambilan keputusan stratejik dan operasional. Cost driver struktural bersifat stratejik karena cost driver tersebut melibatkan perencanaan dan keputusan-keputusan yang berpengaruh dalam jangka panjang. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan : 1. Skala 2. Pengalaman 3. Teknologi 4. Kompleksitas



Cost driver eksekusional merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mengelola perusahaan dalam jangka pendek, melakukan pengambilan keputusan untuk menurunkan biaya. Hal ini meliputi : 1. Keterlibatan semua tenaga kerja 2. Desain proses produksi 3. Hubungan dengan pemasok/supplier KONSEP BIAYA Menurut Ralph S Polimeni, Frank J Fabozzi, dan Anthun H Adelbeng (1991 : 469) mengemukakan pengertian biaya sebagai nilai yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa, yang diukur dalam dollar ( uang ) yang mengurangi aktiva atau menambah kewajiban pada saat manfaatnya diperoleh / dipakai. Menurut Erlina (2002:1) biaya (cost) berbeda dengan beban (expense). Cost adalah pengorbanan ekonomis yang dikeluarkan untuk memperoleh barang dan jasa, sedangkan beban (expense) adalah expired cost yaitu pengorbanan yang diperlukan atau dikeluarkan untuk merealisasi hasil, beban ini dikaitkan dengan revenue pada periode yang berjalan. Pengorbanan yang tidak ada hubungannya dengan perolehan aktiva, barang atau jasa dan juga tidak ada hubungannya dengan realisasi hasil penjualan, maka tidak digolongkan sebagai cost ataupun expense tetapi digolongkan sebagai loss. Standar Akuntansi Keuangan ( 1999 : 18 ) memberikan definisi beban penurunan



manfaat



ekonomi



selama



suatu



periode



akuntansi,



yaitu dalam



arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadi kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada pemilik modal. 1.



Penggolongan biaya Menurut Erlina (2002 : 2-3) biaya dapat digolongkan menjadi enam macam biaya,



yaitu: 1.



Berdasarkan Fungsi Pokok Perusahaan a. Factory Cost (Biaya Produksi) 1. Biaya Bahan Baku (Direct Material Cost) 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost) 3. Biaya Tidak Langsung (Factory Overhead). b. Commercial Expense (Operating Expense) 1. Marketing and Selling Expense 2. General & Administration Expense



2.



Berdasarkan Periode Akuntansi



a.



Capital Expenditure (Pengeluaran Modal). Pengeluaran ini akan memberi manfaat pada beberapa periode akuntansi. Jenis pengeluaran ini dikapitalisir



dan



dicantumkan



sebagai



harga



perolehan.



Suatu



pengeluaran dikelompokkan sebagai capital expenditure jika pengeluaran ini memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi, jumlahnya relatif besar, dan pengeluaran ini sifatnya tidak rutin. b.



Revenue Expenditure (Pengeluaran Penghasilan). Pengeluaran ini akan memberi manfaat pada periode akuntansi dimana pengeluaran ini terjadi. Pengeluaran ini menjadi beban pada periode tersebut, dan dicantumkan dalam income statement. Suatu pengeluaran dikelompokkan sebagai revenue expenditure jika pengeluaran tersebut memberi manfaat pada periode terjadinya pengeluaran tersebut, jumlahnya relatif kecil, dan umumnya pengeluaran ini sifatnya rutin.



3.



Berdasarkan Pengaruh Manajemen Terhadap Biaya a.



Biaya Terkendali (Controllable Cost). Adalah biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang manajer tingkatan tertentu dalam jangka waktu tertentu.



a.



Biaya Tidak Terkendali (Uncontrollable Cost). Adalah biaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh seorang manajer atau pejabat tingkatan tertentu.



4.



Karakteristik Biaya Dihubungkan Dengan Keluarannya a.



Biaya Engineered. Adalah elemen biaya yang mempunyai hubungan fisik yang eksplisit dengan output.



b.



Biaya Discretionary. Biaya ini disebut juga managed cost atau programmed cost adalah semua biaya yang tidak mempunyai hubungan yang akurat dengan output.



c.



Biaya Commited atau biaya kapasitas. Adalah semua biaya yang terjadi dalam rangka untuk mempertahankan kapasitas atau kemampuan organisasi dalam kegiatan produksi, pemasaran dan administrasi.



5.



Pengaruh Perubahan Volume Kegiatan Terhadap Biaya a.



Biaya Tetap. Yaitu biaya yang jumlah tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan sampai pada tingkatan tertentu. Biaya tetap per unit berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan.



b.



Biaya Variabel. Biaya variabel adalah hubungan linear antara biaya aktivitas tersebut. Biaya variabel yaitu biaya yang jumlah totalnya



berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan maka semakin besar pula jumlah total biaya variabel. c.



Biaya Semi Variabel. Yaitu biaya dimana jumlah totalnya berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya tidak sebanding/proporsional.



6.



Berdasarkan Objek yang dibiayainya a.



Biaya Langsung. Biaya yang terjadi atau manfaatnya dapat diidentifikasi kepada objek atau pusat biaya tertentu



b.



Biaya Tidak Langsung. Biaya yang terjadi atau manfaatnya tidak dapat diidentifikasi pada objek atau pusat biaya tertentu, atau biaya yang manfaatnya dinikmati oleh beberapa objek atau pusat biaya.



Akuntansi Biaya untuk Produk dan Jasa Sistem akuntansi biaya sangat berbeda di antara perusahaan manufaktur dan perusahaan dagang. Perusahaan dagang yang meliputi pengecer, yaitu perusahaan yang menjual produk akhir langsung kepada konsumen, dan pedagang besar yang mendistribusikan produk ke pengecer. Perusahaan jasa seringkali tidak mempunyai atau hanya mempunyai sedikit persediaan, sehingga sistem penentuan harga produknya relatif sederhana. Biaya Produk dan Biaya Periode Biaya produk untuk perusahaan manufaktur terdiri dari biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan produk sampai produk siap dijual : 1. Bahan langsung, yaitu bahan yang digunakan dalam pengolahan produk yang dapat menjadi bagian fisik dari produk akhir. 2. Tenaga kerja langsung, yaitu tenaga yang digunakan dalam pengolahan produk. 3. Overhead pabrik, yaitu biaya tak langsung untuk bahan, tenaga kerja, dan fasilitas yang digunakan untuk mendukung proses pengolahan. Biaya produk untuk perusahaan dagang meliputi biaya pembelian produk ditambah dengan biaya transportasi yang dibayar oleh pengecer atau pedagang besar untuk membawa produk ke lokasi dimana produk tersebut akan dijual atau ddidistribusikan. Semua pengeluaran lain untuk mengelola perusahaan dan menjual produk yang dikeluarkan pada saat biaya itu terjadi, dan untuk alasan itulah biaya-biaya tersebut disebut biaya periode. Biaya periode terutama terdiri dari biaya penjualan dan biaya administrasi dan umum yang diperlukan untuk pengelolaan perusahaan dan tidak terlibat langsung dalam pengolahan produk. Dalam perusahaan manufaktur atau perusahaan dagang, biaya periode kadang-



kadang memasukkan juga dengan pengeluaran-pengeluaran untuk operasional. Dalam perusahaan jasa, semua biaya ini seringkali disebut biaya operasional. Penentuan Harga Pokok dalam Perusahaan Manufaktur, Perusahaan Dagang dan Perusahaan Jasa Di dalam perusahaan manufaktur ada aliran biaya dari elemen biaya awal ke rekening barang dalam proses sampai persediaan produk selesai dan harga pokok penjualan. Langkah pertama adalah membeli bahan untuk digunakan dalam proses pengolahan. Langkah kedua menambahkan tiga elemen biaya (bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead) ke rekening barang dalam proses. Langkah ketiga, biaya produksi yang telah diakumulasikan ke dalam rekening ‘barang dalam proses’ ditransfer ke produk selesai, dan dari sana diteruskan ke harga pokok penjualan ketika produk sudah terjual. Dalam perusahaan dagang, prosesnya lebih sederhana. Pedagang membeli dan memasukkan ke dalam rekening ‘persediaan’. Ketika produk terjual, maka biaya tersebut ditransfer ke dalam rekening ‘harga pokok penjualan’. Dalam perusahaan jasa tidak ada persediaan produk selesai, atau bila ada jumlahnya sangat sedikit, dan tidak ada persediaan barang untuk dijual kembali, sehingga biasanya bahan yang dibutuhkan untuk menyediakan jasa hanya sedikit. Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga jenis rekening persediaan : (1) Persediaan bahan baku, (2) Persediaan barang dalam proses, dan (3) Persediaan produk selesai. Konsep Biaya Untuk Perencanaan dan Pengambilan Keputusan Untuk membantu perencanaan dan pengambilan keputusan manajemen, akuntan manajemen menyediakan informasi yang relevan, tepat waktu dan akurat pada biaya yang masuk akal. Biaya Relevan Konsep biaya relevan muncul dalam situasi dimana pengambil keputusan harus memilih dari dua atau lebih pilihan. Untuk menentukan pilihan mana yang terbaik, pengambil keputusan akan memilih keputusan yang mempunyai manfaat tertinggi. Jadi pengambil keputusan akan membutuhkan informasi pada biaya yang relevan. Biaya relevan mempunyai dua sifat : (1) Berbeda untuk setiap pilihan keputusan, dan (2) Akan terjadi pada saat yang akan datang.



Biaya Diferensial Biaya diferensial merupakan biaya yang berbeda untuk setiap pilihan keputusan dan oleh karena itu merupakan biaya yang relevan untuk pengambilan keputusan, jika biaya tersebut belum terjadi. Beberapa biaya diferensial merupakan biaya tetap dan beberapa lagi merupakan biaya variabel. Biaya variabel dalam konteks keputusan tertentu bisa merupakan biaya diferensial atau bukan merupakan biaya diferensial. Opportunity Cost Oppprtunity cost merupakan manfaat yang hilang karena satu alternatif pilihan yang dipilih mendapat manfaat dari pilihan/alternatif lainnya. Konsep opportunity cost yang digunakan untuk mengukur dampak ekonomi yang potensial dari berbagai alternatif pengambilan keputusan ; pengukuran dilakukan dengan berdasarkan faktor-faktor yang mungkin tidak dikuantifikasikan. Sunk Cost Sunk cost merupakan biaya yang telah terjadi atau telah ditetapkan pada waktu yang lalu, dan oleh karena itu merupakan biaya yang tidak relevan karena pengambil keputusan tidak lagi mempunyai kebijakan terhadap biaya-biaya tersebut, dan biaya-biaya tidak akan mempengaruhi kebijakan cash flow di masa yang akan datang. Atribut-atribut dalam Informasi Biaya untuk Akurasi Pengambilan Keputusan Akurasi Ketepatan Waktu (Timeliness) Informasi manajemen biaya harus disediakan bagi pengambil keputusan dalam waktu yang tepat, untuk membantu pengambilan keputusan yang efektif Informasi Biaya dan Nilai Informasi Biaya Berpikir tentang informasi manajemen biaya yang mengandung informasi tentang biaya tertentu dan nilai informasi tersebut menekankan bahwa akuntan manajemen merupakan spesialisasi informasi, sama seperti profesi keuangan lainnya, seperti konsultan pajak, perencana keuangan, dan konsultan keuangan ACTIVITY BASED COSTING (ABC) Sistem tersebut dinamakan akuntansi aktivitas (Activity Accounting) atau disebut pula Activity Based Costing System (ABC System). Sistem ini juga dapat digunakan untuk menilai kinerja dengan cara-cara yang baru. Dalam ABC System, aktivitas dianggap sebagai penyebab timbulnya biaya produksi. Namun lebih dari itu, ABC System juga menekankan pada aspek perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan oleh manajer.



Hongren mendefinisikan ABC Sistem sebagai : ”… is a System that first accumulates the costs of each activity of an organization and then applies the costs of activities to the products, services, or other cost objects using appropriate cost drivers”. (Charles T. Hongren, Sundem, & Stratton, 1996 : 502). Secara umum pengertian Activity Based Costing System (ABC System) adalah suatu sistem biaya yang mengumpulkan biaya-biaya ke dalam aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam perusahaan lalu membebankan biaya atau aktivitas tersebut kepada produk atau jasa, dan melaporkan biaya aktivitas dan produk atau jasa tersebut pada manajemen agar selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan. Activity Based Costing System timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk. Kebutuhan akan informasi biaya yang akurat tersebut disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: 1. Persaingan global (Global Competition) yang dihadapi perusahaan manufaktur memaksa manajemen untuk mencari berbagai alternatif pembuatan produk yang cost effective. 2. Penggunaan teknologi maju dalam pembuatan produk menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik dalam product cost menjadi dominan. 3. Untuk dapat memenangkan persaingan dalam kompetisi global, perusahaan manufaktur harus menerapkan market–driven strategy. 4. Market–driven strategy menuntut manajemen untuk inovatif. 5. Pemanfaatan teknologi komputer dalam pengolahan data akuntansi memungkinkan dilakukannya pengolahan berbagai informasi biaya yang sangat bermanfaat dengan cukup akurat. Manfaat sistem biaya Activity-Based Costing (ABC) bagi pihak manajemen perusahaan adalah : 1. Suatu pengkajian sistem biaya ABC dapat meyakinkan pihak manajemen bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. 2. Pihak manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif yang lebih wajar. 3. Sistem biaya ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan (management decision making). 4. Mendukung perbaikan yang berkesinambungan (continuous improvement), melalui analisa aktivitas, sistem ABC memungkinkan tindakan eleminasi atau perbaikan terhadap aktivitas yang tidak bernilai tambah atau kurang efisien.



5. Memudahkan penentuan biaya-biaya yang kurang relevan (cost reduction), pada sistem tradisional, banyak biaya-biaya yang kurang relevan yang tersembunyi. 6. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, piliak manajemen dapat melakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume produksi yang diperlukan untuk mencapai impas (break even) atas produk yang bervolume rendah. Beberapa keunggulan dari sistem biaya Activity Based Costing (ABC) dalam penentuan biaya produksi adalah sebagai berikut : a. Biaya produk yang lebih realistis, khususnya pada industri manufaktur teknologi tinggi dimana biaya overhead adalah merupakan proporsi yang signifikan dari total biaya. b. Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. c. Sistem biaya ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya (activities cause cost) bukanlah produk, dan produklah yang mengkonsumsi aktivitas. d. Sistem biaya ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku biaya dan membantu dalam mengurangi biaya dan mengidentifikasi aktivitas yang tidak menambah nilai terhadap produk. e. Sistem biaya ABC mengakui kompleksitas dari diversitas produksi yang modem dengan menggunakan banyak pemacu biaya (multiple cost drivers), banyak dari pemacu biaya tersebut adalah berbasis transaksi (transaction-based) dari pada berbasis volume produk. f. Sistem biaya ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan dari biaya produk variabel jangka panjang (long run variabel product cost) yang relevan terhadap pengambilan keputusan yang strategik. g. Sistem biaya ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses, pelanggan, area tanggungjawab manajerial, dan juga biaya produk. Suatu temuan yang konsisten dari buku akuntansi biaya tradisional adalah ketidaktepatan dalam menggunakan informasi biaya untuk menjalankan suatu pabrik manufakturing. Hal ini berbeda dengan sistem biaya ABC yang memberikan informasi biaya yang lebih akurat. Sistem biaya ABC menelusuri biaya produksi tidak langsung ke unit, batch, lintasan produk, dan seluruh fasilitas berdasarkan aktivitas tiap level. Metode penentuan biaya ini menghasilkan biaya akhir produk yang lebih akurat dan lebih realistis.