Konsep Sistem Informasi Dan Teknologi Berbasis Internet Di Bidang Kesehatan Dan Keperawatan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH



KONSEP SISTEM INFORMASI DAN TEKNOLOGI BERBASIS INTERNET DI BIDANG KESEHATAN DAN KEPERAWATAN



DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 1. ANNEDYA HANDAYANI



2021312001



2. ELVITRIYA YUNESTY



2021312022



3. INTAN YULLYA KARDILA



2021312025



4. RITTA FARMA



2021312008



5. SAFIYAH KAMILAH



2021312002



6. SULISTIAWATI



2021312010



7. YAUMIL FAJRI



2021312032



PROGRAM STUDI S2 KEPERAWATAN FAKULTAS MAGISTER KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS 2020



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sistem informasi kesehatan menurut WHO dalam buku “Design and implementation of health information system” Geneva (2000), adalah suatu sistem informasi kesehatan yang tidak dapat berdiri sendiri, melainkan sebagai bagian dari suatu sistem kesehatan. Sistem informasi kesehatan yang efektif memberikan dukungan informasi sebagai proses pengambilan keputusan di segala jenjang. Untuk mendukung pelaksanaan sistem informasi kesehatan tersebut pada tahun 2002 pemerintah melalui Menteri Kesehatan pengembangan sistem informasi kesehatan daerah (SIKDA)”. Tujuan pembangunan nasional disusun dalam rencana pembangunan jangka panjang nasional, hal ini tertuang dalam Undang-Undang nomor 17 tahun 2007 yang mempunyai tiga tujuan pembangunan nasional. Rencana pembangunan jangka panjang nasional tersebut dibagi lagi setiap lima tahunan, atau disebut juga rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) yang mana bertujuan memantapkan pembangunan secara menyeluruh dimana salah satunya adalah menekankan pembangunan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kondisi ini bisa dilihat dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2014 tentang sistem informasi kesehatan, hal ini untuk melaksanakan ketentuan pasal 168 ayat (3) Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Pada era globalisasi saat ini kebutuhan akan data dan informasi yang tepat, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan sangat dibutuhkan keberadaannya karena merupakan sumber utama dalam pengambilan kebijakan untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi merupakan kondisi positif yang akan sangat mendukung berkembangnya sistem informasi kesehatan, hal ini juga sangat berguna dalam pengambilan keputusan bisa lebih mudah jika semua informasi yang dibutuhkan sudah tersedia. Untuk tujuan itu sistem informasi kesehatan perlu dibangun dengan mengorganisir berbagai data yang telah dikumpulkan secara sistematik, memproses data menjadi informasi yang berguna.



Pada tahun 2007 pusat data dan informasi melakukan evaluasi SIK di Indonesia dengan menggunakan perangkat Health Metricts Network-World Health Organization (HMN-WHO) evaluasi ini meliputi 6 komponen utama SIK yaitu sumber daya (meliputi pengelolaan dan sumber daya), kualitas data, diseminasi dan penggunaan data, hasil yang diperoleh adalah SIK ada tapi tidak adekuat untuk sumber daya (47%), indikator (61%), sumber data (51%), kualitas data (55%), penggunaan dan diseminasi data (57%), untuk manajemen data (35%), sehingga secara umum hasil ini menunjukkan bahwa keseluruhan SIK masih perlu ditingkatkan lagi (Kepmenkes Nomor 192, 2012).



B. TUJUAN



1. Tujuan Umum Memberikan uraian tentang konsep sistem informasi dan teknologi berbasis internet di bidang kesehatan dan keperawatan



2. Tujuan khusus a. Memaparkan Konsep Sistem Informasi dan Teknologi b. Memaparkan



Konsep



Teknologi



Bidang



Kesehatan



dan



Keperawatan c. Memaparkan Contoh Penerapan Sistem Informasi dan Teknologi Kesehatan d. Memaparkan Contoh Penerapan Sistem Informasi dan Teknologi Kesehatan berbasis Internet e. Memaparkan Telaah jurnal penelitian terkait keefektifan dan keefisienanan sistem teknologi kesehatan / keperawatan



3. Sistematika Penulisan Metode penulisan dilakukan dengan menggunakan studi literatur yang diambil dari buku atau internet yang berkaitan dengan konsep sistem informasi dan teknologi berbasis internet di bidang kesehatan dan keperawatan.



BAB II TINJAUAN TEORITIS A. KONSEP SISTEM INFORMASI



1. Definisi sistem informasi Sistem adalah kumpulan orang yang saling bekerja sama dengan ketentuan aturan yang sistematis dan terstruktur untuk membentuk satu kesatuan yang melaksanakan suatu fungsi untuk mencapai tujuan. Sistem memiliki beberapa karakteristik atau sifat yang terdiri dari komponen sistem, batasan sistem, keluaran sistem, pengelolahan sistem dan sasaran sistem. Sedangkan informasi adalah data yang diolah menjadi lebih berguna dan berarti bagi penerimanya, serta untuk mengurangi ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan mengenai suatu keadaan. Sistem infrmasi merupakan suatu kombinasi teratur dari orangorang, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi (Anggraeni, 2017).



2. Fungsi Sistem Informasi Fungsi dari sistem informasi dapat dikatakan tebagi dalam beberapa hal, diataranya adalah sebagai berikut: a. Untuk meningkatan aksesibilitas data yang ada secara efektif dan efisien kepada pengguna, tanpa dengan perantara sistem informasi b. Memperbaiki



produktivitas



aplikasi



pengembangan



dan



pemeliharaan sistem c. Menjamin ketersediannya kualitas dan keteramplan pendukung sistem informasi secara kritis d. Mengidentifikasi kebutuhan mengeai keterampilan pendukung sistem informasi e. Mengantisipasi dan memahami akan konsekuensi ekonomi



f. Menetepakan intervensi yang akan diarahkan pada sistem informasi g. Mengembangkan proses perencanaan yang efektif. (Anggraeni, 2017).



3. Komponen Sistem Informasi Komponen-komponen dari sistem informasi adalah sebagai berikut: a. Komponen input, adalah data yag masuk ke dalam sistem informasi b. Komponen model, adalah kombinasi prosedur, logika, dan model matematika yang memproses data yang tersimpan dibasis data dengan cara yang sudah ditentukan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan c. Komponen output, adalah hasil informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen serta semua pemakai sistem d. Komponen teknologi, adalah alat dalam sistem informasi, teknologi digunakan dalam menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimakan output dan memantau pengendalian sistem. e. Komponen basis data, adalah kumpulan data yang saling berhubungan



yang



tersimpan



didalam



komputer



dengan



menggunakan software database f. Komponen kontrol, adalah komponen yang mengendalikan gangguan terhadap sistem informasi.



4. Ciri- ciri sistem informasi Ciri-ciri sistem informasi antara lain sebagai berikut : a. Baru, adalah informasi yang dapat sama sekai baru dan segar dari penerima b. Tambahan,



adalah



informasi



yang



data



diperbarui



atau



memberikan tambahan terhadap informasi yang salah sebelumnya



c. Kolektif, adalah informasi yang dapat menjadi suatu koreksi dari informasi yang salah sebelumnya d. Penegas, adalah informasi yang dapat mempertegas informasi yang telah ada



5. Beberapa contoh dari sistem Infomasi Beberapa contoh jenis sitem informasi yang digunakan dalam berbagai bidang yang ada, diantaranya sebagai berikut: a. Sistem referansi pesawat, digunakan dalam biro perjalanan untuk melayani pemesanan/pembelian tiket b. Sistem untuk menangani penjualan kredit kendaraan bermotor sehingga dapat digunakan untuk memantau hutang para pelanggan c. Sistem biometric yang mencegah orang tidak berkenaan memasuki fasilitas untuk mengaskses informasi yang bersifat rahasia dengan cara menganalisis sidik jari atau retina mata d. Sistem point of sale (POS), diterapkan banyak swalayan dengan dukungan pembacar barcode untuk mempercepat pemasukan data e. Sistem telemetri/pemantau jarak jauh yang menggunakan teknologi radio f. Sistem berbasis kartu cerdas, digunakan juru medis untuk mengetahui riwayat penyakit pasien karena didalam kartu tersebut terekam data-data mengenai pasien g. Sistem layanan akademis berbasis web yang memungkinkan mahasiswa



memeroleh



data-data



akademis



atau



bahkan



mendaftarkan kulah atau mata kuiah yang diambil setiap semester baru h. Sistem pertukaran data elektronik (Electronic data interchange atau EDI) memungkinkan pertukaran dokume antarperusahaan secara elektronis.



B. KONSEP TEKNOLOGI BIDANG KESEHATAN DAN KEPERAWATAN



1. Pengertian Teknologi di bidang Kesehatan adalah segala bentuk alat dan/atau metode yang ditujukan untuk membantu menegakkan diagnosa, pencegahan, dan penanganan permasalahan kesehatan manusia. (Pasal 1 Angka 10 UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan). American



Nursing



Association



mendefinisikan



informatika



keperawatan sebagai kombinasi dari ilmu keperawatan, ilmu informasi, ilmu komputer untuk mengelola dan mengkomunikasikan informasi dalam



mendukung perawat serta praktisi kesehatan dalam mengambil



keputusan (ANA, 2001) Aplikasi teknologi informasi untuk mendukung manajemen kesehatan terutama Rekam medis Berbasis Komputer (Computer Based Patient Record). Rekam medis berbasis komputer akan menghimpun berbagai data klinis pasien baik yang berasal dari hasil pemeriksaan dokter, digitasi dari alat diagnosisi (EKG), radiologi, dll), konversi hasil pemeriksaan laboratorium maupun interpretasi klinis. Rekam medis berbasis komputer yang lengkap biasanya disertai dengan fasilitas pendukung keputusan yang memungkinkan pemberian alert, reminder, bantuan diagnosis maupun terapi.



2. Teknologi di Bidang Keperawatan Informatika keperawatan adalah kombinasi ilmu



komputer,



ilmu



komunikasi, dan ilmu keperawatan yang didesain untuk membantu manajemen dan pemprosesan data , informasi dan pengetahuan



untuk



mendukung keperawatan dan pemberian asuhan keperawatan (Graves & Corcoran, 1989). Informatika keperawatan akan banyak memberikan manfaat untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien dan membuat pelayanan keperawatan



lebih



bermakna. Tekhnologi yang digunakan dapat



mengurangi kerja dengan



kertas (paperwork) dan



meningkatkan



komunikasi serta menghemat waktu perawat.



3. Manfaat Teknologi Dibidang Kesehatan Komputer secara tidak langsung telah membantu manusia untuk mengetahui



penyakit



yang



dideritanya



hingga



sampai



pada



tahap penyembuhan. Manfaat dari penerapan komputer dalam bidang kesehatan di tiap-tiap aplikasinya antara lain sebagai berikut : a. Mendiagnosa suatu penyakit dan menentukan obat yang cocok b. Melihat dan menganalisa organ-organ tubuh bagian dalam manusia c. Memonitoring status pasien, merecord data pribadi pasien dan riwayat penyakit pasien d. Melakukan penelitian ilmiah yang diperlukan e. Memasukkan, menyimpan, menggelompokkan dan mengolah data-data secara cepat dan mudah f. Mendeteksi DNA seseorang g. Mengecek dan mengethaui hasil tes darah di laboratorium



4. Contoh Penggunaan Teknologi Komputer Untuk Menganalisa OrganOrgan Tubuh a. System Computerized Axial Tomography (CAT) Berguna untuk menggambar struktur otak dan mengambil gambar seluruh organ tubuh yang tidak bergerak dengan menggunakan sinar-X. b. System Dynamic Spatial Reconstructor (DSR) Berguna untuk melihat gambar dariberbagai sudut organ tubuh secara bergerak. c. SPECT (Single Photon Emission Computer Tomography) Merupakan sistem computer yang mempergunakan gas radiokatif untuk mendeteksi partikel-partikel tubuh yangditampilkan dalam bentuk gambar.



d. PET (Position Emission Tomography) Merupakan



sistem



komputer



yang



menampilkangambar



yang



mempergunakan isotop radioaktif. e. NMR (Nuclear Magnetic Resonance) Yaitu teknik mendiagnosa dengan caramemagnetikkan nucleus (pusat atom) dari atom hydrogen. f. USG (Ultra Sonography) Adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi (250kHz 2000 kHz) yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor berupa gambar dua dimensi atau tiga dimensi. g. Helical CT-SCAN Adalah alat untuk pemeriksaan organ tubuh secara komputerisasi,dengan potongan tranversal, coronal dan sagital, paling kecil jarak antara potongan 3mm. h. Magnetic Resonance Imaging ( M R I ) Adalah alat untuk pemeriksaan organ tubuh secara komputerisasi, dengan potongan tranversal, coronal dan sagita.



5. Teknologi dan Sistem Informasi Dibidang Keperawatan



a. Entity Relationship Diagram (ERD) Perlu adanya analisis terhadap sistem yang sedang berjalan, sebelum melakukan perancangan sistem, dengan tujuan untuk mengevaluasi permasalahan, hambatan- hambatan yang terjadi, dan kebutuhan- kebutuhan yang diharapkan, sehingga dapat diusulkan perbaikannya. Tujuan dari analisis dan evaluasi sistem adalah untuk menganalisa terhadap sistem pengolahan data pelayanan kesehatan kunjungan pasien mulai dari pendaftaran pasien baru, pendaftaran pasien lama (registrasi), pencatatan, pemeriksaan, pengambilan obat sampai pembuatan laporan pada sistem yang sedang berjalan.



b. Telehealth Alat kesehatan yang yang terintegrasi pada teknologi yang baru-baru saat ini adalah Telehealth. Jenisnya ada dua, yaitu store forward dan real time teknologi. i.



Teknologi simpan dan sampaikan (store forward), gambar yang didapatkan dari elektronik seperti x ray, dapat dikirimkan



sebagai



spesialis



Radiologi,



dermatologi,



untuk



patologi



diinterpretasi. adalah



contoh



spesialisasi yang sangat kelihatan menggunakan teknologi ini. ii.



Teknologi real time, adalah teknologi yang membuat pasien dan provider berinteraksi dalam waktu yang sama. Banyak



alat



telekomunikasi



yang



memfasilitasi



komunikasi dua arah menggunakan teknologi real time dalam telehealth. Teknologi realtime memfasilitasi komunikassi dua arah baik audio maupun video, yang bisa digunakan dalam telehealth.



Salah



satu



bentuk



telehealth



adalah



homecare,



yaitu



melangsungkan perawatan menggunakan audio dan video interaktif antara pasien dan perawat tanpa harus bertemu secara langsung. Telenursing adalah bagian dari telehealth, telenursing menawarkan program kolaboratif dan mengurangi biaya pasien.



c. Augmented Reality Salah satu bentuk teknologi lainnya dalam pelayanan kesehatan adalah teknologi augmented reality, yaitu teknologi yang baru-baru ini merupakan terobosan baru di bidang interaksi. Augmented



reality



adalah



teknologi



interaksi



yang



menggabungkan dunia nyata dengan dunia maya. Tujuan penggunaan augmented reality ini menambahkan pengertian dan informasi pada dunia nyata dimana sistem augmented reality



mengambil dunia nyata sebagai dasar dan menggabungkkan beberapa teknologi dengan menambahkan data konsektual agar pemahaman seseorang menjadi jelas. Di dalam bidang kesehatan, teknolohgi augmented reality dapat diterapkan adalah simulasi bedah jantung. Dengan teknologi ini calon dokter ataupun petugas kesehatan dapat belajar sebelumnya atau mengembangkan ilmunya



dengan



menggunakan



perangkat



simulasi



yang



diintegrasikan dengan teknologi augmented reality. Implementasi



teknologi



augmented



reality



berkembang dengan pesat. Beberapa bidang



ini



telah



yang telah



menggunakan teknologi augmented reality adalah bidang militer, kesehatan, pendidikan dan dunia industri. Selain 11 itu teknologi augmented reality implementasinya di bidang kedokteran atau bidang medik adalah membuat sebuah sistem operasi virtual. Operasi atau bedah virtual ini bertujuan untuk membantu para tenaga medik untuk belajar sebelum melaksanakan operasi secara nyata. Informasi yang terpasang dalam sistem augmented reality akan membantu dokter maupun tenaga medis dalam bertindak. Dengan menggunakan augmented reality ini maka seorang dokter dapat mensimulasikan terlebih dahulu sebelum melakukan proses operasi. Sehingga diharapkan hasil dari operasi akan berjalan lancar dan dapat mengurangi kesalahan.



C. PENERAPAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN



1. Sistem Informasi Kesehatan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) disebut sebagai salah satu dari 7 komponen yang mendukung suatu sistem kesehatan, dimana sistem kesehatan tidak bisa berfungsi tanpa satu dari komponen tersebut. SIK bukan saja berperan dalam memastikan data mengenai kasus kesehatan dilaporkan tetapi juga mempunyai potensi untuk membantu dalam meningkatkan efisiensi dan transparansi proses kerja.



Sistem Kesehatan Nasional terdiri dari dari tujuh subsistem, yaitu : a. Upaya kesehatan b. Penelitian dan pengembangan kesehatan c. Pembiayaan kesehatan d. Sumber daya manusia kesehatan e. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan f. Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan g. Pemberdayaan



masyarakat



Nasional,(Kemenkes RI, 2011)



Dalam



Sistem



Kesehatan



Pada model ini terdapat 5 (lima) komponen yang saling terhubung dan saling terkait, yaitu: a. Sumber Data Manual b. Sumber Data Komputerisasi c. Sistem Informasi Dinas Kesehatan d. Sistem Informasi Pemangku Kepentingan e. Bank Data Kesehatan Nasiona



Implementasi Model Sistem Informasi Kesehatan akan dilakukan secara bertahap : (Soares, 2017) a. Tahap 1 Pengembangan fasilitas Bank Data Kesehatan Nasional dan platform (dashboard) diseminasi informasi. Bank Data Kesehatan Nasional menyimpan data kesehatan individu (data disaggregat), data survei, sensus, penelitian dan data lintas sektor. Platform desiminasi informasi akan berperan sebagai pintu utama akses data kesehatan dimana semua pemangku kepentingan dan pemakai data kesehatan bisa mengakses secara online dari mana saja dan melakukan “data mining” atau pembuatan laporan secara fleksibel dan terkomputerisasi. Pelaksana tahap ini adalah Pusdatin Kemenkes.



b. Tahap 2 Implementasi SIK komputerisasi di semua komponen sistem kesehatan



(puskesmas,



Rumah



kabupaten/kota/provinsi). Pemerintah



Sakit,



dinkes



pusat dan pemerintah



daerah mengalokasikan dana dan melaksanakan implementasi ini secara bertahap.



c. Tahap 3 Pengembangan dan Implementasi mHealth untuk petugas kesehatan di lapangan. Melihat kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan dan memiliki banyak lokasi terpencil, mHealth perlu dikembangkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, pelaporan, dan pembelajaran.



d. Tahap 4 Pengembangan dan Implementasi e-Health lainnya, termasuk telemedicine, distance learning, dll.



2. Sistem Kesehatan Daerah (SIKDA) Sistem Kesehatan Daerah (SIKDA) Generik ini adalah upaya dari Kemenkes dalam menerapkan standarisasi Sistem Informasi Kesehatan, sehingga dapat tersedia data dan informasi kesehatan yang akurat, tepat dan cepat, dengan mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam pengambilan keputusan/kebijakan dalam bidang kesehatan di Kabupaten/Kota, Provinsi dan Kementerian Kesehatan. SIKDA Generik merupakan aplikasi elektronik yang dirancang untuk mampu menjembatani komunikasi data antar komponen dalam sistem kesehatan nasional yang meliputi puskesmas, rumah sakit, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, dan Kementerian Kesehatan. SIKDA Generik terdiri dari 3 aplikasi sistem informasi elektronik yaitu Sistem Informasi Manajemen Puskesmas, Sistem Informasi Manajemen Dinas Kesehatan, dan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. SIKDA Generik ini akan didistribusikan kepada seluruh fasilitas kesehatan dalam rangka pengembangan SIK komputerisasi.(Kustiawan, 2011)



3. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) merupakan suatu tatanan atau peralatan yang menyediakan informasi untuk membantu



proses manajemen puskesmas dalam mencapai sasaran kegiatannya (Depkes RI, 1997). SIMPUS diharapkan dapat meningkatkan manajemen puskesmas secara lebih berhasil guna dan berdayaguna melalui pemanfaatan secara optimal dari sistem pencatatan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP). SIMPUS merupakan prosedur pemrosesan data berdasarkan teknologi informasi dan diintegrasikan dengan prosedur manual dan prosedur yang lain untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu dan efektif untuk mendukung proses pengambilan keputusan manajemen. SIMPUS adalah program sistem informasi kesehatan daerah yang memberikan informasi tentang segala keadaan kesehatan masyarakat di tingkat PUSKESMAS mulai dari data diri orang sakit, ketersediaan obat sampai data penyuluhan kesehatan masyarakat.



Kegiatan puskesmas yang mampu ditangani oleh SIM Puskesmas adalah : a. Pengelolaan informasi riwayat medis pasien per individu b. Pengelolaan informasi kunjungan pasien ke puskesmas. c. Pengelolaan informasi kegiatan pelayanan kesehatan dalam gedung, meliputi: i.



Pelayanan rawat jalan (poliklinik umum, gigi,KIA, imunisasi, dll)



ii.



Pelayanan UGD



iii.



Pelayanan rawat inap



iv.



Pengelolaan



informasi



pemakaian



dan



permintaan



obat/farmasi di puskesmas, pos obat desa, pos UKK. v.



Pengelolaan informasi tenaga kesehatan puskesmas



vi.



Pengelolaan informasi sarana dan peralatan (inventaris) puskesmas



4. Sistem Informasi Manajemen Dinas Kesehatan (Kustiawan, 2011) Aplikasi ini berfungsi untuk menangani pencatatan dan pengelolaan data yang berasal dari :



a. Pengelolaan data puskesmas, berfungsi untuk mencatat dan mengelola data manual dari puskesmas yang ada dalam wilayah kerja dinkes kabupaten/kota, yang bersifat agregat. b. Pengelolaan data rumah sakit tingkat kabupaten/kota, berfungsi untuk mengentri data manual yang berasal dari rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta, yang berada dalam wilayah kerja dinkes kabupaten/kota yang bersifat agregat. c. Pengelolaan data rumah sakit tingkat provinsi, berfungsi untuk mengentri data manual yang berasal dari rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta, yang berada dalam wilayah kerja dinkes provinsi yang bersifat agregat. d. Pengelolaan data apotek/instalasi farmasi, berfungsi untuk mencatat dan mengelola data manual yang berasal dari apotek/instalasi farmasi baik pemerintah maupun swasta, yang berada dalam wilayah kerja dinkes kabupaten/kota, yang bersifat agregat. e. Pengelolaan data penunjang, berfungsi untuk mencatat dan mengelola data manual, yang bersifat agregat, yang berasal dari laboratorium/ radiologi/fasilitas penunjang lainnya, baik itu milik pemerintah maupun swasta yang berada dalam wilayah kerjadinkes kabupaten/kota. f. Pengelolaan data kesehatan lainnya, yang berfungsi untuk mencatat dan mengelola data kesehatan yang berasal dari fasilitas kesehatan selain puskesmas, rumah sakit, apotek/instalasi farmasi, dan laboratorium penunjang, yang berada dalam wilayah kerja dinas kesehatan, misalnya dari lembaga lintas sektor (institusi non kesehatan), praktik dokter dan klinik, lembaga survei, dan organisasi kesehatan lainnya, yang berada dalam wilayah kerja dinas kesehatan. g. Pengelolaan data SDM, yang berfungsi untuk mencatat dan mengelola data SDM kesehatan di kabupaten/kota/provinsi.



h. Pengelolaan data aset, berfungsi untuk mencatat dan mengelola data aset pada dinkes kabupaten/kota dan dinkes Provinsi.



5. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit adalah sebuah sistem komputer yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses bisnis layanan kesehatan dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh informasi secara cepat, tepat dan akurat. Saat ini Sistim Informasi Manajemen (SIM) berbasis komputer rumah sakit (SIMRS) merupakan sarana pendukung yang sangat penting, bahkan bisa dikatakan mutlak untuk mendukung pengelolaan operasional rumah sakit Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) adalah suatu rangkaian kegiatan yang mencakup semua pelayanan kesehatan (rumah sakit) disemua tingkatan administrasi yang dapat memberikan informasi kepada pengelola untuk proses manajemen (berhubungan dengan pengumpulan data, pengolahan data, penyajian informasi dan analisa) pelayanan kesehatan di rumah sakit. Peran sistem informasi didalam kegiatan manajemen rumah sakit sangatlah membantu dan mempunyai peran yang sangat efektif dalam proses pelayanan kesehatan di rumah sakit, dengan sistem informasi seorang pemimpin rumah sakit dapat mengambil suatu kebijakan secara cepat, tepat dan akurat berdasarkan informasi yang didapat dari pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dipimpinnya. Dasar Teori Pembangunan sistem informasi rumah sakit berbasis komputer akan membentuk rumah sakit digital yang dapat dipahami dengan merujuk pada definisi perusahaan digital dimana hampir semua proses bisnis dan hubungan dengan pelanggan, pemasok, mitra kerja dan pihak internal perusahaan, serta pengelolaan aset-aset perusahaan yang meliputi properti intelektual, kompetensi utama, keuangan dan sumber daya manusia (SDM) dilakukan secara digital (Laudon, 2004, hal 6). Pembentukan SI tersebut tentu saja bukan sekedar mengotomatisasikan prosedur lama, tetapi menata dan memperbarui bahkan menciptakan aliran



data yang baru yang lebih efisien, menetapkan prosedur pengolahan data yang baru secara tepat, sistematis dan sederhana, menentukan model penyajian yang informatif dan standar, serta mendistribusikan informasi secara efektif (Oetomo, 2002, hal 12).



D. PENERAPAN SISTEM INFORMASI DAN TEKNOLOGI KESEHATAN BERBASIS INTERNET



Salah satu contoh dalam penerapan sistem informasi dan tekhnologi berbasis internet adalah Aplikasi Telenursing. 1. Definisi Telenursing Menurut Martono, telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Keuntungan dari teknologi ini yaitu mengurangi biaya kesehatan, jangkauan tanpa batas akan layanan kesehatan, mengurangi kunjungan dan masa hari rawat, meningkatkan pelayanan pasien sakit kronis, mengembangkan model pendidikan keperawatan berbasis multimedia (Britton, Keehner, Still & Walden 1999). Tetapi sistem ini justru akan mengurangi intensitas interaksi antara perawat dan klien dalam menjalin hubungan terapieutik sehingga konsep perawatan secara holistik akan sedikit tersentuh oleh ners. Sistem ini baru diterapkan dibeberapa rumah sakit di Indonesia, seperti di Rumah Sakit Internasional. Hal ini disebabkan karena kurang meratanya penguasaan teknik informasi oleh tenaga keperawatan serta sarana prasarana yang masih belum memadai. Aplikasi telenursing dapat diterapkan di rumah, rumah sakit melalui pusat telenursing dan melalui unit mobil. Telepon triase dan home care berkembang sangat pesat dalam aplikasi telenursing. Di dalam home care perawat menggunakan system memonitor parameter fisiologi seperti tekanan darah, glukosa darah, respirasi dan berat badan melalui internet.



Melalui system interaktif video, pasien contact on-call perawat setiap waktu untuk menyusun video konsultasi ke alamat sesuai dengan masalah, sebagai contoh bagaimana mengganti baju, memberikan injeksi insulin atau diskusi tentang sesak nafas. Secara khusus sangat membantu untuk anak kecil dan dewasa dengan penyakit kronik dan kelemahan khususnya dengan penyakit kardiopulmoner. Telenursing membantu pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif di dalam perawatan, khususnya dalam management penyakit kronis. Hal ini juga mendorong perawat menyiapkan informasi yang akurat dan memberikan dukungan secara online. Kontinuitas perawatan dapat ditingkatkan dengan menganjurkan sering kontak antara pemberi pelayanan kesehatan maupun keperawatan dengan individu pasien dan keluarganya. Telenursing menunjukkan penggunaan tekhnologi komunikasi oleh perawat



untuk



meningkatkan



perawatan



pasien.



Telenursing



menggunakan channel elektromagnetik (wire, radio, optical) untuk mengirim suara, data dan sinyal video komunikasi. Dapat juga didefinisikan sebagai komunikasi jarak jauh menggunakan transmisi elektrik



atau



optic



antara



manusia



(http://www.icn.ch/matters_telenursing.htm,



dan



atau



diperoleh



computer



tanggal



05



Oktober 2020). Menurut Britton et all (1999), ada beberapa keuntungan telenursing yaitu : a. Efektif dan efisien dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengurangi kunjungan ke pelayanan kesehatan ( dokter praktek,ruang gawat darurat, rumah sakit dan nursing home) b. Dengan sumber daya yang minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan keperawatan tanpa batas geografis c. Telenursing dapat menurunkan kebutuhan atau menurunkan waktu tinggal di rumah sakit d. Pasien dewasa dengan kondisi penyakit kronis memerlukan pengkajian dan monitoring yang sering sehingga membutuhkan biaya yang banyak. Telenursing dapat meningkatkan pelayanan



untuk pasien kronis tanpa memerlukan biaya dan meningkatkan pemanfaatan teknologi e. Berhasil dalam menurunkan total biaya perawatan kesehatan dan meningkatkan akses untuk perawatan kesehatan tanpa banyak memerlukan sumber.



2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Telenursing Ada empat



faktor penting yang mempengaruhi implementasi



telenursing. Empat faktor



tersebut yaitu : aspek sistematika, aspek



ekonomi, aspek sosial, dan aspak teknikal. a. Aspek sistematika Aspek sistematika terkait dukungan dari pemerintah, yang meliputi legislasi dan regulasi. Dalam mengontrol kualitas dan kelangsungan telenursing sangat dibutuhkan supervisi



pelayanan



pemerintah.



pengaturan dan



Untuk



penerapan



telenursingdisepakati bahwa praktek keperawatan mandiri seharusnya ada otoritas dan peraturan legal serta adanya standart operasional prosedur yang dibuat oleh organisasi profesi keperawatan atau pendidikan keperawatan. b. Aspek Ekonomi Aspek ekonomi terkait verifikasi terhadap kontrol keuangan medis



akibat



penggunaan



telenursing



dan



Government



recognition for cost effectiveness merupakan prioritas utama. Investasi pemerintah dalam proyek telenursing merupakan prioritas untuk mengaktifkan telenursing di daerah rural dan area kepulauan untuk manfaat medis. Aplikasi system telenursing yang mahal dan uang perawatan (maintenance fee) harus dipikirkan. c. Aspek Sosial Aspek sosial terkait verifikasi nilai dan membangun kepercayaan sosial tentang telenursing dibandingkan dengan perawatan langsung. Penerimaan dari pemberi pelayanan



kesehatan seperti fasilitas medis, dokter dan perawat, merupakan hal penting dalan implementasi telenursing. Kerja sama dan koordinasi



antara



profesi



kesehatan



akan



membangun



pemahaman yang lebih baik tentang telenursing pada publik. Adanya pengakuan public terhadap keperawatan itu sendiri merupakan factor kunci dalam pelaksanan telenursing. d. Aspek teknikal Aspek



teknikal



kontentelenursing



terkait



dan



kreatifitas



pengembangan



dan



originalitas



sistem



pelayanan.



Pelatihan dan pendidikan perawat serta teknologi informasi mendukung pengembangan dan pengoperasian telenursing. Pengembangan teknologi informasi untuk menjaga privacy pasien



dan



keamanan



informasi.



Standarisasi,



pelatihan



keperawatan dan penelitian untuk pengembangan system telenursing dan pelaksanaannya, teknologi informasi medis dan pengembangan system aplikasi, serta desain model fungsional yang mungkin diterapkan dilingkungan tersebut. Jadi keempat aspek tersebut harus terintegrasi dalam strategi pelaksanaan telenursing.



3. Kelebihan Dan Kekurangan Telenursing a. Kelebihan Telenursing Telenursing dapat diartikan sebagai pemakaian teknologi informasi dibidang pelayanan keperawatan untuk memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak jauh. Model pelayanan ini memberikan keuntungan antara lain : i.



Mengurangi waktu tunggu dan mengurangi kunjungan yang tidak perlu,



ii.



Mempersingkat hari rawat dan mengurangi biaya perawatan,



iii.



Membantu memenuhi kebutuhan kesehatan,



iv.



Memudahkan akses petugas kesehatan yang berada di daerah yang terisolasi,



v.



Berguna dalam kasus-kasus kronis atau kasus geriatik yang perlu perawatan di rumah dengan jarah yang jauh dari pelayanan kesehatan, dan



vi.



Mendorong tenaga kesehatan atau daerah yang kurang terlayani



untuk



mengakses



penyedia



layanan



melalui



mekanisme seperti : konferensi video dan internet (American Nurse Assosiation, 1999). Peningkatan jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih luas dan merata, vii.



Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model



distance



keperawatan



learning)



berbasis



dan



perkembangan



informatika



kesehatan



riset dan



meningkatkan kepuasan perawat dan pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan serta meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah (home care). viii.



Meningkatkan rasa aman (safety) perawat dan klien, karena dengan diterapkannya telenursing semakin meningkatkan kepuasan



pasien



dan



kepatuhan.Telenursing



keluarga



telah



dan



menyediakan



meningkatkan sarana



bagi



konsumen untuk memanggil perawat agar mendapatkan saran kesehatan. seorang perawat dengan pelatihan khusus dapat menawarkan



pendidikan



dan



dukungan,



sehingga



ini



bermanfaat karena klien membutuhkan dukungan yang tidak mungkin didapatkan dengan kontak langsung.



b. Kekurangan Dan Hambatan Dalam Telenursing Menurut Amy Peck (2005) ada tiga ketegori dasar hambatan dalam telenursing, meliputi: perilaku, legislatif, dan teknologi. Hambatan



perilaku,



ada



ketakutan



bahwa



perawat



akan



mendelegasikan tugas ke mesin. Pada awalnya perawat akan resisten terhadap telenursingakibat kurangnya penguasaan terhadap teknologi informasi dan teknologi telekomunikasi. Namun dengan adanya



pelatihan dan adanya support system, perawat bisa merasakan manfaat telenursing untuk dirinya dan pasien. Legislasi, telenursing muncul sebagai issue kebijakan public secara mayor, belum adanya kepastian lisensi tentang telenursing. Secara teknologi, Elektronik Health Record (EHR) dan standar data mendukung perkembangan telenursing. Tanpa EHR telehealth tidak



bisa bekerja. Ketersediaan system



penyimpanan data pasien kapanpun dan dimanapun provider membutuhkannya. Sumber lain menyebutkan, antara lain : a. Tidak adanya interaksi langsung perawat dengan klien yang akan mengurangi kualitas pelayanan kesehatan. Kekawatiran ini muncul karena anggapan bahwa kontak langsung dengan pasien sangat penting terutama untuk dukungan emosional dan sentuhan terapeutik. b. Sedangkan kekurangan lain dari telenursing ini adalah kemungkinan kegagalan teknologi seperti gangguan koneksi internet atau terputusnya hubungan komunikasi akibat gangguan cuaca dan lain sebagainya sehingga menggangu aktifitas pelayanan yang sedang berjalan, selain itu juga meningkatkan risiko terhadap keamanan dan kerahasiaann dokumen klien.



BAB III TELAAH JURNAL



A. TELAAH JURNAL PENELITIAN TERKAIT KEEFEKTIFAN DAN KEEFISIENANAN



SISTEM



TEKNOLOGI



KESEHATAN



/



KEPERAWATAN



1. Judul Penelitian Mobile Health Technology Interventions for Suicide Prevention



2. Peneliti: Ruth Melia, DclinPsych, Kady Francis1, MSc; Emma Hickey, MSc John Bogue1 et all



3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa keefektifan alat teknologi kesehatan seluler (mHealth) yang tersedia saat ini dalam mengurangi hasil khusus bunuh diri.System kesehatan masyarakat telah merangkul informatika kesehatan dan teknologi informasi sebagai alat transformasi untuk meningkatkan system pengawasan waktu nyata, komunikasi dan berbagi informasi diantara berbagai lembaga. Wabah pandemi global global seperti Zika dan Ebola dengan cepat dikendalikan karena sistem pengawasan elektronik memungkinkan akses dan pertukaran informasi yang efisien. Namun ada, kebutuhan akan teknologi yang lebih kuat untuk meningkatkan perkiraan epidemi memadai, berbagai data dan komunikasi yang efektif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji penggunaan alat informatika dan teknologi informasi serta dampaknya terhadap penyelenggaraan kesehatan masyarakat



4. Metode dan Prosedur Penelitian Basis data berikut dicari: Cochrane Central Register of Controlled Trials (The Cochrane Library), MEDLINE, EMBASE, PsycINFO, dan



sumber literatur abu-abu yang relevan. Semua percobaan terkontrol acak (RCT) yang diterbitkan dan tidak dipublikasikan, Pseudo-RCTs, dan studi observasi pra-pasca yang mengevaluasi efektivitas teknologi mHealth dalam pencegahan bunuh diri yang disampaikan melalui komputasi seluler dan teknologi komunikasi Studi dimasukkan jika mereka mengukur setidaknya satu variabel hasil bunuh diri (yaitu, ide bunuh diri, niat bunuh diri, perilaku non-bunuh diri yang merugikan diri sendiri, dan perilaku bunuh diri).



5. Hasil Penelitian Sebanyak 7 studi memenuhi kriteria inklusi. Empat artikel yang diterbitkan yang melaporkan keefektifan aplikasi ponsel berikut ini disertakan: iBobbly, Virtual Hope Box, BlueIce, dan Therapeutic Evaluative Conditioning. Hasil menunjukkan beberapa dampak positif bagi individu yang berisiko tinggi untuk bunuh diri atau melukai diri sendiri, termasuk penurunan depresi, tekanan psikologis, dan menyakiti diri sendiri serta peningkatan dalam mengatasi kemanjuran diri. Kesimpulan penelitian ini; Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi kemanjuran intervensi berbasis teknologi mHealth yang berdiri sendiri dalam pencegahan bunuh diri. Sejumlah kecil studi yang dilaporkan dalam ulasan ini secara tentatif menunjukkan bahwa alat semacam itu mungkin berdampak positif pada hasil khusus bunuh diri. Evaluasi intervensi mHealth di masa depan akan mendapat manfaat dari mengatasi 3 keterbatasan metodologi utama berikut: (1) heterogenitas hasil: kurangnya pengukuran standar hasil bunuh diri di seluruh penelitian; (2) validitas ekologis: kecenderungan untuk mengeluarkan peserta potensial karena peningkatan risiko bunuh diri dapat berkurang generalisasi dalam pengaturan klinis; dan (3) regulasi dan definisi aplikasi: kurangnya sistem klasifikasi standar untuk jenis intervensi mHealth menunjukkan perlunya definisi yang lebih baik dari cakupan teknologi tersebut untuk mempromosikan praktik yang aman.



B. TELAAH JURNAL PENELITIAN TERKAIT KEEFEKTIFAN DAN KEEFISIENANAN



SISTEM



TEKNOLOGI



KESEHATAN



/



KEPERAWATAN



1. Judul Penelitian Judul penelitian jurnal utama adalah “Public health delivery in the information age: the of informatics and technology”.



2. Tujuan Penelitian Sistem kesehatan masyarakat telah merangkul informatika kesehatan dan teknologi informasi sebagai alat transformasi untuk meningkatkan system pengawasan waktu nyata, komunikasi dan berbagi informasi diantara berbagai lembaga. Wabah pandemi global global seperti Zika dan Ebola dengan cepat dikendalikan karena sistem pengawasan elektronik memungkinkan akses dan pertukaran informasi yang efisien. Namun ada, kebutuhan akan teknologi yang lebih kuat untuk meningkatkan perkiraan epidemi memadai, berbagai data dan komunikasi yang efektif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji penggunaan alat informatika dan teknologi informasi serta dampaknya terhadap penyelenggaraan kesehatan masyarakat.



3. Metode dan Prosedur Penelitian Peneliti menggunakan enam database elektronik. Diantaranya adalah MEDLINE, Cumulative Index to Nursing and Allied Health Literature (CINAHL) Complete, Cochrane Database of Systematic Reviews, COMPENDEX, Scopus, and Academic Search Premier dari januari 2000 hingga 31 Maret 2016. Sebanyak 60 artikel memenuhi kriteria kelayakan untuk dimasukkan. Kajian ini dibagi menjadi tiga bidang a. definisi istilah informatika kesehatan masyarakat b. jenis pengawasan kesehatan masyarakat dan implikasinya bagi kesehatan masyarakat



c. fungsionalitas, kemampuan, pelatihan dan tanntangan system pengawasan elektronik.



Analisis ini mengungkapkan bahwa karena meningkatnya ekspetasi untuk memberikan respons waktu nyata dan kesehatan masyarakat berbasis bukti kyang berpusat pada populasi di era jberbasis komunikasi ini, telah terjadi lonjakan dalam adopsi teknologi informasi dan informatika. Program pendidikan dan pelatihan sekarang tersedia untuk kmelengkapi kesehatan masyarakat.



4. Hasil Penelitian Sejak publikasi dari dua laporan Institute of Medicine (IOM) To Err Human: Membangun system kesehatan yang lebih aman dan melintasi jurang kualitas: system kesehatan baru untuk abad 21. Teknologi informasi telah dirangkul sebagai sumber daya integral untuk mencapai penyampaian dan peningkatan perawatan yang berkualitas (kesehatan masyarakat dan layanan perawatan medis). Sementara IT perawatan kesehatan tidak hanya terbatas pada catatan kesehatan elektronik (EHRs). Tinjauan sistematis ini mengungkapkan bahwa sebagian besar studi berfokus pada bidang ini dan bagaimana penggunaan informatika kesehatan dan IT mengubaha perawatan medis atau pengambilan keputusan klinis.



DAFTAR PUSTAKA



American Nursing Association ANA (2001), Developing Telehealth Protocol : A Blueprint for Succes Wasfington DC. American Nurses Publication Anggraeni, Y Elisaabet dan Rita Irvani. 2017. Pengantar Sistem Informasi. Yogyakarta: CV. Andi Offset. Graves dan Corcoran (1989) The Study of Nursing Informatics. Jurnal of Nursing Scholarship Handiwidjojo, W. (2009). Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Jurnal EKSIS, 02(Health Information System), 32–38. Kadiman,



Kusmayanto.



2006. Buku



Putih-Penelitian



dan



Penerapan



Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.Jakarta. (Modul) Kemenkes RI. (2011). Buletin SIKDA Generik. 11(3), 55. https://www.mculture.go.th/mculture_th/download/king9/Glossary_about_HM_King_Bh umibol_Adulyadej’s_Funeral.pdf Kustiawan, R. (2011). Sistem Informasi Manajemen Puskesmas di Puskesmas Cigeureung Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. Sistem Informasi, 22– 23. Soares, S. G. (2017). Sistem Informasi Kesehatan Indonesia. 1–43.