Koping Yg Berkaitan DGN Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia Sekolah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK I “KOPING YANG BERKAITAN DENGAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN NORMAL PADA ANAK USIA SEKOLAH” Dosen : Ns. Ignasia Nila Siwi, M.Kep



Disusun oleh :



Hafshah Nur Attariq Nanda Nur Asmiyati Ngaisah Eka Raditya Nikamaturrohmah Hadi Nita Sulistianti Syahvaz Rosalfi Azra



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI YOGYAKARTA BANTUL 2020/2021



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah ‫ﷻ‬, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan dibuat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak I tentang Koping yang Berkaitan dengan Pertumbuhan dan Perkembangan Normal Pada Anak Usia Sekoah. Tidak lupa kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam pembuatan makalah ini, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar sebagai pendukung dalam pembuatan makalah ini. Mengingat pengetahuan dan wawasan kami dalam pembuatan makalah ini masih kurang dari kata sempurna, maka kami mengharapkan adanya masukan dari berbagai pihak. Demikian makalah ini dibuat, semoga dapat memberikan manfaat. Terima kasih.



Yogyakarta, 28 Maret 2021



Kelompok II



2|Page



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR....................................................................................................................2 DAFTAR ISI..................................................................................................................................3 BAB I : PENDAHULUAN A.Latar Belakang.......................................................................................................................4 B.Rumusan Masalah..................................................................................................................5 C.Tujuan....................................................................................................................................5 BAB II : PEMBAHASAN A. Pengertian anak usia sekolah................................................................................................5 B. Mengatasi Masalah Terkait Pertumbuhan Normal dan Pengembangan Anak Usia 6-12 Tahun...................................................................................................................................6 C. Pengalaman Sekolah Untuk Anak.......................................................................................10 D. Peran Guru Untuk Anak......................................................................................................10 E. Peran Orang Tua Untuk Anak.............................................................................................11 F. Anak-anak Latchkey............................................................................................................12 G. Disiplin.................................................................................................................................13 H. Perilaku Tidak Jujur.............................................................................................................13 I. Stres dan Ketakutan..............................................................................................................14 BAB III : PENUTUP A.Kesimpulan....................................................................................................................16 B.Saran...............................................................................................................................16 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................16



3|Page



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertumbuhan dan perkembangan anak adalah hal yang paling penting. Mengetahui dan memahami tumbuh kembang anak tidak hanya melihat dari satu aspek saja, pemberian nutrisi atau gizi pada anak, tetapi lebih dari itu tumbuh kembang anak juga harus dilihat dari berbagai aspek, seperti faktor keturunan, kejiwaan, aturan dalam keluarga dan proses pembelajaran termasuk didalamnya pendidikan keluarga dan agama. Dalam hal ini perhatian orang tua lebih difokuskan pada pertumbuhan secara fisik dan Stimulasi psikososial di sini sangat berperan dalam pembentukan perkembangan anak. Stimulasi psikososial merupakan perkembangan anak yang ditinjau dari aspek psikososial, bahwa pada masa ini anak dalam perkembangannya dipengaruhi oleh lingkungan sosial (Hidayat, 2005:29). Kebutuhan stimulasi (asah) ini sangat membantu dalam proses pembelajaran dan pencapaian dalam pertumbuhan dan perkembangan secara optimal. Stimulasi ini dapat berupa latihan atau bermain. Pembentukan kecerdasan ini harus ada interaksi dengan lingkungan sejak dini (Hidayat, 2011:51). Kecerdasan terbentuk dari interaksi antara faktor internal dengan lingkungan. Faktor lingkungan termasuk di dalamnya lingkungan dalam keluargan dan luar keluarga (Candriyani, 2009:14-19). Kemampuan koping diperlukan oleh setiap manusia untuk mampu bertahan hidup dalam lingkungan yang selalu berubah dengan cepat. Koping adalah proses pemecahan masalah dimana seseorang mempergunakannya untuk mengelola kondisi stres. Derajat stres ditentukan oleh perbandingan antara apa yang terjadi (sumber stresor) orang akan secara sadar atau tidak sadar untuk mengatasi situasi tersebut (Smeltzer, 2001) Konsep koping sangat penting dalam keperawatan karena semua pasien mengalami stres sehingga sangat memerlukan kemampuan koping untuk dapat mengatasinya. Kemampuan koping dan adaptasi terhadap stres merupakan faktor penentu yang penting dalam kesejahteraan manusia (Asih, 1999 ).



4|Page



B. RUMUSAN MASALAH 1. Pengertian anak usia sekolah 2. Bagaimana mengatasi masalah terkait pertumbuhan normal dan pengembangan anak usia 6-12 tahun 3. Bagaimana Pengalaman Sekolah Untuk Anak 4. Bagaimana Peran Guru Untuk Anak 5. Bagaimana Peran Orang Tua Untuk Anak 6. Pengertian Anak - Anak Latchkey 7. Bagaimana Sikap Disiplin Pada Anak 8. Bagaimana Perilaku Tidak Jujur Pada Anak 9. Bagaimana Stres dan Ketakutan Pada Anak



C. TUJUAN 1. Mengetahui pengertian anak usia sekolah 2. Mengetahui bagaimana mengatasi masalah terkait pertumbuhan normal dan pengembangan anak usia 6-12 tahun 3. Mengetahui Pengalaman Sekolah Untuk Anak 4. Mengetahui Apa Saja Peran Guru Untuk Anak 5. Mengetahui Apa Saja Peran Orang Tua Untuk Anak 6. Mengetahui Pengertian Anak - Anak Latchkey 7. Mengetahui Sikap Disiplin Pada Anak 8. Mengetahui stress pada anak prasekolah 9. Mengetahui Stres dan Ketakutan Pada Anak



5|Page



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Anak Usia Sekolah Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu. B. Mengatasi Masalah Terkait Pertumbuhan Normal dan Pengembangan  Usia 6 tahun a. Fisik dan Motorik 1. Usia 6 Tahun Tinggi badan dan berat badan terus bertambah perlahan 2. Berat: 16 hingga 26,3 kg (35,5 hingga 58 pon Tinggi: 106,7 hingga 123,5 cm (42 hingga 49 inci) 3. Menunjukkan peningkatan ketangkasan secara bertahap 4. Gigi seri mandibula tengah erupsi Kehilangan gigi pertama 5. Usia aktif; aktivitas konstan 6. Sadar tangan adalah sebagai alat ; Sering Kembali memakan jari 7. Menyukai menggambar b. Mental 1. Mengembangkan konsep angka; Bisa menghitung 13 2. Tahu apakah itu pagi atau sore 3. Mendefinisikan benda-benda umum (seperti garpu dan kursi) dalam istilah penggunaannya 4. Mematuhi perintah tiga kali berturut-turut. Tahu tangan kanan dan kiri 5. Mengatakan mana yang cantik dan yang jelek dari wajah seseorang 6. Dapat menjelaskan objek pada gambar daripada hanya menghitungnya Setelah kelas 1 c. Adaptif 1. Di meja, gunakan pisau untuk mengoleskan mentega atau selai di atas roti Saat bermain, memotong, melipat, menempelkan kertas, menjahit dengan kasar jika jarum diulir. 2. Mandi tanpa pengawasan; melakukan tidur sendirian 3. Membaca dari memori; menikmati permainan ejaan lisan Suka permainan meja, catur, permainan kartu sederhana 4. Banyak tertawa 5. Terkadang mencuri uang atau barang menarik 6. Mengalami kesulitan mengakui kesalahan 7. Mencoba kemampuan sendiri d. Pribadi-Sosial 1. Bisa berbagi dan bekerja sama lebih baik 6|Page



2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



Memiliki kebutuhan yang besar untuk anak-anak usia muda Akan melakukan kecurangan untuk menang Sering terlibat dalam permainan kasar Seringkali cemburu pada yang lebih muda Melakukan apa yg dilihat dari orang dewasa Mungkin dapat mengamuk sesekali Pembual Lebih mandiri, mungkin merupakan pengaruh disekolah Memiliki cara sediri dalam melakukan sosialisasi



 Usia 7 tahun a. Fisik dan Motorik 1. mulai untuk tumbuh ; tinggi per tahun minimal 5 cm (2 inci) 2. Berat 17,7 hingga 30 kg (39 hingga 66 pound) 3. Tinggi: 111,8 hingga 129,5 cm (44 hingga 51 inci) 4. Gigi seri sentral rahang atas dan lateral, gigi seri mandibula erupsi 5. Lebih berhati-hati dalam pendekatan untuk pertunjukan baru 6. Rahang mulai mengembang untuk menampung gigi permanen 7. Mengulang suatu hal agar dapat menguasainya b. Mental 1. Dapat mengetahui bahwa ada item tertentu yang hilang dari suatu gambar 2. Ulangi tiga angka mundur 3. Mengembangkan konsep waktu, membaca jam biasa atau jam tangan dengan benar hingga seperempat jam terdekat, kecuali jam untuk tujuan praktis 4. Masuk kelas dua 5. Lebih mekanis dalam membaca seringkali tidak berhenti di akhir kalimat; melewatkan kata-kata seperti "itu", "atau", dan "dia” c. Adaptif 1. Menggunakan pisau meja untuk memotong daging mungkin membutuhkan bantuan dengan potongan yang sulit 2. Kuas dan sisir dapat diterima tanpa bantuan 3. Mungkin mencuri 4. Suka membantu dan punya pilihan 5. Kurang tahan dan keras kepala d. Pribadi-Sosial 1. Menjadi anggota nyata kelompok keluarga. 2. Ambil bagian dalam permainan kelompok 3. Laki-laki lebih suka bermain dengan laki-laki perempuan lebih suka bermain dengan perempuan 4. Menghabiskan banyak waktu sendirian; tidak membutuhkan banyak persahabatan  Usia 8 hingga 9 Tahun a. Fisik dan Motorik 1. Terus bertambah 5 cm (2 inci) inci tinggi per tahun 7|Page



2. 3. 4. 5. 6.



Berat: 19,6 hingga 396 kg (43 hingga 87 pon Tinggi: 116,8 hingga 141,8 em (46 hingga 56 inci) Gigi seri lateral (rahang atas) dan cuspid mandibula seringkali anggun dan tenang melompta, mengejar, melompat meningkatkan kelancaran dan kecepatan dalam control motoric halus 7. cenderung berlebihan, sulit untuk tenang setelah istirahat 8. lebih lentur, tulang tumbuh lebih cepar daripada ligament b. Mental 1. Memberikan persamaan dan perbedaan antara dua hal hanya dari ingatannya 2. Menghitung mundur dari 20 ke 1; memahami konsep reversibilitas 3. Mengulangi hari dalam seminggu dan bulan agar tahu tanggal 4. Menjelaskan objek umum secara rinci, tidak hanya penggunaannya Membuat perubahan dari seperempat 5. kelas tiga dan empat 6. lebih banyak membaca; mungkin berencana untuk bangun lebih awal hanya untuk membaca 7. membaca buku klasik atau komik 8. lebih sadar waktu; bisa berangkat ke skolah tepat waktu 9. Dapat memahami konsep bagian dan keseluruhan (pecahan) 10. Memahami konsep ruang, sebab dan akibat, bersarang (teka-teki), konservasi (keabadian manusia dan volume) 11. Mengklasifikasikan objek dengan lebih dari satu kualitas; memiliki koleksi 12. Menghasilkan lukisan atau gambar sederhana c. Adaptif 1. Memanfaatkan alat umum seperti palu, gergaji Obeng untuk peralatan rumah tangga dan menjahit 2. Membantu dengan tugas-tugas rutin rumah tangga, seperti membersihkan debu, menyapu; Bertanggung jawab atas bagian rumah tangga 3. Menjaga semua kebutuhan sendiri 4. melakukan pembelian; Menjalankan tugas-tugas yang berguna 5. Suka majalah bergambar 6. Suka sekolah; ingin menjawab semua pertanyaan, Apakah takut gagal, atau nilai yg buruk 7. Lebih kritis terhadap diri sendiri 8. Mengambil pelajaran musik dan olahraga d. Pribadi-Sosial 1. Enjoy berada dirumah 2. Menyukai system hadiah 3. Dramatis 4. Lebih mudah bergaul 5. berperilaku lebih baik 6. Tertarik dengan hubungan laki-laki perempuan tapi tidak mau mengakuinya 8|Page



7. Pergi dari rumah ke komunitas dengan bebas, sendiri atau dengan teman 8. Suka berkompetisi dan bermain game 9. Menunjukkan preferensi dalam teman dan grup 10. Bermain dengan kelompok jenis kelamin sendiri tetapi mulai bergabung dengan lawan jenis 11. Menjadi lebih sopan 12. Membandingkan diri dengan orang lain. 13. Suka organisasi, klub, dan kelompok olahraga  Usia 10 hingga 12 Tahun a. Fisik dan Motorik a. Berat: 243 sampai 58 kg (54 sampai 128 pon) Tinggi: 127 sampai 162.5 cm (50 sampai 64 inci. Sisa gigi akan tumbuh dan cenderung berkembang penuh (kecuali gigi bungsu) b. Anak perempuan; Perubahan puber mungkin mulai muncul, garis-garis tubuh melembut dan bulat c. Anak laki laki; Pertumbuhan tinggi badan yang lambat dan penambahan berat badan yang cepat dapat menjadi obesitas dalam periode ini b. Mental 1. Menulis cerita singkat 2. Kelas 5 sampai kelas 7 3. Menggunakan hp untuk tujuan praktis 4. Sesekali menulis surat pendek kepada teman atau kerabat atas inisiatif sendiri 5. Menanggapi majalah, radio, atau iklan lain Bacaan untuk informasi praktis atau cerita kesenangan sendiri atau buku perpustakaan petualangan atau romansa, cerita binatang c. Adaptif 1. Memelihara hewan 2. Membuat ala tyg berguna atau melakukan pekerjaan perbaikan yg mudah 3. Memaasak atau menjahit dengan cara kecil kecil 4. Mencuci dan mengeringkan rambut sendiri; bertanggung jawab untuk melakukannya sendiri tapi mungkin perlu pengawasan 5. Kadang kadang ditinggal sendirian dirumah selama satu jam atau lebih 6. Berjasil memenuhi kebutuhan sendiri atau anak anak lain yg ditinggalkan dalam pengasuhannya d. Pribadi-Sosial 1. Menyanyagi teman; membicarakan mereka terus menerus 2. Memilih teman lebih selektif; mungkin memiliki sahabat 3. Menikmati percakapan 4. Mengembangkan niat pada lawan jenis 5. Lebih diplomatis 6. Menyukai keluarga; keluarga benar benar bermakna 7. Menyukai ibu; ingin menyenangkan hatinya dengan berbagai cara 8. Menyukai ayah; yg dikagumi dan diidolakan 9|Page



9.



Menyayangi orang tua



C. Pengalaman Sekolah Sekolah berfungsi sebagai agen untuk menyebarkan nilai-nilai masyarakat kepada setiap generasi penerus anak-anak dan sebagai tempat untuk banyak hubungan dengan teman sebaya. Setelah keluarga, sekolah adalah agen sosialisasi terpenting kedua dalam kehidupan anak-anak. Masuk ke sekolah menyebabkan kerusakan tajam dalam struktur dunia anak. Bagi banyak anak, ini adalah pengalaman pertama mereka dalam menyesuaikan diri dengan pola kelompok yang diberlakukan oleh orang dewasa yang bukan orang tua dan yang bertanggung jawab atas terlalu banyak anak untuk terus-menerus menyadari setiap anak sebagai individu. Anak-anak ingin bersekolah dan biasanya beradaptasi dengan kondisi baru dengan sedikit kesulitan. Penyesuaian yang berhasil terkait dengan kematangan fisik dan emosional anak serta kesiapan orang tua untuk menerima perpisahan yang terkait dengan masuk sekolah. Sayangnya, beberapa orang tua mengungkapkan upaya tidak sadar mereka untuk menunda kedewasaan anak dengan perilaku melekat, terutama dengan anak bungsu mereka. Pada saat mereka masuk sekolah, sebagian besar anak memiliki konsep yang cukup realistis tentang apa yang melibatkan sekolah. Mereka menerima informasi mengenai peran siswa dari orang tua, saudara kandung, teman bermain, dan media. Selain itu, sebagian besar anak pernah memiliki pengalaman dengan penitipan anak, prasekolah, atau taman kanak-kanak. Anak-anak kelas menengah memiliki lebih sedikit penyesuaian untuk dibuat dan lebih sedikit untuk belajar tentang perilaku yang diharapkan karena sekolah cenderung mencerminkan kebiasaan dan nilai-nilai kelas menengah yang dominan. Jika anak pernah mengikuti program prasekolah, maka fokus program prasekolah juga berpengaruh pada penyesuaian diri anak. Beberapa program presche hanya menyediakan perawatan kustodian, tetapi yang lain menekankan emosional, perkembangan sosial, dan intelektual. D. Peran Guru Guru, seperti halnya orang tua, memperhatikan kesejahteraan psikologis dan emosional anak. Meskipun fungsi guru dan orang tua berbeda, keduanya membatasi perilaku dan keduanya berada dalam posisi untuk menegakkan standar perilaku. Akan tetapi, tanggung jawab utama guru melibatkan menstimulasi dan membimbing perkembangan intelektual anak-anak, sebagai kebalikan dari menyediakan kesejahteraan fisik di luar lingkungan sekolah. Anak-anak menanggapi dengan baik kepada guru yang memiliki karakteristik sebagai orang tua yang hangat dan penyayang. Guru di kelas-kelas awal melakukan banyak kegiatan yang sebelumnya dilakukan oleh orang tua, seperti mengenali kebutuhan pribadi anak (misalnya, kebutuhan untuk pergi ke kamar mandi, kebutuhan akan bantuan pakaian) dan membantu mengembangkan perilaku sosial mereka (misalnya, tata krama). Guru berfungsi sebagai 10 | P a g e



teladan dengan siapa anak-anak dapat mengidentifikasi dan dengan siapa mereka mencoba untuk meniru. Anak-anak meminta persetujuan guru mereka dan menghindari ketidaksetujuan mereka. Guru adalah orang penting dalam kehidupan anak usia sekolah awal, dan pemujaan pahlawan terhadap seorang guru dapat meluas hingga akhir masa kanak-kanak dan pra-remaja. Guru yang membuat pernyataan suportif yang meyakinkan atau memuji anak-anak, menggunakan pernyataan menerima dan mengklarifikasi yang membantu anak-anak memperbaiki ide dan perasaan, dan memberikan bantuan yang membantu anak-anak dengan pemecahan masalah mereka sendiri berkontribusi pada pengembangan konsep diri yang positif di usia sekolah anak. E. Peran Orang Tua Orang tua berbagi tanggung jawab untuk membantu anak mencapai potensi maksimal mereka. Orang tua dapat melengkapi program sekolah dengan berbagai cara :  Umum : 1. Bersikaplah suportif: Berikan persahabatan; berbagi ide dan pemikiran. 2. Bersikaplah positif: Setiap anak harus mengalami kesuksesan setiap hari. 3. Berbagi minat membaca: Gunakan perpustakaan, diskusikan buku yang mereka baca 4. Dukung dan dorong aktivitas daripada kepasifan. 5. Bantulah anak-anak membuat proyek mereka sendiri dari artikel yang dibuang atau lainnya dari bahan yang tersedia. 6. Mendorong perkembangan hobi dan koleksi. 7. Dorong anak untuk bertanya-tanya dan merenung selama waktu luang. 8. Dorong pengalaman keluarga dan perjalanan ke tempat-tempat menarik. 9. Mendorong pertanyaan: Bantulah anak-anak menemukan sumber informasi atau tempat untuk dijelajahi dan diselidiki. 10. Merangsang pemikiran kreatif dan pemecahan masalah: Bantu anakanak mencoba solusi baru untuk masalah tanpa takut membuat kesalahan. 11. Gunakan penghargaan daripada hukuman.  Khusus : 1. Temui guru di awal sekolah dan rencanakan untuk mengunjungi sekolah untuk melihat apa yang diajarkan dan diharapkan. 2. Kirimkan anak ke sekolah setiap hari. Guru prihatin ketika orang tua membuat rencana lain untuk anak-anak mereka; itu menyampaikan kesan bahwa sekolah tidak penting. 3. Tunjukkan minat pada apa yang sedang dipelajari anak. 4. Tunjukkan minat pada konten dan pertumbuhan lebih dari pada nilai. 5. Jelaskan kepada anak bahwa tugas sekolah adalah antara anak dan guru; Guru dan anak harus menetapkan tujuan untuk kinerja sekolah yang lebih baik agar anak merasa bertanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan sekolah. 6. Manfaatkan situasi yang mendukung dan memperkuat pembelajaran sekolah. 11 | P a g e



7. Bagikan informasi dengan guru yang akan membantu mereka memahami anak dengan lebih baik. Berkomunikasi dengan guru jika tampaknya ada masalah; hindari menunggu yang terjadwal konferensi. 8. Sediakan tempat yang tenang dan cukup terang untuk belajar yang aman dari gangguan; jangan izinkan televisi atau musik. 9. Hindari mendikte waktu belajar tetapi lakukan peraturan, seperti tidak boleh bermain video game sampai pekerjaan rumah selesai; terima perkataan anak bahwa pekerjaan sudah selesai. 10. Bantuan untuk pekerjaan rumah harus fokus pada menjelaskan pertanyaan, memberikan jawabannya 11. Ajari anak untuk memecah tugas-tugas besar (seperti laporan) menjadi tugas-tugas yang lebih kecil dan dapat dikelola yang tersebar di waktu yang ditentukan daripada mencoba seluruh proyek pada malam sebelum waktunya. 12. Minta bantuan khusus untuk anak-anak dengan masalah belajar. 13. Dukung staf sekolah dengan menunjukkan rasa hormat terhadap sistem sekolah dan guru, setidaknya di hadapan anak. Memupuk tanggung jawab adalah tujuan dari bantuan orang tua. Bertanggung jawab atas tugas sekolah membantu anak-anak belajar menepati janji, memenuhi tenggat waktu, dan berhasil dalam pekerjaan mereka sebagai orang dewasa. Anak-anak yang bertanggung jawab kadang-kadang mungkin meminta bantuan kaki dengan daftar ejaan), tetapi biasanya mereka lebih suka memikirkan pekerjaan mereka sendiri. Tekanan yang berlebihan atau kurangnya dorongan dari orang tua dapat menghambat perkembangan sifat-sifat yang diinginkan ini. F. Anak-anak Latchkey Istilah anak latchkey digunakan untuk menggambarkan anak-anak di sekolah dasar yang dibiarkan mengurus diri sendiri sebelum atau setelah sekolah tanpa pengawasan orang dewasa. Banyaknya keluarga dengan orang tua tunggal dan orang tua yang bekerja, bersama dengan kurangnya penitipan anak yang tersedia, telah menciptakan situasi yang memicu stres bagi banyak anak usia sekolah. Beberapa dari anak-anak ini mungkin juga menderita penyakit kronis. Pengawasan orang dewasa yang tidak memadai setelah sekolah membuat anak-anak berisiko lebih besar untuk cedera dan perilaku nakal. Dalam beberapa kasus, aktivitas di luar dibatasi, dan hubungan dengan teman sebaya mungkin berkurang secara signifikan. Sebagian besar anak usia sekolah merasa lebih kesepian, terisolasi, dan takut ketika ditinggal sendirian daripada anak yang memiliki seseorang untuk merawat mereka (RuizCasares, Rousseau, Currie, et al, 2012). Untuk mengatasi ketakutan dan kecemasan mereka saat sendirian, anak-anak ini dapat menyusun strategi, seperti bersembunyi (di kamar mandi, lemari, atau di bawah tempat tidur), memutar televisi dengan keras untuk meredam suara, dan menggunakan hewan peliharaan untuk kenyamanan. Banyak komunitas dan orang-orang yang peduli dengan kesejahteraan anak-anak latchkey mencoba membantu anak-anak ini dan orang tua mereka menghadapi masalah yang berpotensi serius ini. Beberapa komunitas dan pengusaha telah menerapkan program setelah sekolah. Jenis program lain termasuk yang dirancang untuk 12 | P a g e



mengajarkan keterampilan swadaya kepada anak-anak, hotline untuk menyediakan check-in telepon dan program jaminan untuk anak-anak, dan program yang menghubungkan anak-anak dengan kunci pintu dengan meyakinkan orang tua di komunitas mereka. Perawat harus menyadari layanan komunitas ini dan mendorong orang tua untuk mengajarkan keterampilan swadaya kepada anak-anak ini. G. Disiplin Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah dan cara disiplin dan penetapan batasan yang diberlakukan di sekolah. usia anak termasuk kematangan psikososial orang tua, pengalaman mengasuh anak mereka sendiri selama masa kanak-kanak, temperamen anak, konteks kesalahan anak, dan respons anak terhadap penghargaan dan hukuman. Disiplin memiliki banyak tujuan: (1) membantu anak menginterupsi atau menghambat tindakan terlarang (2) untuk menunjukkan bentuk perilaku yang lebih dapat diterima sehingga anak tahu apa yang benar untuk situasi masa depan 3) untuk memberikan beberapa alasan, yang tidak dapat dilakukan oleh anak, yang menjelaskan mengapa satu tindakan tidak pantas dan tindakan lain lebih diinginkan 4) merangsang kemampuan anak untuk berempati dengan korban perbuatan salah. Agar efektif, disiplin harus dilakukan dalam lingkungan yang positif dan mendukung dengan penggunaan strategi untuk menginstruksikan dan membimbing perilaku yang diinginkan dan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan (Owen, Slep, dan Heyman, 2012). Praktik agresif secara fisik, seperti memukul, terkait dengan anak-anak dengan perilaku internalisasi yang buruk, termasuk depresi, kecemasan, keputusasaan, dan perilaku eksternal yang buruk, seperti agresi dan kekerasan (Ferguson, 2013). Penalaran, di sisi lain, adalah teknik disipliner yang efektif untuk anak usia sekolah. Dengan memajukan keterampilan kognitif, mereka dapat memperoleh manfaat dari strategi disipliner yang lebih kompleks. Misalnya, menahan hak istimewa, meminta kompensasi, menjatuhkan hukuman, dan membuat kontrak dapat digunakan dengan sukses besar. Pemecahan masalah adalah pendekatan terbaik untuk pengaturan batas, dan anak-anak itu sendiri dapat diikutsertakan dalam proses menentukan tindakan disipliner yang sesuai. H. Perilaku Tidak Jujur Selama masa kanak-kanak, anak-anak mungkin terlibat dalam apa yang dianggap sebagai perilaku antisosial. Anak-anak yang tadinya berperilaku baik mungkin terlibat dalam kebohongan, pencurian, dan kecurangan. Perilaku seperti itu mengganggu dan menantang orang tua. Berbohong bisa terjadi karena sejumlah alasan. Pada saat anakanak masuk sekolah, mereka masih "bercerita", sering membesar-besarkan cerita atau situasi sebagai cara untuk mengesankan keluarga atau teman mereka, tetapi bisa membedakan antara fakta dan fantasi. Jika anak tidak mengembangkan karakteristik ini, orang tua perlu ajari mereka apa yang nyata dan apa itu khayalan. Anak-anak kecil 13 | P a g e



mungkin berbohong untuk menghindari hukuman atau untuk keluar dari kesulitan bahkan ketika kelakuan buruk mereka terbukti. Anak-anak yang lebih besar mungkin berbohong untuk memenuhi harapan yang ditetapkan oleh orang lain yang tidak dapat mereka ukur. Namun, kebanyakan anak tahu bahwa berbohong dan menyontek itu salah, dan mereka prihatin jika hal itu diamati pada teman mereka. Mereka cepat memberi tahu orang lain ketika mereka mendeteksi adanya kecurangan.



Orang tua perlu diyakinkan bahwa semua anak kadang-kadang berbohong dan terkadang anak-anak mungkin kesulitan memisahkan fantasi dari kenyataan. Orang tua hendaknya dibantu untuk memahami pentingnya perilaku mereka sendiri sebagai teladan dan jujur dalam hubungan mereka dengan anak-anak. Selingkuh paling sering terjadi pada anak kecil berusia 5 hingga 6 tahun. Mereka merasa sulit untuk kalah dalam permainan atau kontes, jadi mereka mungkin curang untuk menang. Mereka belum menyadari bahwa perilaku ini salah, dan mereka melakukannya hampir secara otomatis. Perilaku ini biasanya menghilang saat mereka dewasa. Namun, ketika anak mengamati perilaku orang tua seperti membual tentang selingkuh, mereka menganggapnya sebagai perilaku yang pantas. Ketika orang tua memberikan contoh kejujuran, anak-anak lebih cenderung untuk mengikuti standar ini. Seperti perilaku terkait etika lainnya, mencuri tidak terduga pada anak-anak yang lebih kecil. Antara usia 5 dan 8 tahun, rasa hak milik anak-anak terbatas, dan mereka cenderung mengambil barang hanya karena tertarik atau mengambil uang untuk membeli. Mereka sama-sama cenderung memberikan sesuatu yang berharga milik mereka. Ketika anak-anak kecil ditangkap dan dihukum, mereka menyesal - mereka "tidak bermaksud" dan "berjanji untuk tidak akan melakukannya lagi" - tetapi mereka mungkin mengulangi pertunjukan itu keesokan harinya. Seringkali mereka tidak hanya mencuri tetapi juga berbohong tentang perilaku mereka atau berusaha membenarkannya dengan alasan. Jarang membantu untuk menjebak anak agar masuk dengan menanyakan secara langsung apakah mereka melakukan pelanggaran. Anak-anak tidak bertanggung jawab atas perilaku ini sampai akhir masa kanak-kanak. Mencuri terkadang bisa menjadi indikasi bahwa ada sesuatu yang sangat tidak beres atau kurang dalam kehidupan anak. Misalnya, anak-anak mungkin mencuri untuk menebus cinta atau kepuasan lain yang mereka rasa kurang. Dalam kebanyakan situasi, adalah bijaksana untuk tidak mencoba menambahkan makna yang tersembunyi atau mendalam pada pencurian tersebut. Sebuah peringatan, bersama dengan hukuman yang pantas dan masuk akal, seperti meminta anak yang lebih besar membayar kembali uangnya atau mengembalikan barang yang dicuri, biasanya akan menangani sebagian besar kasus. Kebanyakan anak dapat diajar untuk menghormati hak milik orang lain dengan sedikit kesulitan meskipun banyak godaan dan kesempatan. Jika hak pribadi anak dihormati, mereka cenderung menghormati hak orang lain. Beberapa anak hanya membutuhkan lebih banyak waktu untuk mempelajari aturan mengenai properti pribadi. I.



Stres dan Ketakutan Anak-anak saat ini mengalami stres yang sangat besar. Stres pada masa kanak-kanak berasal dari berbagai sumber, seperti konflik dalam keluarga, kriminalitas orang tua atau gangguan kejiwaan, dan status sosial ekonomi yang rendah (Riley, Scaramella, dan McGoron, 2014). Lingkungan sekolah dan partisipasi dalam berbagai kegiatan yang



14 | P a g e



terorganisir dapat menjadi sumber stres tambahan. Tuntutan dari guru dan orang tua dengan tugas sekolah dan tes kecakapan standar, selain tekanan teman sebaya, dapat menyebabkan stres pada anak usia sekolah (White, 2012). Selain itu, anak-anak di tahuntahun sekolah menengah sering kali terlalu sibuk dengan aktivitas seperti menari, musik, atletik, dan aktivitas lain hingga efek kumulatifnya luar biasa. Kekerasan yang meningkat di masyarakat telah menyusup ke lingkungan sekolah. Di era informasi saat ini di mana tragedi disiarkan setiap hari di media, anak-anak yang bersekolah lebih tahu tentang peristiwa dunia terkini daripada generasi anak-anak sebelumnya. Banyak anak mengenal anak-anak lain yang terbunuh atau anak-anak yang membawa senjata ke sekolah. Anak usia sekolah dapat menjadi korban bullying, penghinaan verbal, komentar seksual yang tidak diinginkan, barang rusak atau dicuri, dan penganiayaan fisik di lingkungan sekolah (King, 2014). Selain itu, anak-anak ditekankan oleh konflik di dalam rumah dan banyaknya keluarga dengan orang tua tunggal mengakibatkan hubungan yang berubah dan tanggung jawab yang meningkat untuk anak-anak. Untuk membantu anak-anak mengatasi stres, orang tua, guru, dan penyedia layanan kesehatan harus mengenali tanda-tanda yang menunjukkan seorang anak mengalami stres, segera mengidentifikasi sumber stres, dan merujuk anak-anak yang membutuhkan perawatan khusus. Mereka perlu sering meyakinkan anak-anak bahwa mereka aman, memiliki komunikasi yang jujur dan terbuka, dan mendorong anak-anak untuk mengungkapkan perasaan mereka.  Perawat yang mengamati tanda-tanda stres berikut pada anak harus mengeksplorasi situasi lebih jauh: 1. Sakit perut atau sakit kepala 2. Masalah tidur 3. Mengompol 4. Perubahan kebiasaan makan 5. Perilaku agresif atau keras kepala 6. Penarikan atau keengganan untuk berpartisipasi 7. Kesulitan berkonsentrasi atau mengubah kinerja akademis 8. Regresi terhadap perilaku sebelumnya (misalnya, mengisap jempol) Anak-anak berusia 7 hingga 12 tahun mampu mengidentifikasi respons fisiologis mereka sendiri terhadap stres. Anak-anak harus diajar untuk mengenali tanda-tanda sebagai indikator stres dan menggunakan teknik untuk mengelola stres mereka. Anak-anak dapat mempelajari teknik relaksasi seperti latihan pernapasan dalam, relaksasi kelompok otot secara progresif, yoga, dan pencitraan positif untuk mengurangi stres (Bothe, Grignon, dan Olness, 2014; White, 2012). Mendorong mereka untuk "mengeluarkan tenaga" melalui aktivitas fisik mengurangi ketegangan dan kecemasan. Anak-anak dapat didorong untuk mengamati strategi koping yang efektif pada orang lain dan menerapkannya untuk digunakan sendiri. Ketika strategi yang efektif telah dikembangkan untuk satu situasi, orang tua dapat menunjukkan kepada anak bagaimana mentransfer strategi koping atau teknik untuk situasi lain.



15 | P a g e



Selain stres, anak usia sekolah mengalami berbagai macam ketakutan, termasuk ketakutan akan kegelapan, kekhawatiran berlebihan tentang perilaku masa lalu, kesadaran diri, penarikan diri dari pergaulan, dan kebutuhan yang berlebihan untuk diyakinkan. Ketakutan ini dianggap normal untuk anak-anak seusia ini. Selama tahun-tahun sekolah menengah, anak-anak menjadi tidak begitu takut akan keselamatan tubuh dibandingkan saat mereka berusia prasekolah, tetapi mereka masih takut disakiti, diculik, atau harus menjalani operasi. Mereka juga takut mati dan memang begitu terpesona oleh semua aspek kematian dan sekarat. Ketakutan akan suara, kegelapan, badai, dan anjing berkurang, tetapi ketakutan baru yang terutama terkait dengan sekolah dan keluarga mengganggu anak-anak (misalnya, takut gagal, takut diganggu, takut akan sesuatu yang buruk terjadi pada orang tua mereka) selama ini.



BAB III



A. KESIMPULAN Konsep koping sangat penting dalam keperawatan karena semua pasien mengalami stres sehingga sangat memerlukan kemampuan koping untuk dapat mengatasinya. Kemampuan koping dan adaptasi terhadap stres merupakan faktor penentu yang penting dalam kesejahteraan manusia. B. SARAN Kami bersedia menerima kritik dan saran jika ada kesalahan kata-kata, dan sebagai bahan pertimbangan makalah ini dikemudian hari. Semoga makalah berikutnya dapat kami selesaikan dengan hasil yang lebih baik.



DAFTAR PUSTAKA



https://books.google.co.id/books? hl=id&lr=&id=w7RqDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=atraumatic+care&ots=uIfH9 DsIRW&sig=D_g5RmEXeLOP-C6--tcKcQrXvHo&redir_esc=y#v=onepage %26q=atraumatic%20care%26f=false



16 | P a g e