Kota Tua Ampenan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERENCANAAN KAWASAN KHUSUS Kekhususan Kawasan Kota Tua Ampenan, Mataram, Nusa Tenggara Barat



Disusun untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Pilihan Perencanaan Kawasan Khusus Dosen Pengampu : Ir. Bambang Triratma M.T. dan Ir. Rizon Pamardhi U., MURP



Disusun Oleh : Mohammad Abram Maulana I0618008



PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2019



BAGIAN I ASPEK TERKONFIRMASI 1.1. Gambaran Umum Kawasan Sentra Industri Kerajinan Kulit Magetan Kawasan Kota Tua merupakan kawasan yang dibangun kolonial Belanda sebagai pusat perdagangan. Kawasan Kota Tua Ampenan merupakan sebuah bekas pelabuhan sibuk yang menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat di sekitar Mataram pada masa Belanda. Hal tersebut karena kawasan ini merupakan jalur utama aktivitas keluar masuk segala bahan kebutuhan dan perdagangan Lombok-Bali. Kawasan Kota Tua Ampenan terletak di dua kelurahan, yaitu Kelurahan Ampenan Tengah & Kelurahan Bintaro 1.2. Kondisi Geografis Kawasan Sentra Industri Kerajinan Kulit Magetan Luas wilayah Kawasan Kota Tua Ampenan sebesar 6,73 Ha, dengan batasbatas administrasi, sebagai berikut :  Sebelah Utara : Kelurahan Ampenan Utara  Sebelah Selatan : Kelurahan Banjar  Sebelah Timur : Perairan (Selat Lombok)  Sebelah Barat : Kelurahan Dayan Peke



Peta Administrasi Kota Tua Ampenan



Dimana dengan orientasi serta jarak tempuh, sebagai berikut :  Jarak dari Kawasan Kota Tua Ampenan ke Ibukota Kota Mataram adalah sejauh 2.5 Km, dengan lama jarak tempuh kendaraan bermotor selama 9 menit, sedangkan lama jarak tempuh dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor sebesar 28 menit..  Jarak dari Kawasan Kota Tua Ampenan ke Ibukota Provinsi NTB adalah sejauh 3 Km, dengan lama jarak tempuh dengan kendaraan bermotor ke Ibukota provinsi sebesar 12 menit, sedangkan lama jarak tempuh dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor sebesar 36 menit.



BAGIAN II ASPEK BASIS KONFIRMASI 2.1. Proses Kawasa Kota Tua Ampenan telah menjadi pusat perdagangan pada masanya, bangunan-bangunan tua bersejarah menjadi potensi yang dapat dikembangkan. Seiring berjalannya waktu, bangunan bangunan ini mulai rapuh karena tidak terawat. Untuk menjaga agar hidupnya kawasan ini perlu dilakukan perancangan kembali (redesain). Redesain Kawasan Kota Tua Ampenan sebagai upaya sinergisitas warisan budaya dengan bangkitan ekonomi skala makro maupun mikro. Benang merah antara warisan budaya dengan bangkitan ekonomi adalah dengan memugar kawasan, hasil pemugaran kawasan harus mampu mendatangkan keuntungan bagi pemerintah maupun penduduk lokal dengan jaminan pelestarian kawasan yang tetap terjaga untuk Kota Tua Ampenan sendiri.



2.2. Factor Pemicu Belakangan ini pemerintah Kota Mataram melakukan revitalisasi terhadap Kota Tua Ampenan, usaha yang dilakukan yaitu dengan melakukan pewarnaan, namun pewarnaan ini tidak mengangkat kembali identitas Kota Tua Ampenan sebagai kawasan yang bernilai sejarah dan telah menjadi warisan budaya. Pemerintah Kota Mataram hanya melakukan tindakan pewarnaan ulang kawasan, usaha ini dirasa kurang memberikan dampak yang lebih besar bagi identitas dan bangkitan ekonomi kepada pemerintah sendiri maupun masyarakat sekitar, perlu adanya upaya lebih lanjut untuk me - revitalisasi dengan menghidupkan fisik bangunan, kegiatan dan sosial budaya masyarakat untuk melestarikan Kota Tua Ampenan. Usaha yang dapat dilakukan untuk menghidupkan Kota Tua Ampenan adalah dengan me - revitalisasi ulang Kawasan Kota Tua Ampenan menjadi Kawasan Wisata Warisan Budaya Kota Tua Ampenan dengan berfokus pada revitalisasi fisik bangunan dan menjadikan kawasan



sebagai pusat museum warisan budaya yang mampu mewadahi skala provinsi. Letak kawasan kota tua ampenan yang tidak jauh dengan bibir pantai dapat menambah potensi kawasan wisata warisan budaya yang terintegrasi dengan Wisata Kuliner Waterfront.



2.3. Kronologi Kawasan 2.3.1



Sejarah Kawasan Kota Tua Ampenan (PAST) Kota Ampenan dibangun sejak tahun 1924 oleh Belanda untuk mengimbangi kerajaan-kerajaan yang ada di Pulau Bali. Ampenan bersal dari kata amben, dalam bahasa Sasak berarti tempat persinggahan. Nama ini sangat tepat, mengingat Ampenan merupakan kota pelabuhan tempat singgah berbagai suku bangsa kala itu. Dibangunnya kota pelabuhan di masa lalu membuat banyak pendatang dari segala suku bangsa singgah di Ampenan. Tidak sedikit



yang



akhirnya



menetap



dan



berkumpul



menjadi



perkampungan sekitar pelabuhan. Di Kecamatan Ampenan sendiri terdapat beberapa kampung, mulai melayu, tionghoa, arab, Bali, Jawa, Banjar hingga Bugis. Walaupun terdiri dari aneka suku bangsa, di sini tidak pernah terjadi gesekan apapun. Namun, sejak tahun 1973 pelabuhan penyeberangan dipindahkan ke Lembar. gelombang laut yang terlalu besar menjadi salah satu pertimbangan pemindahan. Sejak pemindahan pelabuhan penyeberangan ke Pelabuhan Lembar, Ampenan sebagai kota pusat ekonomi mulai memudar. Namun masih tampak rutinitas masyarakat seperti jual beli ikan segar maupun ikan olahan. Keberadaan bangunan tua dengan gaya arsitektur art deco(gaya bangunan Belanda) yang masih kokoh mulai dari Bank Dagang Belanda, gudang penyimpanan barang dagang, komplek pecinan di sepanjang Jalan Pabean, kemudian Kleteng Po Hwa Kong, dan kantor pegadaian di simpang lima Ampenan, menjadi daya tarik fisik bangunan bernuansa klasik.



Daya tarik fisik bangunan yang membuat Ampenan dijadikan sebuah Kawasan Kota Tua. Selain sebagai kawasan kota tua, Kota Tua Ampenan juga merupakan salah satu dari 43 kota di Indonesia yang ditetapkan oleh pemerintah dalam Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI).



2.3.2 Kondisi Terkini Kawasan Kota Tua Ampenan (PRESENT) Kota Tua Ampenan kini menyisakan bangunan tua yang kusam, namun sarat nilai sejarah yang harus dilestarikan agar generasi mendatang bisa menikmati kejayaan kota tua ini sebagai pusat perdangangan dan kota pelabuhan di masa lampau. Karena itu Pemerintah Kota Mataram mulai merevitalisasi Kawasan Kota Tua Ampenan dengan dana Rp. 2,8 miliar, dana ini hanya difokuskan untuk



revitalisasi



pantai



ampenan



saja,



hal



ini



membuat



ketimpangan antara Kawasan Kota Tua dan Wisata Waterfront di Ampenan. Penataan yang dilakukan di pantai Ampenan yaitu penataan zona pedagang kaki lima dan ruang publik di bekas Pelabuhan Ampenan. Komplek fisik bangunan kota tua tidak disentuh secara signifikan oleh pemerintah, pemerintah hanya melakukan pewarnaan kembali kepada bangunan bangunan tua di kawasan ini.



2.3.3 Perencanaan Kawasan Warisan Budaya (Heritage) Kota Tua Ampenan (FUTURE) Revitalisasi yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Mataram memiliki dampak bagi masyarakat di Ampenan, namun tidak secara komprehensif untuk keberlanjutan Kawasan Kota Tua Ampenan itu sendiri. Perlu adanya upaya untuk melakukan revitalisasi yang komprehensif untuk menciptakan manfaat yang lebih besar untuk semua pihak. Upaya kedepan yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kota Mataram adalah mengusulkan perubahan Kota Tua Ampenan



menjadi Kawasan Warisan Budaya (Hertige) Kota Tua Ampenan. Setelah pengusulan kawasan disetujui, langkah selanjutnya adalah lagi kawasan ini sebagai cagar budaya, maka pendanaan dan pengelolaan yang tercipta akan terasa lebih komprehensif. Revitalisasi kembali untuk kedua kalinya harus dilakukan secara komprehensif dengan mengintegrasikan wisata Waterfront Pantai Ampenan (bekas pelabuhan) dengan Kawasan Heritage Kota Tua Ampenan agar dapat bersinergi dengan baik. Usaha konkret yang dapat dilakukan adalah dengan memugar fisik bangunan agar terlihat lebih klasik secara menyeluruh, membangun museum heritage dengan memanfaatkan bangunan yang pada masanya berjaya dalam kegiatan perekonomian, dan dengan membuat jalur site-walk (untuk pejalan kaki dan pedagang kaki lima serta sebagai wadah untuk atraksi budaya heritage oleh seniman lokal) dari pintu masuk Kawasan Heritage Kota Tua Ampenan sampai Pantai Ampenan, dengan demikian Kawasan Heritage Kota Tua Ampenan dapat bersinergi dan terintegrasi dengan baik untuk kebermanfaatan masyarakat maupun pemerintah.



2.4. Morfologi Morfologi merupakan ilmu terapan yang mempelajari tentang sejarah



terbentuknya



perkembangannya mulai



pola awal



ruang



dan



terbentuknya



mempelajari



tentang



kota tersebut



hingga



munculnya daerah-daerah hasil ekspansi . Bentuk morfologi suatu kawasan tercermin pada pola tata ruang, bentuk arsitektur bangunan, dan elemenelemen fisik kota lainnya pada keseluruhan konteks perkembangan kota.(Yunus, 1982 : 107). 2.4.1



Fisik Bangunan Perubahan mendasar dari bentuk arsitektur bangunan sangatlah terasa di



Kota Tua Ampenan ini, berikut merupakan



perubahan bentuk arsitektur berdasarkan kurun waktu di kawasan :



1. Periode 1920 - 1970 Pada saat masa awal kedatangan dan pembangunan pelabuhan Kota Ampenan oleh Belanda.



Gambar Pintu Masuk Utama Pelabuhan Kota Ampenan



Gambar Pelabuhan Kota Ampenan



Periode ini berakhir menjelang gelombang yang tidak stabil di Selat Lombok, membuat pelabuhan kian sepi dan aktifitas



perdagangan ikut terdampak sehingga kawasan ini hanya menjadi kota nelayan. 2. Periode 1970 - Sekarang Pemerintah mulai hadir untuk melakukan revitalisasi dan menghidupkan kembali Kota Ampenan, beberapa perubahan aspek fisik bangunan sangat terasa di kawasan ini.



Gambar Pintu Masuk Utama Kota Tua Ampenan



Gambar Kawasan Tepi Pantai Ampenan



Perubahan sangat terasa disaat mulai memasuki Kawasa Kota Tua Ampenan, terlebih lagi kondisi pantai yang telah dijadikan kegiatan utama perdagangan skala kecil baru dengan penataan lebih kepada pariwisata dan kuliner khas laut membuat Pelabuhan Kota Ampenan terasa berubah menjadi Kota Tua



Ampenan. Namun, ada hal yang tidak berubah dari dulu hingga sekarang, yaitu beberapa fisik bangunan di sepanjang jalan dari pintu masuk hingga pantai ampenan itu sendiri.



Gambar Kantor Pos pada zaman Belanda



Gambar Fisik Bangunan Tua di sepanjang jalan menuju pantai



Gambar Klenteng Po Hwa Kong



2.4.2 Pola Ruang Perubahan pola ruang terjadi sangatlah dinamis didalam kawasan Kota Tua, awalnya di kawasan ini hanya terdapat perdagangan dan hunian, seiring dengan berjalannya perubahan dari jenis dan kuantitas bangunan semakin membuat kawasan menjadi lebih dinamis.



Peta Pola Ruang Kawasan Tahun 1920 - 1970



Peta Pola Ruang Kawasan Tahun 2019



Perkembangan fisik bangunan tua juga terjadi seiring dengan bertambahnya penduduk dan kebutuhan akan permukiman. Kebutuhan masyarakat akan permukiman tetap menjadi tugas utama pemerintah dengan disatu sisi harus menjaga kelestarian Kawasan Kota Tua Ampenan tidak hilang akan identias dengan menjaga fisik bangunan agar terlihat tetap klasik.



Peta Persebaran Bangunan Tahun 1920 -1970



Peta Persebaran Bangunan Tua Tahun 2019



BAGIAN 3 KRONOLOGI KONFIRMASI Kekhususan yang dimiliki oleh Kota Tua Ampenan dihadirkan dengan adanya fisik bangunan tua dari komplek perumahan dan perdagangan yang tetap dilestarikan dengan penduduk turun temurun dari berbagai suku Arab, Chinese, Melayu membuat Kota Tua Ampenan meberikan nuansa keberagaman dan estetika dalam kawasan ini. Seiring dengan berjalannya waktu fisik bangunan unik yang ada di kota tua mulai pudar dan suram, perlu adanya revitalisasi untuk memperbaiki keadaan ini, revitalisasi yang dilakukan pemerintah tahun sebelumnya membuat nuansa baru yang modern namun cenderung terancam dengan hilangnya efek tua dalam kawasan ini. Redesain yang selanjutnya dengan melakukan revitalisasi ulang lagi dengan meningkatkan Kawasan Kota Tua menjadi Kawasan Warisan Budaya Kota Tua Ampenan agar dapat menjadi Cagar Budaya sehingga mendapatkan keuntungan pendanaan dan pengelolaan yang lebih komprehensif, selanjutnya revitalisasi yang diharpkan adalah menampilkan ke tua an yang glamor dari Kota Tua Ampenan dan Pembangunan musem warisan budaya skala provinsi serta integrasi antara Kawasan Warisan Budaya Kota Tua Ampenan dengan bekas pelabuhan yang kini telah menjadi wisata kuliner waterfront agar menjadi satu kesatuan dalam pengembangan yang bersinergis untuk kepentingan seluruh elemen masyarakat maupun pemerintah di dalam kawasan ini.