Kti Darma [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumor berasal dari bahasa latin tumere yang berarti membengkak. Tumor dapat diartikan pula sebagai pembengkakan, suatu tanda cardinal peradangan; pembesaran yang morbid atau pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel- sel yang tidak terkontrol dan progresif; disebut juga neoplasma. Tumor dapat timbul dalam tubuh akibat pengaruh berbagai faktor penyebab yang akhirnya menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen kehilangan kendali normal atas pertumbuhannnya. Tumor kulit dapat dibagi menjadi tumor jinak, dan tumor ganas (kanker). Tumor jinak ialah tumor yang berdiferensiasi normal (matang), pertumbuhannya lambat dan ekspansif serta kadang- kadang berkapsul. Prakanker berarti mempunyai kecenderungan berkembang menjadi kanker (tumor ganas) sedangkan, tumor ganas (kanker) ialah tumor yang bersifat infiltratif sampai merusak jaringan disekitarnya serta bermetastasis melalui pembuluh darah dan atau pembuluh getah bening. Tumor jinak kulit



merupakan manifestasi dari



kekacauan



pertumbuhan kulit yang bersifat kongenital atau akuisita, tanpa tendensi invasif dan metastasis, dapat berasal dari vaskuler dan non vaskuler.



2



Tumor jinak dapat mendesak jaringan organ sekitarnya, namun biasanya tidak berinfiltrasi merusak jaringan disekitarnya, sehingga bahayanya relatif kecil. Penyakit tumor pada kulit dewasa ini cenderung mengalami peningkatan jumlah terutama di Amerika, Australia, dan Inggris. Berdasarkan beberapa penelitian,orang kulit putih yang lebih banyak menderita tumor kulit. Hal tersebut diprediksikan sebagai akibat seringnya terkena (banyak terpajan) cahaya matahari. Di Indonesia penderita tumor kulit terbilang sangat sedikit dibandingkan ke-3 negara tersebut, namun demikian tumor kulit perlu dipahami karena selain menyebabkan kecacatan (merusak penampilan) juga pada stadium lanjut dapat berakibat fatal. Tumor jinak sering dikatakan tidak berbahaya karena tidak sampai berkembang menjadi kanker namun demikian, penyakit ini tetap tidak bisa dianggap remeh karena dapat berakibat fatal pada kesehatan tubuh. Sifatnya yang jinak membuat penderita kurang tanggap melakukan pengobatan padahal, semakin cepat penyakit tumor jinak diobati akan semakin baik hasilnya. Jumlah penderita tumor semakin meningkat beberapa tahun belakangan ini. Indonesia termasuk negara tropis dengan sinar ultraviolet dari matahari sangat kuat dan sebagian besar masyarakat banyak melakukan aktivitas yang langsung terpajan sinar matahari, sehingga berpengaruh pada proses terjadinya tumor kulit.



3



Beberapa tumor kulit jinak yang sering dijumpai adalahkeratosis seboroik, veruka vulgaris, dan keloid. Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya, menunjukkan bahwa terdapat 482 (16,37%) pasien tumor kulit jinak di antara 2.945 pasien baru. Veruka vulgaris merupakan tumor kulit jinak terbanyak. Tumor kulit jinak lebih sering terjadi pada perempuan. Kelompok usia tertinggi adalah 15–44 tahun. Pekerjaan terbanyak adalah ibu rumah tangga Dianggota gerak atas mulai dari lengan atas, lengan bawah hingga telapak tangan sekitar 13%. 30% di tubuh bagian luar maupun dalam, seperti pada dinding perut, dan juga pada jaringan lunak di dalam perut maupun dekat ginjal yang disebut daerah retroperitonium. Pada daerah kepala dan leher sekitar 9% dan 1% di tempat lainnya, Antara lain di dada (M. Clevo Rendi & Margareth TH, 2012).



B. Rumusan Masalah Setelah mengetahui fakta yang terjadi seperti telah diuraikan pada latar belakang maka penulis membuat perumusan masalah pada penelitian ini yaitu“Bagaimanakah gambaran secara nyata penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit post operatif lipoma di RSUD Prof.H.M.Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015 ?”



4



C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui bagaimana gambaran secara nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit post operatif lipoma di Ruang Pearawatan Bedah RSUD Prof.H.M.Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan. 2. Tujuan Khusus 2.1 Untuk mengetahui gambaran pengkajian keperawatan pada pasien post operatif lipoma 2.2 Untuk mengetahui gambaran perumusan diagnosa keperawatan post operatif lipoma 2.3 Untuk mengetahui gambaran perencanaan keperawatan post operatif lipoma 2.4 Untuk mengetahui gambaran implementasi keperawatan post operatif lipoma 2.5 Untuk mengetahui gambaran evaluasi keperawatan post operatif lipoma D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Profesi Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pengembangan profesi keperawatan, khususnya dalam perawatan kasus penyakit post operatif lipoma. 2. Bagi Pihak Rumah Sakit



5



Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak rumah sakit untuk mengevaluasi kinerja tenaga keperawatan dalam pelaksanaan perawatan pada pasien khususnya pada penyakit post operatif lipoma. 3. Bagi Institusi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bahan pustaka atau informasi tambahan dan pengalaman yang berharga bagi institusi khususnya dalam meningkatkan wawasan dalam bidang penelitian selanjutnya. 4. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana aplikasi ilmu pengetahuan dan memberi wawasan ilmiah tenteang penyakit post operatif lipoma



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



6



A. Tinjauan Teori 1. Tinjauan tentang Lipoma 1.1. Pengertian Tumor kulit dapat dibagi menjadi tumor jinak, tumorprakanker, dan tumor ganas (kanker). Tumor jinak ialah tumor yang berdiferensiasi normal (matang), pertumbuhannya lambat dan ekspansif serta kadangkadang



berkapsul.



Prakanker



berarti



mempunyai



kecenderungan



bekembang menjadi kanker (tumor ganas) sedangkan, tumor ganas (kanker) ialah tumor yang bersifat infiltratif sampai merusak jaringan disekitarnya serta bermetastasis melalui pembuluh darah dan atau pembuluh getah bening (Rata IG, 2010). Lipoma (lipomata) yang tumbuh lambat, hampir selalu jinak, tumor adipose yang paling sering ditemukan dalam jaringan subkutan. Mereka juga dapat ditemukan dalam jaringan yang lebih dalam seperti septa



intermuskularis,



organ-organ



perut,



rongga



mulut,



saluran



pendengaran internal, sudut cerebellopontine dan thorax (Mukherjee P, Jalan I, Irving RM, 2011). Tumor



adalah



benjolan



pembengkakan



abnormal



dalam



tubuh,tetapi dalam artian khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma. Jenis lipoma :



7



a. Adenolipoma.lipoma di payudara b. Angiolipoma mengandung banyak pembuluh darah kecil lipoma jantung (cardiac lipomas) dapat mengapur mengikuti nekrosis lemak (M. Clevo Rendi & Margareth TH, 2012). 1.2. Etiologi Penyebab masih belum diketahui. Biasanya menyerang anakanak dan dewasa. Biasanya lebih sering pada pria (R.S. Siregar, 2004). 1.3. Patofisiologi Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak (soft tissue tumor) adalah proliferasi masenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh, tidak termasuk imvisera, selaput otak, dan system limforetikuler. Dapat timbul di tempat dimana saja, Meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah , terutama daerah paha,20% di ekstremitas atas,10%



di kepala dan leher, dn 30% di badan dan



retroperitonium (M. Clevo Rendi & Margareth TH, 2012). 1.4. Gejala Mula-mula timbul benjolan di bawah kulit dengan konsistensi lunak, makin lama makin besar dan bertambah banyak, tanpa nyeri (R.S. Siregar, 2004). Manisfestasi Klinis (M. Clevo Rendi & Margareth TH, 2012). Lipoma seringkali tidak memberikan gejala (asymptomatic). Gejala yang muncul



tergantung



dari



lokasi,misalnya:



pasien



dengan



lipoma



8



kerongkongan (esophageal lipoma) dapat disertai obstruction, nyeri saat menelan (dysphagia), regurgitation, muntah (vomiting), dan reflux. Esophageal lipomas dapat berhubungan dengan aspiration dan infeksi saluran pernafasan yang berturutan. a. Lipoma di saluran napas utama dapat menyebabkan gagal napas yang berhubungan dengan gangguan bronkus. Ppasien datang dengan lesi parenkim atau endobronchial. b. Lipoma juga sering terjadi pada payudara, namun tak sesering yang diharapkan mengingat luasnya jaringan lemak. c. Lipoma di usus,misalnya: duodenum, jejunum,



colon



menyebabkan nyeri perut dari obstruksi atau dapat menjadi



dapat jelas



melalui perdarahan. d. Lipoma jantung terutama berlokasi di subendocardial, jarang intramural, dan normalnya tidak berkapsul.Terlihat sebagai suatu massa kuning di kamar/bilik jantung. e. Lipoma juga dapat muncul di jaringan subkutan vulva. Biasanya pedunculated dan dependent. 1.5. Komplikasi Komplikasiopenyakitolipoma adalah kanker (Critical Thinking Since Beginning, 2012). 1.6. Pemeriksaan Penunjang (Critical Thinking Since Beginning, 2012). a. Roentgen; b. Pielogram intravena;



9



c. Pielogram retrogret; d. Aurtrografi; e. Histologik; f. Histopatologik. 1.7. Penatalaksanaan Hal yang penting untuk menentukan penatalaksanaan klinisnya adalah: a. Ukuran makin besar massa tumor, makin buruk hasil akhirnya. b. Klasifikasi histologi dan penentuan stadium (grading) yang akurat (terutama di dasarkan pada derajat diferensiasinya), dan perkiraan laju pertumbuhan yang didasarkan pada mitosis dan perluasan nekrosis. c. staging d. Lokasi tumor. Makin superfisial, prognosis makin baik. Terapi medis termasuk eksisi endoskopik tumor di traktus gastrointestinal bagian atas (misalnya: esophagus, perut dan duodenum atau colon. Pembedahan



dengan



kapsul



sangatlah



penting



untuk



mencegah kekambuhan setempat. Terapi tergantung lokasi tumor. Pada lokasi yang tidak biasanya, pemindahan lipoma menyesuaikan tempatnya. a. Pemindahan setempat diindikasikan pada lipoma di dekat saluran nafas utama. Lipoma paru-paru memerlukan resection parenkim paruparu atau saluran pernafasan yang terlibat.



10



b. Pemindahan setempat diindikasikan pada lipoma usus yang menyebabkan obstruction. c. Jika lipoma esophagus tidak dapat dipindahkan dengan endoskopi, maka diperlukan pembedahan. d. Lipoma pada payudara dihilangkan jika pada dasarnya meragukan. e. Lipoma usus, khususnya duodenum, sebaiknya dihilangkan baik secara endoskopi maupun pembedahan karena dapat menyebabkan obstruction, atau perdarahan. f. Lipoma pada vulva dapat dihilangkan di tempat. B. Tinjauan Teori Asuhan Keperawatan 1. Tinjauan Teori Asuhan Keperawatan Lipoma 1.1. Pengertian Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yang berhubungan, yaitu pengkajian keperawatan, diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Tahap tersebut berintegrasi terhadap fungsi intelektual dari problem solving dalam mendefinisikan suatu tindakan keperawatan (Damayanti, D, 2013). 1.2. Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal suatu proses yang sistematis dalam mengumpukan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien yang terdiri dari pengkajian data dasar, dan pengkajian data focus (Wahid, A. & Suprapto, I, 2012). a. Amnesis (Sukardja, 2005) & (Staf Pengajar Bagian Ilmu Bedah Kedokteran UI, 2011)



11



Gejala dan tanda tumor jaringan tumor tidak spesifik, tergantung pada lokasi tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan di bawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi pendarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada sarafsaraf tepi. Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakkan relatif masih mudah digerakkan dari jaringan disekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh. keluhan sangat tergantung dari dimana tumor tersebut tumbuh. Keluhan utama pasien SJL daerah estremitas tersering adalah benjolan yang umumnya tidak nyeri dan sering dikeluhkan muncul setelah terjadi trauma di daerah tersebut. Untuk SJL berlokasi di visceral/retroperitoneal umunya dirasakan ada benjolan abdominal yang tidak nyeri, hanya sedikit kasus yang disertai nyeri, kadang-kadang terdapat pula perdarahan gastrolintestinal, obstruksi usus atau berupa gangguan neuro vascular. Perlu



ditanyak



bila



terjadi



dan



bagaimana



sifat



pertumbuhannya. keluhan yang berhubungan dengan infiltrasi dan penekanan terhadap jaringan sekitar. Keluhan yang berhubungan metastasis.



12



b. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan status generalis untuk menilai keadaan umum penderita dan tanda-tanda metastatis pada paru, hati dan tulang. 2. Pemeriksaan status lokalis meliputi : 1) lokasi tumor 2) Ukuran tumor 3) batas tumor, tagas atau tidak 4) Konsistensi dan mobilitas 5)iTanda-tanda



infiltrasi,



sehingga



perlu



diperiksa



fungsi



motoric/sensorik dan tanda-tanda bendungan pembuluh darah, obstruksi usus, dan lain-lain sesuai dengan lokasi lesi. 6) Metastatis regional perlu diperiksa ada atau tidaknya pemeriksaan kgb regional.



1.3. Diagnosa Keperawatan Diagnosa



keperawatan



adalah



suatu



pernyataan



yang



menjelaskan respon manusia status atau kesalahan risiko perubahan pola dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah (Nursalam, 2010)



13



Menurut Gordon (2007) dalam Nursalam (2010), diagnose keperawatan adalah masalah kesehatan aktual dan potensial dimana berasarkan pendidikan dan penggunaannya, perawat mampu dan mempunyai kewenangan untuk memberikan tindakan keperawatan. Kewenangan tersebut didasarkan pada standar praktek keperawatan dan kode etik keperawatan yang berlaku di Indonesia. Menurut NANDA (2009) dalam Nursalam (2010), diagnose keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien post operatif lipoma (Nugroho, 2011). a. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (insisi operasi) b. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya jalan masuk organime ke dalam tubuh c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan respon tubuh terhadap aktivitas (kesakitan, perdarahan), keletihan, efek anastesi umum) d. Resiko cidera berhubungan dengan efek anastesi 1.4. Rencana Keperawatan



14



Perencanaan keperawatan atau lebih dikenal dengan rencana asuhan keperawatan (Nursing Care Plan ) atau disingkat Renpra ( Rencana Perawatan ) merupakan langkah ketiga dari proses keperawatan. Setelah menetapkan diagnosis keperawatan, kita menyusun rencana tindakan keperawatan sebagai dasar pelaksanaan tindakan / intervensi keperawatan. Renpra tersebut harus didokumentasikan dengan baik sebagai dasar tindakan berikutnya atau dasar penilaian ( Ali, Z, 2010 ). DP I : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (insisi operasi) Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang Kriteria : a. Keluhan nyeri berkurang atau hilang b. Rileks c. Skala nyeri 0 Intervensi : a. Kaji pengalaman nyeri klien, tentukan tingkat nyeri yang dialami. b. Pantau keluhan nyeri klien. c. Observasi tanda vital sesuai data focus (nadi, tensi, pernafasan) d. Beri kesempatan untuk istirahat (terutama bila nyeri timbul), lingkungan yang aman nyaman, menimalisasi stressor e. Ajarkan tindakan penurunan nyeri non invasif : Relaksasi. f. Anjurkan mobilisasi dini/semampu klien.



15



g.iKolaborasi



dengan



dokter



untuk



pemberian



analgetik



dan



kajiefektifitasnya. h. Beri informasi yang akurat untuk mengurangi rasa sakit. DP II : Resiko infeksi berhubungan dengan adanya jalan masuk organisme ke dalam tubuh. Tujuan : Infeksi tidak terjadi Kriteria : a. Tidak tampak tanda-tanda infeksi b. Luka membaik dan kering Intervensi : a. Kaji faktor resiko terhadap infeksi nosokomial b.iKurangi organisme yang masuk ke dalam tubuh : Cuci tangan teknik aseptik dan antiseptik, personal hyegine, teknik steril untuk perawatan luka dan tindakan invasif. c. Kurangi kerentanan terhadap infeksi : Motivasi dan pertahankan masukan kalori dan protein, minimalisasi lamanya tinggal di rumah sakit d. Pantau tanda-tanda infeksi : Demam, demam, urine keruh, drainase purulent, bengkak, keadaan luka. e. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi pencegahan infeksi



16



DP III : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan respon tubuh terhadap aktivitas (kesakitan, perdarahan), keletihan, efek anastesi umum. Tujuan : Aktivitas maksimal dapat terjadi Kriteria : a. Memperlihatkan aktivitas sudah mandiri b. Respon positif terhadap aktivitas(kletihan berkurang). Intervensi : a. Jelaskan batasan aktivitas klien sesuai kondisi b. Tingkatkan aktivitas secara bertahap c. Rencanakan waktu istirahat sesuai jadwal sehari-hari d.iMotivasi peningkatan aktivitas dan beri penghargaan kemajuan yang dicapai. e. Ajarkan metode penghematan energi : a) Luangkan waktu istirahat selama aktivitas (siang hari dan 1 jam setelah makan) b) Istirahat 3 menit setiap selama 5 menit waktu melakukan aktivitas f. Bantu pemenuhan aktivitas yang tidak dapat/tidak boleh dilakukan klien, kalau perlu libatkan keluarga. DP IV : Resiko cedera berhubungan dengan efek anastesi Tujuan : Tidak terjadi cedera/komplikasi Kriteria :



17



a. Tidak ada perlukaan b. Tidak terjadi kebocoran pada bekas tusukan anastesi Intervensi : a. Orientasikan klien terhadap lingkunagn kamarnya b. Jelaskan penggunaan bel c. Ajarkan klien atau lakukan : Bedrest tira baring Minimalisasi resiko : Beri lingkungan yang aman dan anjurkan klien untuk bedrest 24 jam/sesuai indikasi dokter, bantu pemenuhan kebutuhan klien d. Kaji dan monitor : Keluhan klien dan tanda vital 1.5. Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan, melakukan dan diselesaikan. Tahap pelaksanaan perawatan merupakan tindakan dalam memberikan asuhan keperawatan yang dilakukan secara nyata untuk membantu klien mencapai tujuan rencana tindakan yang telah dibuat. Prinsip yang digunakan dalam memberikan tindakan keperawatan adalah cara pendekatan yang efektif dan teknik komunikasi yang terapeutik serta penjelasan untuk setiap tindakan yang dilakukan terhadap klien.



18



1.6. Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk memperbaiki proses



keperawatan



yang



menandakan



seberapa



jauh



diagnosa



keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai ( Nursalam,2010 ). Evaluasi dan penilaian asuhan keperawatan adalah untuk mengetahui keberhasilan atas tindakan yang akan dilaksanakan. Ada dua kemungkinan yang akan terjadi yaitu masalah belum dapat teratasi atau mungkin timbul masalah baru. Evaluasi yang digunakan mencakup dua bagian yaitu evaluasi proses (formatif) dan evaluasi hasil (sumatif). Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilaksanakan secara terus menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi hasil tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan.



19



BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian



yang



digunakan



adalah



deskriptif



dengan



pendekatan survey observasi melalui studi kasus untuk mengetahui gambaran proses penatalaksanaan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan lipoma post operatif.



20



B. Waktu dan Tempat 1. Waktu Penelitian ini Belum dilaksanakan. 2. Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di Ruang Perawatan Bedah RSUD Prof.H.M.Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan. C. Populasi dan Sampel 1.Populasi Populasi



dalam penelitian



ini



adalah



semua perawat



yang



melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. 2.Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien.



D. Definisi operasional dan kriteria objektif 1. Pengkajian adalah tahap pengumpulan data yang dialakukan oleh perawat dengan cara anamnesa dan pemeriksaan fisik. Kriteria Objektif : 1.1 Lengkap : Jika skor hasil observasi ≥ 80 % 1.2 Tidak lengkap : jika skor hasil observasi < 80% (Arikunto, 2010)



21



2. Diagnosa keperawatan adalah penentuan masalah keperawatan pada pasien setelah dilakukan analisa data pada hasil pengkajian keperawatan. Kriteria Objektif : 2.1 Lengkap : Jika skor hasil observasi ≥ 80 % 2.2 Tidak lengkap : jika skor hasil observasi < 80% (Arikunto, 2010) 3. Rencana tindakan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan berdasarkan masalah keperawatan yang diangkat oleh perawat Kriteria Objektif : 3.1 Lengkap : Jika skor hasil observasi ≥ 80 % 3.2 Tidak lengkap : jika skor hasil observasi < 80% (Arikunto, 2010) 4. Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan hasil perencanaan keperawatan yang telah dibuat. Kriteria Objektif : 4.1 Lengkap : Jika skor hasil observasi ≥ 80 % 4.2 Tidak lengkap : jika skor hasil observasi < 80% (Arikunto, 2010) 5. Evaluasi keperawatan adalah penilaian hasil asuhan keperawatan dengan menggunakan format SOAP. Kriteria Objektif : 5.1 Lengkap : Jika skor hasil observasi ≥ 80 % 5.2 Tidak lengkap : jika skor hasil observasi < 80% (Arikunto, 2010) E. Sumber Data



22



1. Data Primer 2. Data Sekunder F. Prosedur Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah



lembar



observasi.



Pengumpulan



data



dilakukan



dengan



cara



mengobservasi perawat saat melakukan asuhan keperawatan pada pasien lipoma post operatif Dan sebagai data pendukung dengan melihat status pasien dan melakukan wawancara pada perawat. G. Analisis Data 1. Pengolahan data Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk memperoleh data atau ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah terhadap dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan (Nursalam, 2008). Pengolahan data dapat dilakukan dengan cara editing, koding, skoring, dan tabulasi. 1.1. Editing Editing



atau



penyuntingan



data



dilakukan



pada



saat



penelitiaan yakni memeriksa semua lembaran observasi yang telah diisi yaitu kelengkapan data,. dan memeriksa keseragaman data. 1.2. Koding



23



Koding atau pengkodeaan pada lembaran observasi, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan mengisi daftar kode yang disediakan pada lembaran observasi, sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan. 1.3. Skoring Setelah melakukan pengkodean maka dilakukan dengan tahap pemberian skor pada lembaran observasi dalam bentuk angka-angka. 1.4. Tabulasi Setelah selesai pembuatan kode selanjutnya dilakukan pengolahan data ke dalam satu table menurut sifat-sifat yang dimiliki yang mana sesuai dengan tujuan penelitiaan ini. 2. Analisis data Analisa ini dilakukan untuk mengetahui jumlah prosentase kejadian dari setiap variabel yang diteliti dengan menggunakan rumus: X = f/n x 100% Keterangan : X = Variabel yang diteliti f = Jumlah item yang dilakukan n = Jumlah seluruh item (Sugiyono, 2008) F. Etika Penelitiaan Dalam melaksanakan penelitiaan khususnya jika menjadi subjek penelitiaan adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia.



24



Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitiaan yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia (Hidayat A, 2009). Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapatkan izin rekomendasi dari institusi pendidikan STIK Avicenna Kampus I Kabupaten Bantaeng. Setelah mendapatkan persetujuaan/rekomendasi kemudian melakukan penelitiaan dengan menekankan masalah etika. 1. Informend koncent Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitiaan, bila responden menolak maka peneliti tidak memaksa dan aklan tetap menghormati hak-hak responden. 2. Anonymity (Tanpa nama) Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden, tetapi lembar diberikan kode. 3. Confidentiality Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompokkelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.