Kti DM [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

EFEKTIFITAS EDUKASI DIABETES MELITUS TERHADAP PENINGKATAN KEPATUHAN DIET DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS WONOGIRI I Karya Tulis Ilmiah Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir Dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III Keperawatan



Disusun Oleh : INDRIYANTO 17014



AKADEMI KEPERAWATAN GIRI SATRIA HUSADA WONOGIRI 2020



i



LEMBAR PERSETUJUAN Studi Kasus dengan judul “EFEKTIFITAS EDUKASI DIABETES MELITUS TERHADAP PENINGKATAN KEPATUHAN DIET DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS WONOGIRI I”



telah diperiksa dan disetujui dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Program DIII Keperawatan Akademi Keperawatan Giri Satria Husada Wonogiri



Disusun Oleh : INDRIYANTO 17014 Pada : Hari



: Jum’at



Tanggal



: 14 Agustus 2020



Mengetahui, Pembingbing I



Pembimbing II



N.P Handono, S.Kep. Ns., M.Kes



Yohanes W.S, S.Kep. Ns., M.Kes



NIDN. 0613057702



NIDN. 0611128601



ii



LEMBAR PENGESAHAN EFEKTIFITAS EDUKASI DIABETES MELITUS TERHADAP PENINGKATAN KEPATUHAN DIET DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS WONOGIRI I



Disusun Oleh : INDRIYANTO 17014 Studi Kasus ini telah diseminarkan dan diujikan Pada tanggal : 14 Agustus 2020



Susunan Tim Penguji : Penguji I



Kristiana Puji.P, S.Kp., M.Kes



(..............................)



NIDN : 0604017202



Penguji II



N.P Handono, S.Kep. Ns., M.Kes



(..............................)



NIDN. 0613057702



Penguji III



Yohanes W.N, S.Kep. Ns., M.Kes NIDN. 0611128601



Mengetahui, Direktur Akper GSH Wonogiri



Kristiana Puji P, S.Kp., M.Kes NIDN. 0604017202



iii



(..............................)



SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR



Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah Sebagai tugas akhir dengan judul :



EFEKTIFITAS EDUKASI DIABETES MELITUS TERHADAP PENINGKATAN KEPATUHAN DIET DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS WONOGIRI I



Merupakan karya saya sendiri (ASLI). Dan isi dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan oleh orang lain atau kelompok lain untuk memperoleh gelar akademis disuatu Institusi Pendidikan, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan/atau diterbitkan oleh orang lain atau kelompok lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.



Wonogiri, 14 Agustus 2020



INDRIYANTO



iv



ABSTRAK



Latar Belakang: Diabetes Mellitus merupakan salah satu prioritas dari Penyakit Tidak Menular yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja insulin, atau keduanya mengakibatkan kerusakan pembuluh darah, jantung, dan ginjal. Diabetes mellitus dapat dikendalikan dengan salah satunya memberikan edukasi diabetes melitus. Tujuan: untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan kepatuhan diet pasien Diabetes Mellitus di Puskesmas Wonogiri I . Metode: metode penelitian ini menggunakan case study research (studi kasus), pengambilan sampel menggunakan sampling purposive dengan jumlah sampel sebanyak 3 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara. Hasil: hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan pengetahuan dan kepatuhan setelah diberikan penyuluhan kesehatan. Kesimpulan: terdapat pengaruh yang bermakna dari pemberian penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan kepatuhan diet pasien Diabetes Mellitus.



Kata kunci : Diabetes Mellitus, Edukasi Diabetes Mellitus, Kepatuhan Diet



v



ABSTRACT Background: Diabetes Mellitus is one of the priorities of Non-Communicable Diseases that occur due to abnormal insulin secretion, insulin performance, or both resulting in damage to blood vessels, heart, and kidneys. Diabetes mellitus can be controlled by one of them providing diabetes mellitus education. Objective: to determine the level of knowledge and dietary compliance of Diabetes Mellitus patients at the Wonogiri I Health Center. Method: this research method uses case study research (case study), sampling using purposive sampling with a sample size of 3 respondents. The instruments used were questionnaires and interviews. Results: The results showed there was an increase in knowledge and compliance after being given health education. Conclusion: there is a significant effect of health education to increase for diet compliance of Diabetes Mellitus patients. Keywords: Diabetes Mellitus, Diabetes Mellitus Education, Diet Compliance



vi



MOTTO



“Jika kamu ingin hidup bahagia, terikatlah pada tujuan, bukan pada orang atau benda” Albert Einstein



“Bekerja keras dan bersikap baiklah. Hal luar biasa akan terjadi” Conan O’Brien



PERSEMBAHAN



vii



Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan kepada : 1. Allah SWT yang telah senantiasa memberikan rahmat, kesehatan dan kelancaran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 2. Ayah dan Ibu yang telah membesarkan dan mendidik dengan penuh cinta kasih serta pengorbanan yang tak terbalaskan. 3. Teman – teman seperjuanganku 4. Almamaterku tercinta Akademi Keperawatan Giri Satria Husada Wonogiri.



viii



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Efektifitas Edukasi Diabetes Mellitus Terhadap Peningkatan Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus di Wonogiri I”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir salah satu syarat kelulusan Prodi DIII Keperawatan Akper Giri Satria Husada Wonogiri. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, pengarahan dan semangat dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Kristiana Puji P, S.Kp., M.Kes, CBWC selaku Direktur Akper Giri Satria Husada Wonogiri. 2. N.P Handono, S.Kep. Ns., M.Kes, CBWC selaku pembimbing I yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis. 3. Yohanes Wahyu N, S.Kep. Ns., CBWC M.Kes, selaku pembimbing II yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis. 4. Seluruh dosen dan staff Akper Giri Satria Husada Wonogiri atas segala bantuan yang telah di berikan. 5. Seluruh mahasiswa Akper Giri Satria Husada Wonogiri atas segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan. Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan baik, semoga proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna bagi semua pihak.



Wonogiri, 14 Agustus 2020



(penulis)



ix



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL........................................................................................i LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................ii LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN............................iv ABSTRAK ......................................................................................................v ABSTRACT.....................................................................................................vi MOTTO ............................................................................................................vii PERSEMBAHAN ...........................................................................................viii KATA PENGANTAR.......................................................................................ix DAFTAR ISI.....................................................................................................x DAFTAR TABEL.............................................................................................xii DAFTAR GAMBAR.......................................................................................xiii DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xiv BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. E.



Latar Belakang................................................................................1 Rumusan Masalah...........................................................................3 Tujuan Studi Kasus.........................................................................3 Manfaat Studi Kasus.......................................................................4 Ruang Lingkup ..............................................................................5



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori................................................................................6 1. Diabetes Mellitus......................................................................6 2. Edukasi.....................................................................................23 3. Kepatuhan Diet.........................................................................28 B. Kerangka Teori...............................................................................33 C. Kerangka Alur Pikir........................................................................34 D. Hasil Penelitian Relevan ................................................................35 BAB III METODOLOGI STUDI KASUS A. B. C. D.



Desain Studi Kasus ........................................................................36 Batasan Istilah ................................................................................36 Tempat dan Waktu Studi Kasus.....................................................36 Subyek Studi Kasus .......................................................................37



x



E. F. G. H. I.



Metode Pengumpulan Data.............................................................37 Instrumen Studi Kasus....................................................................39 Metode Uji Keabsahan Data...........................................................39 Metode Analisa Data......................................................................41 Etika Studi Kasus............................................................................41



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. B. C. D.



Gambaran Lokasi Penelitian...........................................................43 Hasil Penelitian..............................................................................43 Pembahasan ..................................................................................46 Keterbatasan Studi Kasus .............................................................52



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.....................................................................................53 B. Saran..............................................................................................53 DAFTAR PUSTAKA



xi



DAFTAR TABEL



Tabel 2.1



Kriteria Pengendalian Kadar Gula Darah................................13



Tabel 4.1



Karakteristik Jenis Kelamin ....................................................44



Tabel 4.2



Karakteristik Umur ..................................................................44



Tabel 4.3



Karakteristik Lama Menderita .................................................44



Tabel 4.4



Karakteristik Pendidikan .........................................................44



Tabel 4.5



Hasil Kuesioner Kepatuhan .....................................................41



Tabel 4.6



Tingkat Kepatuhan ..................................................................41



Tabel 4.7



Hasil GDS ...............................................................................42



xii



DAFTAR GAMBAR



Gambar 2.2



Kerangka Teori .....................................................................33



Gambar 2.3



Kerangka Alur Pikir...............................................................34



xiii



DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Jadwal Penelitian..................................................................................xvi Surat Rekomendasi Penelitian...............................................................xvii Surat Kesbangpol..................................................................................xviii Surat Persetujuan Responden...............................................................xx Surat Permohonan Responden (Informed Consent) ............................xxi Satuan Acara Penyuluhan (SAP)..........................................................xii Lembar Kuisioner.................................................................................xxx Leaflet...................................................................................................xxxi



xiv



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Diabetes atau dalam bahasa jawa dikenal penyakit kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula dalam darah akibat kekurangan insulin. DM merupakan golongan penyakit kronis akibat adanya gangguan sistem metabolisme tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan (Jamaludin1, 2019). Menurut PERKENI (2015) Diabetes Melitus tergolong penyakit tidak menular yang penderitanya tidak dapat secara otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya (hiperglikemia). Hiperglikemia merupakan salah satu tanda khas penyakit diabetes melitus, meskipun juga didapatkan pada beberapa keadaan lain(Anggraini, 2018). Akibat dari hiperglikemia dapat terjadi komplikasi metabolik akut seperti Ketoasidosis Diabetic (KAD) dan keadaan hiperglikemi dalam jangka waktu panjang berkontribusi terhadap komplikasi neuropatik. Diabetes mellitus juga berhubungan dengan peningkatan kejadian penyakit makrovaskuler seperti MCI dan stroke (Smeltzer & Bare, 2013). Beberapa komplikasi lain yang dapat terjadi yakni, gagal ginjal, jantung, nefropati, retinopati, dan ganggren. Hal ini, tentu juga akan memberikan efek terhadap kondisi psikologis pasien. Menurut Hogan et all (2010), dampak DM terhadap kehidupan dan kesehatan merupakan hal yang perlu dipertimbangkan dan hal-hal kecil secara signifikan dapat berkembang dengan cepat terhadap pasien- pasien DM yang dapat menimbulkan kecacatan dengan merusak fungsi tubuh individu dan kualitas hidupnya sehingga memberikan dampak negatif terhadap kualitas dan lama hidup(Ni Wayan Trisnadewi, I Made Sudarma Adiputra, 2016) Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat



2



prevalensi global penderita DM pada tahun 2012 sebesar 8,4 % dari populasi penduduk dunia, dan mengalami peningkatan menjadi 382 kasus pada tahun 2013. IDF memperkirakan pada tahun 2035 jumlah insiden DM akan mengalami peningkatan menjadi 55% (592 juta) di antara usia penderita DM 40-59 tahun (Rosadi, 2010). Indonesia menempati urutan ke 4 dalam jumlah penyandang DM sedangkan urutan diatasnya adalah India, China, Amerika serikat.Temuan tersebut merupakan salah satu pembuktian bahwa masalah DM sangat serius (Noor Ali Jufriyanto1, 2018). Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), jumlah penderita DM (diabetes) di Indonesia di- perkirakan akan meningkat dari 8,4 juta diabetes pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta diabetes pada tahun 2030. Data Riskesdas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi diabetesi di Indonesia dari 1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,1% pada tahun 2013 (Farida Nur Isnaeni1, Khairunnisa Nadya Risti2, Hernie Mayawati3, 2018). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2014 Diabetes Mellitus menempati urutan ke 2 dari 12 penyakit yang tidak menular (PTM) di Jawa Tengah yaitu sebanyak 95.342 (14,96%) jiwa dari jumlah 620.293 jiwa (Rosadi, 2010). Penatalaksanaan diabetes mellitus dikenal 4 pilar utama pengelolaan yaitu: edukasi, perencanaan makan, latihan jasmani, dan obat hipoglikemik. Terapi gizi merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan diabetes melitus. Kepatuhan pasien terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan merupakan salah satu kendala pada pasien diabetes. Penderita diabetes banyak yang merasa tersiksa sehubungan dengan jenis dan jumlah makanan yang dianjurkan (Essy H. dalam Hudani S. K., 2015). Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek dari indra yang dimilikinya. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba dengan sendiri. Pengetahuan penderita tentang diabetes melitus merupakan sarana yang dapat membantu



3



penderita menjalankan penanganan diabetes selama hidupnya sehingga semakin banyak dan semakin baik penderita mengerti tentang penyakitnya semakin mengerti bagaimana harus mengubah perilakunya dan mengapa hal itu diperlukan (Waspadji , 2010). Bila seorang pasien mempunyai pengetahuan tentang risiko terjadinya komplikasi diabetes, maka pasien akan dapat memilih alternatif yang terbaik bagi dirinya dan cenderung memperhatikan hal-hal yang penting tentang perawatan diabetes melitus seperti pasien akan melakukan pengaturan pola makan yang benar, berolah raga secara teratur, mengontrol kadar gula darah dan memelihara lingkungan agar terhindar dari benda-benda lain yang dapat menyebabkan luka (Ni Wayan Trisnadewi, I Made Sudarma Adiputra, 2016). Edukasi diabetes merupakan pendidikan mengenai pengetahuan dan ketrampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan mengubah perilaku untuk meningkatkan pemahaman klien akan penyakitnya. Kepatuhan diet merupakan salah satu dari 4 pilar penatalaksanaan diabetes melitus. Kepatuhan diet dipengaruhi oleh motivasi diri dan dari luar diri (ekstrinsik) seperti dukungan keluarga, lingkungan, sosial akan membentuk suatu harapan yang mempengaruhi motivasi sehingga menghasilkan sikap atau perilaku kepatuhan dalam diet yang akan bertahan lama dan continue (Khairunnisa, dkk. 2017). Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik mengambil studi kasus tentang



Efektifitas



Edukasi



Diabetes



Terhadap



Peningkatan



Kepatuhan



Pengaturan Diet Pada Diabetes Melitus B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada studi kasus ini adalah “Bagaimana upaya untuk meningkatkan kepatuhan pengaturan diet pada penderita Diabetes Mellitus?” C. Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan Umum



4



Mengetahui penatalaksanaan asuhan keperawatan melalui pendidikan kesehatan tentang kepatuhan diet pada penderita Diabetes Mellitus . 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui Pengkajian keperawatan tingkat kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus b. Mengetahui Diagnosa keperawatan yang muncul pada penderita diabetes mellitus c. Mengetahui Intervensi keperawatan pada penderita diabetes mellitus d. Mengetahui Implementasi keperawatan pada penderita diabetes mellitus e. Mengetahui Evaluasi keperawatan pada penderita diabetes mellitus D. Manfaat Studi Kasus 1. Manfaat Teoritis Menambah ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kepatuhan pengaturan diet pada penderita diabetes mellitus 2. Manfaat Praktis Upaya peningkatan pengetahuan dan wawasan bagi penulis dan responden tentang upaya peningkatan edukasi diet terhadap kepatuhan pengaturan diabetes mellitus serta sebagai bahan masukan pelaksanaan proses belajar mengajar bagi keperawatan maternitas baik bagi institusi maupun profesi yaitu : a. Bagi Pasien Setelah dilakukan penelitian atau pengkajian diharapkan pengetahuan pasien diabetes mellitus akan mengalami peningkatan dalam pengelolaan diet diabetes mellitus. b. Bagi Peneliti Memberikan wawasan serta dapat mengetahui bagaimana pendapat masyarakat penderita diabetes mellitus yang belum mengetahui tentang edukasi diet diabetes mellitus. c. Bagi Intitusi Pendidikan



5



Memberikan referensi tentang keperawatan medikal bedah, serta dapat



digunakan



sebagai



pengetahuan



dan



wacana



tentang



perkembangan ilmu keperawatan medikal bedah khususnya pada penyakit diabetes mellitus. d. Bagi Profesi Memberikan wawasan bagi profesi atau tenaga kesehatan lainnya dalam melakukan peningkatan pengetahuan terhadap kepatuhan diet diabetes mellitus. e. Instalasi Pelayanan Kesehatan Sebagai bahan masukan dan evaluasi yag diperlukan dalam peningkatan pengetahuan terhadap kepatuhan diet diabetes mellitus. E. Ruang Lingkup Penelitian ini dilakukan secara case study research (studi kasus) dengan pendekatan asuhan keperawatan. Akan dilakukan pada 3 responden dengan kriteria yang mengalami diabetes mellitus selama kurang lebih satu tahun. Materi mengenai gambaran pola diet pada penderita diabetes mellitus. Penelitian akan dilakukan pada 20 Februari 2020 di Puskesmas Wonogiri I. F. Keaslian Penelitian Keaslian penelitian ini berdasarkan pada beberapa penelitian terdahulu yang mempunyai karakteristik yang relatif sama dalam hal tema kajian, meskipun berbeda dalam hal kriteria subjek, jumlah dan posisi variabel penelitian atau metode analisis yang digunakan. Berikut ini merupakan jurnl yang digunakan acuan peneliti dalam melakukan penelitian : 1. Hasil penelitian oleh Anggraini Nofa, yang berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan Diet Diabetes Mellitus Dengan



Kepatuhan Diet Pada



Penderita Diabetes Melitus. 2. Hasil penelitian oleh Jamaludin yang berjudul Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pada Penderita DM Di Ruang Poliklinik RS Sunan Kudus



6



3. Hasil penelitian oleh Ni Wayan Trisnadewi, I Made Sudarma Adiputra, Ni Kadek Mitayanti yang berjudul Gambaran Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus ( DM ) Dan Keluarga Tentang Manajemen DM Tipe 2 4. Hasil penelitian Pujiaty, Rizky Meta yang berjudul Gambaran Pola Diet Pada Klien Diabetes Mellitus 5. Hasil penelitian P, Dyah Restuning yang berjudul Efektifitas Edukasi Diabetes dalam Meningkatkan Kepatuhan Pengaturan Diet pada Diabetes Melitus Tipe 2



7



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Diabetes Mellitus a. Pengertian



Diabetes



mellitus



merupakan



suatu



penyakit



yang



disebabkan oleh jumlah hormone insulin yang tidak mencukupi atau tidak dapat bekerja secara normal, padahal hormin ini memiliki peran utama dalam mengatur kadar glukosa didalam darah. Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gangguan metabolic yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduannya (Brunner & Suddarth, 2014). Diabetes mellitus yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus- menerus dan bervariasi, terutama setelah makan (Bilous, 2014). DM merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan timbulnya hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, dan atau peningkatan



resistensi



insulin



seluler



terhadap



insulin.



Hiperglikemia kronik dan gangguan metabolik DM lainnya akan menyebabkan kerusakan jaringan dan organ, seperti mata, ginjal, syaraf, dan sistem vaskular (Ratnasari, 2019). Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi normal. Insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas sangat al (non diabetes) waktu puasa antara 60-120 mg/dL dan penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah yaitu untuk orang normal dua jam sesudah makan dibawah 140 mg/dL. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, keseimbangan tersebut akan terganggu sehingga kadar glukosa darah cenderung naik. Gejala bagi penderita diabetes



7



mellitus adalah dengan keluhan keluhan banyak minum (polidipsi), banyak makan (poliphagia), banyak buang air kecil (poliuri), badan lemas serta penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya, kadar gula darah pada waktu puasa ≥126 mg/dL dan kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dL (Badawi dalam Apriyanti R., 2012). b. Tanda Gejala



Pada umumnya gejala awal pengidap diabetes mellitus sebagai berikut. a. Rabun mata atau berkurang fungsi penglihatan tanpa sebab yang jelas dan tiba-tiba. b. Sering buang air kecil dan ekskresi urine juga lebih banyak atau polyuria. c. Mengalami rasa mudah lelah dalam beraktivitas. d. Cepat dahaga atau haus yang berlebihan. e. Penurunan berat badan secara drastis. f. Sering merasakan kesemutan pada syaraf kaki dan telapak tangan. g. Apa bila terjadi luka maka masa penyembuhannya lambat. h. Adanya gangguan pada organ seksual, misalnya gangguan ereksi pada pria dan keputihan pada wanita.(Khusnul Khotimah, 2014). Sementara itu, penyabab umum diabetes mellitus antara lain : a. Adanya riwayat keluarga yang mengidap diabetes mellitus. b. Konsumsi gula putih secara berlebihan, yaitu melebihi 8 sendok makan per hari. c. Konsumsi aneka junk food, minuman siap saji misalnya soft drink, aneka jus buah kemasan yang mengandung berbagai jenis pemanis buatan seperti aspartam, fruktosa, dan lain-lain sejenisnya secara berlebihan dan terus-menerus.



8



d. Kurangnya aktivitas fisik, misalnya terlalu lama menonton televisi, bermalas-malasan, dan kurang berolahraga.. e. Obesitas karena gaya hidup yang tidak sehat dan pola konsumsi yang buruk, sehingga lemak dan kolesterol menumpuk. f. Kurangnya waktu tidur sebab keseimbangan alami tubuh terganggu. Menurut Prof. Philippe Froguel, seorang profesor dari Imperial College London, kontrol gula darah adalah salah satu dari banyak proses yang diatur jam biologis tubuh. Oleh karena itu, kebiasaan begadang dan tidur malam memang terbukti tidak baik untuk kesehatan. Penelitian terbaru yang dipublikasikan oleh Nature Genetics, mengatakan bahwa gejala diabetes sudah muncul pada saat pasien mengalami gangguan tidur selama tiga kali berturut-turut (Khusnul Khotimah, 2014). c. Klasifikasi Diabetes Mellitus Klasifikasi diabetes melitus menurut Smeltzer et al, (2013) ada 3 yaitu: a. Tipe 1 (Diabetes melitus tergantung insulin) Sekitar 5% sampai 10% pasien mengalami diabetes tipe 1. Diabetes melitus tipe 1 ditandai dengan destruksi sel-sel beta pankreas akibat faktor genetik, imunologis, dan juga lingkungan. DM tipe 1 memerlukan injeksi insulin untuk mengontrol kadar glukosa darah. b. Tipe 2 (Diabetes melitus tak – tergantung insulin) Sekitar 90% sampai 95% pasien mengalami diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2 disebabkan karena adanya penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah insulin yang diproduksi. c. Diabetes mellitus gestasional Diabetes gestasional ditandai dengan intoleransi glukosa yang muncul selama kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga. Risiko diabetes



9



gestasional disebabkan obesitas, riwayat pernah mengalami diabetes gestasional, glikosuria, atau riwayat keluarga yang pernah mengalami diabetes. d. Manifestasi Klinis Menurut (Digiulio, M., Jackson D., 2014) manifestasi klinis diabetes mellitus meliputi : 1) Tipe 1 a) Serangan cepat karena tidak ada insulin yang diproduksi. b) Nafsu makan meningkat (polyphagia) karena sel-sel kekurangan energi, sinyal bahwa tubuh perlu makan yang banyak. c) Haus meningkat (polydipsia) karena tubuh berusaha membuang glukosa d) Urinasi meningkat (polyuria) karena tubuh berusaha membuang glukosa. e) Berat badan turun karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel. f) Sering infeksi karena bakteri hidup dari kelebihan glukosa. g) Penyembuhan tertunda/ lama karena naiknya kadar glukosa di dalam dara menghalangi proses kesembuhan. 2) Tipe 2 a) Serangan lambat karena sedikit insulin diproduksi. Haus meningkat (polydipsia) karena tubuh membuang glukosa. b) Urine meningkat (polyuria) karena tubuh berusaha membuang glukosa. c) Infeksi kandida karena bakteri hidup dari kelebihan glukosa. d) Penyembuhan tertunda/lama karena naiknya kadar glukosa di dalam darah menghalangi proses kesembuhan. 3) Gestatioal a) Asimtomatik.



10



b) Beberapa pasien mungkin mengalami haus yang meningkat (polydipsia) karena tubuh berusaha membuang glukosa. e. Faktor Risiko Diabetes Mellitus Sudah lama diketahui bahwa diabetes merupakan salah satu penyakit yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya secara genetik. Bila orang tua menderita diabetes, maka anak-anaknya akan menderita diabetes, tetapi faktor keturunan saja tidak cukup, diperlukan adanya faktor pencetus atau faktor risiko seperti pola makan yang salah, gaya hidup, aktifitas kurang gerak, infeksi dan lain – lain. Secara garis besar faktor risiko diabetes dikelompokkan menjadi 2 yaitu : a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (unmodifable risk factors) 1)



Umur Suiraoka dalam Mardhiyah (2014 )mengemukakan bahwa umur merupakan faktor pada orang dewasa, dengan semakin



bertambahnya



umur



kemampuan



jaringan



mengambil glukosa darah semakin menurun. Penyakit ini lebih banyak terdapat pada orang berumur di atas 40 tahun daripada orang yang lebih muda. 2) Keturunan Diabetes mellitus bukan penyakit menular tetapi diturunkan. Namun bukan berarti anak dari kedua orang tua yang diabetes pasti akan mengidap diabetes juga, sepanjang bisa menjaga dan menghindari faktor risiko yang lain. Sebagai faktor risko secara genetik yang perlu diperhatikan apabila kedua atau salah seorang dari orang tua, saudara kandung, anggota keluarga dekat mengidap diabetes. Pola genetik yang kuat pada diabetes mellitus tipe 2 seseorang



11



yang memiliki saudara kandung mengidap diabetes tipe 2 memiliki risiko yang jauh lebih tinggi menjadi pengidap diabetes.uraian di atas telah mengarahkan kesimpulanbahwa risiko diabetes tersebut adalah kondisi keturunan. 3) Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan (BB) lahir >4000 gram atau riwayat pernah menderita DM gestasional (DMG). 4) Riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) ( 250 mg/dl). Dislipidemia pada DM lebih meningkatkan



timbulnya



penyakit



kardiovaskuler.



Gambaran dislipidemia yang sering didapatkan pada penderia DM adalah peningkatan trigliserida (>250 mg/dl) dan penurunan kadar kolesterol HDL (130 >200 >25 >140/9



3) Untuk pasien berumur >60 tahun, sasaran kadar glukosa darah lebih tinggi dari pada biasa (puasa 140 mg/dl (7,8 mmol/L)



15



c) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengonsumsi 75gr karbohidrat (2jam post prandial(pp) >200 mg/dl. 6) Tes Saring Tes-tes saring pada DM adalah : a) GDP, GDS b) Tes glukosa urine 7) Tes Diagnostik Tes-tes diagnostik pada DM adalah : GDP, GDS, GD2PP (Glukosa Darah 2 Jam Post Prandial) 8) Tes Monitoring Terapi Tes-tes monitoring terapi DM adalah : a) GDP : plasma vena, darah kapiler b) GD 2 PP : plasma vena c) Alc : darah vena, darah kapiler 9) Tes untuk mendeteksi komplikasi a) Mikroalbuminuria : urine b) Ureum, kreatinin, asam urat c) Kolesterol total : plasma vena (puasa) d) Kolesterol LDL : plasma vena (puasa) e) Kolesterol HDL : plasma vena (puasa) f) Trigliserida : plasma vena (puasa) g. Patofisiologi 1) Patofisiologi diabetes tipe 1 Pada DM tipe 1, sistem imunitas menyerang dan menghancurkan sel yang memproduksi insulin beta pankreas (ADA, 2014). Kondisi tersebut merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan ditemukannya anti insulin atau antibodi sel anti- islet dalam darah (WHO, 2014). National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK) tahun 2014 menyatakan bahwa autoimun menyebabkan infiltrasi limfositik



16



dan kehancuran islet pankreas. Kehancuran memakan waktu tetapi timbulnya penyakit ini cepat dan dapat terjadi selama beberapa hari sampai minggu. Akhirnya, insulin yang dibutuhkan tubuh tidak dapat terpenuhi karena adanya kekurangan sel beta pankreas yang berfungsi memproduksi insulin. Oleh karena itu, diabetes tipe 1 membutuhkan terapi insulin, dan tidak akan merespon insulin yang menggunakan obat oral. 2) Patofisiologi diabetes tipe 2 Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan insulin namun tidak mutlak. Ini berarti bahwa tubuh tidak mampu memproduksi insulin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan yang ditandai dengan kurangnya sel beta atau defisiensi insulin resistensi insulin perifer (ADA, 2014). Resistensi insulin perifer berarti terjadi kerusakan pada reseptor-reseptor insulin sehingga menyebabkan insulin menjadi kurang efektif mengantar pesan-pesan biokimia menuju sel-sel (CDA, 2013). Dalam kebanyakan kasus diabetes tipe 2 ini, ketika obat oral gagal untuk merangsang pelepasan insulin yang memadai, maka pemberian obat melalui suntikan dapat menjadi alternatif. 3) Patofisiologi diabetes gestasional Gestational diabetes terjadi ketika ada hormon antagonis insulin yang berlebihan saat kehamilan. Hal ini menyebabkan keadaan resistensi insulin dan glukosa tinggi pada ibu yang terkait dengan kemungkinan adanya reseptor insulin yang rusak (NIDDK, 2014 dan ADA, 2014). h. Pencegahan Menurut (Smeltzer, 2017)bagi pasien obesitas (khususnya yang menyandang diabetes tipe 2 ), penurunan berat badan adalah kunci untuk menangani diabetes dan merupakan faktor preventif utama munculnya penyakit ini. Menurut (Sudoyo, 2010)pencegahan pada diabetes melitus ada 3 jenis :



17



1) Pencegahan primer, semua aktivitas yang ditujukan untuk pencegahan timbulnya hiperglikemia pada individu yang berisiko untuk jadi diabetes. 2) Pencegahan sekunder, menemukan pengidap DM sedini mungkin, misalnya dengan tes penyaringan terutama pada populasi berisiko tinggi. 3) Pencegahan tersier, semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan akibat komplikasi. Usaha ini meliputi : a) Mencegah timbulnya komplikasi b) Mencegah progresi dari pada komplikasi itu supaya tidak menjadi kegagalan organ c) Mencegah kecacatan tubuh i. Komplikasi Komplikasi dari diabetes mellitus menurut Smeltzer et al, (2013) dan Tanto et al, (2014) diklasifikasikan menjadi komplikasi akut dan komplikasi kronik. Komplikasi akut terjadi karena intoleransi glukosa yang berlangsung dalam jangka waktu pendek yang mencakup: a. Hipoglikemia Hipoglikemia adalah keadaan dimana glukosa dalam darah mengalami penurunan dibawah 50 sampai 60 mg/dL disertai dengan gejala pusing,gemetar, lemas, pandangan kabur, keringat dingin, serta penurunan kesadaran. b. Ketoasidosis Diabetes (KAD) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan asidosis metabolic akibat pembentukan keton yang berlebih. c. Sindrom nonketotik hiperosmolar hiperglikemik (SNHH) Suatu keadaan koma dimana terjadi ganagguan metabolisme yang menyebabkan kadar glukosa dalam darah sangat tinggi, menyebabkan dehidrasi hipertonik tanpa disertai ketosis serum. Komplikasi kronik menurut Smeltzer et al, (2013) biasanya terjadi pada pasien yang menderita diabetes mellitus lebih dari 10 – 15 tahun. Komplikasinya mencakup:



18



a. Penyakit makrovaskular (Pembuluh darah besar): biasanya penyakit ini memengaruhi sirkulasi koroner, pembuluh darah perifer, dan pembuluh darah otak. b. Penyakit mikrovaskular (Pembuluh darah kecil): biasanya penyakit ini memengaruhi mata (retinopati) dan ginjal (nefropati); kontrol kadar gula darah untuk menunda atau mencegah komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular. c. Penyakit neuropatik: memengaruhi saraf sensori motorik dan otonom yang mengakibatkan beberapa masalah, seperti impotensi dan ulkus kaki. j. Penatalaksanaan Medis Menurut Amin (2016), penatalaksanaan bagi penderita Diabetus mellitus : a. Berikan insulin b. Berikan hipoglikemia c. Lakukan olahraga (senam kaki diabetik, latihan kebugaran dan lari kecil)



secara rutin dan pertahankan berat badan yang ideal.



d. Kurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan karbohidrat. e. Jangan mengurangi jadwal makanan atau menunda waktu makan karena hak ini akan menyebabkan fluktuasi (ketidak stabilan) kadar gula darah. f. Pelajari mencegah infeksi : kebersihan kaki, hindari perlukaan. g. Banyak konsumsi makanan yang banyak mengandung seratin seperti sayuran dan sereal. Hindari konsumsi makanan tinggi lemak dan yang mengandung banyak kolestrol LDL, antara lain : daging merah, produk susu, kuning telur, mentega, saus salad, dan makanan pencuci mulut berlemak lainya.



19



k. Penatalaksanaan Nutrisi 1) Tujuannya adalah untuk mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah dan tekanan darah dalam kisaran normal (atau seaman mungkin mendekati normal) dan profil lipid dan lipoprotein yang menurunkan risiko penyakit vaskular;mencegah atau



setidaknya



memperlambat; munculnya komplikasi kronik; memenuhi kebutuhan nutrisi individu; dan menjaga kepuasan untuk makan hanya pilihan makanan



yang



terbatas



ketika



bukti



ilmiah



yang



ada



mengindikasikan demikian. 2) Rencana makan harus mempertimbangkan pilihan makanan pasien, gaya hidup, waktu biasanya pasien makan, dan latar belakang etnis serta budaya pasien. 3) Bagi pasien yang membutuhkan insulin untuk membantu mengontrol kadar gula darah, diperlukan konsistensi dalam mempertahankan jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi pada setiap sesi makan. 4) Edukasi awal membahas pentingnya kebiasaan makan yang konsisten, keterkaitan antara makanan dan insulin, dan penetapan rencana makan individual. Selanjutnya, edukasi lanjutan berfokus pada keterampilan manajemen, seperti makam di restoran, membaca label makanan, dan menyesuaikan atau mengatur rencana makan untuk berolahraga, kondisi sakit, dan acara-acara khusus. l. Asuhan Keperawatan Asuhan keperawatan menurut (Padila, 2012) : 1) Pengkajian a) Riwayat kesehatan keluarga, adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien. b) Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya, berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah



20



teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya. c) Aktivitas atau istirahat, letih, lemah, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus otot menurun. d) Sirkulasi Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah. e) Integritas ego Stres, ansietas f) Eliminasi Perubahan pola berkemih (poliuria, nokturia, anuria), diare g) Makanan atau cairan Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik. h) Neurosensori Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia, gangguan penglihatan. i) Nyeri atau kenyamanan Abdomen tegang, nyeri (sedang/berat) j) Pernapasan Batuk dengan atau tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi/tidak) k) Keamanan Kulit kering, gatal, ulkus kulit. 2) Masalah Keperawatan a) Risiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan b) Kekurangan volume cairan c) Gangguan integritas kulit d) Risiko terjadi injuri 3) Intervensi



21



a) Risiko



tinggi



gangguan nutrisi



: kurang dari



kebutuhan



berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak. Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi Kriteria Hasil : (1)Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat. (2)Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya. (3)Mual dan muntah pasien berkurang sampai hilang. (4)Gula darah dalam batas normal dan terkontrol (5)TTV dalam keadaan normal (6)Ansietas menurun Intervensi : (1)Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi. (2)Tentukan program diet dan pola makan pasien dan dibandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien. (3)Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi. (4)Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral. (5)Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai indikasi. (6)Motivasi klien untuk oral hygine sebelum dan setelah makan. (7)Anjurkan klien segera makan saat hidangan makanan masih hangat dan tentunya makan sesuai dengan porsi yang telah ditetapkan oleh ahli gizi. (8)Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah, pemberian insulin, dan dengan ahli diet. (9)Penyuluhan kesehatan tentang diet diabetes melitus.



22



b) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik. Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi. Kriteria Hasil : Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluran urine tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal. Intervensi : (1)Pantau tanda-tanda vital, nadi tidak teratur dan catat adanya perubahan TD ortostatik. (2)Pantau pola napas seperti adanya pernapasan kusmaul. (3)Kaji frekuensi dan kualitas pernapasan, penggunaan otot bantu napas. (4)Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa. (5)Pantau input dan output. (6)Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung. (7)Catat hal-hal seperti mual, muntah, dan distensi lambung. (8)Kolaborasi dengan memberikan terapi cairan normal, pantau pemeriksaan laboratorium. c) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik. Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan. Kriteria Hasil : Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi. Intervensi : (1)Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, adanya push, edema, dan discharge.



23



(2)Kaji frekuensi ganti balut (3)Kaji tanda vital (4)Kaji adanya nyeri dan infeksi (5)Lakukan perawatan luka dengan teknik steril (6)Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi (7)Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi d) Risiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan. Tujuan : pasien tidak mengalami injury Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury. Intervensi : (1)Hindarkan lantai yang licin (2)Gunakan bed yang rendah (3)Orientasikan klien dengan waktu, tempat, dan ruangan (4)Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi (5)Motivasi klien untuk menggunakan alat bantu atau penyanggah tubuh ketika berjalan. B. Edukasi a) Pengertian Edukasi Edukasi



merupakan



proses



interaksi



pembelajaran



yang



direncanakan untuk mempengaruhi sikap serta ketrampilan orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga melakukan apa yang diharapkan pendidik. Edukasi juga merupakan upaya penambahan pengetahuan baru, sikap dan ketrampilan melalui penguatan praktik dan pengalaman tertentu (Potter & Perry, 2011). Dalam edukasi, perawat memberikan informasi kepada klien yang membutuhkan perawatan diri untuk memastikan kontinuitas pelayanan dari rumah sakit ke rumah (Potter & Perry, 2011). Peran perawat sebagai educator dimana pembelajaran merupakan health education yang berhubungan dengan semua tahap kesehatan dan



24



tingkat pencegahan. Perawat harus mampu memberikan edukasi kesehatan dalam pencegahan penyakit, pemulihan, penyusunan program health education serta memberikan informasi yang tepat tentang kesehatan. Agar perawat dapat bertindak sesuai perannya sebagai educator pada pasien dan keluarga, maka perawat harus memiliki pemahaman terhadap prinsipprinsip pengajaran dan pembelajaran (Bastable, 2014). Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Wong, et al (1997) menyimpulkan bahwa intervensi edukasi telah meningkatkan pengetahuan tentang diabetes melitus dan pemeliharaan diri penderita diabetes melitus, yang berdampak terhadap jaminan kesehatan penderita diabetes melitus jangka panjang dalam mempertahankan kadar glukosa darah dalam batasbatas mendekati normal (Hariono, 2012). b) Tujuan Edukasi Tujuan pemberian edukasi diantaranya adalah pemeliharaan dan promosi kesehatan serta pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan beradaptasi dengan gangguan fungsi (Potter & Perry, 2010). Bidang pembelajaran dalam edukasi meliputi pembelajaran kognitif, afektif dan psikomotor (Potter & Perry, 2010). Menurut Edelman dan Mandle (2002) dalam Widiastuti (2012) tujuan edukasi kesehatan adalah membantu individu mencapai tingkat kesehatan yang optimal melalui tindakannya sendiri. Salah satu lingkup edukasi adalah edukasi kesehatan yang diberikan untuk pasien. Edukasi pasien dipengaruhi oleh harapan, pengetahuan, serta kebutuhan pasien terhadap edukasi (Johansson dkk, 2010). Edukasi diberikan kepada pasien dan keluarga sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat untuk memperbaiki kesehatannya. Edukasi pasien adalah bagian integral dari asuhan keperawatan (Adams dalam Delaune, 2012). c) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Edukasi Menurut Guilbert dalam Nursalam (2012), keefektifan pasien dalam edukasi dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor materi, lingkungan, instrumen, dan faktor individu sebagai subyek belajar.



25



Faktor materi dalam hal ini adalah hal yang dipelajari menentukan proses dan hasil belajar, misalnya belajar pengetahuan dan sikap atau ketrampilan akan menentukan perbedaan proses belajar. Faktor lingkungan dalam hal ini dikelompokkan menjadi dua yaitu : lingkungan fisik antara lain terdiri atas suhu, kelembapan udara, dan kondisi tempat belajar serta lingkungan sosial, yaitu manusia dengan segala



interaksinya



serta



representasinya



seperti



keramaian



atau



kegaduhan. Faktor instrumen dalam edukasi terdiri dari perangkat keras (hardware) seperti perlengkapan belajar alat-alat peraga dan perangkat lunak (software) seperti kurikulum (dalam pendidikan formal), pengajaran atau fasilitator belajar, serta metode belajar mengajar, metode untuk belajar pengetahuan lebih baik digunakan metode ceramah, sedangkan untuk belajar sikap, tindakan, atau ketrampilan lebih baik digunakan metode diskusi kelompok, demonstrasi, bermain peran (role play), atau metode permainan (Guilbert dalam Nursalam, 2012). d) Metode Edukasi Metode dalam pelaksanaan edukasi juga ikut berperan penting. Metode edukasi yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan dan sasaran pembelajaran. Metode edukasi dapat dibagi menjadi 3 yaitu metode edukasi untuk individual, metode edukasi untuk kelompok, dan metode edukasi untuk massa (Widiastuti, 2012). Menurut (Wong et al; 1997 dalam Hariono, 2015), edukasi dapat dilakukan secara perorangan dengan menggunakan buku panduan pendidikan penyakit diabetes melitus, ceramah, pemutaran video dan pameran makanan. Metode edukasi individu/perorangan digunakan untuk memotivasi perilaku baru atau membina individu agar tertarik kepada suatu



perubahan



perilaku



atau



inovasi,



bentuk



pendekatan



ini



menggunakan bimbingan dan penyuluhan (Giudance and Councelling), pada metode pendekatan ini terjadi kontak antara perawat dengan pasien



26



lebih



intensif,



pasien



dibantu



dalam



menyelesaikan



masalahnya



(Notoatmodjo, 2010). Penggunaan wawancara (interview) juga dilakukan pada edukasi individu, pada metode ini terjadi dialog antara perawat dan pasien dalam upaya merubah perilaku sehat. Metode kedua adalah metode edukasi kelompok yaitu perlu memperhatikan besarnya kelompok sasaran dan tingkat pendidikan sasaran, metode yang biasa diterapkan adalah ceramah yang lebih cepat digunakan untuk kelompok besar, diskusi lebih cepat untuk kelompok kecil, kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi, serta curah pendapat (brain storming) yaitu berupa modifikasi metode diskusi, pada metode ini peserta diberikan satu masalah dan kemudian curah pendapat (Notoatmodjo, 2010). Penelitian yang dilakukan Shrader et al (2013), Wulp et al (2012), Liu et al (2013), Heilser et al (2010) menemukan bahwa program edukasi pada pasien diabetes yang dilakukan secara kelompok efektif dalam pengontrolan kadar gula darah, hemoglobin, A1C, tekanan darah sistolik, berat badan, pengobatan, dan pengetahuan tentang diabetes. Rickheim et al (2011) meneliti pengaruh program edukasi yang disampaikan secara individu dan berbasis kelompok, dengan sampel 170 penderita diabetes melitus tipe 2. Kedua kelompok diintervensi selama empat sesi. Pendidikan tersebut diberikan sesuai dengan kurikulum standar pada kedua kondisi. Intervensi yang diberikan berkaitan dengan pendidikan, sikap, kualitas hidup dan penyesuaian psikososial. Secara keseluruhan, pendidikan yang dilakukan secara kelompok dan individu efektif meningkatkan perawatan mandiri pasien diabetes yang didalamnya termasuk pengaturan makan/diet, dengan pendekatan secara kelompok lebih unggul dalam meningkatkan kontrol glikemik dibandingkan dengan pendekatan secara individu. Semua studi yang membandingkan pemberian program edukasi secara individu dan secara kelompok, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang jelas dalam hasil penelitian. Namun, beberapa data mendukung hipotesis bahwa program edukasi yang



27



dilakukan dengan kelompok biayanya lebih murah, kepuasan pasien lebih besar, dan sedikit lebih efektif untuk perubahan perilaku dan gaya hidup seperti diet dan aktivitas fisik. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Vatankhah, dkk (2012) yang menyatakan bahwa edukasi pada penderita dengan diabetes melitus lebih efektif dilakukan dengan bertatap muka langsung face-toface selama 20 menit. Dalam penelitiannya ia menemukan penderita dengan diabetes melitus tipe 2 yang dilakukan edukasi secara face-to-face lebih terdapat peningkatan pengetahuan dan praktek tentang perawatan kaki diabetik. e) Media Edukasi Selain menggunakan metode yang tepat, sebagai intervensi yang tersrtuktur,



maka



edukasi



membutuhkan



persiapan



media



dalam



pelaksanaannya sehingga dapat meningkatkan efektifitas edukasi. Secara umum orang mempergunakan tiga metode dalam belajar yaitu visual, auditory, kinesthetic (Gunarya, 2006 dalam Widiatuti, 2012). Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa indra yang sering terlibat adalah pendengaran, penglihatan dan perabaan, tetapi dari ketiganya, indra penglihatan adalah yang paling dominan. Mata adalah indera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak yaitu sekitar 75% sampai 87 % sedangkan melalui yang lainnya sekitar 13% sampai 25% (Notoatmodjo, 2011). Oleh karena itu media edukasi yang utama adalah yang bisa dilihat. Media tersebut adalah berupa media cetak (booklet, leaflet, flip chart, poster, tulisan), media elektronik (televisi, slide, film), media papan/billboard (Notoatmodjo, 2011). Media edukasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa Booklet. Booklet merupakan media untuk menyampaikan pesan kesehatan dalam bentuk buku kecil yang terdiri tidak lebih dari 24 lembar, baik berupa tulisan maupun gambar. Isi booklet harus jelas, tegas, dan mudah dimengerti. Ukuran booklet biasanya bervariasi mulai dari tinggi 8 cm sampai 13 cm. Booklet sering digunakan sebagai salah satu pilihan media



28



promosi atau edukasi kesehatan karena booklet memiliki beberapa kelebihan yaitu informasi yang disampaikan dalam booklet dapat lebih terperinci dan jelas sehingga lebih banyak hal yang bisa diulas tentang informasi yang disampaikan, booklet dapat disimpan lama. Sasaran booklet adalah masyarakat yang dapat membaca. Sasaran dapat menyesuaikan diri dan belajar mandiri, isi dapat dicetak kembali, booklet merupakan media cetak sehingga biaya yang dikeluarkan lebih murah dibandingkan dengan menggunakan media audio visual, mudah dibawa dan dapat dibaca kembali jika pembaca lupa tentang informasi yang terdapat di dalam booklet (Suiraoka dan Supariasa, 2012). Prinsip



edukasi



yang



harus



diperhatikan



perawat



dalam



memberikan intervensi edukasi adalah gaya belajar pasien, perhatian, motivasi, adaptasi psikososial terhadap penyakit, partisipasi aktif, kemampuan belajar dan lingkungan belajar (Notoatmodjo, 2011). C. Kepatuhan Diet a. Pengertian kepatuhan Kepatuhan adalah suatu perilaku manusia yang taat terhadap peraturan, perintah, prosedur, dan disiplin. Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap instruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik diet, latihan, pengobatan, atau janji pertemuan dengan dokter (Bertalina and Purnama, 2016) b. Tujuan diet diabetes Menurut (Sukardji, 2012)tujuan umum diet diabetes melitus adalah mengontrol kadar gula darah yang lebih baik. Tujuan khusus ada beberapa : 1) Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal dengan keseimbangan makanan dan insulin. 2) Mencapai serum lipid yang optimal 3) Memberikan



energi



yang



cukup



untuk



mempertahankan berat badan yang memadai.



mencapai



atau



29



4) Berat badan yang memadai diartikan sebagai berat badan yang dianggap dapat dicapai dan dipertahankan baik jangka pendek atau jangka panjang oleh orang dengan diabetes itu sendiri. 5) Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes yang menggunakan insulin seperti hipoglikemi, penyakit-penyakit jangka pendek, masalah yang berhubungan dengan komplikasi diabetes seperti penyakit ginjal, hipertensi, dan penyakit jantung. 6) Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal. c. Pengaturan diet diabetes mellitus Menurut (Dewi Astuti Harni, 2016)pengaturan diet terdiri dari 3J (jumlah. jenis, jadwal) : 1) Jumlah Makanan Syarat kebutuhan kalori untuk penderita diabetes melitus harus sesuai untuk mencapai kadar glukosa normal dan mempertahankan berat badan normal. Komposisi energi adalah 60 - 70 % dari karbohidrat, 10 - 15 % dari protein, 20 – 25 % dari lemak. Makanlah aneka ragam makanan yang mengandung sumber zat tenaga, sumber zat pembangun serta zat pengatur. a) Makanan sumber zat tenaga mengandung zat gizi karbohidrat, lemak dan protein yang bersumber dari nasi serta penggantinya seperti: roti, mie, kentang dan lain - lain. b) Makanan sumber zat pembangun mengandung zat gizi protein dan mineral. Makanan sumber zat pembangun seperti kacang kacangan, tempe, tahu, telur, ikan, ayam, daging, susu, keju dan lain - lain. c) Makanan sumber zat pengatur mengandung vitamin dan mineral. Makanan sumber zat pengatur antara lain: sayuran dan buah buahan.



30



2) Jenis Bahan Makanan Banyak yang beranggapan bahwa penderita diabetes melitus harus makan makanan khusus, anggapan tersebut tidak selalu benar karena tujuan utamanya adalah menjaga kadar glukosa darah pada batas normal. Untuk itu sangat penting bagi kita terutama penderita diabetes melitus untuk mengetahui efek dari makanan pada glukosa darah. Jenis makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes melitus adalah makanan yang kaya serat seperti sayur - mayur dan buah - buahan segar. Hal yang terpenting adalah jangan terlalu mengurangi jumlah makanan karena akan mengakibatkan kadar gula darah yang sangat rendah (hypoglikemia) dan juga jangan terlalu banyak makan makanan yang memperparah penyakit diabetes melitus. Ada beberapa jenis makanan yang dianjurkan dan jenis makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi bagi penderita diabetes melitus yaitu: a) Jenis bahan makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes melitus adalah: (1) Sumber karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, mie, kentang, singkong, ubi dan sagu. (2) Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulitnya, susu skim, tempe, tahu dan kacang-kacangan. (3) Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah dicerna. Makanan terutama mudah diolah dengan cara dipanggang, dikukus, disetup, direbus dan dibakar. b) Jenis bahan makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi untuk penderita diabetes melitus adalah: (1) Mengandung banyak gula sederhana, seperti gula pasir, gula jawa, sirup, jelly, buah - buahan yang diawetkan, susu kental manis, soft drink, es krim, kue - kue manis, dodol, cake dan tarcis.



31



(2) Mengandung banyak lemak seperti cake, makanan siap saji (fast food), goreng-gorengan. (3) Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telur asin dan makanan yang diawetkan (Almatsier, 2013). 3) Jadwal Makan Penderita Diabetes Melitus Makanan porsi kecil dalam waktu tertentu akan membantu mengontrol kadar gula darah. Makanan porsi besar menyebabkan peningkatan gula darah mendadak dan bila berulang - ulang dalam jangka panjang, keadaan ini dapat menimbulkan komplikasi diabetes melitus. Oleh karena itu makanlah sebelum lapar karena makan disaat lapar sering tidak terkendali dan berlebihan. Agar kadar gula darah lebih stabil, perlu pengaturan jadwal makan yang teratur. Makanan dibagi dalam 3 porsi besar yaitu makan pagi (20 %), siang (30 %), sore (25 %) serta 2 - 3 kali porsi kecil untuk makanan selingan masing-masing (10 - 15 %). Menurut Dr. Hans (2012) sekalipun sudah minum obat, mengatur jam makan tetap menjadi keharusan. Obat bekerja dengan lama atau durasi yang berlainan. Ada obat yang kerjanya 6-8jam sehingga perlu dikonsumsi tiga kali sehari. Demikian pula dengan suntikan insulin. Ada yang kerjanya cepat, hanya 3-4jam. Ada juga yang kerjanya lambat. Karena alasan inilah, jam makan harus tepat dan teratur. Sering melanggar jadwal makan akan merugikan kesehatan anda. Gula darah naik turun tidak teratur bisa merusak pembuluh



darah



sehingga



komplikasi



penyakit



pun



akan



bermunculan. Contoh jadwal makan menurut Dr. Hans (2012), makan pagi pukul 06.00-07.00, makan siang pukul 12.00-13.00, makan malam 18.00-19.00. d. Faktor yang mendukung kepatuhan Menurut (Niven, 2012) faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah:



32



1) Pendidikan 2) Akomodasi 3) Modifikasi faktor lingkungan dan sosial 4) Perubahan model terapi 5) Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan pasien. e. Akibat Ketidakpatuhan Akibat ketidakpatuhan dalam menjalankan diet adalah kurangnya informasi tentang makanan yang seharusnya dihabiskan sesuai yang dianjurkan. Sehingga hal itu bisa patuh terhadap anjuran diet dan gula darah terkontrol. Dukungan keluarga juga membuat seseorang tersebut patuh atau tidaknya, jika dukungan keluarga baik maka akan menaati anjuran diet.



33



B. Kerangka Teori



Reaksi Autoimun



Obesitas, Usia, genetik



DM Tipe I



DM Tipe II



Sel Beta Pankreas hancur



Sel Beta Pankreas hancur Defisiensi Insulin



Anabolisme Protein menurun



Katabolisme Protein menurun



Penurunan pemakaian glukosa



Merangsang



Kerusakan pada antibodi



Hipotalamus Pusat lapar dan Haus



Kekebalan tubuh menurun



Resiko Infeksi



Hiperglikemia



Neuropati Sensori Perifer



Glysosuria Polidipsi dan polifagi



Osmotic deuresis



Klien merasa tidak Sakit saat luka



Ketidakseimbangan nutrisi:



Poliuria



Kurang dari kebutuhan Nekrosis luka Ganggren Kerusakan integritas kulit



Tubuh



Pemberian Edukasi Terhadap Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus



Padila, 2012 Gambar 2.2 Kerangka Konsep



Dehidrasi



Kekurangan Volume cairan



34



C. Kerangka Alur Pikir Diabetes Mellitus



Polifagi



Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh



Edukasi Diabetes Terhadap Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus



Patuh diet diabetes mellitus



Kebutuhan Nutrisi tercukupi



Gambar 2.3 Kerangka Alur Pikir



35



D. Hasil Penelitian yang Relevan 1. Hasil penelitian oleh Anggraini, 1Nofa 2Handayani yang berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan Diet Diabetes Melitus Dengan Kepatuhan Diet Pada Penderita Diabetes Melitus dengan hasil penelitian uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000 dan diperoleh pula nilai OR = 19,904, artinya pasien diabetes mellitus yang pengetahuannya baik mempunyai peluang 19,904 kali lebih patuh dibandingkan dengan yang pengetahuan kurang. 2. Hasil penelitian oleh Noor Ali Jufriyanto1, Tri Wahyuni 2 yang berjudul



Gambaran



Tingkat



Pengetahuan



Keluarga



Tentang



Modifikasi Diet Bagi Penderita DM Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Wonorojo Samarinda dengan hasil responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik tentang Modifikasi diet sebanyak 23 responden (66%), cukup sebanyak 10 responden (28%), kurang sebanyak 2 responden (6%) 3. Hasil penelitian oleh Rosadi, Khoirul anwar yang berjudul Gambaran Diet Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Dalam Upaya Pengendalian Kadar Gula Darah Di Wilayah Puskesmas Purwokerto Utara 2 dengan hasil kelompok yang baik dalam menerapkan pola diet 3 J (jumlah kalori, jadwal makanan, jenis makanan) yaitu kelompok prolanis aktif. Hal ini karena pada kelompok aktif prolanis memiliki pengetahuan yang lebih baik jika dibandingkan kelompok prolanis pasif. 4. Hasil penelitian oleh Ni Wayan Trisnadewi, I Made Sudarma Adiputra, Ni Kadek Mitayanti yang berjudul Gambaran Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus ( DM ) Dan Keluarga Tentang Manajemen Diabetes Melitus Tipe 2 dengan hasil analisa dengan univariat berdasarkan tingkat pengetahuan pasien tentang manajemen DM tentang edukasi (65%) , diet (83,8%), latihan fisik (77,5%) dalam katagori baik, sementara pengobatannya (61,3%) dalam katagori kurang. Pengetahuan keluarga tentang manajemen DM yaitu edukasi



36



(67,5%), diet (72,5%), latihan fisik (90%) dalam katagori baik, sementara pengobatan (53,8%) katagori kurang. 5. Hasil penelitian oleh Theresia Eriyani¹, Yulan Yuliana² yang berjudul Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tentang Diet DM di Poli Dalam dengan hasil Tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah tingkat pendidikan menengah. Sebagian besar responden 52% mendapatkan informasi tentang Diet DM dari dokter. Dilihat dari segi ekonomi, sebagian besar responden memiliki dana kesehatan untuk pengobatan secara rutin. Hampir setengah dari responden menderita DM 7) Tidak Patuh (7) Tidak Patuh (