Laporan 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1



LATAR BELAKANG Indeks pengembangan didefinisikan sebagai volume dalam mL yang diambil dari pengembangan 1 gram bahan dalam kondisi tertentu. Penelitian didasarkan pada penambahan air terhadap simplisia (rajangan atau serbuk). Dengan menggunakan gelas ukur berskala bahan dikocok berulang selama satu jam dan biarkan selama waktu tertentu. Volume campuran dalam mL kemudian dibaca. Banyak



simplisia



tumbuhan



memiliki



aktifitas



karena



kemampuannya untuk mengembang, terutama tumbuhan yang mengandung gom, mucilago, pektin dan hemiselulosa. 1. Gom adalah polisakarida yang di hasilkan dari penyadapan getah atau eksudat tanaman. Gom akan membentuk gel apabila bercampur dengan air, karena mempunyai kelarutan yang tinggi terhadap air. 2. Musilago adalah polisakarida non selulosa yang di temukan tercampur dengan endosperma biji-bijian. Musilago adalah hidrokoloid yang stabil 3. Pektin adalah segolongan polimer polisakarida yang di peroleh dari dinding sel tumbuhan darat. Wujud pectin yang di ekstrak adalah bubuk putih hingga cokelat terang. Pectin dari sel tumbuhan merupakan penyusun lamella tengah, yang merupakan lapisan penyusun awal dinding sel. 4. Hemiselulosa adalah



polisakarida



yang



mengisi



ruang



antara serat-serat selulosa dalam dinding sel tumbuhan. Hemiselulosa dapat di ekstraksi dalam larutan basa alkalis. Hemiselulosa



merupakan



senyawa



pembentuk



selulosa.



Monomer penyusun selulosa biasanya adalah rantai Dglukosa, di tambah dengan berbagai bentuk monosakarida



1



yang terdapat pada rantai. Baik sebagai cabang atau mata rantai.



1.2



TUJUAN 1. Memahami cara penetapan indeks pengembangan. 2. Mengetahui manfaat dari penetapan indeks pengembangan.



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 KLASIFIKASI TANAMAN Kingdom Subkingdom Super Divisi Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies Sinonim



: : : : : : : : : :



Plantae (Tumbuhan) Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Spermatophyta (Menghasilkan biji) Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Rosidae Myrtales Myrtaceae (suku jambu-jambuan) Syzygium Syzygium polyanthum Wigh Walp : Eugenia polyantha Wight



2.2 METODE 2.2.1



Morfologi, Jenis dan Khasiat Daun : berbentuk simpel, bangun daun jorong, pangkal



daunnya tidak bertoreh dengan bentuk bangun bulat telur (ovatus), runcing pada ujung daun, pangkal daun tumpul (obtusus),



terdapat



tulang



cabang



dan



urat



daun,



daun



bertulang menyirip (penninervis), tepi daun rata (integer). Daun majemuk menyirip ganda (bipinnatus) dengan jumlah anak daun yang ganjil, daging daun seperti perkamen (perkamenteus), daunnya duduk, letak daun penumpu yang bebas terdapat di kanan kiri pangkal tangkai daun disebut daun penumpu bebas (stipulae liberae), tangkai daunnya menebal di pangkal dan ujung, beraroma wangi dan baru dapat digunakan bila sudah dikeringkan.



3



Batang : tinggi berkisar antara 5-12m, bercabangcabang, biasanya tumbuh liar di hutan. Arah tumbuh batang tegak lurus (erectus), berkayu (lignosus) biasanya keras dan kuat, bentuk batangnya bulat (teres), permukaan batangnya beralur (sulcatus), cara percabangannya monopodial karena batang pokok selalu tampak jelas, arah tumbuh cabang tegak (fastigiatus) sebab sudut antar batang dan cabang amat kecil, termasuk dalam tumbuhan menahun atau tumbuhan keras karena dapat mencapai umur bertahun-tahun belum juga mati. Akar



:



termasuk



akar



tunggang



(radix



primaria),



berbentuk sebagai tombak (fusiformis) karena pangkalnya besar dan meruncing ke ujung dengan serabut-serabut akar sebagai percabangan atau biasa disebut akar tombak, sifatnya adalah akar tunjang karena menunjang batang dari bagian bawah ke segala arah. 1. Kandungan senyawa kimia pada daun salam a. Minyak atsiri Minyak atsiri atau dikenal orang dengan nama minyak ateris atau minyak terbang (essential oil, volatile) dihasilkan oleh tanaman tertentu. Mekanisme toksisitas fenol dalam minyak atsiri menyebabkan denaturasi protein pada dinding sel kuman dengan membentuk struktur tersier protein dengan ikatan nonspesifik atau ikatan disulfida. Sekuisterpenoid dalam minyak atsiri juga menyebabkan kerusakan membran sel kuman olah senyawa lipofilik. b. Tannin Tannin menyebabkan denaturasi protein dengan membentuk kompleks dengan protein melalui kekuatan nonspesifik seperti ikatan hidrogen dan efek hidrofobik sebagaimana pembentukan ikatan kovalen, menginaktifkan adhesion kuman (molekul untuk menempel pada sel inang), menstimulasi sel-sel fagosit yang berperan dalam respon imun selular. c. Eugenol Eugenol adalah sebuah senyawa kimia aromatik, berbau, banyak didapat dari butir cengkeh, sedikit larut dalam air dan larut pada pelarut organik. 4



d. Flavonoid Senyawa ini berfungsi sebagai anti inflamasi, anti alergi dan aktifitas anti kankernya serta antioksidan. Flavonoid telah dipelajari sejak 1948 dan efek antioksidannya belum ada yang mempertentangkan. membentuk



Flavonoid



kompleks



dengan



yang protein



bersifat



lipofillik



ekstraseluler,



dan



dengan dinding sel kuman, serta merusak membran sel kuman. 2. Khasiat daun salam 1. Sebagai obat sakit diare. 2. Untuk mengobati Kencing Manis / Diabetes Mellitus. 3. Untuk obat sakit Asam Urat. 4. Sebagai obat Sakit maag (gastritis). 5. Kudis, gatal. 6. Daun salam dapat membantu menurunkan kadar kolesterol tinggi. 7. Untuk mengatasi mabuk alkohol. 8. Sebagai sumber folat yang baik.



2.2.2



Penetapan Indeks Pengembangan



1. Pengertian Indeks pengembangan didefinisikan sebagai volume dalam mL yang diambil dari pengembangan 1 gram bahan dalam kondisi tertentu. Pemelitian didasarkan pada penambahan air terhadap simplisia (rajangan atau serbuk). Dengan menggunakan gelas ukur



berskala



bahan



dikocok



berulang



selama



satu



jam



dan biarkan selama waktu tertentu. Volume campuran dalam mL kemudian dibaca. 2. Syarat 3. Metode



5



BAB III METODELOGI 3.1 ALAT DAN BAHAN 1. Simplisia daun salam 2. Air 3. Neraca analitik 4. Tabung sedimentasi/gelas ukur tertutup 5. Penggaris 6. Stopwatch 3.2



PROSEDUR Lakukkan pengujian secara bersama – sama dengan tidak kurang dari tiga penentuan , masukkan 1 gram simplisia daun salam ke dalam tabung sedimentasi atau gelas ukur bertutup, lalu ukur tinggi simplisia tersebut. Dan ditambahkan 25 mL air, kocok kuat selama 1 menit (dengan kecepatan yang sama) kemudian diamkan selama 10 menit setelah didiamkan ukur tinggi simplisa daun salam yang berada dibawah air, lakukan pengocokan pada menit ke-10, 20, 30, 40, 50 dan 60. Setelah itu diamkan selama 30 menit tanpan dikocok terlebih dahulu. Ke-3 tabung sedimentasi atau gelas ukur bertutup tersebut ukur tinggi simplisia pada daun salam. Hitung rata-rata dari ke-3 tabung tersebut.



6



BAB IV PEMBAHASAN



Pada praktikum kali ini kami melakukan praktikum tentang “Penetapan Indeks Pengembangan”. Dimana praktikum ini bertujuan untuk



memahami



manfaat



dari



bagaimana



penetapan



cara



indeks



dan



bagaimana



pengembangan



mengetahui



pada



simplisia.



Praktikum ini di dasarkan pada penambahan air pada simplisia dengan gelas ukur tertutup, bahan di kocok berulang-ulang sampai satu jam. Kemudian di biarkan selama waktu tertentu. Simplisia yang di gunakan pada praktikum kali ini adalah daun salam (Syzygium polyanthum). Volume campuran dalam ml, kemudian di baca. Dari pengamatan praktikum ini, sebelum simplisia di tambahkan air masing-masing diperoleh ukuran ketinggian simplisia yaitu 1 ml, 1 ml, dan 3,375 ml. Kemudian simplisia yang telah di tambahkan air dalam pengocokan menit ke-10 yaitu 0,5 ml, 0,12 ml, dan 0,216 ml. Menit ke-20 yaitu 0,729 ml, 1,331 ml, dan 2,197 ml. Menit ke-30 yaitu 2,197 ml, 1,331 ml, dan 2,197 ml. Menit ke-40 yaitu 1 ml, 1,728 ml, dan 2,197 ml. Menit ke-50 yaitu 1,728 ml, 1,331 ml, dan 2,197 ml. Dan menit ke-60 yaitu 1 ml, 1,331 ml, dan 1,728 ml. Sedangkan ukuran ketinggian simplisia daun salam yang telah di diamkan selama 30 menit tanpa pengocokan yaitu 0,512 ml, 1,331 ml, dan 1,728 ml. Perubahan yang terjadi pada simplisia daun salam yaitu perubahan konsistensi dari bentuk cairan yang mengalami perubahan secara cepat terdapat pada menit ke-20. Dari rataan tiga tabung percobaan di peroleh indeks pengembanngan daun salam sebesar 1,4173 ml. 7



BAB V KESIMPULAN



Berdasarkan



hasil



praktikum



kali



ini



dapat



disimpulkan



bahwa



penetapan indeks pengembangan daun salam adalah 2,197 ml. Pada pengocokan menit ke-20 perubahan yang terjadi yaitu perubahan konsistensi dari bentuk cairan yang mengalami perubahan secara cepat.



8



DAFTAR PUSTAKA



Suwarto dan yuke octaviany. 2010. Budi Daya 12 Tanaman Perkebunan Unggulan. Jakarta : Niaga Swadaya. Susilowati dan Kiki widyastuti. 2008. Farmakognosi. Jakarta : Salemba Medika. Benbasyar, Eliyanoor. 2002. Penuntun Praktikum Farmakognosi. Jakarta. EGC. Zhi-chen, L. ‘GeneralControlMenthods ForVegetable Drugs, Comparative Study of Menthods Included in Thieteeb Pharmacopoeias and proposals on theirs international unification”, WHO, 1997, hlm. 71-77. Wold HealthOrganization “quality control METHODS FOR Medicinalplant Materials, 1990, hlm. 35-36.



9



LAMPIRAN 1. Hasil pengamatan



Jumlah simplisia yang di gunakan



Tabung 1 = 1g Tabung 2 = 1g Tabung 3 = 1g



Volume



simplisia



sebelum Tabung 1 = 1ml



pengembangan



Tabung 2 = 1ml Tabung 3 = 3,375 ml



Volume



simplisia



setelah 1,4173 ml



pengembangan



10



2. Dokumentasi N



Dokumentasi



Keterangan



o 1



Penimbangan simplisia daun salam sebanyak 1 gram.



2



Masukan



simplisia



daun



salam



dalam 3 tabung sedimentasi.



11



ke



3



Ukur ketinggian simplisia daun salam.



4



Tambahkan air sebanyak 25 ml lalu kocok selama 1 menit.



5



Kemudian ukur tinggi simplisia daun salam setelah di diamkan selama 10 menit



6



Diamkan selama 30 menit.



7



Lalu ukur tinggi pada simplisia daun salam.



12