Laporan Antidotum - Rian WFK (1041811103) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI PERCOBAAN VII TERAPI ANTIDOT METODE KHAS NATRIUM NITRIT DAN NATRIUM TIOSULFAT



Disusun oleh : Nama



: Rian Wahyu Fitriana Kusumawuri



NIM



: 1041811103



Kelompok



:K



PROGRAM STUDI S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI "YAYASAN PHARMASI" SEMARANG 2020



A. Tujuan Memahami tujuan, sasaran, dan strategi terapi antidotum berdasarkan contoh kemampuan natrium nitrit dan natrium tiosulfat menawarkan racun sianida. B. Dasar Teori Secara umum, terapi antidotum didefinisikan sebagai tatacara yang ditunjukkan untuk membatasi intensitas efek toksik zat kimia atau menyembuhkannya sehingga bermanfaat dalam mencegah timbulnya bahaya selanjutnya. Efek toksik suatu zat kimia dapat terjadi jika kadar zat toksik tesebut melampaui kadar toksik minimal ( KTM )nya dalam sel sasaran. Untuk mencapai KTM nya, untuk zat yang masuk melalui oral atau topikal harus melalui beberapa tahap.Tahap tersebut adalah absorbsi masuk kesirkulasi sistemik lalu mengalami distribusi menuju tempat kerjanya. Kedua proses diatas (absorpsi dan distribusi) menyebabkan peningkatannya kadar obat dalam sel sasaran. Proses berikutnya yang dapat mengurangi kadar obat dalam sel sasaran adalah metabolisme dan ekskresi atau sering disebut eliminasi. Sehingga efek toksik suatu zat kimia sangat dipengaruhi proses absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresinya karena akan menentukan jumlah zat di sel sasarannya. (Donatus , 1997) Adapun terapi antidotum dibagi menjadi dua, yakni metode antidotum khas dan tidak khas. Terapi non spesifik adalah suatu terapi keracunan yang bersifat hampir sama pada semua kasus keracunan, melalui cara – cara seperti memacu muntah, bilas lambung dan membersihkan zat absorben. Cara lain adalah mempercepat eliminasi dengan pengasaman dan pembasaan urin ataun hemodialisis. (Donatus , 2001) Terapi antidot spesifik adalah suatu terapi antidotum yang hanya efektif untuk zat-zat tertentu. Cukup banyak antidotum spesifik telah digunakn dalam klinik. Untuk memudahkan mempelajarinya, antidotum yang spesifik dikelompokan menjadi: antidotum yang bekerja secara kimiawi, bekerja secara farmakologi dan yang bekerja secara fungsional. a. Asam Sianida Asam sianida merupakan senyawa racun yang dapat mengganggu kesehatan serta mengurangi bioavailabilitas nutrien di dalam tubuh. Sianida merupakan senyawa kimia yang toksik dan memiliki beragam kegunaan, termasuk sintesis senyawa kimia, analisis laboratorium, dan pembuatan logam. Sianida merupakan racun yang bekerja cepat, berbentuk gas tak berbau dan tak berwarna, yaitu hidrogen sianida (HCN) atau sianogen khlorida (CNCl) atau



berbentuk kristal seperti sodium sianida (NaCN) atau potasium sianida (KCN). Keracunan hidrogen sianida dapat menyebabkan kematian, dan pemaparan secara sengaja dari sianida (termasuk garam sianida) dapat menjadi alat untuk melakukan pembunuhan ataupun bunuh diri (Olson, 2007). Akibat racun sianida tergantung pada jumlah paparan dan cara masuk tubuh, lewat pernapasan atau pencernaan. Racun ini menghambat sel tubuh mendapatkan oksigen sehingga yang paling terpengaruh adalah jantung dan otak Paparan dalam jumlah kecil mengakibatkan napas cepat, gelisah, pusing, lemah, sakit kepala, mual dan muntah serta detak jantung meningkat. Paparan dalam jumlah besar menyebabkan kejang, tekanan darah rendah, detak jantung melambat, kehilangan kesadaran, gangguan paru serta gagal napas hingga korban meninggal (Utama, 2006). b. Natrium Tiosulfat Berupa hablur besar, tidak berwarna, atau serbuk hablur kasar.Mengkilap dalam udara lembab dan mekar dalam udara kering pada suhu lebih dari 33°C.Larutannya netral atau basa lemah terhadap lakmus.Sangat mudah larut dalam air dan tidak larut dalam etanol. (Depkes, 1995). Sodium tiosulfat merupakan donor sulfur yang mengkonversi sianida menjadi



bentuk



yang



lebih



nontoksik,



tiosianat,



dengan



enzyme



sulfurtransferase, yaitu rhodanase. Tidak seperti nitrit, tiosianat merupakan senyawa nontoksik, dan dapat diberikan secara empiris pada keracunan sianida.Penelitian dengan hewan uji menunjukkan kemampuan sebagai antidot yang lebih baik bila dikombinasikan dengan hidroksokobalamin.



(Olson,



2007). Rute utama detoksifikasi sianida dalam tubuh adalah mengubahnya menjadii tiosianat oleh rhodanase, walaupun sulfurtransferase yang lain, seperti beta-merkaptopiruvat sulfurtransferase, dapat juga digunakan. Reaksi ini memerlukan sumber sulfan sulfur, tetapi penyedia substansi ini tebatas. Keracunan sianida merupakan proses mitokondrial dan penyaluran intravena sulfur hanya akan masuk ka mitokondria secara perlahan. Natrium tiosulfat mungkin muncul sendiri pada kasus keparahan ringan sampai sedang, sebaiknya diberikan bersama antidot lain dalam kasus keracunan parah. Ini juga merupakan pilihan antidot saat diagnosis intoksikasi sianida tidak terjadi, misalnya pada kasus penghirupan asap rokok. Natrium tiosulfat diasumsikan



secara intrinsic nontoksik tetapi produk detoksifikasi yang dibentuk dari sianida, tiosianat dapat menyebabkan toksisitas pada pasien dengan kerusakan ginjal.Pemberian natrium tiosulfat 12.5 g i.v. biasanya diberikan secara empirik jika diagnosis tidak jelas. (Loomis, 1978 ) c. Natrium Nitrit Nitrit menyebabkan methemoglobin dengan sianida membentuk substansi nontoksik sianmethemoglobin.Methemoglobin tidak mempunyai afinitas lebih tinggi pada sianida daripada sitokrom oksidase, tetapi lebih potensial menyebabkan methemoglobin daripada sitokrom oksidase.Efek samping dari penggunaan nitrit meliputi pembentukan formasi methemoglobin, vasodilatasi, hipotensi, dan takikardi. Mencegah pembentukkan formasi yang cepat, monitoring tekanan darah, dan pemberian dosis yang tepat akan mengurangi terjadinya efek samping. Ketika dilakukan terapi dengan nitrit, lihat konsentrasi hemoglobin . Tetapi jangan menunda terapi ketika menunggu hasil pengukuran kadar hemoglobin. (Loomis, 1978 ) Sodium nitrit injeksi dan amil nitrit dalam bentuk ampul untuk inhalasi merupakan komponen dari antidot sianida. Kegunaan nitrit sebagai antidot sianida bekerja dalam dua cara, yaitu : nitrit mengoksidasi hemoglobin, yang kemudian akan mengikat sianida bebas, dan cara yang kedua yaitu meningkatkan



detoksifikasi



sianida



endothelial



dengan



menghasilkan



vasodilasi. Inhalasi dari satu ampul amil nitrit menghasilkan tingkat methemoglobin sekitar 5%.Pemberian dosis tunggal nitrit secara intravena dapat menghasilkan tingkat methemoglobin sekitar 20-30% (Olson, 2007). C. ALAT DAN BAHAN Alat :



Bahan :



1. Spuit



1. Mencit



2. Jarum injeksi



2. Larutan natrium nitrit 2%



3. Stopwatch



3. Larutan natrium tiosulfar 25%



4. Beaker glass



4. Larutan kalium sianida 1.5%



D. SKEMA KERJA



Mencit satu jenis kelamin, satu galur, berat seragam, umur 40-60 hari



Kelompok I : Disuntik s.c larutan KCN 0,5 % dosis 15 mg/kgBB.



Kelompok II : Disuntik i.p larutan NaNO2 1 % dosis 20 mg/kgBB.



Kelompok V : Disuntik i.p larutan Na2S2O3 25 % dosis 1125 mg/kg BB.



Kelompok III : Disuntik s.c larutan KCN 0,5 % dosis 15 mg/kgBB terjadi sianosis di suntik i.p Na. nitrit 1 % dosis 20 mg/kgBB.



Kelompok VI : Disuntik s.c larutan KCN 0,5 % dosis 15 mg/kgBB terjadi sianosis disuntik i.p Na. tiosulfat 25 % dosis 1125 mg/kg BB.



Kelompok IV : Disuntik s.c larutan KCN 0,5 % dosis 15 mg/kgBB terjadi kejang disuntik i.p NaNO2 1 % dosis 20 mg/kgBB.



Kelompok VII : Disuntik s.c larutan KCN 0,5 % dosis 15 mg/kgBB, terjadi kejang disuntik i.p Na. tiosulfat 25 % dosis 1125 mg/kg BB.



Amati gejala yang timbul dan catat dibuat tabel purata :waktu timbulnya gejala sianosis, kejang, gagal nafas, dan kematian setelah perlakuan tiap kelompok Perbedaan antar kelompok (sianosis dan kejang) dianalisis secara statistik dengan ANOVA , bila perlu dengan uji T



E. DATA PERHITUNGAN Soal :



1. Berapa zat yang harus ditimbang jika akan dibuat : a. KCN 5% 100,0 mL b. NaNO2 1% 50,0 mL c. Na2S2O3 25% 50,0 mL 2. Hitunglah Vp untuk hewan uji sbb (dosis lihat perlakuan diatas) : a. mencit dengan BB 25 g diberikan KCN b. mencit dengan BB 27 g diberikan KCN + NaNO2 c. mencit dengan BB 25 g diberikan KCN + Na2S2O3 Jawab : 1. a. KCN 0,5 % 100,0 ml Konversi dosis manusia ke mencit = 0,0026 x 15 mg/kg BB = 0,039 mg/20 gram mencit C Stok



0,5 g x 100,0ml = 0,5 gram ad 100,0 ml = 0,005 g/ml = 5 mg/ml 100 ml



Rentang penimbangan = 500 mg ± 5% = 475 mg – 525 mg Pengenceran 50X V1 x C2 = V2 x C1 V1 x 5mg = 10,0 ml x 0,1 mg V1 = 0,2 ml C stok = 0,1 mg/ml b. NaNO2 1% ad 50,0 ml Konversi dosis manusia ke mencit = 0,0026 x 20 mg/kg = 0,052 mg/20 gram mencit C stok



1g x 50,0ml = 0,5 gram/50,0 ml = 10 mg/ml 100 ml



Rentang penimbangan = 500 mg ± 5% = 475 mg – 525 mg



Pengenceran 100x V1 x C2 = V1 x C2 V1 x 10 mg = 10,0 ml x 0,1 mg V1 = 0,1 ml C stok = 0,1mg/ml c. Na2S2O3 25% ad 50,0 ml Na2S2O3 = Konversi dosis manusia ke mencit = 0,0026 x 1125 mg/kg BB = 2,925 mg/20 gram mencit C stok =



25 g x 50,0ml = 12,5 gram/50,0 ml = 250 mg/ml 100 ml



Rentang penimbangan = 12500 mg ± 5% = 11875 mg – 13125 mg Pengenceran 50x V1 x C2 = V1 x C2 V1 x 250 mg = 10,0ml x 5 mg V1 = 0,2 ml C stok = 5 mg/ml 2. a. mencit dengan BB 25 g diberikan KCN 0,5% Dosis pemberian: mencit dengan BB 25 g =



25 gram x 0,039 mg = 0,049 mg/25 gram 20 gram



Volume Pemberian: mencit dengan BB 25 g = b.



0,049 mg x 1,0 ml = 0,49 ml ~ 0,5 ml 0,1 mg/ml



mencit dengan BB 27 gram diberikan KCN 0,5 %+ NaNO2 1% Dosis Pemberian (Berat Badan 27 gram) :



27 gram x 0,039 mg = 0,057 mg/27 gram 20 gram







KCN =







NaNO2 =



27 gram x 0,052 mg = 0,070 mg/27 gram 20 gram



Volume Pemberian (Berat Badan 27 gram) :



c.



0,057 mg x 1,0 ml = 0,57 ml ~ 0,6 ml 0,1 mg/ml







KCN =







NaNO2 =



0,070 mg x 1,0 ml = 0,7 ml 0,1 mg/ml



Mencit dengan BB 25 gram diberikan KCN 0,5%+ Na2S2O3 25% Dosis Pemberian (Berat Badan 25 gram): 3. KCN =



25 gram x 0,039 mg = 0,049 mg/25 gram 20 gram



4. Na2S2O3 =



25 gram x 2,925 mg = 3,65625mg/25 gram 20 gram



Volume Pemberian (Berat Badan 25 gram): 0,049 mg x 1,0 ml = 0,49 ml ~ 0,5 ml 0,1 mg/ml







KCN =







Na2S2O3 =



3,65625 mg x 1,0 ml = 0,73 ml ~ 0,7 ml 5 mg/ml



F. Data Pengamatan Data waktu (dalam detik) masing – masing mencit mengalami gejala : Kelompok A. KCN Sianosis (detik) 1 25 2 17 3 30 4 20 5 27 Rata-rata 23,8 SD 5,2631 Kelompok B. NaNO2



Hewan ke-



Hewan ke-



Sianosis



Kejang (detik) 55 40 50 58 70 54,6 10,9910



Mati (detik) 70 65 68 75 80 71,6 5,9414



Kejang



Mati



(detik) (detik) 1 150 0 2 0 0 3 100 125 4 200 0 5 100 0 Rata-rata 110 25 SD 74,1620 55.9017 Kelompok C. KCN+NaNO2 saat sianosis



(detik) 0 0 0 0 0 0 0



Sianosis (detik) 1 20 2 27 3 20 4 30 5 30 Rata-rata 25,4 SD 5,0794 Kelompok D. KCN+NaNO2



Kejang (detik) 51 43 60 37 50 48,2 8,6313 saat kejang



Mati (detik) 80 90 72 85 90 83,4 7,6026



Sianosis (detik) 1 20 2 25 3 30 4 30 5 30 Rata-rata 27 SD 4,4721 Kelompok E. Na2S2O3



Kejang (detik) 60 35 50 58 49 50,4 9,8641



Mati (detik) 85 95 100 95 90 93 5,7010



Hewan ke-



Hewan ke-



Sianosis Kejang Mati (detik) (detik) (detik) 1 0 0 0 2 0 0 0 3 0 0 0 4 0 0 0 5 0 0 80 Rata-rata 0 0 16 SD 0 0 35.7771 Kelompok F. KCN + Na2S2O3 saat sianosis



Hewan ke-



Hewan ke1 2 3 4 5



Sianosis (detik) 21 20 25 40 27



Kejang (detik) 55 45 50 68 55



Mati (detik) 100 130 125 132 138



Rata-rata 26,6 54,6 125 SD 7,8230 8,5615 14,7310 Kelompok G. KCN+ Na2S2O3 saat kejang Sianosis (detik) 30 25 20 27 27 25,8 3,7014



Hewan ke1 2 3 4 5 Rata-rata SD



Kejang (detik) 55 50 50 40 60 51 7,4162



Mati (detik) 150 200 175 178 180 176,6 17,8270



Grafik waktu kematian rata – rata tiap kelompok



Waktu Kematian Hewan Uji Waktu (detik)



200 160 120



Waktu kematian rata - rata (detik)



80 40 0



A B C D E



F



G



Kelompok Perlakuan



Analisis Data SPSS a.



Uji normalitas Waktu kematian



Kelompok



Kelompok A Kelompok B Kelompok C Kelompok D Kelompok E Kelompok F Kelompok G Interpretasi data :



Shapiro-Wilk Sig. 0,827 0,378 0,814 0,000 0,155 0,617



Uji Normalitas digunakan parameter Shapiro-Wilk, karena jumalah data yang akan diuji < 50, dengan taraf kepercayaan 95%. Pada data obat yang mempunyai nilai sig>0,05 yaitu kelompk A, C, D,



F dan G sehingga data berdistribusi



normal, sedangkan data yang mempunyai nilai sig0,05 sehingga data homogen. c. Uji Mann-Whitney



Waktu Kematian



Interpretasi data :



Interaksi Kelompok A B A C A D A E A F A G B C B D B E B F B G C D C E C F C G D E D F D G E F E G F G



Sig. 0,005 0,036 0,009 0,084 0,009 0,009 0,005 0,005 0,317 0,005 0,005 0,055 0,017 0,009 0,009 0,007 0,012 0,009 0,007 0,007 0,009



Uji mann-whitney merupakan pengujian untuk mengetahui apakah ada perbedaan nyata antara rata-rata dua populasi yang distribusinya sama. 



Perbandingan kelompok A dan B mempunyai nilai sig 0,005 < 0,05 sehingga data terdapat perbedaan signifikan antara kelompok A dan B







Perbandingan kelompok A dan C mempunyai nilai sig 0,036