Laporan BOD [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND (BOD) SAMPEL AIR MODUL LINGKUNGAN HIDUP



Disusun Oleh: Muhammad Deni K



I1011141010



Erdianto



I1011810004



Dinda Ulta L



I1011181005



Avilya Hidayati



I1011181037



Puji Astuti



I1011181040



Yuri Amia



I1011181041



Rivaldy



I1011181070



Saffana Fadhilla R



I1011181074



Bashiroh Sajidah D



I1011181087



Abed Nego Kei



I1011181092



Nur Atirah



I1011181101



PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2018



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Air merupakan komponen penting dari lingkungan bagi kehidupan makhluk hidup dengan segala kebutuhan dan aktivitasnya. Makhluk hidup di muka bumi ini tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan air, karena air merupakan kebutuhna utama di bumi, sehingga tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi tidak terdapat air. Namun, disamping kepentingannya yang sangat dibutuhkan, air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dewasa ini, air menjadi permasalahan lingkungan yang serius dan perlu mendapat perhatian untuk penanganannya. Pencemaran air menyebabkan suatu sumber air tidak dapat digunakan sesuai peruntukkannya dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Dampak yang dirasakan dalam jangka panjang kemungkinan untuk terjadi krisis air bersih semakin besar. Pencemaran air ditandai dengan masuknya polutan asing dan terlarut didalamnya. Berkurangnya sumber air bersih akan mengganggu keseimbangan kehidupan yang dapat dirasakan oleh tiap-tiap segi kehidupan makhluk hidup. Sehingga diperlukan pelestarian dan penanganan kualitas baku mutu sumber air bersih agar dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan. Kebutuhan oksigen biokimia (BOD: Biochemical Oxygen Demand) merupakan parameter penting untuk mengetahui kualitas air. Kebutuhan oksigen biokimia adalah jumlah oksigen terlarut yang digunakan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik. Pengujian BOD sebagai langkah pertama untuk mengetahui indikasi pencemaran yang masuk kedalam sumber air. Oleh karena itu, pengujian kadar BOD untuk kualitas air parit khususnya di kota Pontianak penting untuk dilakukan pengujian guna memperoleh pemantauan langsung kondisi, pengujian dan pengukuran layak atau tidaknya sumber air dari parit yang digunakan serta memperoleh kajian faktor-faktor yang menjadi



penyebab menurunnya kualitas air maupun tingkat pencemaran dari air parit tersebut. 1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk : 1.



Mengetahui jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan zat organik yang terlarut dan tersuspensi;



2.



Menganalisa kualitas air dan tingkat pencemaran air;



3.



Menambah pengetahuan dan kepedulian akan lingkungan hidup khususnya pencemaran air;



4.



Mengetahui metode yang tepat dan benar dalam pengukuran BOD;



5.



Dapat mengukur nilai BOD; dan



6.



Melatih dan mengembangkan keterampilan dalam melaksanakan penelitian dan praktikum modul lingkungan hidup.



1.3 Prinsip Percobaan Pengujian kadar BOD pada dasarnya sama dengan prinsip DO (Dissolved Oxygen) dengan menggunakan metode titrasi dengan menggunakan winkler. Pengukuran BOD dengan mengukur kandungan DO0 (DO awal) dari sampel, kemudian mengukur kandungan oksigen terlarut pada sampel inkubasi hari ke5 (DO5) dengan suhu tetap 20oC. Pengukuran dengan metode winkler dengan menambahkan MnSo4 dan Alkali Iodida sebanyak 2 ml, sehingga terbentuk endapan MnO2. Dengan menambahkan H2SO4 pekat maka endapan akan larut kembali dengan membebaskan molekuk iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen terlarut. Selanjutnya dilakukan titrasi natrium tiosulfat (Na2S2O3) setelah dilakukan penambahan indikator amilum/larutan kanji yang memberikan warna biru pada larutan sampel. Reaksi kimia yang terjadi dapat ditulis : 1



Mn+2 + 2OH- + 2 O2



MnO2 + H2O



MnO2 + 2I- + 4H+



Mn+2 + I2 + H2O



I2 + S2O3



S4O6 + 2I-



(Agustyar, 2015)



Waktu inkubasi 5 hari dapat mengurangi kemungkinan hasil oksidasi amonia (NH3) yang cukup tinggi. Reaksi kimia dapat ditulis : 2NH3 + 3O2 2NO2 + O2



2NO2- + 2H+ + 2H2O 2NO3-



BAB III METODOLOGI



3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam pengukuran BOD pada sampel air adalah botol winkler (botol DO-BOD), beaker glass 100 ml, buret 50 ml, ballfiller, erlenmeyer 250 ml, pipet tetes, pipet volume, statif dan klem, masker, dan sarung tangan. 3.1.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam pengukuran BOD pada sampel air adalah sampel air permukaan parit, larutan MnSO4, larutan alkali iodida azida, larutan H2SO4 pekat, amilum/larutan kanji dan larutan Na2S2O3. 3.2 Analisis Bahan 3.2.1 Sampel Air Sampel air yang diperlukan adalah sampel yang dapat mewakili keseluruhan (representative) badan air yang akan diperiksa kualitasnya. Sampel air yang representatif diperoleh dengan mencampur sampel yang diambil dari periode waktu tertentu atau dari beberapa titik pengambilan sampel berlainan. Beberapa unsur dapat mengalami perubahan pada waktu penyimpanan sampel air, karena adsorpsi atau pertukaran ion oleh dinding wadah sampel maka sampel air perlu dipisahkan dalam botol bersih dan diasamkan dengan klorida pekat atau asam nitrat sampai pH sekitar 3,5 untuk mencegah pengendapan atau adsorpsi oleh dinding wadah sampel air ( Rinasih, 2016). 3.2.2 Larutan MnSO4 Mangan merupakan logam yang sering digunakan dan merupakan logam keempat setelah besi, aluminium, dan tembaga yang paling banyak digunakan. Mangan merupakan logam berwarna abu-abu seperti besi dengan kilap metalik sampai submetalik. Hampir 90% mangan



digunakan untuk memiliki penampilan berupa padatan, berbau dan mudah larut dalam air dingin maupun panas (Slamet, 2013). 3.2.3 Larutan Alkali Iodida Azida Alkali-Iodida merupakan senyawa yang terbentuk sebagai sebuah reagen dalam analisa kadar DO dan BOD. Alkali-Iodida dapat terbentuk dari NaOH atau Kl, lalu dalam proses pengenceran ditambahkan natrium azida dalam air suling dan dicampurkan (Puspitasari, 2013). 3.2.4 Larutan H2SO4 Asam sulfat (H2SO4) merupakan asam anorganik kuat yang memiliki karakteristik berbentuk cair, bening, tak berwarna dan tak berbau. Asam sulfat merupakan reaksi yang dalam konsentrasi pekat bersifat sebagai zat pendehidrasi. Asam sulfat dapat larut dalam air, berat jenis 1,84 g/cm3 dan mengandung 98% H2SO4 dengan konsentrasi 18 M (Darwati, 2012). 3.2.5 Amilum / Larutan Kanji Indikator larutan kanji berperan sebagai uji kepekatan terhadap iod karena warna biru kompleks pati-iod menunjukkan indikator dalam penelitian. Indikator kanji yang dipakai adalah amilosa. Kepekaan indikator kanji lebih besar dalam larutan sedikit asam daripada dalam larutan netral dan dapat lebih besar dengan adanya ion iodida. Molekul iod diikat pada permukaan beta amilosa, suatu konstituen kanji (Tria, 2013). 3.2.6 Larutan Na2S2O3 Larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) termasuk dalam larutan baku sekunder sehingga perlu distandarisasi terlebih dahulu untuk digunakan dalam titrasi. Hal ini disebabkan kestabilan larutan ini mudah dipengaruhi oleh pH rendah (< 5), sinar matahari, dan adanya daya bakteri yang memanfaatkan sulfur (S). Pada pH yang rendah kestabilan larutan natrium tiosulfat akan terganggu sebab S2O32– akan menyebabkan terjadinya perubahan S2O32– menjadi SO3–, SO42– dan S. S ini tampak sebagai endapan koloidal yang membuat larutan menjadi keruh (tanda bahwa larutan harus diganti (Anonim, 2011).



3.2 Prosedur Kerja Sampel air diinkubasi selama 5 hari dalam kondisi gelap dan suhu konstan 20oC lalu ditambahkan 2 ml MnSO4 menggunakan pipet dan larutan alkali iodida 2 ml menggunakan pipet yang lain. Homogenkan botol sampel dan diamkan untuk membentuk endapan. Setelah terbentuk endapan yang berwarna coklat dan terendapkan sempurna tambahkan 2 ml H2SO4 pekat lalu homogenkan kembali diamkan beberapa saat. Segera setelah endapan larut dengan ditambahkan asam sulfat pekat dan larutan menjadi bening kekuningan. Larutan air sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer sebanyak 50 ml untuk dilakukan uji menggunakan indikator amilum sebanyak 2-4 tetes hingga terjadi perubahan warna biru pada larutan. Setelah larutan berubah warna dilakukan titrasi menggunakan larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) hingga warna larutan kembali ke warna semula sebelum dilakukan perlakuan menggunakan indikator amilum. Hitung menggunakan rumus DO ( DO5): DO =



𝑉 ×𝑁 ×8000 ×𝐹 50



Keterangan: DO= Kandungan oksigen terlarut (mg/l) V= Volume titran N= Normalitas titran (0,0125) F= Setelah didapatkan hasil DO5, dihitung nilai BOD menggunakan rumus : BOD = DO0 – DO5 Keterangan: BOD= Kandungan kebutuhan oksigen biokimia (mg/l) DO0= Kandungan oksigen terlarut awal (mg/l) DO5= Kandungan oksigen terlarut hari ke-5 (mg/l)



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Definisi BOD BOD adalah suatu ukuran jumlah oksigen yang digunakan oleh mikroba dalam perairan sebagai respon masuknya bahan organik yang dapat diuraikan (Mays, 1996 dalam Alfikri. A, 2014). BOD adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk mengurai bahan organik kondisi aerobik (Umaly dalam Alfikri. A, 2014). BOD didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme pada saat pemecahan bahan organik pada kondisi aerobik. Pemecahan bahan organik dikatakan bahan organik ini digunakan oleh orgaisme sebagai bahan makanan dan energi yang diperoleh dari hasil oksidasi (Press code, 1973 dalam Alfikri, 2014)



2.2 Tujuan Pengukuran BOD Tujuan pengukuran BOD sebagai berikut: 1.



Untuk mengetahui tingkat pencemaran dalam air mikroorganisme maupun limba organik.



2.



Untuk mengetahui jumlah oksigen yang digunakan untuk menstabilkan bahan orgaik secara biologi.



3.



Untuk mengetahui kesesuaian parameter BOD dengan batasan yang diperbolehkan bagi air limbah.



4.



Untuk mengatur ukuran atau standar fasilitas pengolahan limbah sesuai dengan parameternya.



5.



Untuk mengukur suatu efesiensi suatu proses perlakuan dalam pengolahan limbah.



6.



Untuk menulusuri aliran pencemaran air dari tingkat hulu ke tingkat Muara. (Sawyer dan Mc Catry, 1978 dalam Sigit Haryadi, 2008).



2.3 Peranan BOD BOD mempunyai peran penting dalam perairan, yaitu sebagai parameter penentu kualitas air suatu perairan, kandungan air terdapat BOD membantu mikroorganisme dalam mengurai bahan-bahan organik di perairan, semakin besar konsentrasi BOD maka semakin tinggi konsentrasi bahan organik (Yuda, 2010). Nilai BOD menyatakan jumlah oksigen, lebih mudah diartikan sebagai gambaran jumlah bahan organik mudah urai di perairan (Milau, 2009). 2.4 Hubungan BOD dan DO Tinggi rendahnya pencemaran pada suatu perairan sangat mempengaruhi kadar oksigen pada saat pemecahan bahan organik. jika berada di skala 5 ppm dan pada skala (0-10 ppm) maka kualitas suatu perairan baik, jika berada pada skala (0-5 ppm) dan BOD skala (10-20 ppm) maka kualitas air sedang, dan jika DO berada di kualitas 0 dan BOD berada di skala di atas 25 ppm artinya kualitas air buruk dan harus diolah terlebih dahulu (Hilda, 2009). 2.5 Faktor yang Mempengaruhi BOD Faktor-faktor yang mempengaruhi BOD (Biological Oxygen Demand) adalah jumlah senyawa organik yang diuraikan. Tersedianya sejumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses penguraian. Nilai BOD dipengaruhi oleh suhu, densitas, plankton, kandungan bahan organik, dan keberadaan mikroba yang berperan sebagai sumber bahan organik untuk pembusukan tanaman (Taringan, 2012). 2.6 Kelemahan Uji BOD Karena melibatkan mikroorganisme (bakteri) sebagai pengurai bahan organik, pengujian BOD memerlukan waktu yang cukup lama, yaitu dalam waktu 20 hari untuk mencapai oksidasi 95-99% dan dalam waktu 5 hari untuk mencapai oksidasi sekitar 60- 70%. 5 hari inkubasi merupakan kesepakatan umum dalam penentuan BOD dengan temperatur standar yaitu 20°C. 2.7 Pengukuran/Uji BOD Pengukuran BOD yaitu mengukur jumlah oksigen dalam air yang dihabiskan selama 5 hari oleh organisme pengurai dalam suatu sampel pada suhu 20°C. Pengukuran BOD membutuhkan data Dissolved Oxygen awal (DO0) dan Dissolved Oxygen 5 hari setelah DO0 (DO5). Nilai DO5 tidak sama



dengan 0. Bila nol maka tidak dapat ditentukan kadar BOD-nya (Sastrawijaya, 2009). Selama pemeriksaan BOD, sampel yang diperiksa harus terbebas dan tidak terkontaminasi dari udara luar. Hal ini patut diperhatikan mengingat kelarutan oksigen dalam air terbatas dan hanya berkisar kurang lebih 9 ppm pada suhu 20°C (Sawyer dan Mc Catry, 1978 dalam Hariyadi, 2008). 2.8 Bahaya BOD Berkurangnya oksigen selama oksidasi ini sebenarnya Selain digunakan untuk oksidasi bahan organik. juga digunakan dalam proses sintesa serta oksidasi sel dari mikroorganisme. Oleh karena itu, BOD tidak dapat mengukur jumlah bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah konsumsi oksigen tersebut. bila semakin banyak Oksigen yang digunakan, maka semakin banyak pula bahan-bahan organik (Krisntanto, 2002, dalam Muhasir, 2013). 2.9 Metode Pengukuran BOD Metode pengukuran BOD cukup sederhana, yaitu mengukur kandungan oksigen terlarut awal (DO0) lalu mengukur kandungan oksigen terlarut sampel yang telah diinkubasi selama 5 hari dengan suhu 20°C (DO5). Kadar BOD ditentukan dengan rumus BOD (mg/l) = DO0-DO5. 2.10 Standar Baku Mutu Air Standar baku mutu air adalah batas kadar yang diperkenalkan bagi zat atau bahan pencemaran dalam air. berdasarkan PP Nomor 82 Tahun 2001 kriteria baku mutu air berdasarkan kelas : 1.



Kelas I



: sebagai air baku air minum



2.



Kelas II



: sebagai rekreasi



3.



Kelas III



: sebagai pembudidayaan ikan



4.



Kelas IV



: sebagai pengairan tanaman.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1 Hasil Waktu pengamatan kebutuhan oksigen biokimia (BOD) di laboratorium dilaksanakan pada : hari/tanggal : Selasa / 13 November 2018 waktu



: 08.00 WIB



tempat



: Laboratorium Mikroskopik Fakultas Kedokteran Universitas



No. 1.



Tanjungpura



Perlakuan



Pengamatan



Dimasukkan air sampel ke dalam Sebanyak 250 ml winkler sebanyak 250 ml



2.



Diinkubasi selama 5 hari dengan



-



suhu 20oC



Inkubasi selama 5 hari, dalam kondisi gelap dan suhu 20oC dalam inkubator.



-



Terdapat gelembung air



3.



Ditambahkan 2 ml MnSO4



4.



Ditambahkan 2 ml alkali iodida Ditambahkan 4 ml alkali iodida azida



5.



Ditambahkan 4 ml MnSO4



azida



Ditutup botol dan homogenkan, Terbentuk endapan coklat diamkan selama beberapa menit



6.



7.



Ditambahkan 2 ml H2SO4, tutup



-



Ditambahkan 4 ml H2SO4



kembali botol dan homogenkan



-



Terdapat sisa endapan



-



Terjadi reaksi eksoterm



Dimasukkan ke dalam erlenmeyer Dimasukkan 50 ml ke dalam 3 labu 50 ml



8.



Ditambahkan indikator amilum



erlenmeyer -



atau larutan kanji



Ditambahkan sebanyak 3 tetes



-



Terjadi perubahan warna kebiruan



9.



Dititrasi endapan dengan Na2S2O3



Volume digunakan :



hingga warna biru hilang



V1 = 1,1 ml V2 = 0,4 ml V3 = 0,4 ml Rata-rata volume digunakan : 0,63 ml



10.



Dihitung BOD dengan rumus



DO5 =



0,63 × 0,0125 ×8000 ×1,03 50



= 1,3 ml (kelas IV) BOD= DO0 – DO5 = 2,52 – 1,3 = 1,22 ml (kelas I)



4.2 Pembahasan 4.2.1 Rona Lingkungan Pengambilan Sampel Lokasi pengambilan untuk air sampel yang akan dilakukan uji BOD ditentukan di parit jalan perdana, kota Pontianak. Lokasi parit berdekatan dengan ruko dan sebuah bengkel, lokasi dengan perumahan warga yang tidak terlalu padat, berjarak ±50 meter. Disisi parit ditumbuhi beberapa pohon pisang, dan sisi lainnya rerumputan dengan sampah yang tersangkut, terbawa arus ketika air pasang. Pada lokasi parit terdapat jembatan yang dibangun warga untuk mengakses air parit. Pohon-pohon besar yang berada di samping jalan parit memberikan keteduhan dan kerindangan lokasi parit. Parit memiliki lebar 6,2 m dan kedalaman 35,7 cm. Dengan kondisi yang cukup lebar tidak terlihat sampah yang terlalu mencolok dan mencemari parit. Namun, dapat dilihat pada warna air parit yang gelap coklat kekuningan dan memiliki bau limbah seperti limbah rumah tangga atau air parit pada umumnya maupun akibat zat padat tersuspensi (TSS), seperti sedimen bahan organik, zat kimia, partikel sampah, tumbuhan, material daun dan logam berat yang mengindikasikan ada zat yang bersifat polutan masuk kedalam parit dan masih digunakan air parit ini oleh warga sekitar.



Disamping parit tak luput dari sampah meskipun tidak menumpuk, dapat ditemukan sisa-sisa pembakaran sampah disampinh pohon pisang atau pinggiran parit. Pengambilan sampel air di jalan perdana dilaksanakan pada pagi hari jam 09.00 WIB, dengan kondisi cerah berawan dan panas matahari memberikan pengaruh penggunaan oksigen di dalam air yaitu proses fotosintesis, sehingga kadar oksigen terpakai oleh biota yang hidup di perairan parit tersebut. 4.2.2 Fungsi Larutan Penambahan MnSO4 berfungsi untuk mengikat oksigen menjadi Mn(OH)2 dengan prinsip dalam larutan yang bersifat basa kuat MnSO4 akan bereaksi dengan basa (OH-) membentuk endapan Mn(OH)2. Pengamatan terhadap sampel air yang dilakukan, sampel air bukan termasuk golongan basa maupun basa kuat, dengan pH 5,5 yang tergolong kedalam larutan asam lemah. Sehingga, proses pengendapan air sampel memerlukan waktu 6-10 menit dengan dilakukan homogen botol winkler sampel air beberapa kali, seperti membolak-balikkan botol winkler agar larutan menyatu dengan air sampel. Endapan yang tebentuk tidak berwarna putih seperti endapan larutan yang bersifat basa kuat, melainkan coklat pekat. Penambahan MnSO4 dilaksanakan untuk perlakuan pertama kepada sampel air kemudian dilakukan penambahan alkali iodida azida. Peran MnSO4 ialah mengikat oksigen yang ada didalam air (gugus oksida maupun karboksil) yang terdapat oksigen sedangkan alkali iodida berperan untuk mengendapkan sebagai reagen. Sehingga urutan perlakuannya harus sesuai agar terbentuk endapan yang diinginkan sesuai tujuan penambahan. Perlakuan penambahan MnSO4 dan alkali iodida pada sampel air diberikan masing-masing 4 ml pada pengukuran DO awal (DO0), keduanya harus sama, baik takarannya agar terbentuk endapan. Penambahan H2SO4 dilakukan setelah pengendapan sempurna yang akan melarutkan kembali endapan yang terbentuk dan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen terlarut. Penambahan



H2SO4 dalam suasana asam kuat akan mengoksidasi ion iodida menjadi I2 bebas dan melepaskan Mn dari endapan Mn(OH)2. Perlakuan penambahan H2SO4 diberikan sebanyak 2 ml agar endapan larut, pada perlakuan DO5 diberikan sebanyak 4 ml, endapan larut seluruhnya dan menyisakan warna air kekuningan dan air sampel terasa hangat ketika ditambahkan H2SO4 pekat. Penambahan H2SO4 ke dalam air selalu menghasilkan panas yang akan berpengaruh terhadap temperatur air. Kenaikan temperatur akan berpengaruh terhadap penguapan I2 (reaksi eksoterm). Oleh karena itu, setelah ditambahkan H2SO4 larutan sampel harus dibiarkan beberapa saat agar kelarutan sempurna. Penambahan larutan amilum/larutan kanji ditambahkan sebelum titik ekivalen I2 dan oksigen terlarut terjadi dan dapat membentuk kompleks berwarna biru pada larutan sampel (Padmaningrum, 2008). Perlakuan yang diberikan sebanyak 3 tetes pada pengujian DO5 yang menghasilkan warna (perubahan) kebiruan pada sampel air. Perlakuan titrasi natrium tiosulfat (Na2S2O3) dilakukan segera setelah air berubah kebiruan. Setelah dilakukan titrasi warna air berubah ke warna sebelumnya. Perlakuan pada DO5 digunakan titrasi tiosulfat sebanyak 0,63 ml. 4.2.3 Analisa Hasil Perhitungan BOD dan Faktor yang Mempengaruhinya Kadar DO0 yang diperoleh adalah 2,52 mg/l dan DO5 1,3 ml, sehingga diperoleh hasil BOD 1,22 mg/l. Berdasarkan standar baku mutu berdasarkan kelas air menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 maka kualitas air parit jalan perdana termasuk kedalam standar baku mutu kelas air I. Kualitas air dan tingkat pencemarannya tidak dapat ditentukan menggunakan satu atau dua parameter saja. Dalam praktikum ini diberlakukan parameter BOD yang menunjukkan tingkat pencemaran yang rendah berdasarkan standar baku mutu kelas air yang dimiliki air parit jalan perdana, meskipun oksigen terlarut yang menjadi standar



penting menunjukkan kadar oksigen perairan terhitung rendah, namun saat pengamatan lokasi parit masih dapat ditemukan ikan-ikan kecil yang hidup didalam perairan badan air parit tersebut. Hal ini menunjukkan dengan tingkat oksigen yang tergolong rendah dan beban pencemaran air yang tidak terlalu tinggi air parit masih dapat menjadi tempat hidup biota air seperti ikan. 4.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD) Semakin besar nilai BOD maka kandungan DO semakin rendah, keduanya merupakan parameter kimia perairan namun memiliki hubungan yang berkebalikan, karena BOD mengindikasikan bahwa suatu sungai tercemar atau tidak. Nilai BOD sangat bergantung pada nilai DO hari ke-5. Inkubasi yang diberlakukan pasti menunjukkan perubahan, perbedaan dari peelitian maupun perhitungan DO awal. Faktor yang dapat berpengaruh terhadap kadar BOD adalah sebagai berikut. (Puspitasari, 2017). 1.



Jumlah senyawa organik yang akan diuraikan;



2.



Terdapat mikroorganisme aerob yang menguraikan senyawa organik; dan



3.



Ketersediaan jumlah oksigen perairan. Pada sampel air yang telah diinkubasi selama 5 hari dalam suhu



konstan 20oC dan kondisi gelap didapati gelembung air yang menandakan adanya aktivitas mikroorganisme dalam sampel air yang menguraikan oksigen terlarut di dalamnya. Meskipun tidak dipengaruhi oleh faktor cahaya, pengemasan sampel yang akurat dan pertimbangan pencegahan penguraian oksigen pada sampel yang sudah dilakukan, mikroorganisme masih dapat melakukan penguraian oksigen untuk memperoleh energi diluar faktor lainnya terutama cahaya sebagai salah satu sumber oksigen perairan. Aktivitas penggunaan oksigen tentu mengurangi kadar oksigen terlarut dalam sampel, namun untuk pengamatan



diperlukan



data



untuk



penggunaan



oksigen



oleh



mikroorganisme ini. Sehingga, faktor pengaruh BOD dapat diketahui dari hasil perlakuan DO5.



BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian pada sampel air yang didapatkan dari lokasi Parit di Jalan Perdana Pontianak, diperoleh nilai DO0 2,52 mg/liter dan DO5 1,3 mg/liter. Sehingga nilai BOD yang diperoleh adalah 1,22 mg/liter dan tergolong ke dalam kelas I baku mutu air menurut indikator BOD berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. 5.2 Saran Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan dengan mengetahui dan mengamati langsung kualitas sumber air rumah tangga, parit di daerah permukiman warga Kota Pontianak, diharapkan untuk dapat meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan dan turut mengurangi dan menghilangkan tindakan yang berindikasi pencemaran terhadap air parit, sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga dan kualitas penggolongan akan air bersih dapat terlaksana.



DAFTAR PUSTAKA Agustyar, 2015. Kandungan



Oksigen Terlarut/DO (Dissolved Oxygen).



Yogyakarta. Darwah, Winda. 2012. Pabrik Asam Sulfat dengan Proses Double Contact Absorber. Fakultas Teknologi Industri: UPN Veteran Jatim. Anonim. 2011. Larutan Natrium Thiosulfat (Na2S2O3). Jakarta. Makalah Kimia Dasar . Denny, dkk. 2013. Oksigen Terlarut. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan: Universitas Padjajaran. Hanifah, 2018. Oksigen Terlarut (DO). Bandung. Hidayah, Saleh. 2015. Limnologi. Palembang: Universitas Muhammadiyah Palembang Press. Hilda, Zulkipli. 2009. Status Kualitas Sungaim Musi Bagian Hiur ditinjau dari Komunitas Fitoplankton Berkala. Jurnal Penelitian Hayati: 15 (1) : 5-9. Karimah, Mawaddatul. 2014. Kimia Lingkungan: Pengertian COD, TOD dan BOD. Website unair.ac.id. Diakses tanggal 30 Maret 2015. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Limbah. Mardhotillah, Tri. 2016. Uji Oksigen Terlarut (DO). Yogyakarta. Penn, Michael dkk. 2010. Biochemical Oxygen Demand. Winconsin, USA: Enviromental and Echological Chemistry, vol: 11. Puspitasari, Nev dkk. 2013. Peraturan Pengelolaan Limbah Industri. Bandung Progam Studi Diploma III Analisis Kesehatan, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehetan. Universitas Muhammadiyah Semarang. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Rinasih, Okaokita. 2016. Pengambilan Sampel Air (Analisis Air). Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Semarang. Santoso, Arif D. 2018. Keragaan nilai DO, BOD dan COD di Danau Bekas Tambang Batu Bara. Tenggerang Selatan. Jurnal Teknik Lingkungan. Vol. 19, No. 1.



Saputri, Anita dkk 2011. Analisis Sebaran Oksigen Terlarut pada Sungai Raya, Pada Pontianak. Progam Studi Teknik Lingkungan. Universitas Tanjungpura. Sunu, P. 2011. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan 150. Bandung. Fatmawati, R. Dkk. 2012. Kajian Identifikasi Daya Tampung Beban Pencemaran Kali Ngrowedangan Menggunakan Paket Progam QUAL 2 KW. Jurnal Teknik Pengairan: Vol. 3, No. 2, hlm: 122-131. Universitas Brawijaya. Ira. 2013. Kajian Kualitas Perairan Berdasarkan Parameter Fisika dan Kimia di Pelabuhan Perikanan Samudra Kendari Sulawesi Tenggara. Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumber Daya Perairan. Tria, Sumyani. 2013. Amilum (Pati/Kanji). Jurnal Analisis Kesehatan.



LAMPIRAN



1. Rata-rata Volume Titrasi Pengukuran DO5 V1 = 1,1 ml V2 = 0,4 ml V3 = 0,4 ml Rata-rata volume digunakan =



1,1 +0,4 + 0,4 3



= 0,63 𝑚𝑙



2. Perhitungan DO5 𝑉 × 𝑁 × 8000 × 𝐹 50 0,63 × 0,0125 × 8000 × 1,03 𝑚𝑔 𝐷𝑂5 = = 1,30 ⁄𝑙 50 𝐷𝑂5 =



3. Perhitungan BOD 𝐵𝑂𝐷 = 𝐷𝑂0 − 𝐷𝑂5 𝐵𝑂𝐷 = 2,52 − 1,30 = 1,22



𝑚𝑔 ⁄𝑙



𝑚𝑔 ⁄𝑙



LAMPIRAN



Gambar 1. Pemberian larutan MnSO4



Gambar 3. Penghomogenan sampel air



Gambar 2. Pemberian larutan Alkali iodida



Gambar 4. Terbentuk endapan di dasar botol



Gambar 5. Pemberian larutan H2SO4



Gambar 6. Endapan larut



Gambar 7. Pemindahan sampel ke erlenmeyer



Gambar 8. Pentetesan indikator amilum



Gambar 9. Setelah ditetesi amilum



Gambar 10. Proses titrasi



Gambar 11. Sampel air yang telah dititrasi