13 0 958 KB
LAPORAN PRAKTIKUM ALAT UKUR DAN TEKNIK PENGUKURAN “Environment Tester”
Disusun Oleh: Nama
: Nimas Agustina P.
NIM
: 011200316
Prodi
: Teknokimia Nuklir
Kelompok
:D
Rekan kerja
: Riko Iman D. Vemi Ridantami
Tanggal Praktikum : 17 dan 24 November 2014 Asisten Praktikum : Ign Agus Purbhadi W.
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL YOGYAKARTA 2014
ENVIRONMENT TESTER I.
TUJUAN Mempelajari cara menggunakan dan melakukan pengukuran yaitu: 1. Pengukuran kecepatan angin 2. Pengukuran kecepatan air 3. Pengukuran kuat cahaya 4. Pengukuran Radiasi elektromagnetik 5. Pengukuran kebisingan
II.
DASAR TEORI A. Pengukuran kecepatan angin Angin merupakan unsur terpenting di atmosfer. Seiring dengan semakin majunya teknologi, kini telah ada alat yang dapat mengukur kecepatan angin. Nama alat itu adalah Anemometer. Alat ini dapat mengukur kecepatan angin kapanpun dan dimanapun. Bahkan, karena angin mempunyai pengaruh besar di lingkungan atmosfer, telah tercipta berbagai bentuk anemometer. Mulai dari yang sederhana, yang bisa dibawa-bawa dan praktis, sampai yang canggih dengan teknologi tinggi, yang dapat menghasilkan data kecepatan angin dan menganalisis kecepatan angin, dengan keakuratan mencapai hampir 100%. Namun, pemilihan jenis anemometer harus disesuaikan dengan tujuan penggunaannya . Dalam pemilihan jenis anemometer perlu diperhatikan beberapa hal, yang terpenting adalah :
1. Kisaran kecepatan angin (range of wind speed) yang dapat dideteksi. Beberapa anemometer mekanis hanya dapat bekerja jika kecepatan angin melampaui kecepatan minimalnya (starting threshold wind speed). 2. Kelinieran tanggapan (linierity of response) pada kisaran kecepatan angin yang diukur. 3. Kecepatan tanggapan (speed of response). Kecepatan tanggapan ini biasanya diukur berdasarkan waktu yang dibutuhkan bagi anemometer untuk milai melakukan pengukuran.
2
4. Ukuran alat (size of the instrument). Ukuran ini penting diselaraskan dengan jenis angin yang akan diukur atau ruang tempat pengukuran. Misalnya untuk mengukur kecepatan angin dalam sistem tajuk tanaman, dibutuhkan anemometer kecil. 5. Kesesuaian alat dengan arah angin yang akan diukur kecepatannya. Perlu diingat bahwa arah angin dapat berubah-ubah, tidak hanya datang
Anemometer Sederhana Anemometer sederhana terdiri dari jenis yaitu; Anemometer mangkuk dan anemometer baling-baling.
Anemometer Mangkuk. Anemometer jenis ini merupakan jenis yang paling umum digunakan. Umumnya terdiri dari 3 (bisa lebih dari 3) mangkuk yang dihubungkan keporos dengan tangkai (gambar 1).
Gambar 1. Bentuk 3 mangkuk
Anemometer mangkuk digunakan untuk kecepatan angin horizontal. Poros atas sumbu putar harus berada pada posisi tegak lurus, karena jika miring akan menyebabkan bias yang cukup berarti dalam mengukur kecepatan angin. Sebagai contoh, jika sumbu miring 10o, maka bias pengukuran mencapai 6%. Selain karena posisi yang tidak tegak lurus, bias dalam pengukuran juga dapat terjadi jika kecepatan angin sangat berfruktuasi. Pada kondisi kecepatan angin yang sangat berfruktuasi, anemometer mangkuk cenderung menunjukkan angka pengukuran yang lebih tinggi dari kecepatan rata-rata yang sesungguhnya (overestimated). Selain itu, ada kemungkinan anemometer berputar berlawanan arah dengan rancangan arah putaran dalam pengukuran. Anemometer mangkuk mempunyai batas minimal kecepatan angin untuk dapat beroperasi, umumnya berkisar antara 0,1 m/detik sampai 0,4 m/detik.
3
Gambar 2. Anemometer Mangkuk
Angin yang berlawanan dengan arah mangkuk akan menggerakkan mangkuk. Berputarnya mangkuk mendapat tanggapan pada reicever, besarnya kecepatan yang diterima oleh reicever akibat hembusan angin tersebut akan ditampilkan pada display, biasanya satuannya dalam m/s, km/jam, ft/min, Knots, atau mil/jam. Data yang tertera biasanya tidak konstan (berubah-ubah), hal itu dikarenakan oleh hembusan angin yang tidak konstan. Cara pengambilan data kecepatan angin dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dapat dilakukan dengan sekali pengukuran atau dengan mengambil kecepatan rata-rata setelah melakukan perulangan sebanyak yang diperlukan. Pengambilan data dengan cara perulangan dapat dilakukan dengan perulangan tiga kali. Caranya, Pada data pertama , kecepatan angin yang terbaca dan ditampilkan pada display oleh anemometer mangkuk, diambil kecepatan maksimumnya tiap satu menit atau 30 detik. Kemudian dilakukan perulangan yang sama sebanyak tiga kali. Setelah data perulangan diperoleh, kemudian diambil nilai rata-ratanya. Kecepatan rata-rata itu merupakan data kecepatan angin yang diperoleh. Cara ini kemunginan lebih tepat, dikarenakan kecepatan angin yang tidak konstan.
Anemometer
Baling-baling. Selain anemometer mangkuk, ada juga
anemometer yang menggunakan baling-baling sebagai sumbu putarnya. Pada prinsipnya, Jenis anemometer ini sama dengan anemometer mangkuk. Perbedaannya, Anemometer baling-baling jenis ini dapat mengukur kecepatan angin horizontal dan vertikal. Umumnya digunakan tiga atau lebih daun kipas
4
(blade). Putaran baling-baling berkorelasi denga kecepaan angin. Anemometer baling-baling memiliki kecepatan minimum dibawah 0,1 m/detik, lebih rendah dibandingkan anemometer mangkuk, sehingga banyak digunakan dalam pengukuran kecepatan angin skala mikro. Pengambilan datanya sama dengan anemometer mangkuk, dapat dilakukan dengan sekali percobaan atau dengan cara perulangan seperti yang sudah dijelaskan pada anemometer mangkuk. Contoh tabel Skala Beaufort: Satuan Satuan Skala Kategori dalam dalam Keadaan di daratan Beaufort km/jam knots Udara Asap bergerak secara 0 0 0 Tenang vertikal Angin terasa di wajah; Angin daun-daun berdesir; 1~3 ≤ 19 ≤ 10 lemah kincir angin bergerak oleh angin mengangkat debu dan Angin menerbangkan kertas; 4 20~29 11~16 sedang cabang pohon kecil bergerak pohon kecil berayun; Angin gelombang kecil 5 30~39 17~21 segar terbentuk di perairan di darat
6
Angin kuat
7
Angin ribut
8
Angin ribut sedang
Keadaan di lautan Permukaan laut seperti kaca riuk kecil terbentuk namun tidak pecah; permukaan tetap seperti kaca Ombak kecil mulai memanjang; garis-garis buih sering terbentuk Ombak ukuran sedang; buih berarak-arak
Ombak besar mulai terbentuk, buih tipis melebar dari puncaknya, kadang-kadang timbul percikan Laut mulai bergolak, buih pohon-pohon bergerak; putih mulai terbawa angin 51~ 62 28 ~33 terasa sulit berjalan dan membentuk alur-alur melawan arah angin sesuai arah angin Gelombang agak tinggi dan lebih panjang; puncak ranting-ranting patah; gelombang yang pecah 63~ 75 34~ 40 semakin sulit bergerak mulai bergulung; buih yang maju terbesar anginnya semakin jelas alur-alurnya cabang besar bergerak; siulan terdengar pada 40~ 50 22~ 27 kabel telepon; payung sulit digunakan
5
9
kerusakan bangunan Angin mulai muncul; atap 76~ 87 41~ 47 ribut kuat rumah lepas; cabang yang lebih besar patah
10
Badai
11
Badai kuat
jarang terjadi di daratan; pohon-pohon tercabut; 88~ 102 48~ 55 kerusakan bangunan yang cukup parah
103 56~ 63 ~117 sangat jarang terjadikerusakan yang menyebar luas
12+
Topan
³118
³64
Gelombang tinggi terbentuk buih tebal berlajur-lajur; puncak gelombang roboh bergulung-gulung; percikpercik air mulai mengganggu penglihatan Gelombang sangat tinggi dengan puncak memayungi; buih yang ditimbulkan membentuk tampal-tampal buih raksasa yang didorong angin, seluruh permukaan laut memutih; gulungan ombak menjadi dahsyat; penglihatan terganggu Gelombang amat sangat tinggi (kapal-kapal kecil dan sedang terganggu pandangan karenanaya), permukaan laut tertutup penuh tampal -tampal putih buih karena seluruh puncak gelombang menghamburkan buih yang terdorong angin; penglihatan terganggu Udara tertutup penuh oleh buih dan percik air; permukaan laut memutuh penuh oleh percik-percik air yang terhanyut angin; penglihatan amat sangat terganggu
B. Pengukuran kecepatan aliran air Prinsip kerja jenis curent meter ini adalah propeler berputar dikarenakan partikel air yang melewatinya. Jumlah putaran propeler per waktu pengukuran dapat memberikan kecepatan arus yang sedang diukur apabila dikalikan dengan rumus kalibrasi propeler tersebut. Jenis alat ini yang menggunakan sumbu propeler sejajar dengan arah arus disebut Ott propeler curent meter dan yang sumbunya tegak lurus terhadap arah
6
arus disebut Price cup current meter. Peralatan dengan sumbu vertikal ini tidak peka terhadap arah aliran. Keuntungan: Propeler curent meter ini menghasilkan pekerjaan yang akurat dan cepat apabila dilakukan perawatan yang baik dan pelaksanaan yang cermat. Juga kalibrasi propeler harus dilakukan dengan baik. Kerugian: Dapat dipengaruhi oleh kapal (pitching dan rolling), sehingga kecepatan arus yang diukur bukan hanya kecepatan arus aliran sungai saja. Diperlukan test kalibrasi untuk mengatasi hal ini. Cara pemakaian: Ott current-meter dapat digunakan baik dengan digantung pada kabel/tali maupun pada tiang. Cara yang pertama dapat dilaksanakan pada pengukuran di sungai maupun di muara sungai, sedangkan cara kedua dapat dipakai pada pengukuran di kanal yang kecil atau digantung di jembatan.
Gambar (a) Cup current meter dan (b) Propeler current meter Metode pengukuran kecepatan aliran di sungai: a. Metode satu titik Metode ini digunakan untuk sungai yang dangkal dengan mengukur pada kedalaman 0,6 h. Kecepatan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: V = V0,6
7
Metode 1 titik b. Metode dua titik
Metode 2 titik Pengukurandilakukanpadakedalaman 0,2 h dan 0,8 h. Kecepatan rata-rata dapatdihitungdenganrumussebagaiberikut:
c. Metode tiga titik
d. Metode lima titik
Pengukuran kecepatan aliran dengan pelampung Pelampung merupakan alat ukur kecepatan arus yang paling sederhana. Pelampung bergerak terbawa oleh arus dan kecepatan arus didapat dari jarak tempuh pelampung dibagi dengan waktu tempuh. Pelampung dapat berupa pelampung permukaan, pelampung ganda, pelampung tongkat dan lain-lain.
8
Cara ini dapat dengan mudah digunakan meskipun permukaan air sungai itu tinggi. Cara ini sering digunakan karena tidak dipengaruhi oleh kotoran atau kayu-kayuan yang hanyut dan mudah dilaksanakan.
Gambar Macam-macam pelampung untuk mengukur kecepatan aliran Tempat yang harus dipilih adalah bagian sungai yang lurus dengan perubahan lebar sungai, dalamnya air dan gradien yang kecil. Seperti terlihat dalam gambar, tiang-tiang untuk observasi dipancangkan pada 2 buah titik dengan jarak dari 50 sampai 100 m. Waktu mengalirnya pelampung diukur dengan “stopwatch.” Setelah kecepatan aliran dihitung, maka diadakan perhitungan debit yakni kecepatan kali luas penampang melintangnya. Biasanya digunakan 3 buah pelampung yang dialirkan pada satu garis pengukuran aliran dan diambil kecepatan rata-rata. Mengingat arah mengalirnya pelampung itu dapat dirubah oleh pusaran-pusaran air dan lain-lain, maka harga yang didapat dari pelampung yang arahnya sangat berbeda harus ditiadakan. 1. Pelampung permukaan: Untuk mengukur kecepatan aliran permukaan digunakan sepotong kayu dengan diameter 15 sampai 30 cm, tebal 5 cm. Supaya mudah dilihat, kayu itu dicat atau kadang-kadang pada malam hari dipasang bola lampu listrik yang kecil. Bahan dari pelampung yang digunakan adalah tidak tentu, sepotong kayu, seikat jerami, botol dan lain-lain, dapat digunakan.
9
Pengukuran kecepatan aliran dengan pelampung permukaan digunakan dalam keadaan banjir atau jika diperlukan segera harga perkiraan kasar dari debit, karena cara ini adalah sangat sederhana dan dapat menggunakan bahan tanpa suatu pilihan. Akan tetapi, harga yang teliti adalah sulit diketahui karena disebabkan oleh pengaruh angin atau perbandingan yang berubah-ubah dari kecepatan aliran permukaan terhadap kecepatan aliran rata-rata yang sesuai dengan keadaan sungai. Kecepatan rata-rata aliran pada penampang sungai yang diukur adalah kecepatan pelampung permukaan dikali dengan koeffisien 0,70 atau 0,90, tergantung dari keadaan sungai dan arah angin. Dr. Bazin menggunakan koeffisien 0,86. 2. Pelampung tangkai: Pelampung tangkai dibuat dari sepotong/setangkai kayu atau bambu yang diberi pemberat pada ujung bawahnya. Pemberat itu dibuat dari kerikil yang dibungkus dengan jaring atau kain di ujung bawah tangkai. Pelepasan pelampung: Beberapa saat sesudah pelepasan, pelampung itu tidak stabil. Jadi pelampung harus dilepaskan kira-kira 20-50 m di sebelah hulu garis observasi pertama, sehingga pada waktu observasi, pelampung itu telah mengalir dalam keadaan yang stabil. Hal ini akan dipermudah jika di sebelah hulu titik pelepasan terdapat jembatan. Mengingat posisi pelepasan itu sulit ditentukan, maka sebelumnya harus disiapkan tanda yang menunjuk posisi tersebut dengan jelas.
10
Gambar Sketsa Alur Sungai Untuk Pengukuran Debit Metode Pelampung C. Pengukuran Kebisingan Untuk mengukur kebisingan di lingkungan kerja dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sound Level Meter. Ada tiga cara atau metode pengukuran akibat kebisingan di lokasi kerja. 1. Pengukuran dengan titik sampling Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga melebihi ambang batas hanya pada satu atau beberapa lokasi saja. Pengukuran ini juga dapat dilakukan untuk mengevalusai kebisingan yang disebabkan oleh suatu peralatan sederhana, misalnya
Kompresor/generator.
Jarak
pengukuran
dari
sumber
harus
dicantumkan, misal 3 meter dari ketinggian 1 meter. Selain itu juga harus diperhatikan arah mikrofon alat pengukur yang digunakan
. 2. Pengukuran dengan peta kontur Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat dalam mengukur kebisingan, karena peta tersebut dapat menentukan gambar tentang kondisi kebisingan dalam cakupan area. Pengukuran ini dilakukan dengan membuat gambar isoplet pada kertas berskala yang sesuai dengan pengukuran yang dibuat. Biasanya dibuat kode pewarnaan untuk menggambarkan keadaan kebisingan, warna hijau untuk kebisingan dengan intensitas dibawah 85 dBA warna orangeuntuk tingkat kebisingan yang tinggi diatas 90 dBA, warna kuning untuk kebisingan dengan intensitas antara 85 – 90 dBA. 3. Pengukuran dengan Grid Untuk mengukur dengan Grid adalah dengan membuat contoh data kebisingan pada lokasi yang di inginkan. Titik–titik sampling harus dibuat dengan jarak interval yang sama diseluruh lokasi. Jadi dalam pengukuran lokasi dibagi
11
menjadi beberpa kotak yang berukuran dan jarak yang sama, misalnya : 10 x 10 m. kotak tersebut ditandai dengan baris dan kolom untuk memudahkan identitas. Nilai Ambang Batas Kebisingan Nilai ambang Batas Kebisingan adalah angka 85 dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus-menerus tidak lebih dari dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. Waktu maksimum bekerja adalah sebagai berikut PEMAPARAN
No.
TINGKAT KEBISINGAN (dBA)
1.
85
8 jam
2.
88
4 jam
3.
91
2 jam
4.
94
1 jam
5.
97
30 menit
6.
100
15 menit
HARIAN
Zona Kebisingan Daerah dibagi sesuai dengan titik kebisingan yang diizinkan Zona A : Intensitas 35 – 45 dB. Zona yang diperuntukkan bagi tempat penelitian, RS, tempat perawatan kesehatan/sosial & sejenisnya. Zona B : Intensitas 45 – 55 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat Pendidikan dan rekreasi. Zona C : Intensitas 50 – 60 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perkantoran, Perdagangan dan pasar. Zona D : Intensitas 60 – 70 dB. Zona yang diperuntukkan bagi industri, pabrik, stasiun KA, terminal bis dan sejenisnya.
Zona Kebisingan menurut IATA (International Air Transportation Association) Zona A: intensitas > 150 dB → daerah berbahaya dan harus dihindari
12
Zona B: intensitas 135-150 dB → individu yang terpapar perlu memakai pelindung telinga (earmuff dan earplug) Zona C: 115-135 dB → perlu memakai earmuff Zona D: 100-115 dB → perlu memakai earplug D. Pengukuran Intensitas cahaya Cahaya merupakan satu bagian berbagai jenis gelombang elektromagnetis yang terbang ke angkasa dimana gelombang tersebut memiliki panjang dan frekuensi tertentu yang nilainya dapat dibedakan dari energy cahaya lainnya dalam spectrum elektromagnetisnya (Suhadri, 2008). Menurut Kepmenkes no. 1405 tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
Sistem Pencahayaan Menurut Prabu dalam Firmansyah (2010), ada 5 sistem pencahayaan di ruangan, yaitu: 1.
Sistem pencahayaan langsung (direct lighting)
Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi ada kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya. Untuk efek yang optimal, disarankan langi-langit, dinding serta benda yang ada di dalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan. 2.
Pencahayaan semi langsung (semi direct lighting)
Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa langit-langit dan dinding yang diplester putih memiliki pemantulan 90%, apabila dicat putih pemantulan antara 5%-90%. 3.
Sistem pencahayaan difus (general diffuse lighting)
Pada sistem ini setengah cahaya 40%-60% diarahkan pada benda yang perlu disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dalam
13
pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirectyakni memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui. 4.
Sistem pencahayaan semi tidak langsung (semi indirect lighting)
Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi. 5.
Sistem pencahayaan tidak langsung (indirect lighting)
Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja. Menurut SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja, pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja menggunakan alat luxmeter. Alat ini mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, kemudian energi listrik dalam bentuk arus digunakan untuk menggerakkan jarum skala. Untuk alat digital, energy listrik diubah menjadi angka yang dapat dibaca pada layar monitor. Prosedur kerja pengukuran intensitas cahaya dalam ruang kerja menurut SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja adalah sebagai berikut: 1.
Luxmeter dikalibrasi oleh laboratorium yang terakreditasi
2.
Menentukan titik pengukuran, penerangan setempat atau penerangan
umum Penerangan setempat adalah penerangan yang mengenai obyek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan. Bila meja kerja yang digunakan oleh pekerja, maka pengukuran dapat dilakukan di atas meja yang ada. Denah pengukuran intensitas penerangan setempat seperti berikut:
14
Penerangan umum adalah titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai. Jarak tertentu tersebut dibedakan luas ruangan sebagai berikut: a.
Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi: titik potong garis horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1(satu) meter. b.
Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi: titik
potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 (tiga) meter. c.
Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal
panjang
dan
lebar
ruangan
adalah
pada
jarak
6
meter.
(selengkapnya bisa dilihat di SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja) 3.
Syarat-syarat dalam pengukuran:
a.
Pintu ruangan dalam keadaan sesuai dengan kondisi tempat pekerjaan
dilakukan b.
Lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan sesuai dengan kondisi
pekerjaan. 4.
Penggunaan luxmeter:
a.
Hidupkan luxmeteryang telah dikalibrasi dengan membuka penutup
sensor b.
Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik
pengukuran untuk intensitas penerangan setempat atau umum. c.
Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa
saat sehingga didapat nilai angka yang stabil. d.
Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas
penerangan setempat.
15
Tabel Area Kegiatan dan Tingkat Penerangan (Sumber : Suhadri, 2008) Tingkat Penerangan
Area Kegiatan
(Lux) Layanan penerangan yang minimum dalam
Pencahayaan 20
umum untuk
area sirkulasi luar ruangan, pertokoan di daerah terbuka, halaman tempat penyimpanan
ruangan dan area yang jarang
50
Tempat pejalan kaki dan panggung
digunakan
70
Ruang boiler
dan/atau tugas-
100
Halaman trafo, ruangan tungku
tugas atau visual 150
sederhana
200
Area sirkulasi di industri, pertokoan dan ruang penyimpan Layanan penerangan yang minimum tugas Meja dan mesin kerja ukuran sedang, proses
300
Pencahayaan
umum dalam industri kimia dan makanan, kegiatan membaca dan membuat arsip
umum untuk
Gantungan baju, pemeriksaan, kantor untuk
interior 450
menggambar, perakitan mesin dan bagian yang halus, pekerjaan warna, tugas menggambar kritis
Tabel Area Kegiatan dan Tingkat Penerangan (Lanjutan) Tingkat Penerangan
Area Kegiatan
(Lux) Pekerjaan mesin dan di aras meja yang sangat halus, perakitan mesin presisi kecil dan
Pencahayaan tambahan setempat untuk
1500
instrumen, komponen elektronik, pengukuran dan pemeriksaan. Bagian kecil yang rumit
tugas visual yang
(sebagian mungkin diberikan oleh tugas
tepat
pencahayaan setempat) 3000
Pekerjaan berpresisi dan rinci sekali, misal
16
instrumen yang sangat kecil, pembuatan jam tangan, pengukiran E. Pengukuran radiasi elektromagnetik Nilai ambang batas medan listrik dan medan magnet dengan frekuensi 50 / 60 Hz pada saluran udara tegangan tinggi (SUTT) dan saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET), ditetapkan dengan berorientasi kepada kesehatan manusia dan makhluk hidup disekitarnya, dan berdasarkan kepada hasil penelitian para pakar.
Nilai ambang batas medan listrik dinyatakan oleh kuat medan listrik (E) dan nilai ambang batas medan magnet dinyatakan rapat oleh fluks magnet (B). Nilai ambang batas medan listrik dan medan magnet pada SUTT dan SUTET untu frekuensi 50 Hz dan 60 Hz berturut-turut dapat dilihat pada Tabel
III.
ALAT PERCOBAAN 1. 2. 3. 4.
IV.
Environtment tester Current meter Anemo meter Electromagnetic field tester
LANGKAH KERJA A. Pengukuran kecepatan air dan angin di lingkungan sekitar ( irigasi jembatan babarsari) 1. Alat ukur kecepatan air disiapkan 2. Kedalaman irigasi diukur 3. Pengukuran di lakukan dengan menggunakan metode 1 titik, 2 titik dan 3 titik. 4. Data yang di dapatkan dicatat 5. Alat di ganti sensornya ke sensor untuk kecepatan angin (anemometer) 6. Pengukuran di lakukn di 3 titik 7. Masing-masing titik di lakukan pengukuran sebanyak 10x 8. Data yang didapatkan dicatat
B. Pengukuran kebisingan, intensitas cahaya dan suhu 1. Ukuran ruangan ditentukan terlebih dahulu
17
2. Alat environtment tester disiapkan 3. Dilakukan pengukuran kuat cahaya pada bagian tengah petak yang telah ditentukan 4. Kemudian alat di set untuk pengukuran kebisingan dan suhu 5. Data yang didapatkan dicatat.
C. Pengukuran radiasi elektromagnetik 1. Alat EMF dinyalakan 2. Dilakukan pengukuran Radiasi elektromagnetik di dekat instrumen yang biasa digunakan pekerja 3. Data yang didapatkan dicatat. V.
DATA PENGAMATAN Alat yang digunakan 1. Anemometer
Merk/Type : SWISS + Design / Flowatch
2. Currentmeter
Merk/Type : SWISS + Design / Flowatch
3. EMF
Merk/Type : L T Lutron EMF-827
4. Environment Multimeter A. Pengukuran kecepatan Angin NO R1 R2 R3
1 2.3 0.7 1.2
2 2.6 0.8 1.4
3
4
1.8 0.7 1.1
2 0.6 1.3
5 (m/s) 2.8 0.4 1.3
6
7
8
9
3 0.6 1.2
2.6 0.7 1.1
2.4 0.6 1.2
2.1 0.6 1.6
10 1.8 0.5 1.8
B. Pengukuran kecepatan Air Selokan Babarsari NO 1 titik 2 titik 3 titik
Kedalaman (67 cm) 0.6 D = 40 cm 0.2 D = 14 cm 0.8 D = 54 cm 0.6 D = 40 cm 0.2 D = 14 cm 0.8 D = 54 cm
1 0.2 0.3 0.1 0.2 0.3 0.1
2 (m/s) 0.1 0.3 0.1 0.1 0.3 0.1
3 0.1 0.2 0.1 0.1 0.2 0.1
4 0.2 0.3 0.2 0.2 0.3 0.2
5 0.1 0.3 0.1 0.1 0.3 0.1
18
Dengan pelampung: P = 3 meter No. 1 2 3
Waktu (detik) 7.25 6.99 7.28
C. Pengukuran Kuat cahaya R1 : Ruang kuliah 10, L = (8x6) m2 R2 : Lab Instrumentasi Kimia bagian dalam, L = (6x3) m2 R3 : Lab Operasi Teknik Kimia, L = (12x6) m2 Titik ukur R1 R2 R3
Suhu (OC) 28.2 27.6 27.9
1
145 123 211
2
51 184 260
3
4
5
6
123
26
(Lux) 46 78
273
294
490
419
7
8
450
471
D. Pengukuran Radiasi gelombang Elektromagnetik NO 1 2 3 4 5 6 T x 20 R1 0.04 0.01 0.03 0.02 0.03 0.04 R2 0.23 0.25 R3 0.01 0.01 0.01 0.01 0.05 0.01 E. Pengukuran Kebisingan NO 1 2 3 R1 R2 R3
59.7 59.1 55.4
45.6 59.3 64.1
4
50.9
50.8
5 dB 47.4
63.5
65.4
61.5
6 41.6 60.9
9
10
7
8
0.01
0.85
7
8
59.4
60.1
11
12
9
10
9
10
VI. PENGOLAHAN DATA a. Pengukuran kecepatan angin rata-rata
19
Dengan metode yang sama dan data yang berbeda dalam m/s R1 R2 R3 2.34
0.62
b. Pengukuran kecepatan aliran air Ukuran sungai yang digunakan : Kedalaman sungai : 67 cm NO Kedalaman (67 cm) 1 2 1 titik
0.6 D = 40 cm 0.2 D = 14 cm 0.8 D = 54 cm 0.6 D = 40 cm 0.2 D = 14 cm 0.8 D = 54 cm
2 titik 3 titik
3 (m/s) 0.1 0.1 0.3 0.2 0.1 0.1 0.1 0.1 0.3 0.2 0.1 0.1
0.2 0.3 0.1 0.2 0.3 0.1
Pengukuran dengan metode 1 titik : V0.6 = 0.14 m/
Pengukuran metoda 2 titik : V* =
1.32
4
5
Rata - rata
0.2 0.3 0.2 0.2 0.3 0.2
0.1 0.3 0.1 0.1 0.3 0.1
0.14 0.28 0.12 0.14 0.28 0.12
= Pengukuran metoda 3 titik : V= =
Pengukuran dengan metode pelampung: P = 3 meter No. 1 2 3
Titik ukur R1 R2 R3
Waktu (detik) 7.25 6.99 7.28
V (m/s) 0.41 0.43 0.41
Pengukuran kuat cahaya Suhu (OC) 28,2 27.6 27,9
1
145 27,6 211
2
51 123 260
3
123 184 273
4
26 294
5
6
7
8
9
10
11
12
(Lux) 46 78 490
450
371
20
71,02 Dengan cara yang sama dan data yang berbeda maka di dapatkan hasil sebagai berikut:dalam lux R1 (RK. 10) 71,02
R2 (Lab. instrumentasi kimia) 111,53
R3 (Lab. OTK) 297,12
Pengukuran radiasi gelombang elektromagnet
NO
1
2
3
R1 R2 R3
0,04 0,23 0,01
0,01 0,25 0,01
4
0,03
5 T x 20 0,02 0,03
0,04
0,01
0,01
0,01
0,05
6
7
8
9
10
0,01
Dengancara yang sama
Didapatkan dalam T R2 (Lab. instrumentasi kimia) 0.24 4.8
R1 (RK. 10) 0.0283 0.556
x 20
R3 (Lab. OTK) 0.0157 0.314
Pengukuran kebisingan
NO
1
2
3
4 50,8
5 dB 47.4
R1 R2 R3
59,7 59,1 55,4
45,6 59,3 64,1
50,9 63,5
6 41,6
65,4
61,5
60,9
7
8
59,4
60,1
9
10
Dengan cara yang sama dan data yang berbeda maka di dapatkan hasil sebagai berikut: R1 (RK. 10) 49,72
R2 (Lab. instrumentasi kimia) 59,2
R3 (Lab. OTK) 61,28
21
VII.
PEMBAHASAN Pada praktikum ini dilakukan pengukuran kecepatan arus aliran air, kecepatan angin, kuat cahaya, kebisingan, dan kuat radiasi elektromagnetik. Kelima parameter tersebut adalah parameter yang biasa diamati di lingkungan menggunakan alat environment tester. Pada praktikum kali ini, pengukuran dilakukan di beberapa tempat. Pengukuran kecepatan aliran air dan kecepatan angin dilakukan di saluran irigasi di dekat jembatan Babarsari, sedangkan pengukuran kuat cahaya, kebisingan, dan kuat radiasi elektromagnetik dilakukan di beberapa ruangan kampus STTN-BATAN. Pada pengukuran kecepatan aliran air dan kecepatan angin, digunakan alat gabungan anemometer dan currentmeter bermerk/Type : SWISS + Design / Flowatch. Bentuk alat ini seperti tongkat yang ujungnya dapat diganti sesuai dengan kebutuhan untuk pengukuran kecepatan angin atau air. Kecepatan yang terbaca oleh alat ditampilkan secara digital dalam satuan m/s. Pada pengukuran kecepatan angin diperoleh hasil sebagai berikut: R1
R2
R3
2.34
0.62
1.32
Hasil tersebut menunjukan bahwa kecepatan angin di kawasan jembatan babarsari termasuk dalam kategori angin angin lemah karena kecepatannya < 19 km/jam. Pengukuran aliran air dilakukan dengan metode satu, dua dan tiga titik. Hasil dari pengukuran adalah sebagai berikut (dalam m/s): Metode 1 titik
Metode 2 titik
Metode 3 titik
Metode pelampung
0.14
0.2
0.18
0.42
Saluran air yang diukur memiliki kedalaman 67 cm dan alirannya cukup stabil, akan tetapi pada pengukuran dengan metode pelampung diperoleh hasil yang cukup berbeda. Hal ini dapat terjadi karena pada metode pelampung aliran yang diukur adalah aliran pada permukaan sehingga gerakan pelampung dapat dipercepat oleh pengaruh angin sehingga hasil yang ditunjukkan lebih besar daripada pengukuran alat. Putaran baling-baling alat juga mempengaruhi pembacaan, putaran yang tidak stabil karena sungai yang kotor juga dapat memperlambat putaran.
22
Pengukuran kuat cahaya, kebisingan, dan radiasi elektromagnetik dilakukan di ruang kuliah 10, lab instrumentasi kimia, dan lab OTK. Pengukuran kuat cahaya dan kebisingan diukur dengan environment multimeter yang merupakan gabungan dari luxmeter,
sound
level
meter,
dan
termometer.
Sedangkan
kuat
radiasi
elektromagnetik diukur dengan electromagnetic field tester Merk/Type : L T
Lutron
EMF-827. Hasil pengukuran yang dicocokkan dengan standar menteri nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran Dan Industri adalah sebagai berikut: Parameter Kuat cahaya (lux) Suhu (0C) Kebisingan (dBa) Radiasi elektomagne tik (mT)
RK 10 PenguKepMen kuran
Lab. Inskim PenguKepmen kuran
Lab OTK PenguKepMen kuran
Min. 100
71.02
Min. 100
113.53
Min. 100
297,11
18-30
28.2
18-30
27,6
18-30
27,9
Max. 85
49.72
Max. 85
59.2
Max. 85
61.28
Max. 0,5
0,56 x 10-3
Max. 0,5
4.8 x 10-3
Max. 0,5
0,314 x 10-3
Berdasarkan hasil di atas, besaran yang tidak sesuai standar adalah intensitas cahaya pada RK.10. untuk mengatasi hal tersebut, dapat dilakukan dengan membuka gorden ruangan agar cahaya dari luar dapat masuk.
VIII. KESIMPULAN 1. Pada pengukuran kecepatan angin digunakan anemometer 2. Pengukuran kecepatan air dilakukan dengan alt current meter atau dengan pelampung. Metode yang digunakan dapat dengan metode 1 titik, 2 titik, atau 3 titik. 3. Pada pengukuran kuat cahaya digunakan luxmeter 4. Pada pengukuran kebisingan digunakan sound level meter 5. Pada pengukuran kuat radiasi elktromagnetik digunakan elektromagnetik field tester 6. Parameter yang diukur pada tiga ruang di STTN sudah sesuai standar yang berlaku, kecuali pada intensitas cahaya di RK 10
23
IX. DAFTAR PUSTAKA 1. Purbhadi Agus, Praktikum alat ukur dan teknik pengukuran TKN 2014. STTN - BATAN. Yogyakarta 2. https://www.scribd.com/doc/61475428/SNI-04-6950-2003-Saluran-UdaraTegangan-Tinggi-SUTT-Dan-Saluran-Udara-Tegangan-Ekstra-TinggiSUTET-Nilai-Ambang-Batas-Medan-Listrik-Dan-Medan-Ma
diakses 30
November pukul 19:45 3. http://idkf.bogor.net/yuesbi/eDU.KU/edukasi.net/Fenomena.Alam/Jenis.Angin/semua.html diakses 30 November pukul 20:05 4. https://www.scribd.com/doc/76190585/Mengukur-kecepatan-angin diakses pada 30 November 2014 pukul 20:15 5. http://aninkarina.blogspot.com/2012/06/cahaya-dan-pengukuran-cahaya-ditempat.html diakses pada 30 November 2014 pukul 20:15 6. http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/02/pengukuran-nilai-ambangdan-zona-kebisingan/ diakses pada 30 November 2014 pukul 20:17 Yogyakarta, 08 Desember 2014 Asisten,
Agus Purbhadi W.
Praktikan,
Nimas Agustina P.
24