Laporan Hasil Batun Bedil [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



Jajan pasar khas pulau dewata ini memang menggiurkan. Bentuknya bulatan-bulatan pipih. Rasanya kenyal gurih diselimuti adonan kental dari gula merah. Di hampir semua pasar tradisional Bali mudah ditemui aneka jaja atau aneka kue tradisional. Meskipun berbahan dasar hampir sama dengan kue-kue Jawa. Jika Anda adalah orang Jawa, mungkin ketika pertama kali melihat jajan batun Bali ini, Anda akan melihatnya memiliki bentuk yang mirip dengan makanan khas Jawa bernama bubur candil, yang biasa bermunculan penjualnya ketika bulan puasa dan menjadi teman untuk berbuka puasa bersama keluarga. Begitu pula dengan makanan khas Bali ini, juga sama-sama cocok untuk menjadi pendamping berbuka puasa. Perbedaan antara jajanan satu ini dengan jajanan Jawa adalah bentuknya, bentuk dari jaja batun asli Bali ini bulat pipih. Sementara bubur candil bentuknya benar-benar bulat dan tak terlihat pipih sama sekali.Proses pembuatan Jaja batun bedil ini tidaklah terlalu sulit, jika anda tertarik untuk membuatnya dan penasaran dengan rasanya tanpa harus ke Bali. Membuatnya juga tidak sulit karena mirip dengan bubur candil. Untuk isian yang berupa bulatan adonan dibuat dari campuran tepung ketan, tepung beras dan tepung kanji yang diaduk dengan air. Setelah kalis barulah dibentuk menjadi bulatan pipih, agak cekung tengahnya dan direbus. Sausnya berupa larutan gula merah yang dicmapur dengan tepung beras sehingga kental. Bulatan adonan kemudian dimasak bersama saus ini. Rasa kenyal legit plus gurih merupakan ciri khas jajanan ini. Nama batun bedil alias batu bedil atau peluru karena bentuknya mirip dengan peluru. Ada juga yang membentuk menjadi bulat panjang dengan ujung runcing. Peluru yang satu ini tidak mematikan tetapi rasanya yang kenyal-kenyal legit dan gurih bikin ketagihan. Kalau mampir berlibur ke pulau Bali jangan lupa mencicipi jajanan yang enak ini.



1



BAB II PUSTAKA ACUAN



2.1 Deskripsi Produk Produk yang kami buat adalah jajanan khas Bali, yaitu “Batun Bedil”. Sebelum kami kreasikan batun bedil berwarna putih, dengan kuah gula merah kental. Kemudian kami kreasikan dengan menambahkan bahan tambahan pangan alami untuk mempercantik warna batun bedil. Disini kami memilih bahan tambangan alami, bukan bahan tambahan pangan sintesis. Yaitu dengan menambahkan ubi ungu, untuk menghasilkan warna ungu, ubi kuning untuk mendapatkan warna kuning dan daun suji untuk mendapatkan warna hijau. Kami membuat empat macam warna untuk mempercantik tampilan batun bedil, yaitu warna ungu, kuning dan hijau. Untuk kuah batuh bedil menggunakan santan kelapa kental yang dicampur dengan gula merah, dengan menambahkan sedikit garam untuk mempergurih kuahnya, dan juga menambahkan daun pandan untuk mendapatkan aroma harum. Untuk kuahnya kami menggunakan kelapa yang sudah dibakar, kemudian diparut dan diambil santanya. Kenapa kita memilih kelapa yang dibakar, karena setelah kita melakukan percobaan, santan dari kelapa yang sudah dibakar hasilnya lebih gurih, mempunyai daya simpan yang lama dan lebih enak dibandingkan dengan hasil santan tanpa membakar kelapa sebelumnya. Jadi dalam satu cup kemasan prodak batun bedil hasil dari kreasi kelompok kami memiliki empat macam warna, yaitu ungu, kuning dan hijau. Ssedangkan batun bedil yang belum dikreasikan hanya berwarna putih/kuning saja.



2



BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN



3.1 Teknologi Proses Adapun bahan baku pembuat batun bedil D’bedils yakni 



500 gram ubi







200 gram tepung sagu







6 sendok makan susu kental manis







4 sendok makan gula kastor







garam secukupnya







pandan untuk rebusan airnya



Untuk bahan kuahnya yakni 



1 liter santan







6-7 sendok gula pasir







garam secukupnya







larutan sagu







daun pandan



Cara pembuatan badun bedil 1. Ubi dipotong – potong menjadi ukuran lebih kecil 2. Ubi kemudian dikukus sampai matang 3. Kulit ubi yang telah matang dikupas dan kemudian dilumatkan sampai halus 4. Ditambahkan gula kastor, susu kental manis, garam serta tepung sagu yang telah diayak kemudian diuleni sampai semua tercampur rata



3



5. Air didihkan dengan tambahan pandan dan adonan dibuat berbentuk memipih serta ada lekukan di bagian tengahnya menyerupai peluru dan kemudian adonan yang telah siap dimasukkan ke dalam air yang mendidih. Batun bedil yang telah matang adalah batun bedil yang telah mengapung di permukaan air 6. Untuk kuahnya dibuat dari santan segar dengan cara membuat santan dari kelapa yang telah diparut. Kemudian santan ditambahkan gula, garam serta pandan yang kemudian dimasak sampai mendidih sambil terus diaduk . Setelah mendidih masukkan larutan sagu perlahan lahan dan terus diaduk agar santan tidak pecah. Kemudian matikan kompor setelah santan menjadi lebih mengental Setelah batun bedil dan kuahnya matang kemudia kami dinginkan dan kami kemas di dalam mangkok plastik berukuran kecil namun santan kentalnya kami bungkus di dalam plastik. Batun bedil dan santan sengaja tidak kami campurkan karena berdasarkan sifat santan yang lebih cepat mengalami perubahan citarasa serta mempermudah dari segi penjualan karena bila dicampurkan langsung akan mempersulit packing batun bedilnya. Batun bedil ini memiliki tekstur yang kenyal dengan rasa manis dari batun bedilnya dan rasa gurih dari santannya. Beberapa kesulitan yang kami dapatkan yakni tekstur batun bedil yang akan mengeras bila disimpan pada suhu dingin sehingga batun bedil ini kurang cocok bila disimpan pada kondisi pendinginan. Kemudian dengan sifat santan yang mudah mengalami penurunan citarasa sehingga kami sebagai produsen harus memastikan kematangan yang tepat pada santan sehingga tidak menyebabkan santan mudah basi dan memnerikan dampak negatif kepada batun bedil. Kesulitan yang kami dapatkan telah dapat kami tanggulangi sesuai standar masing- masing dengan melihat batas kritis dari produk kami. Variasi batun bedil dapat berupa warna ungu (ubi ungu), kuning (ubi kuning) dan hijau (daun suji). Pewarnaan hijau pada batun bedil memiliki formula yang berbeda pada pembuatannya.



4



3.2 Sasaran/Pemasaran Selama ini ubi ungu belum banyak digunakan oleh masyarakat sebagai panganan atau jajanan tradisional, biasanya ubi ungu hanya dikonsumsi setelah direbus atau dibakar tanpa variasi pengolahan lebih lanjut. Secara tradisional ubi ungu dimanfaatkan untuk makanan sampingan ataupu teman minum kopi di pagi hari. Batun bedil dengan variasi penambahan ubi ungu ini merupakan produk inovasi terbaru dibidang makanan tradisional yang menjanjikan. Dengan kandungan antosianin dari ubi ungu yang berfungsi sebagai antioksidan sehingga baik untuk kesehatan konsumen yang mengkonsumsi makanan tradisonal ini. Selaim itu, mengingat Bali merupakan daerah pariwisata dengan perkembangan usaha di bidang makanan yang cukup tinggi menjadikan peluang produk batun bedil ubi ungu ini mudah untuk dipasarkan selain untuk kalangan masyarakat lokal. Produk batun bedil ini dihargai sebesar Rp 5.000,00 per porsinya. Produk ini nantinya akan dipasarkan ke restoran-resoran ataupun penjualan dengan sistem pre order atau pemesanan terlebih dahulu kemudian diantarkan sampai ke konsumen. Promosi untuk produk ini dilakukan dengan cara menawarkan langsung ke konsumn, restoran, hotel, di areal kampus serta melalui media jejaring sosial seperti facebook, twitter, instagram , line , website, BBM dan lain sebagainya. Target pasar dari produk batun bedil sendiri adalah masyarakat dari berbagai kalangan usia mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, selain itu rasa dari batun bedil sendiri dibuat tidak terlalu tajam untuk menyesuaikan dengan konsumen mancanegara yang mungkin membeli produk ini di restoran-restoran maupun hotel disekitaran tempat wisata.



3.3 Keunggulan Bahan baku utama dari batun bedil ini adalah ubi ungu (Ipomoea batatas), labu kuning (Cucurbita moschata Durch), dan daun suji (Pleomele angustifolia) yang memiliki banyak senyawa aktif dan memiliki peran tertentu dari segi kesehatan. Untuk yang pertama adalah ubi ungu (Ipomoea batatas) warna ungu pada ubi jalar disebabkan oleh adanya zat warna alami yang disebut antosianin. 5



Antosianin adalah kelompok pigmen yang menyebabkan warna kemerahmerahan, letaknya di dalam cairan sel yang bersifat larut dalam air (Nollet, 1996). Komponen antosianin ubi jalar ungu adalah turunan mono atau diasetil 3-(2glukosil)glukosil-5-glukosil peonidin dan sianidin (Suda dkk., 2003). Senyawa antosianin berfungsi sebagai antioksidan dan penangkap radikal bebas, sehingga berperan untuk mencegah terjadi penuaan, kanker, dan penyakit degeneratif. Selain itu, antosianin juga memiliki kemampuan sebagai antimutagenik dan antikarsinogenik, mencegah gangguan fungsi hati, antihipertensi, dan menurunkan kadar gula darah (Jusuf dkk., 2008). Antosianin adalah bagian senyawa fenol yang tergolong flavonoid. Menurut Durst dan Wrolstad (2005) bahwa antosianin jumlahnya sekitar 90 – 96 % dari total senyawa fenol. Pigmen ini berperan terhadap timbulnya warna merah hingga biru pada beberapa bunga, buah, dan daun. Antosianin bersifat polar sehingga dapat dilarutkan pada pelarut polar seperti etanol, aceton, dan air. Dalam penelitian ini untuk ekstraksi digunakan pelarut air karena lebih aman, murah, dan ketersediaanya melimpah. Berdasarkan survey dengan subjek orang-orang Italia, didapatkan anthocyanins daily intake berada pada kisaran 25 sampai 215 mg/orang, tergantung pada umur dan jenis kelamin, dan konsumsi di atas batas ini cukup mempengaruhi efek farmakologi (Vargas dkk., 2000). Antosiaonin merupakan salah satu antioksidan yang memiliki banyak keuntungan, diantaranya memperkuat otot selain untuk mencegah kanker atau menjaga kesehatan kulit antioksidan yang terdapat dalam vitamin C dan E juga dapat membantu menjaga kekuatan otot. Sebuah penelitian pada orang dewasa membuktikan bahwa asupan vitamin C dan E yang cukup dapat meningkatkan kekuatan otot. Asupan makanan yang tinggi antioksidan mempunyai peranan penting dalam menjaga fungsi otot pada orang dewasa. Resiko utama yang terjadi apabila kekuatan otot menurun adalah dapat mengakibatkan cacat atau kerapuhan. Konsumsi vitamin C yang baik adalah sebesar 144 miligram dan vitamin E sebesar 11 miligram per hari. Antioksidan



Untuk



Menghambat



Penuaan



(Anti



Aging).



Stress



selain



menyebabkan penuaan dini (aging) juga meningkatkan risiko berbagai penyakit degeneratif yang mengancam seperti diabetes, jantung, stroke, gagal ginjal dsb. Hal tersebut dipicu oleh pola makan yang salah, gaya hidup yang salah, serta stres



6



yang berkepanjangan baik akibat pekerjaan, rumah tangga, maupun lingkungan sosial. Struktur sel yang berubah turut mengubah fungsinya, yang akan mengarah pada proses munculnya penyakit, hal tersebut dapat terjadi pada kulit maupun organ yang lain. Dengan demikian pada individu yang hidup dengan stres tinggi, pekerjaan yang melelahkan, bekerja di bawah paparan sinar matahari dan polusi udara memerlukan antioksidan eksogen agar radikal bebas yang berlebihan dapat diperangkap oleh antioksidan tersebut. Antioksidan tersebut diperoleh dari bahan makanan yang mengandung vitamin C,E, dan betacaroten, serta senyawa flavonoid. Pencegahan penyakit seperti kanker hati oleh aflatoksin b1 (afb1) aflatoksin b1 diproduksi oleh kapang Aspergillus flavus yang tumbuh pada bahan pangan seperti jagung, kacang tanah dapat menyebabkan terjadinya kanker hati. Fasilitas gudang tempat penyimpanan hasil pertanian yang kurang memadai seperti yang terdapat didaerah yang panas dan lembab seperti yang terdapat di negara-negara Asia dan Afrika, hal ini mengakiatkan berkembangnya kapang tersebut yang pada akhirnya meningkatnya resiko timbulnya penyakit kanker hati (hepatocelluler carcinoma). Anti Kanker dan Mengatasi Diabetes Likopen merupakan salah satu antioksidan, karena kemampuan likopen untuk melawan radikal bebas. Likopen mempunyai aktivitas antioksidan dua kali lebih kuat dibandingkan dengan beta karoten. Likopen dapat mencegah terjadinya oksidasi LDL (low density protein). Variasi ketiga yakni dengan penambahan daun suji (Pleomele angustifolia) pada batun bedil. Daun tumbuhan mengandung berbagai zat gizi maupun non-gizi (metabolit sekunder), seperti vitamin, mineral, serat pangan, betakaroten, dan klorofil. Konsumsi bahan pangan nabati (sayuran atau dedaunan) sering dikaitkan dengan menurunnya risiko menderita penyakit degeneratif, khususnya penyakit jantung koroner (PJK). Hal ini tidak terlepas dari kandungan senyawa bioaktif dari pangan nabati tersebut. Senyawa antioksidan alami yang diduga banyak terdapat dalam sayuran atau dedaunan hijau adalah klorofil. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa klorofil dan turunannya memiliki kemampuan sebagai antioksidan dan antimutagenik (Marquez et al., 2005, Ferruzzi et al., 2006). Ketersediaan klorofil yang tinggi di alam serta khasiat biologis yang dimilikinya, menjadi peluang untuk dikembangkan sebagai bahan



7



suplemen pangan atau pangan fungsional (Prangdimurti, 2007). Sementara itu suplemen pangan berbasis klorofil yang beredar di Indonesia hampir semuanya merupakan produk impor dan memiliki harga jual yang cukup tinggi. Klorofil dan turunannya yang mengikat logam mempunyai kapasitas antioksidan dan bioavailabilitas yang berbeda. Cu-klorofilin sebagai salah turunan klorofil mempunyai aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan klorofil alami (Marquez et al., 2005). Pengikatan logam oleh klorofil bertujuan untuk meningkatkan kestabilan ekstrak klorofil yang dihasilkan (von Elbe et al., 1986; Canjura et al., 1999). Salah satu turunan klorofil yang masih terbatas dipelajari efeknya bagi pencegahan penyakit degeneratif adalah turunan klorofil yang mengikat logam tembaga (Cu). Tembaga merupakan salah satu mikromineral essensial selain I, Zn, Se, Mo, dan Cr, mempunyai tingkat stabilitas kompleks logam dengan porfirin yang lebih tinggi. Cheng et al. (1982), menyatakan tingkat stabilitas



kompleks



logam



adalah



Pt>Pd>Ni>Co>Cu>Fe>Zn>Mn>Mg>Cd>Sn>Hg>Pb>Ba.



8



sebagai



berikut:



3.4 Analisis Mutu HACCP (Hazard Analysis and Critical Control System) A.



DESKRIPSI PRODUK DAN IDENTIFIKASI PENGGUNA



Nama produk



Batun Bedil



Komposisi



Ubi Ungu, Labu Kuning, Tepung Ketan, Tepung Sagu, Gula Halus, Susu Kental Manis (SKM), Santan Kental, Gula Pasir, Daun Pandan



Pengemasan primer (inner)



Mangkok Plastik



Pengemas sekunder



-



Metode pengawetan



Suhu Dingin



Kondisi penyimpanan



Suhu ruang untuk batun bedil dan suhu dingin untuk santan



Cara distribusi



Mobil



Masa kedaluwarsa



Batun bedil = 1 hari Santan (suhu ruang) = 1 hari, santan (suhu dingin) = 2 hari Batun bedil ditambah santan = setengah hari



Persyaratan konsumen



Semua Umur



Cara penyiapan konsumsi



Dituangkan santan sebelum dimakan



9



B. Ubi Ungu



DIAGRAM ALIR Labu Kuning



Penerima an



Penerima an



Pengukus an



Pengukus an



Pengupas an



Pengupas an



Penghalu san



Penghalu san



Daun Suji



Penerima an



Tepung Ketan



Penerima an



Susu Kental Manis



Gula Halus



Penerima an



Penerima an



Tepung Sagu



Pandan



Kelapa



Gula Pasir



Mangkok



Penerima an



Penerima an



Penerima an Penerima an



Penerima an



Pembaka ran



Pemaruta n



Pemerasa n santan



Perebusan Pencampuran Matang Pencetakan Perebusan Diangkat Penyajian 10



C.



TABEL ANALISA BAHAYA



Tahap proses/bahan Penerimaan Ubi Ungu



Penerimaan Labu Kuning



Penerimaan Daun Suji



Jenis Bahaya



Dasar pembenaran Bahaya



Fisik



Tanah



Kimia



Pestisida



Biologis



Ulat



Fisik



Tanah



Kimia



Pestisida



Biologis



Ulat



Kimia



Pestisida



Biologis Penerimaan Tepung Kimia Ketan Biologis Penerimaan Susu Kental Manis Penerimaan Gula Halus Penerimaan Tepung Kimia Sagu Biologis



Evaluasi Bahaya (Signifikansi Bahaya) Severity Risk Signifikansi. M L N



M



L



N



M



L



N



L



L



N



-



-



-



-



-



-



-



-



Pemutih Tepung



L



L



N



Ulat Pemutih Tepung Jamur/kapang



Jamur/kapang



11



Tindakan Pencegahan



Penerimaan Pandan Kimia Biologis Penerimaan Kelapa Fisik



Pestisida



L



L



N



M



L



N



Ulat Tanah



Biologis



Ulat



Penerimaan Gula Pasir Penerimaan Mangkok Pengukusan Ubi Ungu dan Labu Kuning Penghalusan Ubi Ungu dan Labu Kuning Pembakaran Kelapa



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



Fisik



Benda asing



L



L



N



Fisik



Arang



L



L



N



Pemarutan Kelapa



Fisik



Benda Asing



M



M



N



Biologis



Mikroorganisme



Fisik



Benda Asing



M



H



S



Biologis



Mikroorganisme



Pembuatan Santan



12







Memeras santan dengan memperhatikan sanitasi penangan makanan







Menggunakan hand gloves



Perebusan Santan



H



M



S



L



N



N



Benda Asing



L



N



N



Fisik



Benda Asing



L



M



N



Biologis



Mikroorganisme



Fisik



Benda Ading



L



L



Fisik



Benda Asing



Biologis



Mikroorganisme



Fisik



Benda Asing



Pencetakan



Fisik



Perebusan Adonan



Pencampuran



Penyajian



D.







Melakukan perebusan santan sesuai standar



TABEL PENENTUAN CCP



Tahap Proses



Jenis Bahaya



Dasar pembenaran



P1



P2



P3



P4



P5



CCP ?



bahaya Pembuatan Santan



Perebusan Santan



Fisik



Benda Asing



Biologis



Mikroorganisme



Fisik



Benda Asing



Biologis



Mikroorganisme



13



Y



T



Y



Y



T



N-CCP



CCP



TABEL HACCP PLAN Prosedur Monitoring Tindakan CCP



Batas kritis



Prinsip 2



Prinsip 3



Apa



Di mana



Bagaimana



Kapan



Siapa



Prinsip 4 Suhu



Verifikasi



Rekaman



koreksi



Prinsip 5



Prinsip 6



Prinsip 7



Pada



Mengukur



Saat



Petugas



Jika suhu



Pemeriksaan/



Form/Lapora



bagian



dengan



proses



produksi



melebihi



audit laporan



n filling



Santan



pengol



thermometer



pembu



batas kritis filling room



(sterilisasi



CCP1



ahan



atan



barang



oleh supervisor



kimia)



ditolak



produksi



Perebusan



Suhu 100oC



14



3.5 Desain Kemasan



3.6 Analisis Ekonomi 3.6.1



Anggaran Biaya Selama 1 bulan kelompok kami telah melakukan produksi sebanyak 5 kali



dimana dalam masing-masing produksi kami dapat menjual produk sebanyak 20 cup. Dalam pelaksanaan kegiatan menjual produk D’Bedils selama sebulan ini, kelompok kami telah mengeluarkan berbagai macam biaya yang dapat dilihat pada Lampiran 2.



3.6.2



Modal dan Harga Produk Modal dalam membuat produk D’Bedils selama satu bulan ini kami dapat



dari iuran masing-masing anggota kelompok sebesar Rp 70.000,- per-orang dan didapat modal awal sebesar Rp 350.000,-. Modal awal ini kami gunakan untuk membeli bahan-bahan habis pakai sedangkan untuk peralatan kami menggunakan



15



peralatan yang kami punya, lalu biaya operasional dan biaya lain-lain tidak kami keluarkan dalam pembuatan produk sebulan pertama ini. Dalam sebulan ini kami telah melakukan produksi sebanyak 5 kali dimana masing-masing produksi kami dapat membuat sebanyak 20 cup. Setiap cup kami jual seharga Rp 5.000,- sehingga dalam 5 kali produksi ini (100 cup) hasil penjualan yang kami dapat adalah sebesar Rp 500.000,-



3.6.3



Keuntungan yang Diperoleh



a. Modal



= Rp 350.000,-



b. Pengeluaran



= Rp 330.000,-



c. Hasil Penjualan



= Rp 500.000,-



d. Keuntungan: = Hasil Penjualan – Pengeluaran – (Modal – Pengeluaran) = Rp 500.000 – Rp 330.000 – (Rp 350.000 – Rp 330.000) = Rp 190.000,Dalam 5 kali produksi dimana sekali produksinya dibuat sebanyak 20 cup D’Bedils, kami memperoleh keuntungan sebesar Rp 190.000,- selama 1 bulan.



3.6.4



Analisis Kelayakan Umum Sebelum melakukan usaha, kami telah melakukan analisis kelayakan



terhadap usaha D’Bedils untuk mengetahui apakah usaha ini akan memberikan untung atau tidak. Pada analisis kelayakan yang telah kami buat sebelumnya, kami menargetkan produksi 10 kali lipat dibandingkan produksi usaha D’Bedils selama sebulan ini. Hal ini dikarenakan kurangnya waktu produksi serta modal yang cukup terbatas. Target penjualan kami sebenarnya dalam 1 bulan adalah sebanyak 1000 cup dengan 4 kali produksi (sekali produksi, 250 cup). Harga produk percupnya adalah sebesar Rp 5.000,-. Berikut analisis kelayakan usaha kami: 3.6.4.1 Anggaran Biaya a. Pengeluaran Usaha 16



Biaya yang dikeluarkan dalam usaha D’Bedils ini dapat dilihat pada lampiran 2, akan tetapi pada biaya bahan habis pakai total pengeluaran dapat dikalikan sebanyak 10 kali karena pada lampiran merupakan biaya untuk produksi sebanyak 100 cup saja. Berikut merupakan ringkasan pengeluaran usaha D’Bedils: No



Jenis Pengeluaran



Biaya (Rp)



1



Bahan habis pakai



330.000



2



Peralatan penunjang



600.000



3



Biaya Operasional



1.100.000



4



Lain-lain



1.050.000



Jumlah



3.080.000



b. Variable yang dibutuhkan 



Fixed Cost atau Investasi (I)



= Rp







Annual Benefit (Ab)



= Rp 5.000.000,-







Annual Cost (Ac)



= Rp 4.400.000,-







Nilai Sisa (SV)



= Rp







Periode (n)



= 1 tahun / 12 Bulan







Suku Bunga (i)



= 10%



600.000,-



15.000,-



c. Diagram Alir Usaha SV = Rp. 15.000 Ab = Rp. 5.000.000



Ac = Rp. 4.400.000 I = Rp. 600.000



17



3.6.4.2 Net Present Value (NPV) Analisis usaha D’Bedils dengan metode NPV adalah sebagai berikut: NPV



= -I + Ab (𝑃⁄𝐴,i,n) – Ac (𝑃⁄𝐴,i,n) + SV (𝑃⁄𝐹 ,i,n)



NPV



= -600.000 + 5.000.000 (𝑃⁄𝐴,10%, 12) – 4.400.000 (𝑃⁄𝐴,10%, 12) + 15.000 (𝑃⁄𝐹 ,10%, 12)



NPV



= -600.000 + 5.000.000 (6,8137) – 4.400.000 (6,8137) + 15.000 (0,3186)



NPV



= -600.000 + 34.068.500 – 29.980.280 + 4.779



NPV



= 3.492.999



Dari hasil perhitungan didapatkan NPV>0 yaitu NPV=3.492.999, hal ini menunjukkan bahwa usaha D’Bedils layak dijalankan.



3.6.4.3 Benefit Cost Ratio (BCR) Analisis usaha D’Bedils dengan metode BCR adalah sebagai berikut: PWB



= Ab (𝑃⁄𝐴,i,n) + SV (𝑃⁄𝐹 ,i,n)



PWB



= 5.000.000 (𝑃⁄𝐴,10%, 12) + 15.000 (𝑃⁄𝐹 ,10%, 12)



PWB



= 5.000.000 (6,8137) + 15.000 (0,3186)



PWB



= 34.068.500 + 4.779



PWB



= 34.073.279



PWC



= I + Ac (𝑃⁄𝐴,i,n)



PWC



= 600.000 + 4.400.000 (𝑃⁄𝐴,10%, 12)



PWC



= 600.000 + 4.400.000 (6,8137)



PWC



= 600.000 + 29.980.280



PWC



= 30.580.280



BCR



atau



18



Analisis usaha Black Burger dengan metode BCR: BCR



=



=



BCR



=



BCR



= 1,11



𝑃𝑊𝐵 𝑃𝑊𝐶



34.073.279 30.580.280



Dari hasil perhitungan didapatkan BCR > 1 yaitu BCR=1,11, hal ini menunjukkan bahwa Investasi usaha D’Bedils layak (feasible).



3.6.4.4 Payback Period (PBP) Analisis PBP pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui seberapa lama (periode) investasi akan dapat dikembalikan saat terjadinya kondisi pulang pokok (break even point). Jika komponen cash flow benefit dan cost-nya bersifat annual, maka formulanya adalah:



k (PBP) =



𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝐴𝑛𝑛𝑢𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡 − 𝐴𝑛𝑛𝑢𝑎𝑙 𝐶𝑜𝑠𝑡



Analisis usaha D’Bedils dengan metode PBP adalah sebagai berikut: 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖



k (PBP)



=



k (PBP)



=



k (PBP)



=



k (PBP)



= 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛



𝐴𝑛𝑛𝑢𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡 – 𝐴𝑛𝑛𝑢𝑎𝑙 𝐶𝑜𝑠𝑡 600.000 5.000.000 − 4.400.000 600.000 600.000



Dari hasil perhitungan didapatkan k (PBP) < n (dimana n = 12 bulan) yaitu k(PBP) = 1 atau sekitar 1 tahun, hal ini menunjukkan bahwa Investasi usaha D’Bedils layak atau ekonomis.



19



Lampiran 2. Laporan Pengeluaran Pengeluaran pembuatan D’Bedils selama 5 kali produksi (100 cup) adalah sebagai berikut: Harga (Rp) No



Rincian



QTY



Unit Satuan



1



Bahan Habis Pakai a. Ubi Ungu



4



kg



15.000



60.000



b. Ubi Kuning



3



Kg



10.000



30.000



c. Daun Suji



2



ikat



3.000



6.000



d. Daun Pandan



2



ikat



1.000



2.000



e. Tepung Sagu



1,5



kg



15.000



15.000



1



kaleng



10.000



10.000



100



gr



3.600



3.600



h. Gula Pasir



1



kg



15.000



15.000



i. Kelapa Parut



3



kg



8.000



24.000



j. Garam



1



sachet



3.400



3.400



1,5



L



5.000



5.000



9



lusin



12.000



108.000



100



buah



100



10.000



n. Sendok Plastik



9



lusin



2.000



18.000



o. Gas



1



tabung



20.000



20.000



Subtotal I:



330.000



f. Susu Kental Manis g. Gula Kastor



k. Air l. Cup Plastik m. Label



2



Total



Bahan Penunjang a. Baskom Besar



2



Buah



10.000



20.000



b. Talenan



1



Buah



20.000



20.000



c. Pisau



1



Buah



20.000



20.000



20



3



4



d. Panci Besar



1



Buah



80.000



80.000



e. Panci Kecil



1



Buah



40.000



40.000



f. Kompor



1



Buah



300.000



300.000



g. Alat Pengaduk



2



Buah



20.000



40.000



h. Mangkuk



4



Buah



15.000



60.000



i. Piring



2



Buah



10.000



20.000



Subtotal II:



600.000



Biaya Operasional a. Transport



1



Bulan



100.000



100.000



b. Gaji Karyawan



1



Orang



1.000.000



1.000.000



Subtotal III:



1.100.000



Lain-lain a. Pulsa



12



Bulan



50.000



600.000



b. Kertas HVS



1



Rim



40.000



40.000



c. Alat Tulis



1



Paket



50.000



50.000



Subtotal IV: TOTAL KESELURUHAN



21



1.050.000 3.080.000



BAB IV KESIMPULAN



Batun bedil merupakan jajanan khas bali yang berbentuk bulat pipih dan dilengkapi dengan kuah santan gula merah. Batun bedil yang sudah dilakukan modifikasi yaitu “d’ bedils” dengan memanfaatkan ubi ungu, ubi kuning dan daun suji sebagai pewarna alami batun bedil. Kuah yang digunakan pula kuah santan kental dari buah kelapa segar yang sudah dibakar. Batun bedil yang mempunyai warna yang menarik dan rasa yang enak diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat dalam konsumsi jajanan bali batun bedil.



22



DAFTAR PUSTAKA



Canjura FL, Watkins RH, & Schwartz. 1999. Color improvement and metallochlorophyll complexes in continuous flow aseptically processed peas. J.l of Food Sci. 64 (6), 987-990. Cheng KL, Ueno K, & Imamura T. 1982. Handbook of Organic Analytical Reagents. CRC Press, Boca Raton, Florida. Dixon, B.M., Dixon, A.G.O. dan Semakula, G. (2007). Changes in total carotenoid content at different stages of traditional processing of yellowfleshed cassava genotypes. International Journal of Food Science and Technology 44(12): 2350-2357. Ferruzzi MG, Bohm V, Courtney PD. & Schwartz SJ. 2006. Antioxidant and Antimutagenic Activity of Dietary Chlorophyll Derivatives Determined by Radical Scavenging and Bacterial Reverse Mutagenesis Assays. J.Food Science 67: 2589-2595. Jusuf, M., Rahayuningsih, St. A. dan Ginting, E. (2008). Ubi jalar ungu. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 30: 13-14. Keller, H. 2001. National vitamin A supplementation campaign activities: August 2001. Crisis Bulletin, Year 3, Issue 2, September 2001. Helen Keller Int. Ind. Helen Keller International Marquez UML, Barros RMC, Sinnecker P. 2005. Antioxidant activity of chlorophylls and their derivates. Food Research International 38, 885-891. Nollet, L.M.L. (1996). Handbook of Food Analysis: Physical Characterization and Nutrient Analysis. Marcell Dekker Inc, New York. Prangdimurti E. 2007. Kapasitas Antioksidan dan Daya Hipokolesterolemik Ekstrak Daun Suji (Pleomele angustifolia N.E. Brown). Disertasi Doktoral Sekolah Pascasarjana, IPB, Bogor. Suda, I., Oki, T., Masuda, M., Kobayashi, M., Nishiba, Y. dan Furuta, S. (2003). Review: Physiological functionality of purple-fleshed seet potatoes containing anthocyanins and their utilization in foods. Japan Agricultural Research Quarterly 37: 167-173.



23



Vargas, F.D., Jimenez, A.R. dan Lopez, O.P. (2000). Natural pigments: carotenoids, anthocyanins, and betalains - characteristics, biosynthesis, processing, and stability. Critical Reviews in Food Science and Nutrition 40: 173–289. Von Elbe JH, Huang AS, Attoe EL, & Nank WK. 1986. Pigmen composition and color of conventional and Veri-Geen canned. J.Agic. Food Chem. 34(1), 5254. Winarti, Sri. 2010. Makanan Fungsional. Surabaya: Graha Ilmu



24



LAMPIRAN



25



TUGAS PAPER MATA KULIAH PRAKTIKUM TERPADU



“d’ Bedils” Jajanan Batun Bedil dari Ubi khas Bali



DISUSUN OLEH :



Ni Kadek Diah Ayu Paramitha



(1411205006)



I Kadek Ariyasa



(1411105025)



Melia Verdiana



(1411205057)



Dhia Salsabila Zahrah



(1411105065)



Ervina Apriliani



(1311205012)



JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA BALI 2016



26