Laporan Hematologi 11 Indeks Eritrosit [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN HEMATOLOGI INDEKS ERITROSIT (NILAI ERITROSIT RATA – RATA)



OLEH:



Nama : Ni Putu Yulya Citra Yanti NIM : P07134018 029 Kelas : 2A



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS 2019



I.



TUJUAN 1. Tujuan Instruktursional Umum a. Mahasiswa dapat menentukan nilai indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) dengan metode manual dan Flowcytometri pada darah pasien. b. Mahasiswa dapat menjelaskan cara penetapan nilai indeks eritrosit dengan metode manual dan Flowcytometri pada darah pasien. 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa dapat melakukan cara menghitung nilai indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) dengan metode manual. b. Mahasiswa dapat mengetahui nilai indeks eritrosit darah pasien. c. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil nilai indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) pada darah pasien. A. METODE Pada praktikum yang digunakan untuk Indeks Eritrosit menggunakan metode : a. Metode Manual b. Metode Flowcytometri B. PRINSIP 1. Metode Manual Menghitung hasil dari metode flowcytometri secara manual dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan. 2. Metode Flowcytometri Setiap sel yang melewati berkas sinar laser akan menyebabkan sinar laser terpancar (scattered) ke dua arah, yaitu forward scatter (FSC) yang pararel dengan arah sinar dan side scatter (SSC) yang arahnya tegak lurus dengan atau menggambarkan volume atau ukuran sel. Sel yang mati (walaupun penampakan mikroskopis sebaliknya), terlihat lebih kecil disbanding sel hidup. Sel darah merah juga berbeda dengan sebenarnya, umumnya lebih kecil dari semua sel darah.



C. DASAR TEORI Eritrosit adalah sel yang berbentuk cakram bikonkaf yang berperan dalam efisiensi pengangkutan O2. Eritrosit tidak mengandung nukleus atau organel yang mana ini dimaksudkan untuk menyediakan tempat bagi hemoglobin. Dua enzim kunci dalam eritrosit adalah enzim glikolitik yang berfungsi untuk menghasilkan energi dalam menjalankan mekanisme transpor aktif; dan karbonat anhidrase yang berfungsi dalam transpor CO 2 Dan katalisis reaksi kunci perubahan CO2. Setiap milliliter darah rata-rata mengandung 5 miliar eritrosit (Laloan, 2018). Indeks eritrosit adalah batasan untuk ukuran dan isi hemoglobin eritrosit. Istilah lain untuk indeks eritrosit adalah indeks korpusculer. Indeks Eritrosit terdiri atas volume atau ukuran eritrosit. Nilai Eritrosit rerata dipakai untuk mengetahui volume eritrosit rerata yang di ketahui dari nilai VER dan banyaknya hemoglobin dalam satu eritrosit rerata dapat dilihat dari nilai HER serta untuk mengetahui konsentrasi hemoglobin rerata dalam satu eritrosit dilihat pada nilai KHER. (Riadi, 2011 dalam Tumpuk, 2018). Pemeriksaaan eritrosit digunakan sebagai pemeriksaan penyaring untuk diagnosis



terjadinya



anemia



dan



mengetahui



anemia



berdasarkan



morfologinya. Indeks eritrosit terdiri dari Mean Corpuscular Volume (MCV) atau volume rata-rata sebuah eritrosit, Mean Corpusculara Hemoglobin (MCH) atau jumlah hemoglobil per-eritrosit, Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) atau konsentrasi hemoglobin yang didapat pereritrosit (Iswanto, 2019). Anemia yang terjadi akibat gangguan dalam kualitas pembentukan sel darah merah timbul apabila sel darah



merah berukuran terlalu kecil



(mikrositik) atau terlalu besar (makrositik). Anemia yang berkaitan dengan kualitas sel darah merah terjadi apabila ada gangguan pembentukan hemoglobin. Hal ini akan menyebabkan konsentrasi hemoglobin yang tinggi berlebihan (hiperkomik) atau rendah (hipokromik) (R. Suhartati, 2015). Indeks eritrosit dapat ditetapkan dengan dua metode yaitu manual dan automatic menggunakan Hematologi Analyser. Untuk menghitung indeks eritrosit secara manual diperlukan nilai kadar hemoglobin, hematokrit dan



hitung eritrosit (Djasang, 2018). Untuk menghitung indeks eritrosit dengan metode otomatis yaitu menggunakan Hematology Analyzer memiliki dengan pengukuran dan penyerapan sinar akibat interaksi sinar yang memepunyai panjang gelombang tertentu dengan larutan atau sampel yang dilewatinya. Prinsip impedansi aliran listrik berdasarkan pada variasi impedansi yang dihasilkan oleh sel-sel darah didalam mikropipet (celah chaber mikro) yang mana sampel darah yang diencerkan dengan elektrolit diluents akan melalui mikroaperture yang dipasangi dua elektroda (Anonim, 2016 dalam Djasang, 2018). D. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Hematology Analyzer (5 DIV) 2. Bahan Darah vena dengan antikoagulan EDTA. E. PROSEDUR KERJA 1. Digunakan specimen darah EDTA dengan volume minimum 1 ml. volume darah yang diaspirasi alat adalah 50 Ul. 2. Dipastikan alat dalam keadaan status ready. Mode default adalah Whole Blood. Pada mode whole blood tekan WB pada layar. 3. Ditekan tombol (sampel no.) pada layar untuk memastikan nomor identitas sampel dengan cara; diinput identitas sampel sampel secara manual, kemudian ditekan tombol (Ent), digunakan barcode reader untuk input identitas sampel yang menggunakan barcode. 4. Ditekan tombol (Operator) untuk mendaftarkan identitas operator dengan cara; diinput identitas operator secara manual, kemudia ditekan tombol (Ent). 5. Dipilih operator ID di sebelah tombol (Operator) pada layar, kemudian di tekan operator ID yang sesuai.



6. Dihomogenkan darah yang akan diperiksa dengan baik. Dibuka tutupnya dan diletakkan di bawah Aspiration Probe. Dipastikan ujung Probe menyentuh dasar botol sampel darah agar tidak menghisap udara. 7. Ditekan Start Switch untuk memulai prosesnya. 8. Didengar bunyi Beep dua kali (Running) muncul di layar, dan Rinse Cup turun, tabung sampel dapat diambil dengan cara menurunkan tabung sampel darah dari bawah probe. F. NILAI RUJUKAN 1. MCV (Mean Corpuscular Volume): 80 – 100 fl (femtoliter) 2. MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin): 28 – 34 pg (picogram) 3. MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration): 32 – 36 % G. HASIL PENGAMATAN Identitas Pasien: Nama



: Siti Wahyu Ningsih



Tanggal Lahir



: 29 Mei 1971



Umur



: 49 Tahun



Jenis Kelamin



: Perempuan



Pada praktikum indeks eritrosit dilakukan perhitungan secara manual yang akan dibandingkan hasilnya dengan perhitungan secara otomatis. Data perhitungan didapatkan dari formulir pemeriksaan laboratorium Rumah Sakit Sanglah. Pada formulir tersebut sudah tertera nilai MCV, MCH, MCHC, Hct, Hb, dan RBC Hct = 37.86% Hb = 11,91 g/dl RBC = 4,39 x 106 µL MCV = 86,24 fl MCH = 27,14 pg



MCHC = 31,47% Perhitungan secara Manual: 1. Mean Corpuscular Volume



MCV =



=



= 2. Mean Corpuscular Hemoglobin



MCH =



=



= 3. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration



MCHC =



=



=



)



H. PEMBAHASAN Pada praktikum hematologi yaitu pemeriksaan indeks eritrosit yang dilakukan pada tanggal 25 Oktober 2019. Praktikum yang saya melakukan, untuk membandingkan hasil perhitungan indeks eritrosit yang dilakukan secara manual dengan hasil indeks eritrosit yang dilakukan secara otomatis dengan alat Hematologi Analyzer. Hasil hitung indeks eritrosit yang saya gunakan dalam praktikum, hasil laboratorium dari Rumah Sakit Sanglah. Anemia adalah kondisi dimana kadar



hemoglobin tidak mencukupi



dalam memenuhi kebutuhan fisiologi tubuh. Kebutuhan fisiologi tersebut berbeda-beda pada setiap orang, berdasarkan usia, jenis kelamin, ketinggian tempat tinggal dari atas laut, dan juga berdasarkan kehamilan. Defisiensi besi adalah penyebab anemia yang paling sering di dunia, termasuk penyebab tersering pada ibu hamil. Selain anemia defisiensi besi, anemia juga dapat disebabkan oleh defisiensi B12, asam folat, vitamin A, atau adanya inflamasi akut dan kronis, infeksi parasit, inherited atau acquired disorders yang mempengaruhi sintesis Hb, dan permasalahan pada produksi sel darah merah atau pada survival sel darah merah. Klasifikasi anemia berdasarkan nilai indeks eritrosit dibagi menjadi anemia hipokromik mikrositer, normokromik normositer, dan makrositer (Wirahartari, 2019). Indeks eritrosit atau Mean Cospuscular Value adalah suatu nilai rata-rata yang dapat member keterangan mengenai rata - rata eritrosit dan mengenai banyaknya hemoglobin per-eritrosit. Pemeriksaaan eritrosit digunakan sebagai pemeriksaan penyaring untuk diagnosis terjadinya anemia dan mengetahui anemia berdasarkan morfologinya (Iswanto, 2019). Nilai eritrosit rata - rata (Mean Corpuscular Volume) atau disebut juga Indeks Eritrosit merupakan bagian dari pemeriksaan laboratorium hitung darah lengkap yang memberi



keterangan mengenai banyaknya hemoglobin (hb) per eitrosit. Biasanya digunakan dalam mengklassifikasi anemia dan



untuk



membantu



mendiagnosis penyebab anemia. Volume sel rerata (MCV), hemoglobin sel rerata (MCH), konsentrasi Hemoglobin sel rerata (MCHC) dihitung dari Hematokrit (PCV), perkiraan hemoglobin, dan hitung sel darah merah (R. Suhartati, 2015). Pada praktikum pemeriksaan indeks eritosit yang telah dilakukan menggunakan



metode



otomatis,



dimana



jumlah



hematokrit,



jumlah



hemoglobin (Hb) dan jumlah eritrosit sudah dihitung mengunakan alat otomatis yaitu Hematology Analyzer. Dimana jumlah hematokrit, jumlah hemoglobin (Hb) dan jumlah eritrosit yang sudah didapatkan tersebut, akan dihitung secara manual untuk mendapatkan nilai indeks eritrositnya dengan rumusnya masing - masing. Pada pemeriksaan indeks eritrosit ini memiliki prinsip yaitu indeks eritrosit ditetapkan berdasarkan perhitungan dari hasil pemeriksaan



secara



manual



hematokrit



menggunakan



metode



mikrohematokrit, kadar hemoglobin degang metode sianmethemoglobin dan jumlah eritrosit dengan kamar hitung (Nugraha, 2015). Sedangkan secara otomatis memiliki prinsip yaitu menggunakan Hematology Analyzer memiliki dengan pengukuran dan penyerapan sinar akibat interaksi sinar yang memepunyai panjang gelombang tertentu dengan larutan atau sampel yang dilewatinya. Prinsip impedansi aliran listrik berdasarkan pada variasi impedansi yang dihasilkan oleh sel-sel darah didalam mikropipet (celah chaber mikro) yang mana sampel darah yang diencerkan dengan elektrolit diluents akan melalui mikroaperture yang dipasangi dua elektroda (Anonim, 2016 dalam



Djasang, 2018). Kelebihan menggunakan alat otomatis



Hematologi Analyzer yaitu pemeriksaan dapat dilakukan dengan waktu yang singkat, dimana semua parameter pemeriksaan yang terdapat didalam Hematology Analyzer bisa dikeluarkan dalam waktu 5 menit dengan alat otomatis. Apabila pemeriksaan indeks eitrosit menggunakan pemeriksaan dengan cara manual, akan menghabiskan waktu yang lama untuk melakukan pemeriksaan.



Pada praktikum perhitungan Indeks Eritrosit yang telah dilakukan, dari hasil formulir pemeriksaan Rumah Sakit Sanglah dilakukan perhitungan nilai MCV, MCH , dan MCHC pada pasien dengan identitas: Nama



: Siti Wahyu Ningsih



Tanggal lahir



: 29 Mei 1971



Umur



: 49 Tahun



Jenis Kelamin



: Perempuan



Pada perhitungan Indeks Eritrosit pada pasien tersebut yaitu nilai MCV (Mean Corpuscular Volume) setelah dilakukan perhitungan secara manual didapatkan hasil yaitu 86,24 fL (femtoliter), hasil yang didapat tersebut masih dalam range normal dan memiliki angka yang sama dengan hasil perhitungan MCV pada perhitungan otomatis menggunakan alat, nilai rujukannya yaitu 80 – 100 fL. Nilai MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) yang didapatkan pada perhitungan secara manual dalam praktikum yaitu 27,13 pg (picogram). Hasil perhitungan MCH yang didapatkan sedikit berbeda dengan yang didapat pada perhitungan otomatis yaitu 27,14 pg hasil yang didapat tersebut dibawah nilai normal yaitu 28 – 34 pg . Sedangkan nilai indeks eritrosit MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) didapatkan hasil dengan perhitungan manual yaitu 31,46 g/dl, hasil yang didapat sedikit berbeda dengan hasil perhitugan secara otomatis yaitu 31,47 g/dl. Dari hasil tersebut nilai MCHC yang didapatkan dibawah nilai normal yaitu 32 – 36 g/dl (%). MCV (Mean Corpuscular Volume) atau VER (Volume Eritrosit Rata – Rata) yang menggambarkan ukuran eritrosit dalam satuan fL (femtoliter). Penurunan MCV menunjukkan bahwa eritrosit memiliki ukuran kecil (mikrosit) seperti pada kasus anemia defesiensi zat besi atau talasemia. Peningkatan MCV menunjukkan bahwa eritrosit memiliki ukuran yang lebih besar (makrosit) seperti pada kasus anemia asam folat atau anemia pernisiosa. Kadar MCV normal menggambarkan normosit , karena eritrosit memilki ukuran normal. Kadar MCV didapat dari nilai hematokrit dan jumlah eritrosit (Nugraha, 2015). MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau HER (Hemoglobin Eritrosit Rerata) yang menggambarkan bobot hemoglobin dalam eritrosit tanpa



memperhatikan ukurannya yang dinyatakan dengan satuan pg (picogram). Nilai MCH didapat dengan cara mengalikan nlai hemoglobin sebanyak 10 kali dan membaginya dengan nilai jumlah eritrosit (Nugraha, 2015). MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau KHER (Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rerata) yang menggambarkan konsentrasi hemoglobin per unit volume eritrosit yang dinyatakan dalam satuan persen (%). Nilai MCHC didapat dengan cara nilai hemoglobin dibagi nilai hematokrit lalu dikali 100%. Indeks eritosit telah digunakan secara luas dalam klasifikasi anemia serta membantu mencari penyebab anemia (Tirta, 2019). Indeks eritrosit dapat digunakan untuk membantu mendiagnosa penyakit anemia yaitu suatu kondisi dimana terlalu sedikit jumlah eritrosit atau sel darah merah yang merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh bermacam – macam faktor seperti gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang, perdarahan dan penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis). Anemia dapat diklasifikasikan menjadi 3 golongan yaitu : Anemia hipokromik mikrositer, bila MCV < 80 fl dan MCH < 27 pg, Anemia normokromik normositer, bila MVC 80 – 95 fl dan MCH 27 - 34 pg, Anemia makrositer, bila MCV > 95 fl. Berdasarkan formulir pemeriksaan laboratorium yang didapatkan dari Rumah Sakit Sanglah, pasien atas nama Siti Wahyu Ningsih didiagnosa mengalami Ca Mammae (Kanker Payudara). Penderita penyakit keganasan seperti kanker payudara bisa terjadi ketiga – tiganya dari klasifikasi diatas karena adanya proses keganasan bila telah menyebar ke sumsum tulang. Pada praktikum indeks eritrosit yang telah dilakukan, didapatkana nilai MCV yang masih dalam rentang normal, menggambarkan keadaan normositik atau ukuran rata-rata sel darah merah normal (Laloan, 2018) . Untuk nilai MCH didapatkan hasil yaitu nilai MCH dibawah nilai normal, yang menggambarkan hipokromik atau sel darah merah berwarna pucat (central pallor > ½_). Sedangkan untuk nilai MCHC, didapatkan hasil yaitu dibawah nilai rujukan, Gambaran nilai MCHC yang menurun merupakan indikator sensitif untuk mendiagnosis defisiensi besi dengan dihitung menggunakan Packed Cells Volume atau hematokrit. Kadar nilai MCHC dapat juga menjadi



suatu indikasi dari sintesis abnormal hemoglobin, kegagalan osmoregulasi darah dan kegagalan osmolaritas plasma (Laloan, 2018). Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, paktikum ini dilakukan untuk melakukan perhitungan secara manual dari data yang didapatkan dari formulir pemeriksaan laboratorium, dengan tujuan untuk membandingkan hasil perhitungan yang dilakukan secara manual dengan perhitungan secara otomatis oleh alat. Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan, hasil perhitungan manual dengan hasil perhitungan secara otomatis tidak memiliki perbedaan yang jauh, semua hasil perhitungan nilai indeks eritrosit secara manual mendekati nilai indeks eritrosit yang dihitung secara otomatis. I. SIMPULAN Pada praktikum yang saya lakukan pada 25 Oktober 2019 dengan menggunakan perhitungan secara manual, probandus atas nama Siti Wahyu Ningsih, dengan jenis kelamin perempuan yang berumur 49 tahun , didapatkan nilai MCVnya yaitu 86,24 fl (normal), nilai MCH nya yaitu 27,13 pg (dibawah nilai normal), sedangkan nilai MCHC nya yaitu 31,46 g/dl (dibawah nilai normal). Perhitungan otomatis memberikan hasil MCV yaitu 86, 24 fl, nilai MCH yaitu 27,14 pg, sedangkan nilai MCHC yaitu 31,47 %. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan hasil perhitungan indeks eritrosit secara manual yang telah dilakukan memiliki perbedaan yang sangat sedikit dengan hasil perhitungan indeks eritrosit secara otomatis dengan Hematologi Analyzer.



DAFTAR PUSTAKA Djasang, S. (2018). Studi Hasil Indeks Eritrosit Pada Penderita Stroke Iskemik Dan Stroke Hemoragik. Jurnal Media Analis Kesehatan.Vol. 9, No. 2: 156 - 166. Iswanto, F. &. (2019). Perbedaan Penilaian Morfologi Eritrosit Menggunakan Indeks Eritrosit (Mch, Mcv) Dan Sediaan Apusan Darah Tepi Ada Pasien Gagal Ginjal Kronik Pre Hemodialisa Di Rsud.Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari.Vol. 3, No. 1: 27 - 35. Laloan, R. J., Sylvia R. Marunduh., & Ivonny M. Sapulete. (2018). Hubungan Merokok Dengan Nilai Indeks Eritrosit (Mcv, Mch, Mchc) Pada Mahasiswa Perokok. Jurnal Medik dan Rehabilitasi (JMR). Vol. 1, No. 2: 1 - 6. Nugraha, G. (2015). Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar. Jakarta: Dian Rakyat. R. Suhartati, &. Yusrizal Alwi. (2015). Gambaran Indeks Eritrosit Pada Pasien Tuberkulosis Paru . Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada. Vol. 14, No.1: 29 - 33. Tirta.& Santriani Syarif. (2019). Perbandingan Penilaian Morfologi Eritrosit Menggunakan Nilai Indeks Dengan Sediaan Apusan Darah Tepi Pada Penderita Tb Paru Di Puskesmas Perumnas. Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari. Vol. 3, No. 1: 52 - 58.



Tumpuk, Sri. & Wahdaniah. (2018). Perbedaan Penggunaan Antikoagulan K2edta Dan K3edta Terhadap Hasil Pemeriksaan Indeks Eritrosit. Jurnal Laboratorium Khatulistiwa. Vol. 2, No.2: 114 - 118. Wirahartari, L.M., Sianny Herawati., & I Nyoman Wande. (2019). Gambaran Indeks Eritrosit Anemia Pada Ibu Hamil Di Rsup Sanglah Denpasar Tahun 2016 . E-Jurnal Medika. Vol. 8, No.5.