10 0 248 KB
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN Nama
: Tn.S
Umur
: 28 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Suku/Bangsa
: Bugis/Indonesia
RM
: 645771
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Teknisi
Alamat
: Daya
Tgl. Pemeriksaan
: 3 Juni 2014
Rumah Sakit
: RS. Wahidin Sudirohusodo
Dokter Pemeriksa
: dr. R
ANAMNESIS Keluhan Utama : Mata merah pada kedua mata Anamnesis Terpimpin : Dialami scjak ± 12 jam yang lalu, karena terkena asap dan percikan api sewaktu bekerja las besi di kantor tanpa memakai kacamata pelindung. Awalnya perih dan merah sekitar 12 jam yang lalu pasien minum obat asam mefenamat sehingga nyerinya menjadi berkurang dan pasien tertidur kemudian pasien terbangun karena matanya mulai perih lagi. Rasa mengganjal (+), mata merah (+), nyeri (+), gatal (+), air mata berlebih (+), rasa berpasir (+), kotoran mata berlebih (-), silau ketika melihat cahaya (+), penglihatan kabur (+). Riwayat mencuci mata (+) dengan air gallon, riwayat menggosok-gosok mata (+). Riwayat memakai kacamata (-) riwayat penyakit mata merah sebelumnya (-), riwayat penyakit yang sama dalam keluarga (-), riwayat Diabetes mellitus dan Hipertensi disangkal.
1
TANDA VITAL Status Generalisasi
: Sakit Sedang/Gizi baik/Composmentis
TD
: 120/80 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Pernapasan
: 20x/menit
Suhu
: 36,7°C
PEMERIKSAAN OPHTHALMOLOGI 1.
Inspeksi
PEMERIKSAAN
OD
OS
Palpebra
Edema (+)
Edema (-)
Apparatus
Lakrimasi (+)
Lakrimasi (-)
Silia
Sekret (+)
Sekret (-)
Kongjungtiva
Hiperemis
(+) Hiperemis (-)
Inj.konjungtiva
(+) Inj.konjungtiva
Inj.Perikornea (+)
Inj.Perikornea (+)
Bola mata
Normal
Normal
Kornea
Jernih
Jernih
Bilik mata depan
Normal
Normal
Iris
Coklat, Kripte (+)
Coklat, Kripte (+)
Pupil
Bulat, sentral
Bulat, sentral
Lensa
Jernih
Jernih
OD
(+)
OS
2
Ke segala arah
Ke segala arah
Mekanisme Muskular
+
Light perception
+
+ +
+
+
2.
+ +
Palpasi
Pemeriksaan
OD
OS
Tensi okuler
Tn
Tn
Nyeri tekan
(-)
(-)
Massa tuinor
(-)
(-)
Glandula periaukuler
Tidak ada pembesaran
Tidak ada pembesaran
3.
Tonometri
Tidak dilakukan pemeriksaan
4.
Visus - VOD: 20/40 LP
+ +
+ +
- VOS : 20/40 LP 5.
Campus Visual
: Tidak dilakukan pemeriksaan
6.
Color sense
: Tidak dilakukan pemeriksaan
7.
Light sense
: Tidak dilakukan pemeriksaan
3
8.
Penyinaran Oblik
1.
Pemeriksaan
Oculus Dextra
Ocolus Sinistra
Kongjungtiva
Hiperemis (+)
Hiperemis (-)
Inj. Kongjungtiva (+)
Inj. Kongjungtiva (+)
Inj. Perikornea (+)
Inj. Perikornea (+)
Jernih
Jernih
2.
Kornea
3.
Bilik mata depan Normal
Normal
4.
Iris
Cokelat kripte (+)
Cokelat kripte (+)
5.
Pupil
Bulat, sentral, refleks cahaya
Bulat,
6.
Lensa
(+) jernih
cahaya (+) jernih
9.
sentral,
refleks
Tes fluoresensi: (+) OD
10. Funduskopi
OS
: Tidak dilakukan pemeriksaan
11. Slit lamp - SLOD
: Konjungtiva hiperemis (+), injeksio konjungtiva (+), injeksio perikornea (+), kornea jernih, tes flouresens (+) , iris coklat, kripte (+), BMD normal, pupil bulat, sentral RC (+), lensa jernih.
-
SLOS
: Konjungtiva hiperemis (+), injeksio konjungtiva (+), injeksio perikornea (+), kornea jernih, tes flouresens (+) ,
4
iris coklat, kripte (+), BMD normal, pupil bulat, sentral RC (+), lensa jernih. RESUME Seorang laki-laki berumur 28 tahun datang ke Rumah sakit Wahidin Sudirohusodo dengan keluhan merah pada kedua mata. Dialami sejak 12 jam yang lalu saat pasien sedang melas besi di kantor tanpa memakai kacamata pelindung, Awalnya perih dan merah sekitar 12 jam yang lalu pasien minum obat asam mefenamat sehingga nyerinya menjadi berkurang dan pasien tertidur kemudian pasien terbangun karena matanya mulai perih lagi rasa mengganjal (+), blefarospasme (+), mata merah (+), nyeri (+), lakrimasi (+), riwayat mata berpasir (+), sekret berlebihan (-), fotofobia (+), riwayat DM tidak diketahui. Riwayat minum obat asam mefenamat sebelumnya, riwaya menggosok mata (-), riwayat mencuci mata dengan air (+). Pada pemeriksaan tes flouresens (+), pada pemeriksaan visus didapatkan VOD : 20/40 VOS : 20/40. - SLOD
: Konjungtiva hiperemis (+), injeksio konjungtiva (+), injeksio perikornea (+), kornea jernih, tes flouresens (+) , iris coklat, kripte (+), BMD normal, pupil bulat, sentral RC (+), lensa jernih.
-
SLOS
: Konjungtiva hiperemis (+), injeksio konjungtiva (+), injeksio perikornea (+), kornea jernih, tes flouresens (+) , iris coklat, kripte (+), BMD normal, pupil bulat, sentral RC (+), lensa jernih.
DIAGNOSIS ODS Erosi/Abrasi Kornea
DIFERENTIAL DIAGNOSIS Ulkus Kornea Konjuntivitis
5
Keratitis pumgtata superficial Keratomikosis
TERAPI Terapi Topikal Lyteers C.polygran 6 dd 1 gtt ODS C. repithel 4 dd 1 gtt ODS Terapi Oral Natrium Diclofenat 2 x1
ANJURAN Pemeriksaan KOH Kultur sensitivitas
PROGNOSIS 1.
Quo ad vitatn
: Bonam
2.
Quo ad sanationem
: Bonam
3.
Quo ad visam
: Bonam
4.
Quo ad cosmeticum
: Bonam
DISKUSI Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh. Keratitis biasanya diklasifikasikan dalam lapisan yang terkena seperti keratitis superfisial dan profunda atau interstisial. Akibat terjadinya kekeruhan pada media kornea ini, maka tajam penglihatan akan menurun. Mata akan merah yang terjadi akibat injeksio pembuluh darah perikorneal yang dalam atau injeksio siliar. Gejala yang ditimbulkan berupa fotofobia, lakrimasi, dan blefarospasme yang dikenal dengan trias keratitis.
6
Erosi/abrasi kornea adalah kelainan kornea mekanis yang cukup berat dan cukup sering terjadi, yang menunjukkan sejumlah gejala dan tanda klinis, tetapi mudah terlewatkan bila dokter tidak khusus mencarinya. Pasien umumnya terbangun di pagi hari karena rasa nyeri pada mata yang terkena. Nyeri ini menetap dan mata menjadi merah, teriritasi, dan fotopobik. Keratitis dapat disebabkan oleh traumatik dan nontraumatik. Keratitis traumatik bisa disebabkan oleh bermacam-macam penyebab, sedangkan keratitis nontraumatik bisa disebabkan oleh infeksi jamur, bakteri, virus selain itu dapat juga disebabkan faktor lain seperti mata kering, keracunan obat, alergi, idiopatik ataupun radiasi sinar ultraviolet. Erosi/abrasi kornea yang didapat, pasien umumnya melaporkan riwayat cedera kornea sebelumnya. Erosi rekuren paling sering terjadi pada bagian sentral di bawah pupil, tidak bergantung pada lokasi kornea sebelumnya. Komplikasi dari keratitis dapat menyebabkan sikatriks keratitis (berupa nebula, makula ataupun leukoma), iridosiklitis, ulkus kornea dan descematokele. Keratitis herpetika memberikan gambaran seperti ulkus dendritik pada kornea pada tes fluoresensi yang dapat terlihat jelas pada slit lamp. Ulkus ini biasanya menyembuh
tanpa parut. Namun
jika melibatkan stroma maka
akan
mengakibatkan hilangnya transparansi kornea. Sedangkan ulkus geografik adalah bentuk penyakit dendritik kronik dengan lesi dendritik halus yang bentuknya lebih lebar. Tepian ulkus tidak terlalu kabur. Sensasi kornea menurun, seperti halnya penyakit dendritik. Keratitis
dapat
didiagnosis
banding
dengan
konjungtivitis.
Pada
konjungtivitis terdapat gejala berupa mata merah, bengkak, sakit, panas, gatal serta ada sekret, perbedaannya adalah pada konjungtivitis tidak terdapat infiltrat seperti pada keratitis. Ulkus kornea juga dapat didiagnosis banding dengan abrasi kornea yaitu dengan tes fluorescens. Dimana akan memberikan hasil positif pada ulkus kornea dengan adanya defek pada semua lapisan kornea. Pasien ini didiagnosa dengan Erosi/abrasi kornea berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Dari anamnesis didapatkan keluhan berupa penglihatan
7
kabur pada mata kanan dan adanya riwayat trauma, gejala penglihatan kabur tersebut disebabkan oleh karena kornea rnerupakan salah satu media refrakta, sehingga jika terdapat kekeruhan pada kornea maka akan memberikan gejala berupa penurunan visus disebabkan oleh karena adanya defek pada kornea sehingga menghalangi refleksi cahaya yang masuk ke media refrakta. Pasien juga mengeluhkan kadang-kadang mata terasa nyeri, berair dan sering silau jika melihat cahaya, gejala nyeri terjadi oleh karena kornea memiliki banyak serabut saraf yang tidak bermielin sehingga setiap lesi pada kornea baik luar maupun dalam akan memberikan rasa sakit dan rasa sakit ini diperhebat oleh adanya gesekan palpebra pada kornea. Dari pemeriksaan fisik, pada inspeksi didapatkan lakrimasi berlebihan. Gejala blefarospasme, fotofobia dan lakrimasi tersebut dikenal dengan nama trias keratitis. Pada pemeriksaan fisis didapatkan : Pada pemeriksaan tes flouresens (+), sensibilitas ODS (+). Pemeriksaan visus: •
VOD : 40/20 LP + +
+ +
•
VOS : 40/20 LP - SLOD
: Konjungtiva hiperemis (+), injeksio konjungtiva (+), injeksio perikornea (+), kornea jernih, tes flouresens (+) , iris coklat, kripte (+), BMD normal, pupil bulat, sentral RC (+), lensa jernih.
-
SLOS
: Konjungtiva hiperemis (+), injeksio konjungtiva (+), injeksio perikornea (+), kornea jernih, tes flouresens (+) , iris coklat, kripte (+), BMD normal, pupil bulat, sentral RC (+), lensa jernih.
Hasil pemeriksaan di atas mendukung untuk didiagnosis sebagai suatu abrasi kornea. Pada penatalaksanaan diberikan farmakoterapi berupa obat topikal maupun oral. Obat topikal berupa obat tetes. Anjuran pemeriksaan kultur dan sensitivitas untuk membantu rnenegakkan diagnosis mikroorganistne penyebab dari
keratitis
serta
mengetahui
resistensi
obat-obat
yang
diberikan
8
9