Laporan Kulap Hidrogeologi C-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HIDROGEOLOGI DAERAH KELURAHAN ANDIR, KECAMATAN BALEENDAH, KABUPATEN BANDUNG, PROVINSI JAWA BARAT Disusun sebagai laporan hasil kuliah lapangan hidrogeologi



Oleh : Kelas C-1 Fauzan Luqman



270110140011



Firna Naurah Oktaviani



270110140012



Hikmatyar



270110140013



Dadan Firdaus



270110140014



Hadiid Syahrofi



270110140015



M. Dikyan Muzadi



270110140051



Ayu Kusrini Putri



270110140052



Grida Viantiska Aprillia



270110140053



Aulia Kamil



270110140054



Aldy Recxy Vegantara



270110140055



FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN 2016



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang



Penggunaan air bersih dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari menjadi kebutuhan primer yang mutlak harus di penuhi.Sumber daya air yang merupakan jenis sumber daya yang dapat di perbaharui,tidak seperi minyak dan gas bumi yang memerlukan waktu lama untuk memperbaharuinya,air merupakan suatu sumber daya yang sangat melimpah jumlahnya,namun diperlukan tata kelola yang baik dalam hal pemberdayaan air.Karena hingga saat ini air bersih masih menjadi kebutuhan utama umat manusia Hidrogeologi merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari sifat dan karakteristik serta keterdapatan fisik dan kimia air tanah dibawah permukaan bumi.Untuk itu dalam memahami kondisi hidrogeologi suatu wilayah diperlukan informasi mengenai stratigrafi serta truktur geologi.Beberapa hal yang digunakan untuk mendapatkan informasi tersebut adalah dengan melakukan penelitian dan pengamatan sumur,mata air dan sungai. Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui kondisi hidrogeologi suatu wilayah dengan output berupa Peta Kontur Isopreatik dan Gradien Hidrolik,Data kedalaman akuifer yang didapat dari uji pompa (pumping test) yang nantinya diharapkan mampu menjelaskan kondisi hidrogeologi darah tersebut Penggunaan air bersih dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari menjadi kebutuhan primer yang mutlak harus di penuhi.Sumber daya air yang merupakan jenis sumber daya yang dapat di perbaharui,tidak seperi minyak dan gas bumi yang memerlukan waktu lama untuk memperbaharuinya,air merupakan suatu sumber daya yang sangat melimpah jumlahnya,namun diperlukan tata kelola yang baik dalam hal pemberdayaan air..Karena hingga saat ini air bersih masih menjadi kebutuhan utama umat manusia



1.2



Maksud



Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui kondisi hidrogeologi daerah penelitian dilihat dari semua aspek aspek hidrogeologi yang berkaitan.Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk masyarakan sekitar daerah penelitian yang memerlukan informasi mengenai kondisi hidrogeologi daerah penelitian dan sekitarnya.



1.3



Tujuan



Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian hidrogeologi kali ini adalah : 1. Mengetahui muka air tanah daerah penelitian. 2. Mengetahui karakteristik akuifer melalui parameter hidraulik. 3. Mengetahui karakteristik fisik dan kimia air tanah melalui pengamatan dilapangan. 4. Mengetahui debit sungai daerah penelitian



1.4



Manfaat Manfaat yang didapat dari penelitian hodrogeologi ini adalah kami mampu



mmberikan informasi menegnai kondisi hidrogeologi daerah penelitian kepada masyarakat daerah penelitian.Seperti karakteristik air,kedalaman muka air tanah,kondisi fisik dan kimia air yang layak diminum,serta pengetahuan seputar debit air sungai yang mengalir di daerah tersebut yang dapat diaplikasikan untuk antisipasi banjir.



1.5



Lokasi Penelitian Lokasi penelitian hidrogeologi ini secra administratif terletak di Kelurahan



Andir,Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Barat Provisi Jawa Barat.Lokasi penelitian ditempuh dengan jarak 26,5 Km dan dapat ditempuh menggunakan kendaraan bermotor dengan durasi 90 menit.



1.6



Waktu Penelitian Penelitian hidrogeologi dilakukan pada hari Sabtu sampai Minggu tanggal 10 -



11 Desember 2016. Penelitian dimulai dari pemetaan sumur terlebih dahulu yang dilakukan pada hari sabtu pagi,selanjutnya baru dilakukan uji sumur (pumping test) pada sumur yang dikatakan layak untuk dilakukan penelitian dan pengukuran debit sungai yang sudah memenuhi kriteria kelayakan untuk dilakukan penghitungan debit sungai.Penghitungan debit sungai dilakukan selama 24 jam sejak pukul 16.00 WIB,sedangkan untuk uji pompa (pumping test) pengerjaannya dimulai sejak pukul 20.00 WIB-12.00 WIB,yang sesuai dengan waktu dari pumping dan recovery sumur tersebut.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Geologi Regional



Gambar1. Peta Administrasi Kecamatan Baleendah



Gambar2. Peta Geologi Daerah Andir dan Sekitarnya



Menurut Peta Geologi Regional Lembar Bandung (Silitonga,1973) daerah penelitian kami yang berada di Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah merupakan Satuan Batuan Endapan Danau (QI). Demikian pula yang untuk wilayah sekitarnya seperti Desa Rancamanyar, Bojong Malaka, Malakasari termasuk kedalam Satuan Batuan Endapan Danau (QI) dengan lempung tufan, batupasir tuffan, kerikil tuffan (Silitonga,1973). Sedangkan untuk wilayah Kelurahan Baleendah, Desa Manggahang dan Jelekong Menurut Geologi Regional Lembar Garut (Alzwar,dkk,1992), merupakan sebagian kombinasi Endapan Danau (Qd), Formasi Beser ( Tmb) dan satuan Andesit Waringin Bedil – Malabar Tua (Qwb). Dalam Skala yang luas, Desa Andir Kecamatan Baleendah termasuk kedalam Bandung Selatan. Secara regional (Katili dan Sudradjat, 1984) daerah Bandung selatan merupakan bagian dari kelompok gunung api Kuarter yang dibatasi oleh segi tiga sesar besar. Di bagian barat laut terdapat zone sesar geser mengiri Sukabumi-Padalarang, di sebelah timur laut zone sesar geser menganan Cilacap-Kuningan dan di sebelah selatan adalah sesar turun yang berbatasan dengan Pegunungan Selatan. Dari peta geologi lembar Garut (Alzwar drr., 1992) terlihat bahwa pola sesar di kawasan Gunung Malabar, Wayang, Windu, dan Tilu berarah timur laut-barat daya dan sedikit barat lauttenggara. Sesar tersebut ada yang berupa sesar naik dan sesar turun. Pada batas antara batuan gunung api Kuarter dengan batuan gunung api Tersier di utaranya terdapat sesar turun berarah barat-timur. Secara umum dari utara ke selatan, bentang alam daerah Bandung Selatan berupa dataran tinggi Bandung, perbukitan, dan pegunungan. Puncak-puncak gunung api di daerah ini antara lain Gunung Malabar (2321 m), Tilu (2042 m), Tanjaknangsi (1514 m), Bubut (1333 m, tinggian di sebelah utara Gunung Tanjaknangsi), Wayang (2182 m), dan Windu (2054 m). Jauh di tepi barat terdapat puncak Gunung Kuda (2002 m), sedangkan di sebelah timur Gunung api Malabar terdapat deretan puncak Gunung Kendang (2817 m), Guha (2397 m), Kamasan (1815 m), dan Dogdog (1868 m). Daerah pegunungan ini tersusun oleh batuan gunung api muda (Kuarter, Alzwar drr., 1992). Kawasan perbukitan terletak di bagian tengah di antara pegunungan di sebelah selatan dan dataran tinggi Bandung di sebelah utara. Morfologi perbukitan ini menempati



daerah sempit di Soreang (723 m), area di wilayah Baleendah - Arjasari yang terletak di timur kota Banjaran - Pameungpeuk hingga di sebelah barat Majalaya - Ciparay. Puncak-puncak perbukitan ini antara lain Gunung Kromong (908 m), Geulis (1151 m), Pipisan (1071 m), dan Bukitcula (1013 m). Pada umumnya, bentang alam perbukitan ini tersusun oleh batuan gunung api tua (Tersier). Dataran tinggi Bandung (lk. 700 m) terletak di bagian utara, mulai dari daerah Banjaran di sebelah barat dan Majalaya di sebelah timur meluas ke utara hingga Cimahi dan kota Bandung. Dataran ini tersusun oleh endapan danau dan batuan gunung api Sunda - Tangkubanparahu. Dataran Pangalengan (1400 m) yang relatif sempit dan terletak di bagian selatan, hampir dikelilingi oleh puncak-puncak pegunungan, yakni Gunung Malabar di sebelah utara, Gunung Kendang - Guha di sebelah timur, dan Gunung Kuda di sebelah barat. Hanya ke selatan berbatasan dengan Pegunungan Selatan yang bahan penyusun utamanya adalah batuan gunung api Tersier. Di tengahtengah Dataran Pangalengan terdapat sebuah danau bernama Situ Cileunca. Dataran Pangalengan ini tersusun oleh endapan piroklastika yang sangat tebal. Kawasan perbukitan mempunyai sebaran paling luas sehingga mendominasi daerah penelitian. Secara keseluruhan, daerah Bandung bagian selatan ini tersusun oleh batuan hasil kegiatan gunung api. Dimana pada daerah penelitian didominasi oleh Hasil Gunungapi Muda Tak Teruraikan yang terdiri dari Pasir Tufaan, Lapili, Breksi, Aglomerat dimana sebagian berasal dari Gunung Tangkubanperahu dan sebagian lagi berasal dari Gunung Tampomas. 2.2 Hidrogeologi Regional Hidrogeologi Daerah Penelitian Secara regional kondisi hidrogeologi daerah penyelidikan yang telah tergambarkan dalam peta hidrogeologi daerah Bandung, dengan skala 1 : 250.000 terbitan Direktorat Geologi Tata Lingkungan (Soetrisno S, 1983) menyebutkan daerah penyelidikan terletak pada bagian barat laut cekungan airtanah Bandung. Sistem akifer daerah penyelidikan termasuk dalam akifer dengan aliran airtanah melalui ruang antar butir yang produktifitasnya sedang – besar dengan penyebaran luas.



Akifer dengan keterusan sedang, kedalaman muka airtanah beragam sekitar 10 – 18 meter dengan debit sumur umumnya kurang dari 5 liter/detik. Akifer ini secara dominan dibentuk oleh litologi dari Formasi Kosambi (Ql) dan Formasi Cibeureum (Qyd). Sunarwan dan Juanda (1997) membagi daerah Padalarang-CimahiLembangBandung dalam 5 unit hidrogeologi berdasarkan sebaran batuan, proses dan kejadian serta sifat hidrogeologinya. Daerah Padalarang termasuk dalam Unit Hidrogeologi IV : Sistem akifer Volkanik yang tersusun oleh perselingan breksi, tufa pasiran, lava andesit dari Formasi Cibeureum. Hutasoit dan Ramdhan, 2009 telah menganalisi log litologi dari hasil pemboran air tanah. Dari data ini dapat dilihat bahwa di bawah permukaan, Formasi Cibeureum juga terdapat di bawah Formasi Kosambi yang tersingkap di permukaan, terutama di bagian barat dan timur, membentuk sistem akuifer terkekang. Data litologi terperinci Formasi Cibeureum dari log pemboran, seperti misalnya yang ditunjukkan oleh Koesoemadinata dan Hartono (1981) serta Hutasoit dan Ramdhan (2006), menunjukkan keberadaan lebih dari satu akuifer dalam formasi tersebut (multiaquifer system). Secara alamiah tidak diketahui apakah akuifer-akuifer tersebut berhubungan atau tidak, tetapi dengan adanya pemboran, akuiferakuifer tersebut pasti berhubungan, sehingga dapat dikatakan bahwa MAT yang diukur pada satu titik pemboran adalah MAT pada formasi tersebut. Data litologi terperinci Formasi Cibeureum dari log pemboran, seperti misalnya yang ditunjukkan oleh Koesoemadinata dan Hartono (1981) serta Hutasoit dan Ramdhan (2006), menunjukkan keberadaan lebih dari satu akuifer dalam formasi tersebut (multiaquifer system). Secara alamiah tidak diketahui apakah akuifer-akuifer tersebut berhubungan atau tidak, tetapi dengan adanya pemboran, akuiferakuifer tersebut pasti berhubungan, Penelitian hidrogeologi dengan cukup lengkap telah dilakukan oleh Iwaco (1990) yang menyatakan bahwa kebanyakan akifer di cekungan Bandung berhubungan dengan salah satu aliran bahan lepas (debris-flow) dari Gunung Tangkuban Perahu yang membentuk endapan Kipas Bandung dan Cimahi atau dengan endapan "volcano-fluviatile" yang membentuk endapan kipas di pinggiran Danau Bandung. Dalam kaitannya dengan



Cekungan Batujajar maka endapan kipas Cimahi menjadi penting sebagai sumber aliran air tanah. 2.3 Akuifer



Akuifer adalah suatu unit geologi yang jenuh dan mampu memasok air kepada sumur atau mata air sehingga dapat digunakan sebagai sumber air. Ukuran pori dan jumlah pori yang terdapat dalam suatu formasi mungkin kecil atau besar, tergantung pada tipe material batuan. Berdasarkan kadar kedap air dari batuan yang melingkupi akuifer, dikenal adanya empat jenis akuifer, yaitu : 1. Akuifer tertekan (Confined Aquifer) Akuifer tertekan adalah akuifer yang sebelah atas dan bawahnyandibatasi oleh laipsan yang nilai kelulusannya sangat kecil, sehingga tekanan pada batas atas air tanah lebih besar daripada tekanan atmosfer. Muka air dalam sumur bor yang mencapai akuifer ini menunjukkan tekanan dalam akuifer. Suatu bidang hayal yang menggambarkan tekanan pada tiap titik dalam akuifer disebut permukaan pisometrik. Pada daerah dimana ketinggian sumurnya lebih rendah daripada permukaan pisometrik ini dapat menghasilkan sumur artesis.



2. Akuifer setengah tertekan (Semi Confined Aquifer) Akuifer setengah tertekan adalah akuifer yang lapisan diatas atau di bawahnya masih mampu meluluskan air, tetapi sangat kecil. Bocoran (leakage) dapat terjadi antara akuifer dengan pengekangnya. Hanya saja dengan kecilnya angka kelulusan pengekang ini, maka aliran horizontal pengekang dapat diabaikan



3. Akuifer tidak tertekan (Unconfined Aquifer) Pada akuifer jenis ini lapisan atasnya mempunyai kelulusan yang tinggi, sehingga tekanan udara di permukaan air sam denga atmosfer. Air tanah dari akuifer ini disebut air tanah bebas dan akuifernya sendiri sering disebut watertable aquifer.



2.3.1 Karakteristik Akuifer Karakteristik akuifer yang dievaluasi dengan tes akuifer kebanyakan adalah sebagai berikut: 1. Konduktivitas hidrolik Tingkat aliran air melalui luas penampang penampang didefinisikan, pada unit gradient hidrolik. Dalam unit bahasa Inggris laju aliran dalam galon per hari, luas penampang adalah salah satu kaki persegi. 2. Storativitas dan specific capacity Ukuran jumlah air dari akuifer terbatas akan menyerah untuk sebuah perubahanperubahan tertentu di kepala 3. Transmisivitas Tingkat di mana air ditularkan melalui ketebalan unit aquifer bawah gradien unit hidrolik.



Karakteristik akifer tambahan yang kadang-kadang dievaluasi, tergantung pada jenis akuifer, meliputi: 1. Khusus menghasilkan atau porositas drainable Ukuran jumlah air yang unconfined aquifer akan menyerah ketika benar-benar terkuras; 2. Kebocoran koefisien Beberapa akuifer yang dibatasi oleh aquitards yang perlahan-lahan menyerah air ke akuifer, menyediakan air tambahan untuk mengurangi penarikan; 3. Kehadiran batas akuifer (mengisi ulang atau tidak-aliran) dan jarak mereka dari sumur dipompa dan Piezometers.



2.3.2 Sistem Akuifer Sistem akuifer, akuifer merupakan golongan air tanah yang terdapat di wilayah jenuh air yang berada di bawah permukaan tanah. Air yang terkandung di dalam bumi



di dominasi berada di bawah permukaan dalam pori – pori batuan ataupun pori – pori tanah. Air tanah yang terpenting adalah akuifer, dimana akuifer merupakan suatu formasi batuan yang sifatnya dapat menyimpan dan mololoskan air dalam jumlah yang cukup. Sifat akuifer terbagi menjadi dua, yaitu porositas (menyimpan air di dalam pori – pori batuan) dan permeabilitas (meloloskan air tanah). Berdasar atas sistem aliran akuifer, sistem skuifer dapat dibagi menjadi dua, yaitu sistem akuifer intergranular (antar butir) dan sistem akuifer berongga yang berupa hasil pelarutan. 2.3.3 Parameter Akuifer Suatu akuifer mempunyai dua fungsi penting, yaitu sebagai penyimpan laksana sebuah waduk dan sebagai penyalur air seperti jaringan pipa. Kedua fungsi itu diemban oleh pori-pori atau rongga di dalam batuan akuifer itu. Dua sifat yang berhubungan dengan fungsinya sebagai penyimpan adalah porositas (porosity) dan hasil jenis (specific yield). Kemampuan suatu akuifer dalam kedua fungsi diatas dinyatakan dengan parameter akuifer, yaitu : a. Koefisien Kelulusan Koefisien kelulusan (K) adalah angka yang menunjukkan volume air per satuan waktu yang dapat melewati suatu satuan luas penampang yang tegak lurus arah aliran. Berdasarkan hukum Darcy koefisien kelulusan dinyatakan sebagai : K=



Q A. dh⁄dl



Dimana : K



=



Koefisien kelulusan (LT-1)



Q



=



Volume air yang mengalir (L3T-1)



dh/dl



=



Landaian Hidrolik



A



=



Luas penampang (L2)



b. Transmissivitas Transmissivitas adalah angka yang menyatakan laju aliran air yang dapat melewati satu satuan lebar akuifer. Harga T merupakan hasil kali K dengan tebal akuifer. Nilai T dapat ditentukan dengan pengujian contoh akuifer di laboratorium, uji pemompaan atau pengkajian peta muka air tanah. 𝑇 = 𝐾. 𝑏



Dimana : T



=



Transmisivitas (L2T-1)



K



=



Koefisien kelulusan (LT-1)



B



=



Tebal akuifer (L)



Dari hasil penelitian dari Hartono (1980) diperoleh hasil bahwa nilai parameter di daerah banndung dan sekitarnya adalah sebagai berikut :



Daerah



Transmissivitas



Zona Cimahi, Menempati daerah Andir dan 700 Cimahi Zona Bandung, Menempati daerah diantara 400 Andir bagian barat sampai pertengahan kota bandung sebelah timur Zona Cicaheum, menempati daerah sebelah 300 timur pertengahan kota bandung sampai daerah cicaheum. Zona gegerkalong- goleah, menempati daerah 70 pwerbukitan sebelah utara bandung dan



disebelah selatan lembang Zona Lembang, terletak antara depresi 140 lembang - cisarua Tabel1. Nilai Parameter Transmissivitas Daerah Bandung dan sekitarnya (Hartono, 1980).



c. Koefisien Daya Simpan Koefisien penyimpanan adalah volume air yang keluar dari atau masuk ke akuifer per satuan luas permukaan per satuan perubahan head normal permukaan tersebut. Koefisien ini merupakan angka tanpa satuan sebagai perbandingan volume air dengan volume akuifer. Untuk akuifer harga S berkisar anata 10-1 sampai 10-6 𝑇=



𝑟 𝑄𝑊(𝑢, 𝐵 ) 4𝜋(ℎ0 − ℎ)



𝑆=



4𝑇. 𝑢. 𝑡 𝑟2



Dimana : Q



=



Debit (L3T-1)



T



=



Transmisivitas (L2T-1)



(h0 – h)



=



Penurunan (drowdown) per satu siklus log (L)



W(u,r/B)



=



Fungsi sumur (dari kurva baku hantush, 1956)



S



=



Koefisien daya simpan (tidak berdimensi)



T



=



Waktu pemompaan (T)



R



=



Jarak radial dari sumur (L)



U



=



Konstanta (dari kurva baku)



2.4 Air Tanah Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat di dalam pori – pori tanah atau lapisan tanah ataupun dalam pori – pori batuan yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akuifer. Air tanah berada di bawah permukaan tanah, dimana air tanah juga merupakan sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan selain dari air sungai dan air hujan. Namun, keberadaan air tanah terbatas dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit dilakukan. Menurut Budhi Kuswan Susilo, air tanah atau Groundwater adalah penggambaran dari air yang tersimpan di bawah tanah dalam batuan yang bersifat permeable. 2.4.1 Aliran Air Tanah Air tanah merupakan bagian dari daur hidrologi, dimana air hujan yang turun ke bumi atau lahan sebagian mengalir ke permukaan tanah dan sebagian lainnya masuk ke dalam tanah yang kemudian mengalir sebagai air. Lahan yang banyak ditumbuhi oleh vegetasi – vegetasi yang memunkinkan lahan sehingga memiliki suatu celah, dimana celah tersebut berfungsi sebagai alat agar air hujan dapat dengan mudah meresap atau masuk ke dalam tanah. Kemudian air tersebut akan turun hingga kedalaman beberapa puluh meter di bawah permukaan. Air tanah akan terus bergerak ke bawah hingga mencapai suatu lapisan tanah atau batuan yang memiliki pori – pori atau jarak antar butir yang sangat sempit sehingga menyebabkan air tersebut sulit untuk melewatinya. Lapisan ini merupakan lapisan aquitard yang bersifat impermeable. Dikarenakan air tidak dapat lagi turun ke bawah maka air tersebut akan mengisi rongga – rongga antar butir yang berada di atas lapisan aquitard. Kemudian saat ada air yang datang lagi, air tersebut akan menambah volume air yang mengisi rongga – rongga antar butiran tersebut dan kemudian akan tersimpan disana. Volume air sangat di pengaruhi oleh



curah hujan, bila hujan berhenti, maka volume air akan berhenti bertambah. Air yang tersimpan di bawah tanah tersebut disebut sebagai air tanah. Selain itu, air tanah pun dapat bergerak secara horizontal yang pada dasarnya mengikuti hukum hidrolika, dimana air bergerak horizontal karena adanya perbedaan dari gradient hidrolik. Gerakan air tanah ini mengikuti Hukum Darcy, yaitu volume air tanah yang melalui batuan berbanding lurus dengan tekanan dan berbanding terbalik dengan tebal lapisan. 2.4.2 Muka Air Tanah Penambahan volume air pada rongga – rongga antar butiran yang berada di atas aquitard akan berhenti ketika hujan pun berhenti. Kemudian, air yang berada di bawah tanah disebut sebagai air tanah dan air yang berada di permukaan dan tidak diserap ke dalam tanah disebut sebagai air permukaan. Permukaan air tanah disebut sebagai water table. Lapisan tanah yang mengandung air tanah disebut sebagai zona saturasi air. Permukaan zona saturasi atau water table selalu mengikuti bentuk topografi atau lekuk permukaan bumi. Ketika air tanah mengisi semua pori – pori di dalam tanah atau batuan, tanah dikatakan “jenuh”. Muka air tanah atau water table adalah batas antara tanah jenuh air dengan tanah tak jenuh air. Kondisi ini dipengaruhi pula oleh hujan, irigasi, kekeringan dan sumur yang aktif pada daerah tersebut. Suatu muka air tanah dapat mengalami penurunan muka air tanah yang kemudian akan berdampak negatif pada kehidupan makhluk hidup, terhadap sumberdaya air tanah maupun lingkungan. Hal ini dikarenakan masih banyak sektor – sektor rumah tangga, industri dan jasa yang masih mengandalkan air tanah secara berlebih. Selain itu, penyedotan air tanah yang berlebihan dengan pompa juga menjadi salah satu penyebab turunnya permukaan air tanah. Pengaruh tektonik juga menjadi faktor penurunan muka air tanah, yaitu pengaruh faktor gempa tektonik. Dimana gempa akan membentuk crack atau rekahan – rekahan yang menyebabkan mata air (sumur) banyak yang menjadi kering, yang membuat air tanah dangkal “jatuh” ke lapisan di



bawahnya, terjadi kesetimbangan dimana ada air yang masuk ke zona lain yang bertekanan rendah (tinggi muka airnya lebih rendah).



Gambar3. Muka Air Tanah



2.5



Sifat Fisik Air Sifat fisik air tanah adalah sifat air yang harus bebas dari segala macam pengotor



yang dapat terdeteksi baik oleh indera penglihatan, indera pembau, ataupun indera perasa. Karakteristik sifat fisik air meliputi : a. Warna Warna dari air dapat disebabkan karena adanya zat atau material organik yang terlarut dalam air bersih, yang disebabkan oleh adanya ion metal (besi dan mangan, humus, plankton, tumbuhan air, dan limbah industri. Intensitas warna dalam air dapat diukur dengan satuan unit warna standar yang dihasilkan oleh 1 mg/L Platina (sebagai K2PtCl6).



b. pH (Derajat Keasaman) pH merupakan logaritma negative dan aktifitas ion hydrogen dalam suatu larutan. pH air sangat penting untuk menentukan nilai daya guna perairan.



Nilai pH ditentukan oleh interaksi berbagai zat dalam air termasuk zat – zat secara kimia maupun biokimia tidak stabil.



c. Bau dan rasa Bau disebabkan adanya zat dan gas yang memiliki aroma tertentu yang terdapat di dalam air yang kemudian dihisap oleh gas H2S, NH3, senyawa fenol, cloro fenol, dll. Sedangkan rasa disebabkan adanya garam atau zat lain yang terlarut dalam air seperti MgSO4, Na2SO4 dan NaCl.



d. Kekentalan Dapat dipengaruhi oleh partikel yang terkandung dalam air. Semakin banyak partikel yang dikandung dalam air, maka air akan semakin kental. Namun, bila suhu air semakin tinggi, maka kekentalan air akan berkurang.



e. Kekeruhan Merupakan sifat optik dari suatu larutan yang menyebabkan cahaya yang melaluinya terabsorbsi dan terbias dan dihitung dalam satuan mg/L SiO2. Kekeruhan dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi seperti lempung, lumpur, zat organik, plankton, dan zat – zat halus lainnya.



f. Temperatur (Suhu) Merupakan derajat panas air yang dinyatakan dalam satuan derajat Celcius. Dipengaruhi oleh kondisi di sekeliling, seperti tempat atau lokasi air tersebut, perbedaan suhu cuaca siang dan malam, musim, dan berbagai variasi energi yang diterima oleh permukaan bumi.



2.6



Pumping Test Tes akuifer (atau tes pemompaan) dilakukan untuk mengevaluasi akuifer dengan



"merangsang" akuifer melalui konstan memompa, dan mengamati "respons" akuifer itu (penarikan)



dalam



pengamatan



sumur.



Pengujian



akuifer



berguna



untuk



mengkarakterisasi sistem aquifer, aquitard, dan batas-batas sistem aliran. Tes siput



adalah variasi pada tes akuifer khas di mana perubahan sesaat (kenaikan atau penurunan) dibuat, dan efek diamati dalam sumur yang sama. Prinsip dari pumping test adalah melakukan suatu kegiatan pemompaan dari suatu sumur dengan debit tertentu, dan mengukur penurunan muka air tanah (drawdown) yang terjadi pada sumur yang sedang dilakukan pengamatan serta pada alat piezometer yang diketahui jaraknya dari sumur pompaan tersebut. Pumping test dapat menggunakan beberapa metode yang dibedakan berdasarkan keadaan aliran (steady atau unsteady state) dan jenis aquifer (Confined, Semi Confined, Unconfined Aquifer), yaitu : a. Metoda Theis Metoda ini menggunakan beberapa asumsi, diantaranya adalah sebelum melakukan pemompaan, muka air tanah adalah horizontal dan dengan debit yang konstan. Merupakan aquifer homogen, isotrofik, ketebalannya merata, dan luasan aquifer tidak terbatas. Sumur sepenuhnya menembus aquifer dan aliran dari aquifer ke sumur adalah horizontal di semua tempat dan aliran yang masuk ke dalam sumur adalah unsteady state. Sesaat setelah pengambilan air terjadi penurunan head (drawdown). b. Metoda Cooper – Jacob Metoda ini menggunakan beberapa asumsi yang sama dengan asumsi penggunaan metoda theis. Pumping test digunakan untuk mendapatkan parameter – parameter hidraulik dari suatu aquifer (Permeabilitas (K), Transmisivitas (T), Storativitas (S), dan Spesific Yield (Sc)). Kemudian yang kedua adalah untuk mengetahui berapa banyak air yang dapat diambil dari suatu sumur, jenis pompa yang akan digunakan, dan untuk menghitung biaya pemompaan. Pumping test sering menggunakan satu atau lebih sumur pemantauan, atau piezometers. Biasanya pemantauan dan pemompaan sumur disaring di akuifer yang sama.



Pompa adalah suatu mesin atau peralatan yang digunakan untuk menggerakkan incompressible liquid. Pompa digunakan untuk menggerakkan atau mengangkut cairan dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi. Dalam pumping test, air di pompa keluar dari suatu sumur pada debit yang di ketahui selama waktu tertentu. Muka air tanah di pantau pada sumur yang dipompa serta pada satu pengamatan atau lebih yang berjarak dekat dengan sumur tersebut. Data yang dicantunkan dalam pumping test adalah : 1. Muka air tanah awal (piezometrik awal) 2. Debit pemompaan 3. Penurunan muka air tanah selama pemompaan (drawdown) 4. Waktu sejak dimulai pemompaan 5. Kenaikan muka air tanah setelah pompa dimatikan 6. Waktu setelah pompa dimatikan



Gambar4. Pumping Test



Hukum Darcy Hukum Darcy diperkenalkan oleh seorang insinyur Perancis yang bernama Henry Darcy yang mempelajari pergerakan air melalui pasir pada tahun 1856. Menurut Henry Darcy, bahwa laju aliran air melalui tabung sebanding dengan perbedaan ketinggian air antara kedua ujung tabung, dan berbanding terbalik dengan panjang tabung. Dia juga menemukan bahwa aliran adalah sebanding dengan koefisien, K, yang



disebut konduktivitas hidrolik. Hukum Darcy hanya berlaku untuk tanah yang bersifat homogen dan isotropis. Volume air yang masuk ke volume kontrol sama dengan volume keluar, tanpa menghiraukan volume kontrol. Hukum Darcy tidak berlaku untuk tanah yang memiliki sifat mengembang dan mengkerut atau volume tanahnya tidak berubah. Adapun rumus dalam Hukum Darcy : Q ~ h A - B dan T h ~ 1 / L dan Q ~ K Q = KA [(h A - h B) / L] ATAU Q = KA (dh / dl) Dimana :



Q = volume aliran air di ft 3 / hari K = konduktivitas hidrolik dalam ft / hari A = luas penampang di ft 2 dh / dl = gradien hidrolik



Gradient Hidrolik Gradient hidrolik merupakan perubahan di kepala hidrolik yaitu berupa perubahan jarak antara sumur pemantauan. Gradien hidrolik vertikal dh / dl =



perbedaan di kepala / jarak antara sumur vertikal H 2 - h 1) / (z 2-z 1)



Gambar 2.4.1. Horizontal Hydraulic Gradient dan Vertical Hydraulic Gradient



dh / dl =



dh / dl =



perbedaan di kepala / jarak antara sumur horisontal H 2 - h 1) / L



perbedaan di kepala / jarak antara sumur vertikal H 2 - h 1) / (z 2-z 1)



Perbedaan tinggi persatuan jarak arah aliran ΔH/ΔZ adalah gradien hidrolik (H1H2) / (Z1-Z2). Gradien hidrolik merupkan daya penarik atau pendorong pergerakan air. Besarnya jumlah aliran (Jx) = Q / A yaitu volume air yang mengalir melalui luas penampang melintang A persatuan waktu disebut kepadatan aliran = Jx. Jadi kepadatan aliran berbanding lurus dengan gradien hidrolik



Pembuatan Kontur Air Tanah Menggambarkan elevasi muka air tanah yang menggunakan metoda tiga titik. Peta muka air tanah menunjukkan elevasi dari suatu muka air tanah (water table) atau permukaan potensiometrik. Dalam penggambarannya dilihat pula kondisi dimana muka air tanah dipengaruhi perangkap lapisan tertentu. Pada dasarnya pembuatan peta ini sama dengan konsep pembuatan peta kontur dalam geologi. Informasi yang dapat di ambil dari pembuatan peta kontur air tanah adalah sebagai berikut : 1. Kedalaman air 2. Arah dari aliran air tanah 3. Gradient 4. Data hidrogeologi 5. Kondisi tekanan dalam suatu akuifer



Gambar6. Metoda Tiga Titik untuk pembuatan peta 2.7



Hidrograf Hidrograf merupakan suatu grafik yang menggambarkan hubungan antara unsu



– unsur aliran (debit dan tinggi) dengan waktu (stage hydograph, ducharge hydograph). Hidrograf merupakan respons dari suatu DAS terhadap curah hujan yang jatuh di DAS tersebut (Rakhecha dan Singh, 2009). Hasil yang diperoleh dari grafik tersebut adalah sebuah kurva hidrograf. Kurva ini memberikan gambaran mengenai berbagai kondisi yang ada di suatu daerah pada waktu yang bersamaan. Apabila karakteristik daerah tersebut berubah – ubah, maka bentuk kurva hidrograf pun akan berubah. Teori hidrograf merupakan penerapan dari sistem linear dalam hidrologi. Hidrograf terdiri dari 3 bagian, yaitu : 1. Sisi naik (rising limb or concentration curve) 2. Puncak (crest or peak discharge) 3. Sisi turun (falling limb or recession curve)



Gambar7. Contoh bentuk hidrograf (Rakchecha dan Singh, 2009) Viessman dan Lewis (1989) hidrograf dibagi menjadi 4 komponen, yaitu direct surface runoff, interflow, baseflow, dan precipitation channel. Baseflow atau aliran dasar merupakan komponan penting dalam hidrograf uang berasal dari groundwater dan/atau penyimpanan subsurface yang merembes ke saliran sungai, tanpa melihat variabilitas curah hujan. Jika pada musim kering, aliran sungai hanya terdiri atas aliran dasar (Smakhtin, 2001; chilling, 2001; McCuen, 1998). Bentuk hidrograf dipengaruhi oleh faktor morfometri DAS (luas, bentuk, kelerengan DAS, pola jaringan sungau, kerapatan drainase dan landaian sungai utama) dan faktor tidak tetap (curah hujan, laju infiltrasi, evapotranspirasi dan tata guna lahan) (Suyono, 1986). Rising limb menggambarkan karakteristik DAS terhadap hujan badai. Karena laju infiltrasi masih tinggi pada saat awal hujan menyebabkan debit naik agak lambat. Semakin lama hujan terjadi, maka laju infiltrasi pun mulai berkurang, dan runoff bertambah (Rakhecha dan Singh, 2009). Air yang berkontribusi terhadap jumlah debit pada tahap ini adalah precipitation channel (hujan yang jatuh langsung di atas permukaan air dan mekanisme limpasan cepat) (Davie, 2008). Crest segment atau bagian puncak terjadi setelah hujan berhenti dan runoff dari wilayah lain pada DAS tersebut menambah jumlah debit di tempat pengukuran. Bentuk puncak dipengaruhi oleh karakteristik hujan seperti durasi dan intensitas hujan (Davie, 2008). Falling limb/recession limb menggambarkan adanya aliran subsurface dan penarikan air dari



penyimpanan yang ada di DAS. Ada dua faktor yang mempengaruhi pengurangan debit pada recession limb yaitu sampainya air hujan dari bagian terjauh DAS hingga mulut DAS, dan sampainya air sebagai aliran bawah tanah yang lajunya lebih rendah dari aliran sungai (Davie, 2008). Bentuknya tergantung pada karakteristik hujan dan sifat basin.



BAB III METODOLOGI 3.1 Peralatan yang digunakan Peralatan yang digunakan dalam penelitian kali ini antara lain :



a. Ohm meter b. Pita Ukur 50 m c. Kabel 15 m d. Bandul/ waterpass e. Stopwatch f. Alat tulis g. Batu baterai h. Botol i. Alat pengukur pH, TDC, EC (Multimeter) j. Termometer k. Tali rapia l. GPS m. Peta skala 1 : 12500 n. Kamera o. Mesin pompa



3.2 Langkah-Langkah Penelitian 3.2.1 Tahap Persiapan Sebelum berangkat ke lapangan, peneliti diharuskan melakukan studi awal, diskusi internal kelompok, serta merangkai peralatan menjadi suatu komponen alat sebagai berikut :



a. Siapkan Ohm meter, meteran 50m, kabel 15m, bandul dan batu batere. b. Kaitkan bandul di ujung meteran 50m dengan tali rapia yang berfungsi sebagai pemberat ketika dijatuhkan ke dalam sumur. c. Ambil ujung kabel dan pasangkan pada ujung pita ukur 50 m (pastikan ujung kabel menempel pada 0 m). d. Letakkan ujung kabel lainnya pada ohm meter. e. Rangkaian peralatan telah selesai dirangkai. f. Menyiapkan form yang akan diisi saat pengukuran sumur, pumping test, mata air, dan pengukuran debit sungai.



3.2.2 Tahap Pekerjaan Lapangan Pemetaandan Pengukuran Sumur 



Catat koordinat, elevasi , hari/tanggal, cuaca pada jurnal lapangan.







Plot koordinat sumur pada peta kerangka.







Ukur diameter sumur, tinggi bibir sumur, kedalaman sumur, muka air tanah (MAT) dengan menggunakan pita ukur.







Ambil sampel air yang dimasukkan kedalam botol 600ml.







Ukur temperatur air dan temperature udara dengan menggunakan termometer.







Buat sketsa pada jurnal lapangan dan foto dengan menggunakan kamera.







Ukur pH, konduktivitas(Electric Conductivity/EC), zat padat terlarut (Total Dissolve Solid/TDS)dengan menggunakan alat yang terdapat di laboratorium.







Catatangka pH, EC, dan TDS pada form observasi sumur.



diameter Tinggi bibir sumur



MAT Total Kedalaman Sumur



Kedalaman air



Gambar 3.2.2.1 Sketsa profil sumur



Pengukuran Debit Sungai



1. Tentukan lokasi untuk mengukur debit sungai. Usahakan mencari lokasi yang tidak berkelok-kelok dan tidak ada hambatan seperti batu-batu besar atau sampah. 2. Catat koordinat dan elevasi pada jurnal lapangan. 3. Ukur lebar sungai bagian hulu. Setelah mengetahui lebar sungai hitung kedalaman



sungai



untuk



selanjutnya



digunakan



untuk



membuat



penampang sungai. 4. Setelah menghitung kedalaman pada bagian hulu, ukur lebar dan kedalaman pada bagian hilir dan buat penampangnya.



Lebar Sungai



Kedalaman Sungai



Gambar 3.2.2.2 Sketsa profil sungai



5. Tentukan jarak sekitar 5-10 meter untuk mengukur debit sungai. Hanyutkan daun atau kapal-kapalan dari bagian hulu sampai bagian hilir. Hitung waktu yang diperlukan si benda untuk sampai ke bagian hilir. Lakukan percobaan sebanyak 10 kali untuk mendapatkan waktu rata-rata yang diperlukan benda untuk mencapai bagian hilir dari bagian hulu. Hulu Hilir



Gambar 3.2.2.3 Sketsasungai



6. Buat sketsa sungai pada jurnal lapangan 7. Didapatkan data berupa lebar sungai, kedalaman sungai, dan waktu yang diperlukan untuk menghanyutkan benda dari hulu-hilir.



Pumping – Recovery Test 



Tentukan sumur yang akan dilakukan pumping test.







Catat koordinat – elevasi pada form yang telah disediakan.







Masukkan peralatan yang telah dirangkai pada tahap persiapan ke dalam sumur sampai menyentuh permukaan air (MAT). Catat sebagai kedalaman awal.







Siapkan stopwatch. Keluarkan air baik melalui pompa. Catat debit air yang keluar. Lalu setiap menit yang telah ditentukan lihat apakah terdapat penurunan muka air tanah atau tidak. Jika ada catat posisi kedalaman sekarang. Perhatikan ohmmeter, ohmmeter akan bergerak ketika menyentuh air.







Catat sampai kondisi permukaan air sumur tidak turun lagi atau bisa dibilang dalam kondisi steady step.







Setelah dalam posisi steady step, lakukan recovery test.







Matikan pompa terlebih dahulu.







Catat kondisi MAT , setiap menit yang telah ditentukan. Periksa apakah terjadi kenaikan nilai MAT atau tidak, dengan mengamati ohmmeter, ohmmeter akan bergerak ketika menyentuh air.







Perhatikan sampai MAT kembali ke posisi awal.







Pumping – Recovery test telah selesai dilakukan.







Data yang didapat adalah waktu, MAT, penurunan MAT, dan recovery (penaikkan air tanah).



3.2.3 Tahap Analisis Data Semua data yang didapat dari lapangan diinterpretasikan berdasarkan teori-teori yang ada. Serta dibuatnya peta kerangka, peta muka air tanah dan gradient hidrolik.



3.2.4 Tahap Penyusunan Laporan Tahap ini merupakan tahap akhir penelitian yang meliputi rekontruksi dan interpretasi data lapangan serta didukung oleh data hasil analisa laboratorium. Hasilnya disajikan dalam bentuk laporan penelitian, dilengkapi dengan peta lokasi penelitian dan jurnal lapangan.



3.3 Bagan Alir Praktikum Hidrogeologi



Persiapan alat



Uji Coba pumping (Pumping Test)



Recovery sumur



Persiapan materi



Pengukuran debit sungai



Analisis data



pengerjaan lapangan



Pengukuran sumur



Penyusunan laporan



BAB IV HASIL PENELITIAN



4.1 Pemetaan Hidrogeologi Dalam penelitian kuliah lapangan Hidrogeologi ini terdapat beberapa litologi yang tergolong dalam 3 formasi yaitu Ql, Qd, Tmb.



( Lembar Geologi Regional Bandung dan Garut )



Keterangan : Ql



Endapan Danau ( 0-125 m )Lempung tufaan, kerikil tufaan. Membentuk bidang-bidang perlapisan mendatar di beberapa tempat. Mengandung kongkresikongkresi gamping, sisa-sia tumbuhan, moluska air tawar dan tulang-tulang binatang bertulang belakang. Setempat mengandung sisipan breksi.



Qd



Endapan Danau yaitu berupa lanau, pasir halus hingga kasar dan kerikil, umumnya bersifat tufan.



Tmb



Formasi Beser yaitu berupa breksi tufan dan lava, bersamaan andesit sampai basalt..



Gambar 4.1 Peta geologi daerah penelitian



4.2 Pemetaan Hidrogeologi Pemetaan hirogeologi adalah kegiatan yang memetakan atau mengelompakkan unit-unit hidrogeologi atas perilaku keterdapatan airtanah (groundwater occurrence) dan produktifitas akuifernya berkaitan dengan sifat keairan (hydrolic properties) unit geologi yang ada pada suatu daerah tertentu.



Pemetaan hidrogeologi di lakukan di sekitar Desa Andir dengan melakukan pengumpulan data sumur dan pengumpulan data sungai. Dari data sumur dan sungai tersebut dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap masing-masing profil sumur maupun sungai baik secara fisika maupun kimianya. Hal tersebut dilakukan bertujuan untuk menentukan uji pumping test pada sumur dan uji hidrogaf di sungai. Sungai yang mengalir di suatu wilayah dapat bersifat permanen atau intermiten. Dalam hal ini relasi antara aliran air sungai sebagai sumber resapan ke dalam akifer sangat dikontrol oleh kondisi geologi dan hidrogeologi yang dilewatinya. Identifikasi dan penetapan besarnya infiltrasi setiap bagian sungai sangat berperan untuk menghitung besarnya keluaran dan masukan air dari dan ke dalam akifer. Metode pengukuran debit air untuk sumber air bergerak (tampak alirannya) biasanya menggunakan metode pengukuran benda apung dan juga metode pengukuran dengan menggunakan alat ukur. Hal ini disebabkan karena adanya factor kecocokan dan kemudahan dalam hal pelaksanaannya. Berbeda halnya dengan sumber air diam,pengukuran debit sumber air diam paling cocok adalah dengan menggunakan pumping test. 4.2.1



Sumur



Dalam pemetaan hidrogeologi hal yang dilakukan yaitu melakukan pemeteaan sumur di desa andir. Hal ini bertujuan untuk melakukan survey terhadap profil sungai baik secara kimia maupun secara fisika sebagai bahan untuk melakukan uji pumping test di tahap selanjutnya. Di daerah Desa Andir terdapat 7 sumur tergolong jenis sumur gali. Sumur-sumur tersebut berada Ciodeng, Paruhalang, Jembatan, Papak Gede dan Renggascondong. Data profil sumur di setiap daerah; SM-01 Sabtu, 10 Desember 2016 - 10.00 WIB Cerah Objek



: Sumur gali



Pemilik



: Pak A. Sudrajat



Lokasi



: Ciodeng, Andir



06̊ 59’ 03,5” LS 107̊ 36’ 58,6” BT Elevasi



: 676 mdpl



Sampel



: SM-1



SM-02 Sabtu, 10 Desember 2016 - 12.00 WIB Cerah Objek



: Sumur gali



Pemilik



: Pak H. Tatang



Lokasi



: Parunghalang, Andir RW 01 06̊ 58’ 47,5” LS



Elevasi



: 675 mdpl



Sampel



: SM-2



107̊ 36’ 58,5” BT



SM-03 Sabtu, 10 Desember 2016 – 13.30 WIB Cerah Objek



: Sumur gali



Pemilik



: Ibu Tuti



Lokasi



: Jembatan, Andir, RT 01/ RW 09 06º 59’ 25,7” LS



Elevasi



: 693 mdpl



Sampel



: SM-3



107º 37’ 27,8” BT



SM-04 Sabtu, 10 Desember 2016 – 14.00 WIB Berawan Objek



: Sumur gali



Pemilik



: Pak Syaefudin



Lokasi



: Papak Gede, Andir RT 07/ RW 10 07º 00’ 04,6” LS



107º 37’ 03,3” BT



Elevasi



: 684 mdpl



Sampel



: SM-4



SM-05 Sabtu, 10 Desember 2016 – 14.45 WIB Berawan Objek



: Sumur gali



Pemilik



: Pak Jaka



Lokasi



: Renggascondong, Andir. 07º 00’ 49,8” LS



Elevasi



: 682 mdpl



Sampel



: SM-5



107º 36’ 36,4” BT



SM-06 Sabtu, 10 Desember 2016 – 15.00 WIB Berawan Objek



: Sumur gali



Pemilik



: Pak Ade



Lokasi



: Ciiodeng, Andir RT 04/ RW 03 06º 59’ 09,2” LS



Elevasi



: 670 mdpl



Sampel



: SM-6



107º 36’ 55,3” BT



SM-07 Sabtu, 10 Desember 2016 – 15.20 WIB Berawan Objek



: Sumur gali



Pemilik



: Pak Ade



Lokasi



: Ciodeng, Andir RT 04/ RW 03



06º 59’ 09,1” LS Elevasi



: 673 mdpl



Sampel



: SM-7



4.2.2



107º 36’ 55,1” BT



Sungai



 Dalam pemetaan hidrogeologi hal yang dilakukan setelah melakukan pemeteaan sumur di Desa Andir. Selanjutnya melakukan pemetaan sungai. Hal ini bertujuan untuk melakukan survei terhadap profil sungai baik secara kimia maupun secara fisika sebagai bahan untuk melakukan uji hidrograf di tahap selanjutnya. Di daerah Desa Andir terdapat 4 sungai yang telah di survei. Data profil sungai tersebut diantaranya; SG-01 Sabtu, 10 Desember 2016 - 10.43 WIB Cerah Objek



: Sungai



Nama



: Sungai Ciherang



Lokasi



: Andir 06º 59’ 49,6” LS



Sampel



107º 37’ 34,5” BT



: C1-SG1



SG-02 Sabtu, 10 Desember 2016 - 12.25 WIB Cerah Objek



: Sungai



Nama



: Sungai Ciherang



Lokasi



: Andir 06º 58’ 59,6” LS



Sampel



: C1-SG2



107º 36’ 57,5” BT



SM-03 Sabtu, 10 Desember 2016 – 13.14 WIB Cerah Objek



: Sungai



Nama



: Sungai Cisangkuy



Lokasi



: Cibadak, Andir 06º 59’ 45,65” LS



Sampel



107º 37’ 14,8” BT



: C1-SG3



SG-04 Sabtu, 10 Desember 2016 – 14.06 WIB Cerah Objek



: Sungai



Nama



: Sungai Citarum



Lokasi



: Andir 06º 59’ 18,57” LS



Sampel



4.3



107º 37’ 6,88” BT



: C1-SG4



Pumping Test Uji pemompaan sumur dilakukan pada sumur-2 dengan koordinat 06̊ 58’ 47,5”



LS



107̊ 36’ 58,5” BT dan elevasi 675 mdpl. Lokasi penelitian terletak di



Parunghalang RW 01, Kel. Andir, Kec. Baleendah, Kab. Bandung, Jawa Barat. Pemilik sumur di lokasi penelitian adalah Pak H. Tatang. Sumur ini merupakan sumur galian dengan kedalaman sumur 15,4 m, tinggi bibir sumur adalah 0,6m, diameter sumur 0,75m, tinggi muka air 670,9 mdpl, dan kedalaman MAT 4,1 m.



Tabel 4.1 Hasil uji pemompaan Waktu (WIB)



t menit 21.30



22.30



23.30



00.30



01.30 02.30



0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 14 16 18 20 25 30 35 40 45 50 55 60 70 80 90 100 110 120 135 150 165 180 200 220 240 270 300



jam



1



2



3



4 5



MAT (meter) 4.34 4.36 4.38 4.39 4.41 4.43 4.45 4.46 4.48 4.49 4.51 4.53 4.56 4.59 4.63 4.64 4.71 4.77 4.83 4.90 4.97 5.03 5.08 5.14 5.26 5.37 5.47 5.60 5.76 5.88 5.99 6.06 6.12 6.24 6.34 6.43 6.51 6.56 6.58



Dd (meter) 0 0.02 0.04 0.05 0.07 0.09 0.11 0.12 0.13 0.14 0.16 0.18 0.21 0.24 0.28 0.29 0.36 0.42 0.48 0.53 0.6 0.66 0.71 0.77 0.89 1 1.1 1.23 1.31 1.39 1.51 1.62 1.69 1.75 1.87 1.97 2.06 2.14 2.19



Q (lt/dt) 0.214 0.214 0.214 0.214 0.214 0.214 0.214 0.214 0.214 0.214 0.214 0.214 0.214 0.214 0.214 0.214 0.214 0.214 0.214 0.214 0.214 0.214 0.214 0.214 0.214 0.18 0.18 0.18 0.18 0.18 0.16 0.16 0.16 0.16 0.13 0.13 0.12 0.12 0.11



Keterangan



03.30 04.30 05.30



360 420 480



6 7 8



6.58 6.58 6.58



2.21 2.21 2.21



0.10 0.10 0.10



Dd (meter)



Q (lt/dt)



Keterangan



Tabel 4.2 Hasil uji pemulihan Waktu (WIB) 05.30



06.30



07.30



08.30



t menit 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 14 16 18 20 25 30 35 40 45 50 55 60 70 80 90 100 110 120 135 150 165 180



jam



1



2



3



MAT (meter) 6.58 6.57 6.57 6.565 6.555 6.545 6.545 6.54 6.53 6.525 6.515 6.50 6.495 6.48 6.46 6.455 6.435 6.405 6.365 6.325 6.265 6.195 6.035 5.935 5.795 5.79 5.79 5.63 5.52 5.47 5.34 5.25 5.15 4.99



0 0.01 0.01 0.015 0.025 0.035 0.035 0.04 0.05 0.055 0.065 0.08 0.085 0.1 0.12 0.135 0.155 0.185 0.225 0.265 0.325 0.395 0.411 0.511 0.651 0.656 0.756 0.816 0.926 0.976 1.106 1.196 1.296 1.456



09.30 10.30



200 220 240 270 300



4 5



4.88 4.77 4.74 4.54 4.28



1.566 1.676 1.706 1.906 2.166



4.4



Pengukuran Parameter Fisik Parameter fisika merupakan parameter yang dapat diamati akibat perubahan



fisika air seperti warna, bau, rasa, pH, zat padat terlarut, daya hantar listrik dan suhu. Adanya perbedaan yang amat besar dari masing-masing faktor fisika di lingkungan air dengan lingkungan udara, mengakibatkan pengaruh yang berbeda terhadap tumbuhan dan hewan pada masing-masing lingkungan tersebut. Di samping itu air juga berfungsi untuk menjaga tekanan osmosis, sebagai pelarut dan penghantar listrik yang baik. Tabel 4.3 Data parameter fisik sumur NO Nama Sumur



Warna Bau



1



SM-01



Keruh



2



SM-02



Jernih



3



SM-03



4



SM-04



Agak keruh Jernih



5



SM-05



6



SM-06



Agak keruh Jernih



7



SM-07



Jernih



Rasa



Berbau Tidak Berasa Tidak Tidak Berbau Berasa Tidak Tidak Berbau Berasa Tidak Tidak Berbau Berasa Berbau Tidak Berasa Tidak Tidak Berbau Berasa Tidak Tidak Berbau Berasa



pH



6,3



DHL/EC TDS Suhu (mg/l) µS/cm Air oC 340 700 23



Suhu Udara oC 27



7,1



380



770



28,2



25



7,1



200



420



28,1



25



7



190



400



27,9



26



6,5



310



630



28,1



27



6,1



110



240



26,9



25



5,7



80



170



23



25



pH



6,6



DHL/EC TDS Suhu Suhu (Mg/l) µS/cm Air Udara oC oC 80 180 30,5 37



6,5



120



270



30,6



37



6,5



60



140



28,4



37



6,2



90



200



30,5



37



Tabel 4.4 Data parameter fisik sungai NO Nama Sungai



Warna Bau



1



SG-01



2



SG-02



Agak Keruh Keruh



3



SG-03



4



SG-04



Agak keruh Agak Keruh



Rasa



Berbau Tidak Berasa Berbau Tidak Berasa Tidak Tidak Berbau Berasa Tidak Tidak Berbau Berasa



4.5



Uji Hidrograf



Tabel 4.5 Hasil uji aliran sungai



BAB V PEMBAHASAN



5.1



Peta Muka Air Tanah Peta muka air tanah adalah peta tematik yang memuat tinggi muka air tanah



pada suatu daerah. Peta dibawah adalah peta muka air tanah pada daerah Andir. Apabila ditinjau dari tinggi muka air tanah pada tiap stasiun pumping dan sungai, didapat muka air tanah yang tertinggi adalah pada sumur SM-03 dengan MAT 692,03 dan yang terendah adalah pada sumur SM-06 dengan tinggi MAT 669,8. Dari data tinggi MAT tiap sumur didapat kontur MAT dan diperkirakan arah aliran air tanah dangkal pada daerah Andir adalah timur laut menuju barat daya pada daerah penelitian.



Gambar 5.1 Peta MAT daerah penelitian



5.2



Gradien Hidrolik Gradien hidrolik adalah perbandingan antara jarak horizontal 2 titik pengamatan



dengan perbedaan ketinggian MAT. Gradien hidrolik berpengaruh terhadap kecepatan aliran sesuai dengan Hukum Darcy : ν=k.i v = kecepatan aliran (m/s atau cm/s) k = koefisien permeabilitas i = gradien hidrolik Untuk contoh kasus kami mengambil gradien hidrolik antara titik pengukuran sumur 1 (SM-01) dengan titik pengukuran sumur 7 (SM-07). Untuk mengetahui jarak, kami menggunakan koordinat yang dikonversi terlebih dahulu ke UTM:



SUMUR



DMS Longitude



UTM (meter) Tinggi MAT Latitude Longitude Latitude (A) (B) SM-01 107̊ 36’ 58,6” 06̊ 59’ 03,5” 789060 9227198 675,3 SM-06 107̊ 36’ 55,1” 06̊ 59’ 09,1” 788966 9227014 669,8 Jarak 3,5” 5,6” 94 184 5,5 Apabila menggunakan rumus phytagoras, maka jarak lurus horizontal diperoleh sebagai berikut: L = √𝐴2 + 𝐵2 = √942 + 1842 = 206 m Maka Gradien Hidrolik (i) =



5,5 206



= 0,02669 5.3



Karakteristik Akuifer Akuifer adalah lapisan bawah tanah yang mengandung air dan dapat



mengalirkan air. Pada daerah penelitian, lapisan yang bertindak sebagai akuifer masuk kedalam satuan batuan gunung api yang terdiri dari litologi breksi tufan, lava, batupasir, dan konglomerat (Pb) (Silitonga, 2003). Akuifer pada daerah penelitian adalah akuifer bebas atau akuifer tidak tertekan (unconfined akuifer). Hal ini karena litologi yang berada diatas satuan Pb adalah satuan Ql yang merupakan endapan danau dengan litologi lempung tufan, batupasir tufan, kerikil tufan, dan konglomerat (Silitonga, 2003).



5.4



Karakteristik Fisik Kimia Air Tanah



5.4.1 Karakteristik Fisik Air Tanah Sifat fisik yang diuji saat kuliah lapangan hidrogeologi antara lain warna, bau, rasa, EC, TDS, dan DHL. a. Warna air tanah disebabkan oleh zat yang terkandung di dalamnya, baik berupa suspensi maupun terlarut. b. Bau air tanah dapat disebabkan oleh zat atau gas yang mempunyai aroma yang terkandung dalam air. c. Rasa air tanah ditentukan oleh adanya garam atau zat yang terkandung dalam air tersebut, baik yang tersuspensi maupun yang terlarut. d. Air yang baik idealnya tidak berbau, tidak berwarna, tidak memiliki rasa/ tawar



dan suhu untuk air minum idealnya ±30 C. Padatan terlarut total (TDS) dengan bahan terlarut diameter