Laporan Manajemen Keperawatan [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Sifa
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1 ANALISA MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG AISYAH LANTAI II RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKARWANGI KABUPATEN SUKABUMI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Stase Manajemen Keperawatan



DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1 Aisah Miftakurrohmah



4119038



Rizky Intan Pratiwi



4119039



Bogita Karunia Illahi



4119040



Rysa Nur Syifa



4119042



Novianti Dewi



4119043



Linda Apriani



4119045



Dettri Megantari



4119057



Kerista Hafitri



4119058



Nurul Alfah



4119059



Yuni Wulandari



4119061



Rizal Pahrijal



4119001



Sifa Nursopa



4119079



Putri Inka W.A



4119081



PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala anugerah dan karunia, serta salam dan salawat kepada Rasulullah SAW, sehingga kelompok dapat menyelesaikan analisa manajemen keperawatan di ruang Aisyah Lantai 2 Rumah Sakit Umum Daerah Sekarwangi Kabupaten Sukabumi yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan stase manajemen keperawatan. Analisa makalah ini hanya merupakan sebagian kecil dari keseluruhan proses belajar, akan tetapi dalam penyelesaiannya membutuhkan waktu dan proses. Banyak hal yang dapat kami pelajari selama proses praktik di RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi. Semua itu telah mampu membawa kami kedalam berbagai suasana yang akhirnya menuntun kea rah kematangan dalam berpikir dan bertindak. Makalah ini tersusun berkat bantuan banyak pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih dengan tulus kepada: 1.



Ibu Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes, selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rajawali.



2.



dr. H. Albani Nasution, MH.Kes., selaku Direktur RSUD Sekarwangi yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melakukan praktik Stase Manajemen di RSUD Sekarwangi terutama di ruangan Aisyah lantai 2.



3.



Moch Sandi Haryanto,S.Kep.,Ners, M.Kep, selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada kami



4.



Riki Kuswandi, S.Kep.,Ners, M.Kep, selaku pembimbing klinik yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada kami



5.



Siti Rahayu, S.Kep.,Ners, selaku Kepala Ruangan Aisyah lantai 2 yang memberi asuhan serta bimbingan kepada kami



6.



Kepada seluruh perawat Aisyah lantai 2 yang telah berpartisipasi dan memberi masukan kepada kami.



ii



iii



Kelompok telah berusaha menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan sistematika yang benar, namun dengan segala kerendahan hati penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang berdifat membangun sangat diharapkan guna perbaikan dan penambahan wawasan untuk penulis selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.



Sukabumi, Januari 2020



Kelompok 1



iv



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................ii DAFTAR ISI ...........................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN........................................................................1 1.1 Latar Belakang .........................................................................1 1.2 Tujuan Penelitian .....................................................................6 1.3 Manfaat Penelitian ...................................................................7 BAB II TINJAUAN TEORITIS.............................................................8 2.1 Definisi Manajemen ................................................................8 2.2 Manajemen Keperawatan ........................................................8 2.3 Standar Asuhan Keperawatan .................................................22 2.4 Pendokumentasian Asuhan Keperawatan ..............................24 2.5 Model Asuhan Keperawatan ...................................................29 2.6 Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) ...............29 2.7 Metode Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan ...........35 2.8 Rumus BOR, ALOS, BTO, TOI, NDR, GDR.........................42 2.9 Ronde Keperawatan.................................................................44 2.10 Timbang Terima.......................................................................46 2.11 Supervisi...................................................................................52 2.12 Discharge Planning..................................................................58 2.13 Kepuasan Pasien.......................................................................60 2.14 Kepuasan Perawat....................................................................63 2.15 6 Sasaran Keselamatan Pasien.................................................67 2.16 Sarana Prasarana Ruang Perawatan Penyakit Dalam..............72 2.17 Sentralisasi Obat......................................................................81 BAB III KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN........91 3.1 Sejarah Singkat Rumah Sakit ..................................................91 3.2 Analisa Swot............................................................................95 v



vi



3.3 Prioritas Masalah......................................................................122 3.4 Planning Of Action..................................................................141 BAB IV KAJIAN EVALUASI................................................................143 4.1 MAN.........................................................................................143 4.2 METODE .................................................................................144 4.3 MONEY ...................................................................................144 4.4 MARKETING ..........................................................................146 4.5 MATERIAL .............................................................................147 BAB V PENUTUP ..................................................................................149 4.1 Kesimpulan ...............................................................................149 4.2 Saran ..........................................................................................150 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................151



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Menurut Undang-undang No.44 Tahun 2009 menyatakan bahwa rumah sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara perorangan. Tenaga kesehatan harus bekerja sesuai dengan standar yang berlaku dan mengutamakan keselamatan pasien. Pengertian rumah sakit diatur oleh anggaran dasar Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Bab I Pasal 1 “Bahwa rumah sakit adalah suatu sarana dalam mata rantai sistem kesehatan nasional yang mengemban tugas pelayanan kesehatan untuk seluruh masyarakat”. Rumah sakit adalah suatu sarana yang merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang menjalankan rawat inap, rawat jalan, dan rehabilitasi berikut segala penunjangnya. Demikian rumah sakit adalah tempat untuk menyelenggarakan salah satu upaya kesehatan, yaitu upaya pelayanan kesehatan (health services) (Astuti, 2009) Upaya dalam peningkatan kesehatan untuk masyarakat salah satunya dilakukan oleh perawat. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010 pada Pasal 1, perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik sesuai peraturan perundangundangan. Virginia Henderson mendefinisikan keperawatan merupakan perawat itu unik yang memiliki fungsi untuk membantu individu sakit atau sehat, dalam kegiatan yang berkontribusi terhadap kesehatan atau pemulihan yang akan dilakukan jika diperlukan. Florence Nightingle dan Henderson menggambarkan keperawatan dikaitkan dengan lingkungan klien. Keperawatan atau praktik keperawatan yaitu mengidentifikasi dan respon terhadap masalah kesehatan aktual atau potensial yang mencangkup praktik dan pemberian fungsi pelayanan secara langsung ataupun tidak langsung. Tujuan untuk promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan pengembangan potensi kesehatan 1



2



yang optimal yang mencangkup aspek-aspek proses keperawatan (Kozier B, 2015). Perawat merupakan tenaga profesional yang mempunyai kemampuan, tanggung jawab, dan kewenangan dalam melaksanakan atau memberikan perawatan kepada pasien yang mengalami masalah keperawatan. Seorang perawat harus memiliki pengetahuan dan keterampiran (skills and knowledge) tentang keperawatan sesuai dengan perannya, perawat memiliki kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada orang lain berdasarkan ilmu dan kiat praktik yang dimilikinya dalam batas-batas kewenangan yang dimiliki (Rifiani,2013). Perawat berdasarkan uraian tersebut dapat di artikan sebagai suatu bentuk pelayanan profesional yang terdiri dari pelayanan bio-psiko-sosiospiritual yang ditujukan kepada klien, keluarga ataupun masyarakat baik yang sakit maupun sehat. Tugas perawat selain melayani dari segi bio-psiko-sosiospiritual juga mempunyai kewajiban dan tanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan. Pelayanan keperawatan yang baik tidak terlepas dari manajemen keperawatan



yang



baik.



Manajemen



keperawatan



merupakan



proses



perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan. Manajemen keperawatan adalah kelompok dari perawat yang pada akhirnya manajemen keperawatan menjadi proses dimana perawat manajer menjalankan profesi mereka. Proses manejemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang, karena manejemen keperawatan merupakan kekhususan terhadap mayoritas tenaga daripada seorang pegawai maka setiap tahapan dalam proses manajemen lebih rumit jika dibandingkan dengan proses keperawatan. Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integritas sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan dan objektivitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan (Parellangi, 2018).



3



Peningkatan



mutu



pelayanan



merupakan



suatu



indikator



untuk



keberhasilan rumah sakit, untuk itu perawat dituntut dapat melakukan asuhan keperawatan yang profesional sesuai dengan standar keperawatan yang berlaku. Asuhan keperawatan yang resmi diberlakukan untuk diterapkan dirumah sakit. Seluruh tenaga keperawatan harus berorientasi pada kebutuhan klien dengan menggunakan



pendekatan



secara



sistematis,



yaitu



proses



keperawatan



berdasarkan standar praktek keperawatan yang mengacu pada lima tahapan, yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Rifiani, 2013). Beberapa faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan keperawatan. Menurut Nursalam (2013) kualitas mutu pelayanan keperawatan terdiri atas beberapa faktor yaitu: (1) Komunakasi dari mulut ke mulut (word of mouth communication), (2) Kebutuhan pribadi (personal need), (3) Pengalaman masa lalu (past experience), (4) Komunikasi eksternal (company’s external communication). Adapun Menurut Triwibowo (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan keperawatan itu sendiri meliputi 7 kriteria diantaranya: (1) Mengenal kemampuan diri, (2) Meningkatkan kerja sama, (3) Pengetahuan keterampilan masa kini, (4) Penyelesaian tugas, (5) Pertimbangan prioritas keperawatan, (6) Evaluasi berkelanjutan (Rifiani, 2013). Kualitas pelayanan yang diberikan perawat yang diberikan oleh perawat akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien. Pengetahuan perawat memegang peranan penting dalam pendokumentasian proses keperawatan. Perawat perlu memperoleh pengetahuan tentang aplikasi proses keperawatan yang digunakan untuk menginterpretasi data pasien. Asuhan keperawatan yang baik adalah tergangtung pada kemampuan seorang perawat dalam membina hubungan saling percaya diantara pasien dan keluarga, mengkaji kondisi kesehatan pasien, menetapkan diagnose keperawatan dan memberikan tindakan yang dibutuhkan oleh pasien, mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan. Perawat memiliki peran yang penting untuk pasien yaitu sebagai



4



caregiver (pengasuh), client advocate (advokat klien), counselor, educator (pendidik) , coordinator (coordinator), collaborator (kolaborasi) , consultan (Rifiani, 2013). Kinerja perawat dan pelayanan kesehatan yang baik tidak terlepas dari terpenuhiya sarana pada manajemen keperawatan 5M, yaitu pada 1) Man, yaitu keterlibatan manusia sebagai penggerak yang memiliki peranan, pikiran harapan serta gagasan, 2) Money merupakan ketersediaan dana yang memadai, 3) Material, adalah alat atau benda yang dibutuhkan oleh suatu ruangan dirumah sakit, 4) Machines, adala mesin kerja yang digunakan dalam proses produksi, 5) Methods, adalah prosedur cara kerja yang ditetapkan oleh sebuah organisasi. Sarana tersebut tentu saja perlu dikaji untuk mengetahui apakah masih terdapat kekurangan diruangan tersebut. Kami tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai 5M di ruangan Aisyah lantai 2 di RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi (Herrington E, 2012). RSUD Sekarwangi merupakan Rumah Sakit yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Sukabumi. Rumah Sakit ini merupakan rumah sakit Rujukan yang berada di Sukabumi yang berupaya untuk meningkatkan layanan pada semua tatanan pelayanan pada seluruh profesi yang terlibat di dalamnya `termasuk pelayanan keperawatan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Bidang Keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan adalah dengan mengadopsi konsep pemberian asuhan dengan MPKP (Profil RSUD Sekarwangi, 2017). Ruangan Aisyah lantai 2 merupakan salah satu ruangan di RSUD Sekarwangi yang mempunyai visi yaitu menjadikan ruangan rawat inap pilihan utama masyarakat dengan memberikan asuhan keperawatan adalah dengan mengadopsi konsep pemberian asuhan keperawatan dengan metode tim. Perawat di ruang Aisyah Lt 2 terdiri dari 3 orang lulusan Ners dan terdapat 11 orang lulusan D3 Keperawatan. Dalam metode MPKP terdapat kesenjangan antara timbang terima diruangan dengan teori. Dalam Pemenuhan KDM pasien dari mulai fisiologis sampai dengan spiritual care dilakukan pada setiap shift di tiap



5



kamar pasien belum dilakukan secara optimal resiko tidak efektifnya asuhan keperawatan. Ruangan Aisyah Lt 2 memiliki Kapasitas tempat tidur 30 bed. Penghasilan pegawai tidak semua disesuaikan dengan UMR. Tidak terdapat perbedaan pendapatan antara strata pendidikan keperawatan ners dan diploma Tidak adanya biaya pendidikan bagi karyawan untuk meneruskan jenjang sekolah Penghasilan pegawai tidak semua disesuaikan dengan UMR Perawat merasa tidak puas dengan pendapatan yang diterima resiko resignnya perawat. Metode tim dimana setiap ruangan dibagi menjadi beberapa tim dan setiap tim terdiri dari beberapa perawat pelaksana, setiap perawat pelaksana mempunyai tanggung jawab terhadap beberapa pasien. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Mogopo C tahun 2017 yang menyatakan bahwa dari 38 orang perawat sebagian besar yaitu sebanyak 23 orang perawat (60,5%) menyatakan bahwa metode tim optimal dilakukan dan sebagian kecil atau sebanyak (39,5%) menyatakan metode tim tidak optimal dilakukan diruang rawat inap. Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Sitorus (2015) yang menyatakan bahwa anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim karena ketua tim membantu anggotanya untuk memahami dan melakukan tugas sesuai dengan kemampuan mereka. Ruangan Aisyah lantai 2 terdapat kesenjangan dalam jumlah perawat pelaksana dalam setiap shif kerja yang dapat memungkinkan tidak tercapainya asuhan keperawatan yang optimal. Penelitian Manuho E tahun 2015 menyatakan bahwa ketidakseimbangan jumlah perawat akan berdampak pada beban kerja perawat yang tinggi, penelitian tersebut menyatakan bahwa sebagian besar 88,9% perawat memiliki beban kerja yang tinggi akibat kurangnya tenaga keperawatan. Beban kerja yang tinggi akan berdampak buruk bagi produktifitas kerja. Hal lain yang dapat menjadi pengaruh bagi kinerja perawat dalam memberikan pelayanan yang baik bagi pasien adalah pendidikan perawat, pelatihan dan kompensasi. Hal ini sejalan dengan penelitian Aswad H tahun 2016 yang dilakukan di Rumah Sakit UIT Makasar menyatakan bahwa 48,5% secara parsial tingkat pendidikan,



6



pelatihan dan kompensasi berpengaruh pada kinerja perawat diruang rawat inap. Sehingga perlu dikaji untuk terpenuhinya jumlah perawat sesuai kebutuhan. Setelah dilakukan pengkajian secara singkat, kelompok tertarik untuk melakukan pengkajian secara mendalam setelah didapatkan beberapa data yang menunjukan bahwa masih terdapat kekurangan yang ada diruangan mulai dari man, method, material, money, dan market, data tersebut akan dianalisis menggunakan analisis SWOT.



1.2



Tujuan Makalah



1.2.1 Tujuan Umum Setelah melakukan praktik keperawatan manajemen selama 20 hari, mahasiswa mampu melakukan observasi pengkajian ruangan, praktisi keperawatan dan mampu membuat rencana dan implementasi dari hasil kajian



terhadap instalasi rawat inap diruang Aisyah lantai 2 yang



menerapkan Model Keperawatan Tim, sesuai dengan konsep dan langkahlangkah manajerial keperawatan, selain itu juga mahasiswa mampu melakukan pengelolaan unit keperawatan tertentu sesuai dengan konsep dan langkah-langkah manajemen keperawatan. 1.2.2



Tujuan Khusus Setelah mengikuti kegiatan praktik ini diharapkan mahasiswa dapat : a.



Melakukan kajian unit pelayanan keperawatan di ruangan Aisyah lantai 2 dengan 5 M



b.



Mendiagnosa masalah-masalah terkait 5 M dalam proses pemberian pelayanan keperawatan diruangan



c.



Membuat plan of action untuk menjawab masalah-masalah yang ditemukan



d.



Mengimplementasikan rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ditemukan.



7



e.



Melakukan pengelolaan staf (kelompok dan pendukung) dibawah supervisi penanggung jawab.



f.



Memberikan pengarahan organisasional pada kelompok kerja, melakukan fungsi kontrol dan evaluasi program.



g.



Mengimplementasikan model pengorganisasian pelayanan keperawatan.



1.3 Manfaat Makalah 1.3.1



Bagi Rumah Sakit Membantu meningkatkan kualitas manajemen instalasi rawat inap



RSUD Sekarwangi di ruang Aisyah lantai 2 untuk dapat mencapai tujuan organisasi dibidang peningkatan pelayanan kepada masyarakat yang paripurna dan sebagai lahan pendidikan, pelatihan tenaga kesehatan, penelitian dan pengembangan ilmu kesehatan klinis dan perawatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 1.3.2



Bagi Ruangan Membantu perawat ruangan mencapai suatu sistem (struktur, proses



dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan keperawatan. 1.3.3



Bagi Mahasiswa Secara langsung menerapkan konsep, teori dan prinsip manajemen



keperawatan dalam pengelolaan pelayanan keperawatan pada instalasi rawat inap ruang Aisyah lantai 2 disuatu tatanan pelayanan kesehatan dan dapat berperan sebagai agen pembaharu dan model peran dalam kepemimpinan dan pengelolaan pelayanan keperawatan profesional di tingkat dasar.



BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Definisi Manajemen Manajemen adalah proses untuk melaksanakan kegiatan melalui orang lain. Kegiatan manajemen keperawatan mengacu pada konsep manajemen secara umum, dengan menggunakan pendekatan fungsi-fungsi manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan (pengawasan dan Evaluasi). Manajemen pelayanan keperawatan berfokus pada komponen 5 M (Man, Money, Material, Method, Machine). Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain. Menurut Siagian manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dalam batas – batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi. Sedangkan Liang Lie mengatakan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengontrolan dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya Swanburg mendefinisikan manajemen sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya (Mugianti, 2016). 2.2.



Manajemen Keperawatan



2.2.1. Definisi Manajemen Keperawatan Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap para pasien. Pekerjaan keperawatan harus diatur sedemikian rupa sehingga tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan dapat tercapai. Manajemen keperawatan adalah proses penggunaan waktu yang efektif melalui perencanaan dan pengaturan kinerja perawat klinis dengan sistem manajerial untuk mengembangkan tujuan yang jelas dan realistis



8



9



bagi pelayanan keperawatan, sesuai dengan teori, sistematik, prinsip dan metode yang saling berkaitan dan berada pada tataran institusi yang besar dengan organisasi keperawatan yang ada di dalamnya sampai ke level unit. Teori ini meliputi pengetahuan tentang misi dan tujuan dari institusi tetapi masih



membutuhkan



pengembangan



atau



perbaikan



keterampilan



manajerial hingga ke tingkat divisi keperawatan. Keterampilan manajemen ini diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan yaitu: 1) Keterampilan intelektual, yang meliputi kemampuan atau penguasaan teori dan keterampilan berfikir. 2) Keterampilan teknikal meliputi penguasaan metode, prosedur atau teknik. 3) Keterampilan interpersonal, meliputi kemampuan kepemimpinan dalam berinteraksi dengan individu atau kelompok (Mugianti, 2016). Longest menyatakan bahwa manajemen adalah suatu proses yang melibatkan hubungan interpersonal dan teknologi, yang akan digunakan untuk mencapai seluruh atau setidaknya sebagian tujuan organisasi dengan menggunakan tenaga manusia yang ada serta sumber daya lain dan teknologi yang tersedia. Sejalan dengan pemikiran Longest, Wren dalam buku Modern Health Administration menyatakan bahwa manajemen adalah seni dan ilmu, atau suatu seni yang punya landasan ilmu pengetahuan. Menurut Grant dan Massey manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dalam manajemen tersebut mencakup kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi. Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin



bagi



keperawatan



individu,



mempunyai



keluarga, lingkup



dan



masyarakat.



manajemen



Manajemen



operasional



yang



merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para karyawannya untuk



10



memberikan pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen Asuhan Keperawatan agar dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan suatu Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang akan digunakan sebagai target maupun alat kontrol pelayanan tersebut. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai ssuatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang. Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri atas pengumpulan data, identifkasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil (Mugianti, 2016). 2.2.2. Tujuan Manajemen Keperawatan 1) Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan 2) Mencegah/mengatasi permasalahan manajerial 3) Pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan melibatkan seluruh komponen yang ada 4) Meningkatkan metode kerja keperawatan sehingga staf perawatan bekerja lebih efektif dan efisien, mengurangi waktu kerja yang sia-sia, mengurangi duplikasi tenaga dan upaya Hasil akhir (outcome) yang diharapkan dari manajemen keperawatan adalah: 1) Terselenggaranya pelayanan 2) Asuhan keperawatan yang berkualitas. 3) Pengembangan staf 4) Budaya riset bidang keperawatan (Mugianti, 2016). 2.2.3. Fungsi Manajemen Keperawatan Fungsi manajemen keperawatan meliputi beberapa elemen utama yaitu Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing (kepegawaian),



Directing



(pengarahan),



(pengendalian/evaluasi) (Nursalam,2014).



Controlling



11



2.2.3.1. Planning (Perencanaan) Perencanaan merupakan suatu proses berkelanjutan yang diawali dengan merumuskan tujuan, dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan, menentukan personal, merancang proses dan kriteria hasil, memberikan umpan balik pada perencanaan yang sebelumnya dan memodifikasi rencana yang diperlukan. Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Menurut Muninjaya fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien. Dalam proses keperawatan, perencanaan dapat membantu menjamin klien atau pasien akan menerima pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan. Pelayanan ini diberikan oleh tenaga keperawatan agar mendapat hasil yang memuaskan sesuai tujuan yang diharapkan. a. Tujuan Perencanaan 1) Meningkatkan keberhasilan untuk mencapai sasaran dan tujuan 2) Mengefektifkan penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia 3) Membantu koping dengan situasi kritis 4) Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya 5) Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan berdasarkan masa lalu dan yang akan datang. 6) Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah 7) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif b. Tahap dalam perencanaan : 1) Menetapkan tujuan dalam mengumpulkan data dan fakta 2) Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah



12



3) Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai. 4) Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaan program. 5) Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO) c. Prasyarat perencanaan Prasyarat perencanaan yang dibutuhkan adalah sederhana, tujuan dan hasil yang akan dicapai jelas, berdasarkan kebijakan dan prosedur yang berlaku, sesuai prioritas, pelibatan aktif, praktis, fleksibel, berkesinambungan, dan mempunyau kejelasan metode evaluasi. d. Dasar pertimbangan 5 W + 1 H : What, Where, When, Why, Who, dan How e. Langkah-langkah dalam perencanaan 1) Pengumpulan data 2) Analisa lingkungan (SWOT: strength, weakness, opportunities, threatened) 3) Pengorganisasian data: pilih data yang mendukung dan yang menghambat 4) Pembuatan



rencana:



tentukan



obyektivitas,



uraian



kegiatan,



prosedur, target waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya, metode yang digunakan. f. Jenis Perencanaan 1) Perencanaan Strategi Perencanaan strategis merupakan suatu proses berkesinambungan, proses yang sistematis dalam pembuatan dan pengambilan keputusan masa kini dengan kemungkinan pengetahuan yang paling besar dari efekefek perencanaan pada masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk melaksanakan keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan melalui mekanisme umpan balik yang dapat dipercaya. Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan untuk memperbaiki alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk uang dan waktu, dan untuk mengatur pekerjaan divisi keperawatan.



13



2) Perencanaan Operasional Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan



siapa



orang-orang



yang



bertanggung



jawab



untuk



setiapaktivitas dan prosedur. Menggambarkan cara menyiapkan orangorang untuk bekerja dan juga standard untuk mengevaluasi perawatan pasien. Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian yaitu rencana tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah rencana yang sudah ada dan menjadi pedoman di dalam kegiatan setiap hari, yang terdiri dari kebijaksanaan, standard prosedur operasional dan peraturan sedangkan rencana sekali pakai terdiri dari program dan proyek. g. Manfaat Perencanaan 1) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan. 2) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan 3) Memudahkan kordinasi 4) Memungkinkan



manajer



memahami



keseluruhan



gambaran



operasional secara jelas 5) Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat 6) Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami 7) Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti 8) Menghemat waktu dan dana h.



Keuntungan Perencanaan 1) Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif. 2) Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai 3) Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama fungsi keperawatan 4) Memodifikasi gaya manajemen Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan



14



i. Kelemahan Perencanaan 1) Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi dan fakta-fakta tentang masa yang akan dating 2) Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak 3) Perencanaan mempunyai hambatan psikologis 4) Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif 5) Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu diambil 2.2.2.2. Organizing (Pengorganisasian) Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1983 dalam Nurhidayah, 2007). Menurut Swanburg, pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk tujuan mencapai objektif, penugasan suatu kelompok manajer dengan autoritas pengawasan setiap kelompok, dan menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat dengan unit lainya, baik menurut vertical maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai objektif organisasi. Beberapa penjelasan pada pengertian tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengorganisasian disusun dengan tujuan agar pekerjaan yang dikehendaki dapat tercapai dan dibagi-bagi diantara anggota organisasi dengan rentang tugas, wewenang dan tangggung jawab yang jelas sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. a.



Prinsip Pengorganisasian 1) Rantai komando (Chain of comand) Kepuasaan anggota, efektif dan sukses mancapai tujuan, organisasi ditetapkan sesuai dengan hubungan hierarki dan kewenangan dari atas kebawah. 2) Unity of command



15



Karyawan mempunyai satu sipervisor dan satu pimpinan dengan satu perencanaan untuk sekelompok kegiatan dengan tujuan yang sama. 3) Span of control / rentang kendali Prinsip



pembimbing,



dimana



seorang



supervisor



dapat



membimbing secara efektif dalam hal jumlah, fungsi, dan geografi 4) Specialization Setiap orang masing-masing memiliki keahlian tertentu. b. Langkah-langkah Pengorganisasian 1) Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang dalam fungsi perencanaan. 2) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai tujuan. 3) Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang



praktis.



Menetapkan



berbagai



kewajiban



yang



harus



dilaksanakan oleh staf dan menyediakan fasilitas yang diperlukan. 4) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas. 5) Mendelegasikan wewenang. 2.2.2.3. Ketenagaan Ketenagaan merupakan anggota/badan usaha yang memperoleh imbalan, meliputi kegiatan : perekrutan dan seleksi, pendayagunaan, pengembangan serta pemeliharaan. Manajemen ketenagaan bukan hanya masalahadministrasi/pengaturan karyawan tetapi lebih banyak merupakan pendekatan integral secara holistik yang meliputi: peningkatan harkat, menghargai, yakin bahwa semua manusia ingin memperbaiki diri. a. Tujuan Manajemen Ketenagaan Tujuan manajemen ketenagaan adalah mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa. Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan sasarannya serta kemampuan menghadapi



16



tantangan internal maupun eksternal sangat ditentukan oleh kemampuan mengelola sumber daya manusia setepat-tepatnya. b. Fungsi Manajemen Ketenagaan Fungsi manajemen ketenagaan ada 2 yaitu: 1) Fungsi manajerial meliputi: -



Perencanaan: penetapan tujuan, standar, penetapan aturan, prosedur, penyusunan rencana, perkiraan, prediksi dan proyeksi di masa mendatang untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.



-



Pengorgnisasian: menyusun pengorganisasian, merancang pelaksanaan



tugas,



pendelegasian



wewenang,



dan



pengkordiansian pekerjaan. -



Pengarahan: menggerakkan tenaga untuk menyelesaikan tugas, memotivasi bawahan dan membina moral.



-



Pengawasan: menyusun standar dan pemeriksaan untuk mengkaji prestasi kerja dibandingkan dengan standar.



2) Fungsi operasional meliputi: -



Pengadaan tenaga: usaha untuk mendapatkan jumlah dan jenis tenaga yang diperlukan, meliputi kegiatan perencanaan kebutuhan tenaga, rekruitmen dan seleksi, penempatan karyawan dan orientasi karyawan.



-



Pengembangan tenaga: kegiatan peningkatan pengetahuan, keterampilan melalui program training, penilaian prestasi kerja dan program kompensasi.



c. Manfaat manajemen ketenagaan 1) Tercapainya tujuan 2) Dapat meningkatkan efektifitas dan efisien kerja 3) Dapat menambah gairah kerja 4) Dapat diciptakan suasana kerja yang menguntungkan d. Perencanaan ketenagaan



17



Langkah-langkah perencanaan tenaga keperawatan menurut Dructer dan Gillies meliputi : 1) Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan yang akan diberikan 2) Menentukan kategori perawat yang akan ditugaskan untuk melaksanakan pelayanan keperawatan 3) Menentukan jumlah masing-masing kategori perawatan yang dibutuhkan 4) Menerima dan menyaring untuk posisi yang ada 5) Menentukan tenaga perawat sesuai unit dan shift 6) Memberi tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pelayanan keperawatan 2.2.2.4. Directing (Pembinaan/pengarahan) Pengarahan adalah perencanaan menjadi kegiatan melalui kegiatan directing, controling dan aktiviting. Menguraikan tugas yang dapat dimanage dan didelegasikan meningkatkan konstribusi untuk mencapai tujuan organisasi. Fokus pada tahap ini adalah pembimbing dan meningkatkan motivasi. a. Fungsi pengarahan Pengarahan karu pada staf dapat membentuk perilaku staf perawat secara bertahap, bukan sekaligus. Menurut Timpe menjelaskan bahwa jika seseorang menguasai sebuah komponen, kemudian bergerak maju sampai dengan mengubah tahap berikutnya, sehingga semua komponen dikuasai maka akan terbentuk sebuahperilaku baru yang sangat kompleks. b. Langkah-langkah pengarahan : 1) Fasilitas proses perubahan perilaku. 2) Tentukan pola-pola perilaku baru dengan rinci. 3) Berikan segera umpan balik kepada setiap individu terkait prestasi. 4) Tanggapi perilaku secepatnya. 5) Gunakan pengutan (renfercement) yang ampuh. 6) Gunakan pengutan secara berkesinambungan dan bervariasi.



18



7) Hargai kerja tim →bukan menjadi pesaing. 8) Kaitkan semua penghargaan dengan prestasi. 9) Jangan melalaikan prestasi kerja yang tinggi. c. Kemampuan dalam memberikan pengarahan 1) Meningkatkan motivasi. 2) Manajemen waktu.yang efisien → prioritas. 3) Penampilan komunikasi yang efektif: jelas, asertif. 4) Penatalaksanaan



konflik



dengan



cara



konstruktif



dan



mendukung/memfasilitasi kolaborasi. 5) Memiliki kemampuan negosiasi. 6) Mempunyai kemampuan mendelegasikan. 7) Memiliki kemampuan mensupervisi. Menurut Lewin dalam Swanburg, terdapat beberapa macam gaya kepemimpinan yaitu : 1) Autokratik Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung memikirkan penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan. Kepemimpinan ini cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan menghilangkan inisiatif. 2) Demokratis Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan. Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan pada hubungan antara manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja. 3) Laissez faire Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu kebebasan kepada setiap orang dan menginginkan setiap orang senang. Hal ini dapat mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan frustasi. Seorang manajer perawat diharapkan memiliki



19



pengetahuan dan harus belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku yang merangsang motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan keperawatan professional dan tenaga perawat lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi, membuat keputusan dan manajemen partisipasi oleh perawat professional. 2.2.2.5. Controlling (Pengendalian/Evaluasi) Pengawasan merupakan pemeriksaan apakah segala sesuatunya terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditentukan yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangandan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi. Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan. Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang



telah



diberikan,



serta



prinsip-prinsip



yang



telah



diberlakukan.Sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik yaitu : harus menunjukkan sifat dari aktivitas, harus melaporkan kesalahankesalahan



dengan



segera,



harus



memandang



ke



depan,



harus



menunjukkan penerimaan pada titik kritis, harus objektif, harus fleksibel, harus menunjukkan pola organisasi, harus ekonomis, harus mudah dimengerti, serta harus menunjukkan tindakan perbaikan. Untuk fungsifungsi kontrol dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer. Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian tujuan-tujuan keperawatan adalah: 1) Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan,



20



anggaran. Hanya mengukur dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas dalam keperawatan. 2) Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan. a. Prinsip Controlling 1) Principle of uniformity: dibentuk di awal sampai dengan akhir. 2) Principle of comparison: membandingkan yang direncanakan dengan yang dicapai. 3) The principle of exception: tidak yang sempurna dari perencanaan, yang penting ada umpan balik untuk perbaikan. b. Pelaksanaan controlling 1) Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan. 2) Pre conference, overan, post conference. 3) Ronde keperawatan. 4) Mengetahui produktivitas berdasarkan gant cart yang telah dibuat. 5) Program evaluasi dan peer review c. Tipe controlling 1) Input control. 2) Proses control. 3) Output control. d. Langkah-langkah kegiatan controlling 1) Menetapkan standar dapat mengukur tujuan. 2) Kumpulkan data dengan membandingkan standar yang telah ditetapkan. 3) Lakukan umpan balik. 4) Pertahankan kelangsungan proses untuk semua bagian. e. Manfaat Pengawasan Manfaat yang diperoleh dari fungsi pengawasan dan pengendalian bila dilaksanakan dengan tepat yaitu:



21



1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai dengan standar atau rencana kerja. 2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya 3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar. 4) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan latihan lanjutan. 2.2.4. Prinsip-prinsip Manajemen Keperawatan Prinsip-prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah : 1) Manajemen keperawatan seyogianya berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang afektif dan terencana. 2) Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer keperawatan menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya. 3) Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbagai tingkat manajerial. 4) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer keperawatan dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan ingini . Kepuasan pasien merupakan point utama dari seluruh tujuan keperawatan. 5) Manajemen



keperawatan



harus



terorganisir.



Pengorganisasian



dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan. 6) Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.



22



7) Manejer keperawatan yang baik adalah manajer yang dapat memotivasi staf untuk memperlihatkan penampilan kerja yang baik. 8) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian diantara bawahan. 9) Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya mempersiapkan perawat pelaksana untuk menduduki posisi yang lebih tinggi ataupun upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan. 10) Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian



instruksi



dan



menetapkan



prinsip-prinsip



melalui



penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan. 2.3. Standar Asuhan Keperawatan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) telah ditetapkan oleh PPNI (Nursalam, 2014), yang mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi, sebagai berikut : Standar 1 : Pengkajian keperawatan Merupakan tahap pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Data dapat diperoleh melalui anamnese, observasi dan pemeriksaan penunjang dan kemudian didokumentasikan. Kriteria Pengkajian meliputi : 1) Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese, observasi, pemeriksaan fisik, serta dari pemeriksaan penunjang 2) Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medis dan catatan lain.



23



Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi : 1) Status kesehatan pasien masa lalu 2) Status kesehatan pasien saat ini 3) Status biologis-psikologis-sosial-spritual 4) Respon terhadap terapi 5) Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal 6) Risiko tinggi masalah Standar 2 : Diagnosa Keperawatan Tahap ini perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa keperawatan, adapun kriteria proses yaitu: 1) Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah, perumusan diagnosa keperawatan. 2) Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan tanda/gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E). 3) Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya untuk memvalidasi diagnosa keperawatan. 4) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru. Standar 3 : Perencanaan keperawatan Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan pasien. Kriteria proses, meliputi : 1) Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan 2) Bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan 3) Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien Mendokumentasikan rencana keperawatan Standar 4 : Implementasi Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam proses Asuhan Keperawatan. Kriteria proses, meliputi :



24



1) Bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan 2) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain 3) Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan pasien. 4) Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga mengenai konsep, keterampilan asuhan diri, serta membantu pasien memodifikasi lingkungan yang digunakan 5) Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon pasien. Standar 5 :Evaluasi Perawat



mengevaluasi



kemajuan



pasien



terhadap



tindakan



keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan. Adapun kriteria prosesnya: 1) Menyusun



perencanaan



evaluasi



hasil



dari



intervensi



secara



komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus 2) Menggunakan data dasar dan respon pasien dalam mengukur ke arah pencapaian tujuan 3) Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat 4) Bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk memodifikasi perencanaan keperawatan 5) Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan 2.4.



Pendokumentasian Asuhan Keperawatan



2.4.1. Defenisi Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Menurut Kozier (2004), dokumentasi keperawatan adalah laporan baik komunikasi secara lisan, tertulis maupun melalui komputer untuk menyampaikan informasi kepada orang lain. Merupakan informasi tertulis tentang status dan perkembangan kondisi klien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat (Nursalam, 2014). Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan adalah bagian dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat setelah memberi asuhan kepada pasien. Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap meliputi



25



status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan serta respons pasien terhadap asuhan yang diterimanya. Demikian dokumentasi keperawatan mempunyai porsi yang besar dari catatan klinis pasen yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping itu catatan juga dapat sebagai wahana komunikasi dankoordinasi antar profesi (Interdisipliner) yang dapat dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta aktual untuk dipertanggung jawabkan. Dokumentasi keperawatan merupakan suatu bukti otentik respon pasien dan perubahan yang terjadi dari tindakan yang dilakukan oleh perawat baik secara mandiri maupun kolaborasi yang merupakan bagian permanen dari rekam medis lain. 2.4.2



Tujuan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Tujuan dokumentasi keperawatan adalah sebagai berikut: a. Sebagai Sarana Komunikasi Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap dapat berguna untuk: 1) Membantu koordinasi asuhan keperawatan/kebidanan yang diberikan oleh tim kesehatan. 2) Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian dalam memberikan asuhan keperawatan/kebidanan pada pasien. 3) Membantu tim perawat/bidan dalam menggunakan waktu sebaikbaiknya. b. Sebagai Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat Sebagai upaya untuk melindungi pasen terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang diterima dan perlindungan terhadap keamanan perawat dalam melaksanakan tugasnya, maka perawat/bidan diharuskan mencatat segala tindakan yang dilakukan terhadap pasen. Hal ini penting berkaitan dengan langkah antisipasi terhadap ketidakpuasan pasen terhadap pelayanan yang diberikan dan kaitannya dengan aspek hukum yang dapat



26



dijadikan settle concern, artinya dokumentasi dapat digunakan untuk menjawab ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diterima secara hukum. c. Sebagai Informasi statistik Data statistik dari dokumentasi keperawatan/kebidanan dapat membantu merencanakan kebutuhan di masa mendatang, baik SDM, sarana, prasarana dan teknis. d. Sebagai Sarana Pendidikan Dokumentasi asuhan keperawatan/kebidanan yang dilaksanakan secara baik dan benar akan membantu para siswa keperawatan/kebidanan maupun siswa kesehatan lainnya dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya, baik teori maupun praktek lapangan. 2.4.3



Manfaat Pendokumentasian Manfaat



dan



pentingnya



dokumentasi



keperawatan



dokumentasi



keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari berbagai aspek: a. Hukum Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi kepoerawatan, dimana perawat sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna



jasa,



maka



dokumentasi



diperlukan



sewaktu-waktu.



Dokumentasi tersebut dapat dipergunakan sebagai barang bukti di pengadilan. b. Jaminan mutu (kualitas pelayanan) Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat, akan memberikan kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah klien. Untuk mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini akan membantu



meningkatkan



mutu pelayanan



keperawatan. c. Komunikasi Dokumentasi keadaan klien merupakan alat perekam terhadap masalah yang berkaitan dengan klien. Perawat atau tenaga kesehatan lain



27



akan bisa melihat catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan. d. Keuangan Semua tindakan keperawatann yang belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan lengkap dan dapat digumakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan.



e.



Pendidikan Isi pendokumentasian menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan



keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan. f. Penelitian Data yang terdapat di dalam dokumentasi keperawatan mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan profesi keperawatan. g. Akreditasi Melalui dokumentasi keperawatan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi keperawatan dalam memberikan askep pada klien. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian askep yang diberikan, guna pembinaan lebih lanjut. 2.4.4 Standar Dokumentasi Standar dokumentasi merupakan standar yang dapat digunakan untuk



memberikan



pengarahan



dan



panduan



dalam



melakukan



dokumentasi proses keperawatan. Katagori informasi yang biasanya masuk dalam status (chart) pasien adalah : 1) Data demografik 2) Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik 3) Formulir persetujuan 4) Diagnosa



28



5) Pengobatan 6) Catatan perkembangan /kemajuan 7) Catatan secara berkesinambungan (flow sheet) 8) Catatan perawat 9) Keberadaan dokumentasi baik berbentuk catatan maupun laporan akan sangat



membantu



dalam



berkomunikasi



baik



antara



sesame



perawat/bidan maupun lembaran tindakan (treatment) 10) Catatan laboratorium 11) Laporan rontgen ( X – ray ) 12) Ringkasan pasien pulang 2.4.5 Metode Pendokumentasian Metode pendokumentasian meliputi : data dasar, masalah kesehatan, rencana pelayanan/asuhan termasuk catatan perkembangan kesehatan pasien. Kesalahan dalam pendokumentasian : 1) Tulisan tangan yang berbeda dan tidak terbaca dengan jelas. 2) Tanggal, bulan, dan jam tidak konsisten. 3) Tidak ada tanda tangan perawat yang melakukan tindakan keperawatan. 4) Merubah instruksi tanpa izin dan tidak melalui prosedur yang benar. 2.4.6 Format Dokumentasi Asuhan Keperawatan 1) Pengkajian Pencatatan data pengkajian mengikuti prinsip tahapan pengkajian. Format sistematis, akurat dan valid sangat penting untuk membandingkan perubahan kesehatan pasien. 2) Perencanaan Sesuai dengan standar perencanaan: identifikasi masalah, merumuskan diagnosa, menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan. 3) Implementasi Implementasi adalah tindakan yang dilakukan terhadap pasien, baik tindakan keperawatan mandiri maupun tindakan kolaborasi. 4) Evaluasi



29



Evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahapan proses keperawatan : pengkajian, perencanaan, dan implementasi. 5) Catatan perkembangan Formatnya bervariasi dan dapat disesuaikan dengan sistem yang ada. Prinsipnya adalah untuk menilai perkembangan status kesehatan pasien, apakah sesuai dengan tujuan dan hasil yang diharapkan. 6) Informasi kesehatan lain Berbentuk dalam tabel dan grafik selama 24 jam antara lain : berat badan, tinggi badan, kurva tanda-tanda vital, intake-output cairan dalam 24 jam, daftar pemberian obat-obatan, kurva pemberian obat (kemoterapi, terapi hormon). 7) Ringkasan perpindahan pasien Format ini harus spesifik sesuai dengan kebutuhan pasien dan memenuhi ketentuan administrasi dan legalitas perpindahan antar unit dan perpindahan antar institusi rumah sakit. Ringkasan format pelaporan meliputi lembaran : data dasar demografi, orientasi ruangan, laporan klinis. 8) Perencanaan pulang Format mencakup personal data pasien, data kesehatan secara umum dan khusus, surat diizinkan pulang dari dokter yang merawat berikut ringkasan laporan klinis sesuai kondisi pasien, penyuluhan kesehatan. 9) Perawatan di rumah Format pendokumentasian pasien yang akan melanjutkan perawatan di rumah bertujuan untuk memberikan ringkasan/informasi perkembangan kesehatan pasien selama di rumah sakit, agar dokter/perawat/tim professional lainnya yang terlibat melanjutkan pengobatan/perawatan pasien di rumah yang memenuhi syarat medicare. (Mugianti, S. 2016). 2.5. Model Asuhan Keperawatan. Menurut Marquis & Huston perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan yaitu: 1) Sesuai dengan visi dan misi institusi



30



2) Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan. 3) Efisien dan efektif penggunaan biaya. 4) Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat. 5) Kepuasan kinerja perawat. 2.6.



Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)



2.6.1



Definisi MAKP MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinsikan 4 unsur, yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas produksi atau jasa pelayanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan kesehatan, atau keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud (Nursalam, 2014).



2.6.2 Model-model MAKP Model Fungsional



Deskripsi Penanggung Jawab  Berdasarkan orientasi tugas dari Perawat yang bertugas pada tindakan tertentu



filosofi keperawatan.  Perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada.  Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan



keperawatan



sebagai



pilihan utama pada saat perang dunia ke 2. Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis



intervensi



keperawatan



31



Kasus



kepada semua pasien di bangsal  Berdasarkan pendekatan Manajemen keperawatan holistic filosofi keperawatan 



Perawat



bertanggung



jawab



terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu 



Rasio: 1:1 (pasien : perawat). Setiap



pasien



dilimpahkan



kepada semua perawat yang melayani



seluruh



kebutuhannya



pada



saat



mereka dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak



ada



jaminan



bahwa



pasien akan dirawat oleh orang yang



sama



pada



hari



berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya diterapkan satu pasien satu perawat, umumnya



Tim







dilaksanakan



untuk



perawat



privat



untuk



khusus



atau



seperti isolasi, perawat insentif Berdasarkan pada kelompok Ketua Tim filosofi keperawatan.







Enam sampa tujuh perawat professional



dan



perawat



pelaksana bekerja sebagai satu tim, disupervisi oleh ketua tim. 



Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang



32



berbeda-beda



dalam



memberikan



asuhan



keperawatan



terhadap



sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim atau group yang terdiri atas tenaga professional, teknikal, dan



pembantu



dalam



satu



kelompok kecil yang saling Primer







membantu. Berdasarkan pada tindakan Pasien Primer yang



komprehensif



dari



filosofi keperawatan. 



Perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek asuhan keperawatan.







Metode penugasan dimana satu



orang



bertanggung



jawab



selama



jam



24



perawat penuh terhadap



asuhan keperawatan pasien mulai



dari



pasien



masuk



sampai keluar rumah sakit. Mendorong



praktik



kemandirian



perawat,



ada



kejelasan antara pembuatan rencana



asuhan



dan



pelaksana. Metode primer ini ditandai



dengan



adanya



keterkaitan kuat dan terusmenerus antara pasien dan



33



perawat



yang



untuk melakukan



ditugaskan



merencanakan, dan



koordinasi



asuhan keperawatan selama pasien dirawat.



2.6.2.1 MAKP Fungsional a. Kelebihan 1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik. 2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga. 3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau belum berpengalaman. b. Kelemahan 1) Tidak memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat. 2) Pelayan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan. 3) Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja (Nursalam,2014). 2.6.2.2 MAKP Tim a. Kelebihan 1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh. 2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan. 3) Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. b. Kelemahan Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk (Nursalam, 2014).



34



2.6.2.3 MAKP Primer a. Kelebihan 1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif. 2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan pengmbangan diri. 3) Keuntungan antara lain terhadap pasie, perawat, doter, dan rumah sakit. b. Kelemahan Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mampuberkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu (Nursalam, 2014). 2.6.2.4 MAKP Kasus a. Kelebihan 1) Perawat lebih memahami kasus per kasus. 2) System evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah. b. Kekurangan 1) Belum dapat diidentifikasi perawat penganggung jawab. 2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama. 2.6.2.5 Model MAKP Tim – Primer Model MAKP Tim dan Primer digunakan secara kombinasi dari kedua system. Menurut Sitorus, penetapan system model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan berikut : a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau setara.



35



b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawaban asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim. c. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan D3 bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan diberikan oleh perawat primer atau ketua tim (Nursalam, 2014). 2.7



Metode Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan Pedoman dalam perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan diruang rawat inap yaitu diantaranya :



2.7.1 Metode Rasio Penghitungan dengan cara rasio menggunakan jumlah tempat tidur sebagai pembanding dari kebutuhan perawat yang diperlukan. Metode ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah. Kelemahan dari metode ini adalah hanya mengetahui jumlah perawat secara kuantitas tetapi tidak bisa mengetahui peoduktivitas perawat di ruamh sakit dan kapan tenaga perawat tersebut dibutuhkan oleh setiap unit di rumah sakit. Metode ini bisa digunakan jika kemampuan dan sumber daya untuk perencanaan tenaga terbatas sedangkan jenis, tipe, dan volume pelayanan kesehatan realtif stabil. Rumah Sakit Kelas A dan B



Perbandingan TT : Tenaga medis = (4-7) : 1 TT : Tenaga keperawatan = 1:1



Kelas C



TT : Non keperawatan



= 3:1



TT : Tenaga non medis TT : Tenaga medis



= 1:1 = 9:1



TT : Tenaga keperawatan = (3-4) : 2 TT : Non keperawatan



= 5:1



TT : Tenaga non medis



= 3:4



36



Kelas D



TT : Tenaga medis



= 15:1



TT : Tenaga keperawatan = 2:1 TT : Tenaga non medis Disesuaikan



Khusus



= 6:1



2.7.2 Metode Need Metode ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja. Untuk menghitung kebutuhan tenaga, diperlukan gambaran tentang jenis pelayanan yang diberikan kepada pasien. Sebagai contoh untuk pasien yang menjalani rawat jalan, ia akan mendapatkan pelayanan pembelian karcis, pemeriksaan perawat atau dokter, penyuluhan, pemeriksaan laboratorium, apotek dan sebagainya. Kemudian dihitung standar waktu yang diperlukan agar palayanan berjalan dengan baik. a. Hudgins Penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan diruang rawat jalan menggunakan metode dari Hudgins, yaitu menetapkan standar waktu pelayanan pasien rawat jalan, yaitu dalam Tabel berikut. Tabel standar waktu pelayanan pasien rawat jalan. Kegiatan Pendaftaran Pemeriksaan dokter Pemeriksaan asisten dokter Penyuluhan Labolatorium



Lama waktu (menit) untuk pasien Baru Lama 3 4 15 11 18 11 51 0 5 7



Penghitungan menggunakan rumus : Rata-rata jam perawatan/hari x jumlah rata-rata pasien/hari Jumlah jam kerja/hari b. Douglas



37



Untuk pasien rawat inap standar waktu pelayanan pasien rawat inap sebagai berikut. 1) Perawatan minimal memerlukan waktu : 1-2 jam/24 jam. 2) Perawatan intermediet memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam. 3) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam. Penerapan system klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut adalah sebagai berikut. 1) Kategori I : Perawatan mandiri a) Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, seperti mandi dang ganti pakaian b) Makan dan minum dilakukan sendiri c) Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan d) Observasi tanda vital setiap shift e) Pengobatan minimal, status psikologi stabil f) Persiapan prosedur pengobatan 2) Kategori II : Perwatan intermediate a) Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi. b) Observasi tanda vital setiap 4 jam. c) Pengobatan lebih dari satu kali d) Pakai kateter foley. e) Pasang infus intake-output dicatat f) Pengobatan perlu prosedur 3) Kategori III : Perawatan total a) Dibantu segala sesuatunya, posisi diatur. b) Observasi tanda vital setiap 2 jam. c) Pemakaian slang NGT. d) Terapi Intravena e) Pemakaian suction f) Kondisi gelisah/disorientasi/tidak sadar g) Catatan :



38



1) Dilakukan satu kali sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya dilakukan oleh perawat yang sama selama 22 hari. 2) Setiap pasien minimal memenuhi 3 kriteria berdasarkan klsifikasi pasien; 3) Bila hanya memenuhi satu kriteria maka pasien dikelompokan pada klasifikasi di atasnya. Douglas menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi pasien, dimana masing-masing kategori mempunyai nilai standar per shift, yaitu dalam table berikut. Jumlah



Klasifikasi Pasien Parsial



Minimal



pasien



P S 0,17 0,14 0,34 0,28 0,51 0,42



1 2 3 Dst 2.7.3 Metode Demand



M 0,07 0,20 0,30



P 0,27 0,54 0,81



S 0,15 0,30 0,45



M 0,10 0,14 0,21



Total P 0,36 0,72 1,08



S 0,30 0,60 0,90



M 0,20 0,40 0,60



Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga menurut kegiatan yang memang nayat dilakukan oeh perawat. Setiap pasien yang masuk ruang gawat darurat dibutuhkan waktu sebagai berikut: a. Untuk kasus gawat darurat



: 86,31 menit.



b. Untuk kasus mendesak



: 71,28 menit.



c. Untuk kasus tidak mendesak



: 33,09 menit.



2.7.4 Metode Gilles a. Rumus kebutuhan tenaga keperawatan di satu unit perawatan adalah: AxBxC (C-D) x E



= F = H G



Keterangan : A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari B = rata-rata jumah pasien/hari C = jumlah hari/tahun D = jumlah hari libur masing-masing perawat



39



E = jumlah kerja masing-masing pearawatF = jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun G = jumlah jam perawatan yang diberikan per tahun H = jumlah pearawt yang dibutuhkan untuk unit tersebut b. Jumlah tenaga yang bertugas setiap hari: Rata-rata jam perawatan x rata-rata jumlah perawatan/hari Jumlah jam kerja efektif/hari c. Asumsi jumlah cuti hamil 5% (usia subur) dari tenaga yang dibutuhkan maka jumlah jam kerja yang hilang karena cuti hamil = 5% x jumlah hari cuti x jumlah jam kerja/hari 5% x jumlah tenaga x jumlah jam kerja cuti hamil Jumlah jam kerja efektif/hari Catatan: 1) Jumlah hari tak kerja/tahun Hari minggu (52 hari) + cuti tahunan (2 hari) + hari besar (12 hari) +cuti izin sakit/izin (10 hari) = 86 hari 2) Jumlah hari kerja efektif/tahunan Jumlah hari dalam 1 tahun – jumlah hari tak kerja = 365 – 86 = 279 hari. 3) Jumlah hari efektif/minggu = 279 : 7 = 40 minggu Jumlah jam kerja perawat perminggu = 40 jam.Cuti hamil = 12 x 6 = 72 hari. 4) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah 20% (untuk antisipasi kekurangan/cadangan) 5) Jumlah tenaga keperawatan yang dubutuhkan pe shift, yaitu dengan ketentuan. Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan malam 17%. 6) Kombinasi jumlah tenaga menurut Abdellah dan Levinne adalah 55% tenaga professional dan 45% tenaga nonprofessional. Prinsip perhitungan rumus Gillies. Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan, yaitu sebagai berikut.



40



a. Perawatan langsung, adalah perawatan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan pasien baik fisik, psikologis, sosial, spiritual. Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien padaperawat dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu: self care, partial care, total care. Rata-rata kebutuhan perawatan langsung setiap pasien adalah empat jam perhari. Adapun waktu perawatan berdasarkan tingkat ketergantungan pasien adalah: 1) Self care dibutuhkan ½ x 4 jam



: 2 jam



2) Partial care dibutuhkan ¼ x 4 ja



: 3 jam



3) Total care dibutuhkan 1 – ½ x 4 jam



: 4 – 6 jam



4) Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam



: 8 jam



b. Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana perawatan, memasang/menyiapkan alat, konsultasi dengan anggota tim, menulis dan membaca catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS Graha Detroit = 38 menit/pasien/hari, sedangkan menurut Wolfe dan Young = 60 menit/pasien/hari dan penelitian di Rumah Sakit John Hopkins dibutuhkan 60 menit/pasien _Gillies, 1996). c. Pendidikan kesehatan yang deiberikan kepada pasien meliputi: aktivitas, pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer dan Gillies (1996), waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan ialah 15 menit/pasien/hari.



2.7.5 Metode Hasil Lokakarya Keperawatan Penentuan kebutuhan tenaga perawat menurut likakarya keperawatan dengan megubah satuan hari dengan minggu. Rumus untuk penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan adalah sebagai berikut jam perawatan 24 jam x 7 ( tempat tidur x BOR ) +



¿ +25 % ¿ harikerja efektif x 40 jam



2.7.6 Menghitung berdasarkan Full Time Equivalent (FTE)



41



Keputusan untuk penentuan jumlah dan jenis perawat adalah berdasarkan pada populasi pasien yang mendapatkan perawatan, tingkat pendidikan dan keterampilan perawat serta filosofi organisasi tentang perawat dan perawatan pasien. Penentuan jumlah dan jenis perawat dilakukan berdasarkan Full Time Equivalent (FTE). Konsep FTE didasarkan bahwa seorang perawat bekerja penuh waktu dalam setahun, artinya bekerja selama 40 jam/minggu atau 2.080 jam dalam periode 52 minggu. Jumlah waktu tersebut meliputi waktu produktif maupun nonproduktif, sedangkan yang dipertimbangkan hanya waktu produktif yang digunakan untuk perawatan pasien. Cara ini juga mempertimbangkan hari



perawatan



dan



klasifikasi



pasien



berdasarkan



tingkat



ketergantungannya karena akan memengaruhi jumlah jam perawatan yang dibutuhkan. W=



5



∑❑



( PDi x ACHi )



Keterangan: W



= Beban Kerja (Workload)



PD



= Hari perawatan pasien (Patient Days)



ACH = Rerata jumlah jam kerja perawat (Average Care Hours per 24 hours) ∑



= jumlah tingkat klasifikasi pasien



5



= konstanta sesuai tingkat klasifikasi pasien (Nursalam, 2014).



2.8 Cara Menghitung BOR, ALOS, BTO, TOI, NDR, GDR 2.8.1



BOR (Bed Occupancy Rasio) = Angka penggunaan tempat tidur BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satua waktu tertentu (Depkes RI 2005, Kementerian Kesehatan 2011) Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011).



42



Rumus : BOR: Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu



x 100%



Jumlah TT x Jumlah hari dalam suatu satuan waktu 2.8.2



ALOS (Average Length of Stay) = Rata-rat1.a lamanya pasien dirawat ALOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien (Depkes RI. 2005, Kementerian kesehatan 2011). Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes RI 2005, Kementerian Kesehatan 2011). ALOS: Jumlah hari perawatan pasien keluar RS Jumlah pasien keluar RS (hidup + mati)



2.8.3



BTO ( Bed Turn Over) = Angka Perputaran tempat tidur) BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu (Depkes RI 2005, Kementerian Kesehatan 2011). Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali (Depkes RI 2005, Kementerian Kesehatan 2011).



BTO: Jumlah pasien keluar RS Jumlah TT 2.8.4



TOI (Turn Over Interval) = Tenggang perputaran tempat tidur



43



TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari setelah diisi ke saat terisi berikutnya (Depkes RI 2005, Kementerian Kesehatan 2011). Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari (Depkes RI 2005, Kementerian Kesehatan 2011). TOI: (Jumlah TT x hari) – Hari perawatan RS Jumlah pasien keluar 2.8.5



NDR (Net Death Rate) NDR adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Nilai NDR yang dianggap masih dapat ditolerir adalah kurang dari 25 per 1000 (Kementerian Kesehatan 2011) NDR:



Jumlah pasien mati diatas 48 jam dirawat



x 100%



Jumlah pasien RS – Kematian dibawah 48 jam 2.8.6



GDR (Gross Death Rate) GDR adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar. Nilai GDR seyogyanya tidak lebih dari 45 per 1000 penderita keluar (Kementerian Kesehatan 2011) Rumus : GDR: Jumlah pasien mati seluruhnya dirawat



x 100%



Jumlah pasien keluar RS 2.9



Ronde Keperawatan



2.9.1 Definisi Ronde Keperawatan Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat disamping melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.



44



Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan/atau konselor, kepala ruangan, dan perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2014). Karakteristik antara lain sebagai berikut. a. Pasien dilibatkan secara langsung b. Pasien merupakan fokus kegiatan c. PA, PP, dan konselor melakukan diskusi bersama d. Konselor memfasilitasi kreativitas e. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah. 2.9.2 Tujuan Ronde Keperawatan a. Tujuan umum Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis dan diskusi. b. Tujuan khusus 1) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis. 2) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien. 3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan. 4) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah pasien. 5) Meningkatkan



kemampuan



memodifikasi



rencana



asuhan



keperawatan. 6) Meningkatkan kemampuan justifikasi. 7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja. 2.9.3 Manfaat Ronde Keperawatan a. Masalah pasien dapat teratasi. b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi. c. Terciptanya komunitas keperawatan yang professional. d. Terjalinnya kerja sama antartim kesehatan. e. Perawat dalam melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar.



45



2.9.4 Kriteria Pasien Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang memiliki kriteria sbb: a. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan b. Pasien dengan kasus baru atau langka 2.9.5 Langkah-langkah Kegiatan Ronde Keperawatan Tahap Pra



PP



1. Penetapan Pasien



Tahap Pelaksanaan



2. Persiapan Pasien - Informed Consent - Hasil pengkajian/ Validasi data



di Nurse Station 3. Penyajian Masalah



 Apa diagnosis keperawatan?  Apa data yang mendukung?  Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?  Apa hambatan ditemukan?



4. Validasi Data di Bed Pasien



Tahap Pelaksanaan di kamar pasien



PP, Konselor, KARU



pascaronde (nurse station)



6.



Kesimpulan dan Rekomendasi Solusi masalah



5. Lanjutan-Diskusi di nurse station



(Nursalam MAKP, 2013) 2.10



Timbang Terima



2.9.1. Definisi Timbang Terima Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui



46



komunikasi yang efektif antarperawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain.



Salah



satu



bentuk



komunikasi



yang



harus



ditingkatkan



keefektivitasannya adalah saat pergantian sif (timbang terima pasien). Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum, dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan (Nursalam,2014). 2.9.2. Tujuan Timbang Terima a. Tujuan Umum Mengomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang penting. b. Tujuan Khusus 1) Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus). 2) Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan kepada pasien. 3) Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindaklanjuti oleh perawat dinas berikutnya. 4) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.



2.9.3. Manfaat Timbang Terima a. Bagi Perawat 1) Meningkatkan kemampuan komunikasi antarperawat. 2) Menjalin



hubungan



antarperawat.



kerjasama



dan



bertanggung



jawab



47



3) Pelaksanaan



asuhan



keperawatan



terhadap



pasien



yang



berkesinambungan. 4) Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna. b. Bagi Pasien Pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap.



2.9.4 Alur Timbang Terima



TIMBANG TERIMA



SITUATION



48



Data Demografi Diagnosis Medis



Diagnosis Keperawatan (Data) Background



Riwayat Keperawatan Assessment: KU;TTV;GCS;Skala Nyeri; Skala Resiko Jatuh; dan ROS (poin yang penting)



Rekomendation: 1. Tindakan yang sudah 2. Dilanjutkan 3. Stop 4. Modifikasi 5. Strategi baru



(Nursalam MAKP, 2013)



2.9.4. Prosedur Timbang Terima TAHAP Persiapan



KEGIATAN 1. Timbang dilaksanakan



WAKTU



TEMPAT



terima _MENIT



NURSE



setiap



STATION



PELAKSANA PP,AA



49



pergantian sif/ operan. 2. Prinsip



timbang



terima,



semua pasien baru masuk dan pasien yang dilakukan timbang terima khususnya pasien



yang



memiliki



permasalahan



yang



belum/dapat teratasi serta yang



membutuhkan



observasi lebih lanjut. 3. PA/PP



menyampaikan



timbang terima kepada PP (yang



menerima



pendelagasian) berikutnya, hal



yang



perlu



disampaikan



dalam



timbang terima: a



Aspek



umum



yang



meliputi: M1 s/d M5; b



Jumlah pasien;



c



Identitas pasien dan diagnosis medis;



d



Data (keluhan/subjektif dan objektif);



e



Masalah keperawatan yang masih muncul;



f



Intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan



(secara



umum); g



Intervensi kolaboratif dan dependen;



h



rencana



umum



dan



50



persiapan yang perlu dilakukan operasi,



(persiapan pemeriksaan



penunjang,



dan



program Pelaksanaan



lainnya).



(Nursalam, 2014) Nurse Station 1. Kedua



kelompok



_MENIT dinas



NURSE STATION



sudah siap (sif jagga 2. Kelompok



yang



akan



bertugas menyiapkan buku catatan. 3. Kepala



ruang



membuka



acara timbang terima. 4. Penyampaian yang jelas, singkat dan padat oleh perawat jaga (NIC). 5. Perawat



jaga



sif



selanjutnya



dapat



melakukan



klarifikasi,



tanya



jawab



melakukan



dan validasi



terhadap hal-hal yang telah ditimbang terimakan dan berhak



menanyakan



mengenai



hal-hal



yang



kurang jelas. ruang



menyampaikan salam dan PP menanyakan kebutuhan dasar pasien. 7. Perawat jaga selanjutnya mengkaji



secara



/BED PASIEN



Di Bed Pasien 6. Kepala



RUANG



penuh



KARU, PP, PA



51



terhadap



masalah



keperawatan, dan



kebutuhan,



tindakan



yang



telah/belum dilaksanakan, serta



hal-hal



lainnya



penting



selama



masa



perawatan. 8. Hal-hal



yang



sifatnya



khusus dan memerlukan perincian



yang



matang



sebaiknya dicatat secara khusus



untuk



kemudian



diserahterimakan



kepada



petugas berikutnya. Post-



(Nursalam, 2014) 1. Diskusi.



Timbang



2. Pelaporan untuk timbang



terima



terima



_MENIT



dituliskan



langsung



pada



timbang



terima



ditandatangani



NURSE



KARU, PP, PA



STATION



secara format yang



oleh



PP



yang jaga saat itu dan PP yang



jaga



diketahui



berikutnya



oleh



Kepala



Ruang. 3. Ditutup



oleh



KARU.



(Nursalam, 2014)



2.11



Supervisi



2.11.1 Definisi Supervisi Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak yang di supervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien. Supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang



52



dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisor mencakup masalah pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat (Nursalam, 2015). 2.11.2 Tujuan Supervisi Tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung, sehingga bawahan memiliki bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik. Tujuan dari pengawasan adalah sebagai berikut: a. Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai tujuan yang telah ditetapkan dalam tempo yang diberikan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia. b. Memungkinkan pengawas menyadari kekurangan-kekurangan para petugas kesehatan dalam hal kemampuan, pengetahuan, dan pemahan, serta mengatur pelatihan yang sesuai. c. Memungkinkan para pengawas mengenali dan memberi penghargaan atas pekerjaan yang baik dan mengenali staf yang layak diberikan kenaikan jabatan dan pekatihan lebih lanjut d. Memungkinkan manajemen bahwa sumber yang disediakan



bagi



petugas telah cukup dan dipergunakan dengan baik e. Memungkinkan menejemen menentukan penyebab kekurangan pada kinerja tersebut. 2.11.3 Teknik Supervisi Kegiatan pokok pada supervisi pada dasarnya mencakup 4 hal yang bersifat pokok, yaitu (1) menetapkan masalah dan prioritas; (2) menetapkan penyebab masalah, prioritas, dan jalan keluarnya; (3) melaksanakan jalan keluar; dan (4) menilai hasil yang dicapai untuk tindak lanjut berikutnya. Pengamatan yang langsung dilaksanakan supervisi dan harus memperhatikan hal berikut. a. Sasaran pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat menimbulkan kebingungan. Untuk mencegah keadaan ini, maka



53



pengamatan langsung ditujukan pada sesuatu yang bersifat pokok dan strategis saja. b. Objektivitas pengamatan Pengamatan langsung yang tidak terstandarisasi dapat mengganggu objektivitas. Untuk mencegah keadaan seperti ini, maka diperlukan suatu daftar isian atau check list yang telah dipersiapkan . c. Pendekatan pengamatan Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan kesan negatif, misal, rasa takut, tidak senang, atau kesan mengganggu pekerjaan. Dianjurkan pendekatan pengamatan dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan kekuasaan atau otoriter. 2.11.4 Langkah Supervisi Menurut Ali Zaidin, teknik atau metode dalam melaksanakan pengawasan adalah bertahap dengan langkah-langkah sebagai berikut. Langkah I : Mengadakan Persiapan Pengawasan 1. Menentukan tujuan. 2. Menentukan metode pengawasan yang tepat. 3. Menentukan standar atau kriteria pengukuran. Langkah II : Menjalankan Pengawasan Terdiri atas tiga tahap, yaitu sebagai berikut. 1. Membuat dan menentukan rencana pengawasan, di mana rencana pengawasan harus memuat sistem pengawasan, standar yang dipakai, dan cara pelaksanaan. 2. Pelaksanaan pengawasan dapat dilakukan dengan berbagai sistem, yaitu: a) sistem preventif, yang dilaksanakan sebelum suatu usaha dilakukan; b) sistem represif, yang dilaksanakan setelah suatu usaha dilakukan, misalnya memberikan laporanlaporan kegiatan;



54



c) sistem verifikatif, yaitu pemeriksaan secara terperinci dengan memberikan laporan-laporan perincian dan analisis dari segala hal yang terjadi dalam pelaksanaan rencana; d) sistem inspektif, yaitu suatu sistem pengawasan dengan mengadakan pemeriksaan setempat secara langsung dengan tujuan mengetahui sendiri keadaan yang sebenarnya; e) sistem investigatif yaitu suatu pengawasan dengan jalan mengadakan



penelitian,



penyelidikan



untuk



mengetahui



kesalahan dan membongkar adanya penyelewengan. Sistem ini terdiri atas inspektif dan verifikatif; f) kombinasi sistem preventif dan represif yaitu suatu sistem pengawasan dari suatu usaha yang dilakukan baik sebelum maupun sesudah usaha tersebut berjalan. 3. Penilaian dari pelaksanaan pengawasan. Penilaian adalah proses penetapan secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektivitas, atau kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Penilaian sebagai kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis, mendeskripsikan, dan menyajikan data atau informasi yang diperlukan sebagai masukan untuk pengambilan keputusan (Huber, 2000).



Menurut



Huber



(2000),



evaluasi



dilakukan



sejak



perencanaan program berkaitan dengan dimensi kualitatif tentang efektivitas program, mengarah pada upaya menyiapkan bahan masukan



untuk pengambilan



keputusan tentang



ketepatan,



perbaikan perluasan, atau pengembangan program terkait dengan pengambilan keputusan tentang penyusunan rancangan dan isi program. Langkah III : Memperbaiki Penyimpangan Tujuan dari hal ini adalah mengadakan perbaikan dari hasil kerja yang kurang atau salah untuk memperoleh hasil yang lebih besar dan lebih efisien. Setelah data melalui pengawas diperoleh, maka dianalisis dan



55



masalah yang timbul dicarikan pemecahannya serta mencegah membuat masalah pada waktu mendatang. Pembinaan yang efektif dapat digambarkan melalui lima langkah pokok yang berurutan. Kelima langkah itu adalah sebagai berikut. 1) Mengumpulkan informasi



Informasi yang dihimpun meliputi



kenyataan atau peristiwa yang benar-benar terjadi dalam kegiatan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan. Pengumpulan informasi yang dianggap efektif adalah yang dilakukan secara berkala dan berkelanjutan dengan menggunakan pemantauan dan penelaahan laporan kegiatan. 2) Mengidentifikasi masalah Masalah ini diangkat dari informasi yang telah dikumpulkan dalam langkah pertama. Masalah akan muncul apabila terjadi ketidaksesuaian dengan atau penyimpangan dari kegiatan yang



telah



menyebabkan



direncanakan. adanya



jarak



Ketidaksesuaian (perbedaan)



atau



antara



penyimpangan kegiatan



yang



seharusnya terlaksana dengan dengan kegiatan yang benar-benar terjadi. Jarak atau perbedaan antara kegiatan inilah yang disebut masalah. 3) Menganalisis masalah



Kegiatan analisis adalah untuk mengetahui



berberapa jenis masalah dan faktor-faktor penyebab timbulnya masalah tersebut. Faktor-faktor itu mungkin datang dari para pelaksana kegiatan, sasaran kegiatan, fasilitas, biaya, proses, waktu, dan kondisi lingkungan. Di samping faktor penyebab, diidentifikasi pula sumbersumber dan potensi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang timbul. Hasil analisis ini penting untuk diperhatikan dalam upaya pemecahan masalah. 4) Mencari dan menetapkan alternatif pemecahan masalah



Kegiatan



pertama yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi alternatif upaya yang dapat dipertimbangkan untuk memecahkan masalah. Alternatif ini disusun setelah memperhatikan sumber-sumber pendukung dan kemungkinan hambatan yang akan ditemui dalam upaya pemecahan



56



masalah. Kegiatan selanjutnya adalah menetapkan prioritas upaya pemecahan masalah yang dipilih dari alternatif yang tersedia. 5) Melaksanakan upaya pemecahan masalah Pelaksanaan upaya ini dapat dilakukan pembina baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Pembinaan secara langsung dapat dibagi dua macam, yaitu pertama, pembinaan individual (perorangan), yaitu pembinaan yang dilakukan terhadap seseorang pelaksana kegiatan. Pihak pembina memberikan dorongan, bantuan, dan bimbingan langsung pada pelaksana kegiatan. Cara ini tepat dilakukan apabila pihak yang dibina mempunyai kegiatan beraneka ragam atau memerlukan pembinaan bervariasi. Teknik-teknik yang dapat digunakan antara lain adalah dialog, diskusi, bimbingan individual, dan peragaan. Kedua, pembinaan kelompok. Pihak supervisor melayani para pelaksana kegiatan secara kelompok. Pembinaan ini dapat digunakan apabila para pelaksana kegiatan atau pihak yang dibina memiliki kesamaan kegiatan atau kesamaan permasalahan yang dihadapi. Pembinaan kelompok dapat menghemat biaya, waktu, dan tenaga. Teknik- teknik yang dapat digunakan dalam pembinaan kelompok antara lain diskusi, penataran, rapat kerja, demonstrasi, dan lokakarya. Secara tidak langsung upaya pemecahan masalah yang diputuskan oleh pihak pembina itu dilakukan melalui pihak lain, seperti melalui orang lain atau media tertulis. Melalui orang lain adalah pembinaan yang dilakukan oleh pejabat dari organisasi yang lebih tinggi atau melalui tenaga khusus yang diberi tugas pembinaan. Sementara itu , yang melalui media tertulis antara lain ialah pembinaan yang dilakukan dalam bentuk pedoman, petunjuk pelaksanaan, dan korespondensi. Teknik-teknik pembinaan tidak langsung mencakup kegiatan memberikan petunjuk, pedoman, dan informasi kepada pihak yang dibina tentang kegiatan yang harus dikerjakan. Alat atau media yang digunakan mencakup media tertulis, seperti surat-menyurat atau media cetak (lembaran pedoman, brosur, dan buletin).



57



2.11.5 Manfaat Supervisi Manfaat yang dimaksud apabila ditinjau dari sudut manajemen dapat dibedakan atas dua macam. a. Meningkatkan efektivitas kerja Peningkatan efektivitas kerja ini erat hubungannya



dengan



makin



meningkatnya



pengetahuan



dan



keterampilan “bawahan”, serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara “atasan” dengan “bawahan”. b. Meningkatkan efisiensi kerja



Peningkatan efisiensi kerja ini erat



hubungannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan oleh “bawahan”, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, dana, dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah. Supervisi mempunyai tiga kegunaan. Pertama, supervisi berguna untuk meningkatkan kemampuan supervisor dalam memberikan layanan kepada para pelaksana kegiatan (perawat). Kemantapan kemampuan akan dialami apabila supervisor sering melakukan supervisi. Kedua, supervisi bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan para pelaksana kegiatan. Ketiga, hasil supervisi berguna untuk menyusun pedoman atau petunjuk pelaksanaan layanan profesional kepada pelaksana kegiatan. Proses memberikan layanan, format-format yang digunakan, catatan dan laporan supervisi, serta interaksi melalui hubungan kemanusiaan antara supervisor dan yang disupervisi merupakan informasi yang bermanfaat untuk menyusun patokan-patokan supervisi berdasarkan pengalaman lapangan. Dengan demikian, supervisi berguna untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap para pelaksana kegiatan agar program itu dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan yang telah direncanakan. Supervisi akan mencapai tingkat kegunaan yang tinggi apabila kegiatannya dilakukan melalui tiga prinsip hubungan kemanusiaan, yaitu pengakuan dan penghargaan, objektivitas, serta kesejawatan. Hubungan kemanusiaan mengisyaratkan bahwa supervisi dilakukan secara wajar, terbuka, dan partisipatif. Pengakuan dan penghargaan berkaitan dengan sikap supervisor untuk mengakui potensi dan penampilan pihak yang



58



disupervisi dan menghargai bahwa pihak yang disupervisi dapat dan harus mengembangkan diri. Objektivitas berkaitan dengan informasi dan permasalahan yang telah ditemukan yang diperlakukan oleh supervisor sebagaimana



adanya,



sedangkan



upaya



pemecahan



permasalahan



dilakukan secara rasional. Kesejawatan memberi corak bahwa kegiatan pelayanan dilangsungkan dalam suasana akrab dan kekerabatan. Hubungan kemanusian mendasari pelayanan profesional. Titik berat hubungan kemanusiaan ialah sikap dan ekspresi yang menunjukkan pengakuan, pujian, dan penghargaan, bukan sebaliknya yaitu mencerminkan pengabaian, penentangan, dan makian terhadap aktivitas yang dilakukan oleh pihak yang disupervisi.



2.12



Discharge Planning



2.12.1 Definisi Discharge Planning Perencanaan pulang (discharge planning) akan menghasilkan sebuah hubungan yang terintegrasi yaitu antara keperawatan yang diterima pada waktu di rumah sakit dengan keperawatan yang diberikan setelah pasien pulang. Keperawatan di rumah sakit akan bermakna jika dilanjutkan dengan ners di rumah. Namun sampai dengan saat ini, perencanaan pulang bagi pasien yang dirawat di rumah sakit belum optimal dilaksanakan, di mana peran keperawatan terbatas pada kegiatan rutinitas saja yaitu hanya berupa informasi kontrol ulang. Pasien yang memerlukan keperawatan kesehatan di rumah, konseling kesehatan atau penyuluhan, dan pelayanan komunitas tetapi tidak dibantu dalam upaya memperoleh pelayanan sebelum pemulangan sering kembali ke ruang kedaruratan dengan masalah minor, sering kali diterima kembali dalam waktu 24 jam sampai 48 jam, dan kemudian pulang kembali. Discharge planning keperawatan merupakan komponen yang terkait dengan rentang keners. Rentang keperawatan sering pula disebut dengan keperawatan berkelanjutan yang artinya keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien di mana pun pasien berada. Kegagalan untuk



59



memberikan dan mendokumentasikan perencanan pulang akan berisiko terhadap beratnya penyakit, ancaman hidup, dan disfungsi fisik. Dalam perencanan pulang diperlukan komunikasi yang baik terarah, sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti dan berguna untuk keperawatan di rumah (Nursalam, 2015). 2.12.2 Tujuan Discharge Planning a. Tujuan Umum Setelah dilaksanakan praktik manajemen keperawatan diharapkan Ruang Y mampu menerapkan discharge planning. b. Tujuan Khusus 1) Mengkaji kebutuhan rencana pemulangan. 2) Mengidentifikasi masalah pasien. 3) Memprioritaskan masalah pasien yang utama. 4) Membuat perencanaan pasien pulang, yaitu mengajarkan pada pasien yang harus dilakukan dan dihindari selama di rumah. 5) Melakukan evaluasi pada pasien selama diberikan penyuluhan. 6) Mendokumentasikan. 2.12.3 Manfaat Discharge Planning a. Bagi Pasien 1) Meningkatkan kemandirian pasien dalam melakukan keperawatan di rumah. 2) Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien. 3) Membantu pasien memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam memperbaiki, serta mempertahankan status kesehatan pasien. b. Bagi Mahasiswa 1) Terjadi pertukaran informasi antara mahasiswa dengan pasien sebagai penerimaan pelayanan. 2) Mengevaluasi



pengaruh



penyembuhan pasien.



intervensi



yang



terencana



pada



60



3) Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan keperawatan di rumah (Nursalam, 2015) 2.13



Kepuasan Pasien



2.13.1 Definisi Kepuasan Pasien Pengertian



Kepuasanan



Kepuasan



menurut



(Kotler



2004,:



Nursalam, 2016,: Simamora, 2012) adalah kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa yang dirasakan seseorang setelah membandingkan persepsi atau kesannya terhadap aktivitas, kinerja atau hasil produk yang didapatkan olehnya.



Kepuasan pasien berdasarkan model kebutuhan



menurut Nursalam (2016) adalah suatu keadaan dimana kebutuhan, keinginan, dan harapan pasien dapat dipenuhi melalui produk atau jasa yang dikonsumsi. Woodruff dan Gardial (2002), mendefinisikan kepuasan sebagai model kesenjangan antara harapan (standar kinerja yang seharusnya) dengan kinerja aktual yang diterima pelanggan. Comparison standard ialah standar yang digunakan untuk menilai ada tidaknya kesenjangan antara apa yang dirasakan pasien dengan standar yang ditetapkan. Menurut Suprianto dan Ratna (2007 dalam Nursalam 2016), standar dapat berasal dari hal-hal berikut: a. Harapan pasien, bagaimana pasien mengharapkan produk atau jasa yang seharusnya dia terima, b. Pesaing, pasien mengadopsi standar kinerja pesaing rumah sakit untuk kategori produk atau jasa yang sama sebagai standar perbandingan, c. Kategori produk atau jasa lain, d. Janji promosi dari rumah sakit, e. Nilai atau norma industri kesehatan yang berlaku. 2.13.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Ada beberapa faktor yang memengaruhi kepuasan pasien menurut Klinis (2007), yaitu sebagai berikut:



61



a. Kualitas produk atau jasa. Pasien akan merasa puas apabila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk atau jasa yang digunakan berkualitas b. Harga. Harga, yang termasuk di dalamnya adalah harga produk atau jasa. harga meupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan kualitas adalah untuk mencapai kepuasan pasien. Meskipun demikian elemen ini mempengaruhi pasien dri segi biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin mahal harga yang perawatan maka pasien mempuanyai harapan yang lebih besar c. Emosional. Pasien yang merasa bangga dan yakin bahwa orang lain kagum terhadap konsumen bila dalam hal ini pasien memilih institusi pelayanan kesehatan yang sudah mempuanyai pandangan, cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi d. Kinerja Wujud dari kinerja ini misalnya: kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan bagaimana perawat dalam memberikan jasa pengobatan terutama keperawatan pada waktu penyembuhan yang relatif cepat, kemudahan dalam memenuhi kebutuhan pasien dan kenyamanan yang diberikan yaitu dengan memperhatikan kebersihan, keramahan dan kelengkapan peralatan rumah sakit e. Estetika. Estetika merupakan daya tarik rumah sakit yang dapat ditangkap oleh pancaindra. Misalnya: keramahan perawat, perawatan yang lengkap dan sebagainya e. Karakteristik produk Produk ini merupakan kepemilikan yang bersifat fisik antara lain gedung dan dekorasi. Karakteristik produk meliputi penampilan bangunan, kebersihan dan tipe kelas kamar yang disediakan beserta kelengkapannya. f. Pelayanan. Pelayanan keramahan petugas rumah sakit, kecepatan dalam pelayanan. Institusi pelayanan kesehatan dianggap baik apabila dalam memberikan pelayanan lebih memperhatikan kebutuhan pasien. Kepuasan muncul dari kesan pertama masuk pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan. Misalnya: pelayanan yang cepat, tanggap dan keramahan dalam memberikan pelayanan keperawatan.



62



g. Lokasi. Lokasi, meliputi, letak kamar dan lingkungannya. Merupakan salah satu aspek yang menentukan pertimbangan dalam



memilih



institusi pelayanan kesehatan. Umumnya semakin dekat lokasi dengan pusat perkotaan atau yang mudah dijangkau, mudahnya transportasi dan lingkungan yang baik akan semakin menjadi pilihan bagi pasien. h. Fasilitas. Kelengkapan fasilitas turut menentkan penilaian kepuasan pasien, misalnya fasilitas kesehatan baik sarana dan prasarana, tempat parkir, ruang tunggu yang nyaman dan ruang kamar rawat inap. Walaupun hal ini tidak vital menentukan penilaian kepuasan pasien, namun institusi pelayanan kesehatan perlu memberikan perhatian pada fasilitas dalam penyusunan strategi untuk menarik konsumen. i. Komunikasi. Komunikasi, yaitu tata cara informasi yang diberikan pihak penyedia jasa dan keluhan-keluhan dari pasien . Bagaimana keluhan-keluhan dari pasien dengan cepat diterima oleh penyedia jasa terutama perawat dalam memberikan bantuan terhadap keluhan pasien.Suasana. Suasana, meliputi keamanan dan keakraban. Suasana yang tenang, nyaman, sejuk dan indah akan sangat memengaruhi kepuasan pasien dalam proses penyembuhannya. Selain itu tidak hanya bagi pasien saja yang menikmati itu akan tetapi orang lain yang berkunjung akan sangat senang dan memberikan pendapat yang positif sehingga akan terkesan bagi pengunjung institusi pelayanan kesehatan tersebut. l. Desain visual. Desain visual, meliputi dekorasi ruangan, bangunan dan desain jalan yang tidak rumit. Tata ruang dan dekorasi ikut menentukan suatu kenyamanan (Nursalam, 2016). 2.13.3 Faktor Penyebab Ketidakpuasan Pasien Menurut Rangkuti (2003 dalam Nursalam, 2016), ada enam faktor yang menyebabkan timbulnya rasa tidak puas pelanggan terhadap suatu produk yaitu: a. Tidak sesuai harapan dan kenyataan. b. Layanan selama proses menikmati jasa tidak memuaskan. c. Perilaku personel kurang memuaskan.



63



d. Suasana dan kondisi fisik lingkungan yang tidak menunjang e. Cost terlalu tinggi, karena jarak terlalu jauh, banyak waktu terbuang dan harga tidak sesuai f. Promosi atau iklan tidak sesuai kenyataan. 2.14



Kepuasan Perawat



2.14.1 Definisi Kepuasan Perawat Menurut Morgan (2007), salah satu model yang dapat digunakan untuk menjelaskan pembentukan kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan perawat



adalah



expectancy



disconfirmation model.



Berdasarkan



penggunaan suatu produk pelayanan tertentu, pelanggan membangun harapan



bagaimana seharusnya



kinerja suatu produk. Harapan



ini



dikonfirmasikan dengan pengalaman aktual dari kinerja produk layanan tersebut. Jika mutu tidak sesuai dengan harapan maka akan muncul perasaan tidak puas. Jika kinerja melebihi harapan, maka akan dihasilkan perasaan puas dan jika kinerja tidak berbeda dengan harapan akan dikatakan harapan telah terkonfirmasi. Meskipun harapan yang terkonfirmasi adalah pernyataan yang positif untuk pelanggan, tetapi hal



ini jika



akan menghasilkan



Kepuasan baru benar-benar



perasaan puas yang cukup kuat.



dirasakan oleh pelanggan



bila kinerja



melebihi harapan mereka. Karyawan yang loyal dan produktif tentu tidak otomatis terjadi tanpa terbangunnya terlebih dahulu rasa kepuasan dari dalam diri karyawan, terhadap pekerjaannya, atasannya, peralatan dan fasilitas, serta aspek-aspek bekerja demi



lainnya.



Banyak terjadi karyawan



ditekan untuk



mencapai target-target tertentu, namun tidak



didukung



dengan peralatan/ sarana, otoritas, bimbingan atasan, sehingga hasilnya akan berdampak kepada buruknya



proses



dan hasil



(produk) yang



diberikan kepada pelanggan pun akan buruk. Dengan kata lain, banyak perusahaan yang menekankan kepada kepuasan pelanggan, tanpa banyak



64



melihat bahwa salah satu



kunci sukses dalam



mencapainya adalah



kepuasan karyawan. 2.14.2 Indikator Kepuasan Kerja Perawat Indikator kepuasan kerja perawat antara lain (Morgan, 2007): 1) Perawat yang puas cenderung bekerja dengan kualitas yang lebih tinggi Perawat yang



menghasilkan kinerja baik,



mempunyai



sifat-sifat



antara lain: a) Merasa senang b) Rasional c) Punya harga diri sebagai manusia d) Punya visi dan cita-cita 2) Perawat yang puas cenderung bekerja dengan lebih produktif Perawat yang mempunyai



motivasi tinggi



akan menyenangi



pekerjaannya sehingga akan lebih produktif daripada mereka yang kurang menyenangi pekerjaannya. Perawat tersebut mempunyai sifat aktualisasi diri: a. Realistis b. Dapat menerima dirinya sendiri c. Spontanitas, praktis, sederhana dan alamiah d. Fokus pada inti masalah e. Otonom, bebas dari pengaruh budaya dan lingkungan f. Hubungan baik antar manusia g. Memiliki nilai dan sifat-sifat demokratis h. Mampu membedakan antara cara dan tujuan i. Filosofis dan mempunyai rasa humor yang tinggi j. Mempunyai nilai-nilai (values) dan harga diri (self esteem) 3) Perawat yang puas cenderung bertahan lebih lama dalam perusahaan Banyak kejadian tentang kepindahan



seorang perawat



dari



perusahaan yang memberikan gaji lebih besar ke perusahaan lain yang



memberikan gaji



lebih sedikit. Hal ini disebabkan karena



65



penyebab kepuasan bukan hanya menyangkut gaji atau pendapatan, tetapi terpenuhinya lain sesuai



dengan



kebutuhan



Maslow.



Terpenuhinya kebutuhan ini akan menyebabkan perawat menjadi betah bekerja di rumah sakit tempat kerjanya. 4) Perawat yang puas cenderung dapat menciptakan pelanggan/ pasien yang puas Kepuasan pasien berarti pengakuan/ penghargaan pasien atas kinerja yang telah dilakukan oleh perawat. Pengakuan prestasi kerja ini dapat dilihat dari ungkapan yang paling sederhana dari pasien yaitu ucapan terima kasih. 2.14.3 Aspek-aspek Kepuasan Kerja Menurut Mobley (2006) aspek-aspek kepuasan kerja antara lain: 1) Aspek pekerjaan melibatkan



meliputi



jenis



ketrampilan



pekerjaan, bobot



serta kemampuan



pekerjaan da



individu



dalam



mengerjakan pekerjaan tersebut. 2) Aspek imbalan merupakan faktor utama untuk mencapai kepuasan kerja sehingga banyak pihak manajemen dalam upaya meningkatkan kerja karyawan dengan meningkatkan imbalan kerja. 3) Aspek kepangkatan, memperoleh



kurang



atau sedikitnya



jabatan dan kepangkatan



kesempatan



untuk



sering dikaitkan dengan



ketidakpuasan karyawan terhadap promosi jabatan atau kepangkatan yang ada. 4) Aspek



pimpinan



atau



atasan



menyangkut hubungan



dengan



bawahan atas kebijaksanaannya yang dikaitkan dengan kepuasan kerja. 5) Aspek rekan kerja, hubungan antara pekerja satu dengan yang lain berkaitan erat dengan kepuasan kerja. Pekerja yang mengalami ketidakpuasan kerja karena



memiliki rekan kerja yang tidak bisa



diajak kerjasama, tidak menyenangkan dan tidak memuaskan. 2.14.4 Tujuan Pengukuran Kepuasan Kerja Tujuan pengukuran kepuasan kerja bagi para karyawan antara lain:



66



1) Mengidentifikasi kepuasan karyawan secara keseluruhan, termasuk kaitannya dengan tingkat urutan prioritasnya (urutan faktor atau atribut tolak ukur kepuasan yang dianggap penting bagi karyawan). Prioritas yang dimaksud dapat berbeda antara para karyawan dari berbagai bidang dalam organisasi yang sama dan antara organisasi yang satu dengan yang lainnya. 2) Mengetahui perusahaan.



persepsi setiap karyawan terhadap organisasi atau Sampai



seberapa



dekat persepsi



tersebut



sesuai



dengan harapan mereka dan bagaimana perbandingannya dengan karyawan lain. 3) Mengetahui atribut-atribut mana Yangon termasuk dalam kategori kritis (critical perfoment



attributes) yang



berpengaruh secara



signifikan terhadap kepuasan karyawan. Atribut yang bersifat kritis tersebut



merupakan prioritas untuk diadakannya peningkatan



kepuasan karyawan. 4) Apabila



memungkinkan,



perusahaan



atau



instansi



dapat



membandingkannya dengan indeks milik perusahaan atau instansi saingan atau yang lainnya. 2.14.5 Dampak Kepuasan dan Ketidakpuasan 1)



Terhadap Produktivitas Kerja Banyak pendapat yang menyatakan bahwa produktivitas dapat dinaikkan dengan menaikkan kepuasan kerja, namun hasil penelitian tidak



mendukung



pandangan



ini,



karena



hubungan antara



produktivitas kerja dengan kepuasan kerja sangat kecil. Produktivitas kerja dipengaruhi oleh banyak faktor-faktor moderator disamping kepuasan kerja.



Lawler dan Porter berpendapat produktivitas yang



tinggi menyebabkan peningkatan dari kepuasan kerja jika tenaga kerja mempresepsikan bahwa ganjaran intrinsik (misalnya rasa telah mencapai



sesuatu) dan ganjaran



intrinsik



(misalnya gaji) yang



diterima kedua-duanya adil dan wajar dibuktikan dengan unjuk kerja yang unggul (Ashar, 2011).



67



2) Terhadap Kemangkiran dan Keluarnya Tenaga Kerja Ketidakhadiran



lebih



bersifat



spontan



dan



kurang



mencerminkan ketidakpuasan kerja, berbeda dengan berhenti atau keluar dari pekerjaan. Steers dan Rhodes mengembangkan model pengaruh dari kehadiran. Ada dua faktor pada perilaku hadir yaitu motivasi untuk hadir dan kemampuan untuk hadir. Mereka percaya bahwa motivasi untuk hadir dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Model meninggalkan pekerjaan dari Mobley, Horner, dan Hollingworth menunjukkan bahwa setelah tenaga kerja menjadi tidak puas terjadi beberapa (misalnya berfikir untuk meninggalkan pekerjaan) sebelum keputusan untuk meninggalkan pekerjaan diambil. Menurut Robbins (2001) ketidakpuasan kerja pada karyawan dapat diungkapkan melalui berbagai cara misalkan selain meninggalkan pekerjaan, karyawan dapat mengeluh, membangkang, mencuri barang



milik organisasi,



menghindar dari tanggung jawab (Ashar, 2011). 2.15



6 Sasaran Keselamatan Pasien a. Ketepatan Identifikasi Pasien 1) Pemasangan gelang identitas pasien Definisi : Pemasangan gelang penanda pada pasien yang berisi data identitas pasien yang memuat nama, jenis kelamin, (yang dibedakan dengan warna gelang) umur, tanggal lahir dan nomor RM. Jenis gelang pasien yang digunakan yaitu : a) gelang berwarna merah muda (pink) untuk pasien dengan jenis kelamin perempuan b) gelang berwarna biru untuk pasien dengan jenis kelamin laki-laki Sedangkan pasien yang beresiko ditandai dengan pemasangan stiker yang ditempelkan pada gelang pasien. Adapun warna stiker tersebut antara lain: a) stiker warna kuning untuk pasien risiko jatuh



68



b) stiker warna merah untuk pasien risiko alergi c) Stiker warna ungu untuk pasien DNR (do not resuscitate) Tujuan : Memberikan identitas pada pasien rawat inap untuk mempermudah identifikasi pasien, mencegah terjadinya kesalahan pemberian obat dan tindakan medis pada pasien. b. Peningkatan Komunikasi yang Efektif 1) Teknik komunikasi efektif dengan metode SBAR Definisi : komunikasi efektif adalah tepat waktu, akurat, jelas dan mudah dipahami oleh



penerima



sehingga



dapat



mengurangi



tingkat



kesalahan



(kesalahpahaman) Tujuan : - menciptakan budaya keselamatan pasien rumah sakit - informasi yang diberikan dapat diterima dengan jelas dan mengurangi tingkat kesalahan 2) Teknik komunikasi efektif saat menerima pasan secara lisan dengan cara tulis, baca, konfirmasi (TBAK) Definisi : Komunikasi efektif adalah tepat waktu, akurat, jelas dan mudah dipahami oleh penerima sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan (kesalah pahaman) Tujuan : -



Menciptakan budaya keselamatan pasien rumah sakit



-



Informasi yang diberikan dapat diterima dengan jelas dan mengurangi tingkat kesalahan



c.



Peningkatan Keamanan obat yang perlu diwaspadai (High Alert Medication) Definisi : Obat-obatan yang harus diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan/ kesalahan serius



69



(sentinel event), obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip atau kedengerannya mirip( nama obat, rupa dan ucapan mirip/ NORUM, look alike sound alike / LASA), elektrolit konsentrat dan obat risiko tinggi. Tujuan : -



Menyediakan panduan untuk BLUD RS Sekarwangi mengenai kebijakan manajemen dan obat-obatan yang tergolong dalam kategori high alert medications (obat-obatan dengan pengawasan)



-



Meningkatkan kewaspadaan akan high alert medications sehingga meningkatkan keselamatan pasien.



-



Memberikan pelayanan kesehatan dengan kualitas tinggi dan meminimalisasi



terjadinya



kesalahan-kesalahan



medis



dan



menurunkan potensi risiko terhadap pasien. -



Monitoring dan evaluasi obat hight alert (double check)



Definisi : Suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengawasan dan pengendalian kegiatan double check high alert yang dilakukan di ruang rawat inap. Tujuan : Agar kesalahan awal dapat segera diketahui dan dapat dilakukan tindakan perbaikan, sehingga mengurangi risiko kesalahan yang lebih besar Prinsip 5 benar Definisi : Prinsip 5 benar adalah cara pemberian obat yang harus dilakukan oleh seorang perawat untuk menjamin pemberian obat yang aman. Prinsip-prinsip pemberian obat yang benar meliputi 5 hal yaitu : 1. Benar pasien 2. Benar obat 3. Benar dosis



70



4. Benar waktu 5. Benar rute Tujuan : Memberikan obat sesuai dengan prosedur agar mendapatkan efek obat yang diinginkan dan bisa memberikan efek penyembuhan terhadap suatu penyakit atau keluhan yang dirasakan oleh seseorang. d.



Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien operasi Definisi : Memastikan ketepatan lokasi, prosedur dan identifikasi pasien operasi dan menjaga keselamatan pasien Tujuan : -



Memverifikasi, prosedur, dan identifikasi pasien yang benar



-



Memastikan bahwa semua dokumen, foto, (imaging), hasil pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label dengan baik, dan ditanyakan



-



Melakukan perivikasi ketersediaan peralatan dan bahan khusus yang dibutuhkan



-



Memperivikasi lokasi, prosedur, dan identivikasi pasien yang benar.



e.



Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan 1) Memcuci tangan dengan air yang mengalir Definisi : Proses membersihkan kotoran dari debu secara mekanis dari kedua tangan



mulai



ujung



jari



sampai



pergelangan



tangan



menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir Tujuan : -



Menghilangkan kotoran dari permukaan kulit



-



Menjaga kebersihan perorangan



-



Mencegah infeksi nasokomial/ infeksi silang dari tangan



-



Perlindungan diri bagi petugas atau penolong



dengan



71



2) Prosedur Handrub Definisi : Yaitu proses cuci tangan dengan menggunakan antiseptik untuk membunuh flora baik sementara maupun tetap Tujuan : -



menjaga kebersihan perorangan



-



mencegah infeksi silang/ nasokomise



-



perlindungan diri bagi petugas atau penolong



3) 5 momen saat mencuci tangan Definisi : Saat atau waktu dimana petugas harus melakukan cuci tangan untuk mencegah penyebaran infeksi yang ditularkan melalui tangan, bisa dalam proses handrub dan handwash dan ketentuan



kondisi



penggunaannya sesuai ketentuan WHO Tujuan : -



Untuk menghilamgkan kotoran dan debris yang melekat pada tangan



-



Untuk menghambat atau membunuh micro organisme permanen yang tinggal didalam lapisan terdalam kulit, baik yang diperoleh dari kontak dengan pasien maupun lingkungan



-



Untuk memberikan pelayanan yang higienis pada pasien



-



Untuk mengurangi infeksi nasokomial dalam proses pelayanan pasien



-



Untuk meningkatkan pelayanan yang berbasis keselamatan pasien



f. Pengurangan Risiko pasien jatuh 1) Assesment ulang pasien risiko jatuh Definisi : Melakukan pengkajian ulang pada pasien dirawat di RS Sekarwangi untuk mengetahui perkembangan dan kondisi terakhir pasien Tujuan :



72



Melanjutkan informasi dan data terbaru perkembangan kondisi pasien 2) Pedoman pencegahan pasien risiko jatuh Definisi : Prosedur kegiatan untuk menilai dan mengevaluasi ulang serta mengambil tindakan pada pasien yang mempunyai risiko jatuh diberbagai fasilitas layanan kesehatan di rumah sakit. Tujuan : - Menciptakan budaya keselamatan pasien - Optimalisasi penggunaan asesment jauh untuk menentukan kategori risiko jatuh - Mendeskripsikan kebutuhan akan perlunya pemahaman factor risiko jatuh, pencegahan dan penanganannya dalam meningkatkan klinis dan kepuasan pasien, serta menurunkan biaya kesehatan - Memahami kunci keberhasilan program faktor risiko jatuh, pencegahan dan penanganannya 2.16



Sarana Prasarana Ruang Perawatan Penyakit Dalam di Rumah Sakit Tercapainya penyelenggaraan pelayanan medis yang memenuhi standar yang didukung dengan adanya fasilitas sarana dan prasarana terutama fasilitas penunjang berupa pelaratan kesehatan yang memadai sesuai standar yang telah ditetapkan. Berikut peralatan penyakit dalam di Rumah Sakit (Dinas Kesehatan Provinsi Jabar,2012). 1. Tempat tidur periksa



46. Ukuran tinggi badan



2. Lemari obat/alat



47. Autoclave table



3. Instrument trolly



48. Stool fixed height



4. Timbangan/tinggi badan



49. Resuscitation for adult and for



5. Stetoskop



paediatic



6. Tensimeter



50. Couch examination urology



7. EKG 1 channel



51. Stool fixed height



8. USG



52. Spirometry



73



9. Resuscitator untuk dewasa dan 53. Kit tes temple anak



54. Kis tes tusuk



10. Sphygmomanometer



55. Anoskopi rigid



11. Examination table



56. Botol WSD



12. Examination lamp



57. Mikroskop



13. Couch examination urology



58. Syringe pump



14. Film viewer



59. Rektoskop



15. Stool fixed height



60. Peralatan fisioterapi ( kerjasama



16. Head lamp



dengan unit rehab medik)



17. Hammer reflex



61. Kateter dialysis peritoneal



18. Diagnostic set



62. Set



19. Suction for thorax



jarum



aspirasi



tulang



20. Tempat tidur periksa



63. Jarum biopsy



21. Lemari obat



64. Kateter vena sentral



22. Stetoskop



65. Peralatan biopsy



23. Tensimeter



66. Monitor jantung



24. Paramedis



67. Alat cardioverter



25. Palu reflex



68. Usg tiroid



26. Sendok lidah



69. Ekokardiografi



27. Senter



70. Set bedah minor



28. Sentimeter



71. Blood transfusion set



29. Pungsi supra public set



72. Emergency trolley



30. Set biopsy ginjal



73. Cvp set



31. Hemodialisis



74. Pipa endotrakeal



32. Jarum aspirasi



75. Emergency set



33. Bronchoscopi



76. Mounthpieces



34. Kit anafilaksis



77. Trocar



35. Peakmeter



78. Kateter nelaton



36. Pulse oximetry



79. Pungsi pisura set



37. Sengstaken Blakemore tube



80. Glucometer



38. Lampu kepala



81. Nebulizer



sumsum



74



39. Esofago gastroduodenoskopi



82. Inhalator



40. Lampu kepala



83. Ekokardiografi



41. Kolonoskopi



84. Ct scan thoraks



42. Ultrasonografi 43. Tmt 44. Laringioskopi 45. Alat suction Sarana dan prasarana dalam Nursalam tahun 2012 : 1) Pentaaan gedung atau lokasi dan denah ruangan lokasi 2) Fasilitas untuk perawat 3) Fasilitas untuk pasien 4) Alat kesehatan yang ada diruangan 2.16.1. Sarana Prasarana Linen Rumah Sakit Menurut UU No. 24 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit a. Letak laundry harus memiliki akses yang mudah ke ruang rawat inap dan ruang sterilisasi. b. Laundry harus memiliki akses yang terpisah untuk linen kotor dan linen bersih. c. Laundry harus memiliki saluran pembuangan limbah cair yang dilengkapi dengan pengolahan awal (pre-treatment) khusus sebelum dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah rumah sakit. No Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Keterangan I. Ruang Kotor 1. Ruangan Penerimaan dan  Luas ruangan tergantung Pemilahan Linen



dari jumlah linen. 



Ruangan terjadinya



harus



dijamin



pertukaran



udara baik alami maupun mekanik



dengan



total



75



pertukaran udara minimal 2.



Ruangan



Penimbangan 



Linen



10 kali per jam. Luas ruangan tergantung RS Kelas D, ruangan



dari jumlah linen. 



Ruangan



harus



dijamin tidak



pertukaran dipersyaratkan



terjadinya



udara baik alami maupun ada. mekanik



dengan



total



pertukaran udara minimal 10 kali per jam.



3.



Ruangan



Pencucian 



Linen Non Infeksius



Luas ruangan tergantung jumlah dan jenis mesin cuci yang dipakai.







Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak atau tidak boleh menggunakan percabangan. Untuk stop kontak khusus alat cuci disediakan tersendiri dan harus kompatibel dengan rencana alat yang akan dipakai.







Ruangan terjadinya



harus



dijamin



pertukaran



udara baik alami maupun mekanik



ini



dengan



total



pertukaran udara minimal 10 kali per jam dan udara



76



harus dibuang ke luar 4.



Ruangan



Pencucian •



Linen Infeksius •







5.



Gudang Chemical



• •



6.



Janitor



• •



gedung. Luas ruangan tergantung jumlah dan jenis mesin cuci yang dipakai. Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak atau tidak boleh menggunakan percabangan. Untuk stop kontak khusus alat cuci disediakan tersendiri dan harus kompatibel dengan rencana alat yang akan dipakai. Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun mekanik dengan total pertukaran udara minimal 10 kali per jam dan udara harus dibuang ke luar gedung. Lantai ruangan tidak berpori. Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun mekanik dengan total pertukaran udara minimal 10 kali per jam.



RS Kelas C dan



D,



ruangan



ini



tidak dipersyaratkan



ada. tidak RS Kelas C



Lantai ruangan berpori. Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun mekanik dengan total pertukaran udara minimal 10 kali per jam.



dan D, fungsi ruangan



ini



dapat bergabung dengan ruangan lain



II. Ruang Bersih 1. Ruangan Administrasi Umum



RS Kelas C



77



dan Pencatatan



dan D, fungsi ruangan



ini



dapat digabung dengan ruangan pendistribusia n linen bersih.



2.



Ruangan



Pengeringan •



Linen •







3.



Ruangan



Perapihan, •



Pelicinan dan Pelipatan Linen







Luas ruangan tergantung jumlah dan jenis mesin pengering yang dipakai. Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak atau tidak boleh menggunakan percabangan. Untuk stop kontak khusus alat pengering disediakan tersendiri dan harus kompatibel dengan rencana alat yang akan dipakai. Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun mekanik dengan total pertukaran udara minimal 10 kali per jam dan udara harus dibuang ke luar gedung. Luas ruangan tergantung jumlah dan jenis mesin yang dipakai. Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak atau tidak boleh menggunakan percabangan. Untuk stop kontak khusus alat setrika



78







disediakan tersendiri dan harus kompatibel dengan rencana alat yang akan dipakai. Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun mekanik dengan total pertukaran udara minimal 10 kali per jam dan udara harus dibuang ke luar gedung.



4.



Ruangan



Perbaikan Umum



5.



Linen Ruangan



6.



Linen Rusak Ruangan Penyimpanan Umum



7.



Linen Bersih Ruangan Pendistribusian Umum



D, Penyimpanan Umum



Linen Bersih III. Ruang Penunjang Lain 1. Ruangan Petugas Umum 2.



Kelas C dan



Laundry Toilet petugas



fungsi



ruangan



ini



dapat digabung.



RS Kelas C dan D, fungsi



Persyaratan toilet umum lihat ruangan poin di atas. dapat



ini



bergabung dengan ruangan lain Keterangan : Kebutuhan ruangan di ruang laundri disesuaikan dengan jenis dan kebutuhan pelayanan serta ketersediaan SDM di Rumah Sakit. Peran pengelolaan manajemen linen di rumah sakit cukup pcnting. Diawali dari perencanaan, salah satu subsistem pengelolaan linen adalah proses pencucian. Alur aktivitas fungsional dimulai dari penerimaan linen kotor, penimbangan, pemilahan, proses pencucian, pemerasan, pengeringan, sortir noda, penyetrikaan,



79



sortir linen rusak, pelipatan, merapikan, mengepak atau mengemas, menyimpan, dan mendistribusikan ke unit-unit yang membutuhkannya, sedangkan linen yang rusak dikirim ke kamar jahit. Untuk melaksanakan aktivitas tersebut dengan lancar dan baik, maka diperlukan alur yang terencana dengan baik. Peran sentral lainnya adalah perencanaan, pengadaan, pengelolaan, pemusnahan, kontrol dan pemeliharaan fasilitas kesehatan, dan lain-lain, sehingga linen dapat tersedia di unit-unit yang membutuhkan. Pengelolaan linen di rumah sakit merupakan tanggung jawab dari penunjang medik. Saat ini struktur pengelolaan linen sangat beragam. Pada umumnya diserahkan pada bagian rumah tangga atau bagian pencucian dan sterilisasi bagian sanitasi, bahkan pencucian linen dapat dikontrakkan pada pihak ketiga (di luar rumah sakit) atau yang kita kenal dengan metode out sourcing. Hal ini berdasarkan pemikiran bahwa: a. Beban kerja berbeda di setiap rumah sakit b. Adanya keterbatasan Iahan di rumah sakit c. Adanya keterbatasan tenaga kesehatan d. Manajemen perlu berkonsentrasi pada core bisnis yaitu jasa layanan kesehatan yang artinya adalah perawatan dan pengobatan. Kewenangan, pengaturan dan struktur organisasi unit pengelolaan linen diserahkan sepenuhnya kepada direktur rumah sakit, disesuaikan dengan kondisi di rumah sakit masing-masing.



80



81



2.17



Sentralisasi Obat



2.17.1 Definisi Sentralisasi Obat Sentralisasi adalah semua obat dari farmasi pusat (Setya Enti Rikomah, 2017). Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat di mana seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam, 2011). Sentralisasi obat dapat meminimalkan risiko-risiko duplikasi obat, menghindari penggunaan obat yang salah. Alur sentralisasi obat dimulai saat obat diresepkan oleh dokter kemudian diserahkan kepada keluarga untuk menyerahkan resep ke depo farmasi tanpa melalui perawat, sehingga tiada ada penjelasan tentang sentralisasi obat dan penandatanganan informed consent. Setelah depo farmasi



menerima



resep



yang



diserahkan



keluarga,



keluarga



menandatangani resep tanda serah terima obat. Setelah itu berdasarkan resep, obat diserahkan depo farmasi ke perawat dengan tanda bukti buku serah terima obat (Nursalam, 2015). 2.17.2 Tujuan Menurut Nursalam (2011) sentralisasi obat bertujuan untuk : a) Meningkatkan mutu pelayanan kepada klien terutama dalam pemberian obat b) Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat secara hukum maupun secara moral. c) Mempermudah pengelolaan obat secara efektif dan efisien. d) Menyeragamkan pengelolaan obat e) Mengamankan obat-obat yang dikelola f) Mengupayakan ketepatan pemberian obat dengan tepat klien, dosis, waktu, cara a. Tujuan pengelolaan obat Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan



menghindarkan



pemborosan,



keperawatan pasien dapat terpenuhi.



sehingga



kebutuhan



asuhan



82



Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa obat perlu di sentralisasi: 1) Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien. 2) Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standar yang lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektivitas dan keamanan yang sama. 3) Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat “hanya untuk mencoba”. 4) Menggunakan dosis yang lebih besar daripada yang diperlukan. 5) Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan yang akan membuang atau lupa untuk minum. 6) Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak yang tersisa sesudah batas kadaluarsa. 7) Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak efektif. 8) Meletakkan obat di tempat yang lembap, terkena cahaya, atau panas 9) Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu waktu sehingga dipakai berlebihhan atau dicuri. b. Teknik pengelolaan obat (sentralisasi) Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat. 1) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk. 2) Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat. 3) Penerimaan obat. a) Obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada perawat dan obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat dengan menerima lembar terima obat. b) Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan sediaan (bila perlu) dalam kartu kontrol, serta diketahui (ditandatangani) oleh keluarga atau pasien dalam buku masuk



83



obat. Keluarga atau pasien selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan atau bilaman obat tersebut akan habis, serta penjelasan tentang 5T (jenis, dosis, waktu, pasien, dan cara pemberian). c) Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang harus diminum beserta kartu sediaan obat. d) Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam kotak obat (Nursalam, 2007). 4) Pembagian obat a) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar pemberian obat. b) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian obat; dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi yang diinstruksi dokter dan kartu obat yang ada pada pasien. c) Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, kegunaan obat, jumlah obat, dan efek samping. Usahakan tempat/wadah obat kembali ke perawat setelah obat dikonsumsi. Pantau efek samping pada pasien. d) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala ruang atau petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku masuk obat. e) Obat-obatan yang hampir habis akan diinformasikan kepada keluarga dan kemudian dimintakan resep (jika masih perlu dilanjutkan) kepada dokter penanggung jawab pasien. (Nursalam, 2007). 5) Penambahan obat baru a) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau perubahan alur pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sediaan obat.



84



b) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja) maka dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat (Nursalam, 2007). 6) Obat khusus a) Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping yang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu/sewaktu saja. b) Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu khusus obat, dilaksanakan oleh perawat primer. c) Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga; nama obat, kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian, dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan kepada keluarga setelah pemberian. Usahakan terdapat saksi dari keluarga saat pemberian obat (Nursalam, 2007). Seorang manajer keperawatan kesehatan dapat mendidik staf mengenai obat dengan cara-cara berikut ini. 1) Membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai, jelaskan penggunaan, dan efek samping, kemudian berikan salinan kepada semua staf. 2) Tuliskan dosis yang tepat obat-obatan yang sering digunakan dan gantungkan di dinding. 3) Adakan



pertemuan



staf



untuk



membahas



penyebab



pemborosan obat. 4) Beritahu kepada semua staf mengenai harga bermacammacam obat. 5) Aturlah kuliah atau program diskusi dan bahaslah mengenai satu jenis obat setiap minggu pada waktu pertemuan staf. 6) Taruhlah satu atau lebih eksemplar buku farmakologi sederhana di perpustakaan (Nursalam, 2007).



85



2.17.3 Teknik Pengelolaan Sentralisasi Obat Teknik pengelolaan sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang diberikan kepada pasien baik obat oral maupun obat injeksi diserahkan sepenuhnya kepada perawat. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk. Pengeluaran dan pembagian obat tersebut dilakukan oleh perawat dimana pasien atau keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat tersebut. a. Penerimaan obat Resep obat dari dokter yang diserahkan ke perawat kemudian diberikan kepada keluarga atau pada klien.Kemudian oleh keluarga diberikan pada depo farmasi di Apotik. Obat yang sudah diambil kemudian oleh keluarga diberikan keperawat ruangan untuk disimpan. b. Pembagian obat 1) Obat-obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam format pemberian obat oral/ injeksi dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi yang diinstruksi dokter.Sebelum obat diberikan pada pasien, sebelumnya perawat harus melakukan cross check dengan perawat lain untuk meminimalkan kesalahan dalam pemberian obat. Kemudian perawat menjelaskan macam obat, manfaat, dosis obat, cara pemberian, kontra-indikasi dan jumlah obat pada klien/ keluarga. Usahakan tempat obat kembali ke perawat setelah obat dikonsumsi oleh klien dan observasi adanya efek samping setelah minum obat. Kemudian perawat yang memberikan obat dan melakukan cross check obat membutuhkan tanda-tangan pada kolom paraf. 2) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap shift oleh perawat yang bertugas berdasarkan format pemberian obat. Obat yang hampir habis akan diinformasikan oleh perawat untuk



86



diresepkan kembali oleh dokter penanggung jawab dan diambil oleh keluarga di kamar obat atau apotek. c. Penambahan Obat Baru 1) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau jadwal pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam format pemberian obat oral/ injeksi. 2) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka dokumentasi dilakukan pada format pemberian obat oral / injeksi. d. Obat Khusus 1) Obat disebut khusus apabila sediaan yang memiliki harga yang cukup mahal, memiliki jadwal pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping yang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu atau sewaktu saja. 2) Pemberian obat khusus dilakukan dengan menggunakan format pemberian obat oral/ injeksi khusus untuk obat tersebut dan dilakukan oleh perawat primer. 3) Informasi yang diberikan kepada klien/keluarga meliputi nama obat,



kegunaan



obat,



waktu



pemberian,



efek



samping,



penanggung jawab pemberian dan tempat obat, sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan kepada keluarga setelah pemberian obat. Usahakan terdapat saksi dari keluarga pada saat pemberian obat. e. Pengembalian Obat Bila klien pulang atau pindah ruangan dan obat masih sisa maka obat dikembalikan kepada klien/keluarga dengan ditanda tangani oleh klien/keluarga serta tanggal dan waktu penyerahan.



87



2.17.4 Alur Sentralisasi Obat c. Diagram alur pelaksanaan sentralisasi obat DOKTER PASIEN/KELUARGA



Koordinasi dengan Perawat



DOKTER



FARMASI/APOTEK DOKTER



PASIEN/KELUARGA DOKTER



PP/PERAWAT YANG MENERIMA



 Surat persetujuan sentralisasi obat dari perawat  Lembar serah terima obat  Buku serah terima/masuk obat



DOKTER



PENGATURAN DAN PENGELOLAAN OLEH PERAWAT



PASIEN/KELUARGA DOKTER



Sumber : Nursalam, 2014 d. Menyimpan persediaan obat 1) Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat, serta menulis etiket dan alamat pasien. Penyimpanan stok (persediaan) yang teratur dengan baik merupakan bagian penting dari manajemen obat. Obat yangg diterima dicatat dalam buku besar persediaan atau dalam kartu persediaan (Nursalam, 2014). 2) Sistem kartu persediaan



88



Sebuah kartu persediaan (kartu stok) kadang-kadang digunakan untuk menggantikan buku besar persediaan. Kartu ini berfungsi seperti buku besar persediaan, yakni neraca diseimbangkan dengan menambahkan barang yang diterima dan mengurangi dengan jumlah barang yang dikeluarkan. Dalam buku besar persediaan, masing-masing barang ditempatkan pada halaman yang terpisah, tetapi dalam sistem kartu persediaan, masing-masing barang dituliskan dalam kertu yang terpisah. 3) Lemari obat Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari obat serta lemari pendingin. Periksa persediaan obat, pemisahan antara obat untuk penggunaan oral (untuk diminum), dan obat luar. Perlu disediakan tempat khusus untuk obat-obatan yang mempunyai risiko salah, misalnya 1) LASA (look alike sound alike); 2) elektrolit konsentrasi tinggi, dan 3) obat sejenis narkotika. Manajemen rumah sakit perlu dilengkapi dengan manajemen farmasi yang sistematis karena obat sebagai salah satu bahan yang dapat menyembuhkan penyakit tidak dapat diadakan tanpa sistematika perencanaan tertentu. Obat harus ada dalam persediaan setiap rumah sakit sebagai bahan utama dalam rangka mencapai misi utamanya sebagai penyedia layanan kesehatan (health provider). Manajemen farmasi rumah sakit adalah seluruh upaya dan kegiatan yang dilaksanakan di bidang farmasi sebagai salah satu penunjang untuk tercapainya tujuan serta sasaran didirikannya suatu rumah sakit. Upaya dan kegiatan ini meliputi penetapan standar obat, perencanaan pengadaan obat, penyimpanan, pendistribusian/saran/informasi tentang obat, dan pemantauan efek samping obat. Faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam pelayanan kepada pasien meliputi pelayanan yang cepat, ramah, disertai jaminan tersedianya obat dengan kualitas yang baik (Yoga, 2003). Obat yang baik akan memberi manfaat kepada para pengguna dan juga bermanfaat dalam



89



pengendalian biaya rumah sakit. Persediaan obat, baik dari segi jenis maupun volume, harus selalu mencukupi kebutuhan tanpa ada efek samping seperti kadaluarsa dan rusak. Tujuan sistem manajemen obat adalah penggunaan obat yang tepat untuk pasien yang memerlukan pengobatan. Obat-obatan dikeluarkan dari tempat penyimpanan yang terkunci atau dari lemari penyimpanan oleh orang yang bertugas menangani persediaan obat kepada bagian yang menggunakan obat itu. Obat digunakan secara teratur dan dalam jumlah yang diketahui, sehingga memungkinkan pemantauan (obsevasi) dan pengawasan penggunaan obat. Kegiatan yang dilakukan dalam mengawasi pengeluaran obat akan memungkinkan perawat mengetahui kapan melakukan pemesanan ulang, mencocokkan pemakaian obat dengan pangobatan pasien, segera sadar akan ketidakcocokan dalam pemberian obat, memeriksa perubahan pemakaian obat (Nursalam.2014). e. Petunjuk Teknis Pengisian Format Surat Persetujuan Sentralisasi Obat 1) Nama, umur, jenis kelamin, alamat dapat diisi dengan nama pasien sendiri, anak, istri, suami, orang tua, dan lain-lain. 2) Nama pasien, umur, jenis kelamin, alamat, nomor register diisi sesuai dengan data pasien yang bersangkutan. 3) Ruangan diisi sesuai tempat pasien dirawat. 4) Pengisian tanggal sesuai dengan tanggal pelaksanaan informed consent. 5) Format ditandatangani oleh perawat yang menerangkan dan pasien yang menyetujui dilakukan tindakan sentralisasi obat, disertai para saksi-saksi. f. Petunjuk Teknis Pengisian Format Surat Pemberian Obat Oral dan Obat Suntik 1) Pengisian nama pasien, nomor register, umur, ruangan. 2) Kolom nama obat diisi sesuai dengan obat yang diberikan sesuai dosis dan nama dokter yang merawat.



90



3) Kolom tanggal diisi tanggal penerimaan obat, secara vertikal begitu juga pada kolom terima yaitu jumlah obat yang diterima dan frekuensi obat diberikan. 4) Kolom pemakaian obat diisi sesuai sif, jam berapa obat diberikan beserta paraf perawat. 5) Kolom sisa obat diisi oleh perawat pada setiap sif pagi, siang, dan malam yaitu jumlah obat beserta paraf perawat pada akhir dinas. g. Petunjuk Teknis Pengisian Format Serah Terima Obat 1)



Pengisian nama pasien, umur, nomor register, ruangan.



2)



Kolom tanggal diisi sesuai dengan tanggal serah terima obat. 3) Kolom nama obat dan jumlah diisi sesuai dengan nama obat dan jumlah yang diterima. 4) Kolom



TT/Nama



terang



yang



menyerahkan



disi



oleh



keluarga/pasien atau oleh perawat pada saat pasien pulang. 5) Kolom TT/Nama terang yang diserahkan diisi oleh perawat atau keluarga yang menerima. 6) Kolom keterangan diisi bila ada hal-hal yang berkaitan dengan serah terima obat (Nursalam, 2014).



91



BAB III KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN 3.1. Sejarah Singkat Rumah Sakit 3.1.1. Sejarah Rumah Sakit Daerah Sekarwangi Sukabumi Rumah Sakit Umum Daerah Sekarwangi awalnya merupakan tempat penampungan korban perang perjuangan umat Kristen Belanda yang didirikan pada tahun 1932 oleh Louise Jacobus Rieou dengan hanya mempunyai 6 tempat tidur, dipimpin oleh Dokter Sdhrok. Tahun 19451950, berkembang menjadi jadi RS Pembantu (satelit) RS Syamsudin SH (Bunut) mempunyai kurang lebih 6 tempat tidur. Pada tahun 1966 menjadi Puskesmas Perawatan Cibadak dengan 20 tempat tidur. Pada tahun 1970 menjadi RSU Sekarwangi Kelas D Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Sukabumi dengan 35 tempat tidur. Pada tahun 1994 RSUD Kabupaten Daerah Tingkat II Sukabumi naik menjadi Kelas C berdasarkan Surat Keputusan Departeman Kesehatan RI No.95/Menkes/SK/II/1994 dengan jumlah tempat tidur 150 buah. Selanjutnya pada tanggal 22 April 2002 RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi terakreditasi 5 Pelayanan Dasar, berdasarkan



Keputusan



Dirjen



Yanmed



DepKes



sertifikat



Nomor



YM.00.03.2.2.489. RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi dengan nomor kode RSU 3202014 dengan kelas RSU kelas B, yang beralamat di Jl. Raya Siliwangi No. 49 Cibadak Kecamatan Cibadak Sukabumi Jawa Barat 43351. Ijin penyelenggaraan Kep Dinas PMPTST Provinsi Jawa Barat Nomor 445.1/Kep.26/041030/bpmptsp/2018 dengan jumlah tempat tidur 367 TT, jumlah pegawai 754 orang, luas lahan/tanah 5 Ha, luas bangunan ± 19.983. M2. Sistem manajemen mutu akreditas 5 pelayanan dasar tahun 2003. Lulus akreditasi RS versi 2012, status lulus Paripurna 2016. Jenis pelayanan yang tersedia adalah Instalasi Gawat Darurat dan Pone, Gedung 3 lantai, buka 24 jam, 7 hari dalam seminggu. Lantai I untuk tindakan, lantai II untuk ruang transit, lantai III Aula utama. Instalasi rawat



91



92



jalan, buka 5 hari dalam seminggu ( senin – jumat) kecuali hari libur terdiri dari : poliklinik penyakit dalam, poliklinik syaraf, poliklinik kulit dan kelamin, poliklinik jantung dan pembuluh darah, poliklinik kesehatan jiwa, poliklinik gigi dan mulut, poliklinik anak, poliklinik THT, poliklinik bedah, poliklinik mata, poliklinik obgyn, poliklinik jantung anak, poliklinik paru, poliklinik onkologi, poliklinik urologi, poliklinik eksekutif (8 poli), poliklinik orthopedi, poliklinik bedah syaraf, poliklinik laktasi, klinik fisioterapi, klinik melati, klinik konsultasi gizi, klinik hemodialisa, klinik DOT, klinik MCU. Instalasi penunjang terdiri dari instalasi laboratorium, instalasi farmasi, instalasi gizi, instalasi bedah sentral, instalasi ICU, instalasi farmasi, instalasi rekam medik, instalasi forensik dan ambulance, instalasi CSSC, instalasi ibu dan anak, instalasi loundry, IPSRS, PKRS, radiologi, Fisiotrapi dan Rehabilitasi Medik. Sejak diresmikan Tahun 1966 sampai dengan sekarang, RS Sekarwangi telah berganti pimpinan 5 kali, berikut periode kepepimpinan Rumah Sakit Sekarwangi : 1. Tahun 1984 - 1998             : dr. F.Jojong Halim, MM 2. Tahun 1999 - 2004             : dr. H.Buhono Thahadibrata, MKes 3. Tahun 2004 - 2012  



:dr. Hj. Rini Kusumaningrum, SpKK



4. Tahun 2012 – 2013            : dr. Hendrawan Dwijanto, SpOG 5. Tahun 2013 – 2019 



: dr. Wiwik Marwiah A,MARS



6. Tahun 2019 – sekarang



: dr. H. Albani Nasution, M.H.Kes



3.1.1.1 Visi dan Misi RSUD Sekarwangi Sukabumi 1) Visi Rumah Sakit Sekarwangi “Menjadikan rumah sakit terbaik pilihan, mandiri dan kebanggaan masyarakat” 2) Misi Rumah Sakit Sekarwangi  Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas, aman dan terjangkau



93



 Meningkatkan SDM baik kualitas maupun kuantitas yang profesional  Meningkatkan sarana prasarana rumah sakit  Menjalin kerjasama (kemitraan) dengan pihak-pihak pengguna jasa pelayanan kesehatan 3.1.1.2 Kajian Situaso Bidang Keperawatan RSUD Sekarwangi Sukabumi 1) Visi Ruangan Aisyah Lantai 2 “Menjadikan ruangan rawat inap pilihan utama masyarakat” 2) Misi Ruangan Aisyah Lantai 2  Memberikan pelayanan yang berkualitas dengan pasien safety  Mengembangkan SDM yang berkompeten dalam pelayanan  Meningkatkan dan memelihara sarana prasarana di ruangan  Menjalin kerjasama dan kolaborasi dengan sesama PPA 3.1.1.3 Gambaran Umum Lokasi BLUD RS Sekarwangi secara administratif terletak di Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi. Adapun batas lahan BLUD RS Sekarwangi adalah sebagai berikut: 



Sebelah Utara: Berbatasan dengan Jalan Raya Cibadak Sukabumi







Sebelah Selatan: Berbatasan dengan pemukiman penduduk







Sebelah Barat: Berbatasan dengan lapangan bola







Sebelah Timur: Berbatasan dengan perumahan / pemukiman penduduk



3.1.1.4 Luas Lahan BLUD RS Sekarwangi terletak di atas tanah seluas 5 Ha yang status tanah milik Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi pada bulan. 3.1.1.5 Luas Bangunan Dari Areal 5 Ha dimanfaatkan sekitar dengan pembangunan gedung dan sarana lain seluas ± 19,983 m2, dengan jumlah bangunan saat ini 29 gedung.



94



3.1.1.6 Status Kelas Sesuai dengan Keputusan Bupati Sukabumi Nomor 900 / Kep. 789-BLUD RS Sekarwangi / 2009 tentang Penerapan Pola Pengelola Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK - BLUD) penuh Pada Rumah Sakit Umum Daerah (BLUD RS) Sekarwangi Kabupaten Sukabumi, Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.95 / Menkes / SK / II / 1994, status BLUD RS Sekarwangi   adalah Kelas B. Pada Tahun 2002 BLUD RS Sekarwangi telah memenuhi Akreditasi 5 Pelayanan Dasar yaitu Pelayanan Keperawatan, Unit Gawat Darurat, Administrasi Manajemen, Rekam Medis dan Pelayanan Medis, sesuai dengan SK Menkes No. YM.00.03.2.2.489 pada tanggal 22 April 2002.(ada yang terbaru 2018) Rumah Sakit Umum Daerah Sekarwangi merupakan Rumah Sakit Kelas B



(Kep. Dinas PMPTST Provinsi Jawa Barat Nomor. .



445.1/Kep.26/041030/BPMPTSP/2018 dengan jumlah tempat tidur 150 buah. Selanjutnya pada tahun 2019 menjadi UPTD Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi ( PERBUB No. 121 TH 2018 tentang UPTD RSUD Sekarwangi ). Hingga kini RSUD Sekarwangi memiliki 367 tempat tidur yang tersebar di berbagai kelas perawatan. Jenis pelayanan yang tersedia adalah pelayanan umum, Gigi dan 4 spesialis dasar, ditambah dengan spesialis Mata, Kulit dan Kelamin, Syaraf, dan THT. Sedang fasilitas penunjang medis yang dimiliki antara lain kamar operasi, laboratorium, radiologi, farmasi (BLUD RS Sekarwangi, 2018). 3.1.1.7 Sumber Daya Manusia BLUD RS Sekarwangi pada tahun 2019 memiliki SDM dari berbagai disiplin ilmu yang ijin penyelenggaraan Kep Dinas PMPTST Provinsi Jawa Barat Nomor 445.1/Kep.26/041030/bpmptsp/2018 dengan jumlah tempat tidur 367 TT, jumlah pegawai 754 orang.



95



3.2



ANALISIS SWOT



3.2.1



MAN



STRUKTUR ORGANISASI TATA KERJA RUANGAN AISYAH LANTAI II DIREKTUR RSUD SEKARWANGI dr. H. Albani Nasution NIP. 19610624200003031001 WADIR PELAYANAN dr. Cecep Sutisna, MPH NIP. 196504062002121003



KEPALA INSTALASI RAWAT INAP Erna herawati,S.kep, Ners NIP. 197512052001022007



KEPALA RUANGAN Siti Rahayu,S.kep, Ners NIP. 197908032007012004



KATIM I Iyud Wahyudi, AMK NIP. 197901012007011018



KATIM II Indra Tirta Saputra,S.kep, Ners



PERAWAT PELAKSANA Adpin Setiawan, Am.Kep Evi Melianti, Am.Kep Neng Dara M, Amd.Kep Farid Satria D.P, Am. Kep Fuzy Lestari, Amd.Kep



PERAWAT PELAKSANA Septi Aprianti, Am.Kep Melia Sartika D, Am.Kep Angelirene, Amd.Kep Ranggana S.D, Am. Kep Nia Desi P, Amd.Kep M. Bagja A.I, S.Kep, Ners



96



STRUKTUR ORGANISASI TATA KERJA RUANGAN AISYAH LANTAI II KEPALA INSTALASI RAWAT INAP Erna herawati,S.kep, Ners NIP. 197512052001022007 KEPALA RUANGAN Siti Rahayu,S.kep, Ners NIP. 197908032007012004



PENANGGUNG JAWAB PENCATATAN DAN PELAPORAN



PENANGGUNG JAWAB INVENTARIS



Melia Sartika D, AM, Kep Neng Dara M Amd, Kep Fuzy Lestari, Amd, Kep



Indra Tirta Saputra, S. Kep, Ners Septi Aprianti, AM, Kep Nia Desi P, Amd, Kep



No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8 9 10.



Nama Siti Rahayu, S.Kep, Ners Iyud Wahyudi, AMK Neng Dara M, Amd.Kep Farid Satria D.P, AM.Kep Fuzy Lestari, Amd. Kep Adpin Setiawan, AM.Kep Evi Melianti, A.Md.Kep Indra Tirta S, S.Kep, Ners Nia Desi P, Amd.Kep Melia Sartika D, AM.Kep



PENANGGUNG JAWAB PENGEMBANGAN KEPERAWATAN DAN DIKLAT Melia Sartika D, AM, Kep Neng Dara M Amd, Kep Fuzy Lestari, Amd, Kep



Pendidikan Ners D3 D3 D3 D3 D3 D3 Ners D3 D3



PENANGGUNG JAWAB K3



PENANGGUNG JAWAB BHP



Ranggana S D, AM, Kep M. Bagja A I S. Kep., Ners Farid Satria D P, AM, Kep



Angelirene A, AM, Kep Evi Melianti, AM, Kep



Jabatan Kepala Ruangan Ketua Tim I Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana Ketua Tim II Pelaksana Pelaksana



Status PNS PNS Non PNS Non PNS Non PNS Non PNS Non PNS Non PNS Non PNS Non PNS



97



11. 12. 13. 14.



Angelirene A, AM.Kep M. Bagja A.I, S.Kep, Ners Septi Aprianti, AM.Kep Ranggana S.D, AM.Kep



D3 Ners D3 D3



Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana



Non Non Non Non



PNS PNS PNS PNS



1. Tenaga perawat diruang Aisyah Lt 2 berjumlah 12 orang pegawai Non PNS dan 2 orang pegawai PNS 2. Yang sudah mengikuti pelatihan Depkes 10 orang diantaranya BTCLS, ENBL, BHD, EKG, hand hygiene, pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi, pelatihan kompetensi dasar keperawatan, PPI dalam konsep pasien safety, pelatihan komunikasi, informasi dan edukasi efektif di RS 3. Semua perawat sudah punya STR dan sudah dilakukan kredensial 4. Belum ada yang mengikuti pelatihan MPKP secara khusus 5. Tenaga perawat hampir semua usia produktif 6. Adanya motivasi untuk melanjutkan kuliah 7. Skill atau kemampuan perawat sudah berkompeten 8. Memiliki Kepala Ruangan, Ketua Tim pada shift pagi, dan perawat pelaksana pada shift pagi, sore dan malam 9. Kepala Ruangan mampu memanagge ruangan 10. Struktur organisasi dan tata kelola sudah ada 11. Kapasitas tempat tidur 30 bed 12. Dokter konsulen terdiri dari 4 orang 13. Kepala Ruangan Aisyah Lt 2 dikepalai oleh S1 Keperawatan Ners 14. Perawat di ruang Aisyah Lt 2 terdiri dari 3 orang lulusan Ners 15. Terdapat 11 orang lulusan D3 Keperawatan 16. Tidak ada perawat lulusan SPK 17. Belum semua perawat mendapatkan pelatihan-pelatihan BHD bagi perawat, pelatihan Infeksi Nosokomial, dll 18. Adanya kebebasan dari rumah sakit untuk pengembangan karir ke jenjang yang lebih tinggi



98



19. Adanya kesempatan bagi perawat untuk meningkatkan kemampuan melalui program pendidikan dan pelatihan berkelanjutan 20. Adanya peluang untuk menjadi PNS 21. Tuntutan pasien dan masyarakat untuk memperoleh perawatan yang profesional 22. Pendidikan dan wawasan masyarakat terhadap kesehatan semakin meningkat 23. Di ruang Aisyah Lt 2 dengan 17 orang pasien(KAPAN?), dimana 7 orang dengan ketergantungan minimal, 4 orang dengan ketergantungan parsial dan 6 orang dengan ketergantungan total. Menurut Douglas dalam Nursalam (2015), maka jumlah perawat yang dibutuhkan shift pagi 4 orang, shift siang 3 orang dan shift malam 2 orang, dengan jumlah secara keseluruhan perawat perhari 10 orang. Shift Pagi Sore Malam Jumlah



Minimal 0,17 x 7 = 1,19 0,14 x 7 = 0,98 0,07 x 7 = 0,49



KURANGNYA



Parsial 0,27 x 4 = 1,08 0,15 x 4 = 0,6 0,10 x 4 = 0,4



BERAPA



Total 0,36 x 6 = 2,16 0,30 x 6 = 1,8 0,20 x 6 = 1,2



Jumlah 4,43 3,38 2,09 9,9 (10)



ORANG?VOKASIONALNYA(D3)



BERAPA ORANG?YANG PROFESIONALNYA (NERS) BERAPA ORANG? 3.2.2



METODE



1. Metode penugasan diruangan adalah metode MPKP yang dibagi dalam tim menjadi 2 tim, tim I beranggotakan 5 orang PP dengan tim II beranggotakan 6 orang PP. Tim I bertanggungjawab memegang kamar 1A yang terdiri dari 4 bed, 2A terdiri dari 6 bed, dan isolasi yang terdiri dari 2 bed. Tim II bertanggungjawab memegang kamar 1B terdiri dari 4 bed, 2B terdiri dari 6 bed, dan 2C terdiri dari 6 bed. 2. Terlaksananya komunikasi yang baik dengan profesi kesehatan lain 3. Pasien masuk ke ruang Aisyah Lt 2 melalui pendaftaran dengan 2 jalur, yaitu Poli Dalam/Poli Jantung dan IGD 4. Penerimaan pasien baru di ruang Aisyah Lt 2 melalui operan antara perawat IGD atau Poli ke perawat di ruang Aisyah Lt 2, lalu observasi



99



tanda-tanda vital dan melakukan pengkajian persistem dan orientasi ruangan kepada pasien dan keluarga pasien. 5. Adanya timbang terima di ruang Aisyah Lt 2, alur timbang terima dilakukan di nurse station. Hal-hal yang diinformasikan saat timbang terima adalah identitas pasien, hasil pemeriksaan dokter, hasil pemeriksaan laboratorium, dan tindakan keperawatan yang telah dan akan dilakukan, kemudian didokumentasikan oleh masing-masing PP 6. Dalam metode MPKP terdapat kesenjangan antara timbang terima diruangan dengan teori 7. Resiko tidak efektifnya asuhan keperawatan 8. Adanya rencana harian perawat 9. Dalam Pemenuhan KDM pasien dari mulai fisiologis sampai dengan spiritual care dilakukan pada setiap shift di tiap kamar pasien belum dilakukan secara optimal 10. Perawat berkomunikasi dengan pasien setiap akan melakukan tindakan keperawatan serta penggantian shift (operan) 11. Pemberian obat sesuai dengan 7B (benar nama, benar obat,benar pasien, benar dosis, benar waktu, benar dokumentasi, benar perawat) 12. Adanya mahasiswa yang sedang praktikan Profesi Ners 13. Adanya kebijakan pengembangan MPKP 14. Adanya kebijakan pengembangan dokumentasi askep menurut SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) 15. Dokumentasi perawat sudah dijalankan dengan pendokumentasian asuhan keperawatan secara tertulis 16. Dokumentasi keperawatan sebagai bukti otentik aspek legal etik asuhan keperawatan 17. Ronde keperawatan sudah dijalankan namun melibatkan 2 ruangan dan jadwal diatur oleh bagian manajemen keperawatan di Rumah Sakit 18. Sentralisasi obat sudah diserahkan sepenuhnya diperawat 19. Terdapatnya Standar Operasional Prosedur (SOP) Keperawatan di ruangan dan kinerja perawat di ruangan sesuai dengan SOP yang ada.



100



20. Terdapatnya Standar Asuhan Keperawatan (SAK) di ruangan dan kinerja perawat di ruangan sesuai dengan SOP yang ada 3.2.3 1.



MATERIAL Diruang Aisyah Lt 2 tersedia ruang nurse station, dapur, ruang spoel hock, ruang pantry, ruang kepala ruangan, ruang ganti perawat, serta kamar mandi



2.



Ruang Aisyah Lt 2 terdapat kelas I ADA 3 kamar, kelas II ADA 3 kamar, isolasi 2 kamar dan infeksi 1 kamar, total bed 30 buah



3.



Disetiap kamar terdapat toilet yang di lengkapi closet duduk



4.



Jenis tempat tidur di ruang Aisyah Lt 2 difasilitasi dengan tempat tidur yang otomatis tetapi tidak semua terdapat oksigen central



5.



Di setiap ruangan di fasilitasi bel yang terhubung langsung ke nurse station



6.



Terdapat satu wastafel di nurse station



7.



Terdapat satu pesawat telepon, papan struktur



8.



Tidak terdapat papan nama daftar pasien



9.



Terdapat ruang tunggu keluarga yang di lengkapi dengan televisi namun tidak terdapat kursi



10. Tidak terdapat kotak saran 11. Timbangan berat badan 1 buah 12. Nebulizer 2 buah 13. Syringe pump 1 buah 14. Blood warmer 1 buah 15. Infus pump 1 buah 16. Pulse oxymeter 1 buah 17. Tensi dewasa 1 buah 18. Stetoscope dewasa 2 buah 19. Termometer 2 buah 20. Trolly stainless 1 buah 21. EKG 1 buah 22. Kursi roda 1 buah



101



23. Suction kecil 1 buah 24. Pispot 1 buah 25. Regulator O2 10 buah 26. Regulator O2 central 5 buah 27. Standar infus dorong 8 buah 28. Ambubag 1 buah 29. Kruk 1 buah 30. Tongue spatel 1 buah 31. Refleks hamer 1 buah 32. Bengkok 1 buah 33. Bak instrumen kecil 1 buah 34. Kom tertutup 1 buah 35. Kom terbuka 1 buah 36. Blankar O2 1 buah 37. Gunting up hecting 1 buah 38. Kursi roda 1 buah 39. Laken 46 buah 40. Selimut 8 buah 41. Bantal 31 buah 42. Sarung bantal 43 buah 43. Tempat tidur 30 buah 44. Terdapat cuci tangan kering pake (alcohol) di setiap ruangan 45. Ada kartu nama penunggu pasien 46. Adanya sistem untuk peminjaman alat dalam bentuk buku serah terima alat sebagai tanda bukti namun jarang diaplikasikan 47. Mempunya 1 korentang 48. Mempunyai bak instrument besar 49. Mempunyai bak instrument sedang 50. Tidak mempunyai eskap 51. Mempunyai troly suntik 52. Tidak mempunyai troly pispot



102



53. Mempunyai tempat sampah untuk infeksius dan non infeksius 54. Mempunyai tempat sentralisasi obat 55. Mendapakan dukungan logistic dari pemerintah Depkes 56. Dengan tersedianya alat yang cukup memfasilitasi perawat untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar operasional prosedur 57. Adanya harapan dari pihak RS untuk menjadikan RS Sekarwangi sebagai RS pendidikan 58. Rumah sakit bersaing dengan rumah sakit lain yang memiliki alat-alat kesehatan yang lebih canggih 59. Terdapat ruang dispensing obat 60. Terdapat ruang untuk dekontaminasi 61. Terdapat kamar yang sedang dalam perbaikan kamar 1C dan 1D ALUR MANAJEMEN LINENNYA? 3.2.4 MONEY 1.



Adanya dana kesejahteraan ruangan dikumpulkan oleh masing-masing perawat sebesar 10.000/bulan



2.



Adanya jaminan kesehatan dibayar sebagian oleh rumah sakit untuk karyawan dan keluarga



3.



Adanya tunjangan makan bagi karyawan tiap bulan



4.



Terdapat tunjangan hari raya dan tunjangan akhir tahun yang nilainya yaitu 100% dari uang gaji pokok : diganti gaji 13 dan 14



5.



Penghasilan pegawai tidak semua disesuaikan dengan UMR



6.



Tidak



terdapat



perbedaan



pendapatan



antara



strata



pendidikan



keperawatan ners dan diploma 7.



Tidak adanya biaya pendidikan bagi karyawan untuk meneruskan jenjang sekolah



8.



Penggajian yang diterima perawat setiap bulan



9.



Resiko resignnya perawat(HILANGKAN)



10. TIDAK ADA REWARD UNTUK PERAWAT YANG BERPRESTASI



103



3.2.5



MARKETING



1.



Adanya kerjasama dengan institusi pendidikan.



2.



Perawat merasa tidak puas dengan pendapatan yang diterima



3.



Adanya leaflet



4.



Tidak ada peluang bagi keluarga pasien untuk memberikan saran



5.



Bed Ocupancy Rate (BOR)



BULAN Oktober November Desember



BOR Kelas 1 57% 54,5% 66,5%



Kelas 2 41% 33% 38,8%



6. Average Length of Stay (AVLOS)



BULAN Oktober November Desember



AVLOS Kelas 1 3 3,3 3,6



Kelas 2 3,5 2,7 2,9



7. Turn Over Interval (TOI)



BULAN Oktober November Desember



TOI Kelas 1 2 2,5 1,8



Kelas 2 4,6 5 4,4



8. Bed Turn Over (BTO)



BULAN Oktober November Desember 9. Net Death Rate (NDR)



BTO Kelas 1 6,3 5,3 5,5



Kelas 2 3,9 3,9 4,3



104



NDR



BULAN



Kelas 1 1,9% 0% 2,2%



Oktober November Desember



Kelas 2 3,8% 0% 1,1%



10. Gross Death Rate (GDR)



BULAN Oktober November Desember



GDR Kelas 1 1,9% 0% 2,2%



Kelas 2 5,1% 0% 2,3%



11. Kepuasan pasien seluruh pasien yang dikaji pada tanggal 01-15 Januari 2020 di ruang Aisyah Lt 2 yaitu 82,225% (baik) mengatakan puas dengan pelayanan yang diberikan 12. 6 sasaran keselamatan pasien sudah diterapkan tetapi belum optimal : tidak berjalannya labeling risiko jatuh 13. Nilai kepuasan perawat di ruangan Aisyah Lt 2 cukup puas yaitu 60% 14. Banyaknya RS pesaing disekitar RS Sekarwangi



VARIA BEL



MAN



STRENGHTS







WEAKNESS



Yang sudah  mengikuti pelatihan Depkes 10 orang diantaranya BTCLS, ENBL, BHD, EKG, hand hygiene, pelatihan



OPPORTUN ITY



TREATHS



 Adanya  Tuntutan Tenaga peluang pasien dan perawat untuk masyarakat diruang menjadi untuk Aisyah Lt PNS(MA memperole 2 SUKKA h berjumlah N KE perawatan 12 orang ANCAM yang pegawai AN) profesional Non PNS  Adanya  Pendidikan dan 2



105



 











 







pencegahan dan pengendalian infeksi, pelatihan kompetensi dasar keperawatan, PPI dalam konsep pasien safety, pelatihan komunikasi, informasi dan edukasi efektif di RS. Tenaga perawat hampir semua usia produktif Semua perawat sudah punya STR dan sudah dilakukan kredensial Memiliki Kepala Ruangan, Ketua Tim pada shift pagi, dan perawat pelaksana pada shift pagi, sore dan malam Kepala Ruangan mampu memanagge ruangan Dokter konsulen terdiri dari 4 orang Kepala Ruangan Aisyah Lt 2 dikepalai oleh S1 Keperawatan Ners Tidak ada perawat lulusan SPK























orang motivasi pegawai untuk PNS melanjutk Perawat di an kuliah ruang  Adanya Aisyah Lt kesempat 2 terdiri an bagi dari 3 perawat orang untuk lulusan meningka Ners dan tkan terdapat kemampu 11 orang an lulusan D3 melalui Keperawat program an pendidika Belum n dan semua pelatihan perawat berkelanj mendapatk utan an  Adanya pelatihankebebasa pelatihan n dari BHD bagi rumah perawat, sakit pelatihan untuk Infeksi pengemba Nosokomi ngan karir al, dll ke Kapasitas jenjang tempat yang tidur 30 lebih bed tinggi Belum ada yang mengikuti pelatihan MPKP secara khusus Di ruang Aisyah Lt 2 dengan 17 orang pasien, dimana 7



dan wawasan masyarakat terhadap kesehatan semakin meningkat



106







orang dengan ketergantu ngan minimal, 4  orang dengan ketergantu ngan parsial dan 6 orang dengan ketergantu ngan total. Menurut Douglas dalam Nursalam (2015), maka jumlah perawat yang dibutuhka n shift pagi 4 orang, shift siang 3 orang dan shift malam 2 orang, dengan jumlah secara keseluruha n perawat perhari 10 orang Methode  Metode  Belum ada perawat penugasan yang diruangan adalah mengikuti metode MPKP pelatihan yang dibagi MPKP dalam tim menjadi 2 tim,  Dalam Skill atau kemampuan perawat sudah berkompeten Terdapatnya struktur organisasi dan tata kelola



 Adanya



mahasisw a yang sedang praktikan Profesi Ners



 Resiko



tidak efektifnya asuhan keperawat an(MAKS UDNYA?)



107



tim I metode beranggotakan 5 MPKP orang PP dengan terdapat tim II kesenjanga beranggotakan 6 n antara orang PP. Tim I timbang bertanggungjawa terima b memegang diruangan kamar 1A yang dengan terdiri dari 4 bed, teori 2A terdiri dari 6  Dalam bed, dan isolasi Pemenuha yang terdiri dari 2 n KDM bed. Tim II pasien dari bertanggungjawa mulai b memegang fisiologis kamar 1B terdiri sampai dari 4 bed, 2B dengan terdiri dari 6 bed, spiritual dan 2C terdiri care dari 6 bed dilakukan pada  Terlaksananya setiap shift komunikasi yang di tiap baik dengan kamar profesi kesehatan pasien lain belum  Penerimaan dilakukan pasien baru di secara ruang Aisyah Lt 2 optimal melalui operan  Ronde antara perawat keperawat IGD/Poli ke an sudah perawat di ruang dijalankan Aisyah Lt 2, lalu namun observasi tandamelibatkan tanda vital dan 2 ruangan melakukan dan jadwal pengkajian diatur oleh persistem dan bagian orientasi ruangan manajeme kepada pasien dan n keluarga pasien keperawat  Adanya timbang an di terima di ruang Rumah Aisyah Lt 2, alur Sakit timbang terima



 Perawat



berkomu nikasi dengan pasien setiap akan melakuka n tindakan keperawa tan serta pengganti an shift (operan)  Adanya kebijakan pengemb angan MPKP  Adanya kebijakan pengemb angan dokument asi askep menurut SDKI (Standar Diagnosis Keperaw atan Indonesia )



108



dilakukan di nurse station. Hal-hal yang diinformasikan saat timbang terima adalah identittas pasien, hasil pemeriksaan dokter, hasil pemeriksaan laboratorium, dan tindakan keperawatan yang telah dan akan dilakukan, kemudian didokumentasikan oleh masingmasing PP  Adanya rencana harian perawat  Pemberian obat sesuai dengan 7B (benar nama, benar obat,benar pasien, benar dosis, benar waktu, benar dokumentasi, benar perawat)  Dokumentasi perawat sudah dijalankan dengan pendokumentasia n asuhan keperawatan secara tertulis  Dokumentasi keperawatan sebagai bukti otentik aspek legal etik asuhan keperawatan  Sentralisasi obat sudah diserahkan sepenuhnya



109



Material



diperawat  Terdapatnya Standar Operasional Prosedur (SOP) Keperawatan di ruangan dan kinerja perawat di ruangan sesuai dengan SOP yang ada.  Terdapatnya Standar Asuhan Keperawatan (SAK) di ruangan dan kinerja perawat di ruangan sesuai dengan SOP yang ada  Pasien masuk ke ruang Aisyah Lt 2 melalui pendaftaran dengan 2 jalur, yaitu Poli Dalam/Poli Jantung dan IGD  Diruang Aisyah  Tidak semua Lt 2 tersedia tempat tidur ruang nurse terdapat station, dapur, oksigen ruang spoel hock, central ruang pantry, ruang kepala  Tidak terdapat ruangan, ruang papan nama ganti perawat, daftar serta kamar pasien mandi  Terdapat  Ruang Aisyah Lt ruang 2 terdapat kelas I tunggu 3 kamar, kelas II keluarga 3 kamar, isolasi 2 yang di kamar dan infeksi lengkapi 1 kamar, total bed dengan 30 buah



 Mendapa



kan dukungan logistic dari pemerinta h Depkes  Adanya harapan dari pihak RS untuk menjadik an RS Sekarwan gi sebagai RS



 Rumah



sakit bersaing dengan rumah sakit lain yang memiliki alat-alat kesehatan yang lebih canggih seperti RSUD Syamsudin SH



110



 Disetiap kamar terdapat toilet yang di lengkapi closet duduk  Jenis tempat tidur di ruang Aisyah Lt 2 difasilitasi dengan tempat tidur yang otomatis  Di setiap ruangan di fasilitasi bel yang bisa terhubung langsung ke nurse station  Terdapat satu pesawat telepon, papan struktur  Alat-alat kesehatan lengkap  Terdapat cuci tangan kering pake (alcohol) di setiap ruangan  Ada kartu nama penunggu pasien  Terdapat satu wastafel di nurse station  Mempunyai tempat sampah untuk infeksius dan non infeksius  Mempunyai tempat sentralisasi obat  Dengan tersedianya alat yang cukup memfasilitasi perawat untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan























televisi namun tidak terdapat kursi Tidak mempunyai eskap Tidak mempunyai troly pispot(MA KSUDNYA ?) Tidak terdapat kotak saran Adanya sistem untuk peminjaman alat dalam bentuk buku serah terima alat sebagai tanda bukti namun jarang diaplikasika n Terdapat kamar yang sedang dalam perbaikan kamar 1C dan 1D



pendidika n



111



Money



Marketi ng



Standar Operasional Prosedur (SOP)  Terdapat ruang dispensing obat  Terdapat ruang untuk dekontaminasi  Penggajian yang  Penghasilan pegawai diterima perawat tidak semua setiap bulan disesuaikan  Adanya dana dengan kesejahteraan UMR ruangan  Tidak dikumpulkan terdapat oleh masingperbedaan masing perawat pendapatan sebesar antara strata 10.000/bulan pendidikan  Adanya keperawata tunjangan makan n ners dan bagi karyawan diploma tiap bulan  Tidak adanya biaya pendidikan bagi karyawan untuk meneruskan jenjang sekolah(MA SUKKAN KE ANCAMA N)   Adanya leaflet  Kepuasan pasien seluruh pasien yang dikaji pada tanggal 01-15 Januari 2020 di ruang Aisyah Lt



6 sasaran keselamata n pasien sudah diterapkan tetapi belum optimal :



 Adanya



Resiko jaminan resignnya kesehatan perawat(HIL dibayar ANGKAN) sebagian oleh rumah sakit untuk karyawan dan keluarga  Terdapat tunjangan hari raya dan tunjangan akhir tahun yang nilainya yaitu 100% dari uang gaji pokok : diganti gaji 13 dan 14



 Adanya



kerjasam a dengan institusi pendidika n



 Tidak ada



peluang bagi keluarga pasien untuk memberik an saran



112



2 yaitu 82,225% (baik) mengatakan puas dengan pelayanan yang diberikan  Tingkat kepuasaan kerja perawat di ruang Aisyah Lt 2 cukup puas yaitu 60% (MASUKKAN KE ANCAMAN)  BOR Desember kelas I 66,5% (MASUKKAN KE KELEMAHAN )  TOI Oktober kelas I 2 hari, November kelas I 2,5 hari, Desember kelas I 1,8 hari



tidak berjalanny a labeling risiko jatuh  BOR Oktober kelas I 57%, Oktober kelas II 41%, November kelas I 54,5%, November kelas II 33%, Desember kelas II 38,8%  AVLOS Oktober kelas I 3 hari, Oktober kelas 2 3,5 hari, November kelas I 3,3 hari, November kelas II 2,7 hari, Desember kelas I 3,6 hari, Desember kelas II 2,9 hari  TOI Oktober kelas II 4,6 hari, November kelas II 5



 Perawat



merasa tidak puas dengan pendapata n yang diterima  Banyakny a RS pesaing disekitar RS Sekarwang i



113



hari. Desember kelas II 4,4 hari  BTO Oktober kelas I 6,3 kali, Oktober kelas II 3,9 kali, November kelas I 5,3 Kali, November kelas II 3,9 kali, Desember kelas I 5,5 kali, Desember kelas II 4,3 kali  NDR Oktober kelas I 1,9, Oktober kelas II 3,8, November kelas I 0, November kelas II 0, Desember kelas I 2,2, Desember kelas II 1,1  GDR Oktober kelas I 1,9, Oktober kelas II 5,1, November kelas I 0,



114



November kelas II 0, Desember kelas I 2,2, Desember kelas II 2,3



No



M1 : MAN UNSUR MANAJEMEN YANG BOBOT



NILA



DIKAJI



RATING KET



I



STRENGTHS 1 Yang sudah mengikuti pelatihan 0,1



3



0,3



2



dan edukasi efektif di RS Tenaga perawat hampir semua usia 0,1



3



0,3



3



produktif Semua perawat sudah punya STR 0,1



2



0,4



4



dan sudah dilakukan kredensial Skill atau kemampuan perawat 0,1



4



0,4



5



sudah berkompeten Memiliki Kepala Ruangan, Ketua 0,1



3



0,3



Depkes



10



orang



diantaranya



BTCLS, ENBL, BHD, EKG, hand hygiene, pelatihan pencegahan dan pengendalian



infeksi,



pelatihan



kompetensi dasar keperawatan, PPI dalam pelatihan



konsep



pasien



komunikasi,



safety, informasi



Tim pada shift pagi, dan perawat pelaksana pada shift pagi, sore dan



ANALISA (S-W) (3,4– 3,3= 0,1)



115



6



malam Kepala



mampu 0,1



4



0,4



7 8



memanagge ruangan Dokter konsulen terdiri dari 4 orang 0,1 Kepala Ruangan Aisyah Lt 2 0,1



3 3



0,3 0,3



4 3



0,4 0,3



32



3,4



4



0,8



4



0,8



3 2



0,6 0,4



3



0,3



4



0,4



20



3,3



Ruangan



dikepalai oleh S1 Keperawatan 9 10



Ners Tidak ada perawat lulusan SPK 0,1 Terdapatnya struktur organisasi dan 0,1



tata kelola TOTAL 1 WEAKNESS 1 Perawat di ruang Aisyah Lt 2 terdiri 0,2 dari 3 orang lulusan Ners dan terdapat 11 2



orang lulusan D3



Keperawatan Belum semua perawat mendapatkan 0,2 pelatihan-pelatihan perawat,



3 4



BHD



pelatihan



bagi Infeksi



Nosokomial, dll Kapasitas tempat tidur 30 bed 0,2 Belum ada yang mengikuti 0,2



pelatihan MPKP secara khusus 5 Tenaga perawat diruang Aisyah Lt 0,1 2 berjumlah 12 orang pegawai Non PNS dan 2 orang pegawai PNS 6 Di ruang Aisyah Lt 2 dengan 17 0,1 orang pasien, dimana 7 orang dengan ketergantungan minimal, 4 orang dengan ketergantungan parsial dan 6 orang dengan ketergantungan total. Menurut Douglas dalam Nursalam (2015), maka jumlah perawat yang dibutuhkan shift pagi 4 orang, shift siang 3 orang dan shift malam 2 orang, dengan jumlah secara keseluruhan perawat perhari 10 orang TOTAL 1



116



OPPORTUNITY 1 Adanya peluang untuk menjadi 0,2



3



0,6



2



PNS Adanya motivasi untuk melanjutkan 0,3



2



0,6



3



kuliah Adanya kesempatan bagi perawat 0,3



2



0,6



2



0,4



9



2,2



2



0,8



3



1,8



5



2,6



untuk meningkatkan kemampuan melalui program pendidikan dan 4



pelatihan berkelanjutan Adanya kebebasan dari rumah sakit 0,2 untuk



pengembangan



karir



ke



jenjang yang lebih tinggi TOTAL 1 THREATS 1 Tuntutan pasien dan masyarakat 0,4 untuk memperoleh perawatan yang 2



profesional Pendidikan



dan



masyarakat



terhadap



semakin meningkat TOTAL



wawasan 0,6 kesehatan 1



ANALISA -0,4)



(O-T)



(2,2-2,6=



117



No



M2 : METHODE UNSUR MANAJEMEN YANG BOBOT



DIKAJI STRENGTHS 1 Metode penugasan diruangan 0,09 adalah metode MPKP yang dibagi dalam tim menjadi 2 tim, tim I beranggotakan 5 orang PP dengan tim II beranggotakan 6 orang PP. Tim I bertanggungjawab memegang kamar 1A yang terdiri dari 4 bed, 2A terdiri dari 6 bed, dan isolasi yang terdiri dari 2 bed. Tim II bertanggungjawab memegang kamar 1B terdiri dari 4 bed, 2B terdiri dari 6 bed, dan 2C terdiri dari 6 bed 2 Terlaksananya komunikasi yang 0,09 3



baik dengan profesi kesehatan lain Penerimaan pasien baru di ruang 0,08



NILA



RATING KET



I 2



0,18 ANALISA (S-W) (2,61 - 2,6 = -0,01)



2



0,18



2



0,16



2



0,16



Aisyah Lt 2 melalui operan antara perawat IGD/Poli ke perawat di ruang Aisyah Lt 2, lalu observasi tanda-tanda vital dan melakukan pengkajian persistem dan orientasi ruangan kepada pasien dan keluarga 4



pasien Adanya timbang terima di ruang 0,08 Aisyah Lt 2, alur timbang terima dilakukan di nurse station. Hal-hal yang diinformasikan saat timbang terima adalah identittas pasien, hasil pemeriksaan



dokter,



hasil



pemeriksaan



laboratorium,



dan



tindakan keperawatan yang telah dan



akan



dilakukan,



kemudian



118



didokumentasikan 5 6



oleh



masing-



masing PP Adanya rencana harian perawat 0,07 Pemberian obat sesuai dengan 7B 0,08 (benar



nama,



benar



2 3



0,14 0,24



3



0,24



3



0,27



0,08



2



0,16



0,09



4



0,36



0,09



4



0,36



0,08



2



0,16



1



31



2,61



0,3



2



0,6



terdapat 0,3



4



1,2



2



0,4



obat,benar



pasien, benar dosis, benar waktu, 7



8



benar dokumentasi, benar perawat) Dokumentasi perawat sudah 0,08 dijalankan



dengan



pendokumentasian



asuhan



keperawatan secara tertulis Dokumentasi keperawatan sebagai 0,09 bukti otentik



aspek legal



etik



asuhan keperawatan Sentralisasi obat sudah diserahkan sepenuhnya diperawat 10 Terdapatnya Standar Operasional Prosedur (SOP) Keperawatan di ruangan, dan kinerja perawat di ruangan sesuai dengan SOP yang ada 11 Terdapatnya Standar Asuhan Keperawatan (SAK) di ruangan, dan kinerja perawat di ruangan sesuai dengan SOP yang ada 12 Pasien masuk ke ruang Aisyah Lt 2 melalui pendaftaran dengan 2 jalur, yaitu Poli Dalam/Poli Jantung dan IGD TOTAL WEAKNESS 1 Belum ada perawat yang mengikuti 9



2



pelatihan MPKP Dalam metode MPKP



kesenjangan antara timbang terima 3



diruangan dengan teori Dalam Pemenuhan KDM pasien 0,2 dari mulai fisiologis sampai dengan spiritual care dilakukan pada setiap



119



shift di tiap kamar pasien belum 4



dilakukan secara optimal Ronde keperawatan



sudah 0,2



4



0,4



12



2,6



2



0,4



2



0,4



dijalankan namun melibatkan 2 ruangan dan jadwal diatur oleh bagian manajemen keperawatan di Rumah Sakit TOTAL 1 OPPORTUNITY 1 Adanya mahasiswa yang sedang 0,2 2



praktikan Profesi Ners Perawat berkomunikasi pasien



setiap



tindakan



akan



dengan 0,2



melakukan



keperawatan



ANALISA (O-T) (2,6 – 3 = -0,4)



serta



3



penggantian shift (operan) Adanya kebijakan pengembangan 0,3



3



0,9



4



MPKP Adanya kebijakan pengembangan 0,3



3



0,9



10



2,6



3



3



3



3



NILA



RATING KET



dokumentasi askep menurut SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) TOTAL 1 THREATS 1 Resiko tidak efektifnya asuhan 1 keperawatan TOTAL



No



1



M3 : MATERIAL UNSUR MANAJEME N YANG BOBOT DIKAJI



STRENGTHS 1 Diruang Aisyah Lt 2 tersedia ruang 0,08 nurse station, dapur, ruang spoel hock, ruang pantry, ruang kepala ruangan, ruang ganti perawat, serta



I 3



0,24 ANALISA (S-W) (3,20 – 3,7 = - 0,5)



120



kamar mandi 2



Ruang Aisyah Lt 2 terdapat kelas I 0,08



3



0,24



3



bed 30 buah Disetiap kamar terdapat toilet yang 0,06



2



0,12



4



di lengkapi closet duduk Jenis tempat tidur di ruang Aisyah 0,06



3



0,18



3



0,18



3 kamar, kelas II 3 kamar, isolasi 2 kamar dan infeksi 1 kamar, total



Lt 2 difasilitasi dengan tempat tidur 5



yang otomatis Di setiap ruangan di fasilitasi bel 0,06 yang bisa terhubung langsung ke



6



nurse station Terdapat satu pesawat telepon, 0,08



3



0,24



7 8



papan struktur Alat-alat kesehatan lengkap 0,09 Terdapat cuci tangan kering pake 0,07



4 3



0,36 0,21



9 10



(alcohol) di setiap ruangan Ada kartu nama penunggu pasien 0,05 Terdapat satu wastafel di nurse 0,06



3 4



0,15 0,24



11



station Mempunyai tempat sampah untuk 0,06



4



0,24



12 13



infeksius dan non infeksius Mempunyai tempat sentralisasi obat 0,06 Dengan tersedianya alat yang cukup 0,08



3 4



0,18 0,32



3 3



0,15 0,15



48



3,20



4



0,8



memfasilitasi



perawat



untuk



memberikan pelayanan yang sesuai dengan 14 15



Standar



Operasional



Prosedur (SOP) Terdapat ruang dispensing obat 0,05 Terdapat ruang untuk 0,06



dekontaminasi TOTAL 1 WEAKNESS 1 Tidak semua tempat tid ur terdapat 0,2



121



2



oksigen central Tidak terdapat papan nama daftar 0,1



4



0,4



3



pasien Terdapat ruang tunggu keluarga 0,1



3



0,3



0,1 0,1 0,1 0,1



4 4 3 3



0,4 0,4 0,3 0,3



jarang diaplikasikan Terdapat kamar yang sedang dalam 0,2



4



0,8



29



3,7



3



1,5ANALISA (O-T) (3,7 – 3 = 0,7)



4



2



1



7



3,5



dengan 1



3



3



3



3



NILA



RATING KET



yang di lengkapi dengan televisi 4 5 6 7



namun tidak terdapat kursi Tidak mempunyai eskap Tidak mempunyai troly pispot Tidak terdapat kotak saran Adanya sistem untuk peminjaman alat dalam bentuk buku serah terima alat sebagai tanda bukti namun



8



perbaikan kamar 1C dan 1D TOTAL 1 OPPORTUNITY 1 Mendapakan dukungan logistic dari 0,5 2



pemerintah Depkes Adanya harapan dari pihak RS 0,5 untuk menjadikan RS Sekarwangi



sebagai RS pendidikan TOTAL THREATS 1 Rumah sakit bersaing



rumah sakit lain yang memiliki alatalat kesehatan yang lebih canggih seperti RSUD Syamsudin SH TOTAL



No



1



M4 : MONEY UNSUR MANAJEMEN YANG BOBOT DIKAJI



I



STRENGTHS 1 Penggajian yang diterima perawat 0,4



4



setiap bulan Adanya dana kesejahteraan ruangan 0,3



1,6 ANALISA (S-W) (4 – 3,4 = 0,4)



4



1,2



2



122



dikumpulkan oleh masing-masing 3



perawat sebesar 10.000/bulan Adanya tunjangan makan bagi 0,3



4



1,2



12



4



3



0,9



3



0,9



4



1,6



10



3,4



4



2



4



2



1



8



4



1 1



3 3



3 3



NILA



RATING KET



karyawan tiap bulan TOTAL 1 WEAKNESS 1 Penghasilan pegawai tidak semua 0,3 2



disesuaikan dengan UMR Tidak terdapat perbedaan 0,3 pendapatan antara strata pendidikan



3



keperawatan ners dan diploma Tidak adanya biaya pendidikan bagi 0,4 karyawan



untuk



meneruskan



jenjang sekolah TOTAL 1 OPPORTUNITY 1 Adanya jaminan kesehatan dibayar 0,5 sebagian oleh rumah sakit untuk 2



karyawan dan keluarga Terdapat tunjangan hari raya dan 0,5 tunjangan akhir tahun yang nilainya



ANALISA (O-P) (4 – 3= 1)



yaitu 100% dari uang gaji pokok : diganti gaji 13 dan 14 TOTAL THREATS 1 Resiko resignnya perawat TOTAL



No



M5 : MARKETING UNSUR MANAJEMEN YANG BOBOT



123



DIKAJI STRENGTHS 1 Adanya leaflet 0,2 2 Kepuasan pasien seluruh pasien 0,3



I 3 4



0,6 1,2



yang dikaji pada tanggal 01-15 ANALISA (S-W) (3,4 – 2,3 = 1,1) Januari 2020 di ruang Aisyah Lt 2 yaitu 82,225% (baik) mengatakan puas dengan pelayanan 3 4 5



yang



diberikan Tingkat kepuasaan kerja perawat di 0,3 ruang Aisyah Lt 2 cukup puas yaitu 60% BOR Desember kelas I 66,5% 0,1 TOI Oktober kelas I 2 hari, 0,1 November



kelas



I



2,5



4



1,2



2 2



0,2 0,2



1



15



3,4



0,3



3



0,9



0,2



2



0,4



0,1



2



0,2



0,1



2



0,2



0,1



2



0,2



0,1



2



0,2



hari,



Desember kelas I 1,8 hari TOTAL WEAKNESS 1 6 sasaran keselamatan pasien sudah diterapkan tetapi belum optimal : tidak berjalannya labeling risiko jatuh 2 BOR Oktober kelas I 57%, Oktober kelas II 41%, November kelas I 54,5%, November kelas II 33%, Desember kelas II 38,8% 3 AVLOS Oktober kelas I 3 hari, Oktober kelas 2 3,5 hari, November kelas I 3,3 hari, November kelas II 2,7 hari, Desember kelas I 3,6 hari, Desember kelas II 2,9 hari 4 TOI Oktober kelas II 4,6 hari, November kelas II 5 hari. Desember kelas II 4,4 hari 5 BTO Oktober kelas I 6,3 kali, Oktober kelas II 3,9 kali, November kelas I 5,3 Kali, November kelas II 3,9 kali, Desember kelas I 5,5 kali, Desember kelas II 4,3 kali 6 NDR Oktober kelas I 1,9, Oktober kelas II 3,8, November kelas I 0,



124



November kelas II 0, Desember kelas I 2,2, Desember kelas II 1,1 7 GDR Oktober kelas I 1,9, Oktober 0,1 kelas II 5,1, November kelas I 0, November kelas II 0, Desember kelas I 2,2, Desember kelas II 2,3 TOTAL 10 OPPORTUNITY 1 Adanya kerjasama dengan institusi 1 pendidikan. TOTAL 1 THREATS 1 Tidak ada peluang bagi keluarga 0,3 2



pasien untuk memberikan saran Perawat merasa tidak puas dengan 0,4



pendapatan yang diterima Banyaknya RS pesaing disekitar RS 0,3 Sekarwangi TOTAL 1 3



3.3



2



0,2



15 4



2,3 ANALISA (O-T) (4 – 2 = 2) 4



4



4



2



0,6



2



0,8



2



0,6



6



2



PRIORITAS MASALAH



Prioritas masalah secara umum di ruangan Aisyah Lantai 2 RSUD Sekarwangi No 1 2 3 4 5



Masalah Man Methode Material Money Marketing



Skoring Analisa SWOT IFAS EFAS 0,1 0,4 0,01 0,4 0,5 0,7 0,4 1 1,1 2



Jumlah 0,5 0,41 1,2 1,4 3,1



Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa masalah paling menonjol dari ruang Aisyah Lt 2 RSUD Sekarwangi adalah pada methode sedangkan menurut prioritas masalah manajemen keperawatan di ruang Aisyah Lt 2 RSUD Sekarwangi adalah methode, man, material, money dan marketing. 1. MATRIX SPACE FAKTOR KUNCI



RATING



125



FAKTOR INTERNAL 1.



+1 sampai +4



Kekuatan keuangan (FS) a. Rumah Sakit Sekarwangi merupakan RSUD



4



b. Tenaga perawat di ruang Aisyah Lt II berjumlah 14



3



orang : pegawai PNS 2 orang dan pegawai non PNS 12 orang c. Yang sudah mengikuti pelatihan Depkes 10 orang



4



diantaranya BTCLS, ENBL, BHD, EKG, hand hygiene, pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi nasokomial, pelatihan kompetensi dasar keperawatan, PPI dalam konsep pasien safety, pelatihan komunikasi, informasi dan edukasi efektif di RS d. Kapasitas tempat tidur 30 bed 2.



4



Kekuatan Industri (IS) a. Tenaga perawat hampir semua usia produktif



4



b. Yang sudah mengikuti pelatihan Depkes 10 orang



3



diantaranya BTCLS, ENBL, BHD, EKG, hand hygiene, pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi nasokomial, pelatihan kompetensi dasar keperawatan, PPI dalam konsep pasien safety, pelatihan komunikasi, informasi dan edukasi efektif di RS FAKTOR EXTERNAL 1.



Stabilitas Lingkungan (ES) a. Adanya mahasiswa ners yang sedang praktek



-3



manajemen keperawatan b. Adanya peluang untuk menjadi PNS 2.



Keuntungan Kompetisi (CA)



-4



126



a. Adanya rumah sakit yang sama-sama berstatus RSUD



-3



b. Adanya metode MPKP



-3



Hasil Rating Matrix Space : FS = (jumlah FS) : jumlah option =15:4= 3,75 ES = (jumlah ES) : jumlah option =(-7) :2= -3,5 IS = (jumlah IS) : jumlah option = 7:2= 3,5 CA = (jumlah CA) : jumlah option = (-6):2= -3 Kemudian yang dipergunakan sebagai X aksis adalah : X = IS + CA = 3,5 + (-3) = 0,5 Y = FS + ES = 3,75 + -3,5 = 0,25



MATRIX SPACE : Banyak Peluang Lingkungan



Kelemahan



Sel.3 Strategi



Sel 1. Strategi



Berbenah diri



agresif



(konservatif)



Kekuatan



127



Intern yang



intern



yang Kritis



penting Sel. 4 Strategi



Sel 2. Strategi



Defensif



diversifikasi (kompetitif) Ancaman Lingkungan Yang besar



Simpulan dari strategi matrik space diatas dalam conservative adalah: 1. Market penetration Adalah strategi untuk meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau jasa dalam pasar yang ada sekarang melalui usaha-usaha pemasaran untuk intensif. Strategi ini dipilih bila : pasar sekarang belum jenuh, penggunaan dari pelanggan meningkat, pangsa pasar dari pesaing menurun sedang penjualan total dari industri meningkat atau kolerasi antar keuntungan dan biaya pemasar tinggi. 2. Market development Adalah strategi mengenal produk atau jasa yang ada ke daerah yang baru. Strategi ini dipilih bila terdapat jaringan distribusi baru yang murah, baik, dan dapat diandalkan, organisasi sangat sukses, pasar belum jenuh, atau organisasi mempunyai kapasitas produk yang berlebih. 3. Product development Adalah strategi yang berusaha meningkatkan penjualan dengan jalan memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang ada. Strategi ini dipilih bila organisasi mempunyai produk sukses yang sudah dalam tahap matang dengan menarik pelanggan yang puas terhadap produk baru, persaingan industri dengan ciri teknologi yang cepat berkembang, pesaing utama menawarkan produk dengan kualitas yang lebih baik dengan harga bersaing, organisasi bersaing dalam industri dengan pertumbuhan tinggi atau mempunyai kemampuan riset dan pengembangan yang kuat.



128



4. Consentrik divertisification Adalah menambah produk atau jasa baru, tetapi berkaitan secara luas. 2. MATRIX SPACE FAKTOR KUNCI FAKTOR INTERNAL



RATING



1. Kekuatan keuangan (FS) a Pemenuhan KDM pasien terpenuhi



4



b Kepuasaan pasian meningkat



4



2. Kekuatan Industri (IS) a Ruang Aisyah Lt II sudah menerapkan MPKP tim



3



FAKTOR EXTERNAL 1. Stabilitas Lingkungan (ES) a. Adanya penunggu pasien lebih dari 2



-3



2. Keuntungan Kompetisi (CA) a. Rumah sakit bersaing dengan rumah sakit lain



-3



yang memiliki yang sudah menerapkan MPKP b. Adanya rumah sakit lain yang memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik Hasil Rating Matrix Space : FS = (jumlah FS) : jumlah option =8 : 2 = 4 ES = (jumlah ES) : jumlah option = -3 :1 = -3 IS = (jumlah IS) : jumlah option = 3 : 1 = 3 CA = (jumlah CA) : jumlah option = (-4) : 2= -2 Kemudian yang dipergunakan sebagai X aksis adalah : X = IS + CA = 3+ (-2) = 1 Y = FS + ES = 4+(-3) = 7 MATRIX SPACE : Banyak Peluang Lingkungan



-1



129



Sel.3 Strategi



Sel 1. Strategi



Berbenah diri



agresif



(konservatif) Kelemahan



Kekuatan



Intern yang



intern yang



Kritis



penting Sel. 4 Strategi



Sel 2. Strategi



Defensif



diversifikasi (kompetitif)



Ancaman Lingkungan Yang besar



Simpulan dari strategi matrik space diatas dalam aggressive adalah:



1. Market penetration Adalah strategi untuk meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau jasa dalam pasar yang ada sekarang melalui usaha-usaha pemasaran untuk intensif. Strategi ini dipilih bila : pasar sekarang belum jenuh, penggunaan dari pelanggan meningkat, pangsa pasar dari pesaing menurun sedang penjualan total dari industri meningkat atau kolerasi antar keuntungan dan biaya pemasar tinggi. 2. Market development Adalah strategi mengenal produk atau jasa yang ada ke daerah yang baru. Strategi ini dipilih bila terdapat jaringan distribusi baru yang murah, baik, dan



130



dapat diandalkan, organisasi sangat sukses, pasar belum jenuh, atau organisasi mempunyai kapasitas produk yang berlebih. 3. Product development Adalah strategi yang berusaha meningkatkan penjualan dengan jalan memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang ada. Strategi ini dipilih bila organisasi mempunyai produk sukses yang sudah dalam tahap matang dengan menarik pelanggan yang puas terhadap produk baru, persaingan industri dengan ciri teknologi yang cepat berkembang, pesaing utama menawarkan produk dengan kualitas yang lebih baik dengan harga bersaing, organisasi bersaing dalam industri dengan pertumbuhan tinggi atau mempunyai kemampuan riset dan pengembangan yang kuat. 4. Bacward Integration Adalah strategi untuk mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan kontrol terhadap perusahaan pemasok. Strategi ini dipilih bila pemasok yang sekarang mahal dan tidak dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhanya, jumlah pemasok sedikiy dan jumlah pesaing banyak, organisasi bersaing didalam industri yang sedang berkembang, atau pemasok sekarang mempunyai profit margin yang tinggi. 5. Forward Integration Adalah strategi untuk mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan kontrol terhadap distributor atau pengencer. Strategi ini dipilih bila tidak ada distributor yang baik untuk bersaing, organisasi bersaing didalam industri yang sedang berkembang, atau distributor dan pengencer sekarang mempunyai profit yang tinggi. 6. Horizontal integration Adalah strategi untuk mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan kontrol terhadap pesaing. Strategi ini dipilih bila organisasi ini mendapat monopoli, bersaing didalam industri yang sedang berkembang, atau pesaing kurang menguasai pengelolaan pemasok. 7. Conglomerate Divers Strategy



131



Menambah produk atau jasa baru. Beberapa perusahaan melakukan diversifikasi



konglomerat sebagian didasarkan pada harapan laba dari



memecah-mecah perusahaan yang dibeli dan menjual divisi sebagian demi sebagian. 8. Consentrik divertisification Adalah menambah produk atau jasa baru, tetapi berkaitan secara luas 9. Horizontal diversification Menambah produk atau jasa baru tetapi tidak berkaitan untuk pelanggan yang sudah ada. Resiko strategi ini tidak sebesar diversifikasi konglomerat karena perusahaan pasti sudah mengenal pelanggan yang sudah ada.



3. MATRIX SPACE FAKTOR KUNCI FAKTOR INTERNAL



RATING



1. Kekuatan keuangan (FS) a. Sumber dana untuk alat-alat ruangan berasal dari



3



rumah sakit dimana dana rumah sakit berasal dari pemerintah dan income rumah sakit b. Adanya kerja sama dari perusahaan lain



2



132



2. Kekuatan Industri (IS) a. Diruang Aisyah Lt 2 tersedia ruang nurse station,



4



assesment, dapur dan spoel hock, ruang persiapan gizi, ruang kepala ruangan, ruang ganti perawat, kamar mandi khusus perawat. 62. Ruang Aisyah Lt 2 terdapat kelas I 3 kamar, kelas II



4



3 kamar, isolasi 2 kamar dan infeksi 1 kamar, total bed 30 buah



FAKTOR EXTERNAL 1. Stabilitas Lingkungan (ES)



-1



a. Mendapakan dukungan logistic dari pemerintah Depkes 2. Keuntungan Kompetisi (CA)



-3



a. Rumah sakit bersaing dengan rumah sakit lain yang memiliki alat-alat kesehatan yang lebih canggih (RSUD Syamsudin SH) b. Adanya rumah sakit yang sama-sama berstatus RSUD



Hasil Rating Matrix Space : FS = (jumlah FS) : jumlah option =5 : 2= 2,5 ES = (jumlah ES) : jumlah option = (-1) : 1= -1 IS = (jumlah IS) : jumlah option = 8 : 2= 4 CA = (jumlah CA) : jumlah option = (-5):2= -2,5 Kemudian yang dipergunakan sebagai X aksis adalah : X = IS + CA = 4 + (-2,5) = 1,5 Y = FS + ES = 2,5 + (-1) = 1,5



-2



133



MATRIX SPACE : Banyak Peluang Lingkungan



Sel.3 Strategi



Sel 1. Strategi



Berbenah diri



agresif



(konservatif) kelemahan



kekuatan Intern



yang



intern yang



Kritis



penting Sel. 4 Strategi



Sel 2. Strategi



Defensif



diversifikasi (kompetitif)



Ancaman Lingkungan Yang besar



Simpulan dari strategi matrik space diatas dalam Aggressive adalah: 1. Market penetration Adalah strategi untuk meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau jasa dalam pasar yang ada sekarang melalui usaha-usaha pemasaran untuk intensif. Strategi ini dipilih bila : pasar sekarang belum jenuh, penggunaan dari pelanggan meningkat, pangsa pasar dari pesaing menurun sedang penjualan total dari industri meningkat atau kolerasi antar keuntungan dan biaya pemasar tinggi.



134



2. Market development Adalah strategi mengenal produk atau jasa yang ada ke daerah yang baru. Strategi ini dipilih bila terdapat jaringan distribusi baru yang murah, baik, dan dapat diandalkan, organisasi sangat sukses, pasar belum jenuh, atau organisasi mempunyai kapasitas produk yang berlebih. 3. Product development Adalah strategi yang berusaha meningkatkan penjualan dengan jalan memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang ada. Strategi ini dipilih bila organisasi mempunyai produk sukses yang sudah dalam tahap matang dengan menarik pelanggan yang puas terhadap produk baru, persaingan industri dengan ciri teknologi yang cepat berkembang, pesaing utama menawarkan produk dengan kualitas yang lebih baik dengan harga bersaing, organisasi bersaing dalam industri dengan pertumbuhan tinggi atau mempunyai kemampuan riset dan pengembangan yang kuat. 4. Bacward Integration Adalah strategi untuk mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan kontrol terhadap perusahaan pemasok. Strategi ini dipilih bila pemasok yang sekarang mahal dan tidak dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhanya, jumlah pemasok sedikiy dan jumlah pesaing banyak, organisasi bersaing didalam industri yang sedang berkembang, atau pemasok sekarang mempunyai profit margin yang tinggi. 5. Forward Integration Adalah strategi untuk mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan kontrol terhadap distributor atau pengencer. Strategi ini dipilih bila tidak ada distributor yang baik untuk bersaing, organisasi bersaing didalam industri yang sedang berkembang, atau distributor dan pengencer sekarang mempunyai profit yang tinggi. 6. Horizontal integration Adalah strategi untuk mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan kontrol terhadap pesaing. Strategi ini dipilih bila organisasi ini mendapat monopoli,



135



bersaing didalam industri yang sedang berkembang, atau pesaing kurang menguasai pengelolaan pemasok. 7. Conglomerate Divers Strategy Menambah produk atau jasa baru. Beberapa perusahaan melakukan diversifikasi



konglomerat sebagian didasarkan pada harapan laba dari



memecah-mecah perusahaan yang dibeli dan menjual divisi sebagian demi sebagian. 8. Consentrik divertisification Adalah menambah produk atau jasa baru, tetapi berkaitan secara luas. 9. Horizontal diversification Menambah produk atau jasa baru tetapi tidak berkaitan untuk pelanggan yang sudah ada. Resiko strategi ini tidak sebesar diversifikasi konglomerat karena perusahaan pasti sudah mengenal pelanggan yang sudah ada.



4. MATRIX SPACE FAKTOR KUNCI FAKTOR INTERNAL



RATING



1. Kekuatan keuangan (FS) a. Pendanaan untuk ruangan yang turun setiap bulannya



3



dalam bentuk alat yang dibutuhkan oleh ruangan b. Sumber dana tetap dan tidak tetap berasal dari rumah



2



sakit c. Pendanaan bagi kebutuhan pasien, dari pihak rumah



2



sakit d. Adanya insentif bagi karyawan



4



e. Adanya tunjangan akhir tahun



4



f. Adanya jaminan kesehatan bagi semua karyawan



4



g. Adanya uang tunjangan keluarga bagi karyawan yang



3



sudah bekeluarga h. Adanya tunjangan makan bagi karyawan



1



i. Adanya tunjangan hari raya yang nilainya yaitu 100%



4



136



dari uang gaji pokok : diganti gaji 13 dan 14 j. Penggajian yang diterima perawat setiap bulan



1



k. Adanya jaminan pelayanan kesehatan dari RS



3



l. Adanya jaminan hari tua untuk pegawai tetap



3



2. Kekuatan Industri (IS) a. Adanya monitoring alat kesehatan dari ka.ru meskipun



3



tidak setiap 1 bulan sekali b. Dana bagi bahan habis pakai diturunkan setiap bulan



2



FAKTOR EXTERNAL 1. Stabilitas Lingkungan (ES) a. Sumber dana untuk kesejahteraan ruangan berasal



-1



dari kerjasama dengan pihak lain b. Sumber dana tetap untuk ruangan berasal dari rumah



-1



sakit dimana rumah sakit mendapatkan dana tersebut dari pemerintah, provinsi dan income rumah sakit yang dikelola sendiri 2. Keuntungan Kompetisi (CA) a. Adanya rumah sakit yang sama-sama berstatus



-3



RSUD b. Adanya rumah sakit Syasudin SH dengan tarif yang dapat bersaing Hasil Rating Matrix Space : FS = (jumlah FS) : jumlah option = 34 :



12 = 2,83



ES = (jumlah ES) : jumlah option



2 = -1



IS



= (jumlah IS)



= (-2) :



: jumlah option = 5



CA = (jumlah CA): jumlah option



:



= (-6) :



2 = 2,5 2 = -3



Kemudian yang dipergunakan sebagai X aksis adalah : X = IS



+ CA = 2,5



Y = FS + ES = 2,83



+ (-3)



= - 0,5



+ (-1)



= 1,8



-3



137



MATRIX SPACE Banyak Peluang Lingkungan



Sel.3 Strategi



Sel 1. Strategi



Berbenah diri



agresif



(konservatif) Kelemahan



Kekuatan



intern yang



intern yang



kritis



penting Sel. 4 Strategi



Sel 2. Strategi



Defensif



diversifikasi (kompetitif)



Ancaman Lingkungan Yang besar



Simpulan dari strategi matrik space diatas dalam conservative adalah: 1. Market penetration Adalah strategi untuk meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau jasa dalam pasar yang ada sekarang melalui usaha-usaha pemasaran untuk intensif. Strategi ini dipilih bila : pasar sekarang belum jenuh, penggunaan dari pelanggan meningkat, pangsa pasar dari pesaing menurun sedang penjualan total dari industri meningkat atau kolerasi antar keuntungan dan biaya pemasar tinggi. 2. Market development Adalah strategi mengenal produk atau jasa yang ada ke daerah yang baru. Strategi ini dipilih bila terdapat jaringan distribusi baru yang murah, baik, dan



138



dapat diandalkan, organisasi sangat sukses, pasar belum jenuh, atau organisasi mempunyai kapasitas produk yang berlebih. 3. Product development Adalah strategi yang berusaha meningkatkan penjualan dengan jalan memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang ada. Strategi ini dipilih bila organisasi mempunyai produk sukses yang sudah dalam tahap matang dengan menarik pelanggan yang puas terhadap produk baru, persaingan industri dengan ciri teknologi yang cepat berkembang, pesaing utama menawarkan produk dengan kualitas yang lebih baik dengan harga bersaing, organisasi bersaing dalam industri dengan pertumbuhan tinggi atau mempunyai kemampuan riset dan pengembangan yang kuat. 4. Consentrik divertisification Adalah menambah produk atau jasa baru, tetapi berkaitan secara luas. 5. MATRIX SPACE FAKTOR KUNCI



RATING



139



FAKTOR INTERNAL 1. Kekuatan Keuangan (FS) a. Sumber dana rumah sakit berasal dari pemerintah dan



4



income rumah sakit b. Adanya kerja sama dari perusahaan lain



3



c. Adanya kejelasan tarif ruangan



3



2. Kekuatan Industri (IS) a. Adanya visi dan misi rumah sakit



4



b. Adanya instansi pendidikan keperawatan yang



3



melakukan praktek lapang perawat professional c. Adanya bimbingan spiritual care setiap pagi



4



d. Asuhan keperawatan yang meningkatkan kepuasan



3



klien dan kepuasan perawat e. Adanya leaflet



2



f. Kepuasan perawat pada kategorik cukup puas



4



g. BOR Kelas 1 & Iso : 59 %



4



FAKTOR EXTERNAL 1.



Stabilitas Lingkungan (ES) a. Letak rumah sakit yang strategis



-1



b. Rumah sakit Sekarwangi dijadikan sebagai rumah



-2



sakit rujukan bagi kabupaten sukabumi 2. Keuntungan Kompetisi (CA) a. Adanya rumah sakit yang sama-sama berstatus RSUD



-3



b. Adanya rumah sakit Syamsudin SH dengan tarif yang



-3



dapat bersainG Hasil Rating Matrix Space : FS = (jumlah FS)



:



jumlah option



=



10



:3



= 3,33



ES = (jumlah ES)



:



jumlah option



=



(-3)



:2



= - 1,5



IS



:



jumlah option



=



24



:7



= 3,42



:



jumlah option



=



(-6)



:2



= -3



= (jumlah IS)



CA = (jumlah CA)



Kemudian yang dipergunakan sebagai X aksis adalah :



140



X = IS



+



CA



= 3,42 + (-3)



= 0,42



Y = FS +



ES



= 3,33 + 1,5



= 4,83



MATRIX SPACE : Banyak Peluang Lingkungan



Sel.3 Strategi



Sel 1. Strategi



Berbenah diri



agresif



(konservatif) Kelemahan intern yang kritis



Kekuatan intern yang penting



Sel. 4 Strategi



Sel 2. Strategi



Defensif



diversifikasi (kompetitif)



Ancaman Lingkungan Yang besar



141



Simpulan dari strategi matrik space diatas dalam aggressive adalah: 1. Market penetration Adalah strategi untuk meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau jasa dalam pasar yang ada sekarang melalui usaha-usaha pemasaran untuk intensif. Strategi ini dipilih bila: pasar sekarang belum jenuh, penggunaan dari pelanggan meningkat, pangsa pasar dari pesaing menurun sedang penjualan total dari industri meningkat atau kolerasi antar keuntungan dan biaya pemasar tinggi. 2. Market development Adalah strategi mengenal produk atau jasa yang ada ke daerah yang baru. Strategi ini dipilih bila terdapat jaringan distribusi baru yang murah, baik, dan dapat diandalkan, organisasi sangat sukses, pasar belum jenuh, atau organisasi mempunyai kapasitas produk yang berlebih. 3. Product development Adalah strategi yang berusaha meningkatkan penjualan dengan jalan memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang ada. Strategi ini dipilih bila organisasi mempunyai produk sukses yang sudah dalam tahap matang dengan menarik pelanggan yang puas terhadap produk baru, persaingan industri dengan ciri teknologi yang cepat berkembang, pesaing utama menawarkan produk dengan kualitas yang lebih baik dengan harga bersaing, organisasi bersaing dalam industri dengan pertumbuhan tinggi atau mempunyai kemampuan riset dan pengembangan yang kuat. 4. Bacward Integration Adalah strategi untuk mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan kontrol terhadap perusahaan pemasok. Strategi ini dipilih bila pemasok yang sekarang mahal dan tidak dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhanya, jumlah pemasok sedikiy dan jumlah pesaing banyak, organisasi bersaing didalam industri yang sedang berkembang, atau pemasok sekarang mempunyai profit margin yang tinggi.



142



5. Forward Integration Adalah strategi untuk mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan kontrol terhadap distributor atau pengencer. Strategi ini dipilih bila tidak ada distributor yang baik untuk bersaing, organisasi bersaing didalam industri yang sedang berkembang, atau distributor dan pengencer sekarang mempunyai profit yang tinggi. 6. Horizontal integration Adalah strategi untuk mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan kontrol terhadap pesaing. Strategi ini dipilih bila organisasi ini mendapat monopoli, bersaing didalam industri yang sedang berkembang, atau pesaing kurang menguasai pengelolaan pemasok. 7. Conglomerate Divers Strategy Menambah produk atau jasa baru. Beberapa perusahaan melakukan diversifikasi



konglomerat sebagian didasarkan pada harapan laba dari



memecah-mecah perusahaan yang dibeli dan menjual divisi sebagian demi sebagian. 8. Consentrik divertisification Adalah menambah produk atau jasa baru, tetapi berkaitan secara luas. 9. Horizontal diversification Menambah produk atau jasa baru tetapi tidak berkaitan untuk pelanggan yang sudah ada. Resiko strategi ini tidak sebesar diversifikasi konglomerat karena perusahaan pasti sudah mengenal pelanggan yang sudah ada. MASALAHNYA APA SAJA?(SEPERTI DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS)



141



3.4 NO 1.



MASALAH



TUJUAN



MAN



Tenaga



Kekurangan



jumlah



PLANNING OF ACTION (POA) KEGIATAN



perawat



dapat Mengajukan



TANGGA L Jumat,



tenaga memenuhi kebutuhan jumlah proposal mengenai Januari



kerja perawat



pasien



perekrutan



2020



SASARAN



PENANGGUNG JAWAB



24 Ka.Ru, Ka Tim Kelompok 1 dan



perawat



pelaksana



karyawan 2.



METODE Kesenjangan



Sebagai teori



akurat,



singkat,



sistematis



yang



dengan



Tidak



terdapatnya



selisih pendapatan



dalam



pendapatan



antara meningkat



4.



yang



berlatar



belakang S1 Ners dan D3 MARKETING



dan MENGENAI



Jumat,



24 Ka.Ru, Ka Tim Kelompok 1



Januari



dan



perawat



2020



pelaksana



berkaitan TIMBANG



pendokumentasian TERIMA



keperawatan Agar tingkat



MONEY



perawat



dalam Mensosialisasikan



timbang mendapatkan informasi yang MPKP



terima



3.



acuan



kepuasaan Mengajukan



Jumat,



perawat proposal mengenai Januari



24 Direktur RSUD Kelompok 1 Sekarwangi



pendapatan sesuai 2020 aturan pemerintah



Agar dapat meminimalisir Meningkatkan



Jumat,



24 Ka.Ru



Kelompok 1



142



-



Tidak berjalannya labeling



kejadian pasien jatuh



kepatuhan perawat Januari



resiko jatuh



dalam pelaksanaan 2020



Tidak berjalannya labeling



labeling



evakuasi bencana



jatuh dan labeling



resiko



evakuasi bencana(INI TUJUAN) (KEGIATANNYA 5.



MATERIAL



APA?) Dapat dimanfaatkan sebagai Mengusulkan



Tidak tersedianya kotak saran



masukan bagi ruangan yang untuk



24 Ka.Ru



pembuatan Januari



diisi oleh semua pihak guna kotak meningkatkan



Jumat, saran 2020



mutu diruangan



pelayanan diruang Aisyah Lt 2 IMPLEMENTASINYA MANA?(LIHAT YANG KELOMPOK NAS LANTAI 1 GELOMBANG 1



Kelompok 1



BAB IV PEMBAHASAN & KAJIAN EVALUASI EVALUASI DULU TERUS PEMBAHASAN (JANGAN DISATUKAN) 4.1 Masalah



MAN Tujuan



Operasional



Kendala



Indikator



Memahami



Keberhasilan Sudah



an tenaga



dan



diajukannya



keperawatan



mengetahui



proposal



Mengaplikasikan



perhitungan



mengenai



kebutuhan



jumlah ketenaga



jumlah



jumlah



jumlah



kerjaan menurut



ketenagaan



ketenagaan



pasien



rumus Douglas



Kekurangan



Tenaga



jumlah



perawat



-



tenaga kerja dapat perawat



Evaluasi



memenuhi



-



Merekomendasik



-



Menurut Gillies perbandingan kebutuhan perawat profesional dan vokasional adalah 55% : 45% maka dengan perawat berjumlah 14 orang dibutuhkan 8 orang dengan profesi Ners dan 7 diantaranya D3. Di ruang Aisyah Lt 2 dengan 17 orang pasien, dimana 7 orang dengan ketergantungan minimal, 4 orang dengan ketergantungan parsial dan 6 orang dengan ketergantungan total. Menurut Douglas dalam Nursalam (2015), maka jumlah perawat yang dibutuhkan shift pagi 4 orang, shift siang 3 orang dan shift malam 2 orang, dengan jumlah secara keseluruhan perawat perhari 10 orang. Sedangkan pada praktiknya perawat yang bertugas di ruang Aisyah lantai 2 dibagi menjadi 3 shift dengan jumlah perawat shift pagi 5 orang termasuk 2 kepala tim dan 1 kepala ruangan, shift siang 2 orang perawat pelaksana dan shift malam 2 orang perawat pelaksana. Setelah dilakukan implementasi selama satu minggu perawat diruang Aisyah lantai 2 memahami dan mengetahui perhitungan jumlah ketenagaan.



4.2 METODE



143



144



Masalah Kesenjangan teori



Tujuan



Evaluasi



Sebagai acuan Penyampaian -



timbang dalam



terima



Operasional



Kendala



Indikator Keberhasilan - Sudah



Memahami



materi



dan



dilaksanaka



mengenai



mengetahui



nya



informasi yang timbang



timbang



penyampai



akurat, singkat, terima



terima



an materi



dan



sesuai teori



timbang



Mengetahui



terima



mendapatkan



sistematis



yang berkaitan



-



dengan



secara



-



Melakukan



pendokumentas



mendalam



timbang



ian



tentang



terima



keperawatan



keadaan



sesuai teori



pasien Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum, dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan (Nursalam,2014). Adanya timbang terima di ruang Aisyah Lt 2, alur timbang terima dilakukan di nurse station. Hal-hal yang diinformasikan saat timbang terima adalah



identittas



pasien,



hasil



pemeriksaan



dokter,



hasil



pemeriksaan



laboratorium, dan tindakan keperawatan yang telah dan akan dilakukan, kemudian didokumentasikan oleh masing-masing PP. Dalam metode MPKP terdapat kesenjangan antara timbang terima diruangan dengan teori. Setelah dilakukan implementasi selama satu minggu perawat diruang Aisyah lantai 2 Memahami dan mengetahui timbang terima sesuai teori serta mengetahui secara mendalam tentang keadaan pasien.



145



4.3 MONEY Masalah



Tujuan



Operasional



Tidak



Agar



Merekomendasika



terdapatny



tingkat



n



a



selisih kepuasaan



kenaikan



Evaluasi



Kendala



Belum ada Karena



gaji kenaikan



Indikator



Keberhasilan di Sudah diajukannya



rumah sakit proposan kenaikan



sesuai dengan latar gaji sesuai Sekarwangi



gaji sesuai dengan



dalam



pendapatan belakang



dengan



memberikan latar pendidikan



pendapatan



perawat



latar



gaji



antara



meningkat



belakang



dengan



perawat



pendidika



lamanya



yang



n



masa kerja



sesuai



berlatar belakang S1



Ners



dan D3 Menurut Surat Keputusan (SK) Gubernur Jawa Barat 561/Kep983Yanbangsos/2019 tentang upah minimum kabupaten Sukabumi adalah Rp. 3.028.51,Sedangkan pada praktiknya di ruang Aisyah lantai 2 : 1. Adanya dana kesejahteraan ruangan dikumpulkan oleh masing-masing perawat sebesar 10.000/bulan 2. Adanya jaminan kesehatan dibayar sebagian oleh rumah sakit untuk karyawan dan keluarga 3. Adanya tunjangan makan bagi karyawan tiap bulan 4. Terdapat tunjangan hari raya dan tunjangan akhir tahun yang nilainya yaitu 100% dari uang gaji pokok : diganti gaji 13 dan 14 5. Penghasilan pegawai tidak semua disesuaikan dengan UMR 6. Tidak terdapat perbedaan pendapatan antara strata pendidikan keperawatan ners dan diploma



146



7. Tidak adanya biaya pendidikan bagi karyawan untuk meneruskan jenjang sekolah 8. Penggajian yang diterima perawat setiap bulan Setelah dilakukan implementasi selama satu minggu perawat diruang Aisyah lantai 2 Belum ada kenaikan gaji sesuai dengan latar belakang pendidikan Karena di Rumah Sakit Sekarwangi memberikan gaji sesuai dengan lamanya masa kerja. 4.4



MARKETING



Masalah - Tidak



Tujuan



Operasional



Evaluasi



Kendala



Keberhasilan - Sudah dilakukannya



Agar dapat Penyampaian Perawat



berjalannya



meminimali



labeling



sir kejadian mengenai



menjalankan



labeling resiko jatuh



resiko jatuh



pasien jatuh



labeling



dan labeling evakuasi



- Tidak



materi



sudah



Indikator



labeling resiko



patuh



jatuh resiko



jatuh



penyampaian materi



- Membuat labeling



berjalannya



dan labeling dan labeling



resiko jatuh dan



labeling



evakuasi



labeling evakuasi



evakuasi



evakuasi bencana Label untuk resiko jatuh, label untuk evakuasi pasien saat terjadi bencana diantaranya ; warna hijau untuk pasien mandiri, warna biru untuk pasien dengan bantuan sebagian, warna ungu untuk pasien dengan bantuan penuh, dan warna putih untuk pasien terminal Namun pada praktiknya labeling resiko jatuh dan labeling evakuasi bencana belum optimal. Hal tersebut dikarenakan perbandingan jumlah perawat dan pasien yang tidak seimbang (1 perawat : 6 -7 pasien) sedangkan banyak tindakan yang tidak bisa dilakukn oleh satu orang perawat. Menurut pengkajian yang dilakukan di ruang Aisyah Lantai 2 didapat data :



147



1. Kepuasan pasien seluruh pasien yang dikaji pada tanggal 01-15 Januari 2020 di ruang Aisyah Lt 2 yaitu 82,225% (baik) mengatakan puas dengan pelayanan yang diberikan 2. 6 sasaran keselamatan pasien sudah diterapkan tetapi belum optimal : tidak berjalannya labeling risiko jatuh dan labeling evakuasi pasien 3. Nilai kepuasan perawat di ruangan Aisyah Lt 2 cukup puas yaitu 60% Setelah dilakukan implementasi selama satu minggu perawat diruang Aisyah lantai 2 Perawat sudah patuh menjalankan labeling resiko jatuh dan labeling evakuasi. 4.5



MATERIAL



Masalah Tidak



Tujuan Dapat



Operasional - Sosialisasi



Evaluasi -



Kendala



Indikator



Pasien



Keberhasilan Setiap pasien



tersedianya dimanfaatkan



pemasangan kotak



sudah



dapat



kotak saran sebagai



saran guna



memberik



memerikan



masukan bagi



meningkatkan



an kritik



kritik



ruangan yang



mutu pelayanan



dan saran



saran



diisi



oleh



semua pihak guna meningkatkan mutu pelayanan diruang Aisyah Lt 2 Salah satu bentuk upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit yaitu dengan menyediakan kotak saran. Namun pada kenyataanya, penggunaan kotak saran oleh pengunjung rumah sakit masih minim. Hal ini dapat disebabkan oleh tanggapan yang tidak langsung didapatkan setelah kritik dan saran pengguna



dan



148



rumah sakit menggunakan fasilitas kotak saran, mengingat kotak saran merupakan media komunikasi satu arah. Di Ruang Rawat Inap Aisyah lantai 2 didapatkan bahwa tidak tersedianya kotak saran bagi pasien. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan adanya restrukturisasi unit pelayanan kritik dan saran di rumah sakit, yang dapat berperan sebagai media komunikasi untuk memenuhi hak pengguna jasa rumah sakit atau hak pasien dalam memberikan kritik dan saran melalui kotak saran, serta meneruskan kritik dan saran tersebut kepada pihak rumah sakit yang bersangkutan untuk ditanggapi. Setelah dilakukan implementasi selama satu minggu perawat diruang Aisyah lantai 2 Pasien sudah memberikan kritik dan saran karena sudah tersedia kotak saran.



BAB V PENUTUP 4.1



Kesimpulan Manajemen adalah proses untuk melaksanakan kegiatan melalui orang



lain. Pendekatan manajemen (khususnya manajemen keperawatan) merupakan salah satu nilai profesional yang diperlukan dalam mengimplementasikan praktek keperawatan profesional. Menurut Nursalam (2015), Manajemen keperawatan merupakan pengelolaan aktivitas keperawatan oleh manajer keperawatan melalui kegiatan manajerial terhadap perawat pelaksana dalam penyelenggaraan pelayanan keperawatan kepada pasien/ keluarga / masyarakat secara profesional. Seorang manajer keperawatan perlu melakukan fungsi-fungsi manajemen dalam memberikan perawatan kesehatan kepada klien. Perawat manajer (administrator) bekerja pada semua tingkat untuk melaksanakan konsep-konsep, prinsip-prinsip, teori-teori manajemen keperawatan. Fungsi-fungsi manajemen menurut DEPKES RI yang terdiri dari Planning, Organizing, Actuating dan Controlling (POAC). Pendekatan manajemen diterapkan dalam bentuk fungsi manajemen yang terdiri dari fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing),



dan



pengendalian (controlling). Keempat fungsi



manajemen ini merupakan suatu rangkaian (proses) kegiatan yang berhubungan satu sama lain. Jika tujuan organisasi belum tercapai atau masih ada kesenjangan pihak manajemen harus mampu menganalisa kembali kelemahan pelaksanaan salah satu atau beberapa fungsi manajemen. Untuk itu fungsi manajemen ini memerlukan perumusan standar unjuk kerja yang jelas yang digunakan untuk menilai hasil kegiatan staff atau unit kerja. Apakah ada penyimpangan dan jika ada penyimpangan kegiatan manajerial ditujukan



untuk melakukan koreksi



terhadap penyimpangan yang telah terjadi. Kegiatan manajemen keperawatan mengacu pada konsep manajemen secara umum, dengan menggunakan pendekatan fungsi-fungsi manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan (pengawasan dan



149



150



Evaluasi). Manajemen pelayanan keperawatan berfokus pada komponen 5 M (Man, Methode, Material Money, Marketing). Menurut Nursalam, (2014) manajer memegang peran penting dalam memotivasi staf untuk mencapai tujuan organisasi.



Untuk



mempertimbangkan



melaksanakan



tugas



keunikan/karakteristik



tersebut,



stafnya



dan



manajer



harus



berusaha



untuk



memberikan tugas sebagai suatu strategi dalam memotivasi staf . SESUAIKAN DENGAN TUJUAN DI BAB 1/SESUAIKAN DENGAN TEMUAN 5 M DI RUANG AISYAH LANTAI 2?? 4.2



Saran 1. Bagi Rumah Sakit Membantu meningkatkan kualitas manajemen instalasi rawat inap RSUD Sekarwangi di ruang Aisyah lantai 2 untuk dapat mencapai tujuan organisasi dibidang peningkatan pelayanan kepada masyarakat yang paripurna dan sebagai lahan pendidikan, pelatihan tenaga kesehatan, penelitian dan pengembangan ilmu kesehatan klinis dan perawatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. (INI ADA DI TUJUAN BAB 1???) (ISINYA DIHARAPKAN........) 2.



Bagi Ruangan Menjadikan perawat ruangan lebih meningkatkan penyusunan rencana yang strategi dan rencana operasional pelayanan keperawatan di ruangan khususnya ruangan Aisyah Lt 2 dan meningkatkan pengkajian unit pelayanan sesuai model asuhan keperawatan profesionl. Bagi kepala ruangan dan ketua tim diharapkan dapat menjadi agen pembaharu dan menjadi model asuhan keperawatan profesional. .(INI ADA DI TUJUAN BAB 1???) (ISINYA DIHARAPKAN........)



3. Bagi Mahasiswa Secara



langsung



menerapkan



konsep,



teori



dan



prinsip



manajemen keperawatan dalam pengelolaan pelayanan keperawatan pada instalasi rawat inap ruang Aisyah lantai 2 disuatu tatanan pelayanan kesehatan dan dapat berperan sebagai agen pembaharu dan model peran dalam kepemimpinan dan pengelolaan pelayanan



151



keperawatan profesional di tingkat dasar. .(INI ADA DI TUJUAN BAB 1???) (ISINYA DIHARAPKAN........)



DAFTAR PUSTAKA Astuti EK. Transaksi teurapeutik dalam upaya pelayanan medis di rumah sakit. Bandung: Citra Aditya Bakti; 2009. Aswad H, N. Pengaruh tingkat pendidikan, pelatihan dan kompensasi terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit UIT Makasar. 2016. Oktober, 1(2): 431:424. Bakri, M. H. 2017. Manajemen Keperawatan Konsep dan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Yogyakarta : Pustaka Baru Ekspres. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 81 Tahun 2004 Tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Di Tingkat Provinsi Kabupaten atau Kota Serta Rumah Sakit. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Perlengkapan Untuk Pengembangan Indikator Beban Kerja Petugas (WISN) Untuk Memperbaiki Perencanaan dan Manajemen Tenaga Kerja Kesehatan Dalam Sistem Kesehatan Yang di Desentralisasi. Jakarta. Kozier B, Berman A, Snyder S. Fundamental keperawatan konsep, Proses & Praktik. Jakarta: EGC; 2010. Kementrian Kesehatan RI. Peraturan menteri kesehatan nomor HK.02.02/Menkes/148/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.2010. Mugisha, J. F dan G. Namaganda. 2008. Using The Workload Indicators of Staffing Need (WISN) Methodology to Assess Work Pressure Among The Nursing Staff of Lacor Hosptal, Vol 6 ; Edisi 1 Hal 1-15. Health Policy and Development Journal. Http://www.bioline.org.br./request.hp08003. Manuho E, Warouw H, Hamel R. Hubungan beban kerja dengan kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan di instalasi rawat inap CI RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado. 2015. Mei; 3(2): 1-8. Mogopo C, Pondang L, Hamel R. Hubungan penerapan metode tim dengan kinerja perawat pelaksana di irina C RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado. 2017. Februari; 5(1): 1-8. Mugianti, S. Manajemen dan kepemimpinan dalam praktik keperawatan. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan; 2016.



151



152



152



Nursalam. Metodologi penelitian ilmu keperawatan: pendekatan praktis. Jakarta; Salemba Medika; 2013. Nursalam,. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesinal Edisi 4. Jakarta : Salemba medika; 2014. Parellangi, A. Home care nursing- Aplikasi praktik berbasis evidence based Edisi 1. Yogyakarta: Penerbit Andi; 2018. Rifiani N, Sulihandri H. Prinsip-prinsip dasar keperawatan. Jakarta: Dunia cerdas; 2013. Triwibowo. Manajemen pelayanan keperawatan di rumah sakit. Jakarta: TIM; 2013. Undang-Undang Republik Indonesia No 44 Tahun 2014 tentang Rumah Sakit. [Serial Online]. [cited 2018 Desember 19]; Available from URL: http://www.depkes.go.id/resources/download/peraturan/UU%20No. %2044%20Th%202009%20ttg%20Rumah%20Sakit.PDF. FOTO-FOTONYA BERIKAN JUDUL SESUAI JUDUL KEGIATANNYA