Laporan Model Permukaan Digital [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tugas 1 Download Data Cara mendapatkan citra gratis secara online. Disini dijelaskan bagaimana cara mendapatkan citra gratis secara online, mulai dari regitrasi akun, mencari lokasi yang dipilih, terakhir di download citra yang sudah diberi batasan. 1.1



Cara Mendapatkan Data Lidar, SRTM, Alos, Aster G Dem, dan Terra Sar 1. Data Lidar, SRTM, dan Aster G Dem dapat di unduh secara geratis. Pertama masuk situs https://earthexplorer.usgs.gov/ 2. Setelah masuk situs tersebut, dipersilahkan untuk mendaftar akun baru di usgs. Fungsinya adalah untuk bisa mengunduh data. 3. Data yang diperoleh harus satu wilayah yang sama, agar bisa di overlay nanti. Untuk memudahkan mencari data di wilayah yang sama adalah dengan cara pilih data sets dan centang pilihan Aster G Dem, Lidar, dan SRTM lalu klik results. Lihatlah seperti gambar dibawah ini.



Gambar Cara Mendapatkan Data Lidar, SRTM, Alos, Aster G Dem, dan Terra Sar:1 Tampilan awal jendela USGS



1



4. Klik pilihan Additional Criteria dang anti Data Sets menjadi Lidar untuk menjadi patokan data dan results lah. Untuk data di laporan ini sebagai contoh menggunakan data di wilayah New York. 5. Setelah itu periksa di wilayah tersebut lengkap untuk data SRTM, Lidar, dan Aster G Dem di satu wilayah yang sama. 6. Jika semua data di periksa wilayahnya sama dalam satu wilayah maka, bisa pilih search cateria dan klik empat titik seperti membuat rectangle di map. Lihatlah seperti gambar dibawah ini.



Gambar Cara Mendapatkan Data Lidar, SRTM, Alos, Aster G Dem, dan Terra Sar:2 Menandai wilayah yang akan di unduh



7. Download data SRTM, Lidar, dan Aster G Dem di satu wilayah yang sama yang masih ada berada didalam radius rectangle yang sudah dibuat. 8. Untuk mengunduh data Alos, pertama adalah ke situs http://www.eorc.jaxa.jp/ALOS/en/palsar_fnf/fnf_index.htm. Pilih download dan mendaftar agar bisa mengunduh data alos. Lihatlah seperti gambar dibawah ini.



2



Gambar Cara Mendapatkan Data Lidar, SRTM, Alos, Aster G Dem, dan Terra Sar:3 Tampilan awal situs eorc.jaxa



9. Pilihlah tempat yang sama dan sesuai dengan data yang lainnya.



Gambar Cara Mendapatkan Data Lidar, SRTM, Alos, Aster G Dem, dan Terra Sar:4 Data alos yang akan diunduh



3



10. Membuka situs http://www.intelligence-airbusds.com/worlddem/ untuk mendownload peta citra Amerika Serikat..



Gambar Cara Mendapatkan Data Lidar, SRTM, Alos, Aster G Dem, dan Terra Sar:5 Tampilan halaman awal untuk mengunduh Terra Sar 11. Pilih daerah yang akan di unduh data citra-nya. Selanjutnya pilih Dowload Quicklook.



Gambar Cara Mendapatkan Data Lidar, SRTM, Alos, Aster G Dem, dan Terra Sar:6 Wilayah yang akan di unduh 12. Tunggu beberapa saat dan data yang telah diunduh dapat di lihat 4



1.2



Cara Megunduh Hasil Citra di Sas Planet Penggunaan citra dengan aplikasi software portable SAS Planet yang terhubung dengan internet cukup menjadi prospektif. Citra dapat diunduh mulai dari resolusi rendah sampai resolusi tinggi, sesuai dengan kebutuhan. SAS Planet adalah program yang di rancang untuk menampilkan dan sekaligus bisa di manfaatkan untuk melakukan download image resolusi tinggi dan peta konvensional yang disampaikan oleh layanan citra, salah satunya adalah citra IKONOS. SAS Planet dapat melakukan overlay antara dua service pemetaan yang berbeda dalam satu tampilan, misalnya dalam melakukan perbandingan layer jalan dari OpenStreetMap dengan citra satelit yang terdapat di Google Maps. SAS Planet menyediakan bahasa pemograman yang kuat dengan komponen yang disebut prosedur yang memungkinkan untuk melakukan berbagai macam analisis dan manajement data fungsi, serta menghasilkan berbagai jenis berbasis teks dan grafis output presentasi. Dikombinasikan dengan fitur lainnya, bahasa SAS Planet dan yang prosedur membuat berbagai besar aplikasi mungkin, contoh : a. Access baku file data dan data dalam database eksternal dan manajement database system b. Mengelola dan menggunakan



alat



untuk



entri



data,



editing,



pengambilan, format dan konversi. c. Analisa data menggunakan statistic deskriptif, teknik multivariant, peramalan dan modelling, dan pemograman linier. d. Menyajikan data dengan laporan dan bisnis dan grafis statistic. Ketka menggunakan SAS Planet untuk mendownload citra satelit revolusi tinggi dari Google Earth, kendala kadang muncul. Jika proses download memakan waktu sangat lama atau ‘stack’, bisa jadi IP Address jaringan internet yang digunakan telah di block oleh Google. Tapi hal tersebut tidak terjadi pada service yang lain seperti Bing Maps atau Nokia Here dan yang lainnya.



5



Langkah mengunduh citra dari Sas Planet: 1. 2.



Unduh software portable Sas Planet Buka software tersebut, lalu kita cari lokasi yang sama dengan data yang lainnya dengan cara klik kanan pada mause, dan pilih add placemark.



3.



Fungsi add placemark adalah untuk mencari lokasi yang sama. Sebelum mengisi nilai koordinat di add placemark, harus membuka koordinat yang sudah dibuat di usgs (search criteria).



Gambar Cara Megunduh Hasil Citra di Sas Planet:7 Koordinat untuk mencari lokasi di sas planet



4.



Tulisah nilai koordinat yang didapatkan di usgs ke add placemark. Lihatlah gambar dibawah ini.



6



Gambar Cara Megunduh Hasil Citra di Sas Planet:8 Hasil add place mark 5.



Untuk mengunduh data nya adalah dengan cara klik selection manager, dengan ukuran 5 x 5 km dan ukuran zoom 20.



Gambar Cara Megunduh Hasil Citra di Sas Planet:9 Unduh data alos



7



Tugas 2 Proses Pelaksanaan Kontur, 3D Modelling, dan Cut & Fill Pada Global Mapper disisni dijelaskan memvisualisasi hasil download citra online yaitu Lidar, SRTM, AsterGdem, Alos dan 2d dan 3d. Membuat kontur, menghitung Cut &fill dan line of sight. Pada Surfer disini memvisualisasi hasil download citra pada SAS planet dan data Dem (Alos) secara 2d dan 3d. menghitung cut and fill pada data regular points dan random points. Pada ArcGis disini memvisualisasi hasil hasil hasil download citra online yaitu Lidar, SRTM, AsterGdem, Alos seacara 2d dan 3d dan membuat kontur.



Overlay data citra dengan lidar 2d



Overlay data citra dengan lidar 2d 8



2.1



Global Mapper



2.1.1 Menampilkan Data Lidar 1. Buka software Global Mapper. Di laporan ini menggunakan Global Mapper versi 15



Gambar Global Mapper:10 Tampilan awal global mapper



2. Setelah global mapper dibuka . klik open your own data files. Open data files untuk membuka data yang sudah diunduh.



Gambar Global Mapper:11 Membuka data lidar



3. Data lidar dengan koordinat UTM (NAD83)



9



Gambar Global Mapper:12 Tampilan data lidar koordinat masih berupa UTM (NAD83)



Gambar Global Mapper:13 Tampilan 3D dari hasil data Lidar



10



2.1.2 Menampilkan Data SRTM 1. Untuk menapilkan data SRTM di Global Mapper sama dengan cara, klik open your own data files dan pilih data SRTM. 2. Contoh tampilan data SRTM serperti gambar dibawah ini.



Gambar Global Mapper:14 Tampilan data SRTM koordinat masih berupa WGS 84



Gambar Global Mapper:15 Tampilan 3D dari hasil data SRTM



11



2.1.3 Menampilkan Data Aster GDem 1. Untuk menapilkan data Aster GDem di Global Mapper sama dengan cara, klik open your own data files dan pilih data Aster GDem. 2. Contoh tampilan data Aster GDem serperti gamabr dibawah ini.



Gambar Global Mapper:16 Tampilan data Aster GDem koordinat masih berupa WGS 84



Gambar Global Mapper:17 Tampilan 3D dari hasil data Aster GDem



12



2.1.4 Menampilkan Data Alos 1. Untuk menapilkan data Alos di Global Mapper sama dengan cara, klik open your own data files dan pilih data Alos. 2. Contoh tampilan data Alos serperti gambar dibawah ini.



Gambar Global Mapper:18 Tampilan data Alos koordinat masih berupa WGS 84



Gambar Global Mapper:19 Tampilan 3D dari hasil data Alos



13



2.1.5 Membuat kontur A. Data Lidar Untuk Kontur 1) Buka software Global Mapper nya serta masukan data untuk SRTM, dan pilih pada menu bar File dan klik Gennerate Contours.



Gambar Global Mapper:20 Generate countours pada Lidar



2) Pengaturan untuk membuat kontur pada data SRTM adalah dengan interval kontur satu meter, dan pilih oke.



Gambar Global Mapper:21 Pengaturan interval kontur



14



3) Setelah itu klik contour bounds untuk membatasi daerah yang akan dijadikan hasil kontur.



Gambar Global Mapper:22 Pengaturan contour bounds 4) Buatlah rectangle sesuai dengan daerah yang mau di jadikan hasil kontur atau membatasi daerahnya.



Gambar Global Mapper:23 Membatasi daerah lidar yang akan dijadikan kontur



15



5) Hasil kontur dari data lidar dengan interval satu meter



Gambar Global Mapper:24 Hasil kontur dari data lidar



6) Setelah hasil data kontur berhasil dibuat, save as kebentuk format .shp 7) Klik file pada menu bar dan pilih Export Vector Format. 8) Pilih pada Select Export Format format shapfile.



Gambar Global Mapper:25 Select Export Format .shp data lidar 9) Hasil kontur yang sudah berformat .shp seperti gambar dibawah ini.



16



Gambar Global Mapper:26 Hasil komtur SRTM format .shp B. Data SRTM Untuk Kontur 1) Buka software Global Mapper nya serta masukan data untuk SRTM, dan pilih pada menu bar File dan klik Gennerate Contours.



Gambar Global Mapper:27 Generate countours pada SRTM



17



2) Pengaturan untuk membuat kontur pada data SRTM adalah dengan interval kontur 25 meter, dan pilih oke.



Gambar Global Mapper:28 Pengaturan interval kontur



3) Hasil data SRTM yang sudah ada kontur nya dengan inrtval 25 meter seperti gambar dibawah ini.



Gambar Global Mapper:29 Hasil kontur dari data SRTM



4) Setelah hasil data kontur berhasil dibuat, save as kebentuk format .shp 5) Klik file pada menu bar dan pilih Export Vector Format. 6) Pilih pada Select Export Format format shapfile.



18



Gambar Global Mapper:30 Select Export Format .shp data SRTM



7) Hasil kontur yang sudah berformat .shp seperti gambar dibawah ini.



Gambar Global Mapper:31 Hasil komtur SRTM format .shp



19



C. Data Aster GDem Untuk Kontur 1) Buka software Global Mapper nya serta masukan data untuk Aster G Dem, dan pilih pada menu bar File dan klik Gennerate Contours.



Gambar Global Mapper:32 Generate countours pada Aster GDem



2) Pengaturan untuk membuat kontur pada data Aster G Dem adalah dengan interval kontur 25 meter, dan pilih oke.



Gambar Global Mapper:33 Pengaturan interval kontur



20



3) Hasil data Aster G Dem yang sudah ada kontur nya dengan inrtval 25 meter seperti gambar dibawah ini.



Gambar Global Mapper:34 Hasil kontur dari data Aster GDem



4) Setelah hasil data kontur berhasil dibuat, save as kebentuk format .shp 5) Klik file pada menu bar dan pilih Export Vector Format. 6) Pilih pada Select Export Format format shapfile.



Gambar Global Mapper:35 Select Export Format .shp data Aster GDem



7) Hasil kontur yang sudah berformat .shp seperti gambar dibawah ini.



21



Gambar Global Mapper:36 Hasil komtur Aster G Dem format .shp D. Data Alos Untuk Kontur 1) Buka software Global Mapper nya serta masukan data untuk Alos, dan pilih pada menu bar File dan klik Gennerate Contours.



Gambar Global Mapper:37 Generate countours pada Alos



22



2) Pengaturan untuk membuat kontur pada data Alos adalah dengan interval kontur 10 meter, dan pilih oke.



Gambar Global Mapper:38 Pengaturan interval kontur



3) Hasil data Alos yang sudah ada kontur nya dengan inrtval 10 meter seperti gambar dibawah ini.



Gambar Global Mapper:39 Hasil kontur dari data Alos



4) Setelah hasil data kontur berhasil dibuat, save as kebentuk format .shp 5) Klik file pada menu bar dan pilih Export Vector Format 6) Pilih pada Select Export Format format shapfile.



23



Gambar Global Mapper:40 Select Export Format .shp data Alos



7) Hasil kontur yang sudah berformat .shp seperti gambar dibawah ini.



Gambar Global Mapper:41 Hasil komtur Alos format .shp



24



2.1.6 Membuat Profil 1. Buatlah rencara ilustrasi profil memanjang dan melintangnya. Di pembahasan untuk membuat profil memanjang menggunakan data SRTM. Lihatlah gambar dibawah ini.



Gambar Global Mapper:42 Ilustrasi tampak atas profil memanjang dan melintang



2. Klik



pada tools bar dan tarik garis yang akan ingin dilihat profilnya



dan langsung klik kanan.



Gambar Global Mapper:43 Tampilan profil 1 memanjang



25



3. Klik cut & fill volume kemudian akan muncul gambar berikut, atur corridor diameter dan base heightnya lalu ok.



Gambar Global Mapper:44 Tampilan setup volume calculate parameters 4. Beri nama tiap profil di modify feature info, kemudian ok.



Gambar Global Mapper:45 Modify feature info 2.1.7 Menghitung Cut & Fill 1) Untuk menghitung cut & fill di laporan ini adalah dengan menggunakan data lidar yang sudah dibuat hasil konturnya. 2) Klik tools di menu bar dan kemudian pilih measure. 3) Klik kanan cari VOLUME – Measure Volume (cut and fill) dan pilih pada area yang sudah direncanakan/ yang dibuat tadi.



26



Gambar Global Mapper:46 Tampilan dengan pilih volume



4) Pada tampilan setup volume calculate parameters pilih /klik calculate cut and fill volume, kemudian klik ok. 5) Hasil cut and fill pada volumetric calculations, kemudian klik ok.



Gambar Global Mapper:47 Tampilan hasil pada volumetric calculations



Hasil cut volume: 1712,6369 m3 Hasil surface area: 0,0007177 sq km fill volume: 24548,233 m3 fill surface area 0,0057614 sq km



27



2.1.8 Line of Sight



Gambar Global Mapper:48 Tampilan Line of Sight



2.2



Surfer



2.2.1 Regular Point Data Lidar Menggunakan Software QGIS 1. Di laporan ini menggunakan data citra yang di download di SAS planet dan data



data lidar. Fungsinya adalah untuk membuat regular points



setelah itu dimunculkan nilai x,y dan z nya di argis serta export ke format shp. Fungsi dari niali x, y ,dan z nya itu adalah untuk membuat proses gridding di surfer. 2. Membuka Software QuantumGIS untuk pemerosesan data citra yang diperlukan untuk tugas ini. 3. Input data citra yang telah di unduh, dengan men-drag data citra ke layar project di QuantumGIS 4. Buka menubar, pilih verctor -> Research Tools -> Regular Points dan ulangi langkah tersebut dan pilih lah random points in extent



28



Gambar Surfer:49 Pilihan pada research tools regular points



5. Sebelumnya akan muncul windows baru untuk regular points dan random points (select area yang mau di jadikan regular points ), dan nilai jarak antara titik yang diinginkan adalah 1m untuk intervalnya. Selanjutnya klik run.



Gambar Surfer:50 Membuat regular point menggunakan hasil citra



6. Muncul hasil proses regular points, seperti gambar dibawah ini.



29



Gambar Surfer:51 Hasil regular points



7. Setelah itu hasil regular tadi di save as berformat .shp untuk di proses di arcgis. 2.2.2 Nilai Ketinggian Lidar Hasil Regular Points Points di ArcGis 1.



Buka software Arcgis nya dan add data regular points yang sudah



2.



berformat .shp. Buka hasil data lidar yang sudah di export menjadi data berformat .shp yang sudah diunduh sebelumnya.



Gambar Surfer:52 Tampilan input data regular points dan data lidar



3.



Pertama buatlah las dataset sebagai tempat output hasil datanya, karena ini juga export dari data las yang dimiliki oleh data lidar



30



Gambar Surfer:53 Membuat Las dataset



4.



Setelah itu klik kanan pada dataset yang dibuat, pilih propreties. Masukan datanya lidar yang berformat .las dan pilih statistic- update lalu oke.



Gambar Surfer:54 Las file – las dataset propreties



Gambar Surfer:55 Statistic - las dataset propreties



31



5.



Klik pada search dan ketik make las dataset dan pilih layer data management seperti gambar dibawah ini



Gambar Surfer:56 Make las dataset



Gambar Surfer:57 Make las dataset layer



6.



Hasil dataset las lidar akan menampilkan niali ketinggiannya



32



Gambar Surfer:58 Lidar las dataset



7.



Cari pada search di window las dataset to raster dan pilih las dataset to raster (conversion). Silahkan masukan lidar outputnya telah dibuat tadi.



Gambar Surfer:59 Hasil conversion data las lidar



8.



Di arc toolbox cari spatial analyst tools dan klik pada pilihan extraction dan pilih lagi extract multi values to points.



33



Gambar Surfer:60 Membuat extraction points lidar



9.



Klik kanan pada regular points points, dan klik open atribute. Di kolom untuk nilai elevasinya, klik calculate geometry untuk memunculkan



nilainya. 10. Buatlah kolom untuk koordinat x dan y nya di. Add field lalu calculate geometry.



Gambar Surfer:61 Table atribute data lidar



11. Jika semua data regular points sudah ada nilainya dengan lengkap maka langkah selanjutya adalah membuat data untuk dimasukan di surfer dengan format .dgb .



34



Di arc toolbox, klik 3D analyst tools dan pilih 3D feature serta pilih pilihan feature to 3D by attribute, setelah itu



height field di masukan file



elavasinya.



Gambar Surfer:62 Membuat 3D feature di feature to 3D by attribute (lidar)



12. Hasil data yang sudah di proses tadi akan berformat. *dbf 2.2.3 Nilai Ketinggian Alos Hasil Regular Points Points di ArcGis 1. Buka software Arcgis nya dan add data regular points yang sudah berformat .shp serta data alos



Gambar Surfer:63 Tampilan input data regular points dan data Alos



2. Di arc toolbox cari spatial analyst tools dan klik pada pilihan extraction dan pilih lagi extract multi values to points.



35



Gambar Surfer:64 Membuat extraction points alos



3. Klik kanan pada regular points points, dan klik open atribute. Di kolom untuk nilai elevasinya, klik calculate geometry untuk memunculkan nilainya.



Gambar Surfer:65 Table atribute data alos



4. Di arc toolbox cari spatial analyst tools dan klik pada pilihan extraction dan pilih lagi extract multi values to points.



36



Gambar Surfer:66 Membuat 3D feature di feature to 3D by attribute (alos)



2.2.4 Menampilkan Permodelan 3D Lidar dan Alos di Surfer 1. Klik pada menu bar grid dan pilih data regular points yang sudah berformat .dbf. Masukan nilai x,y, dan z pada kolom nya masing-masing dengan spacing 10m. 2. Ada tiga proses metode gridding yang dilaporkan dilaporan ini adalah kriging, nearest neighbor, dan triangulation with linier interpolation.



Gambar Surfer:67 Contoh mengisi grid data



3. Semua data regular point lidar dan alos di proses menggunakan tiga metode tersebut.



37



4. Klik open untuk menapilkan hasil 3D nya. Lihatlah contoh hasil gambar dibawah ini.



Gambar Surfer:68 Regular points metode neighbor nearest (LIDAR)



Gambar Surfer:69 Regular points nearest neighbor nearest (LIDAR)



38



Gambar Surfer:70 Regular points triangulation with linier interpolation (LIDAR)



39



Gambar Surfer:71 Regular points neighbor nearest (ALOS)



Gambar Surfer:72 Regular points nearest neighbor nearest (ALOS)



Gambar Surfer:73 Gambar 2.2:22 Regular points triangulation with linier interpolation (ALOS)



40



2.2.5 Menghitung Cut and Fill Cut adalah pemotongan atau penggalian berbentuk linear atau kearah mendatar untuk mengupas lapisan penutup tanah, bisa juga berarti penggalian atau pemotongan secara mendatar,. Suatu ara penggalian tambang terbuka atau tambang dalam atau penggalian pembuatan jalan pondasi atau pengerjaan sipil lainnya dengan memotong bagian tanah dan menimbun bekas galian atau bagian tanah yang rendah. Adapun langkah menghitung cut and fill adalah sebagai berikut ; 1. Buka software surfer 2. Buka countour map yang sudah kita proses sebelumnya. Pada proses ini , kita akan menghitung volume diatas dan di bawah 50 m serta menentukan apakah material diatas ketinggian 50 m yang terpotong bisa menimbun material dibawah ketinggian 50 m. Metode gridding yang dilakukan adalah krigging, inverse distance to a power, nearest neighbor dengan spacing grid line geometry 5. Setelah countour map ditampilkan , grid kemudian volume



Gambar Surfer:74 Tampilan Menu Bar Proses cut and fill



3. Pada kotak dialog open grid, ari direktori folder tempat kita menyimpan file ber ekstensi *.grd kemudian open



41



Gambar Surfer:75 Open Grid Data



4. Pada kotak dialog grid volume pada sub direktori lower surface, isi constant Z dengan nilai 135 lalu kelik OK



Gambar Surfer:76 Grid Volume



5. Maka akan muncul hasil report seperti berikut



Gambar Surfer:77 Hasil cut and fill denga metode inverse distance



42



Gambar Surfer:78 Hasil cut and fill data LIDAR



Gambar Surfer:79 Hasil cut and fill data ALOS



Kesimpulan: Dari informasi yang diperoleh dalam report ”grid compotations” kami dapat menarik kesimpulan sebagai berikut 1) Volume diatass ketinggian 50 m pada data LIDAR menggunakan metode krigging sebesar 1869066,0945378 m3 , metode inverse distance to a power



sebesar



1866566,3454833



m3,



metode



nearest



neighbor



84420,197475131 m3. 2) Volume diatass ketinggian 50 m pada data ALOS menggunakan metode krigging sebesar 88541,634661501 m3 , metode inverse distance to a power



sebesar



308458,17153844



m3,



metode



nearest



neighbor



88621,506192968m3. 3) Volume dibawah ketinggian 50 m pada data LIDAR menggunakan metode krigging



sebesar 14288,588046874 m3, metode inverse distance to a



power sebesar 11058,824626871 m3, metode nearest neighbor sebesar 5499,11152492 m3 4) Volume dibawah ketinggian 50 m pada data ALOS menggunakan metode krigging sebesar 1377,67433855 m3, metode inverse distance to a power sebesar



1180,203861349



m3,



metode



nearest



neighbor



sebesar



1297,8028070824 m3 5) Apabila material diatas kontur 50 m pada data ALOS yang ada di potong atau di gali , kemudian hasil galian tersebut di timbunkan kematerialnya dibawah 50 m. Maka material tersebut menukupi untuk menutupi dengan



43



kelebihan material sebesar 307277,96767709 m3 dengan menggunakan metode inverse distance to a power, 89919,309000051 m3 menggunakan metode krigging, 89919,309000051 m3 menggunakan metode



nearest



neighbor. 6) Apabila material diatas kontur 50 m pada data LIDAR yang ada di potong atau di gali , kemudian hasil galian tersebut di timbunkan kematerialnya dibawah 50 m. Maka material tersebut menukupi untuk menutupi dengan kelebihan material sebesar 1854777,5064909 m3 dengan menggunakan metode inverse distance to a power, 1855507,5208564 m3 menggunakan metode krigging, 89919,309000051 m3 menggunakan metode



nearest



neighbor 7) Selisih volume material diatas ketinggian antara metode krigging dan nearest neighbor sebesar 1784645,897 m3, antara metode krigging dan inverse distance to a power sebesar 2499,7490 m3, dan sebesar 17842146,148 m3 antara metode nearest neighbor dengan inverse distance to a power 8) Selisih volume material diatas ketinggian 50m antara data ALOS dan LIDAR metode krigging sebesar 178024,46 m3, metode inverse distance to a power sebesar 1558108,174 m3, dan sebesar 4201,30871 m3 dan metode nearest neighbor 9) Selisih volume material dibawah ketinggian 50m antara data ALOS dan LIDAR metode krigging sebesar 12910,913 m3, metode inverse distance to a power sebesar 9828,620 m3, dan sebesar 4201,30871 m3 dan metode nearest neighbour 2.1.9 Membandingkan Setiap Metode Gridding, Berdasarkan Nilai Residu dan Standar Deviasi Berikut adalah analisis yang dapat disimpulkan 3 metoode yaitu krigging, inverse distance to a power, dan nearest neighbor ;



44



Gambar Surfer:80 Hasil metode inverse distance to a power 1,5 meter data LIDAR



Gambar Surfer:81 Hasil metode inverse distance to a power 1,5 meter data ALOS



Gambar Surfer:82 Hasil metode inverse distance to a power 10 meter data ALOS



45



Gambar Surfer:83 Hasil metode inverse distance to a power 10 meter data LIDAR



Kesimpulan: Pada setiap metode gridding dengan interval 1,5 meter pada data LIDAR dan ALOS dengan hasil nilai residu dan standar deviasi metode inverse distance to a power sebesar 8.54369097115 dan 1.48437469965 , metode inverse distance to a power dengan interval 10 sebesar 8.27776790915 dan 1.4558074592 dengan begiu dapat diambil kesimpulan nilai residu paling sedikit berada pada data ALOS pada interval 10 meter.



Gambar Surfer:84 Hasil metode krigging 1,5 meter data ALOS



46



Gambar Surfer:85 Hasil metode krigging 1,5 meter data LIDAR



Gambar Surfer:86 Hasil metode krigging 10 meter data LIDAR



Gambar Surfer:87 Hasil metode krigging 10 meter data ALOS



Kesimpulan: Pada setiap metode gridding dengan interval 1,5 meter pada data LIDAR dan ALOS dengan hasil nilai residu dan standar deviasi metode krigging sebesar 8.87891765731 dan 1.50702401126, metode krigging dengan interval 10 sebesar 8.63332099241 dan 1.48364256767 dengan begiu dapat diambil kesimpulan nilai residu paling sedikit berada pada data ALOS pada interval 10 meter.



47



Gambar Surfer:88 Hasil metode nearest neighbor 1,5 meter data LIDAR



Gambar Surfer:89 Hasil metode nearest neighbor 1,5 meter data ALOS



Gambar Surfer:90 Hasil metode nearest neighbor 10 meter data LIDAR



48



Gambar Surfer:91 Hasil metode nearest neighbor 10 meter data ALOS



Kesimpulan: Pada setiap metode gridding dengan interval 1,5 meter pada data LIDAR dan ALOS dengan hasil nilai residu dan standar deviasi metode nearest neighbor sebesar 9.05798391045 dan 1.50896361082, metode nearest neighbor dengan interval 10 sebesar 8.84966201841 dan 1.48106715406 dengan begiu dapat diambil kesimpulan nilai residu paling sedikit berada pada data ALOS pada interval 10 meter. 2.3



ArcGIs



2.3.1 Menampilkan Data Lidar 1. Buka Aplikasi ArcScene, Pilih Blank Map > OK



Gambar ArcGIs:92 Tampilan awal open project di arcgis



2. Klik Add Data > Pilh File Lidar yang akan dibuat konturnya > OK 49



Gambar ArcGIs:93 Tampilan data lidar yang akan di buka



Gambar ArcGIs:94 Data Lidar di arcgis



2.3.2 Menampilkan Data SRTM 1. Buka Aplikasi ArcScene, Pilih Blank Map > OK 2. Klik Add Data > Pilh File SRTM yang akan dibuat konturnya > OK



50



Gambar ArcGIs:95 Tampilan data SRTM yang akan di buka



Gambar ArcGIs:96 Data SRTM tampak 2D di arcgis



Gambar ArcGIs:97 Data SRTM tampak 3D di arcgis



51



2.3.3 Menampilkan Data Aster G Dem 1. Buka Aplikasi ArcScene, Pilih Blank Map > OK 2. Klik Add Data > Pilh File Aster GDem yang akan dibuat konturnya > OK



Gambar ArcGIs:98 Tampilan data aster gdem yang akan di buka



Gambar ArcGIs:99 Data aster gdem tampak 2D di arcgis



Gambar ArcGIs:100 Data aster gdem tampak 3D di arcgis



52



2.3.4 Menampilkan Data Alos 1. Buka Aplikasi ArcScene, Pilih Blank Map > OK 2. Klik Add Data > Pilh File Alos yang akan dibuat konturnya > OK



Gambar ArcGIs:101 Tampilan data alos yang akan di buka



Gambar ArcGIs:102 Data alos tampak 2D di arcgis



Gambar ArcGIs:103 Data alos tampak 3D di arcgis



53



2.3.5 Membuat Kontur A. Data Lidar Untuk Kontur 1) Buka Aplikasi ArcMap, Pilih Blank Map > OK. 2) Klik Add Data > Pilh File Aster GDEM yang akan dibuat konturnya > OK. 3) Kemudian Kilk Arc Tools Box (kotak merah) > Spatial Analyst Tools > Surface > Contour. 4) Input surface ; masukan data lidar akan di olah menjadi contour Contour interval; ketik selang/interval kontur 1m, Base Contour dan Z faktor biarkan saja dan Output feature ; save data hasil pengolahan.



Gambar ArcGIs:104 Pengaturan interval lidar kontur di arcgis



54



Gambar ArcGIs:105 Hasil kontur lidar interval 1m di arcgis



B. Data SRTM Untuk Kontur 1) Buka Aplikasi ArcMap, Pilih Blank Map > OK. 2) Klik Add Data > Pilh File Aster SRTM yang akan dibuat konturnya > OK. 3) Kemudian Kilk Arc Tools Box (kotak merah) > Spatial Analyst Tools > Surface > Contour. 4) Input surface ; masukan data lidar akan di olah menjadi contour Contour interval; ketik selang/interval kontur 25m, Base Contour dan Z faktor biarkan saja dan Output feature ; save data hasil pengolahan.



Gambar ArcGIs:106 Pengaturan interval SRTM kontur di arcgis



55



Gambar ArcGIs:107 Hasil kontur SRTM interval 25m di arcgis



C. Data Aster GDem Untuk Kontur 1) Buka Aplikasi ArcMap, Pilih Blank Map > OK. 2) Klik Add Data > Pilh File Aster G Dem yang akan dibuat konturnya > OK. 3) Kemudian Kilk Arc Tools Box (kotak merah) > Spatial Analyst Tools > Surface > Contour. 4) Input surface ; masukan data lidar akan di olah menjadi contour Contour interval; ketik selang/interval kontur 25m, Base Contour dan Z faktor biarkan saja dan Output feature ; save data hasil pengolahan.



Gambar ArcGIs:108 Pengaturan interval Aster GDem kontur di arcgis



56



Gambar ArcGIs:109 Hasil kontur Aster GDem interval 25m di arcgis



D. Data Alos Untuk Kontur 1) Buka Aplikasi ArcMap, Pilih Blank Map > OK. 2) Klik Add Data > Pilh File Alos yang akan dibuat konturnya > OK. 3) Kemudian Kilk Arc Tools Box (kotak merah) > Spatial Analyst Tools > Surface > Contour. 4) Input surface ; masukan data lidar akan di olah menjadi contour Contour interval; ketik selang/interval kontur 10m, Base Contour dan Z faktor biarkan saja dan Output feature ; save data hasil pengolahan



Gambar ArcGIs:110 Pengaturan interval Alos kontur di arcgis



57



Gambar ArcGIs:111 Hasil kontur Alos interval 10m di arcgis



Tugas 3 Proses Pembuatan 3D Membuat permodelan 3d dari data Lidar dengan bantuan software fugroviewer untuk emngetahui nilai ketinggian nilai bangunan dan software arcscene untuk membuat permodelan 3d nya. 3.1



FugroViewer FugroViewer merupakan sebuah aplikasi yang berfungsi menampilkan data LiDAR dengan format *.las yang telah diunduh sebelumnya. Dalam pembahasan ini akan dijelaskan bagaimana cara mengoperasikannya.



3.1.1 Menampilkan data *.las 1. Buka aplikasi FugroViewer 2. Buka file data LiDAR pilih File > Open LiDAR file(s), maka akan muncul jendela Open Data Files seperti gambar di bawah.



58



Gambar FugroViewer:112 Tampilan membuka data lidar di furgoviewer



3. Data LiDAR akan muncul seperti gambar di bawah ini.



Gambar FugroViewer:113 Tampilan data lidar



59



3.1.2 Export Data Export data digunakan untuk meng-konvert data LiDAR yang berformat *.las (berisi data DSM) menjadi format *.xyz, berikut langkah-langkahnya. 1. Klik File pada FugroViewer > Export From LAS Format



Gambar FugroViewer:114 Export From LAS Format



2. Dan jendela Export LAS Files akan muncul seperti di bawah ini, selanjutnya klik Add Files dan akan muncul jendela Select LAS Files For Export. Pilih data LiDAR yang akan di export, lalu tekan Open.



Gambar FugroViewer:115 Export LAS files



3. Pilih File Config untuk mengeliminasi point vegetasi dan bangunan. Klik Bare Earth, untuk menyisakan data Ground nya saja.selanjutnya pilih OK.



60



Gambar FugroViewer:116 LAS export filters



4. Setelah selesai melakukan filter. Maka akan kembali ke jendela Export LAS Files, selanjutnya klik Start. Data yang kita pilih akan diproses. 3.1.3 Nilai tinggi gedung Cara mengetahui nilai dari suatu bangunan/ gedung yaitu: Tinggi bangunan = (elevasi bangunan – elevasi ground) Fungsi dari nilai bangunan itu sendri, akan digunakan pada saat pembuataa LOD (level of detail) pada aplikasi Arcscene. 1. Klik open reference file > pilih data citra yang akan digunakan denagn lokasi yang sama > klik done.



61



Gambar FugroViewer:117 reference file



2. Klik query point data



62



Gambar FugroViewer:118 Query point data



3. Klik nilai bangunan yang akan dicari, maka akn secara otomatis mucul informasi point sebagai berikut.



Gambar FugroViewer:119 Nilai tinggi gedung 4. Kemudian klik pada tanah dibawah nya



63



Gambar FugroViewer:120 Nilai tinggi tanah



5. Maka dari kedua informasi tersebut, niali bangunan dapat dihitung : Tinggi bangunan = (elevasi bangunan – elevasi gound) Tinggi banguann = (112,06 – 107,54) Tinggi bangunan = 4,52 m 3.2



ArcGIS Kali ini akan membahas tentang bagaimana cara digitasi, pembuatan TIN, dan proses pembuatan 3D. Dimana aplikasi yang akan digunakan adalah ArcMap dan ArcScene.



3.2.1 Proses Digitasi 1. Buka aplikasi ArcMap, Pilih Blank Map > OK 2. Klik Add Data > pilih File GeoTiff yang akan didigitasi > OK



64



Gambar ArcGIS:121 Data citra yang akan digiditasi



3. Kemudian buat file shp untuk proses digitasi, dengan cara Klik Catalog > klik kanan pada folder kerja > New > Shapefile



65



Gambar ArcGIS:122 Arc catalog



4. Buat Nama sesuai digitasi > pilih Feature type nya > klik edit untuk georeference > OK.



Gambar ArcGIS:123 Create new shapefile



5. Klik Start Editing untuk mulai proses digitasi.



66



Gambar ArcGIS:124 Proses digitasi



6. Klik bangunan, kemudian pilih Poligon, arahkan ke peta untuk mulai digitasi.



Gambar ArcGIS:125 Object yang akan di digitasi



7. Lakukan langkah yang sama ke setiap layer akan dibuat. Kalau selesai Save Edits. Berikut hasil digitasinya.



67



Gambar ArcGIS:126 Tampilan seseudah di digitasi



3.1.4 Proses Pembuatan TIN 1. Buka aplikasi ArcScene > Pilih Blank Scene > OK 2. Klik ArcToolbox > 3D Analyst Tools > Convension > From File > ASCII 3D to Feature Class



Gambar ArcGIS:127 ASCII 3D to Feature Class



3. Pilih file XYZ yang telah dibuat dari aplikasi FugroViewer > Pilih tempat dan beri nama outputnya > Masukan Referensi Datumnya > OK



68



Gambar ArcGIS:128 Input data di ASCII 3D to Feature Class



4. Klik ArcToolbox > 3D Analyst Tools > Data Management > TIN > Create TIN



Gambar ArcGIS:129 Create TIN



5. Masukkan output TIN nya dengan cara beri nama TIN pada folder yang akan disimpan > masukkan referensi koordinatnya > masukan Inputnya yaitu Feature class point yang sudah dikerjakan sebelumnya > OK



69



Gambar ArcGIS:130 Pengaturan create TIN



6. Akan muncul secara otomatis pada layer kerja.



Gambar ArcGIS:131 Hasl pembuatan TIN



70



7. Dari hasil pembuatan TIN dilakukan uji metode Circumcircle.



Gambar ArcGIS:132 Circumcircle



3.1.5 Proses Pembuatan 3D 1. Klik Add Data > tambahkan data shp yang didigitasi sebelumnya.



Gambar ArcGIS:133 Penambahan data .shp yang sudah diperoses



71



2. Karena Base Height shp belum tereferensi sehingga letak TIN dan data shp tidak menjadi satu. Untuk itu kita harus menyamakan base height nya. Pertama klik kanan pada layer Bangunan kemudian klik Properties.



Gambar ArcGIS:134 Menentukan referensi letak TIN



3.



Atur Base Height, klik Base Height > Load data kemudian pilih data TIN yang sudah dibuat > OK



Gambar ArcGIS:135 Base Height



72



Gambar ArcGIS:136 Tampilan 2D penggabungan hasil digitasi dengan TIN



4. Atur Extrusion untuk menampilkan efek 3D building, cara klik kanan pada layer shp Bangunan > Properties > Extrusion > Extrusion Value pilih [Tinggi] > OK



Gambar ArcGIS:137 Extrusion



5. Berikut hasilnya. 73



Gambar ArcGIS:138 Tampilan 3D penggabungan hasil digitasi dengan TIN



74



Tugas 4 Sumber-Sumber 4.1



Pengertian MPD, DEM, DTM, dan DSM



4.1.1 Model Permukaan Digital Pengertian dari Model Permukaan Digital (MPD) adalah sekumpulan koordinat titik 3D yang mewakili suatu permukaan fisik. Wujud koordinat ini dapat berupa titik dengan lokasi acak semata atau yang dapat dibentuk segitigasegitiga, (raster) grid, atau membentuk pola garis kontur. Memperoleh gambar strategis landcover sebagai inspirator (dimunculkan sebagai true-3D dengan berbagai pose-nya). Selain itu, juga dapat melakukan beberapa analisis kerekayasaan (baik untuk memenuhi kebutuhan komunitas sipil maupun militer) di antaranya menampilkan garis kontur, kemiringan, menghitung volume galian & timbunan, membuat profil, viewshed, line of sight, dan lain sebagainya. Meskipun demikian, dimensi ketiga yang direpresentasikan ini tidak harus selalu merupakan variabel ketinggian. Ternyata, beberapa besaran lain terkait fisik bumi juga dapat dimodelkan sebagai permukaan kontinyu. a) Model 1. Pengertian model Model adalah suatu konsep yang digunakan untuk merepresentasikan sesuatu hal. Jenis dari model sendiri dibagi menjadi tiga, yaitu : konseptual (definisi), fisik (miniatur, maket), dan matematis (fungsi). 2. Jenis model matematis 1) Kuantitatif, berdasar angka 2) Kualitatif, berdasarkan perbandingan/ tingkatan 3) Fungsional, berdasarkan sifat deterministik 4) Stokastik, berdasarkan sifat probabilistik 3. Fungsi model 1) Sebagai abstraksi berdasarkan bentuk logis untuk visualisasi sekaligus memudahkan komunikasi (konseptual) 2) Memudahkan pembahasan dan perhatian pada bagian-bagian penting dari suatu objek (fisik) 3) Memungkinkan penerapan teknis pada objek yang sama secara keseluruhan (matematis) 4) Memungkinkan evaluasi terhadap objek tanpa berhadapan langsung dengan objek tersebut



75



5) Terkait dengan “Real World”, merupakan alat untuk memahami hukum alam. 4. Karakteristik model 1) Akurasi, artinya mendekati kebenaran 2) Deskriptif, artinya memiliki asumsi yang sesuai dengan kenyataan 3) Presisi artinya kondisi model dapat diprediksi berdasarkan angka, fungsi, atau bentuk geometrik 4) Robustness artinya ketahanan relatif terhadap kesalahan data masukan (bukan proses dan output) 5) Generality, artinya dapat diaplikasikan dalam berbagai situasi dan kondisi 6) Fruitfullness, artinya bermanfaat dan dapat dijadikan sumber dari analisis atau model lainnya 7) Simplicity, artinya jumlah parameter terkecil yang masih memungkinkan untuk membangun suatu model b) Permukaan 1. Pengertian Menurut Li, 1990 ada berbagai macam permukaan, antara lain 1) Ground: “the solid surface of the earth”; “a solid base or foundation”; “a surface of the earth”; “bottom of the sea”; etc. 2) Height: “measurement from base to top”; “elevation above the ground or recognized level, especially that of the sea”; “distance upwards”; etc. 3) Elevation: “height above a given level, especially that of sea”; “height above the horizon”; etc. 4) Terrain: “tract of country considered with regarded to its natural features, etc.”; “an extent of ground, region, territory”; etc. 2. Objek yang terkait dengan model permukaan antara lain : 1) Landforms : Elevasi, slope, dan objek lain yang memodelkan relief dari permukaan 2) Unsur alam : Sungai, danau, garis pantai, jaringan jalan, pemukiman, batas administrasi (misal punggungan bukit) 3) Lingkungan dan sumber daya alam : soil, vegetasi, geologi dst. 4) Data sosio - ekonomi : distribusi penduduk, zona industri dan pertanian, dst 3. Keunggulan data terrain dalam bentuk digital: 1) Variasi representasi, data yang ada dapat divisualkan dalam beragam bentuk seperti kontur, profil, 3D view 2) Tidak berkurang kualitasnya seiring waktu atau dalam proses duplikasinya 3) Mudah dimodifikasi 4) Representasi multi-scale, dapat disajikan dalam berbagai skala.



76



4.1.2 DEM (Digital Elvation Model) Pengertian dari DEM (Digital Elvation Model) adalah data digital yang menggambarkan geometri dari bentuk permukaan bumi atau bagiannya yang terdiri dari himpunan titik – titik koordinat hasil sampling dari permukaan dengan algoritma yang mendefenisikan permukaan tersebut menggunakan himpunan koordinat (Tempfli, 1991). DEM merupakan suatu sistem, model, metode, dan alat dalam mengumpulkan, prosessing, dan penyajian informasi medan. Susunan nilai-nilai digital yang mewakili distribusi spasial dari karakteristik medan, distribusi spasial di wakili oleh nilai-nilai pada sistem koordinat horisontal X Y dan karakteristik medan diwakili oleh ketinggian medan dalam sistem koordinat Z (Frederic J. Doyle, 1991). DEM khususnya digunakan untuk menggambarkan relief medan. Gambaran model relief rupabumi tiga dimensi (3-Dimensi) yang menyerupai keadaan sebenarnya di dunia nyata (real world) divisualisaikan dengan bantuan teknologi komputer grafis dan teknologi virtual reality (Mogal, 1993). Digital elevation model (DEM) dapat diartikan sebagai model bentuk tiga dimensi yang mengandung data ketinggian saja, sedangkan DTM memiliki konsep penampilan terrain yang lebih luas. 4.1.3 DTM (Digital Terrain Model) DTM adalah singkatan dari Digital Terrain Model atau bentuk digital dari terrain (permukaan tanah, tidak termasuk objek diatasnya) DTM menampilkan data yang lebih lengkap daripada DEM. DTM digambarkan sebagai tiga representasi dimensi permukaan medan yang terdiri dari X,Y, Z koordinat disimpan dalam bentuk digital yang tidak hanya mencakup ketinggian dan elevasi unsur – unsur geografis lainnya dan fitur alami seperti sungai, jalur punggungan, dll. DTM secara efektif DEM yang telah ditambah dengan unsurunsur seperti breaklines dan pengamatan selain data asli untuk mengoreksi artefak yang dihasilkan dengan hanya menggunakan data asli. Dengan meningkatnya penggunaan komputer dalam rekayasa dan pengembangan cepat



77



tiga dimensi grafis komputer DTM menjadi alat yang ampuh untuk sejumlah besar aplikasi di bumi dan ilmu teknik. 4.1.4 DSM (Digital Surface Model) DSM adalah digital surface model atau dapat diartikan sebagai model permukaan digital. DSM juga merupakan model elevasi yang menampilkan ketinggian permukaan, jika DTM hanya menampilkan ground (permukaan tanah tanpa apapun yang diatasnya) maka DSM menampilkan bentuk permukaan apapun yang ada seperti ketinggian pohon, bangunan dan objek apapun yang ada diatas tanah. 4.1.5 Sumber DEM, DTM, dan DSM 1. Sumber Data DEM 1) Foto Udara Streo 2) Citra Satelit Streo 3) Data Pengukuran Lapangan 4) Peta Topografi (Interpolation Technique) 5) Linear Array Image (Laser Scanner Technique) 6) Citra sejenis RADAR (Radar Technique) 2. Sumber Data DTM 1) Pengukuran Langsung 2) Konversi dari Data Topografi 3) Teknik Fotogrametri 4) INSAR (Citra Hasil Satelit Radar) 5) LIDAR (Teknologi Sensor Jarak Jauh) 3. Sumber Data DSM 1) Foto Udara Streo 2) Citra Satelit Streo 3) Data Pengukuran Lapangan 4) Peta Topografi (Interpolation Technique) 5) Linear Array Image (Laser Scanner Technique) 6) Data Hasil DEM atau DTM 7) Teknologi Pemetaan dengan Airborne IFSAR 8) Citra SAR 4.1.6 Struktur Data DEM, DTM, dan DSM 1. Grid Grid atau Lattice menggunakan sebuah bidang segitiga teratur, segiempat, atau bujursangkar atau bentuk siku yang teratur grid. Perbedaan



78



resolusi grid dapat digunakan, pemilihannya biasanya berhubungan dengan ukuran daerah penelitian dan kemampuan fasilitas komputer. Data dapat disimpan dengan berbagai cara, biasanya metode yang digunakan adalah koordinat Z berhubungan dengan rangkaian titik-titik sepanjang profil dengan titik awal dan spasi grid tertentu (Moore et al., 1991). INCLUDEPICTURE "http://2.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRYAlsKrqsI/AAAAAAAABg I/cVVT6MRi-9Q/s400/Poin.JPG" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://2.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRYAlsKrqsI/AAAAAAAABg I/cVVT6MRi-9Q/s400/Poin.JPG" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://2.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRYAlsKrqsI/AAAAAAAABg I/cVVT6MRi-9Q/s400/Poin.JPG" \* MERGEFORMATINET



Gambar Pengertian MPD, DEM, DTM, dan DSM:139 Grid



2. Tin TIN adalah rangkaian segitiga yang tidak tumpang tindih pada ruang tak beraturan dengan koordinat x, y, dan nilai z yang menyajikan data elevasi. Model TIN disimpan dalam topologi berhubungan antara segitiga dengan segitiga didekatnya, tiap bidang segitiga digabungkan dengan tiga titik segitiga yang dikenal sebagai facet. Titik tak teratur pada TIN biasanya merupakan hasil sampel permukaan titik khusus, seperti lembah, igir, dan perubahan lereng (Mark 1975)



79



INCLUDEPICTURE "http://3.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRYJdC_uUtI/AAAAAAAAB gw/pqt30k4plvU/s400/tin+2.JPG" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://3.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRYJdC_uUtI/AAAAAAAAB gw/pqt30k4plvU/s400/tin+2.JPG" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://3.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRYJdC_uUtI/AAAAAAAAB gw/pqt30k4plvU/s400/tin+2.JPG" \* MERGEFORMATINET



Gambar Pengertian MPD, DEM, DTM, dan DSM:140 Tin a. Pembentukan Tin dan Prinsip-Prinsip Tin Ada beberapa cara untuk membangun jaringan triangulasi dari sekumpulan data terdistribusi secara acak (tidak teratur). Didasarkan pada prinsip yang berbeda. a)



Pendekatan untuk Formasi TIN Untuk membentuk TIN, ada dua pilihan untuk memanfaatkan titik data. Yang pertama adalah mempertimbangkan semua data untuk membentuk keseluruhan jaringan. Ini adalah pendekatan batch (atau statis) untuk triangulasi Delaunay terhadap serangkaian titik data. Alternatifnya adalah membiarkan penambahan atau pemindahan titik selama proses triangulasi. Ini adalah proses dinamis dan disebut triangulasi dinamis, karena modifikasi pada struktur dapat dilakukan tanpa merekonstruksi 80



keseluruhan jaringan setiap saat. Perlu dicatat bahwa "dinamis" tidak berarti bahwa titik-titik tersebut dianggap bergerak - itu adalah properti lain, yang biasanya dikenal sebagai kinetik (Guibas et al 1991). Data spasial bisa berupa format vektor atau raster. Oleh karena itu, triangulasi bisa dalam mode vektor atau raster. Adalah mungkin untuk mengubah data vektor menjadi raster dan kemudian melakukan triangulasi dalam mode raster. Sebagai alternatif, adalah mungkin untuk mengubah data raster menjadi vektor dan kemudian melakukan triangulasi dalam mode vektor. Ada banyak kemungkinan kriteria untuk konstruksi segitiga, sehingga menghasilkan banyak metode alternatif. Metode yang paling banyak digunakan, adalah triangulasi Delaunay, yang memiliki hubungan ganda dengan diagram Voronoi. Ini menyiratkan bahwa jaringan triangulasi Delaunay dapat dibentuk baik secara langsung oleh algoritma atau secara tidak langsung melalui diagram Voronoi. Namun, triangulasi dalam mode raster biasanya dicapai melalui diagram Voronoi karena di ruang raster pembangunan diagram Voronoi jauh lebih mudah daripada triangulasi Delaunay. Oleh karena itu, pendekatan triangulasi dapat diringkas seperti pada Gambar Pengertian MPD, DEM, DTM, dan DSM-3 b)



Prinsip Pembentukan TIN Dari sekumpulan data terdistribusi secara acak, ada beberapa cara alternatif



untuk



membentuk



jaringan



segitiga.



Gambar



5.2



mengilustrasikan tiga jaringan segitiga alternatif yang dihasilkan dari kumpulan data yang sama. Pertanyaan yang muncul adalah "mana yang terbaik?" Harus ada beberapa prinsip dasar untuk membimbing pembangunan jaringan segitiga. Bagian ini membahas prinsip-prinsip ini.



81



Gambar Pengertian MPD, DEM, DTM, dan DSM:141 Pendekatan untuk pembentukan TIN.



Gambar Pengertian MPD, DEM, DTM, dan DSM:142 Jaringan segitiga dengan bentuk yang berbeda dibangun dari kumpulan data yang sama: (a) sekumpulan data; (b) hasil 1; (c) hasil 2; dan (d) hasil 3



Salah satu karakteristik dasar triangulasi Delaunay adalah bahwa tidak ada titik data lain yang terkandung oleh lingkaran segitiga Delaunay. Ini adalah salah satu prinsip dasar untuk menghasilkan triangulasi Delaunay dari serangkaian titik data dua dimensi, yang disebut prinsip kelopak mata kosong. Gambar 5.3 mengilustrasikan hal ini. ABC jika titik C dipilih untuk membentuk segitiga dengan titik A dan B. Artinya titik D bukan titik C harus digunakan untuk membentuk segitiga dengan titik A. dan B. Gambar 5.3 (b) menunjukkan kasus ini, di mana titik C tidak jatuh ke dalam lingkaran yang membatasi ABD. Local Equiangularity adalah prinsip lain yang disarankan oleh Lawson pada tahun 1972 (lihat Tsai 1993) untuk triangulasi Delaunay. Dikatakan bahwa jaringan segitiga optimal jika untuk setiap segiempat cembung yang dibentuk oleh dua segitiga yang berdekatan, pertukaran diagonal tidak akan menyebabkan penurunan minimal enam sudut interior yang bersangkutan dan pada saat yang sama tidak akan menyebabkan



82



peningkatan maksimum. sudut. Dengan cara ini, sudut minimum dimaksimalkan dan sudut maksimum diminimalkan untuk semua segitiga. Ini juga disebut prinsip sudut MAX-MIN. Prosedur untuk menukar diagonal disebut prosedur optimasi lokal (LOP) (Tsai 1993). Gambar 5.4 mengilustrasikan prinsip ini. Pada Gambar 5.4 (a), dua segitiga, "ABC dan ADC digunakan untuk membentuk segiempat cembung. Sudut interior minimum adalah ∠CAD dan sudut interior maksimumnya adalah ∠ADC. Setelah menukar diagonal, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.4 (b), sudut interior minimum kemudian menjadi ∠CBD, yang lebih besar dari ∠CAD dan sudut interior maksimum adalah ∠ADB, yang lebih kecil dari ∠ADC. Ini berarti bahwa bentuk pada Gambar 5.4 (b) adalah konfigurasi yang optimal.



Gambar Pengertian MPD, DEM, DTM, dan DSM:143 Gambar 5.3 Prinsip circumcircle untuk triangulasi Delaunay. (a) Lingkaran yang berisi titik D. (b) Titik D digunakan untuk membentuk segitiga



. Gambar Pengertian MPD, DEM, DTM, dan DSM:144 Ilustrasi proses LOP untuk local equiangularity: (a) sebelum menukar diagonal; dan (b) setelah menukar diagonal.



83



Prinsip intuitif adalah jarak minimum, yang mengacu pada jumlah jarak dari titik baru ke dua titik akhir dari garis dasar segitiga (Yeoli 1977). Algoritma yang sesuai didasarkan pada kriteria bahwa titik baru yang dipilih untuk membangun segitiga baru adalah yang memiliki jumlah jarak ke titik akhir garis dasar sebagai nilai terkecil. Prinsip sederhana lainnya adalah radius lingkar lingkaran yang terbatas (Elf ck 1979). Algoritma yang sesuai didasarkan pada kriteria bahwa titik baru yang dipilih harus membentuk segitiga di mana jari-jari lingkaran yang melingkar adalah nilai terkecil. Jarak minimum dari pusat lingkaran yang melingkar ke garis dasar juga telah disarankan (McLain 1976). b. Vector-Vector Based Static Delaunay Triangulation Berbagai prinsip dapat digunakan untuk implementasi TIN, yang mengarah ke berbagai jenis algoritma. Tidak ada upaya yang dilakukan di sini untuk mengenalkan semua algoritma ini. Sebagai gantinya, hanya metode untuk pembuatan triangulasi Delaunay yang akan dipresentasikan di sini. a) Pemilihan Titik Awal untuk Triangulasi Delaunay Keuntungan dari triangulasi



Delaunay adalah bahwa jaringan



triangulasi yang dihasilkan adalah titik tolak yang paling dekat. Oleh karena itu, titik-titik ini mengarah pada kemungkinan penyelesaian algoritma genetika. Titik-titik berikut ini adalah: a.



the geometric center of the data points (Elfick 1979)



b.



the shortest of all possible lines between any two data points (Yeoli 1977)



c.



a line segment on the imaginary boundary (McCullagh and Ross 1980)



d.



a line segment on the boundary convex hull (Tsai 1993; Gosper 1998).



Setelah memilih titik awal, titik lain, yang biasanya tetangga terdekat dipilih untuk membentuk basis awal. Kemudian, poin ketiga dicari 84



untuk membentuk segitiga pertama. Segitiga lain kemudian dapat dibentuk dengan menggunakan tiga sisi segitiga awal sebagai dasar. Gambar Pengertian MPD, DEM, DTM, dan DSM:145 menunjukkan proses



triangulasi mulai dari pusat geometris. Tidak perlu memiliki titik data yang terletak persis di pusat geometris. Titik data yang paling dekat dengan nilai rata-rata X dan Y ini dipilih sebagai titik awal. Titik 1 pada Gambar Pengertian MPD, DEM, DTM, dan DSM:146 ini paling dekat



dengan pusat geometris dan dipilih sebagai titik awal. Jika terpendek dari semua kemungkinan garis antara dua titik data dipilih sebagai titik awal, maka perhitungan semua jarak di antara dua titik data akan menjadi berat. Sebagai konsekuensinya, pilihan ini tidak terlalu populer. Banyak triangulasi dimulai dari mana saja di batas daerah yang akan dimodelkan; untuk banyak aplikasi, area yang akan dimodelkan secara tidak tepat dijelaskan. Namun, dalam banyak aplikasi lainnya, batasan tidak didefinisikan secara eksplisit, maka batasnya harus dipilah terlebih dahulu.



Gambar Pengertian MPD, DEM, DTM, dan DSM:147 triangulasi Delaunay dimulai dari pusat geometris: (a) generasi segitiga pertama dan (b) generasi segitiga kedua dan ketiga.



85



Gambar Pengertian MPD, DEM, DTM, dan DSM:148 Triangulasi Delaunay dimulai dari mana saja di kotak batas imajiner (titik yang ditunjukkan oleh segitiga adalah titik imajiner). (a) satu set titik acak. (b) persegi panjang dengan batas minimum. (c) kotak batas imajiner



Satu set titik imajiner dapat digunakan untuk mendefinisikan kotak batas dari yang harus di triangulasi. Gambar5.6 menggambarkan triangulasi dari kotak batas imajiner tersebut. Gambar 5.6 (a) menunjukkan satu set titik acak. Area tersebut kemudian dapat didefinisikan oleh persegi panjang dengan batas minimum seperti yang ditunjukkan pada Gambar5.6 (b) atau oleh kotak batas imajiner yang berisi semua titik data (Gambar 5.6c). Biasanya, pada kotak batas imajiner, beberapa titik imajiner (misalnya, di empat sudut di keempat sisi) ditambahkan untuk kenyamanan pencarian titik. Dari manapun di kotak atau di kotak, proses triangulasi bisa dimulai, misalnya dari pojok atas / kiri. Seringkali, convex hull dari titik data digunakan untuk menentukan area bunga yang merupakan poligon cembung terkecil yang berisi semua titik data. Poligon cembung berarti bahwa segmen garis yang menghubungkan dua titik harus benar-benar berada di dalamnya (Tsai1993). Sejumlah algoritma tersedia untuk membangun lambung konveks dari satu set titik pada bidang 2-D seperti pemindaian Graham, deret Jarvis (pembungkus kado), dan lambung Cepat. Pembahasan rinci tentang algoritma ini dapat ditemukan di tempat lain (O'Rourke1993; Gosper1998). Algoritma Gift Wrapping sederhana dan populer digunakan. Gambar5.7 menggambarkan prinsip kerja dari algoritma ini. Langkah pertama adalah menemukan titik



86



dengan koordinat minimum Y sebagai titik awal; Langkah kedua adalah menemukan B di mana semua titik berada di sebelah kiri garis AB dengan memindai semua titik. Artinya, B membuat putaran kanan terbesar dari A. Dengan cara yang sama, titik A, B, C, D, E dan F dapat ditemukan membentuk lambung konveks.



Gambar Pengertian MPD, DEM, DTM, dan DSM:149 Gift Wrapping algorithm for construction of a convex hull



Gambar Pengertian MPD, DEM, DTM, dan DSM:150 Cari titik untuk membentuk segitiga baru (a) Hanya satu titik di dalam lingkaran; (b) Lebih dari satu titik di dalam lingkaran.



c. Kontur Kontur dibuat dari digitasi garis kontur yang disimpan dalam format seperti DLGs (Digital Line Graphs koordinat (x, y) sepanjang tiap garis kontur yang menunjukkan elevasi khusus. Kontur paling banyak digunakan untuk menyajikan permukaan bumi dengan simbol garis.



87



INCLUDEPICTURE "http://3.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRX5xLqTHzI/AAAAAAAA Be4/i1w9fSVAhbA/s400/Kontur.JPG" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://3.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRX5xLqTHzI/AAAAAAAA Be4/i1w9fSVAhbA/s400/Kontur.JPG" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://3.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRX5xLqTHzI/AAAAAAAA Be4/i1w9fSVAhbA/s400/Kontur.JPG" \* MERGEFORMATINET



Gambar Pengertian MPD, DEM, DTM, dan DSM:151 Kontur d. Interpolasi Interpolasi adalah proses penentuan dari nilai pendekatan dari variabel f(P) pada titik antara P, bila f(P) merupakan variabel yang mungkin skalar atau vektor yang dibentuk oleh harga f(P1) pada suatu titik P1 dalam ruang yang berdimensi r (Tempfli, 1977).



88



INCLUDEPICTURE "http://4.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRYN5QZi0hI/AAAAAAAABhA /T1q0Tzwn3RY/s400/interpolasion.JPG" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://4.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRYN5QZi0hI/AAAAAAAABhA /T1q0Tzwn3RY/s400/interpolasion.JPG" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://4.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRYN5QZi0hI/AAAAAAAABhA /T1q0Tzwn3RY/s400/interpolasion.JPG" \* MERGEFORMATINET



Gambar Pengertian MPD, DEM, DTM, dan DSM:152 Interpolasi Penentuan nilai suatu besaran berdasarkan besaran lain yang sudah diketahui nilainya, dimana letak dari besaran yang akan ditentukan tersebut di antara besaran yang sudah diketahui. Besaran yang sudah diketahui tersebut disebut sebagai acuan, sedangkan besaran yang ditentukan disebut sebagi besaran antara (intermediate value). Dalam interpolasi hubungan antara titiktitik acuan tersebut didekati dengan menggunakan fungsi yang disebut fungsi interpolasi. 4.1.7 Turunan DEM 1. Tampilan 3D 1) Perspektif 3 Dimensi - (bird’s eye view) Tampilan 3-D juga dapat menghasilkan penyajian permukaan dan informasi terrain. Pada bird’s eye view, azimuth dan attitude (tinggi) 89



pengamat yang berkaitan dengan permukaan dapat ditentukan. Pada gambar 3-D di permukaan, lokasi pengamat dan titik target biasanya ditentukan. INCLUDEPICTURE "http://1.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRX5w2eGB8I/AAAAAA AABeo/KJ2DH-PJ8D8/s400/3d.JPG" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://1.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRX5w2eGB8I/AAAAAA AABeo/KJ2DH-PJ8D8/s400/3d.JPG" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://1.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRX5w2eGB8I/AAAAAA AABeo/KJ2DH-PJ8D8/s400/3d.JPG" \* MERGEFORMATINET



INCLUDEPICTURE "http://1.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRYAkx01bzI/AAAAAAA ABfw/vh4qk3guSFw/s400/3d+dem.JPG" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://1.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRYAkx01bzI/AAAAAAA ABfw/vh4qk3guSFw/s400/3d+dem.JPG" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://1.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRYAkx01bzI/AAAAAAA ABfw/vh4qk3guSFw/s400/3d+dem.JPG" \* MERGEFORMATINET



Gambar Pengertian MPD, DEM, DTM, dan DSM:153 Tampilan 3D timbul dari atas



90



Drape permukaan membuat tampilan 3-Dimensi layer lain yang memiliki koordinat yang sama dengan TIN. Drape mengenakan titik dan garis. 2) Kontur Kontur (isoline) adalah garis yang menggambarkan satu elevasi konstan pada suatu permukaan. Biasanya kontur digunakan untuk memvisualisasikan elevasi pada peta 2-Dimensi. 3) Kelas Elevasi Hampir sama dengan kontur, tetapi data yang digunakan berupa polygon dengan tampilan gradasi warna untuk perbedaan tinggi. 4) Profil Profil



adalah



irisan



penampang



2-Dimensi



dari



suatu



permukaan. Berdasarkan profil dapat dipergunakaan untuk analisa morfologi permukaan seperti : kecekungan permukaan, perubahan permukaan, kecembungan permukaan, dan ketinggian maksimum permukaan lokal. INCLUDEPICTURE "http://1.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRX5xVgSPI/AAAAAAAABfA/NymWFfyJxkM/s400/Samping.JPG" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://1.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRX5xVgSPI/AAAAAAAABfA/NymWFfyJxkM/s400/Samping.JPG" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://1.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRX5xVgSPI/AAAAAAAABfA/NymWFfyJxkM/s400/Samping.JPG" \* MERGEFORMATINET



91



INCLUDEPICTURE "http://2.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRX5xn9MjaI/AAAAAAA ABfI/acrk2NthRS0/s400/Profil.JPG" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://2.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRX5xn9MjaI/AAAAAAA ABfI/acrk2NthRS0/s400/Profil.JPG" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://2.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRX5xn9MjaI/AAAAAAA ABfI/acrk2NthRS0/s400/Profil.JPG" \* MERGEFORMATINET



Gambar Pengertian MPD, DEM, DTM, dan DSM:154 Profil Memanjang



5) Garis Penglihatan (Line of Sight) Garis antara 2 titik yang menunjukkan bagian-bagian dari permukaan sepanjang garis yang tampak (visible) atau tidak tampak (hidden) dari pengamat. 6) Efek Bayangan (Hillshading) Efek bayangan suatu permukaan berdasarkan harga reflektansi dari features permukaan sekitarnya, sehingga merupakan suatu metode yang sangat berguna untuk mempertajam visualisasi suatu permukaan. Efek bayangan dihasilkan dari intensitas yang berkaitan dengan sumber cahaya yang diberikan. Sumber pencahayaan yang dianggap pada jarak tak berhingga daripada permukaan, dapat diposisikan pada azimuth dan altitude (ketinggian) yang telah ditentukan relatif terhadap permukaan.



92



INCLUDEPICTURE "http://1.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRYJc0VnbI/AAAAAAAABgg/eoRWzE7Mv5I/s400/evek+matahari.JPG" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://1.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRYJc0VnbI/AAAAAAAABgg/eoRWzE7Mv5I/s400/evek+matahari.JPG" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://1.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRYJc0VnbI/AAAAAAAABgg/eoRWzE7Mv5I/s400/evek+matahari.JPG" \*



MERGEFORMATINET Gambar Pengertian MPD, DEM, DTM, dan DSM:155 reflektansi dari features permukaan



7) Kemiringan Lereng (Slope) Kemiringan lereng adalah suatu permukaan yang mengacu pada perubahan harga-harga z yang melewati suatu daerah permukaan. Dua metode yang paling umum untuk menyatakan kemiringan lereng adalah dengan pengukuran sudut dalam derajat atau dengan persentase. Contohnya, kenaikan 2meter pada jarak 100meter dapat dinyatakan sebagai kemiringan 1,15 derajat atau 2 persen.



93



INCLUDEPICTURE "http://1.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRYJdEK8_jI/AAAAAAAAB go/b-efzPynbdU/s400/Lereng.JPG" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://1.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRYJdEK8_jI/AAAAAAAAB go/b-efzPynbdU/s400/Lereng.JPG" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://1.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRYJdEK8_jI/AAAAAAAAB go/b-efzPynbdU/s400/Lereng.JPG" \* MERGEFORMATINET



Gambar Pengertian MPD, DEM, DTM, dan DSM:156 Kemiringan lereng permukaan



8) Aspek Aspek permukaan adalah arah dari perubahan z yang maksimum ke arah bawah. Aspek dinyatakan dalam derajat positif dari 0 hingga 360, diukur searah jarum jam dari Utara. 9) Analisa Volumetrik Volume menghitung luas dan ruang volumetrik antara permukaan dan harga datum yang ditetapkan. Volume parsial dapat dihitung dengan mengatur datum



94



INCLUDEPICTURE "http://2.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRYKmqF_l0I/AAAAAAAA Bg4/Kjbg355i-mU/s400/volume.JPG" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://2.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRYKmqF_l0I/AAAAAAAA Bg4/Kjbg355i-mU/s400/volume.JPG" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://2.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRYKmqF_l0I/AAAAAAAA Bg4/Kjbg355i-mU/s400/volume.JPG" \* MERGEFORMATINET



Gambar Pengertian MPD, DEM, DTM, dan DSM:157 Volume menghitung luas dan ruang volumetric 10) Analisa Visibilitas Visibility mengidentifikasi pencahayaan (exposure) visual dan melakukan analisa pandangan menyeluruh pada suatu permukaan. Titik-titik pengamatan didefinisikan oleh feature titik dan garis dari satu coverage dan bisa menunjukkan lokasi menara pengamatan di tempattempat yang menguntungkan. Visibility mempunyai banyak pilihan atas kontrol parameterparameter yang diamati: Spot, offseta, offsetb, azimuth1, azimuth2, vert1, vert2, radius1, dan radius2.



95



INCLUDEPICTURE "http://4.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRYJcq0dLAI/AAAAAAAABgY/kb -o77Ego6Y/s400/Aspek2.JPG" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://4.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRYJcq0dLAI/AAAAAAAABgY/kb -o77Ego6Y/s400/Aspek2.JPG" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://4.bp.blogspot.com/_vRn_64W4nyU/TRYJcq0dLAI/AAAAAAAABgY/kb -o77Ego6Y/s400/Aspek2.JPG" \* MERGEFORMATINET



Gambar Pengertian MPD, DEM, DTM, dan DSM:158 Analisa Visibilitas



96



4.1.8 Kualitas DEM 1) Ketelitian (accuracy) ditunjukkan dengan Nilai RMSE, rata-rata absolut, atau standart deviasi 2) Ketelitian dalam erekaman (fidelity) terkait dengan konsep generalisasi dan resolusi, ditentukan oleh : a. perubahan medan yang tidak mendadak : ukuran grid atau CI, spasi titik dan akurasi planimetris b. breakpoint dan breaklines – perubahan minimum lereng, panjang minimum garis 3) Tingkat kepercayaan (confidence) pengukuran untuk kualitas semantik data 4) Kelengkapan (completeness) tipe kenampakaan yang disajikan : igir, pola drainage, puncak, lubang, permukaan air, dsb. 5) Validitas (validity) tanggal sumber data, verifikasi data seperti : cek lapangan, perubahan bentuk di lapangan 6) Tampilan grafis (apperance of graphics) varisasi warna, simbol, dan anotasi 4.1.9 Aplikasi DEM 1. Analisa Medan Analisis medan meyangkut data ketinggian (topografi): 1) Geomorfologi Geomorfologi secara quantitatif mengukur permukaan medan dan bentuk lahan : a. Kemiringan lereng b. Aspek c. Kecembungan dan kecekungan lereng d. Panjang lereng Hal tersebut penting untuk kerekayasaan yang menayangkut data tinggi : 97



a. Penggalian : volume b. Manajemen lahan : site selection c. Proses geomorfologi : erosi, landslide, aliran salju (modelling dan monitoring 2) Hidrologi a. Aliran runoff b. Estimasi volume reservoir c. Pemodelan banjir dan sedimentasi d. Batas DS e. Pola aliran : 90% DAS di New York ditentukan dengan DEM 3) Klasifikasi penggunaan lahan DEM membantu klasifikasi penutup lahan dengan mengkaitkan data kemiringan dan aspek yang dilakukan pada data LANDSAT MSS. Akurasi pengenalan meningkat dari 46% menjadi 75% dengan kombinasi citra LNDSAT MSS dan DEM. Penentuan penutup lahan (jenis tanaman) berdasarkan ketinggian, serta membuat rekayasa pembuatan sawah terasering pada lahan yang berlereng miring sampai curam 4) Pemetaan kontur a. Pembuatan kontur dengan variasi CI 5) Komunikasi a. Lokasi Pemancar telepon seluler b. Pemancar TV 6) Keteknikan sipil a. Rute perpipaan b. Transmisi kabel listrik c. Desain, konstruksi, dan pemeliharaan Jalan, jalan KA, airport, pelabuhan, saluran air/kanal, DAM 7) Militer a. Sistem senjata pertahanan b. Pendaratan pasukan



98



8) Arsitektur a. Desain dan perencanaan Landscape kota 2. Koreksi Data 1) DEM untuk koreksi citra satelit dan FU karena pengaruh topografi. 2) DEM untuk orthophoto FU 3) DEM untuk koreksi citra Radar karena pengaruh layover pada medan perbukitan 4) DEM baik untuk koreksi aeromagnetik, grafitasi, pengaruh ketinggian pada survey spektrometer



3. Visualisasi Visualisasi yang baik untuk menggambaran medan dengan pandangan perspektif dan blok diagram. Teknik dapat dengan mengkombinasikan data lain (integrasi dan registrasi SIG) Contoh : visualisasi peta Penutup Lahan dengan peta shadow, colordrape peta-peta tematik. 4.2



Sumber Situs Referensi



4.2.1 Pemanfaatan Data DEM 1) Pemanfaatan Digital Elevation Model (DEM) dan Citra AVNIR-2 Untuk Permodelan Longsor (DAS Ciliwung Hulu) http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/46867 2) Analisa Batas dan Morfometri DAS dari Data DEM SRTM dan ASTER GDEM Terhadap Data BPDAS dan Peta RBI (Sub DAS Bungbuntu) http://repository.its.ac.id/41316/1/3510100008-Undergraduate-Theses.pdf 3) Proses Penentuan Batas-Batas DAS dengan Menggunakan Data Topografi SRTM (Shutle Radar Topoghrapy Mission) http://rekayasasipil.ub.ac.id/index.php/rs/article/download/338/330 4) Pemanfaatan Citra Digital Elevation Model (Dem) untuk Studi Evolusi Geomorfologi Gunung Api Merapi sebelum dan setelah Erupsi Gunung Merapi 2010 http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/semnasif/article/view/1130



99



5) Pemanfaatan Digital Elevation Model (DEM) dan GIS Untuk Permodelan Kerentanan ROB di Semarang http://www.openpaper.its.ac.id/download.php/?idf=14 6) Pemanfaatan Citra DEM SRTM untuk Mengetahui Sebaran Temparatur di Pulau Lombok https://www.academia.edu/14770316/Pemanfaatan_CItra_DEMSRTM_Untuk_Mengetahui_Sebaran_Temperatur_di_Pulau_Lombok 7) Proyeksi Kenaikan Permukaan Laut dan Dampaknya terhadap Banjir Genangan Kawasan Persisir https://jurnal.ugm.ac.id/mgi/article/viewFile/13348/9567 Pemanfaatan Citra ASTER Digital untuk Estimasi Dan Pemetaan Erosi Tanah di Daerah Aliran Sungai Oyo https://media.neliti.com/media/publications/123360-ID-pemanfaatan-citraaster-digital-untuk-es.pdf 8) Pemanfaatan Teknologi Lidar dalam Analisis Genangan Banjir Akibat Luapan Sungai Berdasarkan Simulasi Model Hidrodinamik http://download.portalgaruda.org/article.php? article=444409&val=9378&title=PEMANFAATAN%20TEKNOLOGI %20LIDAR%20DALAM%20ANALISIS%20GENANGAN%20BANJIR %20AKIBAT%20LUAPAN%20SUNGAI%20BERDASARKAN %20SIMULASI%20MODEL%20HIDRODINAMIK 9) Studi Penentuan Aliran Hidrologi Metode Steepest slope dan Lowest Height dengan ASTER GDEMV2 dan ALOS PALSAR http://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/download/17162/3025 4.2.2 Situs Download Digital Elevation Model (DEM) 1. SRTM dengan Link 1. https://earthexplorer.usgs.gov/ 2. http://srtm.csi.cgiar.org/SELECTION/inputCoord.asp 2. JAXA’s Global ALOS 3D World dengan link sebagai berikut 1. http://www.eorc.jaxa.jp/ALOS/en/aw3d30/ 2. https://vertex.daac.asf.alaska.edu/ 3. Light Detection and Ranging (LiDAR) dengan link 1. http://www.opentopography.org/, 2. https://www.coast.noaa.gov/dataviewer/# 3. https://www.lidar-online.com/ 4. http://www.neonscience.org/ 4. Aster G DEM 1. https://gdex.cr.usgs.gov/gdex/



100



2. https://reverb.echo.nasa.gov/reverb/#utf8=%E2%9C %93&spatial_map=satellite&spatial_type=rectangle



101