Laporan Pendahuluan CAD UAP [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Pendahuluan Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler dengan Diagnosa Medik: CAD UAP



Disusun Oleh: Fla Aurelia. R P2002023



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN ITKES WIYATA HUSADA SAMARINDA 2021



KONSEP MEDIK



A. Definisi Coronary Artery Disease (CAD) merupakan kondisi ketika pembuluh darah jantung (arteri koroner) tersumbat oleh timbunan lemak, lemak yang menumpuk membuat arteri akan semakin menyempit, dan membuat aliran darah ke jantung berkurang. Kondisi mengancam jiwa yang ditandai dengan pembentukan area nekrotik lokal di dalam miokardium. Biasanya mengikuti oklusi mendadak dari arteri koroner dan henti mendadak dari aliran darah dan oksigen ke otot jantung (Black & Hawks, 2014). Unstable Angina Pectoris (UAP) merupakan nyeri dada akibat penyakit jantung koroner yang biasanya muncul tiba-tiba, tidak bergantung pada aktivitas yang dilakukan, biasanya berlanjut meskipun sudah beristirahat. Rentang waktu terjadinya unstable angina lebih panjang dengan intensitas nyeri yang lebih parah daripada stable angina (Pane, 2019)



B. Etiologi dan Faktor Risiko Angina pectoris sebagian besar akibat proses ateroklerosis. Timbunan lemak (plak) di pembuluh darah pecah atau terbentuk gumpalan darah, hal itu dapat dengan cepat menyumbat atau mengurangi aliran melalui arteri yang menyempit. Ini dapat secara tiba-tiba dan sangat menurunkan aliran darah ke otot jantung. Angina tidak stabil juga bisa disebabkan oleh pembekuan darah yang menyumbat atau menyumbat sebagian pembuluh darah jantung. Sejumlah faktor dapat meningkatkan risiko aterosklerosis, antara lain: 1. Rokok Rokok adalah faktor risiko utama penyakit jantung koroner. Kandungan nikotin dan karbon monoksida dalam asap rokok dapat membebani kerja jantung, dengan memacu jantung bekerja lebih cepat. Kedua senyawa



tersebut juga meningkatkan risiko terjadinya penggumpalan darah. Senyawa lain dalam rokok juga dapat merusak dinding arteri jantung dan menyebabkan penyempitan. Oleh karena itu, risiko terserang penyakit jantung pada perokok hampir 25 persen lebih tinggi dibanding orang yang tidak merokok. 2. Diabetes Diabetes



menyebabkan



dinding



pembuluh



darah



menebal



dan



menghambat aliran darah. Penderita diabetes diketahui 2 kali lipat lebih berisiko terserang penyakit jantung koroner. 3. Trombosis Trombosis adalah bekuan darah yang dapat terbentuk di pembuluh darah vena atau arteri. Bila terbentuk di arteri, akan menghambat aliran darah ke jantung, sehingga meningkatkan risiko serangan jantung 4. Tekanan Darah tinggi Tekanan darah tinggi atau hipertensi membuat jantung harus bekerja lebih keras. Salah satu faktor pemicu hipertensi adalah konsumsi makanan dengan kadar garam yang tinggi. Tekanan darah normal berkisar antara 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg. 5. Kadar Kolestrol Tinggi  Kolesterol terbagi dua, yaitu kolesterol baik (HDL) dan kolesterol jahat (LDL). LDL inilah yang dapat menumpuk di dinding arteri dan memicu penyempitan. Pada orang dewasa yang sehat, kadar LDL yang normal dalam darah adalah kurang dari 100 mg/dL. Sedangkan bagi individu berisiko mengalami penyakit jantung koroner, kadar LDL disarankan di bawah 100 mg/dL. Batas maksimal kadar LDL akan lebih rendah lagi bagi mereka yang sudah menderita penyakit jantung atau diabetes, yaitu di bawah 70 mg/dL.



6. Berat Badan Berlebih Seseorang dengan berat badan berlebih atau obesitas berisiko terserang penyakit jantung koroner. 7. Riwayat kesehatan keluarga Risiko CAD meningkat pada seseorang yang memiliki keluarga dengan penyakit jantung. 8. Alkohol Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan dapat merusak otot jantung, dan memperburuk kondisi seseorang dengan faktor risiko penyakit jantung koroner, seperti hipertensi dan obesitas



C. Manifestasi Klinik Angina pectoris ditandai dengan nyeri dada seperti tertindih, terbakar, tertusuk ataupun terasa penuh. Rasa sakitnya dapat menjalar ke lengan, bahu, punggung, leher, dan rahang. Gejala lain yang dapat menyertai rasa nyeri tersebut antara lain: 1. Pusing 2. Kelelahan 3. Mual 4. Berkeringat yang muncul berlebihan 5. Sesak napas



D. Patofisiologi Mekanisme timbulnya angina pektoris tidak stabil didasarkan pada ketidakadekuatan suplai oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena



kekakuan



arteri



dan



penyempitan



lumenareteri



koroner



(ateriosklerosis koroner). Mekanisme timbulnya angian pektoris tidak stabil



didasarkan



pada



ketidakadekuatan suplai oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena



kekakuan



arteri



dan



penyempitan



lumenareteri



koroner



(ateriosklerosis koroner). Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitratoksida) yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat penyempitan



lumen



karena



suplai



oksigen



ke



miokard



berkurang.



Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75%. Bila penyempitan lebih dari 75% serta di picu dengan aktifitas berlebihan maka suplai darak ke koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi merekan. Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila kebutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen menjasi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi. Pada saat beban kerja suatu jaringan meningkat, kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Apabila kebutuhan oksigen meningkat pada jantung yang sehat, maka arteri-arteri koroner akan berdilatsi dan mengalirkan lebih banyak oksigen kepada jaringan. Akan tetapi jika terjadi kekakuan dan penyempitan pembuluh darah seperti pada penderita arteriosklerosis dan tidak mampu berespon untuk berdilatasi terhadap peningkatan kebutuhan oksigen. Terjadilah iskemik miocard, yang mana sel-sel miocard mulai menggunakan glikosis



anaerob



untuk



memenuhi



kebutuhan



energinya.



Proses



penmbentukan ini sangat tidak efisien dan menyebabkan terbentuknya asam laktat. Asam laktat kemudian menurunkan Ph miokardium dan menyebabkan nyeri pada angina pectoris. Apabila kebutuhan energi sel-sel jantung berkurang (istirahat atau dengan pemberian obat) suplai oksigen menjadi



kembali



adekuat



dan



sel-sel



otot



kembali melakukan fosforilasi oksidatif membentuk energi melalui proses aerob. Dan proses ini tidak menimbulkan asam laktat, sehingga nyeri angina mereda dan dengan demikian dapat disimpulkan nyeri angina adalah nyeri yang berlangsung singkat. E. Penatalaksanaan Medik 1. Farmakologi a. Obat Pengencer Darah 1) Aspirin 2) Clopidogrel 3) Ticagrelor b. Obat Pelebar Pembuluh Darah 1) Nitrogliserin, untuk melebarkan dan merelaksasi pembuluh darah sehingga aliran darah ke jantung lebih baik. Mekanisme kerjanya sebagai



dilatasi



vena



perifer



dan



pembuluh



darah



koroner. Efeknya langsung terhadap relaksasi otot polos vaskuler. Nitrogliserin juga dapat meningkatkan toleransi exercise pada penderita angina sebelum terjadi hipoktesia miokard. Bila di berikan sebelum exercise dapat mencegah serangan angina. c. Beta Blocker untuk memperlambat denyut jantung dan merelaksasi pembuluh darah sehingga mengurangi beban kerja jantunng. Cara kerjanya menghambat sistem adrenergenik terhadap miokard yang menyebabkan kronotropik dan inotropik positif, sehingga denyut jantung



dan



curah



jantung



dikurangi.



Karena



efeknya



yang



kadiorotektif, obat ini sering digunakan sebagai pilihan pertama untuk mencegah serangan angina pektoris pada sebagian besar penderita d. Obat untuk mengontrol diabetes, kolestrol dan hipertensi yang merupakan faktor resiko dari penyakit jantung koroner penyebab



angina. e. Ca- Antagonis Dipakai pada pengobatan jangka panjang untuk mengurangi frekwensi serangan pada beberapa bentuk angina. Cara kerjanya : 1) Memperbaiki spasme koroner dengan menghambat tonus vasometer pembuluh darah 2) Arteri koroner (terutama pada angina Prinzmetal). 3) Dilatasi



arteri koroner



sehingga



meningkatkan suplai



darah



ke



miokard 4) Dilatasi arteri perifer sehingga mengurangi resistensi perifer dan menurunkan afterload. 5) Efek langsung terhadap jantung yaitu dengan mengurangi denyut, jantung dan kontraktilitis sehingga mengurangi kebutuhan O2



2. Pembedahan a. Angioplasty and stenting Disebut juga Percutaneous Coronary Intervention yaitu memasukan balon kecil kedalam arteri yang menyempit, balon dipompa untuk memperlebar arteri kemudian stent dimasukkan untuk menjaga arteri tetap terbuka. b. Coronary artery bypass Yaitu dengan mengambil pembuluh darah dari bagian tubuh lain untuk membuat saluran aliran darah baru sebagai pengganti saluran aliran darah yang menyempit. c. External counterpulsation (ECP) Prosedur terapi non-invasif yang dilakukan pada pasien dengan angina refrakter (nyeri dada berulang sudah dengan optimal terapi)



atau



gagal



jantung



untuk



menghilangkan



gejala



iskemia,



meningkatkan kapasitas fungsional dan kualitas hidup pasien. Melibatkan penggunaan manset seperti yang digunakan pada alat pengukur tekanan darah. Manset dipasang di kedua kaki dan cuff (balon)



akan



ditekan



sesuai



denyut



jantung



pasien



untuk



mengencangkan kaki dan menekan pembuluh darah.Penekanan pembuluh darah tersebut akan memacu aliran darah ke jantung agar bertambah, sehingga dapat meredakan nyeri.



F. Pemeriksaan Diagnostik 1. EKG Untuk memeriksa aliran listrik jantung dan memantau jika terdapat gangguan pada irama jantung. 2. Echocardiogram Untuk menemukan letak kerusakan otot jantung dan area jantung yang tidak mendapat aliran darah yang cukup 3. Rontgen toraks Untuk memeriksa apakah terjadi pembesaran jantung. 4. Tes Darah Untuk mendeteksi keberadaan enzim jantung, yang kadarnya di dalam darah dapat meningkat saat jantung tidak mendapatkan suplai darah yang cukup. 5. CT Scan Untuk menunjukkan bagian pembuluh jantung yang tersumbat dan bagian jantung yang tidak mendapatkan aliran darah. 6. EKG treadmill Tujuan pemeriksaan ini sama dengan EKG, tetapi dilakukan saat pasien sedang beraktivitas.



7. Kateterisasi Jantung Untuk melihat penyempitan pada pembuluh darah jantung dengan bantuan alat kateter, zat pewarna khusus (kontras), dan foto Rontgen 8. MRI Cardiac Untuk mengetahui struktur jantung dan pembuluh darah



G. Komplikasi Angina pectoris sering disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Bila pembuluh darah koroner semakin sempit dan tersumbat total, maka akan muncul serangan jantung yang bisa mengancam nyawa. Oleh karena itu, angina pektoris perlu diperiksakan sejak masih berupa gejala awal, atau sejak nyeri masih ringan dan bisa mereda sendiri dengan istirahat. 1. Infark miocard Dikenal dengan istilah serangan jantung adalah kondisi terhentinya aliran darah dari arteri koroner pada area yang terkena yang menyebabkan kekurangan oksigen (iskemia) lalu sel-sel menjadi nekrotik (mati) karena kebutuhan energi akan melebihi suplai energi dara 2. Aritmia Aritmia perlu diobati bila menyebabkan gangguan hemodinamik. Aritmia memicu peningkatan kebutuhan O2 miokard yang mengakibatkan perluasan infark 3. Gagal jantung Kondisi



saat



pompa



jantung



melemah,



sehingga



tidak



mampu



mengalirkan darah yang cukup ke seluruh tubuh. 4. Syok Cardiogenik Sindroma



kegagalan



memompa



yang



paling



dihubungkan dengan mortalitas paling tinggi,



mengancam



dan



meskipun dengan



perawatan agresif 5. Perikarditis Sering ditemukan dan ditandai dengan nyeri dada yang lebih berat pada inspirasi dan tidur terlentang. Infark transmural membuat lapisan epikardium yang langsung kontak dengan perikardium kasar, sehingga merangsang permukaan perikard dan timbul reaksi peradangan. 6. Aneurisma ventrikel Dapat timbul setelah terjadi MCI transmural. Nekrosis dan pembentukan parut membuat dinding miokard menjadi lemah. Ketika sistol, tekanan tinggi dalam ventrikel membuat bagian miokard yang lemah menonjol keluar. Darah dapat merembes ke dalam bagian yang lemah itu dan dapat menjadi sumber emboli. Disamping itu bagian yang lemah dapat mengganggu curah jantung kebanyakan aneurisma ventrikel terdapat pada apex dan bagian anterior jantung



H. Pengkajian Keperawatan 1. Identitas Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, no. Register, dan diagnosa medis. Sedangkan identitas bagi penanggung jawab yaitu nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan hubungan dengan klien . 2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama Keluhan utama yang biasa terjadi pada pasien dengan angina tidak stabil yaitu nyeri dada substernal atau retrosternal dan menjalar ke leher, daerah interskapula atau lengan kiri, serangan atau nyeri yang dirasakan tidak memiliki pola, bisa terjadi lebih sering dan lebih berat, serta dapat terjadi dengan atau tanpa aktivitas.



b. Riwayat Kesehatan Sekarang Pada riwayat kesehatan sekarang keluhan yang dirasakan oleh klien sesuai dengan gejala-gejala pada klien dengan angina tidak stabil yaitu nyeri dada substernal atau retrosternal dan menjalar ke leher, daerah interskapula atau lengan kiri, serangan atau nyeri yang dirasakan tidak memiliki pola, bisa terjadi lebih sering dan lebih berat, serta dapat terjadi dengan atau tanpa aktivitas. Biasanya disertai sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin, palpitasi, dan dizzines. c. Riwayat Kesehatan Dahulu Klien mempunyai riwayat hipertensi, atherosklerosis, insufisiensi aorta, spasmus arteri koroner dan anemia berat. d. Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga klien mempunyai penyakit hipertensi dan arteri koroner 3. Pemeriksaan Fisik



a. Keadaan umum Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan klien dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital. Kesadaran klien juga diamati apakah kompos mentis, apatis, samnolen, delirium, semi koma atau koma. Keadaan sakit juga diamati apakah sedang, berat, ringan atau tampak tidak sakit. b. Tanda-tanda vital Dapat meningkat sekunder akibat nyeri atau menurun sekunder akibat gangguan hemodinamik atau terapi farmakologi c. Pemeriksaan head to toe 1) Kepala



Pusing, berdenyut selama tidur atau saat terbangun, tampak perubahan ekspresi wajah seperti meringis atau merintih, terdapat atau tidak nyeri pada rahang 2) Leher Tampak distensi vena jugularis, terdapat atau tidak nyeri pada leher 3) Thorak Bunyi jantung normal atau terdapat bunyi jantung ekstra S3/S4 menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilitas, kalau murmur menunjukkan gangguan katup atau disfungsi otot papilar dan perikarditis. Paru-paru: suara nafas bersih, krekels, mengi, wheezing, ronchi, terdapat batuk dengan atau tanpa sputum, terdapat sputum bersih, kental ataupun merah muda 4) Abdomen Terdapat



nyeri/rasa



terbakar



epigastrik,



bising



usus



normal/menurun 5) Ekstermitas Ekstremitas dingin dan berkeringat dingin, terdapat udema perifer dan udema umum, kelemahan atau kelelahan, pucat atau sianosis, kuku datar, pucat pada membran mukosa dan bibir. I.



Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis 2. Penurunan curah Jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas 3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi 4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen 5. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri



dan/atau vena 6. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional



RENCANA KEPERAWATAN No. 1.



Diagnosa Nyeri Akut Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan Gejala dan Tanda Mayor Subjektif: a. Mengeluh nyeri Objektif: a. Tampak meringis b. Bersikap protektif c. Gelisah d. Frekuensi nadi meningkat e. Sulit tidur Gejala dan Tanda Minor Objektif: a. Tekanan darah meningkat b. Pola napas berubah



Tujuan Tingkat Nyeri



Intervensi Pemberian Analgesik



Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan.



Definisi: Menyiapkan dan memberikan agen farmakologis untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit. Tindakan Observasi: a. Identifikasi karakteristik nyeri b. Identifikasi riwayat alergi obat c. Identifikasi kesesuaian jenis analgesik dengantingkat keparahan nyeri d. Monitor ttv sebelum dan sesudah pemberian analgesik e. Monitor efektifitas analgesik Terapeutik a. Diskusikan jenis analgesik yang



Ekspektasi: Menurun Kriteria hasil: a. Keluhan nyeri b. Meringis c. Sikap protektif d. Gelisah e. Kesulitan tidur f. Menarik diri g. Berfokus pada diri sendiri



c. d. e. f. g.



2.



Nafsu makan berubah Proses berpikir terganggu Menarik diri Berfokus pada diri sendiri Diaforesis



Penurunan Curah Jantung Definisi: Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolism tubuh Gejala dan Tanda Mayor: Subjektif: 1. Perubahan Irama jantung a. Palpitasi 2. Perubahan preload a. Lelah 3. Perubahan Afterload a. Dispnea 4. Perubahan kontraktilitas a. Paroxysmal nocturnal dyspnea b. Ortopnea Objektif : 1. Perubahan Irama jantung a. Bradikardi/ta



b.



Curah Jantung Definisi: keadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Ekspektasi : Meningkat Kriteria hasil: 1. Kekuatan nadi perifer 2. Ejection Fraction (EF) Ekspektasi: menurun 1. Palpitasi 2. Bradikardi 3. Takikardi 4. Lelah 5. Ortopnea 6. Gambaran EKG aritmia 7. Dispnea 8. Suara jantung S4 Ekspektasi: membaik 1. Tekanan darah 2. Capillary refill time



disukai untuk mencapai nalgesik optimal, jika perlu Dokumentasikan respon terhadap efek analgesik dan efek yang tidak diinginkan



Edukasi a. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat Kolaborasi a. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis, sesuai indikasi Perawatan Jantung Tindakan 1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung 2. Monitor tekanan darah 3. Monitor intake dan output cairan 4. Monitor saturasi oksigen 5. Monitor keluhan nyeri dada 6. Monitor EKG 12 sadapan



kikardi Gambaran EKG aritmia atanu gangguan konduksi 2. Perubahan preload a. Distensi vena jugularis b. CVP meningkat/m enurun 3. Perubahan Afterload a. Tekanan darah meningkat/m enurun b. 4. Perubahan kontraktilitas a. Terdengar suara jantung S3 dan/atau S4 b. Ejection fraction (EF) menurun Gejala dan Tanda Minor Subjektif : 1. Perilaku/emosion al a. Cemas b. Gelisah Perfusi Perifer tidak efektif b.d penurunan aliran arteri dan/atau vena b.



3.



Perfusi perifer Definisi: keadekuatan aliran darah pembuluh darah distal untuk menunjang fungsi jaringan. Ekspektasi: meningkat Kriteria hasil: 1. Denyut nadi perifer



Perawatan sirkulasi Definisi: mengidentifikasi dan merawat area lokal dengan keterbatasan sirkulasi perifer Tindakan: 1. periksa sirkulasi perifer 2. identifikasi faktor resikogangguan sirkulasi



Ekspektasi menurun: Kriteria hasil: 1. Warna kulit pucat 2. Kelemahan otot 3. Edema perifer Ekspektasi : membaik Kriteria hasil: 1. pengisian kapiler 2. Turgor kulit 3. akral



3. 4. 5.



lakukan hidrasi anjurkan berhenti merokok anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan penurun kolestrol, jika pperlu.



Daftar Pustaka Black. J.M & Hawks. J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8. Buku 3. Singapore. Elsevier. ISBN: 978-9812729-78-1 Mayo clinic (2018). Disease and Condition. Angina. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/angina/diagnosis-treatment/drc20369378 Mayo Clinic (2018). Diseases and Conditions. Coronary Artery Disease https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/coronary-artery-disease/symptomscauses/syc-20350613 Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Cetakan 3. Jakarta: Dewan pengurus Pusat PPNI. ISBN 978-602-18445-6-4. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Cetakan 2. Jakarta: Dewan pengurus Pusat PPNI. ISBN 978-602-51680-0-0 Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Cetakan 2. Jakarta: Dewan pengurus Pusat PPNI. ISBN 978-602-18445-9-5.