Laporan Pendahuluan Imunisasi BCG [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA AN. “C” USIA 1 BULAN DI RUANG ANAK RSUD KOTA MATARAM TANGGAL 19 APRIL 2020



OLEH : ANGELINA ALIVIA NINGRUM P07120118006



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MATARAM 2020



LEMBAR PENGESAHAN Laporan Pendahuluan dan laporan kasus ini telah disahkan dan disetujui oleh pembimbing lahan dan pembimbing akademik pada : Hari/ tanggal



:



Bangsal/Ruangan



:



Mengetahui,



Pembimbing Akademik



Mahasiswa



(H. Moh. Arip, S.KP., M.Kes)



(Angelina Alivia Ningrum)



NIP. 196706071989031003



LAPORAN PENDAHULUAN IMUNISASI BCG A. KONSEP DASAR A. DEFINISI IMUNISASI BCG Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Kemenkes RI, 2015). Imunisasi dasar merupakan program yang dilakukan untuk melindungi tubuh seseorang dari penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri diantaranya penyakit tuberkulosis, polio, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B dan campak. Sasaran program tersebut pada bayi usia 0-11 bulan agar tercapai kekebalan jika dikemudian hari terpapar dengan penyakit tersebut. Imunisasi dasar meliputi imunisasi BCG, DPT/HB, polio dan campak dengan rentang usia kurang dari 1 tahun (Kemenkes RI, 2010). Vaksin adalah zat atau senyawa yang berfungsi untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Vaksin terdiri dari banyak jenis dan kandungan, masing-masing vaksin tersebut dapat memberikan Anda perlindungan terhadap berbagai penyakit yang berbahaya. Vaksin mengandung bakteri, racun, atau virus penyebab penyakit yang telah dilemahkan atau sudah dimatikan. Saat dimasukkan ke dalam tubuh seseorang, vaksin akan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi. Proses pembentukan antibodi inilah yang disebut imunisasi. Vaksin BCG atau Bacillus Calmette–Guérin adalah vaksin yang diberikan untuk melindungi anak terhadap penyakit tuberkulosis (TB), yaitu penyakit infeksi yang terutama menyerang paru-paru.



B. TUJUAN PEMBERIAN IMUNISASI BCG Untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tubercolosis ( TBC). Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit. Itulah mengapa,agar memiliki kekebalan aktif, dimasukkanlah jenis basil tak berbahaya kedalam tubuh, alias vaksinasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) C. CARA PEMBERIAN IMUNISASI BCG Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan ketika bayi baru lahir, sampai bayi berumur 12 bulan, tetapi sebaiknya pada umur 0 – 2 bulan. Hasil yang memuaskan terlihat apabila diberikan menjelang umur 2 bulan. Imunisasi BCG cukup diberikan 1 kali saja, pada anak yang berumur lebih dari 2 bulan, dianjurkan untuk melakukan uji mantoux sebelum imunisasi BCG, gunanya untuk mengetahui apakah ia telah terjangkit penyakit TBC. Seandainya hasil uji mantoux positif, anak tersebut selayaknya tidak mendapat imunisasi BCG. Tetapi bila imunisasi dilakukan secara massal, maka pemberian suntikan BCG dilaksanakan secara langsung tanpa uji mantoux terlebih dahulu. Hal ini dilakukan mengingat pengaruh beberapa factor, seperti segi teknis penyuntikan BCG, keberhasilan program imunisasi, segi epidemiologis dan lain – lain. Penyuntikan BCG tanpa dilakukan uji mantoux pada dasarnya tidaklah membahayakan. Bila pemberian imunisasi BCG itu berhasil, setelah beberapa minggu ditempat suntikan akan terdapat suatu benjolan. Tempat suntikan itu kemudian berbekas. Kadang – kadang benjolan tersebut bernanah, tapi akan menyembuh sendiri meskipun lambat. Sesuai kesepakatan maka biasanya penyuntikan BCG dilakukan di lengan kanan atas. D. KEKEBALAN IMUNISASI BCG Seperti telah diuraikan diatas, jaminan imunisasi tidaklah mutlak 100% bahwa anak anda akan terhindar sama sekali dari penyakit TBC. Sandainya bayi yang telah mendapat imunisasi terjangkit juga penyakit TBC, maka ia akan menderita penyakit TBC dalam bentuk yang ringan. Iapun akan terhindar dari kemungkinan mendapat TBC



berat, seperti TBC paru yang parah, TBC tulang, atau TBC selaput otak yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup dan membahayakan jiwa anak muda.



E. PATHWAY



Imunisasi BCG



Vaksin masuk dalam tubuh



Makrofag menangkap/ mengikat



Hipertermi



Peradangan



Mengeluarkan kemokin



Limfosit



Antibodi



Peningkatan kesehatan bayi



SC : 0,05 ml Usia : 0-2 Bulan Resiko Infeksi



Nyeri Akut



F. REAKSI IMUNISASI BCG Biasanya setelah suntikan BCG bayi tidak akan menderita demam. Bila ia demam setelah imunisasi BCG umumnya disebabkan oleh keadaan lain. Untuk hal ini dianjurkan agar anda berkonsultasi dengan dokter. 1. Tanda Keberhasilan Vaksinasi Tanda keberhasilan vaksinasi BCG berupa bisul kecil dan bernanah pada daerah bekas suntikan yang muncul setelah 4-6 minggu. Benjolan atau bisul setelah vaksinasi BCG memiliki ciri yang sangat khas dan berbeda dari bisul pada umumnya. Bisul tersebut tidak menimbulkan rasa nyeri, bahkan bila disentuh pun tidak terasa sakit. Tak hanya itu, munculnya bisul juga tak diiringi panas. Selanjutnya, bisul tersebut akan mengempis dan membentuk luka parut. 2. Bila Ada Reaksi Berlebih Tingkatkan kewaspadaan bila ternyata muncul reaksi berlebih pasca vaksinasi BCG. Misal, benjolan atau bisul itu lama tidak sembuh-sembuh dan menjadi koreng. Atau, malah ada pembengkakan pada kelenjar di ketiak. Ini dapat merupakan pertanda si anak pernah terinfeksi TB sehingga menimbulkan reaksi berlebih setelah divaksin. Sebaiknya segera periksakan kembali ke dokter. Penting diketahui, setiap infeksi selalu diikuti oleh pembesaran kelenjar limfe setempat (regional) sehingga bisa diraba. Jadi infeksi ringan akibat vaksinasi di lengan atas akan menyebabkan pembesaran kelenjar limfe ketiak. Jika infeksi terjadi pada pangkal paha, akan terjadi pembesaran kelenjar limfe di lipatan paha. Namun efek samping ini tidak terjadi pada semua bayi. Yang berisiko apabila bayi tersebut sudah terinfeksi TB sebelum vaksinasi. 3. Bila Tak Timbul Benjolan Orang tua tak perlu khawatir bila ternyata tidak muncul bisul/benjolan di daerah suntik. Jangan langsung beranggapan bahwa vaksinasinya gagal. Bisa saja itu terjadi karena kadar antibodinya terlalu rendah, dosis terlalu rendah, daya tahan anak sedang menurun (misalnya anak dengan gizi buruk) atau kualitas vaksinnya kurang baik akibat cara penyimpanan yang salah. Meski begitu, antibodi tetap terbentuk tetapi dalam kadar yang rendah. Jangan khawatir, di daerah endemis TB (penyakit TB terus-menerus ada sepanjang tahun)



seperti Indonesia, infeksi alamiah akan selalu ada. Booster-nya (ulangan vaksinasi) bisa didapat dari alam, asalkan anak pernah divaksinasi sebelumnya. G. EFEK SAMPING Umumnya pada imunisasi BCG jarang dijumpai efek samping. Mungkin terjadi pembengkakan kelenjar getah bening setempat yang terbatas dan biasanya menyembuh sendiri walaupun lambat. Bila suntikan BCG dilakukan di lengan atas, pembengkakan kelenjar terdapat di ketiak atau leher bagian bawah. Komplikasi pembengkakan kelenjar ini biasanya disebabkan karena teknik penyuntikan yang kurang tepat, yaitu penyuntikan terlalu dalam. Dalam masalah komplikasi yang ringan ini, bila terdapat keraguan dipersilahkan anda berkonsultasi dengan dokter. H. DOSIS DAN CARA PEMBERIAN VAKSIN BCG 1. Sebelum disuntikan vaksin BCG dilarutkan terlebih dahulu dengan 4 ml NaCl 0,9%, dengan menggunakan alat suntik steril. 2. Dosis pemberiannya yaitu 0,05 ml, sebanyak satu kali untuk bayi usia ≤1 tahun 3. Disuntikan secara intracutan didaerah lengan kanan atas (insertion musculus deltoideus), dengan menggunakan alat suntik dosis tunggal yang steril. Ukuran jarum suntiknya no. 26 G. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam. I. KONTRAINDIKASI Tidak ada larangan untuk melakukan imunisasi BCG, kecuali pada anak yang berpenyakit TBC atau menunjukkan uji Mantoux Positif. a. Pemberian imunisasi BCG biasanya dilakukan sedini mungkin, dalam waktu beberapa hari setelah bayi lahir. b. Cara pemberian imunisasi BCG bagi perorangan berlainan dengan pemberian secara masal. c. Imunisasi BCG secara masal tanpa didahului uji Mantoux, tidak membahayakan. d. Dengan imunisasi BCG anak anda diharapkan akan bebas terjangkit penyakit TBC. Setidak-tidaknya ia terhindar dari penyakit TBC yang berat dan parah.



J. KOMPLIKASI Komplikasi yang mungkin timbul adalah pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan kerena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (penghisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat. Limfadenetis supurativa, terjadi jika penyuntikan terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2 bulan.



B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Riwayat keperawatan a. Riwayat keluhan utama Keluhan utama merupakan suatu keadaan dimana seorang pasien terdorong untuk ke unit pelayanan kesehatan untuk dirawat. Keluhan utama ini sangat penting untuk menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan. Keluhan utama pada pasien campak adalah timbul gejala-gejala panas, malaise, coryza, konjungtivitis dan batuk. b. Riwayat keperawatan sekarang Merupakan uraian tentang bagaimana pasien sampai masuk rumah sakit, pasien dengan mula-mulanya badannya panas tinggi. c. Riwayat kesehatan keluarga Yang perlu dikaji adalah mengenai keturunan anggota keluarga yang menderita suatu penyakit kronis atau menular. d. Riwayat kehamilan Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita selama kehamilan. 2. Pemeriksaan fisik (Data fokus) Merupakan pemeriksaan yang kompleks dari kepala sampai ujung kaki dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. 3. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang merupakan pemeriksaan pendukung, seperti: hasil laboratorium, dan sebagainya.



B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Diagnosa I: Hipertermi (0007) a. Definisi Peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal b. Batasan karakteristik Objektif 1) Kulit merah 2) Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal 3) Frekuensi napas meningkat 4) Kejang atau konvulsi 5) Kulit teraba hangat 6) Takikardi 7) Takipnea c. Faktor yang berhubungan 1) Dehidrasi, Penyakit atau trauma 2) Ketidakmampuan atau kemampuan untuk berkeringat 3) Pakaian yang tidak tepat 4) Peningkatan laju metabolisme 5) Obat atau anestesia 6) Terpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang) 7) Aktivitas yang berlebihan



2. Diagnosa II Nyeri Akut a. Definisi Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan.



b. Batasan karakteristik 1) Laporan secara verbal atau nonverbal 2) Fakta dari observasi 3) Posisi antalgic untuk menghindari nyeri 4) Gerakan melindungi 5) Tingkah laku berhati-hati 6) Muka topeng 7) Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai) 8) Terfokus pada diri sendiri 9) Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan) 10) Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang) 11) Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil) 12) Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku) 13) Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah) 14) Perubahan dalam nafsu makan dan minum. c. Faktor yang berhubungan Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis). 3. Diagnosa III: Resiko infeksi a. Definisi: Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik. b. Faktor–faktor resiko : 1) Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat a) Ganguuan peristalsis



b) Pecah ketuban dini c) Pecah ketuban lama 2) Ketidakadekuatan pertahanan sekunder a. Imunosupresi (imunitas didapat tidak adekuat) b. Respon inflamasi 3) Pemajanan terhadap patogen 4. Diagnosa IV: Gangguan Integritas kulit a. Definisi Kerusakan pada epidermis dan atau dermis b. Batasan karakteristik 1) Benda asing menusuk permukaan kulit 2) Kerusakan integritas kulit 3) Nyeri abdomen 4) Kram 5) Urgensi 6) Setidaknya sehari mengalami 3x defekasidengan feses cair bising usus hiperaktif c. Faktor yang berhubungan 1) Agen farmaseutikal 2) Cedera kimiawi kulit (mis., luka bakar, kapsaisin, mentilen klorida, agen mustard) 3) Faktor mekanisme 4) Hipertermia 5) Hiportermia 6) Kelembaban 7) Internal 8) Gangguan metabolisme 9) Gangguan pigmentasi 10) Gangguan sensasi (akibat cedera medulla spinalis, diabetes mellitus dll)



11) Gangguan sirkulasi 12) Gangguan turgor kulit 13) Gangguan volume cairan 14) Nutrisi tidak adekuat 15) Perubahan abnormal 16) Psikologis 17) Tingkat stress dan ansietas tinggi 18) Situasional 19) Efek samping obat 20) Penyalahgunaan alkohol 21) Kontaminan 22) Fisiologis 23) Proses Infeksi 24) Inflamasi 25) Iritasi 26) Malabsorsi C. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Diagnosa I: Hipertermi 



Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC



a. Pasien akan menunjukkan termoregulasi, yang dibuktikan oleh indikator gangguan sebagai berikut (sebutkan 1-5 gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan): 1) Peningkatan suhu kulit 2) Hipertermia 3) Dehidrasi 4) Mengantuk b. Pasien akan menunjukkan termoregulasi, yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5 gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau, tidak ada gangguan): 1) Berkeringat saat panas



2) Denyut nadi radialis 3) Frekuensi pernapasan 



Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC



Mandiri: a. Pantau aktivitas kejang R : Untuk mengetahui seberapa lama aktivitas kejang yang terjadi b. Pantau hidrasi (misalnya turgor kulit, kelembaban membran mukosa) R : Untuk mengetahui apakah terjadi edema c. Pantau TTV R : Untuk mengetahui perkembangan TTV Kolaborasi : Berikan obat antipiretik : jika perlu



2. Diagnosa II : Nyeri akut 



Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC



Setelah diberikan asuhan keperawatan asuhan keperawatan selama 1 x 2 jam, nyeri yang dirasakan Pasien berkurang. Kriteria hasil : a. Pasien melaporkan nyeri berkurang b. Pasien dapat mengenal lamanya nyeri c. Pasien dapat menggambarkan faktor penyebab d. Pasien dapat menggunakan teknik non farmakologis e. Pasien menggunakan analgesic sesuai instruksi 



Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC



a. Kaji secara komprehensif terhadap nyeri termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi



Rasional : Untuk mengetahui tingkat nyeri klien b. Observasi reaksi ketidaknyaman secara nonverbal Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketidaknyamanan dirasakan oleh pasien c. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengungkapkan pengalaman nyeri dan penerimaan pasien terhadap respon nyeri Rasional : Untuk mengalihkan perhatian pasien dari rasa nyeri d. Tentukan pengaruh pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup ( napsu makan, tidur, aktivitas, mood, hubungan sosial) Rasional : Untuk mengetahui apakah nyeri yang dirasakan pasien berpengaruh terhadap yang lainnya e. Tentukan faktor yang dapat memperburuk nyeri. Lakukan evaluasi dengan pasien dan tim kesehatan lain tentang ukuran pengontrolan nyeri yang telah dilakukan Rasional : Untuk mengurangi faktor yang dapat memperburuk nyeri yang dirasakan pasien f. Berikan informasi tentang nyeri termasuk penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan hilang, antisipasi terhadap ketidaknyamanan dari prosedur Rasional : untuk mengetahui apakah terjadi pengurangan rasa nyeri atau nyeri yang dirasakan pasien bertambah g. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi respon ketidaknyamanan pasien (suhu ruangan, cahaya dan suara) Rasional : Pemberian “health education” dapat mengurangi tingkat kecemasan dan membantu pasien dalam membentuk mekanisme koping terhadap rasa nyeri h. Hilangkan faktor presipitasi yang dapat meningkatkan pengalaman nyeri pasien (ketakutan, kurang pengetahuan) Rasional : Untuk mengurangi tingkat ketidaknyamanan yang dirasakan pasien i. Ajarkan cara penggunaan terapi non farmakologi (distraksi, guide imagery, relaksasi)



Rasional : Agar nyeri yang dirasakan pasien tidak bertambah dan agar klien mampu menggunakan teknik nonfarmakologi dalam memanagement nyeri yang dirasakan j. Kolaborasi pemberian analgesic Rasional : Pemberian analgetik dapat mengurangi rasa nyeri pasien



3. Diagnosa III : Resiko infeksi 



Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteia): berdasarkan NOC



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam bintik-bintik merah pada kulit akan hilang. Kriteria hasil : a. Pasien tidak merasakan gatal dan nyaman dengan keadaannya b. Rash pada kulit berkurang 



Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC



a. Pertahankan kuku anak tetap pendek, menjelaskan kepada anak untuk tidak menggaruk keras Rasional: Untuk mencegah terjadinya luka pada saat anak menggaruk b. Berikan obat antipruritus topikal, dan anestesi topical Rasional: Agar tidak merasakan gatal dan sakit pada kulit pasien c. Mandikan pasien dengan menggunakan sabun yang tidak perih Rasional: Untuk mencegah infeksi Untuk mencegah terjadinya luka pada saat anak menggaruk d. Kolaborasi: Pemberian antihistamin Rasional: Agar tidak merasakan gatal dan sakit pada kulit



4. Diagnosa IV : Gangguan integritas kulit 



Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteia): berdasarkan NOC



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam bintik-bintik merah pada kulit akan hilang. Kriteria hasil : a. Pasien tidak merasakan gatal dan nyaman dengan keadaannya b. Rash pada kulit berkurang 



Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC



a. Pertahankan kuku anak tetap pendek, menjelaskan kepada anak untuk tidak menggaruk keras Rasional: Untuk mencegah terjadinya luka pada saat anak menggaruk b. Berikan obat antipruritus topikal, dan anestesi topical Rasional: Agar tidak merasakan gatal dan sakit pada kulit pasien c. Mandikan pasien dengan menggunakan sabun yang tidak perih Rasional: Untuk mencegah infeksi Untuk mencegah terjadinya luka pada saat anak menggaruk d. Kolaborasi: Pemberian antihistamin Rasional: Agar tidak merasakan gatal dan sakit pada kulit



DAFTAR PUSTAKA



Hidayat, A.Aziz Alimul.2008.Pengantar ilmu Kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan Supartini, Yupi. 2004. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta :EGC Dick, George. 1995. Imunisasi dalam Praktek. Jakarta: Hipocrates Markum, A.H. 1997. Imunisasi. Jakarta: FK UI Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1998. Buku kuliah 1, Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1998. Buku kuliah 2, Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia file://localhost/F:/happy%20campus/Imunisasi%20BCG%20«%20Untuk%20Otak%20Kanan %20Dan%20Kiri.mht http://rahmanbudyono.wordpress.com/2009/01/28/makalah-kesehataan_imunisasi/