Laporan - Pendahuluan - Proses - Menua (Rio) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN STASE GERONTIK PROFESI NERS PADA PROSES MENUA DI RUANG WISMA ASTER



RIO KOESNADI NIM : 1114901190305



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DARUL AZHAR PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1) BATULICIN 2019



LAPORAN PENDAHULUAN PROSES MENUA



A. DEFINISI Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepajang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti telah melalui 3 tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya pemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan postur tubuh tidak proporsional. WHO dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk mememperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan



struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berkelanjutan) secara alamiah dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan pada saraf dan jaringan lain, hingga tubuh mati sedikit demi sedikit.



B. TEORI-TEORI PROSES MENUA 1. Teori Biologis a) Teori Genetik Teori genetik clock merupakan teori intristik yang menjelaskan bahwa di dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Secara teoritis, memperpanjang umur mungkin terjadi, meskipun hanya beberapa waktu dengan pengaruh dari luar, misalnya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dengan pemberian obat-obatan atau tindakan tertentu. Teori mutasi somatik menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein atau enzim. Kesalahan ini terjadi terus menerus



sehingga akhirnya akan terjadi penuruna



n fungsi organ atau



perubahan sel menjadi kanker atau penyakit. b) Teori Non Genetik i. Teori Penurunan Sistem Imun Tubuh (Auto-immune theory) Ketuaan dianggap disebabkan oleh adanya penurunan fungsi sistem immun. Perubahan itu lebih tampak secara nyata pada Limposit–T, disamping perubahan juga terjadi pada Limposit-B. Perubahan yang terjadi meliputi penurunan sistem imun humoral, yang dapat menjadi faktor predisposisi pada orang tua untuk: 



Menurunkan resistansi melawan pertumbuhan tumor dan perkembangan kanker.







Menurunkan kemampuan untuk mengadakan inisiasi proses dan secara agresif memobilisasi pertahanan tubuh terhadap pathogen







Meningkatkan produksi autoantigen, yang berdampak pada semakin meningkatnya resiko terjadinya penyakit yang berhubungan dengan autoimmune.



ii. Teori Kerusakan Akibat Radikal Bebas Proses menua terjadi akibat kurang efektif fungsi kerja tubuh dan hal itu dipengaruhi oleh adanya berbagai radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas yang reaktif mampu merusak sel, termasuk mitokondria, yang akhirnya mampu menyebabkan cepatnya kematian (apoptosis) sel, menghambat proses reproduksi sel.



iii. Teori Menua Akibat Metabolisme Setiap makhluk hidup mempunyai ketersediaan kemampuan yang sudah ditentukan sesuai dengan kapasitas energi yang digunakan untuk selama menempuh kehidupannya. Energi yang digunakan terlalu banyak dimasa awal kehidupannya akan habis sebelum usia optimalnya, atau mempunyai usia yang relative lebih pendek dari pada yang menggunakan energi secara optimal sepanjang usia kehidupannya. Individu mempunyai lama usia yang optimal jika energi yang digunakan merata sepanjang hidupnya, tidak terlalu berlebih digunakan, diimbangi dengan istirahat serta asupan energi yang cukup. iv. Teori Rantai Silang (Cross link theory) Proses menua terjadi sebagai akibat adanya ikatan-ikatan dalam kimiawi tubuh. Teori ini menyebutkan bahwa secara normal, struktur molekular dari sel berikatan secara bersamasama membentuk reaksi kimia, termasuk didalamnya adalah kolagen yang merupakan rantai molekul yang relatif panjang yang dihasilkan oleh fibroblast. Terbentuknya jaringan baru, maka jaringan tersebut akan bersinggungan dengan jaringan yang lama dan membentuk ikatan silang kimiawi. Hasil akhir dapi proses ikatan silang ini adalah peningkatan densitas kolagen dan penurunan kapasitas untuk transport nutrient serta untuk membuang produk-produk sisa metabolisme dari sel.



v. Teori Fisiologis Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik terdiri atas teori oksidasi stress. Dalam teori ini dijelaskan terjadi kelebihan usaha dengan stress menyebabkan sel tubuh lelah terpakai regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal 2. Teori Sosiologis a) Teori Interaksi Sosial Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Mauss



(1954), Homans (1961) dan Blau (1964)



mengemukakan bahwa interaksi sosial didasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa, sedangkan pakar lain Simmons (1945) mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya untuk melakukan tukar menukar. b) Teori Aktivitas atau Kegiatan Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al. (1972) yang mengatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktifitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin. Pokok-pokok teori aktivitas adalah:



 Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan sepenuhnya dari lansia di masyarakat.  Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia. c) Teori Kesinambungan (Continuity theory) Kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia, dengan demikian pengalaman



hidup



seseorang



pada



suatu



saat



merupakan



gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia Gaya hidup perilaku dan harapan seorang ternyata tak berubah walaupun ia menjadi lansia. Pokok-pokok dari continuity theory adalah:  Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam



proses



penuaan,



akan



tetapi



didasarkan



pada



pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan.  Peran lansia yang hilang tak perlu diganti.  Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai macam cara adaptasi. d) Teori Pembebasan atau penarikan diri Cumming dan Henry ( 1961) mengemukakan bahwa kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seseorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan sekitarnya. masyarakat juga mempersiapkan kondisi agar para lansia menarik diri, keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun baik secara kualitas maupun secara kuantitas.



e) Teori Perkembangan (Development theory) Joan Birchenall



RN, Med dan Mary E Streight RN (1973)



menekankan perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna mengerti perubahan emosi dan sosial seseorang selama fase kehidupannya. Pokok-pokok dalam development theory adalah:  Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa kehidupannya.  Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial yang baru yaitu pensiun dan atau menduda atau menjanda.  Lansia harus menyesuaaikan diri akibat perannya yang berakhir dalam keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosialnya akibat pensiun, ditinggal mati oleh pasangan hidup dan temantemannya. f)



Teori Stratifikasi Usia (Age Stratification Theory) Wiley (1971), menyusun stratifikasi lansia berdasarkan usia kronologis yang menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kapasitas peran, kewajiban, serta hak mereka berdasarkan usia. Dua elemen penting dari model stratifikasi usia tersebut adalah struktur dan prosesnya. Pokok-pokok dari teori ini adalah :  Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat  Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok  Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran diantara penduduk.



3. Teori Psikologis a) Teori Kebutuhan Manusia Menurut Hierarki Maslow Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow, 1954). b) Teori Individual Jung Carl



Jung



(1960)



merupakan



psikolog



swiss



yang



mengembangkan teori bahwa perkembangan personal individu dilalui melalui tahapan-tahapan: masa kanak-kanak, masa remaja dan remaja akhir, usia pertengahan, dan usia tua. Kepribadian personal ditentukan oleh adanya ego yang dimiliki, ketidaksadaran personal dan ketidaksadaran kolektif. Teori ini mengungkapkan bahwa sejalan dengan perkembangan kehidupan, pada masa usia petengahan maka seseorang mulai mencoba menjawab hakikat kehidupan dengan mengeksplorasi nilai-nilai, kepercayaan dan meninggalkan khayalan. Pada masa ini dapat terjadi “krisis usia pertengahan” yang dapat mempengaruhi/menghambat proses ketuaan itu sendiri secara psikologis. c) Teori Proses Kehidupan Manusia Charlotte



Buhler



(1968)



menyusun



sebuah



teori



yang



menggambarkan perkembangan manusia yang didasarkan pada penelitian ektensif dengan menggunakan biografi dan melalui wawancara. Mengidentifikasi dan mencapai tujuan hidup manusia



yang melewati klima fase proses perkembangan. Pemenuhan kebutuhan diri sendiri merupakan kunci perkembangan yang sehat dan itu membahagiakan, dengan kata lain orang yang tidak dapat menyesuaikan diri berarti dia tidak dapat memenuhi kebutuhannya dengan beberapa cara. d) Teori Tugas Perkembangan Havigurst (1972) menyatakan bahwa tugas perkembangan pada masa tua antara lain adalah :  Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan  Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan  Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup  Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sebaya  Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan  Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes e) Terori Delapan Tingkat Kehidupan Secara Psikologis, proses menua diperkirakan terjadi akibat adanya kondisi dimana kondisi psikologis mencapai pada tahap-tahap kehidupan tertentu. Ericson (1950) yang telah mengidentifikasi tahap perubahan psikologis (depalan tingkat kehidupan) menyatakan bahwa pada usia tua, tugas perkembangan yang harus dijalani adalah untuk mencapai keeseimbangan hidup atau timbulnya perasaan putus asa.



C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENUAAN 1. Heredites atau keturunan genetic 2. Nutrisi atau makanan 3. Status kesehatan 4. Pengalaman hidup 5. Lingkungan 6. Strees



D. BATASAN-BATASAN LANSIA Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), kelompok umur lansia dibagi menjadi: a. usia pertengahan (middle age) : usia 45-59 tahun b. Lanjut usia (elderly) : usia 60-74 tahun c. Lanjut usia tua ( old ) : usia 75-90 tahun d. Usia sangat tua ( very old ) : usia > 90 tahun



E. PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANSIA 1. Perubahan Fisik a. Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra dan extra seluler b.



Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra sistem



pendengaran,



presbiakusis,



atrofi



membran timpani,



terjadinya



pengumpulan serum karena meningkatnya keratin c. Sistem penglihatan : spinkter pupil timbul sklerosis dan hlangnya respon terhadap



sinaps,



kornea



lebih



berbentuk



speris,



lensa



keruh,



meningkatnya ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang. d. Sistem Kardivaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meninggi. e. Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun. f. Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk, indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin g. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia



yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali. h. Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen dan testosteron. i. Sistem



integumen



:



pada



kulit



menjadi



keriput



akibat



kehilangan jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh. j. Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot , sehingga lansia menjadi lamban bergerak. otot kam dan tremor. 2. Perubahan Mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah : a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa b. Kehatan umum c. Tingkat pendidikan d. Keturunan



e. Lingkungan Kenangan (memori) ada 2 : a. Kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu b. Kenangan jangka pendek : 0-10 menit, kenangan buruk Intelegentia Question : a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor waktu. 3. Perubahan Psikososial a. Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan b. Merasakan atau sadar akan kematian c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.



F. TUMBUH KEMBANG PADA LANSIA Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan



menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4). 1. Perubahan Fisik Lansia a. Sel Jumlah selnya akan lebih sedikit, dan ukurannya akan lebih besar. b. Sistem syaraf Berat otak menurun 10-20%, hubungan persyarafan cepat menurun, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres, mengecilnya saraf panca indera, dan kurang sensitif terhadap sentuhan. c. Sistem pendengaran Gangguan pada pendengaran, pendengaran menurun pada manula yang mengalami ketegangan jiwa/stres. d. Sistem penglihatan Hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih suram (keruh), daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, menurunnya lapang pandang, dan menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau. e. Sistem Kardiovaskuler Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku, tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.



f. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35ºC ini akibat metabolisme yang menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot 2. Perubahan Psikologis Lansia a. Penurunan kondisi fisik hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. b. Penurunan fungsi dan potensi seksual pasangan hidup telah meninggal, disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb. c. Perubahanyang berkaitan dengan pekerjaan pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. d. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat akibat berkurangnya fungsi indera, peran dimasyarakatpun akan berubah.



3. Perubahan Ekonomi Lansia Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Penghasilan akan berkurang, sehingga perlu menyesuaikan perubahan ekonomi.



4. Tugas Perkembangan Lansia Menurut Havighust  Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik  Menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi karena pensiun dan berkurangnya penghasilan  Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup  Menerima fakta bahwa dirinya termasuk golongan lanjut usia dan mencari kelompok seusia  Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara fleksibel



G. PERAN



PERAWAT



PADA



KLIEN



SESUAI DENGAN



PROSES



PENUAAN Proses Perawatan Kesehatan bagi para Lansia merupakan tugas yang membutuhkan suatu kondisi yang bersifat komprehnsif sehingga diperlukan suatu upaya penciptaan suatu keterpaduan antara berbagai proses yang dapat terjadi pada lansia. Untuk mencapai tujuan yang lebih maksimal, konsep dan strategi pelayanan kesehatan bagi para lansia memegang peranan yang sangat penting dalam hal ini tidak lepas dari peran perawat sebagai unsur pelaksana. Dalam proses tersebut, peran perawat yang dapat dikembangkan untuk merawat lansia, berdasarkan proses penuaan yang terjadi, yaitu : 1. Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Biologik (Fisik). Perawatan dengan perubahan fisik adalah perawatan yang memperhatikan kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami oleh lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan



yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, serta penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresivitasnya. Perawatan fisik ini tebagi menjadi dua bagian, yaitu : a. Perawatan bagi usila yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga kebutuhannya sehari-hari bisa dipenuhi sendiri. b. Perawatan bagi usila yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau kesakitan sehingga memerlukan bantuan orang lain untuk melakukan kebutuhannya sendiri. Disinilah peran perawat teroptimalkan, terutama tentang halhal



yang berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk



mempertahankan kesehatannya, dan untuk itu perawat harus mengetahui dasar perawatan bagi pasien lansia. Peran perawat dalam membantu kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang mendapat



perhatian. Selain itu



kemunduran kondisi fisik akibat proses ketuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan infeksi dari luar. Untuk para lansia yang masih aktif, peran perawat sebagai pembimbing mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidir, hal makanan, cara mengkonsumsi obat, dan cara pindah dari kursi ke tempat tidur atau sebaliknya. Kegiatan yang dilakukan secara rutin



akan sangat penting dipertahankan pada lansia dengan melihat. Kemampuan yang ada, karena adanya potensi kelemahan atropi otot dan penurunan fungsi. 2. Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Sosial. Dalam perannya ini, perawat perlu melakukan pendekatan sosial sebagai salat satu upayanya adalah memberikan kesempatan berkumpul dengan sesama usila. Mereka dapat bertukar cerita atau bertukar pikiran dan memberikan kebahagiaan karena masih ada orang lain yang mau bertukar pikiran serta menghidupkan semangat sosialisasi. Hasil kunjungan ini dapat dijadikan pegangan bahwa para lansia tersebut adalah makluk sosial juga, yang membutuhkan kehadiran orang lain.



3. Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Psikologi. Pada



lansia,



terutama



yang



melakukan



kegiatan



pribadi,



memerlukan bantuan orang lain, memerlukan sebagai suporter, interprester terhadap segala sesuatu yang asing, penampung rahsia pribadi, dan sahabat yang akrab. Peran perawat disini melakukan suatu pendekatan psikis, dimana membutuhkan seorang perawat yang memiliki kesabaran, ketelitian dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai keluhan agar para usila merasa puas. Pada dasarnya pasien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih



lingkungannya,



termasuk



perawat



sehingga



perawat



harus



menciptakan suasana aman, tenang dan membiarkan klien lansia melakukan atau kegiatan lain yang disenangi sebatas kemampuannya. Peran perawat disini juga sebagai motivator atau membangkitkan kreasi pasien yang dirawatnya untuk mengurangi rasa putus asa, rendah diri, rasa terbatas akibat ketidak mampuannya. Hal ini perlu dilakukan karena bersamaan dengan makin lanjutnya usia, terjadi perubahan psikis yang antara lain menurunnya daya ingat akan peristiwa yang baru saja terjadi, perubahan pola tidur dengan kecenderungan untuk tiduran di siang hari dan pengeseran libido. Mengubah tingkahl laku dan pandangan terhadap kesehatan lansia tidak dapat dilakukan seketika. Seorang perawat harus melakukannya secara perlahan-lahan dan bertahap serta mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilalui tidak menambah beban tetapi justru tetap memberikan rasa puas dan bahagia.



H. POHON MASALAH (Pathway)



I. MASALAH KEPERAWATAN YANG TIMBUL 1. Fisik atau Biologis a. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. b. Gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan pendengaran / penglihatan. c. Kurang perawatan diri berhubungan dengan menurunnya minat dalam merawat diri. d. Resiko cedera fisik (jatuh) berhubungan dengan penyesuaian penurunan fungsi tubuh tidak adekuat.



e. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan pola makan yang tidak efektif, peristaltik lemah. f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri. g. Gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan jalan napas / adanya skret pada jalan napas. h. Gangguan mobilisasi berhubungan dengan kekakuan sendi, atropi serabut otot. 2. Psikologis Sosial a.



Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu.



b.



Isolasi sosial berhubungan dengan perasan curiga.



c.



Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.



d.



Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.



e.



Koping yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan menghilangkan perasaan secara tepat.



f.



Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.



3. Spiritual a.



Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan.



b.



Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan tak siap dengan kematian.



c.



Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami.



d.



Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan ibadah secara tepat.



J. RENCANA KEPERAWATAN 1) Tujuan Perencanaan Membantu



lansia



berfungsi



seoptimal



mungkin



sesuai



dengan



kemampuan dan kondisi fisik, psiko, sosial dengan tak tergantung pada orang lain. 2) Tujuan Tindakan Keperawatan Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar meliputi : - Pemenuhan kebutuhan keselamatan - Peningkatan keamanan dan keselamatan - Memelihara kebersihan diri - Memelihara keseimbangan istirahat tidur - Peningkatan hubungan interpersonal melalui komunikasi yang efektif 3) Rencana dan Rasional a. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi 1) Makanan porsi kecil tapi sering, lunak. Rasional menyesuaikan fungsi lambung dan melemahnya otot lambung dan usus. 2) Banyak minum dan kurangi makanan asin. Rasional mencegah kekeringan kulit dan kendor. 3) Makan mengandung serat. Rasional membantu pencernaan karena peristaltik menurun.



4) Batasi makan yang mengandung gula tinggi, minyak tinggi, tinggi lemak kecukupan kalori : laki-laki 2100 kal, perempuan 1800 kal yang terdiri dari : - KH 60% dari jumlah kal. - Lemak 15-20%. - Protein 20-25%. - Vitamin dan mineral air 6-8 gelas / hari. - Hindari kopi / teh. - Insulin pemecahan glukosa dan lemah menurun. b. Meningkatkan keamanan dan keselamatan lansia - Biarkan lansia menggunakan alat bantu / tongkat. - Latih untuk pindah / mobilisasi. - Menggunakan pengaman tempat tidur. - Membantu ke kamar mandi. - Menggunakan kacamata. - Menemani bila bepergian. - Ruangan dekat kantor. - Meletakkan bel di bawah bantal. - Tempat tidur tidak terlalu tinggi. - Menyediakan meja kecil dekat tempat tidur. -



Lantai bersih, rata, tidak licin / basah.



- Peralatan menggunakan roda dikunci. - Pasang pengaman di kamar mandi.



- Hindari lampu redup dan menyilaukan. - Gunakan sepatu dan sandal yang beralas karet. c. Memelihara kebersihan diri - Mengingatkan / membantu waktu mandi, gosok gigi. - Menganjurkan untuk menggunakan sabun lunak dan gunakan skin lotion. d. Memelihara Keseimbangan Istirahat -



Sediakan tempat tidur nyaman.



-



Atur lingkungan cukup ventilasi, bebas bau.



-



Melatih melakukan latihan fisik yang ringan.



e. Meningkatkan Hubungan Interpersonal - Berkomunikasi dengan kontak mata. - Memberi stimulus / mengingatkan terhadap kegiatan. - Menyediakan waktu untuk berbincang. - Menghargai pendapat lansia. - Melibatkan kegiatan harian.



DAFTAR PUSTAKA



Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6. Jakarta: EGC Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta: EGC Hadiwinoyo, S.T. 1999.Panduan Gerontologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC