10 0 365 KB
LAPORAN PENDAHULUAN VULNUS LACERATUM
A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. DEFINISI Mansjoer (2010) menyatakan “Vulnus Laseratum merupakan luka terbuka yang terdiri dari akibat kekerasan tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit atau otot. Menurut Price (2006), vulnus laseratum terjadi akibat kekerasan benda tumpul, goresan, jatuh, kecelakaan sehingga kontinuitas jaringan terputus. Pada umumnya respon tubuh terhadap trauma akan terjadi proses peradanagn atau inflamasi. Reaksi peradangan akan terjadi apabila jaringan terputus. Dalam keadaan ini ada peluang besar timbulnya infeksi yang sangat hebat Trauma arteri umumnya dapat disebabkan oleh trauma benda tajam ( 50 % ) misalnya karena tembakan, luka-luka tusuk, trauma kecelakaan kerja atau kecelakaan lalu lintas, trauma arteri dibedakan berdasarkan beratnya cidera : 1)
Derajat I adalah robekan adviticia dan media, tanpa menembus dinding.
2)
Derajat II adalah robekan varsial sehingga dinding arteri juga terluka dan biasanya menimbulkan pendarahan yang hebat.
3)
Derajat III adalah pembuluh darah putus total, gambaran klinis menunjukan pendarahan yang tidak besar, arteri akan mengalami vasokontriksi dan retraksi sehingga masuk ke jaringan karen elastisitasnya.
2. ETIOLOGI Vulnus Laseratum dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya : 1)
Trauma mekanis yang disebabkan karena tergesek, terpotong, terbentur dan terjepit.
2) Trauma elektris dan penyebab cidera karena listrik dan petir. 3) Trauma termis, disebabkan oleh panas dan dingin. 4) Truma kimia, disebabkan oleh zat kimia yang bersifat asam dan basa serta zat iritif dan berbagai korosif lainnya.
3. MANIFESTASI KLINIK Mansjoer (2010) menyatakan “Manifestasi klinis vulnus laseratum adalah: 1)
Luka tidak teratur
2)
Jaringan rusak
3)
Bengkak
4)
Pendarahan
5)
Akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasanya di daerah
rambut 6)
Tampak lecet atau memer di setiap luka.
4. KOMPLIKASI Apabila tidak segera ditangani maka akan terjadi pembengkakan dan pendarahan. Luka dalam akan membusuk dan akan mengeluarkan push sampai pada tahap infeksi.
5. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY Menurut Price (2006), Vulnus laserrratum terjadi akibat kekerasan benda tumpul, goresan, jatuh, kecelakaan sehingga kontuinitas jaringan terputus. Pada umumnya respon tubuh terhadap trauma akan terjadi proses peradangan atau inflamasi. Reaksi peradangan akan terjadi apabila jaringan terputus. Dalam keadaan ini ada peluang besar timbulnya infeksi yang sangat hebat. Nyeri timbul karena kulit mengalami luka infeksi
sehingga terjadi kerusakan jaringan.sel-sel yang rusak akan membentuk zat kimia sehingga akan menurunkan ambang stimulus terhadap reseptormekano sensitif dan hernosenssitif. Apabila nyeri di atas hal ini dapat mengakibatkan gangguan rasa nyaman nyeri yang berlanjut istirahat atau tidur terganggu dan terjadi ketertiban gerak.
PATHWAY Trauma (benturan, cidera, sayatan)
Kerusakan jaringan
kerusakan integritas jaringan
Jaringan terputus
tindakan heating
Peradangan
ansietas/cemas
Luka terbuka/tertutup
kuman masuk Nyeri akut Resiko infeksi Gangguan pola tidur
6. PENATALAKSANAAN Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan. 1) Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi). 2) Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk membersihkan luka. Untuk melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik seperti: Nacl 3) Penjahitan luka Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh persekundam atau pertertiam 4) Penutupan Luka Penutupan luka adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal. 5) Pembalutan Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah
berkumpulnya
rembesan
darah
yang
menyebabkan
hematom. 6) Pemberian Antibiotik Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.
7) Pengangkatan Jahitan Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi o Kelopak Mata Waktu : 3 hari o Pipi Waktu : 3-5 hari o Hidung, dahi, leher Waktu : 5 hari o
Telinga, kulit kepala Waktu : 5-7 hari
o Lengan, tungkai, tangan, kaki Waktu : 7-10 hari o Dada, punggung, abdomen Waktu : 7-10+ hari (Mansjoer, 2010).
B. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian o Aktifitas atau istirahat Gejala : merasa lemah, lelah. Tanda : perubahan kesadaran, penurunan kekuatan tahanan keterbatasaan rentang gerak, perubahan aktifitas. o Sirkulasi Gejala : perubahan tekanan darah atau normal. Tanda : perubahan frekwensi jantung takikardi atau bradikardi. o integritas ego Gejala : perubahan tingkah laku dan kepribadian. Tanda : ketakutan, cemas, gelisah.
o Eliminasi Gejala : konstipasi, retensi urin. Tanda : belum buang air besar selama 2 hari. o Neurosensori Gejala : vertigo, tinitus, baal pada ekstremitas, kesemutan, nyeri. Tanda : sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan, pusing, nyeri pada daerah cidera , kemerah-merahan. o Nyeri / kenyamanan Gejala : nyeri pada daerah luka bila di sentuh atau di tekan. Tanda : wajah meringis, respon menarik pada rangsang nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa tidur. o Kulit Gejala : nyeri, panas. Tanda : pada luka warna kemerahan , bau, edema.
2. Diagnosa keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis, fisik. b. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan factor mekanik c. Ansietas/cemas b/d krisis situasional (tondakan pembedahan) d. Resiko infeksi b/d trauma jaringan
3. Intervensi keperawatan
No
1.
Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
keperawatan
NOC
NIC Lakukan pengkajian nyeri
Nyeri akut
Setelah dilakukan askep ….
berhubungan
jam pasien dapat mengontrol
secara komprehensif
dengan agen
nyeri dengan
termasuk lokasi, karakteristik,
cidera fisik
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Observasi reaksi nonverbal
Kriteria Hasil :
dari ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi
Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) Melaporkan bahwa nyeri
terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien Kaji kultur yang
mempengaruhi respon nyeri Evaluasi pengalaman nyeri
masa lampau Evaluasi bersama pasien dan
berkurang dengan
tim kesehatan lain tentang
menggunakan manajemen
ketidakefektifan kontrol nyeri
nyeri
masa lampau
Mampu mengenali nyeri
Bantu pasien dan keluarga
(skala, intensitas,
untuk mencari dan
frekuensi dan tanda nyeri)
menemukan dukungan
Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang Tanda vital dalam rentang
normal
Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor presipitasi
nyeri Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal) Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non
farmakologi Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
Tingkatkan istirahat Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
2.
Gangguan
Setelah dilakukan asuhan
integritas
keperawatan
jaringan
3x24
b/d diharapkan
Observasi
jaringan
mekanik
dengan kriteria hasil :
Lakukan teknik perawatan luka dengan prinsip steril
Tidak ada tanda-tanda
Ajarkan
Menunjukan
Berikan
proses
mengurangi
penyembuhan luka
Setelah
berhubungan
keperawatan … jam klien mengontrol
tekanan
pada
ahli
gizi
asuhan
cemas
Gunakan pendekatan yang menenangkan
Jelaskan semua prosedur
degan
dan apa yang dirasakan
Kriteria Hasil :
selama prosedur
Klien mengidentifikasi
mampu
mengurangi takut
cemas
menunjukkan
Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,
Mengidentifikas,mengu ngkapkan
Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
dan
mengungkapkan gejala
yang
pemberian diet TKTP
Cemas
situasional
dilakukan
posisi
Kolaborasi
jaringan normal
krisis dapat
tentang
luka
Ketebalan dan tekstur
dengan
keluarga
luka dan perawatan luka
infeksi
3.
lokasi,
tanda infeksi
terjadi
penyembuhan
:
dimensi, kedalaman, tanda-
jam
faktor
luka
dan tehnik
untuk mengontol cemas
tindakan prognosis
Dorong keluarga untuk menemani anak
Vital sign dalam batas
Lakukan back / neck rub
normal
Dengarkan dengan penuh
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat
perhatian
aktivitas
kecemasan
menunjukkan
Identifikasi tingkat
Bantu pasien mengenal
berkurangnya
situasi yang menimbulkan
kecemasan
kecemasan
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
4.
Resiko
Setelah dilakukan askep ….
Monitor tanda dan gejala
infeksi
jam tidak terdapat faktor
infeksi sistemik dan lokal
berhubungan
risiko infeksi dengan
dengan
Kriteria Hasil :
Partahankan teknik aspesis
pada Ispeksi kondisi luka / insisi
pembedahan, adanya saluran invasive.
Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi
bedah Dorong masukkan nutrisi
Mendeskripsikan
proses
yang cukup
penularan penyakit, factor
Dorong masukan cairan
yang
Dorong istirahat
mempengaruhi
penularan
serta
penatalaksanaan nya, Menunjukkan kemampuan
untuk
mencegah
timbulnya infeksi Jumlah
leukosit
hidup sehat
minum antibiotik sesuai resep Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi Ajarkan cara menghindari
dalam
batas normal Menunjukkan
Instruksikan pasien untuk
infeksi Laporkan kecurigaan infeksi
perilaku
4. EVALUASI Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.
DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansjoer. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta : Media Aesculapius Brunner & Suddart. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC Saputra, Lydon. 2009. Kapita Selekta Kedokteran Klinik. Jakarta : Binarupa Akshara Publisher Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC