Laporan Pengolahan Data GPS [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN SURVEY GNSS PEMBUATAN JARING KONTROL DAN PENGOLAHAN DATA HASIL SURVEY GPS DI DAERAH UNIVERSITAS GADJAH MADA



Disusun Oleh Kelompok 1:



Abdul Hafish



()



Annisa Baroroh



()



Fenny Tri Adhisty



(17/410207/TK/45564)



Faishal Fakhri



()



Hafidza Safara Z.



()



Kelas B



DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2019



KATA PENGANTAR



Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan ridho-Nya, sehingga laporan akhir praktikum Survei GNSS ini dapat diselesaikan. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah praktikum Survei GNSS Departemen Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa horamt dan ucapan terima kasih kepada :



1. Bapak Ir. Prijono Nugroho Dj., MSP., Ph.D., selaku ketua Departemen Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. 2. Dr. Bilal Ma'ruf, ST., MT. selaku dosen pengampu mata kuliah Survei GNSS yang telah membimbing penulis dalam penyusunan laporan ini. 3. Angga dan Dhega selaku asisten praktikum mata kulaih Survei GNSS yang telah membimbing penulis dalam penyusunan laporan ini. 4. Seluruh pihak yang telah membantu kami dalam menyusun laporan praktikum Survei GNSS.



Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar laporan ini lebih sempurna serta sebagai masukan bagi penulis untuk penulisan laporan di masa yang akan datang.



Terima kasih. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



DAFTAR ISI



DAFTAR GAMBAR



DAFTAR TABEL



DAFTAR RUMUS



BAB I PENDAHULUAN



I.1. LATAR BELAKANG GNSS (Global Navigation Satellite System) merupakan sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang dikembangkan oleh beberapa negara, seperti GPS (Global Positioning System) dari Amerika Serikat, GLONASS dari Rusia, BeiDou dari China dan GALILEO dari Eropa. Sistem ini dapat memerikan informasi mengenai posisi tiga dimensi dan ditambah dengan informasi waktu. Tidak terbatas oleh kedua hal tersebut, penggunaan teknologi GNSS dapat digunakan untuk mengetahui keadaan meteorologi (troposfer dan ionosfer), deformasi, dan banyak hal turunan lainnya. Perkembangan dunia survei dan pemetaan semakin pesat terutama di bidang teknologi dan informasi, berbagai lembaga atau perusahaan di indonesia melakukan akuisisi data dengan mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor Sembilan Tentang Kebijakan Satu Peta yang menyebutkan bahwa referensi geospasial, satu standar, satu basis data, dan satu geoportal untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan nasional. Global Positioning System (GPS) merupakan salah satu alat untuk mempercepat kegiatan kebijakan satu peta, Global Positioning System (GPS) adalah sistem navigasi yang dapat menentukan posisi sasaran dengan ketepatan tinggi dalam waktu yang singkat (Widodo, 2009). GPS bekerja pada referensi waktu yang sangat teliti dan memancarkan data yang menunjukkan lokasi dan waktu pada saat itu (Puntodewo dkk., 2003). Alat ini mempunyai kemampuan untuk menangkap signal L1 dan L2 atau bisa disebut GNSS (Global Navigation Satelit System). Metode penentuan posisi dengan survei GNSS secara diferensial salah satunya menggunakan metode Precise Point Positioning (PPP) dan metode Real-time Kinematic Networked Transport of RTCM via Internet Protocol (RTK-NTRIP). Metode ini dapat digunakan untuk penentuan posisi baik statik maupun kinematik, namun untuk memperoleh ketelitian pada level sentimeter, seluruh kesalahan pada pengamatan GNSS harus dimodelkan secara seksama dan dihilangkan dari data pengamatan (Chen et al., 2009). Dengan menggunakan GNSS (Global Navigation Satelit System) multi frekuensi memungkinkan untuk menghasilkan data dengan akurasi yang baik dan menghemat waktu survey serta mendapatkan biaya yang sangat jauh lebih murah. Perencanaan waktu pengukuran dengan memperhatikan prakiraan DOP, Elevasi, dan Jumlah satelit pada titik JKG (jaring kontrol geodesi) orde 0 N0005 dan pada titik JKG (jaring kontrol geodesi) orde 1 N1.0261. Sedangkan untuk pengkajian data koordinat realtime diambil mengikuti waktu dari data rinex.



I.2. MAKSUD DAN TUJUAN I.2.1. MAKSUD Maksud dari pelaksanaan praktikum Survei GNSS ini adalah : a. Untuk merencanakan pembuatan jaring kontrol menggunakan GPS b. Agar mahasiswa mampu menerapkan teori-teori survei GNSS yang telah didapat di perkuliahan dengan melakukan praktek langsung di lapangan. I.2.2. TUJUAN Tujuan diadakannya praktikum Survei GNSS ini adalah : a. Dapat melaksanakan proses pengambilan data dengan menggunakan GPS b. Dapat melakukan pengolahan data rinex dengan menggunakan software dongle.



I.3. LANDASAN TEORI Survei untuk penentuan posisi dari suatu jaringan titik di permukaan bumi dapat dilakukan secara terestris maupun ekstra-terestris. Pada survei dengan metode terestris, penentuan posisi titik-titik dilakukan dengan melakukan pegamatan terhadap target atau obyek yang terletak di permukaan bumi. I.3.1 GPS GPS adalah singkatan dari Global Positioning System yang merupakan sistem untuk menentukan posisi dan navigasi secara global dengan menggunakan satelit. Sistem yang pertama kali dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika ini awalnya digunakan untuk kepentingan militer maupun sipil (survei dan pemetaan). Sistem GPS, yang nama aslinya adalah NAVSTAR GPS (Navigation Satellite Timing and Ranging Global Positioning System), mempunyai tiga segmen yaitu : satelit, pengendali, dan penerima/pengguna. Satelit GPS yang mengorbit bumi, dengan orbit dan kedudukan yang tetap, seluruhnya berjumlah 24 buah dimana 21 buah aktif bekerja dan 3 buah sisanya adalah cadangan[1]. Satelit ini bertugas untuk menerima dan menyimpan data yang ditransmisikan oleh stasiun-stasiun pengendali, menyimpan dan menjaga informasi waktu berketelitian tinggi (ditentukan dengan jam atomic di satelit), dan memancarkan sinyal dan informasi secara kontinyu ke perangkat penerima (receiver) dari pengguna. Segmen pengendali bertugas untuk mengendalikan satelit dari bumi baik untuk mengecek kesehatan satelit, penentuan dan prediksi



orbit dan waktu, sinkronisasi waktu antar satelit, dan mengirimkan data ke satelit. Sedangkan untuk segmen penerima bertugas menerima data dari satelit dan memprosesnya untuk menentukan posisi (posisi tiga dimensi yaitu koordinat di bumi dan ketinggian), arah, jarak dan waktu yang diperlukan oleh pengguna. Pada penulisan ini, GPS yang digunakan adalah GPS komersial dengan keakurasian posisi sebesar ± 15 meter dan berfungsi untuk menentukan posisi lokasi awal dan lokasi tujuan. Posisi yang diperoleh adalah posisi yang benar terhadap sistem koordinat bumi. Dengan mengetahui posisinya yang pasti, maka perjalanan helikopter dapat diplotkan ke dalam sebuah peta kerja. I.3.2



Penentuan Posisi dengan GPS Pada dasarnya penentuan posisi dengan GPS adalah pengukuran jarak secara bersama –



sama ke beberapa satelit sekaligus. Untuk menentukan koordinat suatu titik di bumi, receiver setidaknya membutuhkan 4 satelit yang dapat ditangkap sinyalnya dengan baik. Secara default, posisi atau koordinat yang diperoleh bereferensi pada global datum yaitu World Geodetic System 1984 atau disingkat WGS’84[2]. Secara garis besar penentuan posisi dengan GPS ini dibagi menjadi dua metode yaitu : 1. Metode Absolut atau dikenal juga sebagai point positioning, menentukan posisi hanya berdasarkan pada 1 pesawat penerima saja. Ketelitian posisi dalam beberapa meter (tidak berketelitian tinggi) dan umumnya hanya diperuntukan bagi keperluan NAVIGASI. 2. Metode relative atau sering disebut differential positioning, menentukan posisi dengan menggunakan lebih dari sebuah penerima. Satu GPS dipasang pada lokasi tertentu dimuka bumi dan secara terus menerus menerima sinyal dari satelit dalam jangka waktu tertentu dijadikan sebagai referensi bagi yang lainnya. Metode ini menghasilkan posisi berketelitian tinggi dan diaplikasikan untuk keperluan survey GEODESI ataupun pemetaan yang memerlukan ketelitian tinggi.



I.3.3 Prinsip Dasar GPS GPS (Global Positioning System) merupakan sistem satelit untuk melakukan penentuan posisi menggunakan satelit yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat (Abidin, 2007). Sistem yang dapat digunakan oleh banyak orang sekaligus dalam segala cuaca ini, didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi yang teliti, dan juga informasi mengenai waktu, secara teliti di seluruh dunia. Informasi-informasi tersebut digunakan untuk menentukan jarak



satelit ke pengamat. Pada dasarnya, sinyal GPS dibagi menjadi 3 (tiga) komponen, yaitu (Abidin, 2000): 1.



Komponen penginformasi jarak (kode), didalamnya terdapat dua kode Pseudo-Random Noise (PRN) yang dikirim oleh satelit dan digunakan sebagai penginformasi jarak, yaitu



a.



Kode-P (P = Precise atau Private) dan kode-C/A (C/A = Coarse Acuisition).



b.



Kode-P(Y) dengan frekuensi 10.23 Mhz dan kode-C/A dengan frekuensi 1.023 Mhz.



Kode ini terdiri dari rangkaian bilangan biner (1 dan0) yang mempunyai struktur yang unik dan berbeda untuk setiap satelit GPS, sehingga receiver GPS dapat mengamati dan membedakan sinyal-sinyal yang datang dari satelit yang berbeda. 2.



Komponen penginformasi posisi satelit (Navigation message), memberikan informasi



tentang posisi dan kesehatan satelit serta informasi- informasi lainnya seperti koefisien koreksi jam satelit, parameter orbit, almanak satelit, dan parameter koreksi ionosfer. Pesan navigasi tersebut ditentukan oleh segmen sistem kontrol dan dikirimkan ke pengguna menggunakan satelit GPS. gelombang L2 membawa kode-P(Y) dan pesan navigasi. Pada dasarnya konsep dasar penentuan posisi dengan GPS adalah reseksi jarak, yaitu pengukuran jarak secara simultan ke beberapa satelit yang koordinatnya diketahui (Abidin, 2007). mengenai prinsip penentuan posisi menggunakan GPS dapat dilihat pada Gambar 1.1.



Gambar 1. 1 Prinsip dasar penentuan posisi dengan GPS (Abidin, 2007) Ketelitian posisi yang didapat dengan pengamatan GPS secara umum akan tergantung pada empat faktor yaitu: metode penentuan posisi yang digunakan, geometri dan distribusi dari satelitsatelit yang diamati, ketelitian data yang digunakan, dan strategi/ metode pengolahan data yang diterapkan. Masing-masing faktor tersebut mempunyai beberapa parameter yang berpengaruh pada ketelitian posisi yang akan diperoleh dari GPS (Abidin, 2007). Tabel 1. 1 Faktor dan parameter yang mempengaruhi ketelitian penentuan posisi dengan GPS (Abidin, 2007)



Faktor Ketelitian data



Parameter 



Tipe data yang digunakan (pseudorange, fase)







Kualitas receiver GPS







Level dari kesalahan bias







Jumlah satelit







Lokasi dan distribusi satelit







Lama pengamatan



Metode penentuan







Absolut & differential positioning



posisi







Static, rapid static, pseudo- kinematic, stop-and-go,



Geometri satelit



kinematic



Strategi pemrosesan data







One & multi station referensis







Real time & post processing







Strategi eliminasi dan pengkoreksian kesalahan dalam



bias



I.3.4.







Metode estimasi yang digunakan







Pemrosesan baseline dan perataan jaringan



Metode Penentuan Jarak ke Satelit Terdapat 2 (dua) jenis jarak yang didapatkan dari sinyal GPS, yaitu pseudorange yang



disebut jarak semu, dan carrier phase yang disebut jarak phase (Abidin, 2007). Metode Carrier phase adalah penentuan jarak dengan prinsip perbedaan fase antara vektor posisi satelit ke titik pengamat yang merupakan fungsi dari fase sinyal sejak dipancarkan satelit hingga diterima oleh receiver (Sunantyo, 2000). Carrier phase merupakan total jumlah gelombang penuh (yang tidak terukur) dan fraksi gelombang (fase) antara receiver -satelit pada suatu waktu (Kleusberg dan Teunissen, 1996). Penentuan jarak pseudorange adalah penentuan jarak dari receiver ke satelit melalui pengukuran selisih waktu (Δt), yaitu waktu yang diperlukan oleh kode untuk untuk menempuh jarak dari satelit ke receiver (Abidin, 20007). Jarak yang diukur pada pengamatan menggunakan data kode bukanlah jarak yang sebenarnya melainkan suatu jarak yang semu yang disebabkan antara lain karena ketidak singkronan antara jam di satelit dengan jam di receiver, serta adanya bias waktu (δt) yang ada pada osilator satelit maupun receiver terhadap kerangka waktu GPS .



Gambar 1. 2 Prinsip penentuan jarak (pseudorange) dengan kode (Abidin, 2007)



I.3.5.



Perjalanan Sinyal GPS Dalam perjalanannya dari satelit ke pengamat di permukaan bumi, sinyal GPS harus



melalui medium-medium ionosfer dan troposfer, dimana dalam kedua lapisan tersebut sinyal GPS akan mengalami refraksi dan sintilasi (scintillation) didalamnya. Serta pelemahan (atmopheric attenueattion) dalam lapisan troposfer (Abidin, 2007). Disamping itu sinyal GPS juga dapat dipantulkan oleh benda-benda disekitar pengamat sehingga dapat menyebabkan terjadinya multipath, yaitu fenomena dimana sinyal GPS yang diterima oleh antena adalah resultan dari sinyal langsung dan sinyal pantulan (Abidin, 2006). Kesalahan dan bias tersebut, beserta berbagai jenis kesalahan dan bias lainnya seperti kesalahan orbit dan waktu, akan menyebabkan kesalahan pada jarak ukuran dengan GPS (pseudorange serta jarak fase), sehingga harus diperhitungkan dalam pemrosesan sinyal GPS untuk keperluan penentuan posisi ataupun parameter lainnya (Abidin, 2007).



Gambar 2. 3 Perjalanan Sinyal GPS (Abidin, 2007)



I.3.6.



Metode Penentuan Posisi GPS Berdasarkan mekanisme pengaplikasian metode penentuan posisi dengan GPS



dikelompokkan atas beberapa metode yaitu absolut, differential, static, rapid static, pseudo-kinematic, dan stop-go, seperti di tunjukan pada tabel 2.2. Tabel 1.2 Metode-metode penentuan posisi dengan GPS ( Abidin, 2006 )



Berdasarkan aplikasinya, metode-metode penentuan posisi dengan GPS juga dibagi atas dua kategori utama, yaitu survei dan navigasi, seperti diilustrasikan pada gambar 1.3 (Abidin, 2007). Penentuan Posisi Dengan GPS



Survei



RT PPP



Absolut



PPP



Post-processing



Navigasi



Diferensial



Diferensial



Absolut



Real-Time



Statik



Post-processing



Pseudo-kinematik



Pseudo-kinematik



Jarak Fase (RTK)



Pseudorange (DGPS)



Kinematik



Gambar 1. 3 Metode penentuan posisi dengan GPS (Abidin, 2007)



I.3.7.



Metode Penentuan Posisi Absolut Teliti (Precise Point Positioning) Penentuan posisi secara absolut adalah metode penentuan posisi yang paling



mendasar dari GPS (Abidin, 2007). Metode penentuan posisi ini, dalam moda statik dan kinematik digambarkan pada ilustrasi berikut :



Gambar 2. 7 Metode penentuan posisi moda statik dan kinematik (Abidin, 2007)



Kelompok I-B



9



BAB II PELAKSANAAN PRAKTIKUM



I.1.1



Sketsa Pengukuran



Gambar 2.1 Sketsa Pengukuran Sekitar UGM I.1.2



Lokasi Pengukuran Lokasi praktikum pengukuran desain jalur lengkung dilakukan di sekitar Boulevard UGM.



Sedangkan waktu pelaksanaan praktikum dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 2019.



I.1.3



Bahan dan Peralatan Pengukuran Alat-alat yang digunakan pada praktikum pemetaan digital ini adalah sebagai berikut: 1. JAVAD



Gambar 3.2 JAVAD Kelompok I-B



10



2.



Statif



Gambar 3.3 Statif



3.



Tribrach



Gambar 3.4 Tribrach



4.



Meteran



Gambar 3.5 Meteran Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah:



Kelompok I-B



11



5. 6. 7.



Buku Tugu Alat Tulis Tulisan Penunjuk Arah



I.2



Pelaksanaan praktikum



I.2.1



Diagram Alir Pelaksanaan Praktikum



Kelompok I-B



12



Gambar 3.6 Diagram Alir Pelaksanaan



I.2.2



Pelaksanaan Pengukuran Penggambaran Sketsa dan Penentuan Titik Poligon Melakukan



survei



lapangan



dengan



melakukan



penggambaran



sketsa



dan



merencanakan pemasangan titik poligon sesuai dengan ketentuan yang ada, yaitu : a. Titik poligon tidak boleh mengganggu lalu lintas yang ada. b. Titik poligon harus saling terlihat satu sama lain. c. Titik poligon harus ditempatkan di lokasi yang tidak akan terjadi Langkah Pengukuran 1.



Siapkan alat dan bahan dan pastikan semuanya dalam kondisi baik. Setelah itu pergi ke lokasi pengukuran yang telah dibagi. Jika sudah, isi buku tugu sesuai degan kondisi tugu dan potret arah pandang dari Utara, Selatan, Timur, Barat.



2.



Dirikan statif dan pasang receiver Javad dengan antenanya diatas statif pada titik BM dan centering. Ukur tinggi antenna dari tinggi miringnya.



3.



Aktifkan receiver Javad dan koneksikan Javad Controller menggunakan handphone. Setelah itu lakukan pengaturan perekaman receiver meliputi lama pengukuran yaitu 30 menit.



4.



Cek lampu indicator perekaman data apakah sudah sesuai dengan pengaturan interval perekaman. Jika belum sesuai, ulangi langkah sebelumnya.



5.



Ukur tinggi antenna kembali sebelum selesai melakukan pengukuran. Klik option Stop Logging pada controller untuk menyudahi pengukuran dan mematikan alat. Lakukan download data hasil pengukuran static.



Langkah Pengolahan 1.



Membuka program GeoGenius dengan cara double klik icon GeoGenius seperti dibawah ini:



Kelompok I-B



13



Tampilan awal GeoGenius:



2.



Input



file yang telah dikonversi ke rinnex dengan cara klik icon Insert



Files



 select all  klik Add to Project  tunggu hingga selesai.



Maka hasilnya



Kelompok I-B



14



BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN



6.



Hasil Pengolahan Baseline



7.



Hasil Pengukuran Adjusment a. Hasil Pengukuran Adjusment pada Titik BM5 ke Base 1



Hasil Pengukuran Adjusment pada Titik BM5 ke Base 1



Kelompok I-B



15



Kelompok I-B



16



BAB IV PENUTUP I.3 Kesimpulan 1.



Hasil pengukuran titik acuan dengan menggunakan Total Station cukup terkontrol karena pengukuran yang dilakukan memenuhi syarat untuk poligon tertutup. Data titik acuan pada pengukuran titik awal sesuai dengan data titik acuan pada pengukuran titik akhir poligon.



2.



Ketelitian linier yang didapat oleh kelompok IV-A dari hasil pengukuran menggunakan Total Station adalah 1 : 2306,4, toleransi ketelitian liniernya adalah 1: 2000. Sehingga ketelitian linier hasil pengukuran kelompok IV-A memenuhi syarat



3.



Dalam pembuatan peta situasi, hal yang perlu dilakukan yaitu : a. Pengukuran Situasi dengan menggunakan Total Station didapat hasil ukuran detil berupa koordinat (x, y, z), sudut dan jarak dari titik pologon. b. Penggambaran dengan AutoCAD, meliputi proses import data, pengambaran kontur dan penentuan orientasi peta.



4. Hasil yang diperoleh dari pengolahan data lapangan yaitu berupa peta topografi yang sudah dilengkapi dengan objek-objek pada peta yang sudah terspesifikasi dan berupa kontur yang merepresentasikan ketinggian dari permukaan tanah pada peta. I.4 Saran Dengan adanya kesimpulan diatas maka dalam pengukuran harus memperhatikan hal – hal berikut : 1.



Peralatan



yang



digunakan



dalam



praktikum



ini



(komputer)



hendaknya



memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan oleh pembuat program AutoCAD Land Development. 2.



Input data dalam praktikum ini harus benar-benar teliti untuk menghindari kesalahan pemasukan data.



3.



Praktikan



harus



paham



dengan



konsep



praktikum



maupun



tahap



-



tahap



dalam metode pelaksanaan praktikum. 4.



Hendaknya



dalam



melaksanakan



praktikum



ini



menggunakan



program



yang original (bukan bajakan). 5.



Pada saat undulasi sebaiknya jangan melakukan pengukuran, yaitu pada pukul 11.00 WIB sampai dengan 14.00 WIB.



6.



Di dalam pengukuran harus sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.



Kelompok I-B



17



7.



Dalam pengukuran detail jangan lupa mengukur tinggi alat dan tinggi prisma.



8.



Setiap perubahan tinggi prisma perlu dicatat dalam Total Station.



9.



Pemasangan alat Total Station atau pun prisma harus tegak lurus, tidak boleh miring. Nivo tabung ataupun nivo lingkaran harus tepat berada ditengah-tengah.



10. Karena waktu pengukuran yang terbatas maka saat melakukan pengukuran gunakan waktu seefisien mungkin. 11. Lakukan briefing pengukuran dan pembelajaran akan medan pengukuran sebelum pengukuran agar waktu dan tenaga tidak terbuang percuma. 12. Untuk memberikan koreksi akan penggambaran dari data yang didapat maka perlu melakukan penggambaran sketsa area dan keterangan berupa nomor-nomor titik di lapangan sesuai dengan apa yang kita tembak. 13. Teliti, berhati-hati dan sabar dalam melakukan pengukuran agar terhindar dari kesalahan, baik kesalahan pembidikan yang megakibatkan kesalahan data ataupun kesalahan pemakaian alat yang mengakibatkan kerusakan pada alat. 14. Jika cuaca terlihat tidak mendukung (turun hujan), segera hentikan pengukuran. 15. Setelah selesai pengukuran cek semua alat yang kita pakai, jangan sampai ada yang rusak, hilang atau tertinggal. Perhatikan peralatan-peralatan kecil seperti tutup lensa prisma dan Total Station. 16. Lakukan upload data hasil pengukuran sesegera mungkin agar dapat mengantisipasi bila terjadi kesalahan maupun data hilang karena terhapus oleh pemakai alat selanjutnya.Selain itu, kita harus lebih teliti lagi dalam melakukan pengukuran, perhitungan data lapangan serta dalam penggambaran peta supaya hasil akhirnya dapat memuaskan



Kelompok I-B



18



DAFTAR PUSTAKA



Ardhianto, Vikky (2010). Laporan Praktikum Survey GNSS. Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika Institut Teknologi Nasional ; Malang. Sastriawan, Bima Agung (2010). PENGUKURAN SITUASI PERENCANAAN SALURAN PRIMER DAN SEKUNDER RAWA JITU (Kerja Praktik). Program Studi D3 Survei dan Pemetaan Fakultas Teknik Universitas Lampung ; Bandar Lampung. Tim Dosen Pemetaan (2014). PEMETAAN I : KERANGKA KONTROL HORIZONTAL. Diploma III Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember ; Surabaya. Tim Dosen dan Pakar Ilmu Ukur Tanah (2013). ILMU UKUR TANAH II : KERANGKA KONTROL HORIZONTAL. Program D3 Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember ; Surabaya. Prasidya, Anindya Sricandra dan Riyadi, Gondang (2018). KAJIAN KETELITIAN PENGUKURAN KERANGKA KONTROL VERTIKAL MENGGUNAKAN TOTAL STATION AKURASI SUDUT 1” DAN 5”. ELIPSOIDA Departemen Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro ; Semarang. Muda, Iskandar (2008). BAB III : PENGUKURAN KERANGKA DASAR VERTIKAL. Direktori Fakultas Pendidikan Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia ; Bandung. Chandra, Muhammad, 2002. Higher Surveying. New Delhi : New Age International Limited Publisher. Kustarto, H., & Hartanto, J. 2010. Ilmu Ukur Tanah-Metode dan Aplikasi. Malang: Dioma Marjuki, Bramantiyo, 2014. DIKTAT PENGUKURAN, PEMETAAN, DAN GIS. Yogyakarta : Pusat Pengelolahan Data Kementrian Pekerja Umum. Rinner, 1979. DASAR-DASAR PENGUKURAN TANAH JILID 1 Dan JILID 2. Jakarta : Erlangga Sudarsono, D. Bambang. 2005. Menggambar Kontur 3 Dimensi Secara Mudah dan Cepat dengan AutoCAD Land Development. Yogyakarta: Andi Widyamanti, Wirastuti & Natalia, Dini, 2006. Geografi IX untuk SMP dan MTS. Jakarta : Grasindo.



Faisol, A. (2012, September 3). ilmu sipil. Diambil kembali dari ilmu sipil website: http://www.ilmusipil.com/garis-kontur-adalah Rofiq. (2016, 10 10). Teknologi News . Diambil kembali dari Teknologi News website: http://news.teknologisurvey.com/buku-petunjuk-nikon-dtm-322-bahasa-indonesia/



Kelompok I-B



19