Laporan PKL Upt Patph Yahya Ediit [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGARUH VARIASI BAHAN TAMBAHAN TERHADAP KARAKTERISTIK SENSORIS TEH APEL (Malus sylvestris Mill) PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)



sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Teknologi Pertanian (A.Md.TP) di Program Studi Teknologi Industri Pangan Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Jember



Oleh ANJAKHAFI YAHYALLOH NIM B32192112



PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2021



PENGARUH VARIASI BAHAN TAMBAHAN TERHADAP KARAKTERISTIK SENSORIS TEH APEL (Malus sylvestris Mill) PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)



sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Teknologi Pertanian (A.Md.TP) di Program Studi Teknologi Industri Pangan Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Jember



Oleh ANJAKHAFI YAHYALLOH NIM B32192112



PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2021



i



KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI JEMBER



LEMBAR PENGESAHAN PENGARUH VARIASI BAHAN TAMBAHAN TERHADAP KARAKTERISTIK SENSORIS TEH APEL (Malus sylvestris Mill) Anjakhafi Yahyalloh NIM B32192112 Telah melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) dan dinyatakan LULUS Tim Penilai Pembimbing Lapang



Dosen Pembimbing Utama



Novie Isnawati, S.P., M.Agr. NIP. 19771107 200801 2 013



Irene Ratri Andia Sasmita, S.TP., MP. NIP. 19911102 201903 2 018



Mengetahui, Ketua Jurusan Teknologi Pertanian



Dr. Yossi Wibisono, S.TP., MP. NIP. 19730929 199702 1 001



ii



PRAKATA Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala, terima kasih atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang telah Engkau berikan kepada hamba. Hamba haturkan syukur yang terdalam kepada Mu. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Atas berkat rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sehingga saya dapat rnenyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) ini. Dengan terselesaikannya laporan PKL ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada: 1. Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kesehatan, kemudahan serta kelancaran kepada saya, sehingga dapat menyelesaikan Praktik Kerja Lapang ini. 2. Almamater Politeknik Negeri Jember Khususnya Program Studi Teknologi Industri Pangan terima kasih atas izin dan dukungannya. 3. Kedua orang tua yang selalu memberi do'a, semangat dan dukungannya kepada saya. 4. Direktur Politeknik Negeri Jember, Saiful Anwar, S.TP., MP. 5. Ketua Jurusan Teknologi Pertanian, Dr. Yossi Wibisono, S.TP., MP. 6. Ketua Program Studi Teknologi Industri Pangan, Ir. Agus Santoso, M.Si. 7. Koordinator Praktik Kerja Lapang, M.Ardiansyah S., S,Si,.M,Si. 8. Dosen Pembimbing Praktik Kerja Lapang, Irene Ratri Andia Sasmita, S.TP., MP. 9. UPT PATPH yang telah memberikan izin untuk melakukan Praktik Kerja Lapang, terkhusus Bapak Ir. Sumiyanto Aji, M. MA selaku Kepala UPT PATPH. 10. Pembimbing lapang Ibu Novie Isnawati, S.P., M.Agr. 11. Para karyawan seksi pemasaran (Bapak Arif dan Ibu Dhani) yang telah membimbing saya dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapang. 12. Kepada seluruh teman-teman PKL yang telah membantu dan menyemangati saya selama magang di UPT PATPH 13. Seluruh teman-teman dari TIP 19 yang menemani saya dalam belajar dan praktikum di Politeknik Negeri Jember



iii



Penyusunan laporan PKL ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saya mengharap kritik dan saran yang berguna untuk perbaikan laporan ini agar lebih baik lagi dimasa yang akan datang. Semoga laporan PKL ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Jember, 31 Desember 2021



Anjakhafi Yahyalloh



iv



RINGKASAN PENGARUH



VARIASI



BAHAN



TAMBAHAN



TERHADAP



KARAKTERISTIK SENSORIS TEH APEL (Malus sylvestris Mill), Anjakhafi Yahyalloh, NIM B32192112, Tahun 2021, berapa hal., Teknologi Industri Pangan, Politeknik Negeri Jember, Irene Ratri Andia Sasmita, S.TP., MP. (Dosen Pembimbing). UPT. Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura, Sidoarjo merupakan instansi pemerintah yang bergerak dibidang studi, kajian, pengembangan agribisnis tanaman pangan dan hortikultura, mengembangkan agrowisata, ketatausahaan dan pelayanan masyarakat. Tanaman apel di Indonesia mulai ada sejak didatangkan dari Australia pada tahun 1934 dan pertama ditanam di Desa Tebo Pujon Malang sebanyak 20 varietas (Kusumo dan Surahmat, 1974) dan dalam perkembangannya Batu, Malang dan Nongkojajar Pasuruhan Jawa Timur menjadi daerah sentra produksi apel di Indonesia dimana tanaman apel telah di usahakan petani sekitar 1950 dan setelah 1960 tanaman apel terus berkembang pesat (Wahyudu T, 1980). Buah apel Rome Beauty (Malus sylvestris Mill) secara umum mengandung senyawa flavonoid yang merupakan antioksidan kuat. Antioksidan adalah subtansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel normal, protein, dan lemak, melindungi struktur sel, anti inflamasi, serta mencegah keropos tulang. Selain itu, flavonoid pada buah apel Rome Beauty (Malus sylvestris Mill) mampu meningkatkan poliferasi dan diferensiasi megakariosit dalam sumsum tulang. Buah apel mempunyai umur simpan yang relatif pendek, kurang lebih 7 hari pada suhu kamar, karena buah apel setelah dipetik akan mengalami perubahan komposisi dan terjadi kerusakan, yang disebabkan oleh berlanjutnya kegiatan fisiologis. Kerusakan mekanis juga dapat terjadi misalnya pecah, kulit mudah sobek dan kerusakan mikrobiologis seperti pembusukan oleh mikrobia (Winarno, 1992).



v



Apel celup adalah produk diversifikasi apel berupa apel kering yang dapat diseduh menghasilkan sari buah apel instan. Pengolahan apel celup terinspirasi dari pengolahan teh celup. Pada pengolahan teh terdapat dua proses penting dalam membentuk karakteristik sifat fisik dan kimia teh. Proses tersebut yaitu proses pelayuan dan proses pengeringan. Selama proses pelayuan akan terbentuk senyawa flavor, warna dan senyawa pembentuk rasa akibat proses oksidasi polifenol (Andrianis Y, 2009). Sedangkan pada proses pengeringan, suhu pengeringan harus diperhatikan. suhu pengeringan pada teh tidak boleh kurang dari 60 oC dan tidak boleh melebihi 95oC hal ini dikarenakan perlakuan suhu berpengaruh pada tekstur, kadar air dan senyawa kimia aktif pada produk apel celup (Arifin, M.B, 1994). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui karakteristik sensoris pada teh apel dengan penambahan bahan tambahan berupa cinnamon, lemon, dan daun mint kering. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 Desember sampai 31 Desember 2021 di ruang pengolahan UPT. Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura, Sidoarjo. Pengujian sensoris yang dilakukan yaitu uji hedonik dengan 20 panelis tidak terlatih. Hasil uji sensoris (uji hedonik) sampel 917 (cinnamon): warna nilai tertinggi 45% suka. Pada Arorna didapatkan nilai tertinggi 40% yaitu suka. Pada kenampakan didapatkan hasil tertinggi 45% suka. Pada parameter rasa didapatkan hasil tertinggi yaitu 30% cukup suka, 30% suka. Sampel 546 (lemon): warna didapatkan nilai tertinggi 55% suka. Pada Arorna didapatkan nilai tertinggi 35% cukup suka. Pada kenampakan didapatkan hasil tertinggi 45% suka. Pada parameter rasa didapatkan hasil tertinggi yaitu 35% kurang suka. Sampel 986 (daun mint): warna didapatkan nilai tertinggi 50% cukup suka. Pada Arorna didapatkan nilai tertinggi 50% cukup suka. Pada kenampakan didapatkan hasil tertinggi 55% cukup suka. Pada parameter rasa didapatkan hasil tertinggi yaitu 40% cukup suka.



vi



vii



DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL..................................................................................i HALAMAN JUDUL.....................................................................................ii LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................iii PRAKATA ..................................................................................................iv RINGKASAN................................................................................................v DAFTAR ISI ...............................................................................................vi DAFTAR TABEL.......................................................................................vii DAFTAR GAMBAR.................................................................................viii DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................1 1.1 Latar Belakang.........................................................................1 1.2 Tujuan dan Manfaat................................................................3 1.2.1 Tujuan Umum PKL..........................................................3 1.2.2 Tujuan Khusus PKL.........................................................3 1.2.3 Manfaat PKL....................................................................3 1.3 Lokasi dan Jadwal Kerja.........................................................4 1.3.1 Waktu dan Tempat PKL...................................................4 1.3.2 Jadwal Kerja.....................................................................4 1.4 Metode Pelaksanaan.................................................................5 BAB 2. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN........................................7 2.1 Sejarah Perusahaan.....................................................................7 2.2 Lokasi Perusahaan......................................................................8 2.3 Struktur Organisasi.....................................................................9 2.4 Ketenagakerjaan.......................................................................13 2.4.1 Jumlah Karyawan...........................................................13 2.4.2 Sistem Perekrutan...........................................................14 2.4.3 Sistem Penggajian..........................................................14 2.4.4 Jam Kerja........................................................................14 2.5 Fasilitas untuk Karyawan......................................................15



viii



2.5.1 Hak Karyawan................................................................15 2.5.2 Kewajiban Karyawan.....................................................16 2.6 Produk.....................................................................................17 BAB 3. PROSES PRODUKSI...................................................................20 3.1 Proses Pembuatan Es Krim Strawberry..............................20 3.2 Proses Pembuatan Es Krim Anggur.....................................20 3.3 Proses Pembuatan Susu Pasteursasi.....................................21 3.4 Proses Pengolahan Susu Sapi Segar.....................................21 3.5 Proses Pengolahan Keju Mozarella......................................22 3.6 Uji Alkohol..............................................................................22 3.7 Uji Pemalsuan Karbonat........................................................23 3.8 Uji Berat Jenis.........................................................................23 3.9 Uji MBRT................................................................................24 3.10 Uji Antibiotik........................................................................24 3.11 Uji Lemak..............................................................................25 BAB 4. PENGENDALIAN MUTU SUSU SAPI SEGAR.......................26 4.1 Pengendalian Mutu Bahan Baku..........................................26 4.1.1 Pengendalian Sifat Fisik.................................................27 4.1.2 Uji Alkohol.....................................................................28 4.1.3 Uji Berat Jenis dan Suhu................................................30 4.1.4 Uji Pemalsuan Karbonat.................................................32 4.1.5 Uji Antibiotik..................................................................33 4.1.6 Uji Lemak/Fat.................................................................34 4.1.7 Uji Tepung......................................................................36 4.1.8 Uji MBRT.......................................................................37 4.2 Bak Penampungan dan Penyaringan...................................38 4.3 Pendinginan.............................................................................39 4.4 Truk Tangki Pengiriman.......................................................40



ix



1.1 Jadwal Kerja PKL..................................................................................5 2.1 Data Pendidikan Karyawan KUD Argopuro Krucil.........................14 2.2 Jam Kerja..............................................................................................15 2.3 Produk KUD Argopuro dan Rumah Susu........................................17 4.1 Standar Penerimaan susu KUD Argopuro Krucil...........................27 4.2 Uji Organoleptik..................................................................................28 4.3 Uji Alkohol...........................................................................................29 4.4 Uji Berat Jenis dan Suhu.....................................................................31 4.5 Uji Pemalsuan Karbonat......................................................................33 4.6 Uji Antibiotik........................................................................................34 4.7 Uji Lemak..............................................................................................36 4.8 Uji Tepung.............................................................................................37 4.9 MBRT Grade Susu Sapi Segar............................................................39 4.10 Uji MBRT............................................................................................39



x



DAFTAR GAMBAR 1.1 Peta Lokasi KUD Argopuro..................................................................4 4.1 Uji Alkohol............................................................................................30 4.2 Uji Berat Jenis dan Suhu.....................................................................31 4.3 Control Chart Uji Berat Jenis............................................................32 4.4 Pengujian Pemalsuan Karbonat.........................................................33 4.5 Perbedaan antara Positif dengan Negatif Residu Antibiotik..........35 4.6 Alat Sentrifuge.....................................................................................36 4.7 Control Chart Uji Lemak....................................................................37 4.8 Uji Tepung.............................................................................................38 4.9 Uji MBRT..............................................................................................40 4.10 Control Chart Uji MBRT..................................................................40 4.11 Pendinginan Susu Sapi Segar............................................................42 4.12 Truk Tangki Pengirirman.................................................................43



xi



BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politeknik Negeri Jember (POLIJE) merupakan salah satu perguruan tinggi negeri di Jawa Timur yang menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus. Pendidikan vokasi ini bertujuan untuk membekali mahasiswa dengan ilmu pengetahuan serta teknologi sesuai bidangnya, sehingga mampu bersaing dalam ilmu pengetahuan, memajukan dan mengaplikasikan teknologi yang telah didapatkan selama di bangku perkuliahan. Politeknik Negeri Jember menerapkan 60% praktek dan 40% teori. Hal tersebut bertujuan agar lulusan Politeknik Negeri Jember dapat menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan profesional sesuai bidangnya. Pendidikan



yang



diterapkan



oleh



Politeknik



Negeri



Jember



mengedepankan keterampilan dan keahlian praktek. Mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan ilmu yang didapat secara profesional. Selain itu, salah satu misi Politeknik Negeri Jember yaitu meningkatkan penelitian, pengabdian masyarakat dan kewirausahaan untuk menghasilkan nilai tambah produk inovasi, serta meningkatkan pendidikan yang inovatif dan berdaya saing. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, Politeknik Negeri Jember memiliki kegiatan ilmiah atau program yang berkualitas untuk mahasiswa. Salah satu bentuk program yang dilakukan adalah kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di perusahaan atau industri yang sesuai dengan bidang keilmuan yang diberikan khususnya Teknologi Industri Pangan. Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah salah satu kegiatan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa dengan melakukan praktek kerja secara langsung pada perusahaan atau industri-industri yang sesuai dengan bidangnya. Pratek ini juga sebagai bekal bagi mahasiswa untuk memasuki dunia kerja yang akan mendatang yang semakin banyak dan ketat dalam persaingannya. Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah kerja praktek dengan mengikuti semua aktifitas atau kegiatan di lokasi Praktek Kerja Lapang (PKL). Kegiatan ini dikhususkan bagi mahasiswa semester 5 dan berlangsung selama 3 bulan. Praktek Kerja Lapang ini merupakan persyaratan kelulusan bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar Ahli Madya (Amd) di Polteknik Negeri Jember.



1



Salah satu instansi yang memberikan kesempatan bagi pelajar ataupun mahasiswa untuk melakukan Praktek kerja Lapang (PKL) yaitu UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura, Sidoarjo. UPT PATPH Sidoarjo merupakan instansi pemerintah yang bergerak dibidang studi, kajian,



pengembangan



agribisnis



tanaman



pangan



dan



hortikultura,



mengembangkan agrowisata, ketatausahaan dan pelayanan masyarakat. Pemilihan UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura, Sidoarjo sebagai tempat PKL didasarkan pada kesesuaian materi perkuliahan dan praktikum, seperti dalam bidang pengetahuan bahan pangan, pasca panen nabati, pengolahan pangan, dan ekonomi teknik. Mahasiswa yang melakukan PKL di UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura, Sidoarjo mendapatkan pengalaman dan pengetahuan khususnya mengetahui tentang berbagai macam jenis olahan dari tanaman pangan dan hortikultura, seperti melon, mangga, jambu, labu, bunga mawar, bunga melati, bunga rosella, bunga telang, dan masih banyak lagi. 1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1



Tujuan Umum PKL Tujuan Praktik Kerja Lapang (PKL) secara umum adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman kerja bagi mahasiswa mengenai kegiatan instansi yang layak dijadikan tempat PKL. Selain itu, tujuan PKL adalah melatih mahasiswa agar lebih kritis terhadap perbedaan atau kesenjagan (gap) yang kita jumpai di lapangan dengan yang diperoleh dibangku kuliah. Dengan demikian mahasiswa diharapkan mampu untuk mengembangkan keterampilan tertentu yang tidak diperoleh di kampus.



2



1.2.2



Tujuan Khusus PKL a. Mahasiswa dapat lebih mengetahui pemanfaatan tanaman pangan dan holtikultura b. Mahasiswa dapat mengetahui proses pengolahan dari hasil panen tanaman pangan dan holtikultura c. Mahasiswa dapat mengetahui pemasaran produk olahan.



1.2.3



Manfaat PKL Manfaat dari Praktik Kerja Lapang (PKL) adalah mahasiswa memiliki pengetahuan, keterampilam dan pengalaman kerja yang diperoleh dari tempat PKL sehingga mahasiswa dapat mempersiapkan diri pada lingkungan kerja setelah lulus, serta mahasiswa memiliki kepribadian yang baik didalam lingkungan kerja nantinya.



1.3 Lokasi dan Jadwal Kerja 1.3.1



Waktu dan Tempat PKL Lokasi kegiatan



Praktik Kerja Lapanga



adalah UPT.



Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura yang berada di Jl. Raya Lebo No.48, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur 61223. Peta lokasi pelaksanaan Praktik Kerja Lapang (PKL) pada Gambar 1.1



Sumber: Google Maps Gambar 1.1 3



1.3.2



Jadwal Kerja Praktik kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan pada 15 September 2021 sampai 31 Desember 2021. PKL dilakukam pada hari Senin-Sabtu, pada jam kerja hari Senin-Jum'at pukul 06.00 - 11.00 WIB kemudian dilanjutkan pada jam 13.00-15.00 WIB. Pada jam kerja hari Sabtu pukul 06.00 - 11.00 WIB. Jadwal kegiatan dapat dilihat pada Tabel 1.1 No .



Bulan Kegiatan



Sep 3



1



Pengenalan



2



Lokasi Membuat



4



1



Okt Nov 2 3 4 1 2 3 4



Rencana 3



Kerja Tata laksana



4



Produksi Mencatat Kegiatan Sehari-hari



5



Presentasi Hasil Tabel 1.1 Jadwal Kerja Praktek Kerja Lapang



1.4 Metode Pelaksanaan



4



Des 1 2 3



4



1.1.1 Orientasi Kegiatan Orientasi PKL di UPT. Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura Sidoarjo adalah pengenalan umum tentang perusahaan, selain itu juga terdapat beberapa penjelasan mengenai peraturan yang harus dipatuhi dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama melaksanakan PKL di UPT. Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura Sidoarjo. Mahasiswa juga diajarkan mengenai pentingnya memperhatikan keselamatan kerja baik dalam lingkungan pribadi maupun lingkungan sekitar perusahaan tersebut. 1.1.2 Adaptasi Adaptasi dilakukan dengan cara mengamati serta memahami kegiatan apa saja yang akan dilakukan oleh karyawan saat bekerja terutama di bagian pemasaran, selain itu juga belajar bersosialisasi dengan masyarakat sekitar agar mahasiswa dapat mengikuti kegiatan di lingkungan perusahaan dan mampu membaur sehingga mendapat kerjasama yang baik. Hal ini bertujuan agar mahasiswa dapat melaksanakan kegiatan PKL dengan baik sehingga berdampak positif pada mahasiswa dan perusahaan maupun almamater kampus. 1.1.3 Pelaksanaan PKL Gambaran singkat pelaksanaan PKL ini yaitu mahasiswa mengamati serta mengikuti setiap aktivitas yang dikerjakan oleh pekerja khususnya yang dilakukan di bagian pemasaran. Penempatan kerja kelompok disesuaikan dengan jadwal yang diberikan oleh bagian pemasaran. Kelompok yang bertempat dibagian pemasaran terdiri dari 4 kelompok. Kelompok 1 dan 2 mendapatkan jadwal 2 minggu pertama di bulan september kemudian 2 minggu selanjutnya untuk kelompok 3 dan 4, dan seterusnya bergantian. Hal ini dikarenakan banyaknya kelompok yang mengambil tugas khusus di bagian pemasaran dan pengolahan. BAB 2. KEADAAN UMUM INSTANSI 5



2.1 Sejarah Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT PATPH) Pada awalnya pengelolaan PUSPA Lebo Sidoarjo dilakukan secara independen, namun seiring adanya restrukturisasi di lingkup dinas pada pertengahan tahun 2008, keberadaan PUSPA Lebo digabungkan dengan Balai Teknologi Pertanian (BTP) yang berlokasi di Bedali Lawang menjadi sebuah unit kerja baru yang bernama Unit Pelaksanaan Teknis Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT PATPH). Struktur organisasi dan tata kerja UPT tertuang dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 128 Tahun 2008 tanggal 25 Agustus 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja UPT Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan peraturan Gubernur tersebut, pengelolaan UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura dikendalikan oleh seorang Kepala UPT dengan dibantu oleh Seorang Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan 2 orang Kepala Seksi, yaitu Kepala Seksi



Pengembangan



Agribisnis



Tanaman



Pangan



dan



Kepala



Seksi



Pengembangan Agribisnis Hortikultura. Kebun PUSPA Lebo menjadi salah satu kebun dilingkup UPT PATPH yang dikelola oleh Seksi Pengembangan Agribisnis Hortikultura (PAH). Mengingat segala kelengkapan baik sarana maupun prasarana yang telah tersedia, kebun PUSPA Lebo menjadi basecamp bagi semua personel di Seksi PAH, sedangkan kantor pusat UPT PATPH yang merupakan basecamp personel dari Sub Bagian Tata Usaha maupun Seksi Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan masih berkedudukan di Bedali-Lawang. Pada awal terbentuknya jenis kegiatan yang dilakukan oleh UPT PATPH berupa operasional laboratorium (Uji Tanah, Kultur Jaringan, Pengolahan Hasil Panen) dan pengelolaan beberapa kebun yang berlokasi di Bedali-Lawang, DauMalang, Bulukerto-Batu dan PUSPA Lebo-Sidoarjo. Dalam perkembangan selanjutnya terdapat penambahan beberapa kebun yang dikelola oleh UPT PATPH, dengan pengembangan komoditas unggulan masing-masing yaitu Kebun



6



Cemengkalang Sidoarjo, Kebun Dlanggu Mojokerto, Kebun Kebomas Gresik, dan Kebun Pelem Kediri. Struktur dan tata kelola UPT PATPH pada Dinas di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada akhir tahun 2016 sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 113 Tahun 2016 tentang Nomenklatur, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, maka pengelolaan UPT PATPH dikendalikan oleh Seorang Kepala UPT dibantu dengan Seorang Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Seorang Kepala Seksi Pelayanan Teknis. Seiring dengan adanya perubahan struktur dan tata kelola Perangkat Dinas di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada akhir tahun 2018 sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 61 Tahun 2018 tentang Nomenklatur, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, maka pengelolaan UPT PATPH dikendalikan oleh seorang Kepala UPT dibantu dengan Seorang Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Seorang Kepala Produksi dan Kepala Seksi Pemasaran. 2.2 Struktur Organisasi dan Tugas Pokok Sebuah perusahaan yang baik tentunya memiliki struktur organisasi yang jelas dan terstruktur guna mengatur garis komando dan mempermudah koordinasi tiap komponen-komponennya. Struktur organisasi memiliki peranan yang sangat penting karena merupakan pencerminan jalur wewenang dan tanggung jawab di dalam perusahaan secara vertikal antara atasan dan bawahan serta pencerminan secara horizontal antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya serta untuk menunjukkan posisi-posisi dan fungsi-fungsi serta bagian-bagian di dalam perusahaan yang berbeda. Struktur organisasi UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura



berbentuk



line



organization



atau



organisasi



garis



yang



menghubungkan langsung secara vertikal antara atasan dan bawahan mulai dari pimpinan tertinggi sampai dengan bawahan. Organisasi garis atau lini merupakan



7



suatu bentuk struktur organisasi dimana pelimpahan wewenang langsung dari pimpinan kepada bawahannya. Berdasarkan



Peraturan



Gubernur



Nomor



61



Tahun



2018



tentang



Nomenklatur, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, maka pengelolaan UPT PATPH dikendalikan oleh seorang Kepala UPT dengan dibantu dengan Seorang Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Seorang Kepala Seksi Produksi dan Seorang Seksi Pemasaran. Dibawah Kepala Sub Bagian Tata Usaha terdapat staf yang bertugas dalam urusan kepegawaian, keuangan dan asset/perlengkapan. Sedangkan dibawah Kepala Seksi Produksi terdapat staf yang bertanggung jawab sebagai pengelola kebun maupun laboratorium dan Kepala Seksi Pemasaran dibantu staf pemasaran dan agrowisata. Struktur organisasi selengkapnya dapat digambarkan sebagai berikut:



8



Gambar 2.1 Struktur Organisasi UPT PATPH Lebo-Sidoarjo 2.2.1 Deskripsi Jabatan dan Tugas Pokok UPT



Pengembangan



Agribisnis



Tanaman



Pangan



dan



Hortikultura



mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas teknis Dinas dalam bidang pelaksanaan kaji terap teknologi serta pengembangan agribisnis tanaman pangan dan hortikultura, tugas ketatausahaan serta pelayanan masyarakat.. Untuk melaksanakan tugas tersebut, maka UPT PATPH mempunyai fungsi : a. Pelaksanaan pengembangan teknologi dan percontohan b. Pelaksanakan kaji terap teknologi agribisnis tanaman pangan dan hortikultura c. Pelaksanaan promosi dan diseminasi edikasi teknologi dalam bidang agribisnis tanaman pangan dan hortikultura 9



d. Melaksanakan agribisnis tanaman pangan dan hortikultura e. Pelaksanaan dan pengelolaan diversifikasi usaha f. Pelaksanaan ketatausahaan dan pelayanan masyarakat g. Pelaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan, dan h. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Dinas 1. Kepala UPT PATPH, mempunyai tugas: Kepala UPT bertugas mengawasi, memimpin, mengkoordinasi pelaksanaan kegiatan, memonitoring, evaluasi, analisa dan pengembangan kebutuhan, prndidikan dan pelatihan, pengelolaan sarana prasarana urusan ketatausahaan, pelayanan masyarakat dan dalam melaksanakan tugas wajib menerapkan prinsip koordinasi dan sinkronisasi dengan instansi lain dan para pihak pemangku kepentingan. 2. Sub Bagian Tata Usaha, mempunyai tugas: a. Melaksanakan pengelolaan dan pelayanan administrasi umum b. Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian c. Melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan d. Melaksanakan pengelolaan perlengkapan dan peralatan kantor e. Melaksanakan kegiatan hubungan masyarakat f. Melaksanakan pengelolaan urusan rumah tangga g. Melaksanakan pengelolaan penyusunan program, anggaran dan perundang perundangan h. Melaksanakan pengeloaan kearsipan UPT i. Melaksanakan monitoring dan evaluasi orgaisasi dan tatalaksana j. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala UPT



10



3. Seksi Produksi, mempunyai tugas: a. Menyusun perencanaan kegiatan seksi produksi b. Melaksanakan kaji terap teknologi agribisnis tanaman pangan dan hortikultura c. Melaksanakan pelayanan analisis unsure hara tanah dan kultur jaringan d. Melaksanakan agribisnis tanaman pangan dan hortikultura e. Melaksanakan pendampingan teknis agribisnis tanaman pangan dan hortikultura f. Melaksanakan diseminasi edukasi teknologi bidang agribisnis tanaman pangan dan hortikultura g. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan h. Melaksanakan tugas tugas lain yang diberikan Kepala UPT 4. Seksi Pemasaran, mempunyai tugas: a. Menyusun perencanaan kegiatan Seksi Pemasaran; b. Melaksanakan pengolahan dan pemasaran hasil produksi tanaman pangan dan hortikultura; c. Melaksanakan promosi dan sosialisasi hasil tanaman pangan dan hortikultura; d. Melaksanakan dan pengolahan diversifikasi usaha e. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan; dan f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPT. 2.3 Gambaran Umum Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT PATPH) Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura merupakan instansi yang dinaungi oleh Dinas Pertanian. UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura berada di Jl. Raya Lebo No. 48, Kec. Sidoarjo, Jawa Timur. UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura didirikan untuk mengembangkan komoditas tanaman hortikultura baik berupa sayur, buah, tanaman hias, dan tanaman obat keluarga. UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura



11



sendiri merupakan tempat pelaksana teknis mulai dari proses budidaya sampai dengan proses pemasaran. UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura memiliki total luas 6,1 Ha dengan pembagian kebun menjadi 3 yaitu: Lebo Timur, Lebo Tengah, dan Lebo Barat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura dapat dibagi menjadi 4, yaitu: 1. Usaha tani hortikultura mulai dari on farm sampai dengan off farm Usaha tani hortikultura mulai dari on farm sampai dengan off farm yang meliputi penerapan teknologi budidaya yang baik dan benar, pengujian benih introduksi, serta budidaya off season (di luar musim), teknik persemaian, teknik pemanenan dan pemasaran hasil panen serta perluasan target pasar. 2. Pelayanan Analisa Tanah Pelayanan Analisa Tanah dilakukan di Laboratorium Tanah di Kebun Bedali Lawang Malang yang ditujulkan untuk masyarakat umum yang ingin mengujikan kandungan usnsur hara tanah yang akan digunakan untuk budidaya maupun untuk tujuan penelitian. Pelayanan analisa tanah meliputi unsur pH, C organic, N-Kjedahl, P Olsen, K2O, KTK, Tekstur, dan kadar air. 3. Pelayanan informasi dan magang Pelayanan informasi meliputi kegiatan konsultasi agribisnis yang dapat dilakukan oleh siapa saja yang ingin mengonsultasikan masalah tanaman hortikultura dan tanaman pangan mulai dari saprodi, teknik budidaya, sampai dengan panen dan penanganan pasca panen serta pemasaran produk. kegiatan magang kerja di UPT PATPH menerima mahasiswa dan siswa SMK yang ingin melakukan praktik kerja lapang untuk menambah ilmu pengetahuan tentang pertanian dan pengalaman dalam dunia kerja. Kegiatan kemitraan



di



UPT PATPH menjalin kerja sama dengan para petani lokal untuk menampung hasil produksi tanaman hortikultura milik petani dan membantunya dalam proses pemasaran, selain itu UPT PATPH juga memiliki mitra kerja untuk mempermudah dan memperluas jaringan pemasaran setiap produk-produk hortikultura.



12



4. Agrowisata Kegiatan agrowisata merupakan salah satu kegiatan pokok yang dalam setiap bulannya selalu ada kunjungan baik dari TK, SD, SMP, dan SMA. Tujuan kegiatan tersebut untuk menarik minat para siswa agar tertarik pada bidang pertanian, memperkenalkan dan menambah wawasan mengenai kegiatankegiatan pertanian. Kegiatan ini juga dilengkapi dengan praktik tanam, panen sayuran, outbond, dan pengenalan berbagai jenis tanaman hortikultura. UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura ini juga dilengkapi dengan fasilitas yang mendukung setiap kegiatan yang dilakukan di UPT PATPH. Adapun fasilitas-fasilitasnya antara lain : 1) Kantor beserta fasilitas kelengkapannya berlokasi di Bedali-Lawang maupun di Lebo Sidoarjo,namun pada tahun 2018 karena terkena pembebasan TOL Malang Pandaan maka aktivitas perkantoran di pindahkan ke kantor Lebo Sidoarjo 2) Kebun produksi beserta sarana dan prasarana yang digunakan untuk aktivitas usahatani di masing-masing kebun, berupa alat mesin pertanian on farm maupun penanganan panen/pasca panen. 3) Laboratorium beserta kelengkapannya berada di Bedali Lawang, yakni : Laboratorium



Analisa



Tanah,



Laboratorium



Kultur



Jaringan



dan



Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian. Sarana Transportasi untuk operasional kedinasan maupun pengangkutan dan pemasaran hasil panen, berupa kendaraan bermotor roda empat (5 unit), roda tiga (6 unit) dan roda dua (10 unit). Kebun UPT PATPH Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur yang dikelola seluas ± 38,58 hektar yang berlokasi di beberapa Kabupaten/Kota dengan pengusahaan aneka jenis Tanaman Pangan (Padi, Jagung, Kedelai) dan Hortikultura (Buah-buahan, Sayuran, Tanaman Hias dan Biofarmaka) yang disesuaikan dengan potensi lahan dan kondisi agroklimat setempat, masing-masing sebagai berikut : 1. Kebun Lebo Sidoarjo (PUSPA LEBO), seluas 6 Hektar 2. Kebun Cemengkalang Sidoarjo, seluas 6 hektar



13



3. Kebun Bedali Lawang Malang, seluas 1,6 hektar 4. Kebun Kalianyar Lawang Malang, seluas 1,28 ha 5. Kebun Dau Malang, seluas 7,4 hektar 6. Kebun Bulukerto Batu, seluas 0,8 hektar 7. Kebun Dlanggu Mojokerto, seluas 4 hektar 8. Kebun Kebomas Gresik, seluas 6 hektar 9. Kebun Pelem Kediri, seluas 5,5 hektar UPT PATPH memiliki peran strategis dalam upaya mendukung dan mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur yaitu: 1) Merupakan kebun aneka komoditas tanaman pangan dan hortikultura yang berfungsi sebagai pusat studi, percontohan, pelatihan, pelayanan agrbisnis sekaligus tempat rekreasi (agrowisata) yang dapat menarik minat generasi muda untuk menggeluti bidang pertanian. 2) Sebagai sosok etalase kebun tanaman pangan dan hortikultura yang diusahakan secara modern dan dikelola secara professional mulai dari aktivitas penanaman, pemeliharaan hingga pemasaran hasil panen yang selanjutnya disetorkan dan dipergunakan sebagai sumber Pendapatan Aslli Daerah (PAD). Terdapat beberapa macam produk barang/jasa yang dihasilkan oleh UPT PATPH dan ditawarkan secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat umum, yakni: 



Hasil Kebun berupa produk segar maupun olahan







Layanan Kunjungan Agrowisata







Layanan Laboratorium Uji Analisis Tanah







Konsultasi Agribisnis Aktivitas pengusahaan tanaman di kebun maupun pelayanan jasa agrowisata



dan laboratorium mendapatkan sumber anggaran dari APBD Provinsi Jawa Timur. Anggaran kegiatan kebun ditujukan untuk pengadaan sarana produksi (benih, pupuk, pestisida), pemeliharaan peralatan pertanian dan upah tenaga kerja. Sedangkan anggaran kunjungan agrowisata dan laboratorium ditujukan untuk kelancaran operasional kegiatan layanan yang dilakukan ke masyarakat umum. 14



Produk layanan jasa agrowisata maupun laboratorium beserta hasil panen segar dari kebun merupakan sumber pendapatan yang dihasilkan oleh UPT yang selanjutnya disetorkan sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD). Untuk dapat mewujudkan dan mencapai tujuan dan merealisasikannya maka UPT PATPH berpedoman pada Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Adapun Visi, Misi, Tujuan, dan Sasarannya adalah sebagai berikut: 2.3.1 Visi Sebagai pusat pengembangan dan pelayanan agribisnis tanaman pangan dan hortikultura yang modern dan memiliki daya saing. 2.3.2 Misi Terdapat 2 (dua) misi utama yang diemban oleh UPT PATPH untuk mewujudkan visi tersebut yakni: a.



Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman pangan dan hortikultura yang berdaya saing dan berkelanjutan



b.



Meningkatkan pelayanan agrowisata, laboratorium dan konsultasi agribisnis bagi masyarakat



2.3.3 Tujuan dan Sasaran Dalam mewujudkan visi misi UPT PATPH dan menyelaraskan dengan Visi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Tahun 20142019 maka disusun tujuan dan sasaran sebagai berikut: Misi I



: Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman pangan dan hortikultura yang berdaya saing



Tujuan



: Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman pangan dan hortikultura yang berdaya saing, yang memiliki nilai tambah dan berkelanjutan sesuai permintaan pasar



Sasaran



: Peningkatan Produk Segar dan Produk Sekunder Tanaman Pangan dan Hortikultura sesuai permintaan pasar



Misi II



: Meningkatkan pelayanan agrowisata, laboratorium dan konsultasi agribisnis bagi masyarakat



Tujuan 1



: Meningkatkan layanan agrowisata yang dikelola secara profesional



15



Sasaran 1



: Peningkatan Kinerja Layanan Agrowisata yang Dikelola secara Profesional



Tujuan 2



: Meningkatkan



Layanan



Laboratorium



sesuai



Kebutuhan



Masyarakat Sasaran 2



: Peningkatan Kinerja Laboratorium



Tujuan 3



: Pemasyarakatan Agribisnis dan Teknologi Terapan



Sasaran 3



: Pertumbuhan



Peningkatan



Pemasyarakatan



Agribisnis



dan



Teknologi Terapan Tujuan 4



: Meningkatkan Kualitas, Kinerja, Tata kelola Pemerintah yang baik



Sasaran 4



: Pertumbuhan Kualitas, Kinerja, Tata kelola Pemerintah yang baik



2.4 Kondisi Lingkungan 2.4.1 Letak Geografi dan Geologi UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura terletak ± 25 km dari pusat Kota Surabaya tepatnya berada di Jl. Raya Lebo No.48, Sidoarjo, Jawa Timur. Secara geografis UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura terletak pada 11,2-112 BT dan 7,3-7,5 LS dengan batas wilayah perusahaan: Sebelah Utara



: Kecamatan Sukodono



Sebelah Timur



: Kecamatan Buduran



Sebelah Selatan



: Kecamatan Candi



Sebelah Barat



: Kecamatan Wonoayu



2.4.2 Letak Topografi dan Iklim UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura berada pada daerah dataran rendah dengan ketinggian tempat 5 mdpl, memiliki luas lahan 6,1 Ha dengan pH atau tingkat keasaman 6 dengan jenis tanah vertisol. Secara 21 kimiawi tanah vertisol tergolong tanah yang relatif kaya akan hara karena mempunyai cadangan sumber hara yang tinggi, dengan kapasitas tukar kation tinggi dan pH netral hingga alkali (Deckers et al., 2001) 2.4.3 Lokasi dan Jumlah Kebun yang dikelola



16



Kebun UPT PATPH Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur yang dikelola memiliki luas lahan ± 38,58 hektar yang berlokasi di beberapa Kabupaten/Kota dengan pengusahaan aneka jenis Tanaman Pangan (Padi, Jagung, Kedelai) dan Hortikultura (Buah-buahan, Sayuran, Tanaman Hias dan Biofarmaka) yang disesuaikan dengan potensi lahan dan kondisi agroklimat setempat, adapun lokasi dan luas kebun yang dikelola adalah sebagai berikut: 1. Kebun Lebo Sidoarjo (PUSPA LEBO), seluas 6 Hektar 2. Kebun Cemengkalang Sidoarjo, seluas 6 hektar 3. Kebun Bedali Lawang Malang, seluas 1,6 hektar 4. Kebun Kalianyar Lawang Malang, seluas 1,28 ha 5. Kebun Dau Malang, seluas 7,4 hektar 6. Kebun Bulukerto Batu, seluas 0,8 hektar 7. Kebun Dlanggu Mojokerto, seluas 4 hektar 8. Kebun Kebomas Gresik, seluas 6 hektar 9. Kebun Pelem Kediri, seluas 5,5 hektar



17



BAB 3. PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN 3.1 Pengenalan Lingkungan PKL Mengenali dan memahami berbagai unsur yang berkaitan dengan lingkungan PKL di UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura, Sidoarjo seperti sumber daya manusia, fasilitas/bangunan, dan tata tertib yang berlaku. Berikut prosedur pengenalan lingkungan PKL: 1. Pengarahan oleh Bapak Ir. Sumiyanto Aji, MMA selaku Kepala UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura, Sidoarjo 2. Pengenalan para staf dan karyawan 3. Pengenalan tata tertib dan kegiatan yang dilakukan di UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura, Sidoarjo 4. Pengenalan fasilitas/bangunan secara langsung.



Gambar 3.1 Pengarahan oleh Bapak Ir. Sumiyanto Aji, MMA 3.2 Sortasi dan Pengikatan Bawang Merah Memisahkan bawang merah yang memenuhi standar dan layak jual dengan bawang merah yang tidak layak jual. Berikut prosedur sortasi dan pengikatan bawang merah:



18



1. Penjemuran bawang merah sampai batang dan daunnya kering 2. Membersihkann dan merapikan bawang merah dengan cara melepaskan kulit kering, akar dan sisa-sisa tanah 3. Mengikat bawang merah menjadi satu dengan cara menyusunnya terlebih dahulu, kemudian daunnya diikat menadi satu. 4. Usahakan bawang merah tidak boleh lepas dari daunnya



Gambar 3.2 Sortasi dan Pengikatan Bawang Merah



3.3 Pengeringan bunga melati dan mawar Mengurangi jumlah kadar air pada bunga melati dan mawar. Berikut prosedur pengeringan bunga melati dan mawar: 1. Pemetikan bunga mawar dan melati 2. Lakukan sortasi dengan memilih bunga yang bagus dan buang bagianbagian yang tidak perlu, seperti tangkai dan daun 3. Nyalakan dehidrator terlebih dahulu dengan suhu 70˚C, tunggu hingga panas 4. Siapkan rak yang ada di dehidrator sebagai wadah bunga melati dan wadah dari bambu untuk pengeringan bunga mawar yang menggunakan panas matahari 5. Keringkan selama 4 jam (melati) dan 7 jam untuk mawar



19



Gambar 3.3 Pemetikan bunga melati 3.4 Pemotongan kayu manis dan pengeringan Memperkecil ukuran kayu manis agar mudah dilakukan pengeringan dan memperluas permukaan kayu manis agar cepat kering. Berikut prosedur pemotongan kayu manis dan pengeringan: 1. Menyiapkan peralatan seperti pisau/cutter, telenan, wadah 2. Potong kayu manis menggunakan pisau/cutter 3. Potong hingga kecil-kecil dan masukkan ke dalam wadah 4. Lakukan penimbangan 5. Keringkan menggunakan dehidrator, catat suhu dan waktunya 6. Lakukan penimbangan



Gambar 3.4 Pemotongan kayu manis



20



3.5 Pengeringan bunga telang Mengurangi jumlah kadar air pada bunga telang. Berikut prosedur pengeringan bunga telang: 1. Pemetikan bunga telang 2. Penyortiran bunga telang dan memisahkan dari benda-benda asing seperti daun, biji dll 3. Siapkan rak dan dehidrator dengan suhu 70˚C 4. Keringkan menggunakan dehidrator selama 3-4 jam



Gambar 3.5 Pemetikan bunga telang 3.6 Pengeringan serai dan pandan Mengurangi jumlah kadar air pada serai dan pandan. Berikut prosedur pengeringan serai dan pandan: 1. Lakukan pemotongan dan pengecilan ukuran pada serai dan pandan 2. Buang bagian yang tidak perlu, seperti daun serai dan ujung daun pandan 3. Siapkan rak dan dehidrator dengan suhu 70˚C 4. Keringkan serai dan pandan selama 3-4 jam



21



Gambar 3.6 Pemotongan serai dan pandan 3.7 Pembersihan gulma di kebun mawar dan melati Membersihkan/mencabuti semua tumbuhan kecuai tanaman bunga mawar dan bunga melati. Berikut prosedur pembersihan gulma di kebun mawar dan melati: 1. Menyiapkan peralatan seperti clurit/arit 2. Cabut gulma sampai ke akarnya menggunakan arit, apabila tidak memungkinkan bisa menggunakan tangan, karena dikhawatirkan mengenai akar dari bunga mawar dan melati



Gambar 3.7 Pembersihan gulma di kebun mawar dan melati



22



3.8 Pemotongan dan pembekuan buah apel Memotong buah apel dengan cara slice kemudian dimasukkan kedalam freezer untuk menambah umur simpan. Berikut prosedur pemotongan dan pembekuan buah apel: 1. Cuci apel terlebih dahulu 2. Potong/slice apel dengan menggunakan pisau, hasil potongan berbentuk lungkaran penuh 3. Masukkan ke dalam wadah berisi air bersih untuk menghindari reaksi pencoklatan 4. Tiriskan dan segera masukkan ke dalam freezer



Gambar 3.8 Pemotongan dan pembekuan buah apel 3.9 Pembuatan jebakan hama/serangga Meletakkan alat jebakan berupa plastik lengket yang dipasangkan pada sebuah bambu. Berikut prosedur pembuatan jebakan hama/serangga: 1. Menyiapkan plastik “spider insect trap” berwarna kning 2. Menyiapkan potongan bambu ± 50 cm dan runcingkan bagian bawah 3. Belah bambu menjadi dua bagian pada bagian atas, seperti garpu/capit 4. Sisipkan plastik jebakan disela-sela bambu bagian atas



23



Gambar 3.9 Pembuatan jebakan hama/serangga 3.10 Penggantian tanaman tomat yang mati dan pemupukan Tanaman tomat yang telah kering/mati diganti baru dan pemberian pupuk pada fase vegetatif. Berikut prosedur penggantian tanaman tomat yang mati dan pemupukan: 1. Siapkan pupuk jenis ZA dan NPK dengan perbandingan 1:1 2. Masukkan kedua jenis pupuk kedalam drum, kemudian tambahkan air 3. Aduk hingga semua bahan homogen 4. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara dikocor 5. Lakukan penggantian pada tanaman tomat yang layu dengan yang baru



Gambar 3.10 Penggantian tanaman tomat yang mati



24



3.11 Sortasi dan pengupasan kulit bawang merah Memisahkan bawang merah yang memenuhi standar/layak jual dengan yang busuk, membersihkan bawang merah dari tanah, kulit kering dan akar. Berikut prosedur sortasi dan pengupasan kulit bawang merah: 1. Penjemuran bawang merah sampai batang dan daunnya kerng 2. Lakukan penyortiran pada bawang merah utuh dengan yang bawang merah busuk/tidak layak jual 3. Bersihkan bawang merah dengan cara melepaskan kulit kering, akar, daun dan sisa tanah 4. Kumpulkan bawang merah yang sudah disortir ke dalam wadah



Gambar 3.11 Sortasi dan pengupasan kulit bawang merah 3.12 Pemupukan melon Pemberian nutri tambahan pada tanaman melon fase pengisian buah. Berikut prosedur pemupukan melon: 1. Siapkan pupuk jenis ZA, Phonska (NPK) dan KCL dengan perbandingan 1:1:3 dengan takaran menggunakan gayung ± 1kg 2. Masukkan ketiga jenis pupuk kedalam drum, kemudian tambahkan air 30 liter 3. Aduk hingga semua bahan menjadi homogen 4. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara dikocor dengan menggunakan wadah/gelas ukuran ±240 ml



25



Gambar 3.12 Pemupukan melon 3.13 Membersihkan Gulma di Greenhouse (melon) Membersihkan/mencabuti semua tumbuhan kecuali tanaman melon. Berikut prosedur membersihkan gulma di greenhouse (melon): 1. Menyiapkan alat berupa timba dan gerobak sorong 2. Cabut semua gulma sampai ke akarnya dengan menggunakan tangan agar tidak merusak bedengan 3. Pembersihan/pencabutan harus dilakukan hati-hati agar tidak mengenai akar tanaman melon 4. Kumpulkan dan masukkan gulma ke dalam timba dan gerobak sorong



Gambar 3.13 Membersihkan Gulma di Greenhouse (melon)



26



3.14 Pembongkaran bedengan Meratakan bedengan yang lama bekas dari tanaman melon yang sudah dilakukan pemanenan. Berikut prosedur pembongkaran bedengan: 1. Menyiapkan peralatan yakni cangkul 2. Lakukan pencangkulan pada bedengan hingga tanahnya rata 3. Bedengan dibagi menjadi dua bagian agar mempermudah proses pembongkaran



Gambar 3.14 Pembongkaran bedengan 3.15 Sortasi Kedelai Memisahkan kedelai utuh dan memenuhi standar dengan kedelai yang pecah dan kotor. Berikut prosedur sortasi kedelai: 1. Ambil satu genggam kedelai yang belum tersortir 2. Pisahkan antara kedelai bagus denga kedelai yang pecah dan kotor beserta benda asing lainnya seperti tanah, kulit kedelai, dll



27



3. Letakkan kedelai bagus ke dalam wadah tersendiri 4. Lakukan langkah di atas hingga kedelai tersortir semua



Gambar 3.15 Sortasi Kedelai 3.16 Pemupukan Melon Pemberian



nutri



tambahan



pada



tanaman



melon



fase



vegetatif



(pertumbuhan). Berikut prosedur pemupukan melon: 1. Siapkan pupuk jenis ZA, Phonska dan urea dengan perbandingan 1:1:1 dengan takaran menggunakan gayung ± 1kg 2. Masukkan ketiga jenis pupuk kedalam drum, kemudian tambahkan air 30 liter 3. Aduk hingga semua bahan menjadi homogen 4. Pemberian



pupuk



dilakukan



dengan



cara



menggunakan wadah/gelas ukuran ±240 ml



Gambar 3.16 Pemupukan Melon



28



dikocor



dengan



3.17 Pembuatan Bedengan dan Pemupukan Dasar Menyiapkan media tanam berupa tanah yang sudah diberi pupuk dasar kemudian dibuat seperti gundukan. Berikut prosedur pembuatan bedengan dan pemupukan dasar: 1. Pemberian pupuk dasar, berupa pupuk kandang, npk urea, dengan perbandingan 1:1:1 tiap bedengan 2. Mengukur dan menentukan lebar bedengan dengan cara menggunakan tali yang ditancapkan menggunakan pasak 3. Tali harus tegak lurus dan sejajar denga tali diatas bedengan 4. Pembuatan bedengan mengikuti tali yang sudah ditancapkan menggunakan pasak yakni memanjang



Gambar 3.17 Pembuatan Bedengan 3.18 Pembersihan/pencabutan tanaman melon (pasca panen) Tanaman melon yang sudah dipanen dilakukan pencabutan untuk ditanami melon yang baru (radikasi). Berikut prosedur pembersihan/pencabutan tanaman melon: 1. Menyiapkan peralatan yaitu gunting dan sarung tangan 2. Lepaskan tanaman melon yang melilit pada tali satu per satu 3. Apabila kesulitan melepas, gunakan gunting untuk memotong 4. Cabut tanaman melon hingga ke akar-akarnya (radikasi) 5. Tanaman melon yang sudah dicabut dikumpulkan dan dibuang



29



Gambar 3.18 Radikasi Tanaman Melon 3.19 Pemupukan Tanaman Melon Pemberian nutrisi tambahan pada tanaman melon (fase vegetatif). Berikut prosedur pemupukan tanaman melon: 1. Siapkan pupuk jenis ZA, Phonska dan urea dengan perbandingan 2:2:2 dan pupuk tambahan KNO3 dengan perbandingan 1 2. Ketiga jenis pupuk menggunakan takaran gayung ± 1kg, sementara KNO3 dg takaran 1 bungkus 3. Masukkan semua jenis pupuk kedalam drum, kemudian tambahkan air 30 liter 4. Aduk hingga semua bahan menjadi homogen 5. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara dikocor dengan menggunakan wadah/gelas ukuran ±240 ml



Gambar 3.19 Pemupukan Melon



30



3.20 Persiapan lubang tanam tanaman melong (pengairan) Mengarahkan selang-selang kecil ke dalam lubang tanam untuk pengairan/penyiraman. Berikut prosedur persiapan lubang tanam tanaman melong (pengairan): 1. Menyiapkan bahan berupa tusuk sate 2. Belah menjadi dua tusuk sate pada bagian atasnya saja 3. Masukkan tusuk sate bagian atas (yg sudah terbelah) kedalam selang kecil, sementara bagian atasnya tetap 4. Arahkan tusuk sate ke dalam lubang tanam agar air bisa masuk



Gambar 3.20 Pengairan Lubang Tanam



3.21 Pembersihan gulma dan bekas tanaman semangka Membersihkan/mencabuti semua tumbuhan yang mengganggu (gulma). Berikut prosedur pembersihan gulma dan bekas tanaman semangka: 1. Menyiapkan peralatan clurit/arit 2. Cabut gulma menggunakan clurit/arit hingga ke akarnya pada bagian bawah bedengan, begitu juga bekas tanaman semangka 3. Sementara pada gulma yang berada di bedengan cukup menggunakan tangan saja 4. Kumpulkan gulma dan bekas tanaman semangka kemudian dibuang



31



Gambar 3.21 Pembersihan gulma dan bekas tanaman semangka 3.22 Pengiriman buah melon dan bawang merah ke TTIC Sidoarjo dan Surabaya Mengirimkan barang berupa buah melon dan bawang merah secara langsung kepada pembeli yang sudah memesan. Berikut prosedur pengiriman buah melon dan bawang merah ke TTIC Sidoarjo dan Surabaya: 1. Melakukan pendataan kepada para pemesan 2. Menyiapkan barang yang dipesan, seperti melakukan penimbangan dan pembersihan kemudian dilakukan pengemasan 3. Masukkan buah melon ke dalam keranjang, begitu juga dengan bawang merah dengan keranjang yang berbeda 4. Pengiriman dilakukan menggunakan kedaraan pick up bak terbuka kemudian ditutup dengan terpal



Gambar 3.22 Pengiriman buah melon dan bawang merah ke TTIC Sidoarjo dan Surabaya 32



3.23 Pengiriman buah buahan ke Grahadi Mengirimkan barang berupa buah-buahan secara langsung ke Grahadi untuk persiapan acara Hari Santri. Berikut prosedur pengiriman buah buahan ke Grahadi: 1. Melakukan pendataan berupa jenis barang dan spesifikasi 2. Menyiapkan barang yang dipesan, seperti melakukan penimbangan, perhitungan jumlah dan pembersihan 3. Masukkan buah-buahan ke dalam keranjang 4. Pengiriman dilakukan menggunakan kedaraan pick up bak terbuka kemudian ditutup dengan terpal



Gambar 3.23 Pengiriman buah buahan ke Grahadi 3.24 Membantu persiapan dan penyambutan kunjungan Komisi B DPRD Provinsi Jawa Timur ke UPT PATPH Menata dan merapikan ruangan yang digunakan untuk pertemuan para anggota DPRD serta penyambutan kedatangan di pintu masuk. Berikut prosedurnya: 1. Menyiapkan meja dan kursi sesuai jumlah tamu undangan 2. Melakukan penataan pada meja dan kursi berdasarkan jarak, letak dan estetika 3. Menyiapkan tempat cuci tangan di pintu masuk 4. Melakukan penyambutan pada setiap anggota DPRD yang datang



33



Gambar 3.24 Kunjungan Komisi B DPRD Provinsi Jawa Timur ke UPT PATPH 3.25 Membantu persiapan dan penyambutan kunjungan Ibu Ketua Dharma Wanita Kadis Melakukan penataan ruang pengolahan berupa penambahan meja kerja dan pemindahan kabel 1. Menyiapkan meja kerja untuk keperluan praktik 2. Melakukan penataan pada meja berdasarkan jarak, letak, dan estetika 3. Menyiapkan tempat cuci tangan di pintu masuk 4. Pemindahan kabel dan penggantian kabel dengan yang lebih panjang 5. Memindahkan dehidrator ke tempat yang sudah disiapkan



Gambar 3.25 Pemindahan dan Pemasangan Kabel



34



3.26 Pemasangan mulsa dan pembuatan pasak mulsa Menutupi dan menyelimuti bedengan dengan mulsa yang telah dilubangi untuk tempat penanaman tanaman melon. Berikut prosedur pemasangan mulsa dan pembuatan pasak mulsa: 1. Pembuatan pasak mulsa menggunakan sepotong bambu tipis yang dapat dilengkungkan dengan panjang ± 30 cm 2. Pemasangan mulsa dilakukan secara berpasangan untuk menyesuaikan dengan tepat lubang tanam berada di tengah 3. Setelah dirasa sudah pas, maka mulsa ditahan agar tidak bergeser dengan menggunakan kedua lutut kaki 4. Pasak dipasang dengan cara melengkungkan



terlebih



dahulu



membentuk setengah lingkaran kemudian ditancapkan kedua ujungnya ke tanah



Gambar 3.26 Pemasangan mulsa dan pembuatan pasak mulsa 3.27 Pengecekan kadar ppm, ph air hidroponik, penambahan air, dan pemindahan tanaman Melakukan pengecekan pada kadar ppm dan ph air agar selalu dalam keadaan normal, ditambah nutrisi bila ppm rendah, ditambah ph down bila ph terlalu tinggi. Berikut prosedurnya: 1. Pengecekan dilakukan dengan menggunakan dua alat yakni TDS-EC meter dan ph meter



35



2. TDS-EC meter untuk mengukur kadar ppm, caranya buka penutup pada bagian ujung bawah, tekan tombol on/off dan tunggu beberapa saat, celupkan ujungnya ke dalam air dan lihat angka yang tertera 3. Pada ph meter digunakan untuk mengukur kadar ph, caranya buka penutup pada ujung bagian bawah, geser on/off pada bagian atas, celupkan ujungnya ke dalam air dan lihat angka yang tertera



Gambar 3.29 Penambahan Air Hidroponik dan Pengukuran pH 3.28 Penyemaian pada hidroponik Persiapan media tanam untuk benih yang nantinnya akan menjadi bibit, penanaman benih pada media tanam tertentu. Berikut prosedur penyemaian pada hidroponik: 1. Menyiapkan alat dan bahan yaitu media tanam hidroponik rockwool, gergaji besi, lidi dan benih kangkung 2. Media tanam rockwool dibagi menjadi 18 kotak dengan cara membuat garis horizontal 2, dan 5 garis vertikal sama luas hingga membentuk 18 kotak menggunakan gergaji 3. Pada tiap kotak, lubangi menjadi 9 lubang dengan jarak yang sama antara lubang satu dengan yang lainnya 4. Pasang benih pada tiap lubang kemudian basahi media tanamnya



36



Gambar 3.28 Penyemaian pada hidroponik 3.29 Penanaman melon dan pengairan Memindahkan bibit tanaman melon pada bedengan yang telah disiapkan menjadi media tanam. Berikut prosedurnya: 1. Menyiapkan lubang tanam pada bedengan 2. Apabila lubang dirasa terlalu dalam bisa ditambah tanah 3. Masukkan bibit tanaman melon secara hati-hati ke dalam lubang tanam 4. Ambil tanah pada lubang disampingnya untuk menutupi lubang tanam yang ada bibit melonnya 5. Alirkan air melalui selang kecil dan arahkan ke bibit tanaman melon



Gambar 3.29 Penanaman melon dan pengairan 3.30 Pengeringan Buah Apel Mengurangi kadar air pada buah apel yang nantinya akan dibuat menjadi teh apel. Berikut prosedur pengeringan buah apel:



37



1. Buah apel dicuci terlebih dahulu menggunakan air bersih, kemudian dilakukan pengecilan ukuran dengan cara memotong buah apel secara slice tipis-tipis. Untuk menghindari terjadinya reaksi pencoklatan, buah apel setelah dilakukan pemotongan harus segera dimasukkan kedalam wadah berisi air bersih 2. Tiriskan buah apel hingga benar-benar tidak ada air tersisa 3. Lakukan penimbangan pada buah apel sebanyak 500 gram 4. Lakukan pengeringan buah apel secara bertahap selama 20 menit × 8 dengan suhu 70˚C menggunakan oven 5. Apel yang sudah kering dilakukan pengecilan ukuran dengan menggunakan blender. Tujuan dari pengecilan ukuran ini yaitu untuk menambah luas permukaan dari apel kering sehingga pengeringan menjadi lebih merata. 6. Apel kering yang sudah dilakukan pengecilan ukuran, selanjutnya dikeringkan lagi menggunakan oven selama 60 menit dengan suhu 70˚C



Gambar 3.30 Pengeringan Buah Apel 3.31 Pemanenan Bawang Merah Mencabut bawang merah yang sudah mencapi usia/masa panen dan dikumpulkan menjadi satu. Berikut prosedur pemanenan bawang merah: 1. Bersihkan terlebih dahulu gulma yang ada disekitar tanaman bawang merah



38



2. Cabut secara perlahan daun dan batang bawang merah agar umbi/bawangnya tidak tertinggal di tanah 3. Kumpulkan bawang merah yang lain dan ikat menjadi satu genggaman pada daun/batangnya 4. Pisahkan antara bawang merah yang busuk dengan yang masih bagus



Gambar 3.31 Pemanenan Bawang Merah 3.32 Bazar/pameran Jumat di Dinas Pertanian Menjual hasil panen yang ada di UPT PATPH untuk dijual dan dipamerkan di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur. Berikut prosedurnya: 1. Pembersihan pada masing-masing barang/hasil panen 2. Pelabelan dan pemberian stiker 3. Penimbangan serta pembungkusan barang/hasil panen 4. Pendataan harga pada tiap barang 5. Memasukkan ke dalam keranjang besar dan ditutup terpal untuk pengangkutan/transportasi menuju tempat tujuan 6. Menyiapkan lapak dan penataan barang di termpat tujuan 7. Pendataan barang yang sudah terjual dan menghitung hasil penualan



39



Gambar 3.32 Bazar/pameran Jumat di Dinas Pertanian 3.33 Pasca Panen Bawang Merah Membersihkan bawang merah dari sisa-sisa tanah yang masih menempel pada bawang. Berikut prosedur penanganan pasca panen bawang merah: 1. Penjemuran bawang merah 2. Membersihkan



bawang



merah



dari



sisa-sisa



tanah



dengan



menggunakan pisau/tangan 3. Pembersihan jangan sampai mengupas bawang merah agar tidak merusak umbinya 4. Kumpulkan dalam satu wadah bersih



Gambar 3.33 Pembersihan Bawang Merah 3.34 Penyiangan gulma disekitar tanaman bawang merah Membersihkan/mencabuti semua tumbuhan yang mengganggu (gulma) kecuali tanaman bawang merah. Berikut prosedur penyiangan gulma disekitar tanaman bawang merah: 40



1. Menyiapkan peralatan seperti koret/clurit 2. Cabut gulma menggunakan tangan terlebih dahulu hingga ke akarakarnya 3. Bila tidak memungkinkan menggunakan tangan, bisa menggunakan koret/clurit dengan catatan jangan sampai merusak bedengan 4. Hati-hati saat memilih antara gulma dan tanaman bawang merah agar tidak salah cabut 5. Kumpulkan semua gulma yang sudah dicabut dan letakkan diluar bedengan



Gambar 3.34 Penyiangan gulma disekitar tanaman bawang merah 3.35 Membantu acara kunjungan dari SMPN 1 Wonoayu, Sidoarjo Memindahkan dan menata beberapa polybag sebanyak 2 x 90 serta menyiapkan bibit tanaman cabai dan terung untuk sesi acara penanaman bersama siswa-siswi SMPN 1 Wonoayu. Berikut prosedur: 1. Memindahkan polybag dan bibit tanaman ke depan gedung serba guna 2. Menata 90 polybag menjadi 15 banjar dan 6 baris dengan jarak antar polybag 1 meter 3. Letakkan bibit tanaman di atas masing-masing polybag 4. Membantu siswa-siswi apabila kesulitan dalam melakukan penanaman bersama



41



5. Mempersiapkan kembali penataan polybag dan bibit tanaman dengan langkah-langkah yang sama untuk penanaman bersama gelombang ke2



Gambar 3.35 Penataan Polybag



42



BAB 4. PENGARUH VARIASI BAHAN TAMBAHAN TERHADAP KARAKTERISTIK SENSORIS TEH APEL (Malus sylvestris Mill) 4.1. Latar Belakang Apel pertama kali ditanam di Asia Tengah, kemudian berkembang luas wilayah yang lebih dingin. Apel yang dibudidayakan memiliki nama ilmiah Malus domestica yang menurut sejarahnya merupakan keturunan dari Malus sieversii dengan sebagian genom dari Malus sylvestris (apel hutan/apel liar) yang ditemui hidup secara liar di pegunungan Asia Tengah, di Kazakhstan, Kirgiztan, Tajikistan, dan Xinjiang, Cina, dan kemungkinan juga Malus sylvestris. Tanaman ini masuk ke Indonesia sekitar tahun 1930-an dibawa oleh orang Belanda dari Australia kemudian menanamnya di daerah Nongkojajar (Kabupaten Pasuruan). Pada tahun 1953, Bagian Perkebunan Rakyat (sekarang: Lembaga Penelitian Hortikultura) mendatangkan beberapa jenis apel dari luar negeri, termasuk Rome Beauty dan Princess Noble. Selanjutnya, sejak tahun 1960 tanaman apel sudah banyak ditanam di Batu untuk mengganti tanaman jeruk yang mati diserang penyakit. Sejak saat itu tanaman apel terus berkembang hingga sekarang di dataran tinggi Kota Batu, Poncokusumo (Malang) dan Nongkojajar (Pasuruan) dan masa kejayaannya pada tahun sekitar 1970an. Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) saat ini memiliki koleksi plasma nutfah apel sekitar 73 varietas, dan diantaranya terdapat 10 varietas apel harapan. Dalam literatur lainnya, sejarah apel di Indonesia dimulai sejak didatangkan dari Australia pada tahun 1934 dan pertama ditanam di Desa Tebo Pujon Malang sebanyak 20 varietas (Kusumo dan Surahmat, 1974) dan dalam perkembangannya Batu, Malang dan Nongkojajar Pasuruhan Jawa Timur menjadi daerah sentra produksi apel di Indonesia dimana tanaman apel telah di usahakan petani sekitar 1950 dan setelah 1960 tanaman apel terus berkembang pesat (Wahyudu T, 1980). Selama tahun 1984 – 1988 tanaman apel di Jawa Timur menunjukan perkembangan yang pesat, pada tahun 1984 terdapat 7.303.372



43



pohon bekembang menjadi 9.047.276 pohon pada tahun 1988 atau meningkat 4,7% tiap tahunnya. Sedangkan produksinya meningkat dari 146.690 ton pada tahun 1984 menjadi 275.065 ton pada tahun 1988 atau meningkat 17,5% tiap tahunnya (Puji Santoso ett all, 1991). Menurut data dinas pertanian (2008), sebelum 2000 jumlah apel di Batu sebanyak 3.107.195 pohon. Jumlah tersebut menghasilkan buah sebanyak 147 ribu ton per tahun. Namun, pada 2004 mengalami penurunan sampai 1 juta pohon. Tahun 2004 pohon apel berjumlah 2 juta pohon dan hanya menghasilkan produktivitas 46 ribu ton per tahun. Buah apel Rome Beauty (Malus sylvestris Mill) secara umum mengandung senyawa flavonoid yang merupakan antioksidan kuat. Antioksidan adalah subtansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel normal, protein, dan lemak, melindungi struktur sel, anti inflamasi, serta mencegah keropos tulang. Selain itu, flavonoid pada buah apel Rome Beauty (Malus sylvestris Mill) mampu meningkatkan poliferasi dan diferensiasi megakariosit dalam sumsum tulang. Hal tersebut terjadi melalui peningkatan jumlah sitokin, terutama GM-CSF (granulocyte-macrophage colonystimulating factor), IL-3 (interleukin-3) untuk merangsang dan diferensiasi megakariosit yang dikontrol oleh TFN-α dan IL-6 (interleukin-6), sehingga meningkatkan jumlah trombosit di dalam darah. Buah apel mempunyai umur simpan yang relatif pendek, kurang lebih 7 hari pada suhu kamar, karena buah apel setelah dipetik akan mengalami perubahan komposisi dan terjadi kerusakan, yang disebabkan oleh berlanjutnya kegiatan fisiologis. Kerusakan mekanis juga dapat terjadi misalnya pecah, kulit mudah sobek dan kerusakan mikrobiologis seperti pembusukan oleh mikrobia (Winarno, 1992). Oleh karena itu, dikarenakan umur simpannya yang relatif pendek maka diperlukan pengolahan lebih lanjut guna memperpanjang umur simpan dan menambah nilai jual dari buah apel. Salah satu produk diversifikasi apel yang memiliki umur simpan yang tinggi dan tanpa tambahan bahan kimia yaitu apel celup.



44



Apel celup adalah produk diversifikasi apel berupa apel kering yang dapat diseduh menghasilkan sari buah apel instan. Pengolahan apel celup terinspirasi dari pengolahan teh celup. Pada pengolahan teh terdapat dua proses penting dalam membentuk karakteristik sifat fisik dan kimia teh. Proses tersebut yaitu proses pelayuan dan proses pengeringan. Selama proses pelayuan akan terbentuk senyawa flavor, warna dan senyawa pembentuk rasa akibat proses oksidasi polifenol (Andrianis Y, 2009). Sedangkan pada proses pengeringan, suhu pengeringan harus diperhatikan. suhu pengeringan pada teh tidak boleh kurang dari 60 oC dan tidak boleh melebihi 95oC hal ini dikarenakan perlakuan suhu berpengaruh pada tekstur, kadar air dan senyawa kimia aktif pada produk apel celup (Arifin, M.B, 1994). 4.2 Tinjauan Pustaka 4.2.1 Bauh Apel Apel (Malus domestica) merupakan tanaman buah tahunan berasal dari Asia Barat yang beriklim sub tropis. Apel dapat tumbuh di Indonesia setelah tanaman apel ini beradaptasi dengan iklim Indonesia, yaitu iklim tropis (Baskara, 2010). Penanaman apel di Indonesia dimulai sejak tahun 1934 dan berkembang pesat pada tahun 1960 hingga sekarang. Apel di Indonesia dapat tumbuh dan berbuah baik di dataran tinggi, khususnya di Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan (Nongkojajar), Jawa Timur (Fajri, 2011). Varietas apel impor dari spesies (Malus domestica) contohnya Fuji, Red delicious, Granny smith, Golden Delicious, dan lain-lain, sedangkan contoh varietas lokal yaitu Rome Beauty, Manalagi, dan Anna (Nafillah, 2015). Buah apel (Malus domestica) memiliki banyak manfaat, diantaranya untuk menurunkan kolesterol dalam darah, penstabil gula darah, penurun tekanan darah, agen anti kanker, dan untuk program diet (Purwo dan Zubaidi, 2010). Beberapa senyawa fitokimia yang ada pada buah apel dan berfungsi sebagai antioksidan adalah golongan flavonoid, tokoferol, senyawa fenolik, kumarin, turunan asam sinamat, dan asam-asam organik



45



polifungsional. Selain itu, apel mengandung betakaroten yang berfungsi sebagai provitamin A untuk mencegah serangan radikal bebas (Susanto dan Setyohadi, 2011). Seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan manfaat buah Apel bagi kesehatan merupakan salah satu alasan tingginya kebutuhan buah Apel di masyarakat (Baskara, 2010). 4.2.2



Lemon Lemon (Citrus limon) merupakan tanaman asli Asia Tenggara (Manner et al, 2006). Lemon pertama kali tumbuh di India, Burma Utara, dan Cina. Pada tahun 1493, Christopher Columbus membawa biji Citrus limon ke Hispaniola. Budidaya Citrus limon pertama kali di Genoa pada pertengahan abad ke 15. Pada abad ke 18 dan abad 19, Citrus limon ditanam di Florida dan California. bagian dari tanaman Citrus limon yang sering dimanfaatkan adalah kulit buah, bunga, daun, dan air perasan (Sauls, 1998). Citrus limon mengandung sejumlah asam sitrat (3,7 %), minyak atsiri (2,5 %), 70 % limoneme penine. Citrus limon juga mengandung potassium 145 mg per 100 gram lemon, bioflavonoids, dan vitamin C 40-50 mg per 100 gram (Chevallier, 1996, p.81). Senyawa kimia dalam buah Citrus limon (Stanway, 2011, p.8) Jeruk Citrus (dari bahasa Belanda, citroen), atau lemon adalah sejenis jeruk yang buahnya biasa dipakai sebagai penyedap dan penyegar dalam banyak seni boga dunia. Pohon jeruk sitrun berukuran sedang (dapat mencapai 6 m) tumbuh di daerah beriklim tropis dan sub-tropis serta tidak tahan akan cuaca dingin. Sitrun dibudidayakan di Spanyol, Portugal, Argentina, Brasil, Amerika Serikat dan negaranegara lainnya di sekitar Laut Tengah. Tumbuhan ini cocok untuk daerah beriklim kering dengan musim dingin yang relatif hangat. Suhu ideal untuk sitrun agar dapat tumbuh dengan baik adalah antara 15-30 °C (60-85°F). Jeruk lemon dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga ketinggian 800 meter di atas permukaan (Marwanto, 2014)



46



4.2.3



Kayu Manis Kayu manis (Cinnamomum burmannii) merupakan tanaman semak atau pohon kecil yang umumnya dikenal sebagai cassia Indonesia, cassia Batavia, dan cassia Padang, dan merupakan anggota dari Lauraceae. Tanaman ini tersebar di Asia Tenggara dan dibudidayakan di negara Indonesia dan Filipina. Tanaman ini memliki bentuk lonjong-elips yang panjangnya 4-14 cm dengan daun berbentuk bulat yang berwarna hijau mengkilap. Kulit kering dari tanaman ini sering ditemukan dengan bentuk gulungan di pasar dan digunakan untuk bumbu masakan (Al-Dhubiab, 2012).



4.2.4



Daun Mint Tanaman mint merupakan jenis tanaman aromatic yang termasuk salah satu tanaman herbal tertua di dunia. Tanaman mint dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi dan didukung oleh kondisi tanah yang gembur dan mengandung banyak senyawa organik, berdainase baik, dan pH tanah antara 6 - 7 (Hadipoentyanti, 2010). Daun mint memiiki akar rizoma dan berbatang halus dan dapat tumbuh hingga mencapai 30 - 90 cm. Daunnya memiliki panjang antara 4 – 9 cm dan lebar 1,5 – 4 cm, berwarna hijau gelap dan memiliki pembuluh daun kemerahan, ujungnya tajam dan tepi kasar seperti gerigi. Tanaman mint memiliki bulu halus pada batang dan daunnya. Bunga tanaman mint berwarna ungu dengan panjang 6 – 8 mm (USDA, 2012). Menurut Buchbauer dkk (1991), tanaman mint dapat menghasikan minyak mint (peppermint oil) yang digunakan sebagai penambah aroma dan rasa pada makanan dan minuman, obat, parfum, kosmetik, dan produk penyegar lainnya. Selain itu minyak dari daun mint ini digunakan sebagai bahan pencampur dibeberapa produk pakai seperti pasta gigi, balsem, sabun, shampoo, dan berbagai obat-obatan serta bahan pembersih keperluan rumah tangga termasuk kosmetik dan perekat/lem (BPSb, 2007).



47



4.2.5



Air Air adalah suatu zat cair yang tidak mempunyai rasa, bau dan warna dan terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H2O. Karena air mempunyai sifat yang hampir bisa digunakan untuk apa saja, maka air merupakan zat yang paling penting bagi semua bentuk kehidupan (tumbuhan, hewan, dan manusia) sampai saat ini selain matahari yang merupakan sumber energi. Air dapat berupa air tawar dan air asin (air laut) yang merupakan bagian terbesar di bumi ini. Di dalam lingkungan alam proses, perubahan wujud, gerakan aliran air (di permukaaan tanah, di dalam tanah, dan di udara) dan jenis air mengikuti suatu siklus keseimbangan dan dikenal dengan istilah siklus hidrologi (Kodoatie dan Sjarief, 2010).



4.2.6 Teh Celup Teh merupakan minuman yang berasal dari pucuk daun muda tanaman teh (Camellia sinensis) melalui beberapa tahapan seperti pelayuan, penggulungan, pengeringan dan pengemasan (Somantri, 2014). Salah satu jenis teh adalah teh hijau, teh hijau merupakan teh yang tidak mengalami proses fermentasi, sehingga tidak banyak mengandung kafein (ATI, 2015). Minuman teh hijau mengandung 30-40% polifenol, kafein 15-40 mg/cangkir, kandungan kafein pada teh hijau lebih kecil 2-3 kali dibandingkan teh hitam yaitu sebesar 40-80 mg/cangkir (Syah, 2006). Seiring berkembangnya teknologi, kemasan teh hijau sekarang ini hadir dalam bentuk bubuk dalam kantong celup dengan berat sebesar 2 gr/kantong (Sahar dan Meilianingsih, 2007). 4.3 Pembuatan Teh Apel Celup Apel celup adalah produk diversifikasi apel berupa apel kering yang dapat diseduh menghasilkan sari buah apel instan. Pengolahan apel celup terinspirasi dari pengolahan teh celup. Berikut proses pembuatan teh apel celup:



48



1. Pencucian dan Pemotongan Buah Apel Buah apel dicuci terlebih dahulu menggunakan air bersih, kemudian dilakukan pengecilan ukuran dengan cara memotong buah apel secara slice tipis-tipis. Untuk menghindari terjadinya reaksi pencoklatan, buah apel setelah dilakukan pemotongan harus segera dimasukkan kedalam wadah berisi air bersih



Gambar 4.1 Pencucian dan Pemotongan Buah Apel 2. Penirisan Buah Apel Tiriskan buah apel hingga benar-benar tidak ada air tersisa



Gambar 4.2 Penirisan Buah Apel



49



3. Penimbangan Buah Apel Lakukan penimbangan pada buah apel sebanyak 500 gram



Gambar 4.3 Penimbangan Buah Apel 4. Pengeringan I Lakukan pengeringan buah apel secara bertahap selama 20 menit × 8 dengan suhu 70˚C menggunakan oven



Gambar 4.4 Pengeringan Buah Apel Menggunakan Oven



50



5. Pengecilan Ukuran Apel yang sudah kering dilakukan pengecilan ukuran dengan menggunakan blender. Tujuan dari pengecilan ukuran ini yaitu untuk menambah luas permukaan dari apel kering sehingga pengeringan menjadi lebih merata.



Gambar 4.5 Pengecilan Ukuran Apel Kering



6. Pengeringan II Apel kering yang sudah dilakukan pengecilan ukuran, selanjutnya dikeringkan lagi menggunakan oven selama 60 menit dengan suhu 70˚C



Gambar 4.6 Pengeringan Buah Apel Menggunakan Oven



51



7. Pemotongan dan menghaluskan kayu manis



Gambar 4.7 Pemotongan dan menghaluskan kayu manis 8. Pemotongan dan menghaluskan lemon



Gambar 4.8 Pemotongan dan menghaluskan lemon 9. Pengeringan dan menghaluskan daun mint



Gambar 4.9 Pengeringan dan menghaluskan daun mint 52



10. Memasukkan campuran apel kering dan bahan tambahan ke dalam tea bag



Gambar 4.10 Pengisian tea bag 4.4 Uji Hedonik Uji hedonik juga disebut uji kesukaan. Panelis diminta tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan). Disamping panelis mengernukakan tanggapan senang, suka atau kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Misalnya dalam hal "suka" dapat mempunyai skala hedonik seperti: amat sangat suka, sangat suka, suka, agak suka. Sebaliknya jika tanggapan itu “tidak suka" dapat mempunyai skala hedonik seperti tidak suka dan agak suka, terdapat tanggapannya yang disebut sebagai netral, yaitu bukan suka tetapi juga bukan tidak suka (neither like nor dislike). Skala hedonik dapat direntangkan atau diciutkan menurut rentangan skala yang dikehendaki. Skala hedonik dapat juga diubah menjadi skala numerik dengan angka mutu menurut tingkat kesukaan. Dengan data numerik ini dapat dilakukan analisis secara statistik. Penggunaan skala hedonik pada praktiknya dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan. Sehingga uji hedonik sering digunakan untuk menilai secara organoleptik terhadap komoditas sejenis atau produk pengembangan. Uji hedonik banyak digunakan untuk menilai produk akhir maupun penerimaan suatu produk.



53



4.5 Hasil dan Pembahasan Pada penelitian ini, dilakukan uji hedonik yang dinilai oleh panelis tidak terlatih dengan jumlah 20 orang. Rentang usia panelis 20-21 tahun dari semua jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Skala yang digunakan pada uji ini rnerupakan skala numerik (1-5). Panelis diminta secara pribadi untuk menilai dua sempel sesuai dengan kesukaan masing-masing, sehingga dapat diketahui sampel mana yang paling disukai. Uji hedonik atau uji kesukaan bertujuan untuk kesukaan serta penerimaan panelis terhadap suatu produk diteliti atau dikembangkan. 4.4.1. Teh Apel dengan Bahan Tambahan Cinnamon Hasil dari uji hedonik teh apel dengan bahan tambahan cinnamon dapat dilihat dari tabel dan diagram batang dibawah ini: Parameter Aroma Kenampakan 5% 0% 15% 0% 20% 40% 40% 45% 20% 15%



Keterangan



Warna Tidak suka 0% Kurang suka 0% Cukup suka 25% Suka 45% Sangat suka 30% Sumber: (Diolah Sendiri, 2021)



Rasa 10% 15% 30% 30% 15%



Diagram 4.1 Data Uji Hedonik Teh Apel Kode 917 (Cinnamon)



54



Data Uji Hedonik Teh Apel kode 917 (Cinnamon) 50%



45%



45%



45% 40%



40% 35%



30%



30%



30%30%



25%



25%



20%



20%



15%



15%



15%



10%



10% 0%



20%



15%



15% 5%



40%



5% 0% 0%



0% 0%



Warna Tidak suka



Aroma Kurang suka



Kenampakan Cukup suka



suka



Rasa sangat suka



Sumber: (Diolah Sendiri, 2021) Berdasarkan diagram 4.1 diatas, dapat diketahui bahwa pada parameter warna didapatkan nilai tertinggi 45% suka. Pada Arorna didapatkan nilai tertinggi 40% yaitu suka. Pada kenampakan didapatkan hasil tertinggi 45% suka. Pada parameter rasa didapatkan hasil tertinggi yaitu 30% cukup suka, 30% suka.



55



Berdasarkan data yang dihasilkan diatas dapat diketahui bahwa penambahan cinnamon mempengaruhi warna pada teh apel. Kayu manis mengandung pigmen warna antosianin yang menyebabkan warna kemerahan (Anjani, 2015). Pigmen antosianin berwarna merah dan dapat larut di dalam air (Manitto, 1981). Sehingga warna pada teh apel dengan penambahan cinnamon sedikit berbeda dan lebih disukai panelis dibandingkan warna pada teh apel yang ditambahkan bahan tambahan berupa lemon dan daun mint. Pada parameter aroma, panelis lebih menyukai aroma pada teh apel dengan penambahan kayu manis. Aroma wangi dari kulit kayu manis membuat tanaman rempah ini menjadi primadona sebagai penyedap kue dan minuman (Azima, 2005). Kayu manis memiliki aroma yang khas, pedas manis, berbau wangi, serta bersifat hangat. Komponennya terdiri dari sinamaldehid, kadungan ini berperan sebagai pemberi aroma wangi yang khas dan banyak digunakan masyarakat sebagai penguat cita rasa, penetral rasa, penghilang bau dan dimanfaatkan sebagai bahan pengawet pada makanan ataupun minuman (Wismantara, 2017). Teh apel dengan penambahan cinnamon memiliki rasa yang khas dan lebih disukai panelis. Kayu manis dan kapulaga merupakan tanaman rempah yang telah lama dimanfaatkan sebagai pewangi atau peningkat cita rasa pada makanan atau minuman (Rismunandar et al,2001). Kenarnpakan pada teh apel dengan penambahan cinnamon lebih disukai panelis dikarenakan warna, aroma dan rasa pada sampel ini lebih baik dibandingkan dengan sampel lain. Kesan kenampakan yang baik akan meningkatkan nilai yang baik pula pada parameter yang lainnya seperti warna, aroma, dan rasa (Luthfiyana et al. 2016). 4.4.2. Teh Apel dengan Bahan Tambahan Lemon Hasil dari uji hedonik teh apel dengan bahan tambahan lemon dapat dilihat dari tabel dan diagram batang dibawah ini: Keterangan



Parameter



56



Warna Tidak suka 0% Kurang suka 5% Cukup suka 25% Suka 55% Sangat suka 15% Sumber: (Diolah Sendiri, 2021)



Aroma 0% 15% 35% 30% 20%



Kenampakan 0% 10% 30% 45% 15%



Rasa 5% 35% 30% 15% 15%



Diagram 4.2 Data Uji Hedonik Teh Apel kode 564 (lemon)



Data Uji Hedonik Teh Apel Kode 564 (Lemon) 60%



55%



50%



45%



40%



35% 30%



30%



30%



25% 20%



20%



15%



15%



15%



15%15%



10%



10% 0%



35% 30%



5% 0%



5% 0%



Warna



0% Aroma



Tidak suka



Kurang suka



Kenampakan Cukup suka



57



Rasa Suka



Sangat suka



Sumber: (Diolah Sendiri, 2021) Berdasarkan diagram 4.2 diatas, dapat diketahui bahwa pada parameter warna didapatkan nilai tertinggi 55% suka. Pada Arorna didapatkan nilai tertinggi 35% cukup suka. Pada kenampakan didapatkan hasil tertinggi 45% suka. Pada parameter rasa didapatkan hasil tertinggi yaitu 35% kurang suka. Berdasarkan data yang dihasilkan diatas dapat diketahui bahwa penambahan jeruk lemon mempengaruhi warna pada teh apel. Lemon mengandung pigmen karoten pada bagian flavedo sehingga membuat warna dari teh apel lebih ke arah merah kekuningan. Di dalam flavedo terkandung karoten yang memberi sifat kuning pada buah jeruk. Sekitar 60% karoten terdapat pada buah jeruk bagian flavedo (Kurniawan, 2008). Pada kulit jeruk lemon, karotenoid terdiri dari violaxanthin (8– 33%), βcitraurin (11–28%), and β-cryptoxanthin (3–23%) (Agocs, 2012). Sehingga warna pada teh apel dengan penambahan lemon sedikit berbeda, namun jika dilihat dari uji hedonik panelis lebih menyukai warna pada teh apel yang ditambahkan bahan berupa cinnamon. Pada parameter aroma, teh apel dengan penambahan lemon memiliki aroma khas lemon yang menyebabkan aroma khas segar. Aroma yang khas berasal dari sejumlah flavonoid dan beberapa 2 terpenoid. Daging buah lemon mengandung banyak asam sitrat yang memberikan rasa masam yang tajam tetapi segar (Sarwono, 2001). Jeruk lemon memiliki rasa asam dan aroma khas segar yang biasanya dipakai sebagai penyedap, penyegar dalam bidang pangan (Ginting et al., 2014). Teh apel dengan penambahan lemon memiliki rasa masam, sehingga membuat panelis menjadi kurang suka. Hal ini dikarenakan adanya kandungan asam sitrat pada lemon. Daging buah lemon mengandung banyak asam sitrat yang memberikan rasa masam



58



yang tajam tetapi segar (Sarwono, 2001). Kenarnpakan pada teh apel dengan penambahan lemon disukai panelis dikarenakan warna, aroma dan rasa pada sampel ini yang baik. Kesan kenampakan yang baik akan meningkatkan nilai yang baik pula pada parameter yang lainnya seperti warna, aroma, dan rasa (Luthfiyana et al. 2016). 4.4.3. Teh Apel dengan Bahan Tambahan Daun Mint Hasil dari uji hedonik teh apel dengan bahan tambahan daun mint dapat dilihat dari tabel dan diagram batang dibawah ini: Parameter Aroma Kenampakan 5% 0% 25% 20% 50% 55% 20% 20% 0% 5%



Keterangan



Warna Tidak suka 0% Kurang suka 0% Cukup suka 50% Suka 30% Sangat suka 20% Sumber: (Diolah Sendiri, 2021)



Rasa 20% 15% 40% 20% 5%



Diagram 4.3 Data Uji Hedonik Teh Apel kode 986 (daun mint)



59



Data Uji Hedonik Teh Apel Kode 986 (daun mint) 60%



55% 50%



50%



50% 40%



40% 30%



30%



25% 20%



20% 10% 0%



20%



20%



20%



5% 0%



Tidak suka



20%



5%



0% 0% Warna



20% 15%



Aroma Kurang suka



5%



0% Kenampakan



Cukup suka



Suka



Rasa Sangat suka



Sumber: (Diolah Sendiri, 2021) Berdasarkan diagram 4.3 diatas, dapat diketahui bahwa pada parameter warna didapatkan nilai tertinggi 50% cukup suka. Pada Arorna didapatkan nilai tertinggi 50% cukup suka. Pada kenampakan didapatkan hasil tertinggi 55% cukup suka. Pada parameter rasa didapatkan hasil tertinggi yaitu 40% cukup suka.



60



Berdasarkan data yang dihasilkan diatas dapat diketahui bahwa penambahan daun mint mempengaruhi warna pada teh apel. Pada daun mint terkandung senyawa klorofil sehingga membuat warna dari teh apel lebih ke arah merah kehijauan. Pada peppermint terkandung senyawa klorofil yang berfungsi sebagai pembentukan warna hijau pada tanaman mint seperti yang dilaporkan oleh Dambrauskiene et al., (2008). Sehingga warna pada teh apel dengan penambahan daun mint menyebabkan warnanya menjadi agak gelap dibandingkan dengan sampel yang lain. Pada parameter aroma, teh apel dengan penambahan daun mint memiliki aroma khas mint. Menurut Alankar (2009), daun mint memiliki berbagai macam ester terutama methyl asetat dan monoterpen yang menghasilkan aroma dan flavor (minty) khas. Teh apel dengan penambahan daun mint memiliki rasa lebih segar, hal ini dikarenakan minyak atsiri yang terkandung di dalam daun peppermint serta kandungan antioksidan yang cukup tinggi (Capecka et al, 2005). Kenarnpakan pada teh apel dengan penambahan daun mint cukup disukai panelis dikarenakan warna, aroma dan rasa pada sampel ini cukup baik. Kesan kenampakan yang baik akan meningkatkan nilai yang baik pula pada parameter yang lainnya seperti warna, aroma, dan rasa (Luthfiyana et al. 2016). Pada ketiga perlakuan diatas dapat diketahui bahwa teh apel dengan penambahan cinnamon lebih disukai dalam hal warna karena cinnamon memberikan warna merah pada teh apel. Warna kemerahan pada teh apel dengan penambahan cinnamon disebabkan kandungan pigmen warna antosianin pada cinnamon (Anjani, 2015). Namun jika ditinjau dari perbedaan warna, penambahan daun mint dan lemon lebih berbeda nyata secara berurutan terhadap warna teh apel dibandingkan dengan penambahan cinnamon. Hal ini dikarenakan pada daun mint yang mengandung senyawa klorofil (Dambrauskiene et al., 2008) menyebabkan warna dari teh apel menjadi lebih gelap, sedangkan pada penambahan lemon menyebabkan warna dari teh apel lebih mengarah ke merah kekuningan dikarenakan adanya kandungan karoten (Kurniawan, 2008)



61



pada lemon. Untuk aroma, penambahan cinnamon memberikan pengaruh berbeda nyata, karena aroma cinnamon yang khas terdiri dari sinamaldehid, kadungan ini berperan sebagai pemberi aroma wangi yang khas dan banyak digunakan masyarakat sebagai penguat cita rasa, penetral rasa, penghilang bau dan dimanfaatkan sebagai bahan pengawet pada makanan ataupun minuman (Wismantara, 2017). Sedangkan untuk parameter rasa, teh apel dengan penambahan cinnamon lebih disukai oleh panelis dibandingkan dengan penambahan lemon dan daun mint. Ketiga perlakuan yakni penambahan



cinnamon,



lemon dan daun mint



memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap karakteristik sensoris rasa pada teh apel. Pada parameter kenampakan, teh apel dengan penambahan cinnamon lebih disukai oleh panelis. Ketiga perlakuan memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap karakteristik sensoris berupa warna, aroma dan rasa.



62



BAB 5. PENUTUP



5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Penambahan bahan tambahan berupa cinnamon, lemon, dan daun mint kering berbeda nyata pada sensoris warna, aroma, rasa, dan kenampakan. 2. Hasil uji sensoris (uji hedonik) sampel 917 (cinnamon): warna nilai tertinggi 45% suka. Pada Arorna didapatkan nilai tertinggi 40% yaitu suka. Pada kenampakan didapatkan hasil tertinggi 45% suka. Pada parameter rasa didapatkan hasil tertinggi yaitu 30% cukup suka, 30% suka. 3. Hasil uji sensoris (uji hedonik) Sampel 546 (lemon): warna didapatkan nilai tertinggi 55% suka. Pada Arorna didapatkan nilai tertinggi 35% cukup suka. Pada kenampakan didapatkan hasil tertinggi 45% suka. Pada parameter rasa didapatkan hasil tertinggi yaitu 35% kurang suka. 4. Hasil uji sensoris (uji hedonik) sampel 986 (daun mint): warna didapatkan nilai tertinggi 50% cukup suka. Pada Arorna didapatkan nilai tertinggi 50% cukup suka. Pada kenampakan didapatkan hasil tertinggi 55% cukup



63



suka. Pada parameter rasa didapatkan hasil tertinggi yaitu 40% cukup suka. 5.2 Saran Dapat dilakukan uji penelitian lebih lanjut terhadap produk teh apel seperti uji vitamin C, uji aktivitas antioksidan, uji kimia, uji mikrobiologi, dan uji fisik agar sesuai dengan SNI dari teh apel sehingga dapat diketahui informasi lengkap mengenai produk ini.



DAFTAR PUSTAKA Amalia Dian, 2013. Sintesis Etil Sinamat dari Sinamaldehid pada Minyak Kayu Manis (Cinnamomum cassia) dan Uji Aktivitas Sebagai Antidiabetes. Semarang: Jurusan Kimia, Universitas Diponegoro. Andarini Faizah, 2018. Pengembangan Minuman Fungsional dari Ekstrak Kulit Mundar. Bogor: Program Studi Ilmu Pangan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Anjani Putri Puncak, 2015. Pengaruh Penambahan Pandan Wangi Dan Kayu Manis Pada Teh Herbal Kulit Salak Bagi Penderita Diabetes. Malang: Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang Bahri Mohammad Aburizal, 2019. Perubahan Derajat Kecerahan, Kekenyalan, Vitamin C, Dan Sifat Organoleptik Pada Permen Jelly Sari Jeruk Lemon (Citrus limon). Semarang: Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro. Batubara Siti Chairiyah, 2018. Pengembangan Minuman Berbasis Teh dan Rempah Sebagai Minuman Fungsional. Jakarta Selatan: Program Studi Teknologi Pangan, Universitas Sahid.



64



Herwita Idris dan Eliza Mayura, 2019. Informasi Teknologi Tanaman Rempah dan Obat. Bogor: Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Isyuniarto, 2007. Pengaruh Penggunaan Oksidan Ozon Dalam Pengemas Plastik Polietilen Untuk Menyimpan Buah Apel Manalagi (Malus Sylvestris M). Yogyakarta: PTAPB – BATAN Yogyakarta. Larasati Pris, 2021. Perendaman Dalam Air 85˚C Meningkatkan Aktivitas Antioksidan, Antidiabetes, dan Tingkat Penerimaan Konsumen Teh Sargassum Crassifolium. Yogyakarta: Departemen Perikanan Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Marfina Apriza, 2019. Sintesis Nanopartikel Emas dengan Bioreduktor Minyak Atsiri Kayu Manis (Cinnamomum burmannii). Semarang: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Putri Gaby Novitalia, 2017. Pengaruh Varietas Apel (Malus Sylvestris Mill) dan Konsentrasi Maizena Terhadap Karakteristik Lempok Apel. Malang: Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya. Rahayu, 2016. Pengaruh Sari Buah Apel Rome Beauty (Malus Sylvestris Mill) Terhadap Produksi Trombosit Pada Mencit (Mus Musculus L.) Balb-C dan Pemanfaatannya Sebagai Buku Ilmiah Populer. Jember: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember. Rupini Ni Luh Putu Diah, 2017. Optimasi Suhu dan Waktu Ekstraksi Kulit Kayu Manis



(Cinnamomum



burmanii)



dengan



Gelombang



Ultrasonik



Menggunakan Response Surface Methodology (Rsm). Badung: Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Kampus Bukit. Samber Loretha Natalia, (tanpa tahun). Karakteristik Antosianin Sebagai Pewarna Alami. Salatiga: Program Studi Magister Biologi Universitas Kristen Satya Wacana. Sellitasari Shelvi, 2013. Perbedaan Produksi Tanaman Apel (Malus Sylvestris Mill.) pada Agroklimat yang Berbeda (Studi Kasus Pada Sentra Produksi Tanaman Apel Di Kota Batu dan Kabupaten Malang). Malang: Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya.



65



Shofiati Atik, 2014. Kajian Kapasitas Antioksidan dan Penerimaan Sensoris Teh Celup Kulit Buah Naga (Pitaya Fruit) dengan Penambahan Kulit Jeruk Lemon dan Stevia. Surakarta: Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. Suhariyono, 2014. Sejarah Perkembangan Apel di Indonesia. Batu: Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Wiranata Galih, 2016. Pengaruh Lama Pelayuan Dan Suhu Pengeringan Terhadap Kualitas Produk Apel Celup Anna (Malus Domestica). Malang: Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya.



LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Keterangan Selesai Magang



66



Lampiran 2. Logbook Kegiatan PKL Selama 14 Minggu



67



Lampiran 3. Daftar Hadir PKL



68



Lampiran 4. Proses Pembuatan Teh Apel



69



Lampiran 5. Tabel Uji Hedonik



70



Lampiran 6. Dokumentasi Uji Hedonik



71



Lampiran 7. Rangkaian Kegiatan Selama PKL



72