Laporan Praktikum 1 Kalibrasi Alat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A. PENDAHULUAN 1.



Latar Belakang Kalibrasi yaitu memastikan hubunga antara harga-harga yang ditunjukkan oleh



suatu alat ukur dengan harga yang sebenarnya dari besaran yang diukur. Bila berbicara kalibrasi maka kita membahas tentang rangkaian kegiatan pengukuran instrumen-instrumen ukur secara perbandingan maupun langsung terhadap standar acuan (Renanta, 2009). Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 persen,sedangkan kadar air suaut bahan biasanya dinyatakan dalam persentase (Syarif dan Halid, 1993). Kadar air suaut bahan biasanya dinyatakan dalam persentase berat bahan basah. Misalnya dalam gram air untuk setiap 100 gr bahan disebut kadar air berat basah. Berat bahan kering adalah berat bahan setelah mengalami pemanasan beberapa waktu tertentu sehingga beratnya tetap (konstan). Pada proses pengeringan air yang terkandung dalam bahan tidak dapat seluruhnya diuapkan. Pengukuran kadar air di laboratorium biasanya



dilakukan



dengan



menggunakan metode oven yag merupakan metode secara langsung. Metode ini juga dapat digunakan untuk mengkalibrasi moisture tester sebagai pengukur tidak langsung kandungan air dalam suatu benih. Metode tidak langsung ini memberikan hasil yang cukup cepat, misalnya untuk menentukan perlu tidaknya pengeringan lebih lanjut (Schmidt, 2000). Di dalam batas tertentu makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6% - 8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Sedangkan dalam penyimpanan menyebabkan naiknya aktivitas pernapasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu, merangsang perkembangan cendawan pathogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang terlalu rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio (Hasanah et al., 2003). Kadar air pada padi yang merupakan komoditas pertanian terbesar, perlu mendapatkan perhatian agar tetap terjaga kualitasnya karena padi atau gabah dengan kadar air tinggi akan mudah rusak dan busuk ketika diproses.



2. Tujuan Praktikum a. Mengetahui metode pengukuran kadar air biji-bijian b. Mengetahui cara penggunaan alat ukur kadar air biji-bijian c. Mengetahui kandungan kadar air biji-bijian d. Membandingkan hasil pengukuran kadar air antara yang diukur menggunakan oven dengan Grain Moisture Tester dan Crown Moisture Tester



B. METODOLOGI Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin 19 September 2016 di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian



1. Alat dan Bahan Peralatan : oven, Timbangan analitik, Grain moisture tester, Crown moisture tester, cawan dan desikator Bahan : gabah, kadar air rendah (13-17% bb) dan gabah kadar air tinggi (20-30%) 2 Prosedur Kerja A. Pengukuran dengan Metode Oven Mulai



 



Gabah basah Gabah kering



Membersihkan bahan dari benda asing Menimbang bahan seberat 5 gram Memasukkan gabah ke dalam oven selama 72 jam pada suhu 100oC Mengeluarkan bahan dari oven Memasukkan bahan ke desikator hingga dingin Menimbang berat akhir bahan Menghitung kadar air bahan Data % Kadar air pada bahan



B. Pengukuran dengan Grain MoistureSelesai Tester Mulai



Gabah basah Gabah kering



Membersihkan bahan dari benda asing Menimbang bahan seberat 110 gram sesuai yang tertera pada tabel Memasukkan bahan ke dalam Grain Moisture Tester Data bahan diperoleh



Menghitung rata-rata kadar air Diperoleh data kadar air yang terukur dinyatakan dengan basis basah



Selesai



C. Pengukuran dengan Crown Moisture Tester Mulai



Gabah basah Gabah kering



Membersihkan bahan dari benda asing Membersihkan alat handle dengan kuas



Memasukkan masing-masing tipe gabah ke dalam Crown Moisture Tester Menekan tuas pengukur pada Crown Moisture Tester Menghitung rata-rata kadar air Diperoleh data kadar air yang terukur dinyatakan dengan basis basah



Selesai



C. HASIL DAN PEMBAHASAN



Tabel 1. Hasil pengamatan kadair air dengan alat grain moisture tester Ulangan 1 2 3 4 5



KA Rendah (%) 11,6 11,5 11,2 11,8 11,7



KA Tinggi (%) 17,8 17,9 17,8 17,8 17,5



Tabel 2. Hasil pengamatan kadar air dengan alat crown moisture tester Ulangan 1 2 3 4 5



KA Rendah (%) 12,5 12,8 12,5 12,8 12,4



KA Tinggi (%) 16,6 16,8 17 16,6 17



Tabel 3. Hasil pengamatan kadar air gabah basah dengan menggunakan oven



Ulangan



No Cawa n



Berat Cawan



1 2 3 4 5



20 66 67 13 60



2,2663 2,3282 2,2768 2,3004 2,1594



Berat cawan + bahan (sebelum oven) 7,3358 7,4822 7,3785 7,4588 7,2961



Berat cawan + bahan (sesudah oven) 6,4148 6,5437 6,4421 6,5133 6,3552



Berat bahan (sebelum oven) 5,0695 5,1540 5,1017 5,1584 5,1367



Berat bahan (sesudah oven) 4,1485 4,2155 4,1653 4,2129 4,1958



KA Akhir db (%)



KA Akhir wb (%)



22,2008 22,2631 22,4810 22,4430 22,4248



18,1675 18,2092 18,3547 18,3293 18,3172



Tabel 4. Hasil pengamatan kadar air gabah kering dengan menggunakan oven



Ulangan



No Cawan



Berat Cawa n



1 2 3 4 5



4 70 15 58 80



2,1691 2,2285 2,3481 2,1494 2,3565



Berat cawan + bahan (sebelum oven) 7,3235 7,2268 7,28 7,2597 7,2646



Berat cawan + bahan (sesudah oven) 6,679 6,6031 6,6655 6,6164 6,6525



Berat bahan (sebelum oven) 5,1544 4,9983 4,9319 5,1103 4,9081



Berat bahan (sesudah oven) 4,5099 4,3746 4,3174 4,4670 4,2960



KA Akhir db (%)



KA Akhir wb (%)



14,2908 14,2573 14,2331 14,4012 14,2481



12,5039 12,4782 12,4597 12,5883 12,4712



Metode pengukuran kadar air yang digunakan pada praktikum ini adalah metode primer (heating/oven) dan metode sekunder (grain moisture tester dan crown moisture tester). Pada metode primer alat yang digunakan oven dan dibantu dengan timbangan analitik. Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan, didapatkan nilai kadar air ratarata dengan metode oven untuk bahan berkadar air rendah yaitu 12,50 % wb, sedangkan untuk bahan berkadar air tinggi yaitu 18,26 % wb. Pengukuran kadar air dengan menggunakan alat grain moisture tester didapatkan nilai rata-rata kadar air untuk gabah kering yaitu 11,56 % wb dan 17,76 % wb untuk gabah basah, sedangkan pengukuran kadar air dengan menggunakan crown moisture tester didapati nilai ratarata kadar air pada gabah kering yaitu 12,6 % wb sedangkan pada gabah basah didapati nilai rata-rata kadar air sebesar 16,8 % wb.



19 18



f(x) = 0.93x + 1.77 R² = 1



17 16 15 Kadar Air Oven (%)



14



Kalibrasi Grain Moisture Meter



13



Linear (Kalibrasi Grain Moisture Meter)



12 11 10 10 14 18 8 12 16 20



Kadar Air Grain Moistur Meter (%)



Gambar 1. Grafik perbandingan kadar air gabah menggunakan alat ukur gain moisture tester dan menggunakan oven Dari grafik diatas didapatkan persamaan garis untuk grafik perbandingan kadar air bahan dengan oven dan grain moisture tester yaitu y = 0,928x + 1,773, dengan



R2



=



0,996.



Persamaan



Nilai



regresi



menunjukkan



perubahan



variasi/perubahan output yaitu nilai kadar air bahan (gabah) baik basah maupun gabah kering yang dipengaruhi oleh input (gabah basah dan gabah kering), sedangkan sisanya oleh variabel lain (keakuratan alat serta berat dari sampel yang digunakan). Analisis ketepatan dan ketelitian pada alat yang digunakan dapat terlihat pada grafik. Analisis dilakukan dengan perhitungan y= ax+b dan melihat nilai korelasi garis



regresi, dengan nilai R2>0,95, sehingga jika melihat data R2 pada grafik maka alat yang digunakan masih layak untuk digunakan karena nilai regresi pada grafik diatas 0,95 yaitu 0,996. 19 18 17 16 15 14 Kadar Air Oven (%) 13 12 11 10



f(x) = 1.37x - 4.71 R² = 0.99



Kalibrasi Crown Moisture Meter Linear (Kalibrasi Crown Moisture Meter) 8



10 14 18 12 16



Kadar Air Crown Moistur Meter (%)



Grafik 2. Gambar perbandingan kadar air gabah menggunakan alat ukur crown moisture tester dan menggunakan oven Dari grafik diatas didapatkan persamaan garis untuk grafik perbandingan kadar air bahan dengan oven dan grain moisture tester yaitu y = 1,367x – 4,708, dengan R2 = 0,994. Persamaan Analisis ketepatan dan ketelitian pada alat yang digunakan dapat terlihat pada grafik. Analisis dilakukan dengan perhitungan y= ax+b dan melihat nilai korelasi garis regresi, dengan nilai R 2>0,95, sehingga jika melihat data R2 pada grafik maka alat yang digunakan masih layak untuk digunakan karena nilai regresi pada grafik diatas 0,95 yaitu 0,994 Menurut (Sarwono, 2006) nilai R2 >0,75-0,99 maka korelasi antara 2 variabel sangat kuat, dari grafik menunjukan nilai korelasi diatas 0,95 sehingga nilai kadar air pada oven hampir sama dengan nilai kadar air pada alat baik gain moisture tester dan crown moisture tester, hal ini menunjukan ketelitian alat pengukur hampir mendekati nilai kadar air yang dihasilkan oleh oven.



KESIMPULAN Berdasarkan hasil praktikum didapati nilai rata-rata kadar air menggunakan oven yaitu 12,50 % wb untuk bahan berkadar air rendah dan 18,26 % wb untuk bahan berkadar air tinggi, sedangkan rata-rata kadar air dengan menggunakan alat grain moisture tester nilai rata-rata kadar air untuk gabah kering yaitu 11,56 % wb dan 17,76 % wb untuk gabah basah, untuk crown moisture tester nilai rata-rata kadar air pada gabah kering yaitu 12,6 % wb, gabah basah nilai rata-rata kadar air sebesar 16,8 % wb. Hasil kalibrasi pada alat grain moisture tester didapati nilai R2 sebesar 0,996 sedangkan dengan alat crown moisture tester didapati nilai R2 sebesar 0.994 Nilai R2 >0,95 menunjukan alat berfungsi dengan baik dalam mengukur kadar air, makin tinggi nilai R2 maka makin baik alat tersebut DAFTAR PUSTAKA Hasanah, M. dan Sukarman. 2003. Perbaikan mutu benih aneka tanaman perkebunan melalui cara panen dan penanganan benih. Jurnal Litbang Pertanian 22 : 16 – 23. Renanta, Hayu. 2009. Analisis ketidakpastian kalibrasi timbangan non-otomatis dengan metode perbandingan langsung terhadap standar masa acuan. Jurnal standarisasi 12 (1) : 64 – 48. Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantatif dan Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu Schmidt, L. 2000. Guide to Handling of Tropical and Subtropical Forest Seed (Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Subtropis, alih bahasa : Dirjen Rehabilitas Lahan dan Perhutanan Nasiona). Direktorat Jendral Lahan dan Perhutanan Nasional. Jakarta. Syarief, R. dan H. Halid. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Arcan, Jakarta.