Laporan Praktikum - Kelompok 1 - Penggaraman - Ikan Asin [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PANGAN PENGGARAMAN



Disusun oleh Kelompok 1 Arroza Zara Zetiara Gladya Lady Liana Novela Amalia Handayani Veni Utari



(1804005) (1804013) (1804022) (1804025)



PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG 2020



BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Produk olahan trasidional selama ini memiliki citra buruk karna mutu dan nilai nutrisinya yang rendah, sifat fungsionalnya yang tidak konsisten, penerapan sistem sanitasi lingkungan pengolahan yang rendah serta cara pengolahan yang higienis, sehingga tidak adanya jaminan mutu dan keamanan untuk monsumen (Heruwati, 2002). Ikan merupakan sumber protein tinggi, bahkan untuk jenis tertentu kandungan proteinnya lebih tinggi dari daging (Atkins, 2007). Namun ikan cepat mengalami pembusukan, karna memiliki kandungan lemak yang terlalu tinggi (Muchtadi, 2000). Oleh sebab itu masyarakat melakukan pengawetan ikan untuk memperlambat pembusukan. Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, salah satu caranya adalah dengan pembuatan ikan asin (Hastuti S, 2010). Ikan asin merupakan bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Metode pengawetan ini dapat memperlambat pembusukan daging ikan dengan cara disimpan disuhu kamar dengan jangka waktu seminggu dan ditutup rapat. ikan sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan mengandung asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh, disamping itu nilai biologisnya mencapai 90%, dengan jaringan pengikat sedikit sehingga mudah dicerna oleh konsumen. Dengan demikian prinsip pembuatan olahan ikan asin merupakan salah satu cara untuk memperpanjang daya simpan san menambah nilai jual dari produk tersebut. Pengawetan ikan dapat dilakukan bermacam cara antara lain dengan penggaraman, pendinginan, pemindangan, perasapan, peragian dan pendinginan ikan. Hampir 50% tangkapan ikan diolah secara tradisional dan ikan asin merupakan salah satu produk olahan ikan secara tradisional yang banyak dikonsumsi masyarakat. Ikan asin umumnya dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat, namun ternyata pengetahuan masyarakat terhadap ikan asin yang aman dan baik untuk dikonsumsi masih kurang. pengetahuan masyarakat terhadap karakteristik ikan yang mengandung formalin sangat dibutuhkan karena ikan asin yang mengandung formalin masih banyak beredar seperti dipasar. Tujuan Setelah menyelesaikan praktikum ini, diharapkan mahasiswa mampu: 1. Mengetahui berbagai jenis produk hasil penggaraman. 2. Membuat berbagai produk olahan pangan dengan teknik penggaraman. 3. Mengamati perubahan yang terjadi pada produk hasil penggaraman 4. Mengetahui proses penggaraman pada bahan makanan



BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penggaraman Istilah penggaraman yang lebih akrab dikenal dengan sebutan pengasinan, merupakan cara pengawetan ikan yang produknya paling gampang dimulai diseluruh plosok Indonesia. Secara umum pengertian penggaraman adalah suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengawetkan produk hasil perikanan dengan menggunakan garam. Garam yang digunakan adalah jenis garam dapur (NaCl), baik berupa kristal maupun larutan. Teknologi penggaraman biasanya tidak digunakan sebagai metode pengawetan tunggall, biasanya masih dianjurkan dengan proses pengawetan lain seperti pengeringan ataupun dengan perebusan (Budiman, 2004). Metode Penggaraman Menurut Budiman (2004), kecepatan proses penyerapan garam kedalam tubuh ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut : 1. Kesegaran tubuh ikan. Semakin segar ikan, maka proses penyerapan garam kedalam tubuh ikan akan semakin lambat 2. Kandungan lemak. Lemak akan menghalangi masuknya garam kedalam tubuh ikan, sehingga ikan yang kandungan lemaknya tinggi akan mengalami penyerapan garam yang lambat. 3. Ketebalan daging ikan. Semakin tebal daging ikan maka proses penggaraman semakin lambat 4. Kehalusan kristal garam. Garam yang halus akan lebih cepat larut dan meresap kedalam tubuh ikan. Tetapi penyerapan yang terlalu cepat akan mengakibatkan permukaan daging cepat mengeras (Salt burn) dan ini akan menghambat keluarnya kandungan air dari bagian dalam tubuh ikan. 5. Suhu. Semakin tinggi suhu larutan, maka viskositas larutan garam semakin kecil sehingga proses penyerapan akan semakin mudah. Penggaraman Kering (Dry Salting) Metode penggaraman kering menggunakan kristal garam yang dicampurkan dengan ikan. Pada umumnya, ikan yang berukuran besar dibuang isi perutnya dan badannya dibelah dua. Dalam proses penggaraman ikan ditempatkan didalam wadah yang kedap air. Ikan disusun rapih dalam wadah selapis demi selapis dengan setiap lapisan ikan ditaburi garam. Lapisan paling atas dan paling bawah wadah merupakan lapisan garam. Garam yang digunakan pada proses penggaraman umumnya adalah berjumlah 10-35% dari berat ikan yang digarami (Budiman, 2004).



Penggaraman Basah (Wet Salting) Penggaraman basah mengguanakan larutan garam 30-35% (dalam 1 liter air terdapat 30-35 gram garam). Ikan yang akan digarami dimasukkan dimasukkan ke dalam larutan garam tersebut, kemudian bagian atas wadah ditutup dan diberi pemberat agar semua ikan terendam. Lama waktu perendaman tergantung pada ukuran ketebalan tubuh ikan dan derajat keasinan yang diinginkan (Budiman, 2004). Kench Salting Pada dasarnya, teknik penggaraman ini sama dengan penggaraman kering (dry salting) tetapi tidak menggunakan bak/wadah penyimpanan. Ikan dicampur dengan garam dan dibiarkan diatas lantai atau geladak kapal, larutan air yang terbentuk dibiarkan mengalir dan terbuang. Kelemahan dari cara ini adalah memerlukan jumlah garam yang lebih banyak dan proses penggaraman berlangsung sangat lambat (Budiman, 2004). Ikan Asin Ikan merupakan komoditi pangan yang dihasilkan dari perairan antara lain ikan, udang, kerang atau kepitingdan cumi-cumi. Ikan pada umumnya lebih banyak dikenal dari pada hasil perikanan yang lain karena paling banyak ditangkap dan dikonsumsi. Ikan merupakan salah satu jenis bahan yang mempunyai nilai gizi dan sangat penting bagi manusia serta merupakan sumber protein yang harganya lebih murah, namun ikan merupakan komoditas yang sangat mudah busuk dan produksinya musiman terutama ikan laut (Niswah, Pane dan Resanti, 2016). Ikan asin atau ikan kering merupakan hasil proses penggaraman dan pengeringan. Ikan ini mempunyai kadar air rendah karena penyerapan oleh garam dan penguapan oleh panas. Beberapa jenis ikan yang biasanya diawetkan menjadi ikan asin atau ikan kering adalah ikan kakap, tenggiri, tongkol, kembung, layang, teri, petek, mujair, dan lain-lain (Antoni, 2010). Manfaat Ikan Sebagai bahan pangan manusia telah mengetahui bahwa ikan merupakan hewan yang mempunyai nutrisi tinggi dan dikenal sebagai sumber protein, lemak dengan omega-3 yang bermanfaat untuk menurunkan resiko cardiovascular disease (CvD), dan mineral. Kandungan protein ikan tidak kalah dengan kandungan protein yang berasal dari daging atau telur. Selain itu ikan adalah salah satu sumber protein hewani yang harganya lebih murah dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya seperti daging sapi dan ayam. Ikan diketahui sebagai bermanfaat bagi ibu-ibu hamil, bayi dalam kandungan dan bayi. Protein yang mengandung asam amino mempunyai daya cerna yang tinggi dan berkualitas tinggi, peptide dari organ pencernaan ikan bermanfaat bagi kesehatan, demikian juga vitamin dan mineral (Susanto dan Fahmi, 2012).



Penurunan Mutu Ikan Ikan merupakan komoditi yang sangat mudah membusuk. Ikan mulai mengalami penurunan mutu atau pembusukan sejak pertama kali ditangkap. Yang dimaksud ikan segar yaitu ikan yang masih mempunyai sifat sama seperti kan hidup, baik bau, rasa, maupun teksturnya. Ikan yang masih segar merupakan ikan yang barusaja ditangkap dan belum mengalami proses pengawetan maupun pengolahan lebih lanjut, ikan yang belum mengalami perubahan fisik maupun kimiawi atau yang masih mempunyai sifat sama ketika ditangkap. Ciri-ciri ikan yang mudah membusuk dapat dilihat dari kulit ikan yang berwarna suram, pucat, dan berlendir banyak, kulit ikan mulai mengendur dan robek, sisik ikan mulai terlepas dari tubuh, mata tampak suram, tenggelam dan mengkerut, insang ikan berwarna coklat suram atau abu-abu, berbau busuk (Nurdyansyah, 2015). Proses perubahan ikan terjadi karena adanya aktivitas enzim, mikroorganisme atau oksidasi oksigen. Setelah ikan mati, berbagai proses perubahan fisik merupakan kimiawi berlangsung lebih cepat. Semua bahan ini akhirnya mengarah ke pembusukan ikan (Afrianto, 1989)



BAB III METODE PRAKTIKUM Waktu dan Tempat Praktikum teknologi pangan di lakukan dilaboratorium teknologi pangan pada hari sabtu jam 13.00 – 14.00 WIB tanggal 25 April 2020. Prinsip Ikan asin adalah produk olahan ikan dari proses pengawetan menggunakan garam sebagai media pengawet, baik berbentuk kristal maupun larutan. Selama proses penggaraman, terjadi proses osmosis garam kedalam tubuh ikan yang keluarnya cairan pada tubuh ikan karena perbedaan konsentrasi. Alat dan Bahan Alat : a. Talenan b. Wajan c. Nampan



d. Pisau e. Kompor f. Kain



Bahan : a. Ikan laut 250 gram



b. Garam 20-30% dari berat bahan Prosedur



Lakukan penyiangan pada ikan laut yang akan diolah



Cuci ikan hingga bersih dan bebas dari sisa kotoran lalu tiriskan



Taburkan garam secara merata kedalam nampan (lapisan garam pada nampan ini berfungsi sebagai alas pada saat [roses penggaraman)



Susun ikan pada lapisan garam tersebut dengan cara bagian perut ikan menghadap kedasar nampan



Taburkan kembali garam pada ikan



X



X Lakukan penyusunan ikan dan garam secara berlapi-lapis sehingga lapisa teratas adalah susunan garam yang tebal



Tutup tumpukan ikan dan garam tersebut dengan kain



Biarkan selama beberapa hari untuk terjadi proses penggaraman (ikan berukuran besar selama 2-3 hari dan ikan yang berukuran sedang atau kecil selama 12-24 jam)



Cuci ikan dan air bersih dan tiriskan, susun ikan diatas nampan kemudian jemur dibawah sinar matahari



Setelah penjemuran/pengeringan, ikan sesekali dibalik agar cepat kering



Setelah ikan asin mengering goreng ikan asin



Lakukan uji organoleptik pada ikan asin yang digoreng



Gambar 1 Diagram Alir Proses Penggaraman



BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL 1. Pengolahan ikan asin yang dilakukan oleh Arroza



Gambar 1 Ikan Segar



Gambar 3 Pengeringan



Gambar 2 Penggaraman



Gambar 4 Setelah digoreng



2. Pengolahan ikan asin yang dilakukan oleh Gladya



Gambar 5 Ikan Segar



Gambar 6 Penggaraman



Gambar 7 Pengeringan



Gambar 8 Setelah Digoreng



3. Pengolahan ikan asin yang dilakukan oleh Novela



Gambar 9 Ikan Segar



Gambar 11 Pengeringan



Gambar 10 Penggaraman



Gambar 12 Setelah Digoreng



4. Pengolahan ikan asin yang dilakukan oleh Veni



Gambar 13 Penggaraman



Produk olahan Ikan Asin Arroza Gladya Novela Veni Parameter Warna Rasa Aroma Tekstur



Gambar 14 Pengeringan



Gambar 15 Digoreng



Tabel 1 Hasil Pengamatan Ikan Asin Uji Organoleptik Warna



Rasa



Aroma



Tekstur



Pucat Pucat Sedikit gelap Cerah



Asin Asin Asin Asin



Amis Sedikit amis Sedikit amis Agak amis



Keras Keras Keras Keras



: pucat, cerah, sedikit gelap, gelap : sangat asin, asin, sedikit asin, tidak asin : sangat amis, amis, sedikit amis, tidak amis : sangat keras, keras, sedikit lembek, lembek



Berdasarkan praktikum penggaraman pada ikan asin didapatkan hasil sebagai berikut untuk penggaraman yang dilakukan Arroza didapati bahwa pada segi warna pucat, pada segi rasa asin, pada segi aroma amis, pada segi tekstur keras. Untuk penggaraman yang dilakukan Gladya didapati bahwa pada segi warna pucat, pada segi rasa asin, pada segi aroma sedikit amis, dan pada segi tekstur keras. Untuk penggaraman yang dilakukan Novela didapati bahwa pada segi warna sedikit gelap, pada segi rasa asin, pada segi aroma sedikit amis, dan pada segi tekstur keras. Untuk penggaraman yang dilakukan Veni didapati bahwa pada segi warna cerah, pada segi rasa asin, pada segi aroma agak amis, dan pada segi tekstur keras.



PEMBAHASAN Konsentrasi garam dan lama penggaraman yang semakin tinggi diduga menyebabkan kenampakan ikan asin kering terlihat lebih putih karena kristal garam yang terdapat pada permukaan tubuh ikan sehingga penetrasi garam dalam tubuh ikan menjadi tidak sempurna dan mengakibatkan kristal garam lebih banyak tertinggal pada bagian luar tubuh ikan asin kering.



Penelitian yang dilakukan oleh Rinto, dkk. 2009, yang menyatakan bahwa tingginya konsentrasi garam pada pengolahan ikan asin dan dilakukannya penggaraman berulang akan menyebabkan ikan asin menjadi lebih putih karena adanya kristal garam. Ditambahkan juga oleh Rahmani, dkk. (2007) bahwa semakin tinggi konsentrasi garam dan lama penggaraman menyebabkan semakin banyak butiran garam pada ikan asin. Pada proses penggaraman bahan pangan yang dilanjutkan dengan pengeringan sering terjadi pencoklatan (browning) karena terjadinya oksidasi lemak pada ikan, sehingga mengurangi nilai penerimaan panelis terhadap kenampakan. Hadiwiyoto (2012) menyatakan bahwa, oksidasi lemak, degradasi protein dan komponen-komponen lainnya dapat menyebabkan kerusakan sel-sel daging sehingga kenampakan fisik ikan akan berubah. Ditambahkan oleh Haris (1996) dalam Lestary (2007) bahwa molekulmolekul oksigen yang kontak dengan produk akan segera memasuki rantai reaksi dan menyebabkan terjadinya oksidasi lemak, kerusakan vitamin, protein dan oksidasi pigmen, sehingga terjadi perubahan warna pada produk. Proses pengolahan ikan asin memanfaatkan energi sinar matahari sebagai pengering utama karena sinar matahari mengandung sinar UV (Ultra Violet) yang memiliki kelebihan mampu membunuh bakteri lebih baik (Suryanti et al., 2017). Prinsip pengawetan dalam pembuatan ikan asin merupakan kombinasi penambahan garam dan pengeringan. Dalam jumlah yang cukup, garam dapat mencegah terjadinya autilisis, yaitu kerusakan ikan yang disebabkan oleh enzimenzim yang terdapat pada ikan, dan mencegah terjadinya pembusukan oleh jasad renik. Daya pengawetan oleh garam ini disebabkan NaCl mempunyai osmotic tinggi, sehingga selain menarik cairan sel mikroorganisme sehingga sel mengalami plasmolysis dan mati (Djamalu, 2016). Pengering ikan merupakan cara pengawetan ikan yang tertua. Mula-mula pengeringan hanya dilakukan dengan menggunakan panas sinar matahari dan tiupan angin. Pada prinsipnya, pengeringan merupakan cara pengawetan ikan dengan mengurangi kadar air pada tubuh ikan sebanyak mungkin hingga kegiatan rakteri terhambat dan jika mungkin, mematikan rakteri tersebut. Tubuh ikan mengandung 56% - 80% air (Murniyati dan Sunarman, 2000). Ikan menjadi busuk dan rusak apabila dibiarkan terlalu lama diudara terbuka setelah ikan tertangkap. Proses pembusukan cepat terjadi pada ikan karena sebagian dikarenakan oleh kandungan air ikan mencapai 80%. Salah satu cara untuk menghambat terjadinya proses pembusukan ini adalah dengan cara pengeringan. Pengeringan ikan sebagai salah satu cara pengawetan yang paling mudah, murah, dan merupakan cara pengawetan tertua. Pengeringan menggunakan sinar matahari dianggap tiak memerlukan biaya sama sekali. Pengeringan akan bertambah baik dan cepat apabila sebelumnya ikan digarami dengan jumlah garam yang cukup untuk menghentikan kegiatan rakteri pembusuk. Meskipun pengeringan itu akan merubah sifat daging ikan dan ketika sifatnya masih segar, tetapi nilai gizinya relativ tetap. Kadar air yang mengalami penurunan akan mengakibatkan kandungan protein didalam bahan mengalami peningkatan (Adawiyah, 2007). Tetapi cara pengeringan menggunakan sinar matahari mempunyai kelemahan, yaitu bisa terkontaminasi dengan kotoran dan memerlukan waktu yang lama dalam proses pengeringan ikan asin.



Cara pengeringan ikan asin yang kurang baik akan memberikan dampak yang buruk terhadap mutu ikan asin, apabila mutu ikan asin menurun, maka nilai jual menurun. Faktor lain yang ikut mempengaruhi baik buruknya mutu ikan asin adalah adanya jamur dan cendawan yang ditandai dengan warna kehitam-htaman, kehijau-hijauan atau putih pada ikan sehingga sangat berpengaruh pada kehigienisan ikan asin (Djamalu, 2016). Pada penjemuran dengan sinar matahari mampu menembus kedalam jaringan sel bahan. Sedangkan kerugiannya antara lain adalah suhu pengeringan dan kelembaban tidak dapat dikontrol, hanya berlangsung bila ada sinar matahari dan pengeringan tidak konstan juga dapat menambah polusi udara untuk warga sekitar daerah penjemuran (Djamalu, 2016).



BAB IV PENUTUP Kesimpulan Penggaraman adalah suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengawetkan produk hasil perikanan dengan mengunakan garam, penggaraman ini menggunakan metode penjemuran dibawah sinar matahari, dan proses secara keseluruhan dalam pembuatan ikan asin adalah penyiaman pada ikan laut yang akan diolah, cuci ikan hingga bersih, taburkan garam secara merata ke dalam nampan dan susun ikan diatas lapisan garam dengan cara bagian perut ikan menghadap ke dasar nampan, taburkan kembali garam pada ikan, lakukan penyusunan ikan dan garam secara berlapis, tutup tumbukan ikan dan garam dengan menggunakan kain, diamkan selama beberapa hari lalu cuci ikan dengan air bersih dan tiriskan, susu ikan dibawah sinar matahari dan saat penjemuran ikan sesekali di balik agar cepat kering, lalu setelah ikan asin mengering goreng ikan asin. Saran Dalam pengolahan pembuatan ikan asin kita perlu melihat kualitas dan kuantitas ikan asin yang akan digunakan sehingga akan mendapatkan produk ikan asin yang berkualitastinggi. Dalam proses penggaraman ikan asin sebainya dilakukan dalam keadaan bersih sehingga medapat hasil yang baik dan berkualisas tinggi, dalam proses pengeringan atau penjemuran dibawah sinar matahari sebainya di jemur selama 1 – 2 hari dengan kualitas matahari yang terik akan mendapatkan hasil pengeringan yang maksimal sehingga daya simpan ikan asin tersebut cukup baik.



DAFTAR PUSTAKA Afrianto, E dan Liviawaty. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Yogyakarta : Kanisius. Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta : PT Bumi Aksara Antoni, S. 2010. Analisa Kandungan Formalin pada Ikan Asin dengan Metoda Spektrofotometri di Kecamatan Tampan Pekanbaru. Atkins, C, Robert. 2007. Diet Atkins. PT Alex Media Komputindo Kelompok. Jakarta: Gramedia. Budiman, MS. 2004. Teknik Penggaraman dan Pengeringan. Departemen Pendidikan Nasional. Djamalu, Y. 2016. Peningkatan Kualitas Ikan Asin dengan Proses Pengeringan Efek Rumah Kaca Variasi Hybrid. Jurnal Jtech. Volume 4, Nomor 1, Halaman 6-18. Politeknik Gorontalo. Hadiwiyoto, S. 2012. Hubungan Keadaan Kimiawi dan Mikrobiologik Ikan Pindang Naya Pada Penyimpanan Suhu Kamar Dengan Sifat Organoleptiknya. Agritech Volume 15 Nomor 1, 2, 3. Hastuti, S. 2010. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Formaldehid Pada Ikan Asin di Madura. Jurnal Agrointek. 4(2):132-137. Heruwati, ES. 2002. Pengolahan Ikan secara Tradisional : Prospek dan Peluang Pengembangan. Jakarta : Departemen Pertanian. Lestary, M. 2007. Pemanfaatan Biji Picung (Pangium Edule Reinw.) dan Kitosan sebagai Alternatif Pengganti Formalin pada Proses Pengawetan Ikan Cucut (Charcharimus Sp.) Asin di Muara Angke. Jakarta Utara. Murniati dan Sunarman. 2000. Waktu dan Proses Pengeringan Tapotubun dan Fien. Muchtadi, D. 2000. Metabolisme Zat Gizi: Sumber, Fungsi dan Kebutuhan Bagi Tubuh Manusia. jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Niswah, C., Pane, E. R. dan Resanti, M. 2016. Uji Kandungan Formalin pada Ikan Asin di Pasar KM 5 Palembang. Jurnal Bioilmi. 2(2), pp. 121–128. Rahmani, Yunianta, Martati, E. 2007. Pengaruh Metode Penggaraman Basah Terhadap Karakteristik Ikan Asin Gabus (Ophiocephalus Striatus). Jurnal Teknologi Pertanian. Volume 8 Nomor 3. Rinto, Arafah, E., Utama, B. Susila. 2009. Kajian Keamanan Pangan (Formalin, Garam Dan Mikrobia) Pada Ikan Sepat Asin Produksi Indralaya. Jurnal Pembangunan Manusia. Volume 8 Nomor 2 Tahun 2009.



Suryanti, Putut Har Riyadi dan Churun A’in. 2017. Performa Ikan ‘Si Dulang’ (Ikan Asin Khas Kedung Malang Jepara) Pasca Penerapan Rak Pengering Ikan PEHI_LING. Jurnal Info. Volume 19, Nomor 1. Susanto, E dan Fahmi, a S. 2012. Senyawa Fungsional dari Ikan : Aplikasinya dalam pangan. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan.1(4), pp. 95–102. Warsito, H. Rindiani. dan Nurdiansyah, F. 2015. Ilmu Bahan Makanan Dasar. Yogyakarta: Nuha Medica.



LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Praktikum Arroza



Gambar 1 Ikan Segar



Gambar 3 Pengeringan



Gambar 2 Penggaraman



Gambar 4 Setelah digoreng



Lampiran 2 Hasil Praktikum Gladya



Gambar 5 Ikan Segar



Gambar 6 Penggaraman



Gambar 7 Pengeringan



Gambar 8 Setelah Digoreng



Lampiran 3 Hasil Praktukum Novela



Gambar 9 Ikan Segar



Gambar 11 Pengeringan



Gambar 10 Penggaraman



Gambar 12 Setelah Digoreng



Lampiran 4 Hasil Praktukum Veni



Gambar 13 Penggaraman Gambar 14 Setelah Dijemur



Gambar 15 Digoreng



PEMBAGIAN TUGAS



Cover



: Gladya



Pendahuluan



: Gladya



Tinjauan Pustaka



: Gladya & Novela



Metode Praktikum



: Veni



Hasil & Pembahasan : Novela Kesimpulan



: Arroza



Lampiran



: Novela



Finishing



: Novela