Laporan Praktikum Keseimbangan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRATIKUM FISIOLOGI BLOK SOMATO SENSORY SYSTEM PENDENGARAN DAN KESEIMBANGAN disusun untuk memenuhi salah satu tugas laboratorium fisiologi



Disusun oleh: Aryo Wiratama Yudha



1610211131



Iqlima Luthfiya



1610211114



Melati Aulia Rahmi



1610211115



Nurdiza Bilqis



1610211120



Yulia Dewi Pratiwi



1610211122



Zafirah Ariibah Saniyyah Indrapati



1610211121



FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA 2016/2017 JAKARTA



KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr. wb. Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan MAKALAH praktikum ini. Kami pun mengucapkan terima kasih kepada ibu Nurfitri selaku kordinator lab fisiologi sekaligus dosen pembimbing pada praktikum fisiologi yang telah kami jalani. Makalah praktikum ini dikerjakan sebagai persyaratan bahwa kami telah melaksanakan kegiatan di lab fisiolgi. Makalah ini dibuat agar kami lebih memahami materi yang telah diberikan pada saat kegiatan lab fisiologi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi kami ataupun bagi yang membacanya. Kami sadar makalah praktikum ini masih jauh dari sebuah kata “kesempurnaan”, namun kami berharap makalah ini memiliki ajaran dan manfaat yang dapat diambil oleh kita semua. Apabila ada kesalahan kata yang tidak disengaja, kami mohon maaf sebesar-besarnya. Terima kasih.



Jakarta,April2017



Penyusun



BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang A. Pendahuluan Telinga merupakan salah satu indera manusia yang berfungsi untuk mengenali berbagai macam bunyi menentukan lokasi sumber bunyi. Indera pendengaran merupakan indera yang sangat penting bagi manusia karena tidak hanya diperlukan untuk komunikasi antara sesama manusia namun juga untuk mengenali kondisi sekitar tubuh. Bunyi itu sendiri merupakan suatu getaran yang berasal oleh benda yang menimbulkan suatu gelombang. Gelombang tersebut akan menghasilkan bunyi, baik yang bernada tinggi ataupun bernada rendah. Manusia dapat mendengarkan bunyi antara 20 Hz sampai dengan 20 ribu Hz. Organ yang berperan untuk fungsi pendengaran adalah telinga. Telinga selain berfungsi untuk pendengaran juga berfungsi untuk keseimbangan. Secara anatomis telinga terbagi menjadi telinga luar (auris externa), telinga tengah (auris media) dan telinga dalam (auris interna). Telinga luar berperan seperti mikrofon yaitu mengumpulkan bunyi dan meneruskannya melalui saluran telinga (canalis acusticus externus) menuju telinga tengah dan telinga dalam. Getaran yang sampai ke telinga dalam selanjutnya akan diubah menjadi rangsang listrik yang selanjutnya akan dikirim ke pusat pendengaran di otak. Selain berfungsi untuk mendengar, telinga juga berfungsi sebagai salah satu pusat keseimbangan pada tubuh. Keseimbangan adalah Ada 2 macam keseimbangan, yaitu: 1) keseimbangan statis dengan reseptor macula dan sacula. Cara menstimulasinya ada dengan cara memiringkan kepala, akselerasi dan deselerasi linier. 2) keseimbangan dinamis yg akan dihantarkan dari vestibuler ke batang otak, pons, sampai ke cerebellum yg berawal dari reseptor pada kanalis semisirkularis. Pada praktikum kali ini, dilakukan pengujian terhadap fungsi pendengaran, pengujian mengenai ketulian, dan pengujian terhadap sikap serta keseimbangan badan. I.2 Tujuan Praktikum Setelah mengikuti praktikum, mahasiswa dapat: 1. Mengukur ketajaman pendengaran dengan menggunakan Audiometer (pemeriksaan audiometri). 2. Melakukan pemeriksaan fungsi pendengaran menurut cara : a. Rinne b. Weber c. Schwabach 3. Mengukur tingkat kebisingan sumber suara.



4. Mengemukakan tujuan pemeriksaan fungsi pendengaran. 5. Membuat hipotesa mengenai “hearing loss” dari hasil pemeriksaan audiometri sehingga dapat menetapkan apakah pendengaran orang percobaan dalam batas-batas normal atau tidak. 6. Menyimpulkan hasil pemeriksaan fungsi pendengaran. 7. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan keseimbangan badan pada manusia. 8. Mendemonstrasikan dan enerangkan pengaruh percepatan sudut : a. Dengan kursi Barany terhadap : -gerakan bola mata, -tes penyimpangan penunjukkan, -tes jatuh, -kesan (sensasi). b. Dengan berjalan mengelilingi statif.



I.3 Manfaat Praktikum 1. Dapat mengetahui ambang batas pendengaran manusia. 2. Dapat mengetahui apakah pasien tuli atau tidak. 3. Dapat mengetahui posisi apa yg dapat menstimulasi keseimbangan.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pendengaran Organ pendengaran dapat membedakan berbagai nada, intensitas suara dengan kisaran yang lebar, serta mengenali warna suara. Pendengaran adalah suatu organ yang menakjubkan, sebab reseptornya dapat melakukan transduksi getaran suara dengan amplitudo yang sangat kecil (sekecil diameter atom emas (0,3mm) menjadi signal listrik dengan kecepatan 1000 kali lebih cepat dari fotoreseptor merespon cahaya. Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah karena penjarangan molekul tersebut. Sewaktu suatu gelombang suara mengenai jendela oval, tercipta suatu gelombang tekanan di telinga dalam. Gelombang tekanan menyebabkan perpindahan mirip gelombang pada membran basilaris terhadap membrana tektorium. Sewaktu menggesek membrana tektorium, sel-sel rambut tertekuk. Hal ini menyebabkan terbentuknya potensial aksi. Apabila deformitasnya cukup signifikan, maka saraf-saraf aferen yang bersinaps dengan sel-sel rambut akan terangsang untuk melepaskan potensial aksi dan sinyal disalurkan ke otak. Frekuensi gelombang tekanan menentukan sel-sel rambut yang akan berubah dan neuron aferen yang akan melepaskan potensial aksi. Misalnya, sel-sel rambut yang terletak dibagian membrana basilaris dekat jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh suara berfrekuensi tinggi, sedangkan sel-sel rambut yang terletak dimembrana basilaris yang paling jauh dari jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh gelombang berfrekuensi rendah. Otak menginterpretasikan suatu suara berdasarkan neuron-neuron yang diaktifkan. Otak menginterpretasikan intensitas suara berdasarkan frekuensi impuls neuron dan jumlah neuron aferen yang melepaskan potensial aksi (Corwin, 2001). Penghantaran (konduksi) gelombang bunyi ke cairan di telinga dalam melalui membran timpani dan tulang-tulang pendengaran, yang merupakan jalur utama untuk pendengaran normal, disebut hantaran osikular. Gelombang bunyi juga menimbulkan getaran membran timpani kedua yang menutupi fenestra rotundum. Proses ini, yang tidak penting untuk pendengaran normal, disebut hantaran udara. Hantaran jenis ketiga hantaran tulang, adalah penyaluran getaran dari tulang-tulang tengkorak ke cairan di telinga dalam. Hantaran tulang yang cukup besar terjadi apabila kita menempelkan garpu tala atau benda lain yang bergetar langsung ke tengkorak. Jaras ini juga berperan dalam penghantaran bunyi yang sangat keras (Ganong, 2002). II.2 Nada dan Suara Pitch dan Loudnes. Suara yang dibedakan tekanannya berkolerasi dengan gelombang sinus. Suara semacam itu disebut nada murni(pure tone). Siklus gelombang menuju kompresi dan



ekspansi udara seperti suara geombang yang selalu bergerak. Kedua karakteristik utama gelombang seperti itu adalah frekuensi dan amplitudo. Frekuensi diukur dengan jumlah getaran perdetik dengan satuan Hertz (singkatan Hz); yaitu suatu siklus perdetik sama dengan satu Hz. Amplitudo berhubungan dengan jumlah kompresi dan ekspansi udara, seperti digambarkan oleh panjangnya gelombang dimulai dari puncak sampai dasar kurva. Secara fisiologik telinga dapat mendengar nada antara 20 sampai 18.000 Hz. Untuk pendengaran sehari-hari yang paling efektif antara 500-2.000 Hz. Hal diatas dapat kita buktikan pada bunyi piano yang menghasilkan frekuensi dari lebih kurang 27 sampai 4.200 Hz. Tidak semua spesies dapat mendengar dengan rentang frekuensi yang sama, sebagai contoh peluit untuk memanggil anjing yang menggunaka nada terlalu tingi frekuensinya bagi telinga kita. Noise adalah bunyi yang tersusun dari banyaknya frekuensi yang tidak mempunyai hubungan yang harmonis antara satu dengan yang lain. Para ahli akustik kadang- kadang bericara tentang bunyi murni (white noise) bilamana menggambarkan suatu bunyi yang tersusun dari semua frekuensi dalam spektrum suatu tingkat energi atau loundness yang kurang lebih sama. II. 3 Nada murni Ketika garputala bergetar, terdapat urutan gelombang komprensi dan ekspansi. Jika gapura tala membuat 100 kali getaran perdetik, maka akan terdapat gelombang suara dengan 100 komprensi perdetik (yaitu, 100 Hz). Bunyi yang tekanannya terkorelasi dengan gelombang sinus yang disebut nada murni, bentuk gelombang bunyi apapun (tidak peduli betapa kompleksnya) dapat dipecah menjadi serangkaian gelombang sinus yang berbeda dengan amplitudo yang sesuai. Bila gelombang sinus tersebut ditambahkan lagi, hasilnya akan sama dengan bentuk gelombang aslinya. Melihat Sinyal Suara dengan menggunakan Oscilloscope kita dapat melihat gelombang suara. Hasilnya grafik yang menunjukkan bagaimana tekanan berubah sesuai dengan waktu. II.4 Skala Decibel Loundness (kekerasan suara) dan beberapa suara yang sudah dikenal diskalakan dalam decibel. Pada tikus- tikus percobaan, skala suara 150 db dalam waktu yang cukup lama menyebabkan kematian. Aerotymponal adalah penghantar suara melalui udara, sedangkan Craniotymponal adalah penghantar suara melalui tulang. Pada orang tua elastisitas membran thympani berkurang, sehingga terkadang indera pendengarannya kurang berfungsi dengan baik. Membran thmpani menghantarkan maleus, incus, stapes sehingga terdengar suara. II. 5 Anatomi dan Keseimbangan



Secara anatomi, telinga dapat dibagi menjadi tiga yaitu telinga luar, tengah, dan dalam. 1.



Telinga luar : sepertiga luar telinga dibentuk oleh kartilago dan dua pertiga dalamnya adalah tulang. Berfungsi mengumpulkan suara dan mengubahnya menjadi energi getaran sampai ke gendang telinga.



2.



Telinga tengah: cavum timpani, menghubungkan gendang telinga sampai ke kanalis semisirkularis yang berisi cairan. Di telinga tengah ini, gelombang getaran yang dihasilkan tadi diteruskan melewati tulang-tulang pendengaran (yakni maleus, inkus, dan stapes) sampai ke cairan di kanalis semisirkularis; adanya ligamen antar tulang mengamplifikasi getaran yang dihasilkan dari gendang telinga.



3.



Telinga dalam memiliki fungsi untuk pendengraan dan keseimbangan. Terdiri atas dua komponen : 



Labirin osseus : terdiri atas vestibulum, kanalis semisirkularis dan koklea.







Labirin membranosa : terdiri atas utrikulus dan sakulus (dalam vestibulum), duktus



semisirkularis (dalam kanalis semisirkularis) dan duktus koklea (dalam koklea). Semuanya dipersarafi oleh n. Vestibulokoklearis (auditorius). Aparatus vestibularis mampu memberikan informasi essensial mengenai sensasi keseimbangan dan koordinasi gerakan kepala dengan gerakan mata dan postur. Aparatus vestibularis terdiri dari dua struktur di dalam bagian terowongan tulang temporal dekat koklea – kanalis semisirkularis dan organ otolit, yaitu sakulus dan utrikulus. Seperti di koklea, semua komponen apartus vestibularis dikelilingi oleh perilimfe dan di dalamnya mengandung endolimfe. Komponen vestibularis juga mengandung sel-sel rambut yang berespon terhadap deformasi mekanis yang dipicu oleh gerakan spesifik endolimfe. Masing-masing telinga mengandung tiga kanalis semisirkularis yang tersusun dalam bidang 3 dimensi yang tegak lurus satu sama lain yang terdiri dari kanalis horizontal, kanalis superior dan posterior yang ketiganya tersusun secara tiga dimensi. Kanalis horizontal berperan pada saat kepala ditekukan ke bawah 30o. Struktur reseptornya yaitu krista ampularis, terletak di ujung tiap-tiap kanalis membranosa yang melebar (ampula). Setiap krista dilapisi oleh sel rambut dan sel sustentakularis yang dilapisi oleh pemisah gelatinosa (kupula) yang menutupi ampula.



Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi kepala rotasional atau angular, misalnya saat kita memulai atau berhenti berputar, jungkir balik atau menengok. Akselerasi atau



deselerasi sewaktu rotasi kepala dalam arah apapun akan menyebabkan gerakan endolimfe paling tidak pada salah satu kanalis semisirkularis. Pada saat kita mulai gerakan rotasi kepala, cairan endolimfe akan tertinggal (bergerak berlawanan dengan arah berlawanan gerakan kepala) belakang karena inersianya. Keadaan ini akan menyebabkan kupula miring dalam arah yang berlawanan dengan gerakan kepala sehingga menekuk rambut-rambut sensorik yang terbenam di dalamnya. Jika pergerakan kepala dalam kecepatan dan arah yang konstan maka endolimfe akan menyerasikan gerakannya dengan kepala sehingga kupula akan kembali ke posisi normal meskipun kepala dalam keadaan rotasi dan rambut-rambut berada pada keadaan tidak menekuk. Sedangkan bila gerakan rotasi kepala diperlambat atau dihentikan kupula rambut secara transien akan melengkung ke arah putaran sebelumnya, yaitu berlawanan dengan arah lengkungan sewaktu akselerasi. Organ otolit memberikan informasi mengenai posisi kepala relatif terhadap gravitasi (yaitu kepala miring statik) dan juga mendeteksi perubahan kecepatan gerak lurus. Organ otolit yaitu utrikulus berorientasi vertikal dan sakulus berorientasi horizontal. Rambut utrikulus bergerak oleh setiap perubahan pada gerakan linear horizontal (begerak lurus ke depan, ke belakang atau ke samping). Sedangkan rambut sakulus berespon secara selektif terhadap gerakan miring kepala menjauhi posisi horizontal (misalnya bagun dari tempat tidur) dan terhadap akselerasi dan deselerasi linear vertikal (meloncat naik-turun/naik tangga berjalan). Sinyal dari segala komponen aparatus vestibularis dibawa melalui nervus vestibulokoklearis ke nukleus vestibularis untuk kemudian dilanjutkan ke serebelum. Serebelum dan nuleus vestibularis tidak hanya menerima input dari vestibular, namun juga dari bagian visual dan somatik (kulit, otot dan sendi). Setelah dari nukleus vestibularis, impuls dikirimkan pada salah satu dari dua daerah output yaitu pengatur gerakan mata atau pengontrol otot skeletal di leher.



Pemeriksaan untuk menilai ada atau tidaknya kelainan pada sikap dan keseimbangan tubuh untuk praktikum kali ini antara lain terdiri dari 1) Pemeriksaan Nistagmus. Nistagmus adalah gerakan bolak-balik mata yang involunter dan ritmik. Nistagmus vestibular adalah nistagmus yang disertai rasa pusing (vertigo). Pada kerusakan dilabirin terjadi nistagmus dengan komponen cepat kearah kontralateral dari lesi, sedang arah salah tunjuk (past pointing) dan jatuh kesisi lesi. Nistagmus vestibular biasanya tidak menetap atau berlalu (menghilang setelah beberapa waktu).



2) Tes Penyimpangan Penunjukan Manusia, karena berjalan dengan kedua tungkainya, relatif kurang stabil dibandingkan dengan makhluk lain yang berjalan dengan empat kaki, sehingga lebih memerlukan informasi posisi tubuh relatif terhadap lingkungan, selain itu diperlukan juga informasi gerakan agar dapat terus beradaptasi dengan perubahan sekelilingnya. Informasi tersebut diperoleh dari sistim keseimbangan tubuh yang melibatkan kanalis semisirkularis sebagai reseptor, serta sistim vestibuler dan serebelum sebagai pengolah informasinya; selain itu fungsi penglihatan dan proprioseptif juga berperan dalam memberikan informasi rasa sikap dan gerak anggota tubuh. Sistem tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi untuk selanjutnya diolah di susunan saraf pusat. 3) Tes Jatuh Polarisasi adalah sama pada seluruh sel rambut pada tiap kanalis, dan pada rotasi sel-sel dapat tereksitasi ataupun terinhibisi. Ketiga kanalis hampir tegak lurus satu dengan lainnya, dan masing-masing kanalis dari satu telinga terletak hampir pada bidang yang sama dengan kanalis telinga satunya. Dengan demikian terdapat tiga pasang kanalis : horisontal kirihorisontal kanan, anterior kiri-posterior kanan dan posterior kiri-posterior kanan. Pada waktu rotasi, salah satu dari pasangan kanalis akan tereksitasi sementara yang satunya akan terinhibisi. Misalnya, bila kepala pada posisi lurus normal dan terdapat percepatan dalam bidang horisontal yang menimbulkan rotasi ke kanan, maka serabut-serabut aferen dari kanalis horisontal kanan akan tereksitasi, sementara serabut-serabut yang kiri akan terinhibisi. Jika rotasi pada bidang vertikal misalnya rotasi kedepan, maka kanalis anterior kiri dan kanan kedua sisi akan tereksitasi, sementara kanalis posterior akan terinhibisi. II. 6 Konduksi Tulang Konduksi tulang adalah konduksi energi akustik oleh tulang-tulang tengkorak ke dalam telinga tengah, sehingga getaran yang terjadi di tulang tengkorak dapat dikenali oleh telinga manusia sebagai suatu gelombang suara. Secara umum tekanan suara di udara harus mencapai lebih dari 60 dB untuk menimbulkan efek konduksi tulang ini. II.7 Respon auditorik Jangkauan tekanan dan frekuensi suara yang dapat diterima oleh telinga manusia sebagai suatu informasi yang berguna, sangat luas. Suara yang nyaman diterima oleh telinga kita bervariasi tekanannya sesuai dengan frekuensi suara yang digunakan, namun suara yang tidak menyenangkan atau yang bahkan menimbulkan nyeri adalah suara-suara dengan tekanan tinggi, biasanya di atas 120 dB. Ambang pendengaran untuk suara tertentu adalah tekanan suara minimum yang masih dapat membangkitkan sensasi auditorik. Nilai ambang tersebut tergantung pada karakteristik suara (dalam hal ini frekuensi). Ambang pendengaran minimum (APM) merupakan nilai ambang tekanan suara yang masih dapat didengar oleh seorang yang masih muda dan memiliki pendengaran normal, diukur di udara terbuka setinggi kepala pendengar



tanpa adanya pendengar. Nilai ini penting dalam pengukuran di lapangan, karena bising akan mempengaruhi banyak orang dengan banyak variasi. Pendengaran dengan kedua telinga lebih rendah 2 sampai 3 dB. II.8 Masking Karakteristik



lain



yang



cukup



penting



dalam



menilai



intensitas



suara



adalah masking. Masking adalah suatu proses di mana ambang pendengaran seseorang meningkat dengan adanya suara lain. Suatu suara masking dapat didengar bila nilai ambang suara utama melampaui juga nilai ambang untuk suara maskingtersebut. II.9 Kelainan atau Gangguan Fisiologi Telinga



Kelainan telinga dapat menyebabkan tuli konduktif, tuli sensorineural (perseptif), dan tuli campuran. 1. Tuli konduktif Tuli/Gangguan Dengar Konduktif adalah gangguan dengar yang disebabkan kelainan di telinga bagian luar dan/atau telinga bagian tengah, sedangkan saraf pendengarannya masih baik, dapat terjadi pada orang dengan infeksi telinga tengah, infeksi telinga luar atau adanya serumen di liang telinga. 2. Tuli sensorineural (saraf) Tuli/Gangguan Dengar Saraf atau Sensorineural yaitu gangguan dengar akibat kerusakan saraf pendengaran, meskipun tidak ada gangguan di telinga bagian luar atau tengah. Ada 2 macam yaitu tuli sensorineural koklea dan retrokoklea Tuli sensorineural koklea disebabkan oleh aplasia(kongenital), labirntitis (oleh bakteri/virus), alkohol, garamisin, kanamisin selain itu tuli mendadak, trauma kapitis dan pajanan bisingan yang terus-menerus. Tuli sensorineural retrokoklea disebabkan oleh mieloma multiple, cedera otak, perdarahan otak dan kelainan otak lainnya. 3. Tuli/Gangguan Dengar Campuran yaitu gangguan yang merupakan campuran kedua jenis gangguan dengar di atas, selain mengalami kelainan di telinga bagian luar dan tengah juga mengalami gangguan pada saraf pendengaran. Cara untuk memeriksa pendengaran : 1. Pemeriksaan



dengan



menggunakan



garpu



tala



merupakan tes kualitatif, yaitu: a. Tes Rinne  Tujuan: untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang pada telinga yang sama.  Dasar Teori : Bila garputala digetarkan, maka getaran melalui udara dapat didengar dua kali lebih lama dibandingkan melalui tulang. Normal getaran melalui udara dapat didengar selama 70 detik, maka getaran melalui tulang dapat didengar selama 40 detik.



b. Tes Weber  Tujuan: untuk membandingkan hantaran



tulang



telinga



kiri



dengan telinga kanan. c. Tes Schwabach  Tujuan: hantaran diperiksa



membandingkan tulang orang dengan



yang



pemeriksa



yang pendengarannya normal.  Dasar : Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat ditimbulkan oleh getaran yang datang melalui udara dan getaran yang datang melalui tengkorak, khususnya osteo temporal. Tes Rinne



Tes Weber



Tes Schwabach



Tidak ada lateralisasi



Sama pemeriksa



Diagnosis



Positif



Negatif



Positif



dengan Normal



Lateralisasi ke telinga Memanjang yang sakit



Tuli konduktif



Lateralisasi ke telinga yang sehat Memendek



Tuli sensorineural



Catatan: Pada tuli konduktif 15-25



Kehilangan pendengaran kecil



>25-40



Kehilangan pendengaran ringan



>40-55



Kehilangan pendengaran sedang



>55-70



Kehilangan pendengaran sedang-berat



>70-90



Kehilangan pendengaran berat



>90



Kehilangan pendengaran berat sekali



Kesimpulan : Pada hasil tidak didapatkan air bone gap sehingga tidak terdapat tuli konduksi. Fungsi tes audiometri ini untuk mengidentifikasi perilaku dari kehilangan kemampuan mendengar dan untuk mendapatkan tingkat pendengaran dengan cara merekam respon dari op setelah memberikan op tersebut rangsangan auditori dengan berbagai intensitas level.



2. Sikap dan Keseimbangan Badan a. Percobaan dengan kursi Barany i. Nistagmus Setelah dilakukan pemutaran searah searah jarum jam (kanan), OP mengalami nistagmus. Mata OP mengalami pergerakan ke arah kiri (komponen lambat) dan di saat yang bersamaan mata OP berusaha kembali ke arah tengah berlawanan dengan arah rotasi (komponen cepat).



ii. Tes penyimpangan penunjukan (past pointing test of Barany) Setelah dilakukan pemutaran searah jarum jam, putaran dihentikan dan OP diharuskan untuk membuka kedua matanya. Kemudia OP diminta untuk menyentuh jari tangan pemeriksa, didapatkan hasil bahwa OP mengalami penyimpangan ke arah kanan dan mengalami kesulitan untuk menyentu jari pemeriksa.



iii. Tes jatuh dan Kesan (sensasi) Posisi Kepala



Gerakan kompensasi (Arah jatuh)



a. Kepala OP diketengadahkan 60o ke belakang



Arah jatuh ke kiri



b. Kepala OP ditundukan 120o ke depan



Arah jatuh ke kanan



c. Kepala OP dimiringkan 90o ke bahu kanan



Arah jatuh ke belakang



iv.



Sensasi jatuh yang dirasakan oleh OP dan arah jatuh yang diobservasi tidak akan sama karena tubuh melakukan kompensasi terhadap sensasi jatuh yang dirasakan oleh OP. Apabila OP memiringkan kepala 90o kearah kanan, kanalis semisirkularis anterior akan berada pada bidang horizontal, menjadi sumbu rotasi. Akibatnya, setelah diberhentikan, OP akan merasakan sensasi jatuh kedepan dan tubuhnya akan mengkompensasi hal tersebut dan mencodongkan badan ke belakang sehingga yang terlihat adalah subjek seakan-akan akan jatuh ke belakang. Sedangkan ketika subjek menunduk 120o, maka sensasi jatuh yang dirasakan adalah seolah-olah ditarik kebelakang dan tubuh subjek terlihat condong kearah kanan. Hal ini dikarenakan ketika kepala memnunduk ke depan membentuk sudut 120°, kanalis semikularis posterior berada pada posisi horizontal sehingga efek pemutaran kursi Barany pada kanalis semikularis posterior akan maksimal, akibatnya bila putaran dihentikan dan kepala ditegakkan, aliran endolimfe akan menekukan kupula kearah rotasi sehingga OP merasa seolah-olah terdapat jurang pada sisi kanannya. Sensasi jatuh hanya akan dirasakan apabila vestibular apparatus mendeteksi adanya perubahan akselerasi. Ketika OP memiringkan kepala, maka aka nada perubahan pada kanalis semisirkularis dan pada endolymph. Kanalis semisirkularis ketika memiringkan kepala dan memindahkan posisi-posisi tersebut sehingga efek yang dirasakan oleh OP semakin besar. Endolymph yang bergerak menciptakan sensasi gerakan pula pada tubuh pasien sehingga otot kompensasi dengan terjadinya kontraksi pada arah yang berlawanan dengan sensasi jatuh tersebut



Kesimpulan



: Akselerasi atau deselerasi selamarotasi kepala ke segala arah



menyebabkan pergerakan endolimfe yang awalnya tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi kepala karena inersia. Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan kecepatan yang sama, endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama dengan kepala sehingga rambutrambut kembali ke posisi tegak. Ketika kepala berhenti, keadaan sebaliknya terjadi. Endolimfe secara singkat melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi kepala sementara kepala melambat untuk berhenti. Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-rambut pada utrikulus berorientasi secara vertikal dan rambut-rambut sakulus berjajar secara horizontal. a. Sewaktu kecepatan putar masih bertambah : perasaan berputar ke kanan. b. Sewaktu kecepatan putar menetap : perasaan berputar ke kanan. c. Sewaktu kecepatan putar dikurangi : perasaan berputar ke kanan. d. Segera setelah kursi dihentikan : OP masih rasa berputar, tetapi dengan perasaan berputar ke kiri. 1. Perasaan berputar dikarenakan adanya gangguan keseimbangan pada organ tympani pada telinga. Saat kursi mulai di putar ke kanan, endolimfe akan berputar ke arah sebaliknya, yaitu ke kiri. Akibatnya, kupula akan bergerak ke kiri dan OP akan merasa berputar ke kiri. Kemudian kupula akan bergerak ke kanan searah dengan putaran kursi sehingga OP akan merasa bergerak ke kanan. Saat kecepatan mulai konstan, kupula dalam posisi tegak sehingga OP akan merasa tidak



berputar. Saat kursi dihentikan, kupula akan bergerak kearah sebaliknya, yaitu ke kiri, sehingga OP akan merasa berputar ke kiri.



Posisi Kepala



Gerakan kompensasi (Arah jatuh)



Sensasi



d. 30o ke depan e. 60o ke belakang



Kiri



Kanan



f. 120o ke depan



Kanan



Kiri



g. Miring 90o ke



Jatuh Ke Belakang



Jatuh ke Depan



bahu kanan



b. Percobaan dengan tiang statif OP berjalan tidak lurus, miring, hampir jatuh berlawanan dengan arah putaran, dan lebih merasa pusing saat diputar ke arah jarum jam. Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan orientasi tubuh dan bagian-bagiannya dalam hubungannya dengan ruang internal. Keseimbangan tergantung pada continous visual, labirintin, dan input somatosensorius (proprioceptif) dan integrasinya dalam batang otak dan serebelum. Kanalis semisirkularis punya posisi anatomis terangkat 30o, kalau seseorang menunduk dengan sudut 30o maka posisi kanalis semisirkularis lateral dibidang horizontal. Kesulitan berjalan lurus biasa dialami, hal ini dikarenakan cairan endolimph dan perilimph terganggu atau bergejolak. Ketika OP disuruh berjalan lurus ke muka setelah berputar 10 kali searah dengan jarum jam, OP berjalan tidak lurus ke depan tetapi mengarah ke kanan. Hal ini terjadi karena endolimf bergerak lebih lambat namun bersifat menyusul jadi ketika terdapat penghentian putaran, endolimf masih cenderung mengikuti perputaran tersebut.



KESIMPULAN Posisi berjalan dan keseimbangan dipengaruhi oleh posisi kanalis semisirkularis serta pergerakan cairan endolimph-perilimph.



Referensi Atmadja A, Singgih A, Tanzil A, Widjajdakusumah, Gunawan B, Setiadji VS,, 1979. Buku Penuntun Praktikum Ilmu Faal. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Tortora GJ, Derrickson B, 2009. Principles of anatomy and physiology. 12th ed. United State of America: John Wiley & Sons Moore, K.L., A.F Dalley, A.M.R Agur. 2010. Clinically Oriented Anatomy. Edisi 6. Lipincott , Philadelphia.



Guyton, C. Arthur and Hall, John E, 2006. Medical Physiology. Edisi 11. ELSEVIERS Saunders, Pennsylvania.



Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 6. Jakarta: EGC



Departemen Fisiologi. 2011. Hand out Lab Faal. Jakarta: FKUPN



Adams, George L. 1997. Buku ajar penyakit THT Boeis. Jakarta : EGC



Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi ke-5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2006.h.9-21.



Prof. Dr. dr. Sardjono Soedjak, MHPEd, Sp.THT, dr. Sri Rukmini, Sp.THT, dr. Sri Herawati, Sp.THT & dr. Sri Sukesi, Sp.THT. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung & Tenggorok. Jakarta : EGC. 2000.