Laporan Uji Potensi Antibiotik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPO PRAKTI RAN



( UJI POTENSI ANTIBIOTIK )



KUM MIKROB



DOSEN PENGAMPU :



Desi Purwaningsih,S.Pd.,M.Si.



KELOMPOK



:



ANGGOTA



:



3 ( Teori 6-K )



Awang Diana Rizki Mukhlis Ahmad Fahrezi Melia Eka S Meylinda widyasari



( 22164992A ) ( 22164993A ) ( 22164994A ) (22164995A



LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA 2017 LAPORAN RESMI I.



TUJUAN PRAKTIKUM



Mahasiswa dapat menentukan potensi obat antibiotik dengan spesialite tertentu dibandingkan dengan standar



II.



DASAR TEORI Antibiotik adalah suatu senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang pada



konsentrasi rendah dapat memusnahkan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Pengujian potensi antibiotik dilakukan untuk memberikan jaminan bahwa kualitas dan mutu antibiotik yang digunakan dalam pengobatan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan (Radji, 2010). Antibiotik digunakan untuk membasmi mikroba penyebab terjadinya infeksi. Gejala infeksi terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba dan berbagai zat toksik yang dihasilkan mikroba. Pada dasarnya suatu infeksi dapat ditangani oleh sistem pertahanan tubuh, namun adakalanya sistem ini perlu ditunjang oleh penggunaan antibiotik. Antibiotik yang digunakan untuk membasni mikroba penyebab infeksi pada manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif. Artinya antibiotik harus bersifat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes. Toksisitas selektif tergantung kepada struktur yang dimiliki sel bakteri dan manusia misalnya dinding sel bakteri yang tidak dimiliki oleh sel manusia, sehingga antibiotik dengan mekanisme kegiatan pada dinding sel bakteri mempunyai toksisitas selektif relatif tinggi (Ganiswarna, 1995). Prinsip penetapan potensi antibiotik dalam sediaan obat adalah membandingkan dosis larutan sediaan uji terhadap dosis larutan baku pembanding yang menghasilkan derajat hambatan yang sama pada mikroorganisme uji (Radji, 2010). Pada umumnya, pengujian potensi antibiotik secara mikrobiologi menggunakan dua metode, yaitu metode turbidimetri dan metode lempeng silinder atau difusi agar. Prinsip metode turbidimetri adalah berdasarkan hambatan pertumbuhan biakan



mikroorganisme dalam media cair yang mengandung larutan antibiotik sedangkan prinsip metode lempeng silinder adalah membandingkan zona hambatan pertumbuhan mikroorganisme uji oleh dosis senyawa antibiotik yang diuji terhadap zona hambatan oleh dosis antibiotik baku pembanding pada media lempeng agar (Radji, 2010). Keampuhan (kekuatan) kandungan antibiotik dalam sampel (jumlah antibiotik murni) dapat ditentukan secara kimiawi, fisik dan biologis. Uji biologis adalah yang termudah untuk melakukan penetapan semacam itu. Cara penetapan secara mikrobiologis yang digunakan adalah cara penetapan difusi (lempeng) yaitu zat yang diperiksa berdifusi dari pencadang (reservoir) kedalam medium agar yang telah diinokulasikan jasad renik, setelah diinkubasikan maka hambatan pertumbuhan mikroba diukur dan dibandingkan hasilnya (Djide, 2003). Pada umumnya metode yang dipergunakan dalam uji sensitivitas bakteri adalah metode Difusi Agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah di sekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan inilah yang menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap bahan anti bakteri (Jawetz, 1995). Keberhasilan penggunaan sediaan-sediaan farmasi yang mengandung senyawa antibiotika dan vitamin tergantung (1) ketepatan diagnosis dokter, (2) mutu antibiotika dan vitamin tersebut. Mutu sediaan terutama antibiotika, mulai dalam bahan baku, selama dalam proses pembuatannya sampai diedarkan, biasanya potensi masih tinggi, setelah diedarkan beberapa waktu sering mengalami penurunan potensi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pengawasan mutunya perlu diperhatikan, agar penggunaan dapat dipertanggung jawabkan. Demikian juga halnya dengan sediaan vitamin perlu diperlakukan seperti halnya dengan sediaan antibiotika (Djide, 2003).



Tujuan dari proses uji sensisitivitas ini adalah untuk mengetahui obat-obat yang paling cocok (paling poten) untuk kuman penyebab penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit yang kronis dan untuk mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai macam antibiotik. Penyebab kuman resisten terhadap antibiotik yakni memang kuman tersebut resisten terhadap antibiotik yang diberikan, akibat pemberian dosis dibawah dosis pengobatan dan akibat penghentian obat sebelum kuman tersebut betul-betul terbunuh oleh antibiotic (Dwidjoseputro, 1998). Sebagaimana suatu uji biologi, pada uji potensi antibiotika dan vitamin secara mikrobiologi ini akan selalu didapatkan variasi acak pada respon yang diamati, yang dikenal sebagai kesalahan biologik. Walaupun kemajuan dibidang pengujian secara kimia telah menghasilkan berbagai tekhnik penetapan kadar yang waktu pelaksanaannya jauh lebih cepat, sehingga menimbulkan kecendrungan pengujian antibiotika dan vitamin akan dilakukan dengan cara-cara kimia atau fisikokimia, namun untuk beberapa antibiotika dan vitamin atau dalam keadaan tertentu penetapan potensi tetap harus dilakukan secara mikrobiologi. Lagi pula penetapan secara mikrobiologi langsung berhubungan dengan khasiat atau efek dari senyawa tersebut (Djide, 2003).



III.



ALAT DAN BAHAN Alat : -



Cawan petri Mikropipet Bunsen Rak tabung reaksi Boor prop Kapas lidi steril Inkubator



Bahan : - Biakan bakteri Salmonella typhi -Antibiotic kloramfenikol sampel 200 ppm -Antibiotic kloramfenikol sampel 400 ppm -Antibiotic kloramfenikol sampel 800 ppm -Antibiotic kloramfenikol standar 200 ppm -Antibiotic kloramfenikol standar 400 ppm -Antibiotic kloramfenikol standar 800 ppm IV.



CARA KERJA Disiapkan alat dan bahan,kemudian membagi cawan petri menjadi 6 bagian menggunakan spidol. ↓ Dioleskan bakteri secara merata dan diamkan selama 5 menit agar bakteri terdifusi kemedia NA ↓ Dilubangi lempeng agar dengan menggunakan “ boor prop ” disetiap ruang yang diberi tanda titik. ↓ Dimasukkan antibiotik 50 µl disetiap lubang dengan antibiotik kloramphenicol standar dan sampel dengan konsentrasi yang berbeda ↓ Diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 370C. ↓ Diamati zona bening dan hitung dengan menggunakan rumus.



V. a



DATA PERCOBAAN & PERHITUNGAN Data percobaan



NO 1 2 3 4 5 6 7 ∑



b



Sp 1 300 240 290 250 376 308 317 2081



Sp 2 317 260 510 200 356 348 400 2391



Sp 3 383 280 290 130 350 340 347 2120



St 1 250 220 280 350 300 200 370 1970



St 2 267 260 430 370 296 520 387 2530



St 3 233 310 410 310 340 334 370 2347



Perhitungan ∑ Sp = Sp1 + Sp2 + Sp3 = 2081 + 2391 + 2120 = 6592 ∑ St = St1 + St2 + St3 = 1970 + 2530 + 2347 = 6842 LSp



=



39+377 ( 3−1 ) .0,3010 .7 .2



= 49,35



ySp =



∑ sp n.d



=



6592 7.3



= Sp3 – Sp1 = 2120 – 2081 = 39



= 313,90 ySt LSt



= St3 – St1 = 2347 – 1970 = 377 LSp+ LSt



Log potensi ratio obat =



ySp− ySt b



=



313,90−326,04 49,35



= −¿ 0,2459



=



6847 7.3



= 326,04



b = ( d−1 ) . I . n . h



R



=



∑ St n.d



 0,25



Potensi Antibiotik = Anti log R = Anti log ( −¿ 0,25) = 0,562 Potensi Antibiotik (%) = 0,562 x 100 % = 56,2 % Keterangan d = jumlah pengenceran n = jumlah replikusi yang digunakan I = log tingkat dosis h = jumlah obat yang digunakan



VI.



PEMBAHASAN Pada percobaan kali ini dilakukan penenlitian potensi antibiotika. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan besarnya potensi antibiotik sampel terhadap antibiotika standar. Suatu antibiotika memerlukan konsentrasi tertentu agar dapat menjalankan fungsinya yaitu sebagai bakteriostatik atau bakteriosida. Potensi yang diberikan menurut farmakope haruslah 95% - 105%, di luar itu berarti antibiotik sampel tidak memenuhi syarat untuk dapat diedarkan di pasaran. Pada percobaan kali ini, metode yang digunakan dalam penentuan potensi antibiotika adalah metode penetapan dengan lempeng silinder yaitu menggunakan perforator untuk menguji antibiotik pada media nutrien agar yang berisi inokulum bakteri pada cawan petri. Potensi dapat ditentukan dengan mengukur zona bening yang dihasilkan dan membandingkannya dengan diameter zona bening dari antibiotika standar / baku. Syarat penggunaan biakan bakteri yang dipakai adalah harus biakan murni (pure straired). Maksud dari biakan murni adalah bakteri yang diambil dari alam secara langsung kemudian dibiakkan, bukan dari bakteri yang diisolasi dari laboratorium klinis (sampel darah, feses, urin, dan sebagainya). Pada percobaan ini antibiotik yang digunakan adalah kloramfenikol dan suspensi bakterinya adalah Salmonella thypi karena menurut farmakope dan literatur yang ada antibiotik kloramfenikol sensitif terhadap bakteri Salmonella thypi. Percobaan diawali dengan menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan seperti suspensi antibiotik sampel dan standar, NA yang telah dicampur suspensi bakteri, tabung reaksi, perforator, tabung reaksi dan pipet yang sudah disterilisasi terlebih dahulu di dalam autoklaf, ini dilakukan untuk menghindarkan alat dari kontaminan lain yang dapat mengganggu dalam percobaan. Tabung reaksi dikeringkan di dalam oven, tetapi volume pipet tidak boleh dikeringkan didalam oven karena volume pipet merupakan alat yang mempunyai skala, jika dikeringkan dengan cara pemanasan maka tabung akan memuai sehingga skala tidak akurat lagi. dilakukan pembagian pada permukaan dasar cawan petri menjadi 6 area sama besar. Setiap area ini diberi label larutan sampel tinggi (St) dan rendah (Sp) untuk mempermudah dalam pengamatan. Pada penggunaan cawan petri, jangan dibiarkan dalam kondisi terbuka, agar isi cawan tidak terkontaminasi oleh udara luar.



Semua tahap pengerjaan prosedur harus dilakukan secara aseptis, hal ini dilakukan untuk menghindari kontaminasi yang terjadi oleh mikroba lain yang dapat merusak percobaan. Setelah suspensi bakteri dicampurkan dengan nutrien agardan didiamkan hingga membeku. Proses pembuatan lubang harus dilakukan dengan cepat dengan menggunakan perforator, jangan biarkan cawan petri terbuka terlalu lama untuk menghindari bakteri dari luar masuk ke dalam cawan. Setelah keenam daerah yang dibagi tadi telah dilubangi, maka dimasukkanlah larutan antibiotika dengan dosis rendah, menengah dan tinggi dari larutan baku maupun larutan sampel. Masing – masing lubang diisiantibiotik dengan menggunakan mikropipet. Mikropipet yang digunakan haruslah bersih Pengisian antibiotik dilakukan di dekat api, agar tetap aseptis. Tetapi jangan sampai tip pada mikropipet ikut terbakar karena akan mempengaruhi jumlah larutan yang diambil. Pengisian antibiotik juga harus dengan hati-hati, jangan sampai antibiotik keluar dari lubang reservoir agar hasil yang diperoleh maksimal. Pada saat meneteskan antibiotik harus tepat pada lubang, dan lubang yang dibentuk harus bulat agar antibiotik berdifusi sempurna dan zona yang dihasilkan juga bulat (diameter yang dihitung mudah). Setelah semua lubang terisi, cawan petri harus dibungkus dengan koran dalam keadaan tidak dibalik, kemudian diinkubasikan pada suhu 370C yang merupakan suhu optimum pertumbuhan bakteri dengan waktu selama 24jam dimana pada waktu ini pertumbuhan bateri sedang dalam fase log dan terjadi pertumbuhan yang optimal. Pada saat inkubasi, cawan petri tidak boleh dibalik karena antibiotik yang ada di dalamnya bisa tumpah sehingga tidak terdifusi sempurna pada daerahnya. Setelah diinkubasi, cawan- cawan petri berisi inokulum tersebut diambil dan diamati. Parameter yang diamati adalah zona hambat berupa daerah bening di sekitar reservoir yang telah diisi dengan antibiotik kloramfenikol. Dari hasil pengamatan pada masing-masing cawan petri terlihat adanya zona hambat yang mampu menghambat pertumbuhan



bakteri di sekitar reservoir. Semua cawan petri



menunjukkan hasil yang sama baik pada daerah antibiotik uji yaitu kloramfenikol maupun pada antibiotik standar / baku nya. Dan dari data di peroleh besar potensi antibiotika kloramfenikol ini menurut literatur pada farmakope belum layak untuk dijual di pasaran karena potensinya kurang dari syarat yang berlaku yaitu 95%-105%



KESIMPULAN



Log Potensi antibiotik standar yang sesuai dengan farmakope 95%-105% sedangkan dari percobaan didapat log potensi antibiotik sebesar 56,2 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa potensi antibiotic percobaan kali ini dibawah standar dan tidak sesuai dengan baku atau literatur pada farmakope. Yang artinya antibiotic tersebut belum layak untuk dijual dipasaran.



VII.



DAFTAR PUSTAKA



Djide, M.N, 2003. “Mikrobiologi Farmasi”. Jurusan Farmasi Unhas, Makassar. Dwidjoseputro, D.1998, “Dasar-Dasar Mikrobiologi”. Djambatan, Jakarta. Ganiswarna, S.G, 1995. “Farmakologi dan Terapi Edisi IV”. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Jawetz, G., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A. 1991, “Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan”.EGC, Jakarta. Radji, DR. Maksum. 2010. “Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi & Kedokteran”. VIII.



LAMPIRAN FOTO