Laprak Farmasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ILMU FARMASI VETERINER



“LAPORAN PRAKTIKUM : PEMBUATAN BAHAN SEDIAAN OBAT PADAT DAN OBAT SEMI PADAT DALAM BENTUK PULVERES, CAPSUL DAN UNGUENTA “



Oleh : Cikal Farah Irian Jati Saweng 1609511060



LABORATORIUM FARMASI VETERINER FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA 2019



Judul Praktikum : Cara Pembuatan Bentuk Sediaan Obat Pulveres, Kapsul, dan Unguenta Tujuan Pelaksaan Praktikum : Tujuan diadakannya pratikum ini adalah untuk mengetahui pengertian obat, cara meracik atau memformulasikan sediaan obat dalam bentuk pulveres, sediaan obat dalam bentuk pulveres, sediaan obat dalam bentuk unguenta dan penggunaan obat itu sendiri. Obat yang akan diracik dalam pratikum ini adalah pulveres, kapsul dan salep atau unguenta. Manfaat Pratikum : Manfaat Teoritis : Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan pada hari Rabu, 30 Oktober 2019 di Laboratorium Farmakologi Veteriner Universitas Udayana, Penulis memahami secara praktikal teori yang disampaikan saat pembelajaran tatap muka dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa agar dapat melakukan penelaahan dan pengkajian resep serta melakukan peracikan obat atau memformulasikan obat sesuai dengan permintaan resep Manfaat Empiris : Melalui praktikum ini, diharapkan penulis mampu mengaplikasikan ilmu yang didapat, serta mampu memberi obat pada pasien sesuai dengan perhitungan dan landasan teori yang tepat.



Landasan Teori Praktikum : Seorang tenaga medis, khususnya seorang dokter hewan wajib mengetahui dan memahami ilmu yang mempelajari tentang obat (farmakologi). Pengetahuan farmakologi yang baik, seorang dokter hewan dapat mengobati pasien karena sejatinya tidak ada obat yang aman secara murni dengan penggunaan yang cermat, obat akan bermanfaat tanpa efek samping tidak diinginkan yang terlalu mengganggu. Secara umum obat dapat didefenisikan sebagai suatu bahan yang digunakan dalam pengobatan dari hasil diagnosis, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, pada manusia atau hewan. Obat adalah bahan atau paduan bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi tubuh atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. Untuk membuat obat diperlukan bahan aktif serta bahan tambahan lainnya seperti bahan pembawa, pengisi, pengemulsi, pensuspensi, pewarna, perasa, enkapsulasi, pelarut, penyalut, pemanis, pengawet, antioksidan dan bahan tambahan lainnya Obat dapat bekerja secara maksimal dan efektif diperlukan kombinasi dari berbagai obat yang sesuai indikasi dan pennyait pasien. Pembuatan racikan obat diperlukan untuk membuat sediaan obat. Sediaan obat antara lain, pulveres, kapsul dan unguenta. Berdasarkan hal yang dikemukakan diatas maka perlunya diadakan praktikum dan pembahasan mengenai pembuatan dan meracik sediaan pulveres, kapsul dan unguenta.



Bahan dan Metode : Alat dan Bahan a. Pulveres Alat :



-



Mortir



-



Kertas perkamen (kertas HVS)



Bahan :



-



Amphycillin 2 tab



-



CTM



-



Vit. B komp. 2 tab



2 tab



b. Capsul Bahan :



Alat :



-



Mortir



-



Kertas perkamen



-



Spatula



-



Cangkang kapsul



-



Amphycillin 2 tab



-



CTM



-



Vit. B komp. 2 tab



-



Paracetamol



-



Kertas minyak



-



Pot plastik



2 tab 2 tab



c. Unguenta



Alat : -



Mortir



-



Spatula



-



Timbangan



Bahan : -



White Vaselin album 20 gr



-



Peru balsem



2 cc



Cara kerja a. Pulveres -



Mengambil dan mencampur semua bahan kemudian masukkan ke dalam mortir dan digerus hingga menjadi homogen



-



Siapkan kertas perkamen untuk membungkus dengan ukuran 6 x 9 xm



-



Kemudian membungkus sesuai ketentuan yang telat di tetapkan



b. Kapsul -



Mengambil dan mencampurkan semua bahan dan memasukan ke dalam mortir dan gerus sampai homogen.



-



Menyiapkan cangkang kapsul kosong, campuran serbuk dibagi-bagi menjadi beberapa bagian



-



Sebagian serbuk ditambung ke dalam cangkang kapsul yang telah disediakan.



-



Pada bagian kapsul yang lebih panjang diisi penuh, kemudian ditutup dengan cangkang kapsul yang lebih pendek



c. Unguenta -



Menimbang 20 gram vaselin album mengunakan timbangan



-



Menuang sedikit vaselin album ke dalam mortir kemudian tambahkan Peru balsem dan diaduk. Sisa vaselin ditambahkan sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga homogen.



-



menyiapkan satu pot plastik untuk menampung salep yang sudah homogen



Hasil Kerja Praktikum



Diperoleh hasil kiri berupa pulveres, tengah berupa kapsul dan kanan berupa salep.



Pembahasan : a. Bentuk Sediaan 



Pulveres Serbuk atau Pulvis adalah serbuk yang tidak dibagi, sedangan serbuk bagi atau Pulveres adalah serbuk yang dibagi-bagi dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau atsiri harus dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang mengandung lilin kemudian dilapis lagi dengan kertas logam. Bobot serbuk setiap bungkus umumnya sekitar 500 mg, jika bobot suatu serbuk bagi tidak cukup besar atau kurang dari 500 mg maka boleh ditambahkan suatu zat tambahan yang bersifat netral atau tidak berkhasiat, misalnya saccharum lactis dengan nama lain laktosum. Dapat juga menggunakan saccharum album atau gula pasir yang rasanaya lebih manis, akan tetapi karena sangat higroskopis dapat menyebabkan serbuk menjadi basah atau lembab, maka tidak dianjurkana menggunakan gula sebagai bahan tambahan dalam serbuk bagi. Pembuatan obat dalam bentuk pulveres berguna untuk orang atau hewan yang sukar menelan kapsul atau pil, obat yang volumenya terlalu besar dapat diubah dalam bentuk serbuk, pulveres dapat dikombinasikan lebih dari satu bahan obat. Kelemahan pulveres,



rasanya



pahit,



tidak



stabil,



bersifat higroskopis. Syarat pulveres yang baik adalah kering, homogen, halus, memenuhi keseragaman bobot. Obat ini digunakan untuk obat dalam. Keuntungan pulveres berupa unit dose, dosis lebih tepat, lebih stabil, dan disolusi lebih cepat. Kerugiannya yaitu rasanya dapat merangsang mukosa mulut dan atau saluran cerna. Bahan obat yang digunakan dalam pembuatan pulveres adalah : ampicilin, CTM, dan B kompleks. Komposisi ampicilin adalah ampisilina trihidrat. Mekanisme kerjanya yaitu menghambat sintesis dinding sel bakteri



dengan mengikat satu atau lebih pada ikatan penicillin-protein (PBPs–Protein binding penicillin’s), sehingga menyebabkan penghambatan pada tahapan akhir transpeptidase sintesis. Chlorpheniramin maleat atau lebih dikenal dengan CTM merupakan salah satu antihistaminika yang memiliki efek sedative (menimbulkan rasa kantuk). Keberadaanya sebagai obat tunggal maupun campuran dalam obat sakit kepala maupun influenza lebih ditujukan untuk rasa kantuk yang ditimbulkan sehingga pengguna dapat beristirahat. CTM memiliki indeks terapetik (batas keamanan) cukup besar dengan efek samping dan toksisitas relatif rendah. Untuk itu sangat perlu diketahui mekanisme aksi dari CTM sehingga dapat menimbulkan efek antihistamin dalam tubuh manusia. CTM sebagai AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos. AH1 juga bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas dan keadaan lain yang disertai pelepasan histamin endogen berlebihan. Vitamin B kompleks merupakan vitamin yang larut dalam air dan tidak dapat diproduksi oleh tubuh sehingga harus didapatkan dari asupan makanan yang dikonsumsi untuk mencukupi kebutuhan tubuh terhadap vitamin ini. Selain itu vitamin B kompleks juga tidak dapat disimpan secara baik didalam tubuh, maka asupan secara reguler sangat dianjurkan agar tidak kekurangan vitamin B kompleks. Delapan unsur utama pembentuk vitamin B kompleks adalah: a. Thiamine (vitamin B1), berfungsi membantu sel tubuh menghasilkan energi, kesehatan jantung serta metabolisme karbohidrat. b.



Riboflavin (vitamin B2), berfungsi melindungi tubuh dari penyakit kanker, mencegah migren serta katarak.



c.



Niacin (vitamin B3), bermanfaat untuk melepaskan energi dari zat-zat nutrien, membantu menurunkan kadar kolesterol, mengurangi depresi dan gangguan pada persendian.



d. Asam pantothenate (vitamin B5), membantu system syaraf dan metabolisme, mengurangi alergi, kelelahan dan migren. Penting bagi aktifitas kelenjar adrenal, terutama dalam proses pembentukan hormon. e. Pyridoxine (vitamin B6), membantu produksi sel darah merah dan meringankan gejala hipertensi, asma serta PMS. f. Biotin (vitamin B7), bermanfaat dalam proses pelepasan energi dari karbohidrat, pembentukan kuku serta rambut. g. Asam Folic (vitamin B9), membantu perkembangan janin, pengobatan anemia dan pembentukan hemoglobin. h.



Cobalamine (vitamin B12), membantu merawat system syaraf dan pembentukan sel darah merah. peptidoglikan dalam dinding sel bakteri, akibatnya biosintesis dinding sel terhambat dan sel bakteri menjadi pecah (lisis). Kelompok ampicillin, walaupun spektrumnya lebar, aktivitasnya terhadap mikroba gram-positif tidak sekuat penicillin G, tetapi efektif terhadap beberapa mikroba gram-negatif dan tahan asam.







Kapsul Kapsul didefinisikan sebagai sediaan padat yang terdiri dari obat



dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang dapat dibuat dari pati, gelatin, atau bahan lainnya yang sesuai. Kapsul telah digunakan sejak abad 19. Salah satu masalah farmasis yang muncul pada abad 19 adalah rasa dan bau yang tidak enak dari obat herbal, sediaan dan pelayanan yang kurang baik bagi pasien. Banyak sediaan baru diciptakan agar obat lebih enak dikonsumsi. Sediaan yang paling diminati adalah kapsul gelatin. kapsul gelatin yang terdiri dari satu bagian , berbentuk lonjong, ditutup dengan setetes larutan pekat gelatin panas sesudah diisi. Penggunaan kapsul gelatin ini menyebar bahkan diproduksi oleh banyak Negara di Eropa dan Amerika. Kapsul gelatin memiliki banyak



keunggulan dibanding sediaan obat lainnya. Kapsul gelatin tidak berbau, tidak berasa dan mudah digunakan karena saat terbasahinya oleh air liur akan segera diikuti daya bengkak dan daya larut airnya. Pengisian ke dalam kapsul disarankan untuk obat yang memiliki rasa yang tidak enak atau bau yang tidak enak. Kapsul yang disimpan dalam lingkungan yang kering menunjukkan daya tahan dan kemantapan penyimpanan yang baik dan dengan teknologi modern, pembuatannya lebih mudah dan cepat serta ketepatan dosis lebih tinggi daripada tablet. Kelebihan/keuntungan sediaan obat kapsul : -



Cukup stabil dalam penyimpanan dan transportasi



-



Dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak



-



Tepat untuk obat yang teroksidasi dan mempunyai bau dan rasa yang tidak enak



-



Bentuk kapsul mudah ditelan dibanding bentuk tablet



-



Bentuknya lebih praktis dan menarik



-



Bahan obat dapat cepat hancur dan larut di dalam perut sehingga dapat segera diabsorpsi



-



Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari



-



Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang berbeda-beda sesuai kebutuhan pasien



-



Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan tambahan/pembantu seperti pada pembuatan pil dan tablet



Kekurangan sediaan obat kapsul : -



Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori kapsul tidak dapat menahan penguapan



-



Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab)



-



Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul







-



Tidak dapat diberikan untuk balita



-



Tidak bisa dibagi-bagi



Unguenta Unguenta adalah salah satu bentuk sediaan obat semisolid. Unguenta



merupakan salep yang memiliki konsistensi, seperti mentega tidak mencair pada suhu biasa, tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga.. Bentuk sediaan semisolid biasanya digunakan secara topical, yaitu diaplikasikan pada permukaan kulit atau sleput mukosa. Namun demikian sediaan topical tidak harus semisolid. Bentuk sediaan semisolid jika dibandingkan dengan bentuk sediaan solid dan liquid, dalam pemakaian topical, memiliki keunggulan dalam hal adhesivitas sediaan sehingga memberikan waktu tinggal yang relative lebih lama.Selain itu fungsi perlindungan terhadap kulit lebih nampak pada penggunaan sediaan semisolid. Namun, sediaan semisolid tidak umum diaplikasikan dalam area permukaan kulit yang luas, sebagaimana halnya sediaan solid maupun liquid. Kemudahan pengeluaran dari kemasan primer juga menjadi pertimbangan yang harus diantisipasi dalam desain sediaan semisolid, terutama semisolid steril (contoh: salep mata), terkait dengan viskositas yang dimiliki oleh sediaan tersebut. Salep merupakan sediaan 1/2 padat untuk digunakan sebagai obat luar, mudah dioleskan pada kulit dan tanpa perlu pemanasan terlebih dahulu, dengan bahan obat yang terkandung harus terbagi rata atau terdispersi homogen dalam vehikulum. Salep tidak boleh berbau tengik. Menurut pemikiran modern salep adalah sediaan semipadat untuk pemakaian pada kulit dengan atau tanpa penggosokan. Oleh karena itu salep dapat terdiri dari substansi berminyak atau terdiri dari emulsi lemak atau lilin yang mengandung air dalam proporsi relatif tinggi.



Salep mempunyai fungsi sebagai: a. pembawa (vehicle), b. pelumas (emollient), c. pelindung (protective). Berdasarkan fungsinya maka dapat dilihat bahwapenggunaan sediaan salep biasa digunakan untuk pelumas bagi kulit, salep kurang cocok digunakan untuk bahan pendukung antibiotic dan bahan lain yang membutuhkan keberadaan air. Salep memiliki criteria sebagai berikut: a)



Aman (tidak toksik, tidak iritatif)



b) Efektif dan efisien c)



Stabil dalam penyimpanan



d) Basis salep mampu membawa zat aktif dan melepaskannya pada tempat aksi e)



Memiliki viskositas dan daya sebar sedemikian rupa sehingga mudah dikeluarkan dari kemasan dan mudah dioleskan secara merata.



f)



Tak berbau



g) pH netral h) Tidak meninggalkan bercak Ditinjau sebagai terapi salep dibagi atas : 1. Unguenta Epidermis : Digunakan pada permukaan kulit stratum corneumyang berfungsi hanya untuk melindungi atau mengobati epithelium dan hanya memberikan efek lokal, karena daya penetrasi atau absorbsi kecil sekali. Vehikulum : Vaselin atau basis berminyak atau campuran hidrokarbon. 2. Unguenta Mukosa



Untuk



melindungi/



mengobati



mukosa:



rektum,



hidung,



mata.Bisa ditambah Parafin liq/ minyak agar lebih encer. Daya penetrasi lebih besar dari salep epidermis.Vehikulum: Vaselin dan 10 – 20 % adeps lanae, lanonin, minyak tumbuh-tumbuhan. 3. Unguenta Endodermik Berpenetrasi melalui kulit dan daya penetrasinya besar, bekerja lebih dalam dari permukaan kulit.Vehikulum: adeps lanae, lanolin, basis larut dalam air, dan basis emulsi.Bahan yang digunakan dalam pembuatan unguentum adalah Vaseline album dan balsem peru. -



Vaseline album a.    Sinonim



:Vaselinum album



b.    Khasiat



:



c.    Pemberian



: Massa lunak, lengket, bening, putih; sifat ini



Zat



tambahan;



dasar



salep



tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk . Berfluoresensi lemah jika dicairkan; tidak berbau; hampir tidakberasa. d.    Kelarutan



: praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol



(95%), larut dalam kloroform, dalam eter, dan dalam eter minyak tanah, larutan kadang-kadang beropalesensi lemah.



-



Balsem Peru a.   Sinonim   



:Balsamum peruvianum (Anonim, 1979)



b.   Khasiat   



:Antiseptikum ekstern



c.   Pemerian   



: Cairan kental, lengket tidak bersekat; coklat



tua, dalam lapisan tipis berwarna coklat, transparan kemerahan; bau aromatic khas menyerupai vanillin d.   Kelarutan  



: Larut dalam kloroform, sukar larut dalam eter,



dalam eter minyak tanah dan dalam asam asetatglasial b. Bentuk Sediaan Obat (BSO)



Bentuk Sediaan Obat (BSO) memegang peranan penting terutama agar Bentuk Sediaan Obat (BSO) dapat mendukung timbulnya efek farmakologis suatu zat aktif secara repsodusibel dan agar Bentuk Sediaan Obat (BSO) dapat diproduksi dalam industry skala besar. Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam desain suatu BSO antara lain: a)



Tujuan terapi dan kondisi anatomi fisiologi pasien.



b)



Sifat fisikokimia zat aktif.



c)



Pertimbangan biofarmasetis terkait kapasitas absorpsi untuk beberapa jenis zat aktif dalam berbagai jenis jalur pemberian obat.



d)



Desain kemasan sebagai alat yang mewadahi, memberikan proteksi, menjaga stabilitas produk, memberikan informasi, dan mendukung kenyamanan penggunaan obat sehingga meningkatkan kepatuhan pasien.



Dalam resep biasanya terdapat bermacam-macam obat. Macam obat dalam resep dapat dibedakan menjadi : a. Remedium cardinale Obat yang berfungsi menyembuhkan penyebab terjadinya penyakit sehingga disebut obat pokok atau obat utama b. Remedium adjutiva Obat tambahan yang membantu kesembuhan dan biasanya merupakan obat-obat simptomatik. c. Remedium corringensia Bahan obat yang berfungsi untuk memperbaiki kerja obat utama yang diberikan. Remedium corringensia terdiri dari :



• Remedium corringensia actionis, Obat ini berfungsi untuk memperbaiki kerja remedium cardinale. • Remedium corringensia saporis, Obat ini berfungi untuk memperbaiki rasa. • Remedium cardinal odoris, Obat ini berfungsi untuk menutupi atau memperbaiki bau obat yang tidak enak’



• Remedium coloris, Obat ini berfungsi untuk memberika warna obat yang lebih menarik. d. Remedium constituen Remedium constituen berfungsi sebagai pelarut.



Lampiran : Alat dan bahan



Proses pembuatan obat



Daftar pustaka : Anonim. Farmasetika Dasar. Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Udayana Anonim. (1976) . Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta: Depkes R.I. hal. 2, 25. Saifullah, T.N, dan Rina K, (2008), Teknologi dan Formulasi Sediaan Semipadat, Pustaka Laboratotium Teknologi Farmasi UGM, Yogyakarta. 59. 63. 64