Laprak Irigasi Tetes Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nilai :



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE (9. Kinerja Irigasi Tetes)



Disusun Oleh: Kelompok / Shift



: 1 (Satu) / B2



Hari, Tanggal Praktikum



: Jumat ,11 Mei 2018



Nama



: 1. Dannisa Fathiya R.



Asisten Praktikum



(240110160093)



2. Affuaja



(240110160097)



3. M. Hafizh Ulwan



(240110160105)



4. Winda Nurhayati



(240110160109)



: 1. Ade Sylvia Rohman 2. Leni Nurliani 3. Prayoeda Iskandar 4. Riswandha Febry 5. Siti Sarah Sidabalok 6. Yohanes Christian, S. TP.



LABORATORIUM SUMBER DAYA AIR TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2018



Dannisa Fathiya Rachma 240110160093 BAB I PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Irigasi merupakan salah satu komponen penting dalam pertanian. Tanpa



adanya irigasi, proses pertumbuhan tanaman akan terganggu atau bahkan tidak dapat berlangsung. Hal ini dikarenakan irigasi berfungsi memberikan air kepada tanaman hingga mencapai titik optimal yang mana tiap tanaman memiliki titik optimal yang berbeda-beda. Adanya air yang ditambahkan ke zona perakaran oleh irigasi akan membantu tanaman dalam menyerap unsur hara pada tanah yang nantinya akan disebarkan keseluruh bagian tanaman. Terdapat banyak jenis irigasi, mulai dari irigasi permukaan, bawah permukaan, curah hingga irigasi tetes memiliki metode tersendiri, sehingga tiap irigasi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Salah satu parameter yang sering digunakan dalam membandingkan keempat irigasi tersebut adalah efisiensi penggunaan airnya, tentu saja karena hal paling utama dalam irigasi adala air itu sendiri. Efisiensi air menandakan efektif tidaknya suatu irigasi saat memberikan air pada tanaman dengan caranya masing-masing. Irigasi yang memiliki efektifitas tertinggi yaitu irigasi tetes, dengan nilai sebesar kurang lebih 90%. Maka dari itu tentulah sangat penting bagi mahasiswa teknik pertanian untuk mempelajari jenis irigasi tetes dalam praktikum ini.



1.2



Tujuan Tujuan praktikum kali ini yaitu:



1.



Praktikan dapat memahami cara kerja irigasi tetes; dan



2.



Praktikan mampu mengetahui cara pengukuran efisiensi irigasi tetes.



1.3



Metodologi Pengamatan dan Pengukuran



1.3.1



Alat Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu:



1. Catch can; 2. Emitter; 3. Pipa lateral; dan



4. Pompa.



1.3.2



Bahan Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu:



1. Air



1.3.3



Prosedur Prosedur padapraktikum kali ini adalah:



1. Alat dan bahan disiapkan. 2. Pipa lateral diletakkan pada permukaan tanah. 3. Tiap emitter dipasang dengan kedalaman yang sudah ditentukan pada tiap kelompok. 4. Pipa lateral disambungkan dengan selang dari pompa. 5. Siapkan catch can disetiap emitter. 6. Pastikan emitter tegak lurus pada catch can. 7. Pompa dinyalakan. 8. Tunggu air mengalir pada catch can selama waktu yang telah ditentukan tiap kelompoknya. 9. Pompa dimatikan. 10. Volume pada tiap catch can dihitung. 11. Hasil dicatat.



Dannisa Fathiya Rachma 240110160093 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Irigasi Tetes Irigasi tetes adalah suatu sistem untuk memasok air (dan pupuk) tersaring



ke dalam tanah melalui suatu pemancar (emitter). Irigasi tetes menggunakan debit kecil dan konstan serta tekanan rendah. Air akan menyebar di tanah baik ke samping maupun ke bawah karena adanya gaya kapiler dan gravitasi. Bentuk sebarannya tergntung jenis tanah, kelembaban, permeabilitas tanah, dan jenis tanaman (Keller dan Bliesner, 1990). Pemberian air pada irigasi tetes dilakukan dengan menggunakan alat aplikasi yang dapat memberikan air dengan debit yang rendah dan frekuensi yang tinggi (hampir terus menerus) disekitar perakaran tanaman. Tekanan air yang masuk ke alat aplikasi sekitar 1,0 bar dan dikeluarkan dengan tekanan mendekati nol untuk mendapatkan tetesan yang terus menerus dan debit yang rendah. Sehingga irigasi tetes diklasifikasikan sebagai irigasi bertekanan rendah. Sistem irigasi tetes didesain untuk dioperasikan secara harian (minimal 12 jam per hari) dan tingkat kelembaban tanaman dapat diatur. 2.2



Kelebihan dan Kekurangan Irigasi Tetes



2.2.1



Kelebihan Irigasi Tetes Irigasi tetes mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya: (James, 1988)



a.



Meningkatkan nilai guna air. Secara umum, air yang digunakan pada irigasi tetes lebih sedikit dibandingkan dengan metode lain.



b.



Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil. Irigasi tetes, kelembaban tanah dapat dipertahankan pada tingkat yang optimal bagi pertumbuhan tanaman.



c.



Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemberian. Pemberian pupuk dan bahan kimia pada metode ini dicampur dengan air irigasi, sehingga pupuk atau bahan kimia yang digunakan menjadi lebih sedikit, frekuensi pemberian lebih tinggi dan distribusinya hanya di sekitar daerah perakaran.



d.



Menekan resiko penumpukan garam. Pemberian air secara terus-menerus akan melarutkan dan menjauhkan garam dari daerah perakaran.



e.



Menekan pertumbuhan gulma. Pemberian air pada irigasi tetes hanya terbatas di daerah sekitar tanaman, sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan.



f.



Menghemat tenaga kerja. Sistem irigasi tetes dapat dengan mudah dioperasikan secara otomatis, sehingga tenaga kerja yang diperlukan lebih sedikit.



2.2.2



Kekurangan Irigasi Tetes Kekurangan ataupun kelemahan utama dari irigasi tetes adalah biaya yang



tinggi dan penyumbatan pada komponen sistem, terutama emitter untuk partikelpartikel kecil tanah, bahan biologis dan kimia. Emitter tidak bekerja begitu baik untuk tanaman tertentu dan masalah yang disebabkan salinitas. Garam-garam cenderung tertumpuk disekitar tepian permukaan basah, karena sistem ini biasanya hanya membasahi bagian dari volume potensial tanah-akar, perakaran tanaman bisa terbatas hanya pada volume tanah didekat tiap emitter (Schwab, 1992). Luasan tanah kering diantara jaringan lateral emitter bisa menyebabkan terjadinya pembentukan debu dari operasi pengolahan tanah dan erosi oleh angin. Dibandingkan dengan sistem irigasi permukaan, dalam hal ini diperlukan tenaga kerja dengan keahlian yang lebih tinggi untuk mengoperasikan dan merawat peralatan penyaringan dan komponen khusus lainnya.



2.3



Metode Pemberian Air Metode pemberian air dalam irigasi tetes, yaitu: (Dwiratna, 2018)



1. Irigasi tetes (drip irrigation), air irigasi diberikan dalam bentuk tetesan yang hampir terus-menerus di permukaan tanah sekitar daerah perakaran dengan menggunakan emitter. Debit pemberian air sangat rendah umumnya 12 L/jam untuk point source emitter atau kurang dari 12 L/jam/m untuk line source emitter. 2. Irigasi tetes bawah permukaan (sub-surface irrigation), air irigasi diberikan menggunakan emitter di bawah permukaan tanah. Debit yang diberikan sama seperti irigasi tetes biasa. 3. Bubbler Irrigation, air irigasi diberikan ke permukaan tanah seperti aliran kecil menggunakan pipa kecil (small tube) dengan debit hingga 225 L/jam.



4. Irigasi percik (spray irrigation), air irigasi diberikan dengan menggunakan penyemprot kecil (micro sprinkler) ke permukaan tanah. Debit pemberian irigasi percik sampai dengan 115 L/jam. Pada metode ini kehilangan air karena evaporasi lebih besar daripada metode irigasi tetes lainnya.



2.4



Bagian-Bagian Irigasi Tetes Bagian-bagian dalam alat irigasi tetes: (Dwiratna, 2018)



1. Unit utama (head unit) Unit utama terdiri dari pompa, tangki injeksi, filter (saringan) utama dan komponen pengendali (pengukur tekanan, pengukur debit dan katup). 2. Pipa utama (main line) Pipa utama umumnya terbuat dari pipa polyvinylchlorida (PVC), galvanized steel atau besi cor dan berdiameter antara 7,5–25 cm. Pipa utama dapat dipasang di atas atau di bawah permukaan tanah. 3. Pipa pembagi (sub-main manifold) Pipa pembagi dilengkapi dengan filter kedua yang lebih halus (80-100 μm), katup selenoid, regulator tekanan, pengukur tekanan dan katup pembuang. Pipa sub-utama terbuat dari pipa PVC atau pipa high density polyethylene (HDPE ) dan berdiameter antara 50 – 75 mm. 4. Pipa Lateral Pipa lateral merupakan pipa tempat dipasangnya alat aplikasi, umumnya dari pipa polyethylene (PE), berdiameter 8 – 20 mm dan dilengkapi dengan katup pembuang. 5. Alat aplikasi (applicator emission device) Alat aplikasi terdiri dari penetes (emitter), pipa kecil (small tube) dan penyemprot kecil (micro sprinkler) yang dipasang pada pipa lateral. Alat aplikasi terbuat dari berbagai bahan seperti PVC, PE, keramik, kuningan dan sebagainya.



Nama : Winda Nurhayati NPM : 240110160109 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN



3.1



Hasil Praktikum



3.1.1 Tabel Keterangan : l (cm)



: Jarak lateral emitter



s (cm) : Jarak antar emitter t



: 3 menit



Tabel 1. Hasil Pengukuran Kelompok 1 No Catch Can



Volume (mL)



l (cm)



s (cm)



St. Deviasi



1



300



10



45,5



42,5



2



240



10



45,5



17,5



3



310



10



35



52,5



4



300



10



45,5



42,5



5



260



10



45,5



2,5



6



90



15



45,5



167,5



7



260



10



45,5



2,5



8



300



10



48



42,5



N=8



x̅ = 257,5



x̅ = 10,625



x̅ = 44,5



∑D = 370



Tabel 2. Hasil Pengukuran Kelompok 2 No Catch Can



Volume (mL)



l (cm)



s (cm)



St. Deviasi



1



250



20



45,5



42,5



2



225



20



45,5



17,5



3



225



20



35



17,5



4



240



20



45,5



32,5



5



270



20



45,5



62,5



6



100



15



45,5



107,5



7



200



20



45,5



7,5



8



180



20



48



57,5



N=8



x̅ = 207,5



x̅ = 19,375



x̅ = 44,5



∑ 𝐷 = 345



Tabel 3. Hasil Pengukuran Kelompok 3 No Catch



Volume



Can



(mL)



1



St. Deviasi



l (cm)



s (cm)



100



22



45,5



98,75



2



200



22



45,5



1,25



3



220



22



35



21,25



4



230



22



45,5



31,25



5



240



22



45,5



41,25



6



100



15



45,5



98,75



7



250



22



45,5



51,25



8



250



22



48



51,25



N=8



x̅ = 198,75



x̅ = 21,125



x̅ = 44,5



∑ 𝐷 = 395



Tabel 4. Hasil Pengukuran Kelompok 4 No Catch



St. Deviasi



Volume (mL)



l (cm)



s (cm)



1



180



15



45,5



34



2



160



15



45,5



14



3



165



15



35



19



4



120



15



45,5



26



5



150



15



45,5



4



6



55



15



45,5



91



7



160



15



45,5



22



8



170



15



48



24



N=8



x̅ = 146



x̅ = 15



x̅ = 44,5



∑ 𝐷 = 234



Can



Tabel 5. Hasil Pengukuran Kelompok 5 Volume (mL)



l (cm)



s (cm)



St. Deviasi



1



100



15



45,5



27,125



2



22



100



45,5



105,125



3



135



100



35



7,875



4



175



100



45,5



47,875



5



35



100



45,5



92,125



6



120



15



45,5



7,125



7



130



100



45,5



2,875



8



300



100



48



172,875



N=8



x̅ = 127,125



x̅ = 78,75



x̅ = 44,5



∑ 𝐷 = 463



No Catch Can



3.1.2 Perhitungan Laju tetesan emitter



𝑞



: EDR = 𝑠 𝑥 𝑙



Keterangan : EDR



= laju tetesan emiter (mm/jam)



q



= debit emiter (m3/ jam)



s



= jarak antar emiter (m)



l



= jarak lateral emiter (m)



Keseragaman irigasi : Cu = 100 {1- ∑( 𝑥𝑖 − 𝑥 ) / ∑( 𝑥𝑖) Keterangan : Cu



= koefisien keseragaman irigasi (%)



Xi



= volume air pada wadah ke-i (mL)



𝑥



= nilai rata-rata dari volume air pada wadah (mL)



∑( 𝑥𝑖 − 𝑥 )



= jumlah devisian absolute rata-rata pengukuran (mL)



Keseragaman irigasi : SU = |1 − 𝐶𝑉| x 100% 𝑋𝐿𝑄



CU = (



𝑥



) x 100%



Keterangan : 𝑠



CV = koefisien variasi = 𝑥 S



= deviasi standar



XLQ = nilai rata-rata seperempat terkecil dari volume air pada wadah (mL) 𝑥̅



= nilai rata-rata dari volume air pada wadah (mL)



Kelompok 1 1. Debit V t 2060 ml = 180 s



Q=



0,0006 m3 3 = =0,0412 m ⁄jam 0,05 jam 2. Laju tetesan emitter q EDR = sxl



=



0,0412 m3 /𝑗𝑎𝑚 = 0,87138 m⁄jam = 871,38 ml⁄jam 0,0445 m x 0,10625 m



3. Keseragaman irigasi Cu = 100 x (1 − = 100 x (1 −



∑d ) mn 370 ) = 82.03% 257.5 x 8



4. Keseragaman tetesan 240 + 90 = 105 2 XLQ CU = x 100% x̅ 165 = x 100% = 64.07 % 257.5 𝑠 𝐶𝑣 = 𝑥 100% x̅ XLQ =



370



= 257.5 𝑥 100% = 1.4368 % 𝑆𝑈 = ( 1 − 𝐶𝑣) 𝑥 100% = ( 1 − 1.4368) 𝑥 100% = 43.689% Kelompok 2 1. Debit V t 1690 ml = 180 s



Q=



0,0169 m3 3 = =0,338 m ⁄jam 0,05 jam 2. Laju tetesan emitter q EDR = sxl =



0,338 m3 /𝑗𝑎𝑚 = 0,392026 m⁄jam = 392.206 ml⁄jam 0,0445 m x 0,1937 m



3. Keseragaman irigasi Cu = 100 x (1 −



∑d ) mn



= 100 x (1 −



370 ) = 82.03% 257.5 x 8



4. Keseragaman tetesan 100 + 150 = 125 2 XLQ CU = x 100% x̅ XLQ =



125



= 207,5 x 100% 𝑠 𝑥 100% x̅ 125 = x 100% = 1.4368 207,5



𝐶𝑣 =



𝑆𝑈 = ( 1 − 𝐶𝑣) 𝑥 100% = ( 1 − 1.4368) 𝑥 100% = 43.689% Kelompok 3 1. Debit V t 1590 ml = 180 s



Q=



3 =0,0318 m ⁄jam



2. Laju tetesan emitter q EDR = sxl 0,0318 m3 /𝑗𝑎𝑚 = = 0,338275 m⁄jam = 338.275 mm⁄jam 0,021125 m x 0,445 m 3. Keseragaman irigasi Cu = 100 x (1 − = 100 x (1 − 4.



∑d ) mn 395 ) = 75.157% 198.75 x 8



Keseragaman tetesan 100 + 100 = 100 2 XLQ CU = x 100% x̅ XLQ =



100 x 100% = 50.3145 % 198.75 𝑠 𝐶𝑣 = x̅ 395 = = 1.987 198.75 =



𝑆𝑈 = |( 1 − 𝐶𝑣)| 𝑥 100% =|1- 1,662650602| x 100% = 66,2650602% Kelompok 4 1. Debit V t 1160 ml = 180 s



Q=



=



0,00160 m3 3 =0,0232 m ⁄jam 0,05 jam



2. Laju tetesan emitter q EDR = sxl =



0,0232 m3 /𝑗𝑎𝑚 = 0,34756 m⁄jam = 347,56 mm⁄jam 0,0445 m x 0,15 m



3. Keseragaman irigasi Cu = 100 x (1 − = 100 x (1 − 4.



∑d ) mn 230 ) = 80,172% 145 x 8



Keseragaman tetesan 55 + 120 = 87,5 2 XLQ CU = x 100% x̅ 87,5 = x 100% = 60,34 % 145 𝑠 𝐶𝑣 = x̅ 230 = = 1.5862 145 XLQ =



𝑆𝑈 = ( 1 − 𝐶𝑣) 𝑥 100% = ( 1 − 1.5862) 𝑥 100% = 58,62% Kelompok 5 1. Debit V t 1017 ml = 180 s



Q=



= 2.



0,001017 m3 3 =0,02034 m ⁄jam 0,05 jam



Laju tetesan emitter q EDR = sxl 0,02034 m3 /𝑗𝑎𝑚 = = 0,5804 m⁄jam = 580,4 ml⁄jam 0,0445 m x 0,7875 m



3.



Keseragaman irigasi Cu = 100 x (1 − = 100 x (1 −



4.



∑d ) mn 463 ) = 54,47% 127,125 x 8



Keseragaman tetesan 22 + 35 = 28,5 2 XLQ CU = x 100% x̅ 28,5 = x 100% = 22,148 % 127,125 𝑠 𝐶𝑣 = 𝑥 100% x̅ 463 = 𝑥 100% = 3,642 127,125 XLQ =



𝑆𝑈 = ( 1 − 𝐶𝑣) 𝑥 100% Dannisa Fathiya R = ( 1 − 3,642) 𝑥 100% = 26,42% 240110160093 3.2



Pembahasan



Praktikum kali ini membahas mengenai irigasi tetes. Irigasi tetes sendiri merupakan proses pemberian air dengan metode tetes sampai keadaan tanaman optimal. Efisiensi irigasi tetes pada umumnya yaitu 90%, karena kemungkinan kehilangan airnya sangan kecil dan air langsung diteteskan pada perakaran tanaman. Kelompok 1 memilih panjang lateral 10 cm kecuali pada lubang tetes ke6 yaitu pipa lateral nya sepanjang 15, panjang antar lubang dalam satu saluran pipa yaitu 45,5 cm kecuali pada catch can 3 jaraknya 35 cm dan catch can 8 sepanjang 48 cm, dan waktu pengamatan yang digunakan untuk irigasi tetes yaitu 180 detik atau 3 menit. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh delapan data volume yaitu catch can 1sebanyak 300 mL, catch can 2 sebanyak 240 mL, catch can 3 sebanyak 310 mL, catch can 4 sebanyak 300 mL, catch can 5 sebanyak 260 mL, catch can 6 sebanyak 90 mL, catch can 7 sebanyak 260 mL, dan catch can 8 sebanyak 300 mL. Jumlah data volume tersebut yaitu 2060 mL dan rata-ratanya yaitu 257,5 mL. Data yang telah diperoleh tersebut akan digunkan untuk perhitungan laju tetesan emitter (EDR), keseragaman irigasi (Cu), keseragaman tetesan yaitu statistical uniformity (SU) dan coefficient uniformity (CU). Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui efisien tidaknya irigasi tetes tersebut ditinjau dari beda panjang lateral. Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil laju tetesan emitter (EDR) yaitu 871,38 mm/jam. Hasil perhitungan keseragaman irigasi (Cu) yaitu 82,0388 %. Hasil perhitungan keseragaman tetesan (SU dan CU) yaitu nilai SU 43,68 % dan nilai CU yaitu 64,07 %. Berdasarkan hasil tersebut dapat disesuaikan dengan kriteria keseragaman tetesan, nilai SU yaitu kurang dari 60% artinya irigasi tetes tersebut secara statistik tidak seragam, dan nilai CU berada dibawah 80 % maka secara koefisien keseragaman tetesan tersebut kurang baik. Perbedaan hasil perhitungan laju tetesan emitter (EDR), keseragaman irigasi (Cu), keseragaman tetesan yaitu statistical uniformity (SU) dan coefficient uniformity (CU) dengan kelompok praktikan lainnya dapat disebabkan oleh panjang lateral yang berbeda sehingga menyebabkan volume di setiap catch can-nya berbeda. Nilai statistical uniformity (SU) yang rendah dapat disebabkan oleh adanya air yang terbuang karena penutup ujung pipa terbuka sehingga air banyak yang terbuang. Selain itu, debit irigasi tetes kecil, konstan, dan bertekanan rendah



sehingga tidak menyebabkan genangan air yang dapat membuat tanaman cepat layu dan busuk.



Affuaja 240110160097 3.2



Pembahasan Praktikum Teknik Irigasi dan Drainase kali ini membahas mengenai



efisiensi irigasi tetes. Jumlah gelas plastik yang digunakan kali ini adalah 8 gelas. Salah satu hal yang membedakan dengan kelompok lain yaitu panjang selang yang digunakan. Kelompok praktikan menggunakan panjang selang 12 cm, kelompok dua menggunakan panjang selang 19 cm, kelompok tiga menggunakan panjang selang 8 cm, kelompok empat menggunakan panjang selang 15 cm dan kelompok lima menggunakan panjang selang 16 cm. Volume air yang didapatkan praktikan pada titik pertama yaitu 190 ml, volume air pada titik kedua yaitu 140 ml, volume air pada titik ketiga 140 ml, volume air pada titik keempat 160 ml, volume air pada titik kelima 170 ml, volume air pada titik keenam 210 ml, volume air pada titik ketujuh 130 ml dan volume air pada titik kedelapan 150 ml Pemberian air pada tanaman harus memperhatikan kebutuhan air pada tanaman tersebut, apabila air yang di berikan pada tanaman tersebut berlebihan maka tanaman tersebut akan membusuk, dan apabila pemberian air pada tanaman kurang maka tanaman tersebut akan layu dan mati. Perhitungan efisiensi irigasi tetes dapat dihitung berdasarkan pencarian nilai EDR, Cu, SU dan CU. Hasil perhitungan yang didapat praktikan yaitu untuk nilai EDR sebesar 5.972 mm/jam. Nilai Cu yang didapat sebesar 13.29457 %, nilai SU sebesar 6.9 % dan nilai CU yang didapat sebesar 83.7 %. Praktikan harus menurutkan nilai 2 terendah volume air dari 8 volume air yang ada untuk mendapatkan nilai CU. Nilai 2 terendah tersebut diberi notasi Xlq dan hasilnya sebesar 135 ml. Berdasarkan data kedelapan titik, praktikan mendapatkan jumlah volume dari titik satu ke titik delapan (volume total) sebesar 1290 ml, nilai volume rata-rata sebesar 161.25 ml. Apabila pada wadah yang besar maka ia akan memperoleh luasan yang besar pula dan mendapatkan kedalaman yang rendah. Berbeda pada wadah yang kecil, apabila tanah kering ditetesi air maka luasan tanah basah itu akan sesuai dengan bentuk wadah dan mendapatkan kedalaman tanah basah yang dalam dibandingkan dengan tanah basah pada wadah yang luas. Selain itu faktor yang mempengaruhi nya juga adalah jumlah tetesan per menit. Jadi dalam pemberian air pada tumbuhan tersebut tidak boleh berlebih, jika berlebih maka tanaman bisa busuk, tapi jika terlalu sedikit maka tanaman akan layu juga, atau bahkan bisa mati.



M. Hafizh Ulwan 240110160105 3.2



Pembahasan Praktikum Teknik Irigasi dan Drainase kali ini membahas mengenai



efisiensi irigasi tetes. Irigasi tetes sendiri merupakan proses pemberian air dengan metode tetes sampai keadaan tanaman optimal. Efisiensi irigasi tetes pada umumnya yaitu 90%, karena kemungkinan kehilangan airnya sangan kecil dan air langsung diteteskan pada perakaran tanaman. Cara kerja pengukuran efisiensi irigasi tetes kali ini dengan menghitung volume pada setiap gelas yang nantinya menampung air yang keluar dari irigasi tetes itu sendiri. Jumlah gelas plastik yang digunakan kali ini adalah 8 gelas. Salah satu hal yang membedakan dengan kelompok lain yaitu panjang selang yang digunakan. Kelompok praktikum 1 menggunakan panjang selang 10 cm, kecuali pada lubang tetes ke- 6 menggunakan selang sepanjang 15 cm , panjang antar lubang dalam satu saluran pipa yaitu 45,5 cm kecuali pada lubang ke-3 jaraknya 35 cm dan lubang ke-8 sepanjang 48 cm, dan waktu pengamatan yang digunakan untuk irigasi tetes yaitu 180 detik atau 3 menit.. Volume air yang didapatkan praktikan pada titik pertama yaitu 300 ml, volume air pada titik kedua yaitu 240 ml, volume air pada titik ketiga 310 ml, volume air pada titik keempat 300 ml, volume air pada titik kelima 260 ml, volume air pada titik keenam 90 ml, volume air pada titik ketujuh 260 ml dan volume air pada titik kedelapan 300 ml. Pemberian air pada tanaman harus memperhatikan kebutuhan air pada tanaman tersebut, apabila air yang di berikan pada tanaman tersebut berlebihan maka tanaman tersebut akan membusuk, dan apabila pemberian air pada tanaman kurang maka tanaman tersebut akan layu dan mati. Perhitungan efisiensi irigasi tetes dapat dihitung berdasarkan pencarian nilai EDR, Cu, SU dan CU. Hasil perhitungan yang didapat praktikan yaitu untuk nilai EDR sebesar 871,38 mm/jam. Nilai Cu yang didapat sebesar 82,0388 %, nilai SU sebesar 43,68 % dan nilai CU yang didapat sebesar 64,07 %. Praktikan harus menurutkan nilai 2 terendah volume air dari 8 volume air yang ada untuk mendapatkan nilai CU. Nilai 2 terendah tersebut diberi notasi Xlq dan hasilnya sebesar 110 ml. Berdasarkan data kedelapan titik, praktikan mendapatkan jumlah volume dari titik satu ke titik delapan (volume total) sebesar 2060 ml, nilai volume rata-rata sebesar 257.50 ml. Perbedaan hasil perhitungan laju tetesan (EDR), keseragaman irigasi (Cu), keseragaman tetesan (SU) dan (CU) dengan kelompok praktikan



lainnya dapat disebabkan oleh panjang lateral yang berbeda sehingga menyebabkan volume di setiap tetesan-nya berbeda. Nilai SU yang rendah dapat disebabkan oleh adanya air yang terbuang karena penutup ujung pipa terbuka sehingga air banyak yang terbuang. Selain itu faktor yang mempengaruhi nya juga adalah jumlah tetesan per menit. Jadi dalam pemberian air pada tumbuhan tersebut tidak boleh berlebih, jika berlebih maka tanaman bisa busuk, tapi jika terlalu sedikit maka tanaman akan layu juga, atau bahkan bisa mati.



Winda Nurhayati 240110160109 3.2



Pembahasan Praktikum Teknik Irigasi dan Drainase kali ini membahas tentang irigasi



tetes. Setelah pertemuan sebelumnya membahas mengenai irigasi curah. Praktikum kali ini lebih mudah karena catch-can yang digunakan lebih sedikit, sehingga pengukuran lebih sebentar serta perhitungan pun lebih sedikit. Selain itu, data yang dibutuhkan dalam praktikum ini lebih sedikit dibandingkan dengan praktikum irigasi curah, yaitu hanya volume pada tiap catch-can saja.Tetapi pada saat ingin melakukan percobaan, selang dan pipa lateral harus selalu dijaga karena jika tidak air yang masuk akan menyebabkan tekanan yang dapat membuat air terdorong keluar dari pipa, hal ini karena tidak seimbangnya debit air yang masuk pada pipa lateral dan debit air yang keluar pada emitter yang mana hanya mengeluarkan air secara menetes. Emitter pun harus dipasang dengan benar agar air yang keluar benar-benar sebuah tetesan, selain itu posisi emitter juga harus tegak lurus saat diletakan pada catch-can. Berdasarkan tabel hasil, diperoleh volume pada catch-can 1 sebesar 300 ml, catch-can 2 sebesar 240 ml, catch-can 3 sebesar 310 ml, catch-can 4 sebesar 300 ml, catch-can 5 sebesar 260 ml, catch-can 6 sebesar 90 ml, catch-can 7 sebesar 260 ml dan catch-can 8 sebesar 300 ml. Rata-rata volume dari seluruh data tersebut adalah 257,5 ml. Berdasarkan data diatas, cukup sulit ditarik kesimpulan, karena jika diamati nilai volume mengalami peningkatan dan penurunan yang tidak begitu konstan. Dibandingkan dengan hasil dari kelompok lain, kelompok satu mendapatkan volume air yang lebih banyak pada setiap catch can-nya. Seperti pada hasil kelompok 4 yang mendapatkan volume pada catch-can 1 sebesar 180 ml, catch-can 2 sebesar 160 ml, catch-can 3 sebesar 165 ml, catch-can 4 sebesar 120 ml, catch-can 5 sebesar 150 ml, catch-can 6 sebesar 55 ml, catch-can 7 sebesar 160 ml dan catch-can 8 sebesar 170 ml. Data tersebut memiliki perbedaan yang cukup signifikan yang terjadi karena bebeapa faktor salah satunya panjang lateral emitter. Panjang lateral emitter kelompok satu lebih pendek dari panjang lateral emitter kelompok 2 yaitu 10 cm sedangkan kelompok 2 sepanjang 15 cm, kecepatan air Dannisa Fathiya R yang masuk melalu pipa juga pengaruh pada banyaknya air melaui pipa yang 240110160093 menyebabkan hasil volume setiap catch can dan setiap kelompok berbeda. BAB IV



KESIMPULAN DAN SARAN



4.1



Kesimpulan Berdasarkan praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa:



1. Efisiensi irigasi tetes pada umumnya yaitu 90 %, karena kemungkinan kehilangan airnya sangan kecil dan air langsung diteteskan pada perakaran tanaman; 2. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh delapan data volume yaitu 300 mL, 240 mL, 310 mL, 300 mL, 260 mL, 90 mL, 260 mL, 300 mL; 3. Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil laju tetesan emitter (EDR) yaitu 871,38 mm/jam, keeragaman irigasi (Cu) yaitu 82,0388 %, dan keseragaman tetesan (SU dan CU) yaitu nilai SU 43,689 % dan nilai CU yaitu 64,07 %; 4. Berdasarkan nilai SU yang diperoleh yaitu kurang dari 60 % artinya irigasi tetes tersebut secara statistik tidak seragam; dan 5. Berdasarkan nilai CU yang diperoleh 64,07 %.yaitu kurang dari 80 % maka secara koefisien keseragaman tetesan tersebut kurang baik.



4.2



Saran Saran yang dapat diberikan praktikan kali ini yaitu menghitung dengan baik



dan benar agar hasil yang diperoleh akurat dan presisi.



Affuaja 240110160097 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN



4.1



Kesimpulan Kesimpulan pada praktikum kali ini yaitu:



1.



Berdasarkan data hasil, tidak ada hubungan antar jarak emitter terhadap sumber air;



2.



Pengukuran irigasi tetes tidak begitu jauh caranya dengan irigasi curah, hanya alatnya saja yang membedakan; dan



3.



4.2



Irigasi tetes lebih efisien dibandingkan irigasi curah.



Saran Saran untuk praktikum kali ini yaitu praktikum kali ini berjalan dengan baik



sehingga tidak memerlukan saran.



M. Hafizh Ulwan 240110160105 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN



4.1



Kesimpulan Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah:



1. Hasil yang diperoleh dari delapan gelas penampung memiliki data volume yaitu 300 mL, 240 mL, 310 mL, 300 mL, 260 mL, 90 mL, 260 mL, 300 mL; 2. Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil laju tetesan emitter (EDR) yaitu 871,38 mm/jam, keeragaman irigasi (Cu) yaitu 82,0388 %, dan keseragaman tetesan (SU dan CU) yaitu nilai SU 43,689 % dan nilai CU yaitu 64,07 %; dan 3. Berdasarkan nilai SU yang diperoleh yaitu kurang dari 60 % artinya irigasi tetes tersebut secara statistik tidak seragam; dan nilai CU yang diperoleh 64,07 %.yaitu kurang dari 80 % maka secara koefisien keseragaman tetesan tersebut kurang baik. 4.2



Saran Saran untuk praktikum kali ini adalah sebaiknya tekanan air yang dialirkan



harus bernilai konstant.



Winda Nurhayati 240110160109 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN



4.1



Kesimpulan Kesimpulan pada praktikum kali ini yaitu:



1.



Volume air pada setiap catch can dan tiap kelompok dipengeruhi panjang leteral emitter dan banyaknya air pada aliran pipa;



2.



Semakin panjang leteral emitter semakin kecil volume yang dihasilkan;



3.



Semakin banyak air yang mengalir pada pipa semakin banyak volume air yang dihasilkan; dan



4.



Efisiensi irigasi tetes pada perhitungan kelompok 1 masih kurang karena nilai yang diperoleh kurang dari 90%.



4.2



Saran Saran yang dapat diberikan praktikan kali ini yaitu:



1. Praktikan lebih berhati-hati saat penggunaan alat supaya alat tidak terjadi kerusakan; dan 2. Aliran air dari pompa dijaga tetap konstan agar hasil lebih efektif dengan memastikan selang yang menghubungkan pada pipa tidak terlipat.



Dannisa Fathiya R 240110160093 DAFTAR PUSTAKA



James, G. Larry. 1988. Principles of Farm Irrigation Design. John Wiley & Sons, Inc. Canada. Keller, J and Bliesner, R. D. 1990 Sprinkle AndTrickle Irrigation. van Nostrand Reinhold, New York. pp. 427-602. Schwab, G. O., D. D. Fangmeier, W. J. Elliot, and R. K. Frevert. 1992. Soil and Water Conservation Engineering. John Wiley & Sons, Inc. New York, Chichester, Brisbane, Toronto, Singapore. Dwiratna, Sophia. 2018. Irigasi Tetes . Materi Kuliah dipresentasikan pada pertemuan 8. Jatinangor, tanggal 11 April 2018.



Winda Nurhayati 240110160109 LAMPIRAN



Gambar 1. Proses Mengalirkan Air Pada Pipa (Sumber: Dokumentasi Pribadi)



Gambar 2. Proses Irigasi Tetes (Sumber: Dokumentasi Pribadi)



Gambar 3. Pompa Air (Sumber: Dokumentasi Pribadi)