laprak kestan annisaa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

EVALUASI KESUBURAN TANAH DENGAN METODE SUBSTRAKSI (MISSING ELEMENT TECHNOLOGY) LAPORAN OLEH: ANISYAH SYAHPUTRI DALIMUNTE 210301103 AGROTEKNOLOGI 2(B)



LABORATORIUM KESUBURAN TANAH PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2022



EVALUASI KESUBURAN TANAH DENGAN METODE SUBSTRAKSI (MISSING ELEMENT TECHNOLOGY) LAPORAN OLEH: ANISYAH SYAHPUTRI DALIMUNTE 210301103 AGROTEKNOLOGI 2(B) Laporan ini Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian Di Laboratorium Kesuburan Tanah Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan



LABORATORIUM KESUBURAN TANAH PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2022



Judul Nama NIM Kelas Kelompok



: Evaluasi Kesuburan Tanah Dengan Metode Substraksi (Missing Element Technology) : Anisyah Syahputri Dalimunte : 210301103 : Agroteknologi 5 : 2 (B)



Diketahui oleh: Dosen Penanggung Jawab



(Wida Akasah S.Agr., M. Sc) NIP.199511292021022001



Diperiksa oleh: Asisten Korektor



(Adjie Muhammad Akbar) NIM. 190301111



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari laporan ini adalah “Evaluasi Tanah dengan Metode Substraksi (Missing Element Technique)” yang merupakan salah satu syarat untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Kesuburan Tanah Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Sarifuddin MP., Ir. M. M. Damanik, M. Sc., Dr. Ir. Fauzi, MP., Dr. Ir. Hamidah Hanum MP., Nur Ulina Warnisyah Sebayang, SP., M. Agr., dan Wida Akasah S. Agr., M. Sc., selaku dosen mata kuliah Kesuburan Tanah serta abang dan kakak asisten yang telah membantu menyelesaikan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan sangat diharapkan demi perbaikan penulisan laporan mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.



Medan, November 2022



Penulis



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...................................................................................i DAFTAR ISI .................................................................................................ii DAFTAR TABEL GAMBAR ......................................................................iii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................iv PENDAHULUAN Latar Belakang........................................................................................1 Tujuan Percobaan ..................................................................................2 Kegunaan Penulisan ...............................................................................2 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kentang........................................................................3 Syarat Tumbuh........................................................................................5 Iklim...............................................................................................5 Tanah..............................................................................................6 Minus One Test ......................................................................................7 Gejala Defisiensi Hara.............................................................................8 Tanah Ultisol...........................................................................................10 METODE PRAKTIKUM Tempat dan Waktu .................................................................................12 Alat dan Bahan .......................................................................................12 Prosedur Praktikum ................................................................................12 PELAKSANAAN PERCOBAAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil .......................................................................................................19 Pembahasan.............................................................................................24 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan..............................................................................................25 Saran........................................................................................................25



DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



DAFTAR TABEL Tabel 1. Perlakuan Percobaan ..........................................................................3 Tabel 2. Dosis Pupuk Percobaan .....................................................................3 Tabel 3. Jenis dan Dosis Pupuk Yang Diberikan Untuk Setiap Perlakuan Pada Saat Tanam ..............................................................3 Tabel 4. Data Kekahatan Menurut Lpt Bogor .................................................18 Tabel 5. Data Tinggi Tanaman Jagung Tiap Mst ............................................19 Tabel 6. Data Jumlah Daun Tanaman Jagung Tiap Mst...................................20 Tabel 7. Data Diameter Batang Tanaman Jagung Tiap Mst ............................21 Tabel 8. Data Bobot Kering Tajuk Dan Bobot Kering Akar Tanaman Jagung ..................................................................................22 Tabel 9. pH Tanah...........................................................................................23



DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Pengambilan tanah Lampiran 2. Pengamatan dan pengukuran Lampiran 3. Pengamatan defisiensi hara Lampiran 4. Pengeringan tanaman



PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung manis (Zea mays saccarata L.) merupakan jenis tanaman yang berasal dari Amerika dan sudah cukup lama dikenal serta dikembangkan di Indonesia. Jagung manis merupakan komoditas pertanian yang sangat digemari oleh masyarakat, karena rasanya yang enak dan manis serta mengandung karbohidrat, sedikit protein dan lemak. Hal tersebut yang menjadikan semakin tingginya permintaan jagung manis (Zakariah, 2013). Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serelia termasuk family poaceae, ordo Poales yang merupakan tanaman berumah satu (monosius) dimana letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina tetapi masih dalam satu tanaman. Jagung adalah tanaman protandrus, yaitu mekarnya bunga jantan pelepasan tepung sari biasanya terjadi satu atau dua hari sebelum munculnya bunga betina (Warrier dan Tripathi, 2011). Proses pertumbuhan merupakan hal lazim bagi setiap tumbuhan. Dalam proses pertumbuhan terjadi pertambahan volume yang signifikan. Seiring berjalannya waktu pertumbuhan suatu tanaman terus bertambah. Proses tumbuh



sendiri dapat dilihat pada selang waktu tertentu. Dimana setiap pertumbuhan tanaman akan menunjukkan suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam bentuk kurva/diagram pertumbuhan (Latunra, 2012). Jagung merupakan tanaman semusim determinat, dan satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk pertumbuhan generatif. Tanaman jagung merupakan tanaman tingkat tinggi dengan klasifikasi sebagai berikut: Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Class: Monocotyledoneae; Ordo: Poales; Familia: Poaceae; Genus: Zea; Spesies: Zea mays L (Iriani et al., 2003). Produksi jagung tahun 2011 menurun dibandingkan dengan tahun 2010. Produksi jagung nasional pada tahun 2011 sebesar 17,23 juta ton sedangkan pada tahun 2010 sebesar 18, 32 juta ton yang berarti terjadi penurunan sebesar 1,10 juta ton atau sebesar 5,99%. Perkiraan penurunan produksi jagung tahun 2011 yang relatif besar terdapat di Provinsi Jawa Timur, Lampung, Jawa Tengah, Sumatra Utara, dan Nusa Tenggara Timur. Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya lahan pertanaman jagung di berbagai daerah tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu ditingkatkan produktivitas tanaman jagung tersebut dengan teknik budidaya yang baik dan sesuai untuk menutupi kekurangan jagung sehingga pemerintah tidak perlu mengimpor jagung dari luar negeri (Affandi et al., 2014). Metode



minus



one



test



diterapkan



untuk



tanah-tanah



dengan



tingkatkesuburan rendah sampai sedang, karena tanah tersebut diduga mengalami beberapa kahat hara sehingga perlu diuji dengan perlakuan pemupukan lengkap terlebih dahulu. Metode plus one test ditujukan untuk tanah dengan tingkat kesuburan sedang sampai tinggi, karena tanah tersebut diduga cukup hara sehingga hanya perlu diuji hara pembatas utamanya dengan penambahan satu unsur hara. Kriteria kesuburan rendah, sedang, dan tinggi mengacu pada kriteria yang dibuat Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (Widowati, 2012). Untuk meningkatkan produksi jagung dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia diperlukan strategi khusus. Adapun tindakan yang dilakukan



adalah: (1) Informasi mengenai kadar hara pada tanaman, (2) Pemupukan, (3) Jarak tanam dan jumlah benih perlubang. Salah satu pendekatan inovatif dalam meningkatkan produksi jagung yaitu dengan mengetahui kadar hara pada tanaman jagung sebagai acuan dalam menghitung kebutuhan pupuk untuk tanaman (Zakariah, 2013). Budidaya tanaman jagung manis relatif lebih menguntungkan dari jagung biasa karena jagung manis mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dipasaran dan masa produksinya relatif lebih cepat. Tanaman jagung manis dipanen ketika berumur 60-65 hari setelah tanam. Sisa berangkasan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan tongkol jagung sekunder dapat dijadikan jagung semi sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani (Syarifuddin, 2013). Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui peranan fungsi N, P dan K bagi tanaman adalah dengan melakukan uji Minus One Test. Metode ini dilakukan dengan menggunakan kombinasi anatara pupuk yang mengandung N, P dan K dengan menghilangkan salah satu unsur dari ketiga unsur tersebut sehingga didapat perlakuan yang memeberikan hasil terendah. Perlakuan yang yang terdiri dari kombinasi dua unsur dan kemudian memberikan produksi terendah menunjukkan bahwa unsur yag hilang merupakan faktor pembatas pertumbuhan dan produksi (Mamonto, 2015). Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui status unsur hara dari suatu tanah dengan menggunakan metode Substraksi (Missing Element Technic). Kegunaan Penulisan Adapun kegunaan penulisan dari paper ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memenuhi komponen penilaian pada praktikum di Laboratorium Kesuburan Tanah Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.



TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung (Zea mays) Dalam sistematika tumbuhan, kedudukan tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae (tumbuh-tumbuhan), Divisio: Spermatophyta (tumbuhan berbiji), Sub Divisio: Angiospermae (berbiji tertutup), Classis: Monocotyledone (berkeping satu), Ordo: Graminae (rumput-rumputan), Family: Graminaceae, Genus: Zea, Species: Zea mays L.



(Karya Tani



Mandiri, 2012). Sistem perakaran tanaman jagung merupakan akar serabut dengan 3 macam akar yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Pertumbuhan akar ini melambat setelah plumula muncul kepermukaan tanah. Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, selanjutnya berkembang



dari tiap buku secara berurutan ke atas hingga 7 sampai dengan 10 buku yang terdapat di bawah permukaan tanah. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan unsur hara. Akar udara adalah akar yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah yang berfungsi sebagai penyangga supaya tanaman jagung tidak mudah rebah. Akar tersebut juga membantu penyerapan unsur hara dan air (Riwandi et al., 2014). Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagai mana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman terbentuk roset. Batang beruas ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1 m sampai 3 m, ada varietas yang dapat mencapai ketinggian 6 m (Gadmor, 2016). Menurut menyatakan bahwa batang jagung berbentuk silindris terdiri dari sejumlah ruas dan buku, memiliki tinggi yang berbeda-beda tergantung dari varietas serta lingkungan tempat tumbuh tanaman jagung. Batang tanaman yang kaku ini tingginya berkisan antara 1,5 dan 2,5 meter dan terbungkus pelepah daun yang berselang seling yang berasal dari setiap buku.Buku batang mudah dilihat. Pelepah daun terbentuk pada buku dan membungkus rapat-rapat panjang batang utama,sering melingkupi hingga buku berikutnya. Lidah daun,setiap pelepah daun kemudian membengkok menjauhi batang sebagai daun yang panjang, luas dan melengkung (Harahap,2017). Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang, pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada pula yang berambut. Setiap stoma dikelilingi oleh selsel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun (Sihotang, 2011). Daun jagung merupakan daun sempurna yang terdiri atas pelepah daun, tangkai daun, dan helai daun. Pelepah daun pada umumnya membungkus bagian batang, antara pelepah dan helai daun terdapat tangkai daun dengan permukaan daun



yang berbulu dan pada bagian bawah daun tidak berbulu. Daun jagung berbentuk memanjang linear dengan tulang daun sejajar yang berasal dari buku-buku batang, umumnya jumlah daun pada jagung terdiri dari 8 – 48 helaian



(Purwono dan



Hartono., 2006). Bunga jantan tumbuh di bagian pucuk tanaman, berupa karangan bunga atau inflorescence. Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun atas tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah betina. Tanaman jagung disebut juga tanaman berumah satu, karena bunga jantan dan betina terdapat dalam satu tanaman, tetapi letaknya terpisah. Bunga jantan dalam bentuk malai terletak di pucuk tanaman, sedangkan bunga betina pada tongkol yang terletak kira-kira pada pertengahan tinggi batang (Riwandi et al., 2014). Bunga jagung tergolong bunga sempurna karena terdapat bunga jantan dan betina dalam satu tanaman. Bunga jantan berada pada pangkal atas tanaman dan bunga betina berada pada ketiak daun sehingga diperlukan bantuan alam untuk melakukan penyerbukan. Bunga jantan terletak di bagian pucuk paling atas yang ditandai dengan adanya tassel (rambut) sedangkan bunga betina terletak pada ketiak daun yang akan mengeluarkan stile dan stigma (Effendi, 2007). Buah tanaman jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung pada jenisnya. Pada umumnya jagung memiliki barisan biji yang melitit secara lurus atau berkelok-kelok pada tongkol dan berjumlah antara 8-20 baris biji. Tanaman jagung menghasilkan satu atau beberapa tongkol. Tongkol muncul dari buku ruas berupa tunas yang kemudian berkembang menjadi tongkol. Pada tongkol terdapat biji jagung yang tersusun rapi. Dalam satu tongkol terdapat 200-400 biji. Biji jagung tunggal berbentuk pipih dengan permukaan atas yang cembung atau cekung dan dasar runcing. Bijinya terdiri atas tiga bagian, yaitu pericarp, endosperma, dan embrio. Pericarp atau kulit merupakan bagian paling luar sebagai



lapisan pembungkus. Endosperma merupakan bagian atau lapisan kedua sebagai cadangan makanan biji



(Paeru dan Dewi, 2017).



Syarat Tumbuh Iklim Jagung merupakan salah satu hasil dari sektor pertanian yang penting dalam ketahanan pangan, industri dan pakan ternak. Selain itu, jagung merupakan tanaman yang mudah untuk dikembangkan. Hingga saat ini permintaan jagung semakin meningkat. Salah satu perubahan iklim yang terjadi pada tahun 2010 adalah musim kemarau basah. Curah hujan tinggi bisa menyebabkan gagal panen karena akar tanaman jagung rawan terhadap air yang berlebih. Kondisi tersebut mengharuskan jagung dipanen sebelum masa panennya dengan kadar air pada biji masih tinggi. Kadar air pada biji jagung yang masih tinggi bisa menyebabkan biji jagung setelah dikeringkan menjadi berbobot rendah. Tujuan usahatani jagung bagi petani adalah untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi pada waktu panen. Namun karena adanya dampak perubahan iklim yang tidak bisa diduga kapan datangnya banyak petani yang mengalami kerugian (Hantoso et al., 2011). Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 23º C – 30º C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Daerah Riau khususnya, jenis tanah di dominasi oleh popsolik merah kuning (PMK) yang dikenal mengandung sedit unsur hara, sedikit mengandung bahan organik dan ph yang rendah (Surtinah dan Lidar 2012). Tanaman jagung menghendaki daerah yang beriklim sedang hingga subtropik atau tropis yang basah dan di daerah yang terletak antara 0-500 LU hingga 0-400 LS. Tanaman jagung juga menghendaki penyinaran matahari yang penuh.



Suhu optimum yang dikehendaki adalah 21-340 C. Curah hujan yang ideal untuk tanaman jagung adalah 85-200 mm/bulan dan harus merata



(Supriyatno, 2017).



Tanaman jagung membutuhkan air sekitar 100- 140 mm/bulan. Oleh karena itu waktu penanaman harus memperhatikan curah hujan dan penyebarannya. Penanaman dimulai bila curah hujan sudah mencapai 100 mm/bulan. Untuk mengetahui ini perlu dilakukan pengamatan curah hujan dan pola distribusinya selama 10 tahun ke belakang agar waktu tanam dapat ditentukan dengan baik dan tepat (Murni, 2012). Tanah Tanaman jagung menghendaki tanah yang gembur (lembab), permeabilitas sedang, drainase agak cepat, tingkat kesuburan sedang, kandungan humus sedang.Reaksi tanah (pH) berkisar antara 5,2 - 8,5 yang optimal antara 5,8– 7,8. Pada pH netral, unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman jagung banyak tersedia didalamnya. pH lebih dari 7,0 unsur P terikat oleh CO sehingga tidak terlarut dalamair. Hal ini mengakibatkan unsur hara sulit diserap oleh akar tanaman. Jadi, pH tanah dan unsur-unsur hara yang ada (tersedia) bagi tanaman saling berkaitan (Zakariah, 2012). Pada tanah-tanah yang bertekstur berat, jika akan ditanami jagung maka perlu dilakukan pengolahan tanah yang baik. Namun, apabila kondisi tanahnya gembur, dalam budidaya jagung tanah tidak perlu diolah (sistem TOT). Tanaman jagung ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 mdpl. Sedangkan daerah yang optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 0-600 mdpl (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsure-unsur hara tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung manis adalah pH antara 5,67-7,5. Tingkat keasaman tanah yang paling baik untuk tanaman jagung manis adalah pada pH 6,8. Bila lahan kering ber-pH masam dialokasikan untuk



penanaman jagung manis, perlu dilakukan pengapuran lebih dahulu (Purnama, 2015). Tanaman jagung mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap tanah, baik jenis tanah lempung berpasir maupun tanah lempung dengan pH tanah 6 -8. Temperatur untuk pertumbuhan optimal jagung antara 24-30 °C. Tanaman jagung pacta masa pertumbuhan membutuhkan 45-60 cm air. Kapasitas tukar kation (KTK) menunjukkan kemampuan tanah untuk menahan kation tersebut. KTK sebagai petunjuk dalam ketersediaan unsur hara. Tanah dengan KTK sedang hingga sangat tinggi akan mempunyai kelas kesesuaian lahan tertinggi untuk tanaman semusim. Besarnya nilai KTK dipengaruhi oleh kadar dan jenis liat. Tekstur liat mempunyai nilai KTK yang tinggi. Semakin tinggi jumlah liat suatu jenis tanah yang sama, KTK juga bertambah besar. Kelas kesesuaian KTK liat “sangat sesuai” (65,7 %) dan “cukup sesuai” (34,3 %) (Wirosoedarmo et al., 2011). Minus One Test Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui peranan fungsi N, P dan K bagi tanaman adalah dengan melakukan uji Minus One Test. Metode ini dilakukan dengan menggunakan kombinasi anatara pupuk yang mengandung N, P dan K dengan menghilangkan salah satu unsur dari ketiga unsur tersebut sehingga didapat perlakuan yang memeberikan hasil terendah. Perlakuan yang yang terdiri dari kombinasi dua unsur dan kemudian memberikan produksi terendah menunjukkan bahwa unsur yag hilang merupakan faktor pembatas pertumbuhan dan produksi (Mualim et al., 2009). Percobaan pot dengan teknik minus one test dapat memberikan 3 macam informasi, yaitu (1) unsur hara apa yang defisiensi, (2) kepentingan relative defisiensi, (3) laju penurunan kesuburan tanah pada panen yang berurutan. Dalam banyak kasus ternyata tahapan yang masih dianggap lemah adalah penentuan dosis pupuk untuk perlakuan lengkap. Kesalahan yang serius dapat terjadi kalau dosis ini ditetapkan secara sembarangan. Oleh karena itu diperlukan uji tanam sebelum pelaksanaan percobaan (Damanik et al., 2011).



Perlakuan yang terdiri atas dua unsur yang memberikan hasil terendah mengindikasikan bahwa unsur yang hilang merupakan faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman. Metode minus one test telah diujicobakan pada berbagai jenis tanaman, termasuk tanaman jagung, bawang merah dan mentimun (Atmaja, 2017). Gejala Defisiensi Hara Nitrogen merupakan merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan pertumbuhan tanaman, tanaman, yang pada umumnya umumnya sangat diperlukan diperlukan untuk pembentukan pembentukan atau pertumbuhanPada tanaman masih muda seluruh permukaan daun berwarna hijau kekuningan. Daun berwarna kuning pada ujung daun dan melebar menuju tulang daun. Warna kuning membentuk huruf V. Gejala nampak pada daun bagian bawah, karena N sifatnya mobil dalam tanaman, gejala kahat N ini berangsur-angsur akan merambah ke daun-daun di atasnya. Daun tua akan mati dan tanaman yang kekurangan N akan tumbuh kerdil, pembungaan terlambat, dan pertumbuhan akar terbatas sehingga produksi rendah. Pada tanaman jagung yang sudah berproduksi gejala kekurangan nitrogen akan terlihat pada tongkolnya dimana tongkol berukuran lebih kecil dari ukuran normal dan ujung tongkol menjadi tidak berbiji (Cybex Pertanian, 2017). Nitrogen dibutuhkan oleh tanaman untuk produksi protein, asam nukleat (DNA dan RNA) dan klorofil. Gejala defisiensi N adalah klorosis umum daun bagian bawah, pertumbuhan kerdil dan lambat serta nekrosis daun yang lebih tua pada kasus yang parah. N tanaman yang kekurangan akan matang awal dan kualitas dan hasil panen sering berkurang (Cauley et al., 2011). Pada tanaman Adapun gejala kekurangan atau kelebihan N pada tanaman jagung dapat diidentifikasi melalui warna daun. Kekurangan N mengakibatkan klorosis pada daun (berwarna kuning pada daun). Sebaliknya, kelebihan N membuat daun berwarna hijau gelap. Pengukuran klorofil daun menggunakan klorofilmeter dan pengukuran warna daun menggunakan BWD berkorelasi positif dengan kadar N daun (Syafruddin, 2013).



Pengamatan secara visual tanaman yang kekurangan unsur hara P akan menunjukkan gejala berupa daun yang sudah tua akan berwarna ungu atau kemerahan. Hal ini disebabkan karena terbentuknya pigmen antosisanin karena terjadinya akumulasi gula pada daun sebagai akibat dari terhambatnya proses sintesa protein (Tamad, et al., 2013). Fosfor adalah salah satu unsur hara makro sangat penting untuk pertumbuhan pertumbuhan dan perkembangan perkembangan tanaman, tanaman, namun kandungannya kandungannya lebih rendah dibandingkan nitrogen, kalium, dan kalsium. Fosfor berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanama dalam tanaman, merangsang pembungaan n, merangsang pembungaan dan pembuahan, merangsang pertumbuhan akar, merangsang pembentukan biji, merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel tanaman (Gadmor, 2016). Kekurangan fosfor dapat menyebabkan tanaman menjadi kerdil, dan pada saat yang sama, dedaunan menjadi hijau lebih dalam dari biasanya. Pada beberapa spesies, daun yang lebih tua memiliki warna ungu. Kemudian daun yang lebih tua mengalami klorosis diikuti oleh nekrosis. Pada tanaman muda, nekrosis dapat terjadi bersamaan dengan klorosis atau tanpa klorosis sebelumnya. Akar tumbuh lebih lama dari biasanya tetapi jumlahnya lebih sedikit ketika defisiensi sedang (Syarifuddin, 2013). Gejala kekurangan P biasanya lebih terlihat pada tanaman muda, yang memiliki permintaan relatif lebih besar untuk P daripada tanaman yang lebih matang. Tanaman yang kekurangan P umumnya berubah menjadi hijau tua (baik daun dan batang) dan tampak kerdil. Daun yang lebih tua lebih dulu terkena dan dapat mengalami perubahan warna keunguan karena akumulasi gula yang mendukung sintesis antosianin; dalam beberapa kasus, ujung daun akan berwarna coklat dan mati. Tanaman yang menderita kekurangan P tampak lemah dan kematangannya tertunda (Cauley et al., 2011). Kalium merupakan unsur hara mobil dalam tanah yang banyak berperan dalam pengangkutan hasil fotosintesis dari daun ke organ reproduktif dan



penyimpanan, diantaranya buah, biji, umbi. Jumlah hara K yang cukup dapat menjamin fungsi daun dalam pertumbuhan buah dan jumlah gula pada buah, sehingga hara K dapat berperan dalam memperbaiki ukuran, rasa dan warna buah (Munawar, 2011). Tanaman yang tumbuh pada tanah yang kekurangan unsur kalium akan memperlihatkan gejala-gejala seperti daun mengerut atau keriting terutama pada daun tua walaupun tidak merata. Kemudian pada daun akan timbul beracak-acak merah cokelat. Selanjutnya, daun akan mengering, lalu mati. Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, mutunya jelek, hasilnya rendah, dan tidak tahan simpan



(Lingga



& Marsono, 2013). Hara N, P dan K merupakan hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan produktivitas tanaman jagung. Setiap ton hasil biji, tanaman jagung membutuhkan 27,4 kg N; 4,8 kg P; dan 18,4 kg K, sehingga diperlukan hara yang tepat agar kebutuhan tanaman akan hara dapat terpenuhi secara optimal. Umumnya, tanahtanah didaerah tropika basah kekurangan hara terutama N, P, dan K pada tanaman jagung, sehingga untuk mendapatkan hasil mendekati potensi hasil, diperlukan tambahan pupuk yang jumlahnya sangat tergantung lingkungan dan pengelolaan lingkungan (Syafruddin, 2013). Tanah Ultisol Ultisol termasuk tanah tua dengan tingkat pelapukan lanjut, pencucian hebat, dan kesuburan kimia, fisika, serta biologi yang sangat rendah. Kendala sifat fisika. Ultisols yang kurang baik, diantaranya daya pegang air rendah, tekstur lempung berliat, struktur kurang mantap dan permeabilitas makin kebawah makin rendah. Penggunan jenis tanaman yang ditanam dan pengelolaan lahan pada tanah hutan yang dikonversi, terutama lahan pertanian akan berpengaruh terhadap sifatsifat fisika tanah (Meli et al, 2018). Ciri morfologi yang penting pada Ultisol adalah adanya peningkatan fraksi liat dalam jumlah tertentu pada horizon seperti yang disyaratkan dalam Soil Taxonomy. Horizon tanah dengan peningkatan liat tersebut dikenal sebagai horizon



argilik. Horizon tersebut dapat dikenali dari fraksi liat hasil analisis di laboratorium maupun dari penampang profil tanah. Horizon argilik umumnya kaya akan Al sehingga peka terhadap perkembangan akar tanaman, yang menyebabkan akar tanaman tidak dapat menembus horizon ini dan hanya berkembang di atas horizon argilik (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006). Ultisol dicirikan oleh adanya akumulasi liat pada horizon bawah permukaan sehingga mengurangi daya resap air dan meningkatkan aliran permukaan dan erosi tanah. Erosi merupakan salah satu kendala fisik pada tanah Ultisol dan sangat merugikan karena dapat mengurangi kesuburan tanah. Hal ini karena kesuburan tanah Ultisol sering kali hanya ditentukan oleh kandungan bahan organik pada lapisan atas. Bila lapisan ini tererosi maka tanah menjadi miskin bahan organik dan hara. Tanah Ultisol umumnya mempunyai nilai kejenuhan basa < 35%, karena batas ini merupakan salah satu syarat untuk klasifikasi tanah Ultisol menurut Soil Taxonomy. Beberapa jenis tanah Ultisol mempunyai kapasitas tukar kation < 16 cmol/kg liat, yaitu Ultisol yang mempunyai horizon kandik (Isa et al., 2004) Tekstur tanah Ultisol bervariasi dan dipengaruhi oleh bahan induk tanahnya. Tanah Ultisol dari granit yang kaya akan mineral kuarsa umumnya mempunyai tekstur yang kasar seperti liat berpasir, sedangkan tanah Ultisol dari batu kapur, batuan andesit, dan tufa cenderung mempunyai tekstur yang halus seperti liat dan liat halus. Ultisol umumnya mempunyai struktur sedang hingga kuat, dengan bentuk gumpal bersudut. (Prasetyo et al., 2005). Kandungan hara pada tanah Ultisol umumnya rendah karena pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena proses dekomposisi berjalan cepat dan sebagian terbawa erosi. Pada tanah Ultisol yang mempunyai horizon kandik, kesuburan alaminya hanya bergantung pada bahan organik di lapisan atas. Dominasi kaolinit pada tanah ini tidak memberi kontribusi pada kapasitas tukar kation tanah, sehingga kapasitas tukar kation hanya bergantung pada kandungan bahan organik dan fraksi liat. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas tanah Ultisol dapat dilakukan melalui perbaikan tanah (ameliorasi), pemupukan, dan pemberian bahan organik (Kurnia et al., 2000).



METODE PRAKTIKUM Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Dasar Kesuburan Tanah Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, pada hari Jumat, 25 November 2022 pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai. Bahan dan Alat Adapun bahan yang digunakan adalah benih jagung (Zea mays L.) yakni varietas Pioneer F2 sebagai objek utama yang diteliti, polybag 10 kg sebagai wadah media tanam, tanah ultiol sebagai media tanam, pupuk urea, kcl dan sp36 sebagai sumber zat hara untuk mencukupi kebutuhan nutrisi tanaman, air untuk menyiram tanaman dan label nama sebagai identitas tanaman yang akan diamati. Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul sebagai alat untuk mengambil media tanam, meteran dan penggaris sebagai alat ukur tinggi tanaman, gembor sebagai wadah air untuk menyiram tanaman, gunting sebagai alat untuk menggunting tanaman pada saat penjarangan, tabel data untuk menulis hasil pengamatan dan alat tulis yang membantu dalam proses pencatatan hasil pengamatan. Prosedur Percobaan Adapun prosedur pada praktikum ini adalah :



• Disiapkan 12 Polybag (ukuran 5 kg). • Disiapkan benih Jagung. • Disiapkan media tanam tanah ultisol. • Direndam benih yang hendak ditanam di dalam air selama ± 15 menit. • Dibuat lubang tanam pada polybag sekitar 1-2 cm. • Ditanam benih yang sudah direndam pada polybag sebanyak 2/polybag. • Dilakukan penjarangan setelah satu minggu. • Diamati jumlah daun, diameter batang dan tinggi tanaman setiap minggu. • Diamati gejala defisiensi hara yang terjadi pada setiap perlakuan. • Dihitung bobot kering akar dan bobot bobot kering tajuk pada MST ke 8. • Dicatat hasil pengamatannya. Tabel 1. Perlakuan Percobaan



Tabel 2. Dosis Pupuk Percobaan



Tabel 3. Jenis dan Dosis Pupuk yang Diberikan untuk Setiap Perlakuan pada Saat Tanam



PELAKSANAAN PERCOBAAN 1. Persiapan lahan Persiapan lahan merupakan usaha persiapan media tumbuh agar sesual dan mendukung pertumbuhan tanaman. Tujuannya adalah memperbaiki aerasi dan drainase, menghilangkan kemasaman tanah, mencampur bahan organik, mengurangi erosi, dan mengendalikan gulma. Besar kecilnya persiapan lahan dipengaruhi oleh faktor sifat fisik tanah, kemiringan lereng, jenis tanaman, waktu dan alat yang tersedia, dan biaya.Tahapan pertama yang dilakukan adalah land clearing (pembersihan lahan). lahan yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari gulma (rumput liar). Penentuan arah mata angin sangat diperlukan dalam percobaan di



lapangan, untuk memudahkan cahaya matahari pagi masuk dengan sempurna melalui lorong plot-plot percobaan agar tanaman indikator mendapatkan sumber matahari pagi secara merata. 2. Pengambilan tanah secara komposit Tanah diambil secara komposit dari lahan yang cukup luas. Umumnya satu contoh tanah komposit terdiri dari 20 - 30 contoh tanah individual dianggap dapat mewakili tanah seluas 10 - 15 ha. Hal tersebut tergantung pada keadaan setempat. Makin homogen keadaan daerahnya makin sedikit jumlah contoh tanah individual yang diperlukan sebaliknya makin heterogen akan makin banyak. Agar diperoleh contoh tanah yang mewakili maka pengambilan tanah komposit dilakukan secara zig-zag. Pada setiap titik tanah diambil pada kedalaman 0 sampai 20 cm setelah terlebih dahulu tumbuhan atau vegetasi di atasnya dibersihkan. Lokasi pengambilan contoh tanah tidak boleh di tepi jalan raya, dekat rumah, dekat saluran drainase, bekas timbunan dan bekas tumpukan sampah. Bahan tanah yang diambil dari setiap. Dicampurkan secara Merata dan ditempatkan pada wadah atau karung yang bersih (bukan karung bekas pupuk atau pestisida).



3. Penanganan Contoh Tanah Contoh tanah yang telah diambil harus segera di kering udarakan dengan cara menganginkannya (jangan dijemur di bawah cahaya matahari langsung dan jangan terkena hujan). Apabila tanah telah kering udara, maka dilakukan pengayakan dengan ayakan 8 mesh (ayakan pasir). Karena perhitungan kebutuhan pupuk didasarkan atas satuan ppm dan berat tanah dalam satuan berat kering mutlak, maka perlu dihitung kadar airnya (%KA). Untuk itu diambil sedikit contoh tanah sekitar 10 g dan dihitung kadar airnya di laboratorium dengan menggunakan metode oven. Selain itu penentuan kadar air tanah dalam kapasitas lapang (%KL) juga perlu diketahui bila penelitian dilakukan di



rumah kaca. Tanah yang telah kering udara (KA < 10%) dimasukkan ke dalam polibag setara dengan 5 kg berat kering mutlak/pot yaitu menggunakan rumus : BTKU = BTKO + (%KA x BTKO) BTKU : Berat Tanah Kering Udara BTKO : Berat Tanah Kering Oven %KA : Persen kadar air tanah Vair = (%KL - %KA) x BTKO Vair : Volume air penyiraman 4. Pemberian Label Dan Pupuk Apabila seluruh polybag telah terisi tanah maka dilakukan pemasangan label pada setiap polibek sesuai dengan perlakuan yang telah ditentukan. Label dibuat besar dengan huruf yang jelas, jika terbuat dari kertas harus diberi plastic agar tidak basah dan rusak kena air (lihat Gambar 2). Pemberian pupuk dilakukan sesuai dengan perlakuan dan dosis dari masing masing pupuk (lihat Tabel 3). Pada saat tanam, seluruh dosis pupuk ditaburkan secara merata di permukaan tanah dan kemudian di aduk sedikit agar tertimbun tanah



5. Penanaman Tanaman Indikator Benih tanaman indikator direndam terlebih dahulu dengan air selama kurang lebih 15-30 menit kemudian ditanam tepat ditengah polybag sebanyak 3 sampai 4 biji pada kedalaman 2 sampai 3 cm. 6. Penyiraman dan Pemeliharaan Penyiraman dilakukan setiap hari kecuali hari hujan bagai penelitian di lapangan. Air penyiram yang dipakai haruslah air bebas ion (aquadest) atau dalam hal ini biasanya dipakai air hujan yang ditampung pada wadah plastik. Seminggu setelah tanam perlu dilakukan seleksi tanaman dalam polibag dengan meninggalkan



2 tanaman yang kuat dan bagus pertumbuhannya. Penyiangan gulma dilakukan terus menerus dan pemberantasan hama penyakit dilakukan secara preventif dengan menyemprotkan insektisida jika diperlukan. 7. Pengamatan Pengamatan dimulai seminggu setelah tanam, parameter yang diamati : a. Tinggi tanaman (cm). Tinggi tanaman indikator diamati setiap minggu. Diukur mulai dasar batang hingga titik tumbuh (tanaman dikotil) atau sampai daun terpanjang (tanaman monokotil). Agar tidak terjadi perubahan dasar pengukuran akibat pembumbunan, maka perlu dibuat patok atau pacak dasar pengukuran berupa kayu kecil yang ditanamkan dekat batang dan diberi tanda tempat awal pengukuran dengan menggunakan cat atau spidol. b. Jumlah daun (helai) Jumlah daun juga diamati setiap minggu. c. Diameter batang (mm) Diameter batang sama seperti parameter tinggi dan jumlah daun yang diamati setiap minggu dengan menggunakan alat jangka sorong. Pengukuran diameter batang dilakukan dari dua sisi batang yang berbeda (khusus untuk tanaman jagung), dikarenakan tanaman jagung memiliki batang yang oval (tidak bulat sempurna). Pengukuran diameter sisi a + Pengukuran diameter sisi b 2 d. Pengamatan gejala Defisiensi Hara Pengamatan gejala Defisiensi atau kekurangan unsur hara dapat dilakukan mulai dari 2 sampai 7 minggu setelah tanam (MST) dengan memperhatikan warna atau corak daun yang muncul. e. Berat kering tajuk (batang dan daun) Setelah 8 minggu setelah tanam (MST) atau saat masa vegetative berakhir (sebelum keluar bunga) dilakukan pemotongan bagian atas tanaman mulai



dari pangkal batang. Batang dan daun dicuci dengan air, dibiarkan kering udara, baru kemudian dimasukkan ke dalam amplop coklat yang telah diberi lubang dan label sesuai dengan perlakuan. Selanjutnya batang dan daun yang telah dimasukkan ke dalam amplop tadi dikeringkan di dalam oven pada temperature 70 ° Celcius selama kurang lebih dua malam (2x24 jam) lalu ditimbang beratnya. f. Berat kering akar Setelah batang dipotong, maka akar yang tinggal di dalam tanah dikeluarkan dengan cara mencuci tanah dengan air hingga akar terlepas, kemudian akar dicuci bersih. Selanjutnya akar di keringkan dengan tisu bersih, selanjutnya diperlakukan sama seperti parameter berat kering tajuk batang dan daun. 8. Penilaian Hasil Percobaan Hasil percobaan dinilai dengan tiga cara : 1. Berdasarkan analisis sidik ragam yang diikuti oleh uji beda rataan (dilakukan secara statistik) dan dilanjutkan dengan pembahasan. 2. Berdasarkan persentase hasil dari suatu perlakuan terhadap hasil perlakuan lengkap. Atas dasar persentase terhadap perlakuan lengkap ini, maka kekahatan dapat dikriteriakan menurut LPT Bogor, yaitu :



Persentase Terhadap Lengkap



Kriteria



0-20%



Gawat



21-50%



Berat



51-89%



Sedang



>89%



Cukup



Tabel 4. Data kekahatan menurut LPT Bogor 3. Penilaian lainnya dapat dilakukan juga dengan cara membuat Histogram dari semua perlakuan.



4. Dapat dilakukan dengan analisis laboratorium yang lebih akurat.



HASIL DAN PEMBAHASAN



Hasil Tabel 5. Data Tinggi Tanaman Jagung tiap MST (cm) No. Perlakuan Tinggi Tanaman Tiap MST (cm) 1



2



3



4



5



6



1



Kontrol 1



17



36,7



38



33



30



-



2



Kontrol 2



19



41



47



47



41



3,8



3



Lengkap 1



18,5



31



38



35



30



-



4



Lengkap 2



18,5



36



43



43



32



-



5



-N 1



19



35,5



44



38



35



33



6



-N 2



20,5



38,5



41



40



38



34



7



-P 1



17,5



33,5



43



45



36



34



8



-P 2



20



40



48



49



33



31



9



-K 1



20,5



32



40



36



35,5



-



10



-K 2



19,5



36,5



42



43



36



-



11



-CA 1



19



33



42



42



36



42



12



-CA 2



19



36,5



43



41



37



-



13



-MG 1



16



33



37



34



35,5



33



14



-MG 2



18



38



48



38



39



34



15



-NP 1



20



35



43



41



38



32



16



-NP 2



21



40



49



44



49



36



17



-NK 1



19



35,5



48



39



46



-



18



-NK 2



17



36



45



46



40



42



19



-PK 1



24



43,5



54



44



38



-



20



-PK 2



21,5



38



47



44



36



40



21



-KCA 1



18,5



33



40



38



39



35



22



-KCA 2



20



38



47



48



39



-



23



-CaMg 1



18



36



43



34



40



38



24



-CaMg 2



18,5



36



44



38



38



-



Tabel 6. Data Jumlah Daun Jagung Tiap MST (helai) No. Perlakuan Jumlah Daun Tiap MST (cm) 1



2



3



4



5



6



1



Kontrol 1



3



3



4



3



3



-



2



Kontrol 2



3



3



4



4



4



2



3



Lengkap 1



3



3



4



4



4



-



4



Lengkap 2



3



3



4



4



4



-



5



-N 1



3



3



4



2



3



2



6



-N 2



3



3



4



4



4



7



-P 1



3



3



4



4



5



2



8



-P 2



3



3



4



4



6



3



9



-K 1



3



3



4



3



3



-



10



-K 2



3



3



4



3



5



-



2



11



-CA 1



3



3



4



4



5



4



12



-CA 2



3



3



4



3



5



-



13



-MG 1



3



3



4



3



5



3



14



-MG 2



3



3



4



4



5



3



15



-NP 1



3



3



4



3



6



2



16



-NP 2



3



3



4



5



5



4



17



-NK 1



3



3



4



4



5



-



18



-NK 2



3



3



4



3



5



3



19



-PK 1



3



3



4



3



6



-



20



-PK 2



3



3



4



4



6



2



21



-KCA 1



3



3



4



3



5



2



22



-KCA 2



3



3



4



4



5



-



23



-CaMg 1



3



3



4



4



5



2



24



-CaMg 2



3



3



4



2



5



-



Tabel 7. Data Diameter Batang Jagung Tiap MST (mm) No. Perlakuan Diameter Batang Tiap MST (mm) 1



2



3



4



5



6



1



Kontrol 1



0,125



0,28



0,77



1,5



1,8



-



2



Kontrol 2



0,125



0,23



0,92



2



2,4



2,2



3



Lengkap 1



0,28



0,385



0,62



1,5



1,8



-



4



Lengkap 2



0,28



0,23



1,21



2



2,4



-



5



-N 1



0,28



0,605



0,92



1,5



1,8



1,4



6



-N 2



0,92



1,75



2



7



-P 1



0,28



0,385



2



2,4



2,1



8



-P 2



0,31



0,385



1,21



1,5



2



1,8



9



-K 1



0,125



0,385



1,21



1,75



1,4



-



10



-K 2



0,33



0,385



0,77



1,5



1,8



-



0,28



0,385



1,06



1,5



11



-CA 1



0,28



0,28



1,21



1,75



2



1,8



12



-CA 2



0,33



0,53



0,77



1,75



2



-



13



-MG 1



0,385



0,385



0,77



1,75



2



1,7



14



-MG 2



0,31



0,385



0,62



1,75



2,8



2,4



15



-NP 1



0,28



0,3



1,5



1,5



1,8



1,5



16



-NP 2



0,31



0,385



0,62



2



2,4



2,0



17



-NK 1



0,28



0,22



1,5



1,5



1,8



-



18



-NK 2



0,28



0,31



0,62



2



2,4



2,0



19



-PK 1



0,28



0,31



0,31



2,5



2,8



-



20



-PK 2



0,31



0,385



0,385



2



2,4



2,2



21



-KCA 1



0,31



0,605



0,605



1,5



1,8



2,2



22



-KCA 2



0,28



0,605



0,385



1,75



2



-



23



-CaMg 1



0,28



0,605



0,605



2



2,4



1,3



24



-CaMg 2



0,28



0,385



0,605



2



1,4



-



Tabel 8. Data Bobot Kering Tajuk dan Bobot Kering Akar Tanaman Jagung (gr) No. Perlakuan Data Bobot Kering Tajuk Data Bobot Kering Akar 1



Kontrol 1



0,26



0,03



2



Kontrol 2



0,79



0,24



3



Lengkap 1



-



0,20



4



Lengkap 2



0,26



0,13



5



-N 1



0,46



0,13



6



-N 2



7



-P 1



0,32



0,17



8



-P 2



0,67



0,28



9



-K 1



0,13



0,05



10



-K 2



0,35



0,14



11



-CA 1



0,52



0,17



0,45



0,23



12



-CA 2



0,24



0,12



13



-MG 1



0,66



0,19



14



-MG 2



0,98



0,42



15



-NP 1



0,68



0,20



16



-NP 2



1,02



0,41



17



-NK 1



0,39



0,21



18



-NK 2



0,78



0,22



19



-PK 1



0,50



-



20



-PK 2



0,41



0,14



21



-KCA 1



0,63



0,20



22



-KCA 2



0,33



0,38



23



-CaMg 1



0,57



0,17



24



-CaMg 2



0,14



0,25



Tabel 9. Ph Tanah No. Perlakuan



Ph Tanah



1



Kontrol 1



6,14



2



Kontrol 2



6,12



3



Lengkap 1



6,41



4



Lengkap 2



6,07



5



-N 1



6,19



6



-N 2



7



-P 1



8



-P 2



9



-K 1



10



-K 2



5,98 6,00



11



-CA 1



12



-CA 2



13



-MG 1



14



-MG 2



15



-NP 1



16



-NP 2



17



-NK 1



18



-NK 2



19



-PK 1



20



-PK 2



21



-KCA 1



22



-KCA 2



23



-CaMg 1



24



-CaMg 2



Pembahasan Tanah ultisol mempunyai potensi yang tinggi untuk pengembangan pertanian lahan kering. Namun demikian, pemanfaatan tanah ini menghadapi kendala karakteristik tanah yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman terutama tanaman pangan bila tidak dikelola dengan baik. Beberapa kendala yang umum pada tanah Ultisol adalah kemasaman tanah tinggi, pH ratarata < 4,50, kejenuhan Al tinggi, miskin kandungan hara makro terutama P, K, Ca, dan Mg, dan kandungan bahan organik rendah. Untuk mengatasi kendala tersebut dapat diterapkan teknologi pengapuran, pemupukan P dan K, dan pemberian bahan organik. Penerapan teknologi tersebut dapat meningkatkan hasil tanaman jagung.



Tanaman jagung yang mati disebabkan karena kurangnya unsur hara yang terdapat pada tanah ultisol.Pemupukan fosfat merupakan salah satu cara mengelola tanah Ultisol, karena di samping kadar P rendah, juga terdapat unsur-unsur yang dapat meretensi fosfat yang ditambahkan. Kekurangan P pada tanah Ultisol dapat disebabkan oleh kandungan P dari bahan induk tanah yang memang sudah rendah, atau kandungan P sebetulnya tinggi tetapi tidak tersedia untuk tanaman karena diserap oleh unsur lain seperti Al dan Fe. Salah satu usaha untuk meningkatkan P larutan tanah adalah pemberian pupuk P. Namun demikian, pemberian pupuk P pada tanah masam seperti Ultisols mengalami pelarutan dengan air tanah sehingga berubah menjadi larutan pupuk dan akan bereaksi dengan mineral liat dan oksida serta hidroksida aluminium dan besi yang menyebabkan perubahan kembali fosfat dari fase larutan ke bentuk-bentuk yang sukar larut seperti varisit dan strengit. Peristiwa itu dikenal dengan istilah fiksasi P atau retensi P (Sample et al., 1980 dalam Kaya, 2003). Ultisol memiliki kadar Al yang tinggi sehingga berpotensi terjadi keracunan Al pada tanaman, selain itu tanah ini memiliki kandungan bahan organik dan hara yang rendah, serta adanya akumulasi liat pada horizon bawah permukaan sehingga dapat mengurangi daya resap air dan meningkatkan aliran permukaan dan erosi tanah (Ratna, 2016). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk mendukung pertumbuhan dan reproduksinya. 2. Unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman terdiri dari unsur hara makro (N, P, K,Ca, Mg dan S) dan unsur hara mikro (Zn,Cu, Mn, Mo, B, Fe, dan Cl). 3. Tanah merupakan media pertumbuhan tanaman dan sumber utama unsur esensial yang dibutuhkan oleh tanaman.



4. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui peranan unsur N, P dan K bagi tanaman adalah dengan melakukan uji Minus One Test.



Saran Dengan penulisan laporan ini diharapkan para pembaca dapat bertambah wawasannya dalam hal Evaluasi Kesuburan Tanah Dengan Metode Substraksi (Missing Element Technology) dan dapat memberikan saran yang membangun guna pengembangan



tulisan



ini.



Selain



itu,



diharapakan



penulis



juga



dapat



mengembangkan ide-ide penulisan dalam hal metode minus one test.



DAFTAR PUSTAKA Affandi, A., H. Hamim, dan N. Nurmauli. 2014. Pengaruh pemupukan urea dan teknik Agrotek Tropika 2: 89-94. defoliasi pada produksi jagung (Zea mays L.) varietas pioneer 27. Jurnal Atmaja, ISW 2017, „Pengaruh uji minus test one pada pertumbuhan vegetatif tanaman mentimun‟, Jurnal Logika, vol. XIX, no. 1, hlm. 63–68. Cooke, G. W. 1985. Fertilizing for maximum yield. Granada Publishing LMT. London. p.75-87. Damanik, MMBD, Hasibuan, B.E, Fauzi., Sarifuddin, dan Hamidah H. 2011.



Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan. Effendi, R. 2007. Botani dan Morfologi Tanaman Jagung. Universitas Sumatera Utara. Medan. Gadmor, M, S. 2016. Penerapan Pupuk Urea Pada Tumpangsari Jagung “DoubleRow” dan Kacang Tanah Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung (Zea mays L.). Skripsi. Lampung : Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Hantoso. H., Koerniawati. T. A., & Layli. R. 2011. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Dan Pendapatan Usahatani Jagung (Zea Mays L). AGRISE Volume 9(3):151-163. Hantoso. H., Koerniawati. T. A., & Layli. R. 2011. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Dan Pendapatan Usahatani Jagung (Zea Mays L). AGRISE Volume 9(3):151-163. Harahap, D., H. Yetti, dan S. Yoseva. 2017. Pengaruh pemberian beberapa jenis pupuk terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kailan (Brassica alboglabra L.). Jurnal Online Mahasiswa Faperta, 2 (2): 1 – 10. Iriany, R.N., A. Takdir, Muzdalifah, M. Dahlan, Subandi. 2003. Evaluasi Daya Gabung Karakter Ketahanan Tanaman Jagung terhadap Penyakit Bulai melalui Persilangan Diallel. Balai Penelitian Tanaman Serialia. Maros. Karya Tani Mandiri. 2012. Pedoman Bertanam Jagung. Jakarta : CV. Nuansa Aulia Latunra, A.I., 2012, Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan II, Universitas Hasanuddin. Lingga, Pinus dan Marsono. 2013. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya. 57 hal. Mamonto, R. 2015. Pengaruh penggunaan dosis pupuk majemuk NPK Phonska terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis (Zea mays Saccharata slurt). Fakultas Pertanian Universitas Icshan,Gorontalo. McCauley, A. 2011. Plant Nutrient Functions and Deficiency and Toxicity Muallim, Ali. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Pemupukan. IPB Pres Munawar, Ali. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Pemupukan. IPB Pres



Nurdin. 2009. Pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays L.) Varitas Lamuru yang dipupuk Phonska dosis berbeda di Moodu Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo. J. Eugenia 11: 396-400. Paeru, R.H., dan T.Q. Dewi. 2017. Panduan Praktis Budidaya Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal: 20-22. Purwono, dan R. Hartono. 2006. Bertanam Jagung Unggul. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Riwandi, M. Handajaningsih, dan Hasanudin,2014. Teknik Budidaya Jagung Dengan Sistem Organik Di Lahan Marjinal. UNIB Press. Bengkulu. ISBN 9789799431-84-4. Riwandi, M. Handajaningsih, dan Hasanudin,2014.Teknik Budidaya Jagung Dengan Sistem Organik Di Lahan Marjinal. UNIB Press. Bengkulu. ISBN 9789799431-84-4. Sihotang, B.P. 2011. Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays Saccharata Sturt) Terhadap Pemberian Limbah Kopi Dan Tepung Darah Sapi.Universitas Sumatera Utara.Medan Sutardi 2017, „Kajian minus one test dan kesuburan lahan pasir untuk budidaya tanaman bawang merah‟, Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, vol. 20, no. 1, hlm. 25–34. Syafruddin, et al., 2013. Morfologi tanaman dan fase pertumbuhan tanaman jagung. Balai penelitian tanaman serealia. Syafruddin, et al., 2013. Morfologi tanaman dan fase pertumbuhan tanaman jagung. Balai penelitian tanaman serealia. Syafruddin. 2013. Takaran Pupuk N, P, K dan S Tanaman Jagung Beberapa Jenis Tanah Di Sulawesi Selatan. Balai penelitian tanaman serealia, Maros. Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Bertanam Jagung. CV. Nuansa Aulia. Bandung. 208 hal. Warrier, Ranjini and Tripathi, K.K. 2011. Biology OfZea Mays (Maize). Departmen Of Biotechnology Government Of India.



Widowati, L. R. 2012. Evaluasi kesuburan tanah lahan kering pada Vertisols, Inceptisols, dan Ultisols. Wirosoedarmo, R., A. T. Sutanhaji, E. Kurniati, dan R. Wijayanti. 2011. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jagung menggunakan Metode Analisis Spasial. Fakultas Teknologi Pertanian, Jurusan Keteknikan Pertanian, Universitas Brawijaya. J.Agritech 31(1):72-76. Zakariah, M. A. 2012. Pengaruh Dosis Pemupukan Urea Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Serta Kecernaan Hijauan Jagung. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Zakariah, M. A. 2013. Pengaruh Dosis Pemupukan Urea Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Serta Kecernaan Hijauan Jagung. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.



LAMPIRAN